74
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan ini kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas ijin-nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tugas ELEMEN MESIN I sesuai dengan yang diharapkan. Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dosen mata kuliah ELEMEN MESIN I yang telah memberi bimbingan kepada kami sehingga laporan ini selesai dengan baik, serta tidak lupa ucapan terima kasih kepada asisiten pemberi tugas dan rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi bantuan dalam penyusunan laporan ini. Namun kami menyadari banyak dalam laporan ini masih terdapat banyak kesalahan, karena itu kami mengharapkan banyak kritikan serta saran-saran yang bersifat membangun. Akhirnya kami dari penyusun berharap semoga laporan ELEMEN MESIN I dapat bermanfaat.

Paku Keling Proyek I

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Paku Keling Proyek I

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Dengan ini kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT

karena atas ijin-nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan tugas ELEMEN

MESIN I sesuai dengan yang diharapkan.

Tak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dosen mata

kuliah ELEMEN MESIN I yang telah memberi bimbingan kepada kami sehingga

laporan ini selesai dengan baik, serta tidak lupa ucapan terima kasih kepada

asisiten pemberi tugas dan rekan-rekan mahasiswa yang telah memberi bantuan

dalam penyusunan laporan ini.

Namun kami menyadari banyak dalam laporan ini masih terdapat banyak

kesalahan, karena itu kami mengharapkan banyak kritikan serta saran-saran yang

bersifat membangun.

Akhirnya kami dari penyusun berharap semoga laporan ELEMEN MESIN

I dapat bermanfaat.

Makassar, November 2008

(Penyusun)

Page 2: Paku Keling Proyek I

BAB I

PENDAHULUAN

Sambungan merupakan bagian yang banyak terdapat pada setiap konstruksi

terutama pada konstruksi mesin umumnya sambungan di buat dengan maksud :

1. Membentuk konstruksi menurut kebutuhan yang di kehendaki terutama

jika sulit atau kurang ekonomis bila bentuk dari satu bahan baja

2. Memudahkan waktu pemasangan, pemeliharaan, dan penggantian bahan

bahan yang rusak.

3. Memungkin membentukkonstruksi dari bermacam-macam jenis dan

ukuran bahan menurut kebutuhan dan harga yang lebih rendah.

4. Mendapatkan baian bagian yang dapat bergerak diam dan dapat di buak

atau tidak di buka di lihat dari fungsinya.

Di lihat dari segi konstruksi, maka sambungan dapat di bedakan menjadi :

1. Sambungan tetap (permanen)

Yaitu sambungan yang tidak dapat di buka kecuali dengan jalan

merusaknya

2. Sambungan tidak tetap

Yaitu sambungan yang sewaktu-waktu dapat di lepas.

Untuk lebih jelasnya kami akan menulis beberapa perencanaan

dalam laporan ini yaitu “Perencanaan Paku Keling” untuk kebutuhan

penampungan air garam.

Page 3: Paku Keling Proyek I

BAB II

PENDAHULUAN

Paku keling merupakan alat penyambung yang tetap/mati walaupun

sambungan-sambungan dengan paku keling kini sudah banyak digantikan dengan

las, namun pada sambungan kapal dan bangunan/konstruksi jembatan-jembatan

masih tetap dipakai. Paku keling ini terdiri dari sebuah kepala setinggi 0,6 d, dan

sebuah batang sepanjang 1 kepala penutup yang dibentuk sewaktu mengeling.

Tingginya juga 0,6 d dan lebarnya 1,6 d. Panjang batang terhadap plat yang akan

dikeling adalah 1,5 d, sisa panjangnya 1,5 d inilah nantinya dipakai untuk

membentuk kepala penutup.

Agar paku keling dapat dimasukkan kedalam lubang dengan cepat, maka

lubang tersebut harus lebih besar daripada diameter paku keling. Adapun

selisihnya adalah paling besar 1 mm, tetapi dalam gambar kerja lubang paku

keling disamakan dengan diameter batang pakunya.

Memasang paku keling dengan diameter sampai 8 mm paku kelingnya

harus dipanasi atau dibakar lebih dulu. Mengenai beberapa macam sambungan

kampuh paku keling, macam kampuh yang paling sederhan adalah kampuh lap.

Kelemahan dari macam-macam sambungan ini adalah disamping bahwa terjadi

pembebanan tarik juga terjadi pemebebanan lengkung.

