Upload
anastasia-meirina-handojo
View
407
Download
31
Embed Size (px)
Citation preview
PAJAK BERGANDA INTERNASIONAL
A. Latar Belakang
Terpisah dari kemajuan, prakiraan dan perhitungan
ekonomi dan pengendalian permintaan atas barang dan
jasa, terdapat kecenderungan bahwa perekonomian
nasional semakin saling bergantung kepada situasi
Internasional, terutama terhadap kiat atau kebijakan
yang dilakukan oleh Negara lain. Apabila hal itu
dimaksudkan untuk memantapkan kesempatan kerja,
stabilitas kerja atau keseimbangan neraca pembayaran,
adalah merupakan fakta bahwa keperluan koordinasi
aktif antarnegara dalam ekonomi dunia semakin
meningkat. Interaksi ekonomi antarnegara menjelma
menjadi salah satu factor dominant pada masa kini.
Globalisasi modal dapat terjadi baik melalui
partisipasi langsung maupun tidak langsung oleh badan
privat dan public serta organisasi Internasional. Badan
usaha dapat didirikan dengan modal asing,
kepemilikan (saham) pada suatu badan ditransfer ke
mancanegara (go internasional), perwakilan cabang
usaha didirikan di mancanegara, dan pinjaman tersedia
oleh kreditor bagi debitor dengan tempat tinggal yang
berlainan Negara. Sains dan teknologi juga melibatkan
aktivitas lintas perbatasan. Hal ini nampak pada
semakin banyaknya merek dagang atau paten, proses
manufaktur, pengetahuan dan pengalaman (know-how)
dari bidang industri, sains dan komersial menjadi
tersedia secara lintas perbatasan.
Selain itu, sebagai akibat dari liberalisasi
perjalanan orang antarnegara, terdapat peningkatan
mobilitas sumber daya manusia baik secara permanent
maupun temporer. Karyawan mencari tingkat hidup
yang lebih baik, kondisi kerja dan standar pengupahan,
baik berdasarkan inisiatif pribadi maupun yang
dimutasikan oleh perusahaan untuk mencari dan
memanfaatkan potensi (pangsa) pasar mancanegara.
Disamping alasan kekaryaan, perjalanan orang juga
ditumbuhkembangkan oleh kegiatan pariwisata yang
semakin merebak selaras dengan peningkatan
kehidupan serta kemajuan komunikasi dan
telekomunikasi. Perjalanan atau pergerakan orang,
modal dan jasa tersebut juga diikuti dengan barang.
Penyerahan barang dapat berasal dari Negara
berkembang, terutama bahan mentah baik berupa
mineral maupun produk agraris, atau dari Negara
maju, terutama produk industri dan teknologi canggih.
Sehubungan dengan mobilitas Internasional,
modal, orang, jasa dan barang tersebut, selaras dengan
fenomena perpajakan Internasional, pemajakan
personal per basis global oleh Indonesia dapat
menimbulkan pajak berganda Internasional. Sebagai
tambahan beban usaha, apabila tidak diberikan
keringanan, Pajak Berganda Internasional ( PBI ) dapat
menghambat mobilitas Internasional modal, orang,
barnag, jasa, dan sains dan teknologi.
B. Pengertian Pajak Berganda Internasional
Sehubungan dengan pengertian pajak
berganda (double taxation), Knechtle dalam
bukunya yang berjudul ”Basic Problems in
Internasional Fiscal Law” (1979) memberikan
pembahasan secara rinci. . Knechtle membedakan
pengertian pajak berganda, yaitu :
1. Secara Luas, Pajak berganda adalah bentuk
pembebanan pajak dan pungutan lainnya lebih
dari satu kali, yang dapat berganda atau lebih
atas suatu fakta fiskal.
2. Secara Sempit, Pajak berganda dianggap
terjadi pada semua kasus pemajakan beberapa
kali terhadap suatu subjek dan/atau objek
pajak dalam satu administrasi pajak yang
sama, yang mengesampingkan pembebanan
pajak oleh pemerintah daerah.
