75

Panduab UGD.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Niat di awal pengennya bikin catatan bedah yang lengkap per

    stasenya kenyataannya, hingga minggu ke 9 nggak kebikin-bikin. Akhirnya bikin seada-adanya aja, yang perlu-perlu aja buat jaga IGD.

    Itupun sebagian memanfaatkan tenaga junior yang baru masuk Mumpung jadi chief

    Mestinya isi di buku ini adalah kompetensi dan pengetahuan yang

    paling minimal dimiliki dm bedah di luar kepala.

    Jadi bila masih buka-buka buku catatan ini.. ckk.. ckk ckkk.. memalukan

  • DAFTAR ISI

    Nomor-nomor penting 3

    Administrasi di IGD 4

    Penanganan luka kontaminasi 6

    Penanganan trauma thorax 7

    Pemasangan WSD 8

    Penanganan gigitan ular berbisa 10

    Penanganan rabies 12

    Hernia 13

    Appendisitis 14

    Alvarado score 15

    Ileus 16

    Hemoroid 18

    Persiapan operasi bedah digestif 19

    Protap dr Tjahyo 20

    Luka bakar 22

    Resusitasi jantung paru 27

    Syok 29

    Status orthopedi 32

    Gawat darurat orthopaedi 33

    Pembuatan diagnosis fraktur 33

    Open fraktur 34

    Kompartemen sindrom 35

    Dislokasi 36

    Persiapan operasi orthopedi 37

    Metode reduksi 38

    Penyembuhan fraktur 39

    Cedera tulang belakang 40

    Osteomyelitis 41

    Tetanus 43

    Pemasangan kateter 45

    Sistostomi 47

    Rectal toucher 49

    Retensio urine 50

    Cedera kepala 52

    Protap penanganan cedera kepala 54

    GCS 56

    Membaca CT scan 58

    Persiapan operasi bedah saraf 59

    Standar therapy bedah saraf RSUD Ulin 61

    Kegawatdaruratan bedah anak 62

  • NOMOR-NOMOR PENTING

    Dokter bedah

    Dr. Rubiyanto Sp. KBD 0811502163

    Dr. Heru Prasetya Sp.BU 0811504272/ 7534272

    Dr. Budianto T Sp. BO 08122022272 / 7462484/ 08125128628

    Dr. Hery Poerwosusanto Sp. BA 0811518002 / 7463848

    Dr. Dharma Putra M Sp.BP 08125133152 / 7515167

    Dr. Ardik Lahdimawan Sp.BS 7480854

    Dr. Tjahyo K.U. Sp.B 0811509906 /7565411

    Dr. Deddy R Yulizar Sp. BU 0811306407

    Dr. Hendra Sutapa Sp. BU 08123100826 / 9048385

    Dr. Zairin Noor H Sp. OT K Spine 0811511130

    Dr. Izaak Zoelkarnain A Sp.OT 08125050005

    Dr. Andreas MH Siagian Sp.OT 08125131177

    Residen Ortopedi 7518753

    Residen Bedah Syaraf 6164904

    Residen Obsgyn 7560646

    Dr Jaga Anestesi 7537675

    Forensik 081348843065

    Line telp Ulin

    OK Sentral 5215

    OK IGD 5207

    RSUD Ulin 3257472

    Sekre Bedah 3264965

    IGD RS Ulin 3264663

    Sekre Orthopedi 3252555

    Nomor-nomor Asisten Bedah

    Kang Yudi (Ortopedi) 08125045727 / 05116249791

    Ka Edo (Bedah anak/ onkologi) 081351803499

    Ka Ipul (Bedah Saraf) 05117168695

    Mas Untung (Bedah Plastik) 08125017264

    Pa Boy (Bedah Digestif) 7086621

    Ka Awi (Bedah Digestif) 05116377741

    Ka Rudi (Bedah Urologi) 05117235131

    Ka Zairi (Bedah Urologi) 05117329663

    Sekretaris

    Mbak Ulfa 081349714912

    Mbak Nurul 081351702781

    Mbak Irma 081348342994/ 7702664

    Mbak Iin 085959961808

  • Pa Haji Ijul (BNO IVP) 7546664

  • ADMINISTRASI DI IGD

    A. PASIEN MASUK 1. Suruh Keluarga Mendaftar di loket pendaftaran 2. Ambil status IGD isi lembaran depan dan belakang. Isi status lokalis 3. buat resep 4. catat ke buku aplusan 5. catat ke buku register

    B. PASIEN PULANG 1. Buat BAKHP minta isian perawat serahkan ke keluarga 2. buat resep pulang bila ada 3. bila APS suruh tanda tangan di status dan buku aplusan 4. surat kontrol bila perlu 5. lengkapi status IGD. Catat jam keluar 6. lengkapi dan coret buku aplusan

    C. PASIEN MASUK RUANGAN 1. telpon ruangan. Tanya bed kosong 2. buat surat masuk ttd dr IGD 3. buat status DM 4. buat BAKHP ttd perawat 5. suruh keluarga serahkan:

    - BAKHP loket - Surat masuk TPO

    6. Telp TPO, konfirmasi: nama, RMK, Ruangan. 7. Lengkapi status kuning 8. cari loper

  • D. PASIEN OPERASI 1. buat surat masuk ttd dr IGD 2. buat status DM 3. buat BAKHP ttd perawat 4. suruh keluarga serahkan:

    a. BAKHP loket b. Surat masuk TPO

    5. Telp TPO, konfirmasi: nama, RMK, Ruangan. 6. Lengkapi status kuning 7. SIA-SIO 8. pastikan lab terprint 9. foto thorax radiologi IGD 10. EKG minta perawat IGD (>40 thn) 11. buat lembar konsul IPD (>40 th) 12. buat lembar konsul anestesi 13. minta dr IGD konsul IPD dan anestesi (kecuali jam kerja, konsul naik ke atas) 14. hubungi penata anestesi 15. pesan OK 16. buat resep operasi 17. buat resep trepanasi set (khusus BS) suruh tebus ke RS Siaga 18. Cukur (bila perlu) 19. hubungi asisten operator (khusus BS) 20. Cek kelengkapan resep

    21. pastikan pasien puasa dan siap operasi 22. telpon OK, minta loper menjemput

  • PENANGANAN LUKA KONTAMINASI

    letakkan kasa steril diatas luka

    kulit dicuci dengan : air sabun dibilas air zat anti septik : jodium/betadin dibilas alkohol 70% kasa diambil luka disiram dengan air steril NACL membasuh bekas darah / kotoran

    kotoran yang tak hanyut diambil dengan pincet steril

    tutup luka dengan sofratulle, luka ditutup dengan kassa agak tebal

    dibalut dengan balutan yang menekan

  • PENANGANAN TRAUMA THORAX

    Gejala/Tanda:

    Jejas pd dinding thorax

    Hypotensi

    Nyeri tekan, krepitasi

    Empisema subcutan

    Tekanan V. Jugularis meningkat

    Percusi : redup / hypersonor

    Auscultasi : vesicular menurun

    Pengelolaan dasar :

    1. Atasi ABC 2. Hilangkan nyeri. 3. Monitor KU pasien 4. Bila luka tusuk & pisau masih menancap, jangan dicabut. 5. Bila tensionpneumothorax DECOMPRESI dgn jarum suntik / Abocath. 6. Lakukan serial Thorax foto (setengah duduk) 7. Bila sucking chest wound, tutup dng plastik bersih & plester 3 sisi

    Pneumothorak

    Terdapat udara pada rongga interpleuralis Closed Pneumothorak :

    Dinding rongga dada terbuka, kmdn tertutup udara masuk rongga interpleura Open Pneumothorak :

    Terjadi hub langsung udara luar dgn cav pleura

    Tension Pneumothorak :

    Mekanisme ventil/klep, udara dpt masuk tp tdk dpt keluar

    Hematothorak

    Terdapatnya darah dalam rongga pleura Ringan (mild) : s.d. 300 cc Sedang (moderate) : 300 800 cc Berat (massive) : lebih dari 800 cc darah yg terdapat pada cavum thorak.