Pada sambungan strip itu kedua plat yang akan dikeling dilapisi dengan

plat yang ketiga, disinipun terjadi pembebanan lengkung yang merugikan.

Page 4: Paku Keling Proyek I

Dalam membuat sambungan dengan paku keling, maka setiap bagian

harus dipasang tegak dan dihubungkan dengan bagus, baik sebelum dan sesudah

pemasangan. Pada paku keling ini dapat dilakukan dengan pertolongan baut yang

dipasang pada setiap lubang ketiga dan ke empat, yaitu lubang-lubang itu nantinya

akan diisi dengan paku keling.

Jika hendak dilakukan pemasangan paku keling panas maka haruslah

dilakukan pemanasan yang uniform sepanjang paku tersebut tanpa menjadikannya

terbakar ataupun sampai terkupas. Setelah paku dipukul maka paku keling

tersebut haruslah mengisi penuh atau sempurna pada lubang dan jika terbenam

maka harus diisi penuh dan jika dikehendaki kepala paku keling diratakan. Setiap

paku keling yang hilang, terbakar atau rusak haruslah diganti dengan yang lain.

Jika paku keling dan las keduanya digunakan dalam membuat suatu

sambungan, maka pengelasan haruslah pertama kali dilakukan atau dikerjakan .

Paku keling dari bahan baja karbon rendah terutama jika dipanaskan akan

melentur dan elastis , karena itu dapat digunakan untuk menutup dan membentuk

sambungan didalam struktur dari papan baja.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat sambungan dengan

menggunakan paku keling, yaitu:

Apakah paku atau batang cukup baik untuk mengisi lubang

Apakah paku-paku resusun satu garis dan beraturan .

Janganlah membuat tanda lubang pada kepala paku keling.

Jangan sampai paku keling menjadi bengkok karena tegangan yang tinggi

- selama operasi terhadap paku keling.

Page 5: Paku Keling Proyek I

Paku keling yang telah dibakar jangan dipakai lagi.

Semua lubang harus bersih dari berkas-berkas bor.

Jika mungkin semua plat ditumpuk dijadikan satu , diikat kemudian baru

dilubangi secara serempak.

Tidak dibenarkan membuat lubang dengan menggunakan las pemotong.

Jika las harus dibentuk lengkung, maka pembuatan lubang paku keling

dikerjakan setelah plat dilengkungkan terlebih dahulu.

Rusaknya paku ling pada sambungannya disebabkan oleh:

Adanya gesekan antara plat yang satu dengan yang lainnya.

Patah plat antara lubang paku keling pada garis yang sama.

Akibat paku keling patah karena tegangan geser.

Akibat plat melengkung .

Akibat dari semua hal ini akan mengakibatkan ketidak sempurnaan dari

sambungan paku keling atau menimbulkan kerusakan pada sambunggan paku

keling sehingga tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya

1. Ukuran

Diameter lubang biasanya 1,5d mm lebih besar dari pada diameter normal

dari paku keling dalam keadaan normal. Paku keling harus dapat dimasukan

secara tepat kedalam lubang sebelum dipukul

Beberapa hal yang biasa terjadi pada paku keling,yaitu :

1. batang paku keling tidak dapat menutup lubang agar terbentuk kepala agar

terbentuk kepala yang baik

Page 6: Paku Keling Proyek I

peyebabnya:

- paku keling kurang panjang

- ukuran lubang terlalu besar

- mangkuk pematuk terlalu besar

- jika paku kelikng dipanaskan , maka pemanasan tidak mencukupi.

2. Batang pakun keling yang terlalu panjang meyebabkan terbentuk suatu

topi 2”joikey” .

peyebabnya :

- paku keling bengkok

- letak pematuk miring

- paku keling terlalu panjang

3. kepala paku keling tidak segaris lurus .

peyebabnya :

- kesalahan penyusunan meyebabkan lubang-lubang keluar dari garis

susunan.

- Pematuk tidak segaris lurus

- Meletakan paku keling dalam posisi meyudut

4. Batang paku keling tidak mengembang didalam lubang.

Penyebabnya :

- Bagian pinggir atau sisi paku keling telah dipukul terlebih dahulu sebelum

dipakai

- Plat-plat tidak dibuat secara baik.

5. Plat-plat antara lubang mengembang.

Page 7: Paku Keling Proyek I

Penyebabnya :

- Kurang banyak menggunakan baut dalam pengikat plat

- Terlalu berdebu

- Jika menggunakan paku keling panas, maka penekanan paku keling

lama.