Selanjutnya, pajak berganda sesuai dengan
Negara ( yurisdiksi ) pemungut pajaknya, dapat
dikelompokkan menjadi pajak berganda :
1. Internal ( domestic )
2. Internasional
1
Dalam kedua kelompok tersebut terdapat
pajak berganda vertical, horizontal dan diagonal
(terutama dalam Negara yang berbentuk federal).
Beberapa unsur Pajak Berganda Internasional
( PBI )
Apabila pemajakan berganda ( multiple )
dilakukan oleh beberapa adminitrasi pajak
( berdasarkan yurisdiksi pemajakan domestic tiap
Negara ) maka teradapat pajak berganda
Internasional ( international double taxation ).
Secara teoretis dan normative, istilah pajak
berganda internasional meliputi beberapa unsur,
antara lain:
1. Pengenaan Pajak oleh beberapa otoritas
pemajakan terhadap criteria identitas.
2. Identitas subjek pajak (Wajib Pajak
yang sama)
3. Identitas objek pajak (objek yang sama)
4. Identitas masa pajak
5. Identitas (atau kesamaan) pajak
Beberapa tipe Pajak Berganda Internasional
( PBI )
1. Faktual dan potensial
2. Yuridis dan ekonomis
3. Langsung dan tidak langsung
Sebagaimana diketahui bahwa PBI timbul karena
adanya benturan (over lapping) klaim pemajakan
oleh beberapa administrasi pajaksesuai dengan
yurisdiksi pemajakan yang mereka miliki. Apabila
klaim pemajakan tersebut benar-benar
dilaksanakan oleh beberapa Negara pemegang
yurisdiksi maka akan terjadi PBI factual. PBI
tersebut menyebabkan membesarnya beban pajak
yang ditanggung oleh WP apabila dibandingkan
dengan beban yang harus ditanggung seandainya
pemajakan hanya dilaksanakan oleh satu Negara
saja. Namun apabila dari kedua atau lebih Negara
pemegang klaim pajak, hanya satu Negara saja
yang melaksanakan klaim pemajakan tersebut
maka akan terjadi apa yang disebut PBI potensial.
Berbeda dengan PBI factual, PBI ini tidak akan
menimbulkan membesarnya beban pajak karena
pemajakan hanya dilaksanakan oleh satu Negara
saja.
Sementara PBI yuridis terjadi apabila suatu
penghasilan/modal yang sama dikenakan pajak di
tangan orang (subyek) yang sama oleh lebih dari satu
negara, PBI ekonomis timbul apabila dua orang yang
(secara yuridis) berbeda dikanakan pajak atas suatu
penghasilan (atau modal maupun obyek) yang sama
(oleh lebih dari satu Negara).
Apabila dua tau lebih ketentuan pajak dengan struktur
yang sama atau berbeda atas satu fenomena pajak yang
sama pada satu wajib pajak yang sama menimbulkan
PBI langsung. Sedangkan PBI langsung terjadi dari
pemajakan atas satu hal yang sama (setara dengan PBI
ekonomis)
Dampak dari Pajak Berganda Internasional
( PBI )
Secara ekonomis pajak merupakan
pengorbanan sumber daya yang harus ditanggung
oleh pengusaha (dan masyarakat). Pajak berganda
sebagai akibat dari pemajakan oleh dua ketentuan
pemajakan ( dari dua Negara ) memberikan
tambahan beban terhadap pengusaha. Sementara,
perluasan usaha ke mancanegara sudah
mengundang tambahan resiko dibanding dengan
usaha dalam negeri, pemajakan ganda telah
memperbesar resiko tersebut. Kalau tidak ada
upaya untuk mencegah atau meringankan beban
pajak tersebut, PBI dapat ikut memicu ekonomi
global dengan biaya tinggi. Oleh karena itu,
nampak sudah merupakan kebutuhan Internasional
antarnegara untuk mengupayakan agar kebijkana
perpajakannya bersifat netral untuk mengupayakan
agar kebijakan perpajakannya bersifat netral
2
terhadap kompetisi Internasional. Netralitas
tersebut dicapai dengan penyediaan keringanan
atau eliminasi terhadap PBI.