    Hematothorak masif

    Dipasang WSD apabila produk drain 800 cc perdarahan inisial atau 200 cc/jam Flail Chest

    Bergeraknya satu segmen rongga dada berlawanan dengan gerakan nafas.

    Et causa fraktur costae multipel (lebih dari 2 costa) dan segmental

    Saat inspirasi : cekung

    Saat ekspirasi : menonjol keluar

    gerakan paradoksal, Mediastinal Flutter respirasi tak efektif kematian

    DIAGNOSTIK SINGKAT

    Keadaan mendadak pd thorak sering ditandai dengan SESAK NAFAS.

  • Suatu trauma tajam hematothorak disamping pneumothorak Trauma tumpul dengan sesak nafas closed pneumothorak Sesak hebat pada setiap penambahan nafas tension pneumothorak

  • PEMASANGAN WSD

    Perlengkapan:

    Bahan dan antiseptik :

    1. Poviodone Iodone 10 %

    2. Kasa steril

    3. Sarung tangan steril

    4. Duk lubang steril

    Obat anestesi lokal :

    1. Lidocain 1% 10 cc

    2. Disposable 10 cc 1 buah

    Alat-alat dan material :

    1. Tangkai pisau + pisau No. 18

    2. Klem bengkok 18 cm 1 buah

    3. Klem bengkok 16 cm 1 buah

    4. Needle Holder + jarum kulit

    5. Pinset Chirurgis 2 buah

    6. Gunting benang

    7. Benang silk 2- 0,50 cm

    8. NaCl 10% 1 kolf

    9. Plester

    10.NGT No. 18 (u/ slang WSD dewasa) 1 buah

    11.NGT No. 14 (u/slang WSD anak)1 buah.

    Posisi:

    duduk sedikit miring ke arah sehat,

    tangan sisi yang sakit diangkat di atas kepala.

    Persiapan:

    Botol WSD

    1. Botol cairan NaCl 0,9% dibuatkan lubang memakai gunting (cukup dapat dilewati pangkal

    NGT)

    2. Isinya dibuang dan disisakan 200 cc

    3. Masukkan Poviodone Iodone 10% 20 cc

    4. Buatkan agar dapat digantung pada bed pasien

    Slang WSD

    Slang WSD diberi tanda dengan mengikatkan benang 3-5 cm dari lubang terakhir (tergantung

    tebal tipisnya dinding toraks penderita)

    Teknik:

    1. Operator memakai sarung tangan 2. Tindakan a dan antiseptik daerah operasi, thoraks/dada bagian lateral dari linea axillaris

    anterior ke arah posterior. Dari kranial ke kaudal/ mulai axilla sampai ke angulus kostarum

    3. Observasi sela iga 6-7 linea axillaris media 4. Daerah operasi ditutup duk lubang

  • 5. Lakukan infiltrasi anestesi daerah tersebut dengan radius + 3 cm 6. Insisi sejajar kosta 6 atau 7 sampai memotong fascia 7. Membuat saluran dengan klem menelusuri permukaan kosta sampai tepi atasnya,

    seterusnya tusukan ujung klem tadi untuk menembus m. Interkostalis dan pleura

    8. Setelah pleura tembus, klem dibuka untuk melebarkan lubang. 9. Klem dicabut, masukkan jari kelingking (untuk menilai apakah lubang tadi cukup besar

    agar NGT dapat masuk) (Prosedur ini tidak dianjurkan pada bayi dan anak)

    10. NGT ujungnya dipegang dengan klem bengkok kemudian dimasukkan melalui lubang tadi hingga masuk rongga pleura

    11. Klem dibuka slang WSD didorong sampai batas yang sudah diberi tanda (jangan ada lubang slang WSD berada di luar rongga pleura)

    12. Kemudian klem dicabut 13. Fiksasi slang WSD dengan menjahitkan benang yang diikatkan sebaai tanda tadi dengan

    kulit sekaligus menjahit luka insisi.

    14. Pada pneumothoraks, segera masukkan ujung slang ke dalam cairan botol WSD 15. Pada kasus hidro/hemato/pyo-thoraks, keluarkan dulu cairan tersebut sebanyak mungkin

    (jangan lupa cairan yang dikeluarkan harus ditampung dan diukur) baru kemudian ujung

    slang WSD dimasukkan ke dalam cairan botol WSD

    16. Selanjutnya slang WSD difiksasi dengan botol WSD. 17. Sekitar luka dibersihkan, lukanya diberi salep antiseptik baru ditutup kasa steril selanjutnya

    difiksasi dengan plester

    18. WSD dikatakan patent bila undulasi +

    CARA MENGGANTI BOTOL WSD

    1. Menyiapkan botol baru 2. Ambil cairan NaCl 0,9% atau RL isi 500cc 3. Buatlah lubang pada salah satu sudut botol yang ada gelang penggantungnya 4. Ukuran lubang secukupnya agar slang WSD dapat dimasukkan 5. Arah irisan: dari sudut/pojok botol miring ke arah tengah 6. Keluarkan isi/cairan dalam botol sebanyak 300cc (cairan yang tersisa: 200 cc) 7. Tambahkan ke dalam botol antiseptik (Betadine atau Savlon) sebanyak 15cc. 8. Bagian gelang botol diikatkan verband panjang 9. Digantung disamping botol WSD yang lama dan harus betul-betul terikat dengan baik

    PROSES PEMINDAHAN SLANG WSD

    1. Sebelum slang WSD dipindahkan ke botol yang baru, slang WSD diklem dulu dengan klem Kocher atau klem apa saja yang ada.

    2. Kemudian slang WSD dikeluarkan/diangkat dari botol yang lama dan dimasukkan ke dalam botol yang baru yang sudah disiapkan.

    3. Setelah ujung slang WSD betul-betul terendam ke dalam cairan di botol ( 1cm dari dasar botol) baru klem dilemas/dibuka.

    4. Slang difiksasi dengan baik menggunakan plester rangkap 2 terhadap botol agar slang WSD tidak terlepas.

    5. Perhatikan bahwa ujung slang WSD betul-betul terendam dalam cairan di botol.

  • PENANGANAN GIGITAN ULAR BERBISA

    Lokal:

    perdarahan di bekas gigitan. rasa sakit yang menyengat. ekhimosis, edem masif. vesikula, bulla

    sampai gangren.

    Sistemik:

    lesu, berkeringat. haus, mual sampai muntah. kadang2 diare. rasa gatal dan bebas sekitar mulut

    dan kulit kepala. febris, hipotensi.

    Manifestasi hemorragis:

    Klinis: hemoptisis dan perdarahan gusi. gross hematuria, hematemesis, melena, dan perdarahan

    vagina.

    Laboratoris: bleeding time & clothing time memanjang. kadar fibrinogen menurun.