6. Plat terluka.

Penyebabnya :

- Paku keling terlalu pendek

- Proses pematukan terlalu lama

- Memaku dengan sudut terlalu besar

7. Batang paku mengembang diantara plat-plat.

Penyebabnya :

- Memakai baut yang tidak mencukupi atau kurang

- Baut tidak akan kuat mengikat

- Plat-plat sendiri yang saling menutup

2. Macam-macam paku keling

Pada umumnya pembuatan paku keling dapat dibuat menurut ketetapan-

ketetapan yang tercantum dalam lembaran normalisasi menurut ASME

(American Society Mechanical Enginering). Contoh-contoh paku keling

menurut kegunaanya masing-masing seperti berikut:

Paku keling menurut normalisasi :

N 667 : Paku keling dengan kepala bulat

Tipe A, digunakan pada jembatan dan pengerjaan konsi, dengan ukuran

Page 8: Paku Keling Proyek I

a = 1,6 d

b = 0,6 d

Tipe B, digunakan untuk ketel uap, ukurannya :

a = 1,6 d

b = 0,7 d

Tipe BB, digunakan untuk maksud istimewa, ukurannya

a = 1,8 d

b = 0,7 d

Tipe C, digunakan untuk ketel uap dan untuk pekerjaan yang

membutuhkan terapan, ukurannya

a = 1,6 d

b = 0,6 d

a1 = 1,8 d

b11= 0,7 d

N 669 : Paku keling dengan kepala-kepala yang dibenam,

digunakan untuk bangunan kapal terutama pada sambungan dibawah air,

ukurannya

a = 1,6 d

b = 0,5 d

N 668 : Paku keling dengan kepala tirus

digunakan untuk bangunan kapal, ukurannya

a = 1,6 d

b = 0,7 d

Page 9: Paku Keling Proyek I

N 746 : Paku keling dengan kepala-kepala dibenam

Bj 27, ukurannya :

a = 1,7 d

b = 0,5 d

Bj 34, bentuk kepala paku menurut ASME

Bj 39 straigt base/button head

Cone head

Bj 48 button head

Pan head

Bj 57 Double radius/button head

Steeple head

Bj 16 Countersunk head

Plat head

Menurut ASME yang paling banyak dipakai adalah bentuk cone head,

button head, steeple head dan counter head.

3. Perhitungan kekuatan

Perhitungan kekuatan sambungan paku keling, maka seluruh

pembebanan dianggap bekerja pada paku-paku kelingnya untuk sambungan lap

dilakukan sebagai berikut :

Page 10: Paku Keling Proyek I

Beban sebesar F bekerja pada penampang A atas dasar gesekan, maka :

F = n . /4 . d 2 . d

4F = n . . d 2 . d

d 2 =

d =

dimana :

F = Beban (kg)

n = Jumlah paku (buah)

d = Diameter paku (cm)

d= Tegangan geser (kg/cm2)

Kemungkinan lain dapat terjadi, bahwa disebabkan oleh beban F tadi,

bukannya kelingan purus, melainkan platnya yang akan rusak atau robek

sepanjang A, untuk menghindari ini maka plat ditetapkan bahwa jarak antara

sumbu paku sisi plat adalah :

K = 1,5 d – 2 d

Disebabkan pula oleh pembebanan tumpuan maka plat dibelakang, berlaku :

F = n . d . . d

=

Dengan adanya lubang dengan diameter d, maka panjang b menjadi

berkurang. Dengan demikian rumus untuk menentukan lebar plat adalah :

F = ( b - nd ) . t

b – nd = f/t

Page 11: Paku Keling Proyek I

b = f/t + n . d

dimana:

b = lebar plat (cm)

t = tegangan tarik ( kg/cm2)

untuk besarnya tegangan gesr dan tegangan sumbu tergantung dari jarak antara

sumbu paku dan tepi plat .

k = 1,5 d

d = 0,8 t

persentase kekuatan (U) terhadap plat dan paku keling

U plat =

U paku keling =

4. Tipe sambungan paku keling

Sambungan ini dipakai untuk dua plat yang satu menutup yang lain,

kemudian disambung dengan paku keling. Jenis ini terbagi atas jumlah baris paku

keling yang digunakan.

a. Sambungan lap yang dikeling tunggal (single riveted)

Apabila digunakan sebagai berikut :

t = jarak pusat paku

d = diameter paku/pusat paku kepinggir plat

Page 12: Paku Keling Proyek I

Syarat-syarat sambungan lap dikeling tunggal :