C. Penyebab Pajak Berganda Internasional
PBI muncul apabila terdapat benturan yurisdiksi
pemajakan baik yang melekat pada pemerintah pusat
(Negara) maupun pemerintah daerah. Dengan
demikian, benturan yurisdiksi pemajakan dalam format
internasional (overlapping of tax jurisdiction in the
internasional sphere). Menyebabkan PBI.
Dalam setiap pemajakan, setiap Negara berdaulat akan
melaksanakan pemajakan terhadap subjek dan/atau
objek yang mempunyai pertalian fiscal dengan Negara
yang berada dalam wilayah kedaulatannya berdasarkan
ketentuan domestic. Kalau seandainya dalam ketentuan
domestic dari Negara-negara pemungut pajak tersebut
terdapat pengecualian atau pembebasan dari pajak
terhadap subjek atau objek yang bertempat kedudukan
atau berada di luar wilayah kedaulatannya maka tidak
akan terjadi PBI.
Beberapa bentuk pajak berganda internasional
1. Pajak Penjualan
Walaupun hanya ditujukan terhadap peredaran dan
konsumsi domestic, terdapat kemungkinan bahwa
pajak penjualan ( peredaran dan pertambahan nilai )
dapat menimbulkan PBI. Hal itu dapat terjadi apabila
dalam prinsip pemajakan Negara pengekspor
menganut prinsip Negara asal (origin principle,
pemajakan oleh Negara asal barang dan jasa ),
sedangkan negara pengimpor menganut prinsip negara
tujuan ( destination principle, pemajakan oleh negara
tujuan sebagai pemanfaat barang dan jasa ). Namun,
karena pemajakan atas transfer barang dan jasa, hampir
semua Negara pemungut pajak penjualan menganut
prinsip negara tujuan, maka tidak akan terjadi PBI
dalam pajak tidak langsung.
2. Pajak Penghasilan
Dalam pemajakan ini, kita mengenal dua
pendekatan kewajiban pajak, antara lain :
a. Kewajiban pajak tidak terbatas,
merupakan resultat dari pemajakan
berdasarkan pertalian subjektif yang dapat
berupa nasionalitas atau tempat pendirian
atau tempat kedudukan.
b. Kewajiban pajak terbatas, merupakan
resultat dari pemajakan berdasarkan
pertalian objektif yang dapat berupa lokasi
aktivitas ekonomi dan sumber penghasilan
Sehubungan dengan pajak penghasilan,
PBI dapat terjadi karena benturan antarklaim,
yaitu :
a. Pemajakan tak terbatas
b. Pemajakan tak dengan terbats
c. Pemajakan terbatas
Benturan antarklaim pemajakan tak
terbatas dapat terjadi antarnegara penganut
prinsip :
a. Nasionalitas, pada umumnya terjadi
terhadap orang pribadi yang berada di
Negara penganut tempat kelahiran dengan
orang tua dari Negara penganut
keturunan.
b. Nasionalitas dengan residensi, dapat
terjadi baik pada wajib pajak orang
pribadi maupun badan.
c. Residensi, terjadi pada orang pribadi yang
mempunyai tempat tinggal di Negara penganut
pemajakan berdasarkan asas domisili namun ia
berada dalam waktu yang relative substansial di
3
Negara penganut prinsip kehadiran substansial
( lebih dari 183 hari ).
Benturan tersebut terjadi apabila subjek pajak yang
bertempat tinggal atau bertempat kedudukan di Negara
penganut pemajakan global memperoleh penghasilan
atau menjalankan aktivitas ekonomi juga memperoleh
penghasilan dari Negara penganut klaim pemajakan
terbatas, maka akan timbul PBI sebagai akibat
benturan klaim pemajakan terbatas.