    Klasifikasi Parrish

    DERAJAT 0

    tidak terdapat keracunan.

    bekas taring/gigi (+)

    rasa sakit minimal

    edema, eritem kurang 2,5 cm- 15 cm dalam 12 jam pertama.

    gejala sistemik (-) DERAJAT I

    tanda keracunan minimal

    bekas taring/gigi (+)

    nyeri hebat

    edema, eritem antara 2,5cm-15 cm dalam 12 jam pertama.

    gejala sistemik belum jelas. DERAJAT II

    keracunan sedang

    bekas taring (+)

    nyeri hebat

    edem, eritem antara 1530 cm dalam 12 jam pertama

    gejala sistemik (+) DERAJAT III

    Keracunan berat

    Bekas taring (+)

    Edem eritem lebih dari 30 cm dalam 12 jam pertama

    Gejala sistemik hebat sampai syok DERAJAT IV

    Keracunan berat

    Bekas taring (+)

    Edem eritem lebih melewati ekstremitas yang terkena

    Gejala sistemik hebat renal failure sampai koma

  • Pertolongan Pertama

    1. Menghambat dan menghalangi bisa ular masuk ke sistemik 2. menetralisir dengan anti bias ular (SABU) 3. mengatasi efek local dan sistemik

    Tindakan Berupa

    1. proximal gigitan dibalut dengan tekanan 60 mmHg 2. istirahat total bagian yang digigit 3. dinginkan lokasi gigitan dengan suhu 15C 4. mencegah nyeri dan shock

    Tindakan Pengobatan

    1. kalau dapat identifikasi jenis ular 2. insisi Full Thickness sepanjang 5-7 cm sebanyak 2-3 buah melalui bekas gigitan. Lakukan

    pengisapan secara mekanik. Hati-hati jenis bisa ular hematotoksin (KI)

    3. pemberian SABU 4. pemberian KST 5. analgetik, sedative, transqulizer 6. fasiotomi bila ada kompartemen sindrom 7. resusitasi pernafasan 8. neostigmin sulfat 50100 Ugt tiap 30 min sampai 5 kali pemberian kemudian tap off 9. pasang infuse 10. anti koagulan 11. hemodialisis bila terjadi gagal ginjal 12. transfuse 13. antibiotic 14. ATS dan toksoid

    Indikasi Pemberian SABU

    Gejala awal keracunan sistemik (+)

    Segera setelah gigitan terjadi pembengkakan hebat

    Cara pemberian :

    Sabu + Dext 5% at Nacl 0,9 %

    1 : 10 at 1 : 50

    Dosis awal 20 cc diulang tiap 4 jam

    Cara infiltrasi

    Berhasil : Edema tidak meluas

    Menurut Parrish:

    derajat 0 tidak diberikan derajat I 10 cc derajat II 3040 cc derajat III IV >50cc

  • PENANGANAN RABIES

    1. Harus ditangani secepat mungkin 2. Cuci dengan air mengalir dan sabun atau detergent selama 10-15 menit, walaupun sebelum

    dirujuk sudah dicuci.

    3. Beri antiseptic alcohol 70% atau betadin atau obat merah dll. 4. Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi 5. Berikan vaksin Anti Rabies (VAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikkan secara IM. Untuk

    pasien dewasa di daerah deltoideus, anak di daerah paha.

    6. Pertimbangkan untuk pemberian serum/vaksin anti tetanus 7. Berikan AB untuk mencegah infeksi serta analgetik untuk penahan sakit

    VAKSINASI

    DOSIS

    WAKTU PEMBERIAN ANAK DEWASA

    Dasar

    (VERORAB) 0.5 ml 0.5 ml

    4 x pemberian , hari ke-0, 2x

    pemberian sekaligus (deltoid

    kanan&kiri), hari ke 7 dan 21

  • HERNIA

    1. Adanya riwayat benjolan dapat hilang timbul pada posisi berdiri dan berbaring (reponibilis) 2. Benjolan tidak dapat masuk ruang disertai gejala obstruksi = Inkarserata 3. Bila ada gejala gangguan vaskularisasi = Strangulata

    No Sifat-sifat HIL HIM H. Femoralis

    1 Penyebab Kongenital +

    Acquired

    Acquired Acquired

    2 Umur

    (sex)

    Anak2, dewasa, tua

    Laki2>>

    Dewasa, tua

    Laki-laki

    Dewasa tua

    Wanita >>

    3 Bentuk Lonjong (botol) Oval/bulat Oval/bulat

    4 Letak Benjolan -Di atas lig inguinal

    - sampai scrotum/

    labia mayora

    - Di atas Lig Inguinal

    - (-)/jarang masuk

    scrotum

    - Di bawah lig inguinal

    - ke fossa ovalis, tdk ke

    scrotum or labia mayora

    5 Rangsangan

    Batuk/mengejan

    - Benjolan keluar dr

    lat ke med sampai

    scrotum

    - Keluar lambat

    - Langsung ke medial

    - Keluar cepat

    Bawah lig ing pd fossa

    ovalis

    Keluar lambat

    6 Anatomis Lateral vasa epigastric

    superior

    Medial vasa

    epigastric superior

    Medial vasa femoralis

    1. Ziemen test : Penderita dalam keadaan berdiri atau telentang bila kantong hernia berisi. Kita masukkan dalam cavum peritonei , memeriksa bagian kanan dengan tangan kanan

    dan sebaliknya

    Dengan jari 2 tangan pemeriksa diletakkan diatas annulus internus (1,5 cm diatas

    pertengahan SIAS-TV-tuberculum pubicum)

    Dengan jari 3 diletakkan di atas annulus axternus dan

    Dengan jari 4 pada fossa ovalis

    Bilamana ada dorongan pada :

    Jari 2 : H.I.L, Jari 3: H.I.M, Jari 4: Hernia femoralis

    2. Finger test : Dengan menggunakan jari telunjuk atau kelingking scrotum di invaginasi menyelusuri annulus externus sampai dapat mencapai canalis inguinalis kemudian

    penderita disuruh mengejan atau batuk

    - Bilamana ada dorongan atau tekanan pada ujung jari maka penderita tersebut didapatkan H.I.L

    - Bilamana dorongan atau tekanan timbul dari sisi lateral jari H.I.M 3. Thumb tests : Posisi penderita tidur terlentang atau berdiri setelah benjolan dimasukkan

    ke dalam rongga perut

    - Ibu jari kita tekan kan pada annulus internus penderita, disuruh mengejan atau meniup dengan hidung dan mulut tertutup.

    - Bila benjolan keluar pada waktu mengejan H.I.M - Bila tak keluar H.I.L

  • APPENDISITIS

    Klasifikasi :

    1. Appendisitis akut (kurang dari 3 hari) 2. Appendikular infiltrat ( lebih dari 3 hari) 3. Appendisitis dengan komplikasi

    -Appendiks gangrenosa

    -Appendik perforata : Peritonitis lokal Perotinitis umum

    -Appendikular abses. 4. Appendisitis kronis.