1. p 8 s untuk rapat .................. (4)

2. p 2d + 6 mm .................. (5)

3. e = 1,5 d .................. (6)

4. d = 0,7 s + 13 mm .................. (7)

catatan : (4), (5), (6) dan (7) bahan kuliah Manhine Element, hal 29

Daftar kampuh lap (berimpit) dikeling tunggal

Tebal plat (s)

mm

Paku keling Jarak antara (t)

mm

Persentase

%D d

6

7

8

10

11

12,5

14

16

13

16

16

19

19

22

25

28

13,5

17

17

20

20

23

26

29

33

43

40

45

44

50

56

62

c.a 59

c.a 60

c.a 57

c.a 55

c.a 54

c.a 54

c.a 53

c.a 53

2. Sambungan lap yang dikeling beganda

Sesuai dengan urutan penempatan paku keling, maka dibagi atas :

a. Sistem berliku

1. P = 2,6 d + 15 mm

2. a = 0,6 d

Page 13: Paku Keling Proyek I

3. e = 1,5 d

b. Sistem rantai, syarat-syaratnya :

1. p = 2,6 d + 10 mm

2. a = 0,8 d

3. e = 1,5 d

Daftar kampuh yang dikeling berganda

Tebal plat (s)

mm

Paku keling Jarak antara

mm

Persentase

%D d

6

7

8

10

11

12,5

14,5

14

16

19

22

13

13

16

19

19

22

22

25

25

28

31

13,5

13,5

17

20

20

23

23

26

26

29

32

48

46

62

70

65

76

70

86

80

84

90

c.a 72

c.a 70

c.a 72

c.a 71

c.a 69

c.a 70

c.a 73

c.a 70

c.a 67

c.a 65

c.a 64

4. Sambungan lap dikeling triple

Page 14: Paku Keling Proyek I

Syarat-syaratnya :

1. p = 3 d + 22 mm

2. a = 0,5 d

3. c = 1,5 d

sambungan terputus bila antara paku keling :

1. Robek menurut 1

2. Robek menurut 2

Dari I terdapat rumus

P (t – d) s . t

Kekuatan paku keling dihitung dengan rumus :

P = 3. /4.d2.D

dimana D = 0,8 t

Perhitungan terhadap beban tumpuan

P = 3 . d . s . s

dimana s = 1,5 t

Daftar kampuh lap dikeling triple

Tebal plat (s)

mm

Paku keling Jarak antara

mm

Persentase

%D d

Page 15: Paku Keling Proyek I

12,5

14

16

19

22

23

25

28

22

25

25

28

28

31

31

31

23

26

26

29

29

32

32

32

100

102

105

112

104

119

109

101

c.a 77

c.a 77

c.a 75

c.a 74

c.a 71

c.a 73

c.a 70

c.a 68

4. Sambungan dengan billah (butt joint) atau sambungan berhadapan.

Cara ini untuk mengikatkan beberapa plat satu sama lain dimana dikelingkan

billah pada sambungan itu.

Sambungan ini terbagi atas :

a. Sambungan billah berganda dikeling tunggal (butt joint two strap single

riveted).

t1 = tebal billah

t = tebal plat

d = diameter paku = 0,7 + 10 mm

maka syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :

1. p = 2,6 d + 10 mm

2. b = 0,5 d

b. Sambungan billah berganda dikeling berganda (butt joint two strap double

riveted).

Page 16: Paku Keling Proyek I

Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :

1. P = 3,5 d

2. b = 1,5 d

3. pb = 0,5 d

4. e = 1,5 d

Dimana :

Pb = Jarak antara baris-baris paku keling

b = Jarak pusat paku kecelah plat

c. Sambungan istimewa rowe

Sambungan ini adalah sambungan dengan billah berganda dengan dua

langkah/dua baris paku tetapi ukuran lebar billah tidak sama yaitu ukuran

lebih kecil.

Syarat-syarat paku yang harus dipenuhi, adalah :

1. a = 1,3 d

2. e = 1,5 d

Jarak memanjang diluar billah yang kecil = p

Jarak paku memanjang didalam billah yang kecil = p

Disamping ke empat tipe sambungan paku keling diatas terdapat juga

sambungan paku keling dengan tipe sambungan tumpang (lap joint) dan

sambungan temu. Pada sambunga tumpang plat dihubungkan ditumpangkan

diatas plat lain dan bersama-sama diikat dengan satu atau lebih paku keling,

disambung dengan dua plat tutup masing-masing dikeling ke plat utama (kadang

kala hanya dipakai satu plat tutup).