Ketentuan dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan
Dalam ketentuan pemajakannya, UU PPh menganut
pertalian subjektif/dan objektif. Pertalian subjektif
prang pribadi ditentukan berdasarkan :
a. Tempat inggal ( di Indonesia )
b. Kehadiran/keberadaan ( di Indonesia lebih
dari 183hari )
c. Niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
Pertalian subjektif badan ditentukan
berdasarkan :
a. Tempat pendirian
b. Tempat kedudukan
D. Penghindaran Pajak Berganda Internasional
Secara tradisional terdapat beberapa metode
penghindaran PBI, yaitu :
1. Pembebasan/pengecualian ( exemption )
Metode ini berupaya untuk secara total
mengeliminasi PBI. Metode tersebut
menghendaki suatu Negara pemegang
yurisdiksi pemajakan untuk rela melepaskan
hak pemajakannya dan sepertinya mengakui
pemajakan eksklusif di Negara lain. Metode
ini meliputi :
a. Pembebasan subjek, umumnya
diberlakukan terhadap anggota korps
diplomatic, konsuler, dan organisasi
internasional. Para duta besar, anggota
korps diplomatic dan konsuler, yang
sesuai dengan hokum internasional,
mendapat privelage pemajakan. Mereka
hanya dikenakan pajak oleh Negara
pengirimnya saja.
b. Pembebasan objek, yang lebih dikenal
dnegan full exemption diberikan dengan
mengeluarkan penghasilan luar negeri dari
basis pemajakan WPDN Negara tersebut.
Karena penghasilan luar negeri
dikeluarkan dari basis penghitungan pajka
atas penghasilan global, maka secara
wajar, kerugian juga dikeluarkan sebagai
pengurang basis penghitungan pajak.
c. Pembebasan pajak ( tax ), pada prinsipnya
penghasilan luar negeri dibebaskan dari
pajak domestic, namun untuk keperluan
penghitungan pajak pengaruh progresi
penghasilan luar negeri terhadap
pengenaan pajak atas penghasilan global
dipertahankan. Apabila Negara residen
memberlakukan tariff sepadan
(proposional atau flat), maka pengaruh
progresi tersebut adalah nihil. Progresi
akan berpengaruh positif apabila
penghasilan luar negeri negative, karena
kerugian tersebut merupakan pengurang
basis penghitungan pajak atas penghasilan
global. Hal ini merupakan salah satu
perbedaan antara metode pembebasan
penghasilan dengan pembebasan pajak.
Pengaruh progresi aka efektif di Negara
penganut tariff pajak progresif.
4
2. Kredit Pajak
Berbeda dengan metode eksemsi (yang mengeliminasi
penghasilan luar negeri dari basis pengenaan atau
pemajakan dengan memperhitungkan penghasilan
terhadap pengahsilan income against income ), metode
kredit memberikan keringan atau eliminasi PBI dengan
cara mengkreditkan (mengurangkan atau
mengimputasikan) pajak luar negeri terhadap pajak
penghasilan global yang merupakan porsi penghasilan
luar negeri.
Beberapa varian dari metode kredit, antara lain :
a. Kredit penuh, mengurangkan pajak yang
terutang atau dibayar di luar negeri sepenuhnya
terhadap pajak domestic yang dialokasikan
terhadap penghasilan dimaksud. Metode ini
sangat jarang Negara yang memberlakukan
metode kredit penuh.
b. Kredit pajak biasa, memberikan keringan
pajak berganda internasional yang berupa
pengurangan pajak luar negeri terhadap pajak
nasioanl dnegan batasan jumlah yang terendah
antara pajak domestic yang dialokasikan kepada
penghasilan luar negeri dan pajak yang
sebenarnya terutang atau dibayar di luar negeri
atas penghasilan dimaksud yang termasuk dalam
penghasilan global.
E. Implikasi penghindaran pajak berganda
Beberapa metode penghindaran PBI sebagaimana
dibahas di muka mempunyai implikasi baik bagi wajib
pajak ( investor ), Negara sumber maupun Negara
domisili (penyedia keringan).
Pemberian keringan dalam bentuk pembebasan
(exemption) baik objek maupun pajak dapat
mengeliminasi secara tuntas PBI karena pemajakan
hanya dilakukan oleh Negara sumber. Pelepasan
pemajakan oleh Negara domisili menyebabkan
hilangnya potensi penerimaan Negara tersebut dari
penghasilan mancanegara.