    Pemeriksaan Fisik

    Inspeksi Tak tampak kelainan, kadang tampak gerakan perut kanan bawah tertinggal pada saat

    bernafas

    Palpasi - Nyeri tekan pada titik Mc.Bourney yang jika dibandingkan dengan regio abdomen

    lain dirasakan lebih nyata

    - Kadang didapatkan rigiditas pada dinding abdomen - Sering didapatkan defans muskuler

    Perkusi Rasa sakit yang sama seperti pada penekanan

    Auskultasi Bising usus (+) kecuali perforasi bising usus melemah sampai menghilang

    RT Menekan/merangsang peritoneum bagian dorsal (pada daerah jam 9-11 jika ujung apendis terletak di daerah pelvinal)

    Pemeriksaan Fisik Tambahan

    Rebound phenomenon Tekan perut kiri bawah lepas mendadak akan nyeri di perut kanan bawah

    Rovsing sign Tekan kolon desenden/transversum udara terkumpul di sekum basis apendiks teregang nyeri

    Tenhorn sign Testis kanan ditarik nyeri di perut kanan bawah (jika ujung apendis terletak di daerah pelvinal)

    Psoas sign Ekstensi tungkai kanan (sudut > 15

    o) diangkat nyeri perut kanan bawah (jika letak

    apendiks postsekal (retrosekal))

    Obturator sign Fleksi dan endorotasi sendi panggul kanan nyeri perut kanan bawah (karena iritasi m. ileopsoas) (jika letak apendiks retrosekal)

    Pemeriksaan Penunjang :

  • Leukositosis

    Foto polos abdomen tidak banyak membantu kecuali untuk menyingkirkan adanya batu traktus

    urinarius kanan

    ALVARADO SCORE

    Nyeri perut : 1

    Mual muntah : 1

    Demam : 1

    Nyeri tekan : 2

    Nyeri lepas : 1

    Anoreksia : 1

    Shift to the left : 1

    Leukositosis : 2

    Interpretasi

    1-4 : bukan

    5-6 : ragu (observasi 6 jam tanpa analgetik)

    7-8 : appendisitis

    >8 : appendisitis: cito operasi

  • ILEUS

    Sindrom ileus

    Muntah-muntah Meteorismus (kembung) Tidak bisa defekasi dan flatus 1. Ileus dinamik

    - Dilatasi segmen proksimal, otot-otot memanjang - Hiperperistaltik - Subjektif : dirasakan sebagai kolik - Bising usus meninggi, setidaknya mengeras - Rectal toucer ampula kosong/kolaps - Tampak gambaran gerakan usus yang menaikkan dinding abdomen dikenal sebagai

    kejang usus (+) Dump Stay fung

    2. Ileus paralitik - Dilatasi usus sampai ke distal - Perasaan kolik tidak ada - Bising usus melemah sampai menghilang

    - Perutnya tenang, kelihatan membuncit - Rectal toucer ampula menggembung karena terisi udara

    Gambaran foto

    1. Ileus dinamik - Air-fluid level batas antara udara dan cairan - Dinding usus melebar di bagian proksimal - Peritoneal pet menipis - Gambaran Herrings bone (+)

    2. Ileus paralitik - Udara ada sampai ke rektum

    - Dinding usus melebar sampai ke dinding distal - Gambaran Herrings bone (-)

    Penyebab

    1. Ileus obstruktif a. Obstruksi fungsional Misal : Hirschprungs disease b. Obstruksi mekanis

    1) Obstruksi strangulasi

    Obstruksi usus yang disertai obstruksi sirkulasi sejak awal/permulaan, bersamaan dengan

    obstruksinya, misal : Volvulus, Invaginasi, Hernia inkarserata.

    Mendahului obstruksinya, misal (Trombosis mesenterika)

    2) Obstruksi biasa

  • Gangguan sirkulasi bersifat sekunder, gangguan timbul kemudian

    Didapatkan pada : Bollus ascaris, Hematom intramural dinding usus, Atresia usus,

    Tekanan dari luar (obstruksi ekstrinsik), mis: tumor-tumor kandung kemih, Sumbatan

    dari dalam (obstruksi intrinsik), mis: keganasan saluran cerna

    2. Ileus paralitik a. Peradangan, misalnya peritonitis b. Obat-obatan c. Hipokalemia, misalnya pada orang yang muntah-muntah hebat d. Hiperkalsemia, misalnya pada penderita hiperparatiroid e. Uremia f. Ileus dinamik yang berlanjut

    Obstruksi tinggi

    - Dimulai dari jejunum ke proksimal - Muntah lebih cepat terjadi - Perut tidak begitu distensi

    Obstruksi rendah

    - Dimulai dari ileum ke distal - Muntah lebih lambat terjadi - Perut sangat distensi

    Penanganan kasus obstruksi saluran cerna

    Secara umum prinsipnya :

    1. Pasang sonde lambung 2. Pasang infus resusitasi cairan dan elektrolit 3. Pasang dauer catheter (kateter dimasukkan ke dalam saluran kemih dan ditinggalkan,

    lamanya sesuai keperluan)

    4. Koreksi asidosis tergantung alat dan lab

  • HEMOROID

    Pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis

    Gejala:

    - darah di anus

    - prolaps - perasaan tak nyaman di anus - pengeluaran lendir - anemia sekunder

    Derajat Hemoroid Interna

    Derajat Berdarah Menonjol Reposisi

    I + - -

    II + + Spontan

    III + + Manual

    IV + menetap Tidak dapat

  • PERSIAPAN OPERASI BEDAH DIGESTIF

    RESEP OPERASI

    HERNIA APP LAPAROTOMI

    RL V V X

    NaCl V V X

    Surflo No. 18 I I I

    Bloodset I I II

    DC 16 (dws) I

    10/12 (Anak) I

    Urine Bag I

    Spuit 10 cc II

    5 cc II

    3 cc II

    Ceftriaxone I

    Metronidazole I

    Antrain I

    Ulcumet I (R/ luar)

    Aquadest 25 cc I

    Hypafix I (R/ luar)

    NGT 18 I

    NGT 16 II

    WIDA HES I

    Spongstan II (R/ luar)

    Darah 4 kolf

    Pronalges I

    PROTAP BENANG

    App/Hernia

    Polysorb 2-0 tapp II

    Polysorb 3-0 tapp II

    Surgipro 3-0 cutting II

    Surgipro 2-0 cutting II

    Polysorb I tapp I

    Biosin 4-0 tapp I

    Laparotomi Eksplorasi

    R/ Polysorb I taper II

    Polysorb 2-0 taper II

    Polysorb 3-0 taper II

    Surgipro 2-0 cutting III

    Surgipro 3-0 cutting II

    Biosyn 3-0 ` I

    Biosin 4-0 I

  • Polisorb 4-0 taper I

  • PROTAP DR TJAHYO

    RL: D5: Tutofusin: Fimafusin

    Starxon/ Ceftriaxon

    Gastridin/ Ranitidin

    Revolan/ Piracetam

    Cedantron/ Ondancentron/ Invomit

    Ketorolac

    Fleet enema (bila ileus obstruktif)

    Pemeriksaan Penunjang BNO 3 Posisi (ileus, peritonitis)

    USG Abdomen (ileus, peritonitis, appendisitis, massa)

    Darah lengkap

    Urinalisis

  • TERAPI TRAUMA TEMBUS ABDOMEN

    1. IVFD RL 40 tetes/menit 2. Taxegram 1 gr/hari atau Ampicillin 2 gr/hr 3. Explorasi tembus/tidak (kecuali abdomen post op tidak boleh) 4. Pasang DC urin inisial, berapa cc? 5. Cek Hb serial 6. Cross check darah 7. RT: Nilai darah di rektum

    Nilai floating prostat

    8. Cito Operasi trauma tembus abdomen:

    Prolaps

    Isi GIT/makanan/feses keluar

    Bau feses

    Hb serial menurun 9. Metronidazol 3x500 mg

    Catatan:

    - Pasien appendiktomi tidak perlu pasang NGT DC

    - Pasien 1 cc/kgBB/jam

    - Pasien dengan trauma abdomen tembusNGT pasang

  • LUKA BAKAR

    1. Luka Bakar Derajat I

    - Yang rusak hanya epidermis - Kulit tampak kering - Gelembung/bula (-) - Sakit (+) karena ujung saraf tidak terganggu - Sembuh dalam 5-10 hari

