Pada Dasarnya Komponen Sistem Imun Dibagi Menjadi 2 Yaitu Sistem Imun Non Spesifik Dan Sistem Imun Spesifik

Embed Size (px)

Citation preview

Pada dasarnya komponen Sistem Imun dibagi menjadi 2 yaitu Sistem Imun Non Spesifik dan Sistem Imun Spesifik1.Sistem imun non spesifik(Innate Immunity system)Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan dari berbagai mikroorganisme. Sistem ini disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu.Komponen-komponen sistem imun non spesifik terdiri atas :a. Pertahanan fisis dan mekanisKulit, selaput lender, silia pada saluran pernapasan, batuk, dan bersin dapat mencegah berbagai kuman patogen masuk ke dalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lender yang rusak olek karena asap rokok akan meningkatkan resiko infeksi (Ernets,1996).b. Pertahanan biokimiaAsam hidroklorid dalam cairan lambung, lisozin dalam keringat, ludah, air mata dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap kuman gram positifdengan jalan menghancurkan dinding kuman tersebut (Ernets,1996). c. Pertahanan humoral1)KomplemenKomplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dengan jalan opsonisasi (Ernets,1996).2)InterferonInterferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan berbagai sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus. Interferon mempunyai sifat antivirus dengan jalan menginduksi sel-selsekitar sel yang telah terserang virus tersebut. Di samping itu interferon adapt pula mengaktifkan natural killer cell/sel NK untuk membunuh virus (Ernets,1996).3)C Reactive Protein (CRP)CRP dibentuk tubuh pada keadaan infeksi. Perannya ialah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen (Ernets,1996). d.Pertahanan selular1)FagositMeskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, sel utama yang berperan pada pertahanan non spesifik adalah sel mono nuclear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Kedua golongan sel tersebut berasal dari sel hemopoietik yang sama.fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencegah timbulnya penyakit. Proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat seperti kemotaksis, menangkap, membunuh, dan mencerna (Ernets,1996).2)Natural Killer CellSelnatural killer(NK) adalah suatu limfosit yang berespons terhadap mikroba intraselular dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi sitokin untuk mengaktivasi makrofag yaitu IFN-. Sel NK berjumlah 10% dari total limfosit di darah dan organ limfoid perifer. Sel NK mengandung banyak granula sitoplasma dan mempunyai penanda permukaan (surface marker) yang khas. Sel ini tidak mengekspresikan imunoglobulin atau reseptor sel T. Sel NK dapat mengenali sel pejamu yang sudah berubah akibat terinfeksi mikroba. Mekanisme pengenalan ini belum sepenuhnya diketahui. Sel NK mempunyai berbagai reseptor untuk molekul sel pejamu (host cell), sebagian reseptor akan mengaktivasi sel NK dan sebagian yang lain menghambatnya. Reseptor pengaktivasi bertugas untuk mengenali molekul di permukaan sel pejamu yang terinfeksi virus, serta mengenali fagosit yang mengandung virus dan bakteri. Reseptor pengaktivasi sel NK yang lain bertugas untuk mengenali molekul permukaan sel pejamu yang normal (tidak terinfeksi). Secara teoritis keadaan ini menunjukkan bahwa sel NK membunuh sel normal, akan tetapi hal ini jarang terjadi karena sel NK juga mempunyai reseptor inhibisi yang akan mengenali sel normal kemudian menghambat aktivasi sel NK. Reseptor inhibisi ini spesifik terhadap berbagai alel dari molekulmajor histocompatibility complex(MHC) kelas I.Terdapat 2 golongan reseptor inhibisi sel NK yaitukiller cell immunoglobulin-like receptor(KIR), serta reseptor yang mengandung protein CD94 dan subunitlectinyang disebut NKG2. Reseptor KIR mempunyai struktur yang homolog dengan imunoglobulin. Kedua jenis reseptor inhibisi ini mengandungdomains structural motifsdi sitoplasmanya yang dinamakanimmunoreceptor tyrosine-based inhibitory motif(ITIM) yang akan mengalami fosforilasi ke residu tirosin ketika reseptor berikatan dengan MHC kelas I, kemudian ITIM tersebut mengaktivasi protein dalam sitoplasma yaitutyrosine phosphatase. Fosfatase ini akan menghilangkan fosfat dari residu tirosin dalam molekul sinyal (signaling molecules), akibatnya aktivasi sel NK terhambat. Oleh sebab itu, ketika reseptor inhibisi sel NK bertemu dengan MHC, sel NK menjadi tidak aktif.Berbagai virus mempunyai mekanisme untuk menghambat ekspresi MHC kelas I pada sel yang terinfeksi, sehingga virus tersebut terhindar dari pemusnahan oleh sel T sitotoksik CD8+. Jika hal ini terjadi, reseptor inhibisi sel NK tidak teraktivasi sehingga sel NK akan membunuh sel yang terinfeksi virus. Kemampuan sel NK untuk mengatasi infeksi ditingkatkan oleh sitokin yang diproduksi makrofag, diantaranya interleukin-12 (IL-12). Sel NK juga mengekspresikan reseptor untuk fragmen Fc dari berbagai antibodi IgG. Guna reseptor ini adalah untuk berikatan dengan sel yang telah diselubungi antibodi (antibody-mediated humoral immunity).Setelah sel NK teraktivasi, sel ini bekerja dengan 2 cara. Pertama, protein dalam granula sitoplasma sel NK dilepaskan menuju sel yang terinfeksi, yang mengakibatkan timbulnya lubang di membran plasma sel terinfeksi dan menyebabkan apoptosis. Mekanisme sitolitik oleh sel NK serupa dengan mekanisme yang digunakan oleh sel T sitotoksik. Hasil akhir dari reaksi ini adalah sel NK membunuh sel pejamu yang terinfeksi. Cara kerja yang kedua yaitu sel NK mensintesis dan mensekresi interferon- (IFN-) yang akan mengaktivasi makrofag. Sel NK dan makrofag bekerja sama dalam memusnahkan mikroba intraselular: makrofag memakan mikroba dan mensekresi IL-12, kemudian IL-12 mengaktivasi sel NK untuk mensekresi IFN-, dan IFN- akan mengaktivasi makrofag untuk membunuh mikroba yang sudah dimakan tersebut.Tubuh menggunakan sel T sitotoksik untuk mengenali antigen virus yang ditunjukkan oleh MHC, virus menghambat ekspresi MHC, dan sel NK akan berespons pada keadaan dimana tidak ada MHC. Pihak mana yang lebih unggul akan menentukan hasil akhir dari infeksi (Ernets,1996).