Metode eksemsi didasarkan atas prinsip netralitas
impor modal (netralitas pasar internasional) yang
secara otomatis mendorong mobilitas sumber dana ke
mancanegara. Hal ini dapat merupakan rangsangan
untuk menanam modal di Negara berkembang. Karena
beban pajak hanya ditentukan oleh Negara temapt
penanaman modal, apabila beban tersebut lebih rendah
daripada Negara domisili dan Negara lainnya, investor
memperoleh penghematan pajak. Karena tidak
mengenakan pajak, adminitrasi pajak Negara domisili
investor tidak direpotkan dengan kekurang-lengkapan
informasi pajak kecuali Negara tersebut menerapkan
metode eksemsi pajak dan terdapat kerugian
mancanegara.
Dalam rangka peningkatan penerimaan pajak dari
penghasilan mancanegara, Negara domisili dapat
menerapkan kebijakan pengurangan pajak terhadap
penghasilan luar negeri atau keringanan tarif pajak.
Kedua metode tersebut dapat menghambat minat
investasi ke mancanegara terutama apabila bebeas
pajak disana sudah cukup tinggi. Namun hal demikian
secara statuter tidak akan mengurangi niat baik Negara
sumber untuk memberikan keringan pajak dalam
rangka menarik investasi.
A. Penghindaran Pajak Berganda
Internasional
Beberapa Pendekatan
Menyadari bahwa tambahan beban pajak yang
dapat menjurus ke over taxation berpotensi
menghambat mobilitas dan laju bisnis, perdagangan,
investasi, sumberdaya, barang dan jasa serta ekonomi
global, maka dunia perpajakan internasional mencoba
melakukan beberapa pendekatan untuk memperingan
atau mengeliminasi PIB. Beberapa pendekatan, antara
lain :
1. Unilateral (sepihak)
Setiap Negara yang mengenakan pajak atas
penghasilan luar negeri yang diperoleh atau diterima
WPDNnya ialah dengan mencantumkan ketentuan
5
penghindaran PBI dalam undang-undang domestiknya.
Contoh : dengan memberlakukan pemajakan territorial
(membebaskan pemajakan atas penghasilan luar
negeri), atau memajaki penghasilan luar negeri dari
WPDN pada umumnya memberikan keringanan atas
pajak dimaksud.
2. Bilateral (anta dua Negara)
Kedua Negara terkait memberikan keringanan PBI
berdasarkan kesepakatan (persetujuan) antara kedua
Negara pemegang yurisdiksi pemajakan. Kesepakatan
tersebut pada umumnya dirumuskan dalam bentuk
perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B) yang
ditandatangani oleh pemerintah kedua Negara.
3. Multilateral (beberapa Negara secara serempak)
Melibatkan lebih dari dua negara secara regional,
negara yang berada dalam satu kawasan dapat
menutup PIB secara bersama-sama
Ada dua cara untuk menghindari pajak berganda
internasional, yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Cara Unilateral
Cara ini dilakukan dengan memasukkan ketentuan
untuk menghindari pajak berganda dalam UU suatu
negara dengan suatu prosedur yang jelas. Penggunaan
cara ini merupakan wujud kedaulatan suatu negara
untuk mengatur sendiri masalah pemungutan pajak
dalam suatu UU.
Menghilangkan pajak berganda
Secara unilateral melalui UU pajak dan aturan
pelaksanaannya caranya :
Mengecualikan seseorang/badan sebagai subjek
pajak
Mengecualikan suatu penghasilan sbg objek pajak
Menerapkan metode penhilangan pajak berganda
(deduksi, pembebasan, kredit)
Membetulkan ketetapan pajak yang menimbulkan
pajak berganda
Mengembalikan pajak yang seharusnya tidak
terutang
Kelemahan :
Hanya melindungi SPDN, apabila terjadi dual
residence ketentuan domestiklah yang menimbulkan
DT
2. Cara Bilateral atau Multilateral
Cara Bilateral atau Multilateral dilakukan melalui
suatu perundingan antar negara yang berkepentingan
untuk menghindarkan terjadinya pajak berganda.
Perjanjian yang dilakukan secara bilateral oleh dua
negara, sedangkan multelateral dilakukan oleh lebih
dari dua negara, yang lebih dikenal dengan sebutan
traktat atau tax treaty. Proses terjadinya perjanjian
secara bilateral maupun multilateral tentu akan
membutuhkan waktu yang cukup lama karena
masing-masing negara mempunyai prinsip
pemajakannya masing-masing sesuai dengan
kedaulatan negaranya sendiri.