Page 17: Paku Keling Proyek I

Jumlah baris paku keling yang digunakan untuk mengikat plat tutup kemasing-

masing plat utama menunjukkan sambungan sebagai keling tunggal, keling ganda

dan sebagainya.

Biasanya pada sambungan ketel, plat utama luar lebih kecil dari plat tutup dalam,

plat luar cukup lebar untuk satu baris paku keling dimana paku keling

ditempatkan secara rapat tipe sambungan ini disebut sambungan tekanan

pemakaian.

5. Kampuh Keling

Kampuh sambungan keling dibuat menurut kebutuhyan dari kekuatan dan

kerapatan Yang dikehendaki.

a. Kampuh berimpit

Kampuh berimpit dapat dibentuk dengan kedua pinggir plat yang

disambung, lalu dikeling. kampuh berimpit biasanya untuk kekuatan kecil dan

sedang serta untuk sambungan yang hanya memerlukan kerapatan jika diperlukan.

Antara kedua pelat diberi perekat seperti kain yang dibasahi cat, gasket dan bahan

perekat lainnya. Kampuh berimpit ada yang dikeling tunggal, berganda atau

dikeling tiga baris.

Page 18: Paku Keling Proyek I

Diameter paku keling dipilih dengan patokan :

d = 5 s-0,4cm

s = Tebal pelat

b. Kampuh bilah tunggal

Kampuh bilah tunggal dibuat untuk sambungan yang tidak mendapat gaya

tarik yang terlalu besar sehingga dapat menyebabkan lengkungan bilah dan

merenggangkannya sambungan tebal billah (sambungan) biasanya diam

S* = 0,6 - 0,8 dan maksimal

S* = 5

Seperti halnya kampuh ber impit, kampuh bilah tunggal atau di kelling 3 baris

c. Kampuh Bilah Ganda

Kampuh bilah ganda banyak digunakan untuk sambungan yang dikehendaki

kekuatan dan kerapatan pada tekanan tinggi, misalnya sambungan memanjang dan ketel

Page 19: Paku Keling Proyek I

uap. Kampuh bilah ganda juga dikeling tunggal, dikeling 2 atau 3 baris. Sambungan ini

juga disebut dengan sambungan dilantik (buttj oins)

d. Kampuh Rowe

Gambar diatas menunjukkan kampuh bilah ganda yang di keling ganda, yang

dikenal dengan kampuh Rowe. Yang istimewa dari kampuh ini bilah luar yang dikenal

atau kurang lebar dari bilah dalam. Selain itu baris paku keling luar diumpamakan untuk

mempertinggi persen plat. Oleh karena itu jarak paku keling dari baris sebelah dalam

agak kecil dari bilah sebelah luar dan dapat kita rapatkan dengan baik walaupun jarak

antara paku keling pada baris luar kampuh Rowe biasanya delapan kali lebih besar

daripada tebal bilah dalam.

Page 20: Paku Keling Proyek I

BAB III

ANALISA PERHITUNGAN

Kapasitatsa ngkiy anga kand ibuat : 107 m3

: 107.000 liter

Jenis paku keeling yang digunakan yaitu paku keeling kepala persing

Jenis sambunganya itu melintang dengan kampuh berimpit dikeling lurus

dangan3 baris paku

Bahan paku keeling yang digunakan dan ada dipasaran yaitu baja ST 47

dengan

- Tegangan tarik (σt) = 940kg/cm2

- Tegangan geser (σd) = 752kg/cm2

Bahan paku keeling yang digunakan yaitu ST 47 dengan:

- Tegangan geser (σd) = 752kg/cm2

- Tegangan tumpu (σs) = 14100'kg/cm2

Ukuran plat yang akan digunakan dan tersedia dipasaran:

- Panjang = 2,30 m

- Lebar = 1,20 m

Ukuran tangki :

- Diameter = 5 m

Page 21: Paku Keling Proyek I

- Tinggi = 5,096 m

Sehingga volume tangki :

V. π.r2.t

3 ,14. (2,5)2.5 ,096

: 100.009 m3

Sehingga jumlah plat yang digunakan yaitu :

- Keliling lingkaran tangki yaitu :