    2. Luka Bakar Derajat II - Yang rusak epidermis dan dermis bagian luar - Gelembung/bula (+) - Hiperemis bila bula pecah, pucat bila lebih dalam - Sakit (+) - Penyembuhan ~ sisa-sisa papila dermis - II A : dangkal sembuh dalam 10-14 hari - II B : dalam sembuh dalam 1 bulan atau

    lebih

    3. Luka Bakar Derajat III - Yang rusak seluruh lapisan kulit sampai jaringan di bawahnya - Gelembung/bula (-) - Sakit (-) ujung saraf sudah rusak - Dasar luka putih, pucat kering dalam 5-10 hari Eschar (+) karena koagulasi protein - Dalam 10-14 hari Eschar akan terlepas

    Perhitungan luas luka bakar:

    Rule of nine = kelipatan 9

    Dinyatakan dalam %

    Dewasa : rule of nine - Kepala, muka, leher 9 % - Dada 9 % - Perut 9 % - Pinggang 9 % - Bokong 9 % - Lengan + tangan kanan 9 % - Lengan + tangan kiri 9 % - Paha kanan 9 % - Paha kiri 9 % - Betis kanan 9 % - Betis kiri 9 % - Kemaluan 1 %

    11 x 9 % + 1 % = 100 %

    Bayi dan anak-anak 1 Tahun 5 Tahun

    Kepala 18 % 14 %

    Badan 36 % 36 %

    Tangan 9 % 9 % 9 % 9 % Kaki 14 % 14 % 16 % 16 %

  • Telapak tangan seluas 1 %

    Pembagian luka bakar:

    Luka Bakar Berat (kritis)

    1. LB derajat II lebih 25 %.

    2. LB derajat III pada muka, tangan, dan kaki atau lebih dari 10 % di bagian tubuh yang lain.

    3. LB yang disertai trauma jalan nafas, trauma luas jaringan lunak dan fraktur.

    4. LB akibat listrik.

    Luka Bakar Sedang

    1. LB derajat II 15-25 %.

    2. LB derajat III < 10 % kecuali lengan, muka, dan kaki.

    Luka Bakar Ringan

    1. LB derajat II < 15 %.

    2. LB derajat III < 2 %

    Prinsip-prinsip penanganan pertama luka bakar:

    1. Bersihkan dengan air mengalir.

    2. Mengurangi rasa sakit.

    3. Menjaga jalan nafas.

    4. Mencegah infeksi.

    5. Mencegah syok.

    Penanganan :

    Bila tanpa penyulit : - Luka bakar derajat I : tanpa obat 7 hari - Luka bakar derajat II dangkal : 14 hari

    - Luka bakar derajat II dalam, derajat III : harus tandur kulit 21-30 hari

    Penyulit : - Infeksi : kultur dan tes resistensi - Sepsis : kuman 105/gram jaringan

    Tanda-tanda : - kesadaran menurun - RR > 32 kali/menit

    - febris - diuresis menurun

    - tensi menurun - kulit coklat/hijau

    - nadi meningkat - nanah hijau Pseudomonas

    Penanganan :

    1. Pertolongan Pertama

  • - Lakukan : Jauhkan dari sumber trauma Siram dengan cairan dingin Tutup luka dengan kain bersih Beri analgetik Bebaskan jalan napas Cegah infeksi Bula jangan dipecahkan Beri antitetanus Cegah syok

    - Luka bakar luas syok - Luka bakar derajat II/III 40 % 4 jam kemudian syok - Luka bakar derajat II/III luas :

    Fungsi usus terganggu diberi minum kembung sulit bernapas Thats why jangan diberi minum !!!

    - Luka bakar derajat II/III < 30 % : Boleh minum Beri elektrolit

    - Infus NaCl 0,9 % atau RL

    2. Indikasi Rawat - Luka bakar derajat II > 15 % - Luka bakar mengenai muka, mata, telinga, tangan, kaki, genitalia, perineum, dan kulit

    yang menutupi persendian

    - Luka bakar derajat III > 2 % - Ada komplikasi lain - Luka bakar derajat II > 10 % pada usia < 10 tahun dan > 50 tahun - Luka bakar listrik, petir, bahan kimia - Luka bakar akibat inhalasi panas

    3. Tindakan a. Pastikan airway/ventilasi baik b. Pasang infus resusitasi cairan c. Pasang kateter monitor diuresis (perjam) d. Ukur T.N.R.S. kesadaran e. Beri ATS/toxoid f. Beri analgetik g. Lakukan perawatan luka h. Beri ATB i. Pasang NGT j. Luka kotor : - bersihkan luka

    - lakukan debridement

    - cuci dengan NaCl / savlon /

    deterjen

    - escharectomy

    k. Luka bersih : - silver sulfa diazin (SSD) - garamycin zalf

    - sofratul

  • - betadin encer

    - obat merah

    Terapi cairan pada luka bakar :

    1. Formula Evans - H 1 : (1 cc plasma + 1 cc isotonik

    kristaloid) x % luas LB x kgBB +

    2000 cc D5

    - H 2 : setengahnya

    2. Formula Brooke - H 1 : (0,5 cc koloid + 1,5 cc isotonik

    kristaloid) x % luas LB x kgBB +

    2000 cc D5

    - H 2 : setengahnya

    3. Formula Bexter - H 1 : 3 cc x % luas LB x kgBB - H 2 : 0,5 cc plasma x % luas LB x kgBB +

    1,5 maintenance D5

    Cara Pemberian

    nya diberikan dalam 8 jam pertama

    sisanya diberikan dalam 16 berikutnya

    Resusitasi cairan pada luka bakar :

    Kebutuhan cairan = 3 ml/kgBB/% luas LB Cara pemberian :

    - 8 jam pertama diberikan jumlah kebutuhan cairan - 16 jam selanjutnya diberikan sisanya

    Cairan diberikan dari saat terjadi kebakaran Cairan RL atau Asering Contoh :

    BB = 50 kg, luas LB = 40 %

    Kebutuhan cairan = 3 cc x 40 % x 50 kg

    = 6000 cc

    o 8 jam pertama (sejak kejadian) = 3000 cc x 15 gtt/8 x 60 menit

    = 3000 cc/32 menit

    = 9596 gtt/menit (makro drip) o 16 jam berikutnya

    = 3000 cc x 15 gtt/16 x 60 menit

    = 3000 cc/64 menit

    = 4647 gtt/menit (makro drip)

    PERAWATAN LUKA

    - Derajat Satu -

    - Derajat Dua Cuci NaCl + Savlon

  • 500 cc 5 cc

    Sofratul Kassa Steril (Biarkan Satu Minggu) - Derajat Tiga Cuci NaCl 500 cc + Savlon 5 cc

    Debridement tiap hari

    Dermazin / Burnazin (Silver Sulfadiazin) tiap hari

    K/P Escharectomy + Skin Graft

  • LUKA BAKAR LISTRIK

    Luka masuk dan luka keluar

    Kerusakan dapat lebih dalam kulit, otot, tulang Jaringan penghantar arus listrik yang baik :

    - Saraf paling kecil hambatannya - Pembuluh darah - Otot - Lemak - Tulang paling besar hambatannya

    Makin besar hambatannya, makin tinggi panas yang ditimbulkan dan makin besar kerusakannya

    Trauma listrik ditentukan oleh : - Besarnya voltase - Amper - Tahanan setempat - Tahanan di tempat aliran keluar - Lamanya kontak - Jalannya aliran - Kerentanan penderita

    Kerusakan yang berat pada tempat arus masuk dan keluar karena temperatur dapat mencapai 2500

    o-3000

    oC

    Tempat masuk bintik kehitaman Tempat keluar dikelilingi kulit yang pucat

    (putih), abu-abu, cekung, kering (karena koagulasi terjadi di daerah ini)

    Kontak lama kerusakan pembuluh darah, jantung (aritmia) kematian

  • RESUSITASI JANTUNG PARU

    AIRWAY

    1. Menilai jalan nafas Look:

    o Gerak dada & perut o Tanda distres nafas o Warna mukosa, kulit o Kesadaran

    Listen Gerak udara nafas dengan telinga Feel Gerak udara nafas dengan pipi Penyebab sumbatan jalan nafas

    Paling sering : dasar lidah, palatum mole, darah, benda asing, spasme laring. Penyebab lain : spasme bronkus, sembab mukosa, sekret, aspirasi.