Secara bilateral/multilateral melalui Tax Treaty
caranya :
Menyelesaikan dual residence dengan
menyediakan Tie Break Rule
Membagi hak pemajakan atas penghasilan
Koresponding adjustment dalam kasus transfer
pricing
Menentukan metode penghilangan pajak
berganda(deduksi atau kredit)
WP dapat melakukan MAP
Prosedur persetujuan bersama/MAP
Apabila WP dikenakan pajak tidak sesuai P3B
dapat meminta Kantor Pajaknya untuk melakukan
MAP dengan kantor pajak mitra P3B
Arbitrase Internasional
Apabila WP tidak puas dengan keputusan MAP dapat
membawa masalahnya ke Arbitrase Internasional
Perjanjian Dalam Pajak Berganda Internasional
Perjanjian seperti ini kebanyakan masih
berusia muda, dahulu hanya dikenakan persetujuan
persahabatan, persetujuan untuk menetap, persetujuan
6
dagangan dan peretujuan pelayanan yang kadang-
kadang mencakup satu ketentuan yang ada
hubungannya dengan beberapa macam pajak yang
kebanyakan mencantumkan klausul tentang keharusan
adanya perlakuan yang sama terhadap penduduk atau
penguasa dari negara-negara yang mengadakan
persetujuan.
Prosedur dari perjanjian kolektif ternyata sukar
untuk dilaksanakan karena bermacam-macam ragam,
sistem dan asas perpajakan di berbagai negara, dan
karena lambannya prosedur perundingan untuk tidak
berbicara tentang lambannya atau resikonya
pengukuhan oleh kepala negara-negara peserta
perjanjian.
Ketentuan-ketentuan penting yang tercantum dalam
perjanjian-perjanjian pajak berganda secara singkat
adalah sebagai berikut :
1. Orang-orang yang dapat menikmati keuntungan
dari perjanjian-perjanjian.
2. Pajak-pajak yang diatur dalam perjanjian.
3. Sengketa internasional.
4. Arti tempat kediaman fiskal.
Secara tradisional terdapat beberapa metode
penghindaran PBI :
1. Pembebasan/pengecualian (exemtion)
2. Kredit (tax credit)
3. Metode lainnya
Contoh Ad.1.
Wajib pajak A yang berkedudukan di Negara P yang
mengenakan pajak penghasilan dengan tarif 25%
mendapat penghasilan dari Negara Q sebesar 100 yang
telah dikenakan pajak sebesar 30%, sedangkan
penghasilan domestic adalah 200, berapakah pajak
terutangnya ?
Perhitungan:
Penghasilan domestic 200
Penghasilan 100
Penghasilan global 300
Pajak terutang (300x25%) 75
Eksemsi Pajak :
x 75 = 25
Pajak kurang bayar = 50
Kalau, misalnya, dari operasi di Negara Q tersebut
diperoleh kerugian sebesar %), maka penghitungan
pajaknya adalah sebagai berikut :
Perhitungan :
Penghasilan domestic 200
Kerugian luar negeri ( 50)
Penghasilan global 150
Pajak terutang/kurang bayar :
25% x 150 = 37,50
Dengan demikian, apabila kegiatan diluar negeri
mendapat kerugian sebagai konsekuansi dari system
pemajakan global, kerugian tersebut sepertinya dapat
mengurangi penghasilan kena pajak domestic. Namun
secara berkesinambungan pengurangan tersebt harus
dipulihkan/diganti kembali (recaptured) pada periode
berikutnya apabila memperoleh laba. Kalau misalnya,
dalam contoh tersebut, pada tahun berikutnya dari
operasi di Negara Q didapat laba 150, di samping laba
domestic 250, maka penghitungan pajak terutangnya,
sebagai berikut :
Perhitungan :
Penghasilan domestic 250
Penghasilan 150
Penghasilan global 400
Pajak terutang (400x25%) 100
Eksemsi pajak
Penghasilan luar negeri 150
Perhitungan rugi laba th lalu 50
Basis penghitungan eksemsi 100
Eksemsi pajak :
x 100 = 25
Pajak harus dibayar 75
7