π.D = 3,14 . 5 = l5,7 m

Sehingga 15,7 : 12 = 13,08 lembar = 13,1 lembar

- Tinggi tangki = 5,096 m

Sehingga 5,096 : 2,3 = 2,22 lembar

Page 22: Paku Keling Proyek I

Sehingga :

S = 509,6.500.0,1025 . 107 2,940.10 65

26117 . 107 18800 65

= 1,39 . 1,65

= 2,29 cm = 22,9 mm

2. Diameter paku keling

d1 = S + 0,8 cm = 2,29 + 0,8 dimana d = diameter pakukeling

= 3,09 cm = 30,9 mm S = Tebal Plat

3. Jarak baris paku keeling

Page 23: Paku Keling Proyek I

8. Kampuh berimpit sambungan melintang

d = 3,09 mm = 30,9 cm di mana t = jarak baris paku keeling

t = 3.d + 0,5

= 91,7 mm = 9,17 cm

9. Jarak baris paku keeling sampai tepi plat :

1,5 d = 1,5 . 30,9

= 46,35 mm = 4,63 cm

4. Paku keeling di bebani dengan beban tarik

Kemampuan paku menerima beban

Page 24: Paku Keling Proyek I

Karena kemampuan paku menerima beban lebih besar di banding beban

yang di terima , maka perencanaan aman.

Page 25: Paku Keling Proyek I
Page 26: Paku Keling Proyek I

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sambungan merupakan bagian yang banyak atau sering di gunakan pada

konstruksi mesin yang umumnya di buat dengan maksud membentuk

konstruksi menurut kebutuhan yang di kehendaki terutama jika sulit atau

kurang ekonomis bila bentuk dari suatu benda akan di cetak,

Sambungan ini juga memudahkan waktu pemasangan dan juga dapat

memungkinkan membentuk konstruksi dari berbagai jenis dan ukuran

bahan menurut kebutuhan dan harga yang lebih murah dan juga dapat

mengganti bagian bagian yang rusak.

B. Saran saran

Dalam perencanaan sambungan, kita tahu pentingnya paku keeling dalam

konstruksi mesin. Jadi dalam menentukan ukuran serta kekuatan agar

tidak terjadinya kelelahan yang singkat pada baja keeling kita harus

mengetahui kekuatan dari bahan yang akan kita pakai.

Oleh karena itu dalam pengolahan data kita harus teliti agar tidak terjadi

sesuatu hal yang fatal pada percobaan atau perencanaan sambungan

keeling.

Page 27: Paku Keling Proyek I

DAFTAR PUSTAKA

1. Elemen Mesin I.”sularso dan kiyokatsu”1987,PT. Oradaya Paramitha.

Jakarta

2. Mekanika Fluida edisi ke dua jilid I. “Frank M,White”1988.Erlangga.

Bandung

Page 28: Paku Keling Proyek I

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang semakin meningkat dewasa ini

di perlukan peningkatan wawasan serta pengetahuan khusus dalam bidang

teknologi dan industri. Dengan kenyataan seperti ini maka perlu ada peningkatan

di segala aspek pembangunan guna mencapai taraf hidup yang layak. Maka dari

itu kita sebagai penerus perlu melihat jauh ke depan agar Negara kita dapat

bersaing dengan Negara lain.

Pembangunan industry pada hakikatnya bertujuan untuk mengurangi

ketergantungan terhadap Negara lain yang sudah maju. Oleh karena itu kita harus

dapat berbuat atau dapat menghasilkan sesuatu sehinga bisa di manfaatkan.

Page 29: Paku Keling Proyek I

Untuk mencapai hal itu tidaklah gampang karena harus di tunjang oleh tenaga

tenaga terampil serta dana yang besar.

Salah satu untuk mencapai upaya tersebut adalah melalui sector

pendidikan. Namun pendidikan di sini bukan hanya melalui teori yang

mengandalkan penghafalan tetapi juga dengan praktek agar dpat mengerti cara

perencanaan dan proses kerjanya.

Untuk lebih jelasnya kami telah menulis perencanaan pda laporan ini yaitu

proses gandar dengan cara menghitung kekuatan produk dan pemilihan bahan

yang berkualitas.

BAB II

POROS ATAU GANDAR

GERBONG KERETA API

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama – sama dengan putaran utama

dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Page 30: Paku Keling Proyek I

A. Macam – Macam Poros

Poros untuk meneruskan daya dan klasifikasikan menurut pembebanannya

seperti berikut :

1. Poros Transmisi (Line Shaft)

Poros ini mendapat beban puntir dan lentur. Daa transmisikan kepada

poros ini melalui kopling, roda gigi, puly sabuk, rantai dan lain – lain.