    Tanda sumbatan / obstruksi

    mendengkur : pangkal lidah (snoring) suara berkumur : cairan (gargling) stridor : kejang / edema pita suara (crowing) Tanda lebih lanjut

    gelisah (karena hipoksia) gerak otot nafas tambahan (tracheal tug, retraksi sela iga) gerak dada & perut paradoksal sianosis (tanda lambat)

    2. Bersihkan jalan nafas

    Bila curiga ada sumbatan, mulut harus dibuka paksa.

    Gerak jari menyilang

    Gerak jari dibelakang gigi

    Gerak angkat mandibula lidah 1. Jaga tulang leher (baring datar, wajah ke depan, leher posisi netral) 2. Membebaskan jalan nafas

    - Head tilt (hati-hati pasien trauma) - Chin lift (hati-hati pasien trauma) - jaw-thrust

    3. Bersihkan cairan suction 4. pasang oro/ naso-pharyngeal tube 5. pertimbangkan intubasi

    BREATHING

    o berikan 2 nafas yang berhasil dada terangkat @ 500-600 ml (maksimal 1000 ml)

  • o beri sela ekshalasi o beri oksigen 100% lebih dini

    CIRCULATION

    o Lakukan raba nadi carotis o 30 pijat - 2 nafas

    Jika trachea sudah intubasi

    o tak usah sinkronisasi o pijat 100x/ menit + nafas 12 / menit

    DEFIBRILLATION

    o DC shock sedini mungkin (sebelum 5-10 menit) o 360 Joules

    Jika defibrillation diberikan sebelum 5 menit,

    > 50% kemungkinan jantung berdenyut kembali

    RJP berhasil Lanjutkan oksigenasi, kalau perlu nafas buatan Hipotensi diatasi dengan inotropik dan obat vaso-aktif (adrenalin, dopamin, dobutamin,

    ephedrin)

    Tetap di infus untuk jalan obat cepat Terapi aritmia Koreksi elektrolit, cairan dsb Awasi di ICU awas: cardiac arrest sering terulang lagi

    ECG dalam cardiac arrest ada 3 pola

    (pada semuanya, nadi carotis tidak ada)

    VF / VT pulseless = ada gelombang khas shockable, harus segera DC-shock

    (ada VT yang nadi carotis (+) tak perlu DC-shock) Asystole = tak ada gelombang (ECG flat)

    UN-shockable PEA = EMD = ada gelombang mirip ECG normal

    UN-shockable

    Bila Cardiac Arrest membandel, kemungkinan:

    1. Hipoksia 2. Hipovolemia 3. Hiperkalemia 4. Hipotermia 5. Tamponade jantung 6. Tension pneumothorax 7. Thromboemboli paru 8. Toxic overdose

  • 9. Beta-blocker, Ca-blocker 10. Digitalis, Tricyclic AD 11. Massive MI 12. Asidosis

  • SYOK

    Klasifikasi Klinik Syok

    Patofisiologi Manifestasi klinis

    RINGAN

    (kehilangan darah

    40%)

    Penurunan perfusi jantung dan otak Agitasi, konfusio, napas cepat dan

    dalam.

    jenis syok curah jantung/

    cardiac output

    tahanan pembuluh drh

    sistemik

    Hipovolemik

    Kardiogenik

    Distributive Atau Normal atau

    Obstruktive :

    - Tamponade - Emboli Paru

    Penanganan secara umum :

    1. Posisi : telentang, tungkai diangkat 30 derajat 2. Oksigenasi : bebaskan jalan napas, O2 5-10 L/menit 3. Hentikan Perdarahan Eksternal : kompresi 4. Kateter i.v : no. 16-20 / tergantung usia 5. Cairan : jenis dan kecepatan tergantung dari berat dan

    penyebab syok

    6. Koreksi Asidosis Metabolik 7. Pantau Irama Jantung 8. kateter urin : untuk hitung produksi urin 9. Mencari penyebab dan memulai terapi spesifik

    Mencari sebab syok :

    1. Riwayat Trauma : dada, abdomen, luka pelvis, trauma medula spinalis

    2. Riwayat Non Trauma :

    a. syok hipovolemik hemoragik - perdarahan saluran cerna

  • - ruptur aneurisma aorta abdominalis

    - kehamilan ektopik

    b. syok hipovolemik non hemoragik - kehilangan cairan dan elektrolit

    c. syok kardiogenik

    - aritmia - kegagalan pompa

    - disfungsi katub akut - tamponade jantung

    d. syok septik

    - demam/hipotermi - leukositosis

    - petekhiae

    e. syok anafilaktik

    - sengatan serangga

    - obat/makanan

    - urtikaria, edema laring, spasme bronkus

    f. syok obstruktif

    - distensi vena leher

    - hipoksia refrakter

    Penanganan

    A. Syok Hipovolemik

    Ditujukan pd pemenuhan kembali Volume Intravaskuler dengan cairan. Baringkan telentang, tungkai diangkat 30 derajat /SHOCK POSITION

    O2 5-10 L/menit masker

    Pasang IV kateter nomor besar pada v. savena magna/ basilika/femoralis/sentral

    Cairan parenteral : - kristaloid : RL, NaCl

    - koloid : plasma ekspander, albumin

    - darah

    B. Syok Kardiogenik Ditujukan u/ memperkuat kontraksi otot jantung yaitu dengan obat inotropik positif 1. Analisa gas darah O2 5-10 L/menit, bila terjadi hiperkapni/asidosis lakukan intubasi ET 2. Telentang dengan kaki ditinggikan (bila Sistolik

  • 9. Pindah ICU perbaikan edema paru, terapi lanjutan, pengawasan ketat

    C. Syok Distributive

    Permasalahannya : Tjd pengumpulan Ci intravaskuler pd pembuluh darah tepi sehingga

    yg masuk ke jantung kurang akibatnya curah jantung

    Pengobatan ditujukan pd pembuluh darah tepi u/ dikonstriksikan dengan obat2an vasoaktif

    D. Syok Obstructive

    Pengobatan ditujukan u/ menghilangkan pembuntuan. Co/ Pericardiocentese pd Tamponade jantung, Menghilangkan tension Pneumothorak dengan

    cara Open pneumothorak.

    Tanda Keberhasilan pengelolaan berfungsinya organ tubuh secara optimal : - Kesadaran membaik - Akral yg hangat - Respirasi yg cukup (status gas darah baik) - Fungsi sal.cerna membaik (tdk kembung, ada peristaltik, absorbsi makanan baik, tdk ada

    cairan sisa dlm lambung)

    - Prod.urin cukup (0,5-1 cc/kgBB/jam) - Kadar as.laktat dlm darah menurun

  • STATUS ORTHOPEDI

    Primary Survey:

    A : clear?