2.Sistem imun spesifik(Adaptive Immunity System)Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untukmengenal benda yang di anggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali timbul dalam badan yang segera dikenal sistem imun spesifik, akan mensensitasi sel-sel imun tersebut. Sistem imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan.a. Sistem imun spesifik humoralYang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah lomfosit B atau sel B. sel B tersebut berasal dari sel asam multipoten. Respon imun humoral adalah aspek imunitas yang dimediasi oleh sekresi antibodi yang diproduksi dalam sel-sel B limfosit. Aktivasi dan fungsi sel B dapat dijelaskan sebagai berikut: Ag + Igsel B aktif & berproliferasiaktivasi enzim kinase &ion Cafosforilasi proteinregulasi transkripsi genregulasi pertumbuhan & diferensiasi selsekresi antibody (Garna,2009).b. Sistem imun spesifik selulerYang berperandalamsistem imun spesifik selular adalah limfositT atau sel T. sel tersebut juga berasal dari sel asam yang sama seperti sel B, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus. Berbeda dengan sel B, sel T terdiri atas beberapa subset sel yang mempunyai fungsiyang berlainan (Garna,2009).Fungsi sel T umumnya adalah :1)Membantu sel B dalam memproduksi antibodi2)Menegnal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus3)Mengaktifkan makrofagdalam fagositosis4)Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun

IMMUNODIAGNOSTIKPEMERIKSAAN SISTEM IMUN HUMORALA.Pemeriksaan Immunoglobulin dan Protein Spesifik LainSetiap laboratorium menentukan batasan referens sendiri untuk setiap protein dan hal itu akan bervariasi tergantung cara, antisera yang digunakan dan golongan etnik. Penilaian IgG, IgM, IgA, dan protein serum adalah esensial bila ada dugaan defisiensi imun dan penyakit limfoproliferatif. Hemaglutinasi merupakan cara untuk menemukan antibodi atas dasar aglutinasi sel darah merah (Garna,2009).Presipitasi dapat terjadi apabila antibodi (biasanya IgG atau IgM) bereaksi dengan antigen yang larut. Bila reaksi terjadi dengan bantuan medium akan terbentuk lengkung atau garis presipitasi. Tes presipitasi dilakukan dengan cara Ouchternoly. Selain itu, pemeriksaan IgG, IgM, IgA, dan protein dilakukan dengan elektroforesis, dimana kadar total Ig dalam serum biasanya dilakukan dengan nefelometer. Ig yang meninggi ditemukan pada berbagai penyakit seperti jika isotop yang meningkat IgG (penyakit jaringan ikat, AIDS), IgA (AR, penyakit celiac), IgM (Limfoma, malaria), IgG dan IgA (infeksi saluran nafas kronis), IgG dan IgM (LES, lepra), IgG,IgA, dan IgM (endokarditis, osteomielitis). Pemeriksaan antibodi terhadap antigen mikroba dilakukan dengan adanya kemampuan membentuk antibodi spesifik terhadap antigen tertentu yang merupakan cara paling sensitif untuk menemukan kelainan pada produksi antibodi (Garna,2009).B.Kemampuan Memproduksi ImunoglobulinKemampuan penderita membentuk immunoglobulin dapat diperiksa dengan imunisasi aktif, misalnya antigen bakteri dan respon antibodi diukur dengan tabung tes presipitasi(Ernets,1996).

C.Pemeriksaan Protein Spesifik LainSel B dapat memproduksi Ig identik dalam jumlah besar. Molekul identik itu menunjukkan migrasi khas yang disebut paraprotein pada elektroforesis baik dari darah atau urin. Selain itu dapat dilakukan elektroforesis protein serum yang dilakukan pada semua sampel untuk pemeriksaan analisis Ig agar paraprotein dapat diidentifikasi (Ernets,1996).

D.UrinTes proteinuria Bence Jones dilakukan dengan menggunakan 3 tahap yaitu: kadar dalam urin; elektroforesis untuk menunjukkan adanyaM Band; imunofikasi untuk menentukanbandmonoclonal yang terdiri atas rantai ringan monoclonal atau atau (Ernets,1996).

E. CSPSebab albumin tidak disintesis dalam otak, hubungan antara IgG dan albumin-indeks IgG CSP memberikan indikasi indirek mengenai jumlah IgG yang disintesis dalam CSP oleh limfosit (Ernets,1996).

E.Pemeriksaan Protein Fase Akut dan KomplemenMeliputi pemeriksaan protein fase akut; pemeriksaan komplemen dan kompleks imun; pemeriksaan produk komplemen; dan pemerikasaan kompleks imun(Ernets,1996).

F.Berbagai Teknik Pemeriksaan Sistem Imun Humoral Khusus1. Radioimmunoassay (RIA)RIA digunakan untuk menghitung antigen atau hapten yang dapat dilabel secara radioaktif. Ini berdasarkan kompetisi untuk antibodi spesifik antara bahan dengan konsentrasi tertentu yang dilabel (diketahui) dengan yang tidak dilabel (tidak diketahui) Kompleks yang terbentuk antara antigen dan antibodi kemudian dapat dipisahkan dan jumlah radioaktif diukur, kemudian dibandingkan hasilnya dengan konsentrasi antigen standar (Ernets,1996).

2. Radioallergosorbent test (RAST)RIA yang khusus,Radioallergosorbent test(RAST) digunakan untuk mengukur jumlah antibodi IgE serum yang bereaksi dengan alergen (antigen) tertentu (Ernets,1996).

3. Competition RIACompetition RIA merupakan cara RIA klasik untuk menemukan antigen. Dalam hal ini antigen yang dicari (Ag) bersama sama dengan sejumlah antigen tertentu yang bertanda zat radio aktif (Ag*) direaksikan dengan antibodi (Ab) yang diikat oleh benda padat (Ernets,1996).

DAFTAR PUSTAKAGarna Baratawidjaja Karnen dan Rengganis Iris. 2009.Imunologi Dasar edisi VIII. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ernets, Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.