2. Spindel ( Spindle )

Poros yang pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban

utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah

deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

3. Gandar

Poros ini dipasang diantara roda roda kereta api, dimana tidak mendapat

beban puntir dan tidak berputar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur,

kecuali tidak digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami

beban puntir juga.

4. Poros ( Shaft )

Poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke

mekanisme yang digerakkan. Poros ini mendapat beban puntir murni dan

lentur.

5. Poros yang berfungsi untuk memindahkan daya dari dua mekanisme,

dimana perputaran poros membentuk sudut dengan poros lainnya. Daya

yang dipindahkan kecil.

B. Hal – Hal Penting dalam perencanaan Poros

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sebuah poros

adalah :

1. Kekuatan Poros

Page 31: Paku Keling Proyek I

Suatu poros trasmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur gabungan

antara puntir dan lentur juga ada poros yang mendapat beban tarik atau

tekan seperti poros baling – baling kapal atau turbin dan lain-lain.

2. Kekuatan Poros

Meskipun sebuah poros mempunai kekuatan yang cukup tetapi jika

lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan

ketidakpastian, atau menimbulkan getaran atau suara.

3. Putaran Kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu

dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut dengan

putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik

dan lain – lain, jika mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa

hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan – bahan tahan korosi harus dipilih untuk propeller dan pompa bila

terjadi kontak dengan media yang korosif. Demikian pula untuk poros

yang terancam kavitasi dan poros mesin yang sering berhenti lama.

C. Bahan Poros

Secara umum untuk poros dengan diameter 3-3 ½ in dipergunakan bahan

yang dibuat dengan pengerjaan dingin, baja karbon. Dan bila dibutuhkan untuk

mampu menahan beban kejut, kekerasan dan tegangan yang besar maka dipakai

bahan baja paduan, yang dapat dilihat pada table bahan ( misalnya: ASME 1020;

1117; 2215; 4320; 4820; atau G 4102, G 4103, G 4104, G 4105 dalam table dan

sebagainya ). Karena sangat tahan terhadap korosi dan poros ini dipakai untuk

meneruskan putaran tinggi dan beban berat. Sekalipun demikian pemakaian baja

paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi

dan beban berat. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan penggunaan baja karbon

yang diberi perlakuan panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan yang

Page 32: Paku Keling Proyek I

diperlukan, sedangkan untuk poros – poros yang bentuknya sulit seperti poros

engkol, besi cor robuler atau cor lainya banyak dipakai .

Table : Baja Paduan untuk Poros

Standar dan Macam Lambang Perlakuan Panas Kekuatan tarik

Baja khrom nikel

(JIS G 4102)

SNC 2

SND 3

SNC 21

SNC 22

-

-

Pengerasan kulit

Pengerasan kulit

85

95

80

100

Baja khrom nikel

Molibden

(JIS G 4103)

SNCM 1

SNCM 2

SNCM 7

SNCM 8

SNCM 22

SNCM 23

SNCM 25

-

-

-

-

Pengerasan kulit

Pengerasan kulit

Pengerasan kulit

85

95

100

105

90

100

120

Baja khom

(JIS G 4104)

SCr 3

SCr 4

SCr 5

SCr 21

SCr 22

-

-

-

Pengerasan kulit

Pengerasan kulit

90

95

100

80

85

Baja khrom Molibbden

(JIS G 4105)

SCM 2

SCM 3

SCM 4

SCM 5

SCM 21

SCM 22

SCM 23

-

-

-

-

Pengerasan kulit

Pengerasan kulit

Pengerasan kulit

85

95

100

105

85

95

100

Gandar untuk kereta rel di buat dari baja karbon dan demi keamanan di dalam

perencanaan harus dipertimbangkan secara hati hati

Page 33: Paku Keling Proyek I

D. Poros dengan beban punter dan lentur yang berulang berdasarkan

teori tresca

Poros pada umumnya meneruskan daya melalui sabuk, dan rantai.

Dengan demikian poros tersebut mendapat bahan punter dan lentur sehingga pada

permukaan poros akan terjadi tegangan geser karena momen punter Mt dan

tegangan tarik karena momen lentur.