    B : RR:

    C : TD: N:

    D : GCS:

    Secondary Survey a.r

    Look 1. Warna dan perfusi 2. Luka 3. Deformitas (angulasi, pemendekan) 4. Bengkak, perubahan warna dan baret-baret

    Feel 1. Sensasi 2. Nyeri tekan 3. Krepitasi (raba secara hati-hati hindarkan manipulasi secara kasar) 4. Capillary filling 5. Kehangatan 6. Denyut nadi

    Move 1. Aktif: gerakan volunter menunjukkan fungsu unit otot-tendon. Jarang normal bila sendi

    tercedera. Walaupun adanya gerakan aktifbelum merupakan jaminan sendi normal.

    2. Pasif: gerakan yang dilakukan oleh pemeriksa untuk mengindentifikasikan gerakan yang sebelumnya tidak ada, seperti misalnya pada cedera atau kestabilan ligamen atau pada

    fraktur yang tidak jelas. Bila cedera jelas ada pemeriksaan gerakan pasif tidak diperlukan,

    karena akan mengakibatkan nyeri dan dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada

    jaringan lunak.

    STATUS GENERALIS

    (seperti biasa)

  • GAWAT DARURAT ORTHOPAEDI

    1. Open fraktur 2. Dislokasi 3. Compartemen sindrom 4. Infeksi (ganggrenasi) 5. Fat emboli

    PEMBUATAN DIAGNOSIS FRAKTUR

    1. Open / Close 2. Nama tulang 3. Sebelah mana (kanan/kiri) 4. Bagian tulang sebelah mana (1/3 medial, anterior, dll...) 5. Jenis (comminited, dll...) 6. Displaced / undisplaced 7. Grade (I, II, III A, B, C)

  • KLASIFIKASI OPEN FRAKTUR (GUSTILLO/ANDERSON}

    Grade I Patah tulang terbuka dengan luka < 1 cm, relatif bersih, kerusakan jaringan lunak

    minimal, bentuk patahan simpel/transversal/oblik.

    Grade II Patah tulang terbuka dengan luka > 1 cm, kerusakan jaringan lunak tidak luas,

    bentuk patahan simpel.

    Grade III Patah tulang terbuka dengan luka > 10 cm, kerusakan jaringan lunak yang luas,

    kotor dan disertai kerusakan pembuluh darah dan saraf.

    IIIA. Patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan luas, tapi masih bisa menutupi

    patahan tulang waktu dilakukan perbaikan.

    III B Patah tulang terbuka dengan kerusakan jaringan lunak hebat dan atau hilang (soft

    tissue loss) sehingga tampak tulang (bone-exposs)

    III C Patah tulang terbuka dengan kerusakan pembuluh darah dan atau saraf yang

    hebat

    PENANGANAN OPEN FRAKTUR

    Pembersihan luka

    Luka kotor, bekuan darah dan material benda asing harsu dibuang dan dicuci dengan air

    steril, dan lebih ideal dengan garam fisiologis.

    Debridemen/pembuangan jaringan avital

    a. Membuang benda asing b. Membuang jaringan avital Tujuan debridemen :

    a. Mengurangi derajat terkontaminasi b. Menciptakan luka yang bersih

    Reposisi dan stabilisasi tulang

    Reposisi dilakukan secara anatomis dan optimal untuk menghilangkan terjadinya dead space

    dan penekanan tulang pada kulit, sehingga penutupan luka tidak menjadi trgang.

    Fiksasi/stabilisasi dilakukan setelah reposisi untuk mempertahankan kedudukan patahan

    tulang.

    Penutupan luka

    - Penutupan luka untuk patah tulang teruka tipe 1 dapat dilakukan dengan penutupan secara primer

    - Penutupan luka untuk patah tulang teruka tipe 2 dan 3 sebaiknya dibiarkan terbuka dan memerlukan debridemen ulang bila ada tanda-tanda infeksi.

    Pemberian antibiotika

    - Pemberian antibiotiotika pada patah tulang bukanlah tindakan profilaksis, tapi merupakan tindakan terapeutik

    - Cephalosorin merupakan broad spectrum yang diberikan secara parenteral, penambahan dengan aminoglikosida diindikasikan bila luka hebat (patah tulang tipe 3)

    Pencegahan tetanus

  • KOMPARTEMEN SINDROM kondisi peningkatan tekanan intertisial di dalam ruangan kompartemen osteofasial yang tertutup mengganggu sirkulasi dan fungsi jaringan menekan pembuluh darah dan saraf tepi Perfusi kurang, serat saraf rusak iskemia nekrosis otot.

    Dapat terjadi di ekstremitas atas, ekstremitas bawah, tangan, kaki, mata, dan abdomen.

    Penyebab:

    1. Penurunan volume kompartemen : - Penutupan defek fascia yang ketat - Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas - Casts, dressing atau splint - Pakaian militer antishock - Kompresi eksternal dalam waktu lama pada anggota tubuh Posisi litotomi yang lama

    2. Peningkatan tekanan struktur kompartemen: - Pendarahan atau pembentukan hematoma akibat trauma vaskuler atau koagulopati - Peningkatan permeabilitas kapiler - Trauma akibat fraktur atau kerusakan jaringan - Penggunaan otot berlebihan akibat olahraga intensif, kejang, tetanus, eklampsi - Luka bakar - Operasi ortopaedi - Gigitan ular - Penurunan osmolaritas plasma akibat sindrom nefrotik - Injeksi obat intraarteri - Hipertrofi otot

    Gejala klinisnya (5P):

    1. Pain (nyeri) 2. Pallor 3. Pulselesness 4. Parestesia 5. Paralisis

    Terapi

    1. Terapi Medikal/non operatif - Menempatkan kaki setinggi jantung. - gips harus di buka dan pembalut kontriksi dilepas. - gigitan ular berbisa, beri anti racun sindroma kompartemen berkurang. - koreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah - Hidrasi intravena - Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik + manitol dapat mengurangi tekanan

    kompartemen.

    2. Terapi pembedahan / operatif (apabila tekanan intrakompartemen > 30 mmHg) fasciotomi

  • DISLOKASI

    Diagnosa umum dislokasi:

    - Mirip dengan tanda-tanda fraktur

    - Anamnesis:

    Persendiannya lepas/keluar dari tempatnya

    Nyeri

    Spasme otot

    Gangguan fungsi - Pemeriksaan Fisik:

    Swelling/pembengkakan

    Deformitas: angulasi, rotasi, kehilangan bentuk yang normal, pemendekan

    Gerakan yang abnormal

    Nyeri setempat

    Dislokasi Sendi Panggul

    Dislokasi ke Posterior (sering) Penderita berbaring, panggul yang terkena dalam posisi fleksi, adduksi dan rotasi Interna

    Dislokasi ke Anterior (jarang) Penderita berbaring posisi panggul dalam keadaan ekstensi, abduksi dan rotasi eksterna

    Dislokasi ke Sentral (selalu disertai Fraktur dari Acetabulum)

    Dislokasi Sendi Bahu

    Anterior (paling sering) Posterior lengan terkunci dalam posisi adduksi dan rotasi interna Inferior dimana caput humerus terperangkap dibawah cavitas glenoidales dikenal sebagai

    Luxatio Erecta

    Dislokasi Sendi siku

    2 tipe:

    Flexi Extensi

    Dislokasi ke arah posterior:

    Trauma pada sendi siku dalam keadaan sedikit fleksi/truma yang menyebabkan hiper ekstensi siku