Page 34: Paku Keling Proyek I
Page 35: Paku Keling Proyek I
Page 36: Paku Keling Proyek I
Page 37: Paku Keling Proyek I
Page 38: Paku Keling Proyek I
Page 39: Paku Keling Proyek I
Page 40: Paku Keling Proyek I
Page 41: Paku Keling Proyek I
Page 42: Paku Keling Proyek I
Page 43: Paku Keling Proyek I
Page 44: Paku Keling Proyek I
Page 45: Paku Keling Proyek I
Page 46: Paku Keling Proyek I
Page 47: Paku Keling Proyek I
Page 48: Paku Keling Proyek I

BAB III

ANALIS PERHITUNGAN

Merencanakan suatu batang poros untuk kebuhan gandar kereta api dengan

data data sebagai berikut :

Data yang di ketahui = 27 ton

= 27.000 kg

Berat muatan = 20 ton

= 20.000 kg

Data yang di pilh

10. Kecepatan maksimum = 100 km/jam

11. Bahan gandar S45 C, kelas 3 dari baja karbon konstruksi mesin.

Di mana :

Page 49: Paku Keling Proyek I

j : jarak bantalan radial = 1930 mm

g : jarak telapak roda = 1120 mm

r : jari jari telapak roda = 430 mm

h ; tinggi titik berat = 970 mm

a : luar naf roda = 345 mm

L : panjang naf roda = 128 mm

Penyelesaian :

1. Perhitungan diameter gandar yang harus di ambil pada bantalan rol berikut

yang di pasang pada jarak 624 mm dan tengah.

12. Beban statis (w)

Berat kereta + berat muatan w = --------------------------------------

2

27.000 + 20.000w = -----------------------

2

= 23.500 kg

13. Panjang lengan momen pada bantalan rol kerucut (pl)

Jarak bantalan radial pl = ---------------------------- - jarak dari tengah gandar

2

1930= ------------ - 642 2

= 341 mm

14. Perhitungan momen

Page 50: Paku Keling Proyek I

Wm = ------- . pl

2

23.500m = ----------- . 341

2

= 4.006.750 kg.mm

Beban yang di pakai yaitu S45 C, maka σ b = 58 kg/mm2

15. Jika factor keamanan untuk beban statis di ambil 6 dan factor perkalian

untuk beban dinamis di ambil 4, maka menjadi :

6 . 4 = 24

σaMaka : σ a = ---------------------------------------- Beban statis + beban dinamis

58 58 σ a = -------- = -------

6 . 4 24

= 2,4 kg/mm2

16. Perhitungan diameter tumpuan roda (ds)

10,2ds = ---------- . w

σa

10,2 = ---------- . 23.500 = 47.50 mm

2,4

2. Perhitungan beban gandar pada dudukan roda

w = berat kereta + berat beban

= 27.000 + 20.000

= 47.000 kg

Page 51: Paku Keling Proyek I

17. Perhitungan momen pada tumpuan roda karena beban statis (MI)

j - gMI = ------------ . w

4

1930 - 1120MI = ------------------ . 47.000

4

MI = 9.517.500 kg/mm

Page 52: Paku Keling Proyek I
Page 53: Paku Keling Proyek I
Page 54: Paku Keling Proyek I

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemeriksaan poros yang di gunakan pada gerbong kereta api cukup

meyakinkan sebab diameter tumpuannya cukup tinggi

2. Pada fakto keamannya di dapatkan n = l, di mana factor keamanannya

cukup aman atau baik untuk di pergunakan.

B. Saran

1. Perancangan juga mengharapkan akan kerja sama yang baik dari para

ahli di bidangnya masing masing untuk membantu atau mengarahkan

perancangan agar rancangannya sesuai dengan apa yang di harapkan.

Page 55: Paku Keling Proyek I

2. Agar dalam perancannaan dapat sedikit mudah, perancang berharap

agar buku buku referensi mengenai apa yang di rencanakan lebih

akurat lagi sehingga perancangan dapat selesai sesuai denhgan waktu

yang di harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. Sularso, Kiyokatsu Zuga. “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan

Elemen Mesin”. Pradya Paramitha. Jakarta. 1980

2. Ir. Zainuddin Achmad, MSc. “Elemen Mesin 1” PT. Refika Aditama.

Bandung.1999

Page 56: Paku Keling Proyek I
Page 57: Paku Keling Proyek I
Page 58: Paku Keling Proyek I
Page 59: Paku Keling Proyek I
Page 60: Paku Keling Proyek I