    Sering disertai fraktur dari proc coronoideus, capitullum humerus atau caput radii

    Sendi bengkak dalam posisi semi flexi dan olecranon teraba di bagian posterior

  • PERSIAPAN OPERASI ORTHOPEDI

    OPEN FRAKTUR

    Cefotaxim 1 g (jika umum : Taxegram ) NaCl 0,9% No. V RL No. X Spuit 3 cc No. III Spuit 5 cc No. III Spuit 1 cc No. I Spuit 10 cc No. II Kateter dan urin bag No. I Gentamisin amp No. II Elastic bandage 6 (kaki) / 4 (tangan) No. I - II Soft bandage 6 (kaki) / 4 (tangan) No. I - II Prolene 5-0 No. II Prolene 2-0, 3-0 No. IV Sufratulle No. II IV Polysorb 3,0 taper No. I Surgipro 3,0 cutting No. I Daryan tule (ORIF tangan) No. I Arm sling (K/P)

    RESEP SLAB ANTERIOR / POSTERIOR

    Gypsona 4 (tangan) / 6 (kaki) No. III - IV Elastic bandage 4 (tangan) / 6 (kaki) No. I - II Soft bandage 6 (kaki) / 4 (tangan) No. I - II

    RESEP BENANG

    RUPTUR TENDON & ARTERI prolene 4,0 ; 6,0 ; cutting No. I JAHIT OTOT polisorb 2.0 round JAHIT KULIT surgipro 2.0 cutting, surgipro 3.0 cutting (untuk tangan dan kaki)

    RESEP DEBRIDEMENT

    DALAM POLISORB 2,0 TAPER No. III POLISORB 1,0 TAPER No. I

    LUAR Surgipro 2,0 ; 4,0 ; 6,0 No. II

    Soft bandage dan elastic bandage 6 No. I Gipsa 6 No. VI NaCl 0,9% No. VI

    Sufratule No. II

    UNTUK ANAK upper 2.0 No. I Lomer 2.0 No. I

    PERSIAPAN AMPUTASI

    Kantong plastic subkutan extrimitas yang diamputasi Elastic bandage / FM crepe 4 atau 6 Benang jahit

    OTOT PLAIN CUT GUT 3,0 No. I FASCIA POLISORB 2,0 No. I KULIT MONOSORB 3,0 No. I - II

    Tergantung kebutuhan

  • Antibiotic dan analgetik HYPOBACH (netilmisin sulfat) 2 X 100 mg

    DOLSIC (tramadol 50 mg) 3 X 1 amp

    METODE REDUKSI

    REDUKSI TERTUTUP DENGAN TRAKSI

    Indikasi Skin Traksi:

    1. Terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri anak-anak. 2. Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak dapat dilakukan 3. Pengobatan sementara pada fraktur 4. Fraktur-fraktur yang sangat bengkak dan tidak stabil misalnya fraktur suprakondiler

    humeri pada anak-anak

    5. Untuk traksi pada spasme otot / kontraktur sendi misalnya sendi lutut dan panggul 6. Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang seperti HNP atau spasme otot-otot

    tulang belakang.

    Skeletal traksi dengan kawat K (Kirschner) wire dan pin Steinmann dimasukkan ke dalam tulang dan traksi dengan berat beban bantuan bidai Thomas dan bidai brown Bohler. Tempat

    memasukkan pin pada bagian proksimal tibia di bawah tuberositas tibia, bagian distal tibia,

    trokanter mayor, bagian distal femur pada kondilus femur, prosesus olekranon, distal metacarpal

    Indikasi Skeletal Traksi

    Beban > 5 kg Traksi pada anak-anak yang lebih besar Fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif Fraktur-fraktur tertentu daerah sendi Fraktur terbuka dengan luka yang sangat jelek dimana fiksasi eksterna tidak dapat

    dilakukan

    Traksi langsung yang sangat berat misalnya dislokasi panggul yang lama sebagai persiapan terapi definitif

    REDUKSI TERBUKA Indikasi ORIF:

    - fraktur intra artikuler - reduksi tertutup yang mengalami kegagalan - bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen - bila diperlukan fiksasi rigid - fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara baik dengan reduksi - fraktur terbuka grade 1 - fraktur multiple - eksisi fragmen kecil - fraktur avulse

    Indikasi FE (Fiksasi Eksterna)

    - Fraktur terbuka gradeII dan III - Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat

  • - Fraktur dengan infeksi - Fraktur yang miskin jaringan ikat - Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita DM

  • PENYEMBUHAN FRAKTUR

    Proses penyembuhan:

    1. fase hematom 2. fase proliferasi sel 3. fase kalus 4. fase konsolidasi 5. fase remodeling

    Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Fraktur:

    Umur penderita Letak dan konfigurasi fraktur Besarnya pergeseran fragmen fraktur Suplai darah ke daerah fraktur

    Kriteria Union Secara Klinis

    tidak ada pergerakan antara kedua fragmen tidak ada nyeri tekan tidak merasa nyeri jika diberi stres angulasi

    Perkiraan Penyembuhan Fraktur Pada Orang Dewasa (dalam minggu)

    Falang/metakarpal/metatarsal/kosta

    Distal radius

    Diafisis ulna dan radius

    Humerus

    Klavikula

    Panggul

    Femur

    Kondilus femur/tibia

    Tibia/fibula

    Vertebra

    3 - 6

    6

    12

    10 - 12

    6

    10 - 12

    12 - 16

    8 - 10

    12 - 16

    12

    Penyembuhan Abnormal Fraktur

    1. Malunion

    fraktur sembuh dalam waktu yang normal tapi pada posisi yang jelek dengan deformitas residual (angulasi, rotasi, shortening, lengthening)

    Penyebab: a. fraktur yang tidak ditindaki b. pengobatan yang tidak adekuat c. reposisi / imobilisasi tidak adekuat d. osifikasi prematur lempeng epifisis

    2. delayed union

    fraktur dapat sembuh tetapi proses penyembuhan memerlukan waktu yang lebih lama dari

    penyembuhan normal (tidak sembuh setelah selang waktu 3 bulan untuk ekst atas dan 5 bulan

    untuk ekst bawah)

    3. non union (pseudoartrosis)

  • kegagalan penyembuhan fraktur setelah waktu yang lebih lama dari waktu yang diperlukan

    untuk penyembuhan normal (tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan

    konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis)

  • CEDERA TULANG BELAKANG

    Spondilolisis defek pseudoartrosis mengenai lamina atau arkus neuralis vertebra Spondilolistesis pergerakan ke depan suau vertebra terhadap vertebra lain di atasnya Spondilosis, spondilo artritis, spondilo artrosis penyakit degeneratif pada tulang belakang

    FRANKEL GRADING

    A = fungsi motorik dan sensorik tidak ada

    B = fungsi sensorik ada. Motorik tidak ada

    C = fungsi sensorik ada. Fungsi motorik ada tapi tidak dapat berfungsi

    D = fungsi sensorik dan motorik dan dapat berfungsi tapi tidak sempurna (nilai motorik 4 atau

    5)

    E = fungsi motorik dan sensorik normal. Terdapat refleks abnormal

    Penatalaksanaan:

    1. Pertolongan pertama - sadar/tidak? - Minimalisir gerakan tak perlu - Perhatikan airway - Awasi tanda vital - Kemungkinan perdarahan interna? - Cairan/ obat analgetik segera - Setiap pergeseran penderita harus teap lurus

    2. pemeriksaan klinik secara teliti 3. Pengelolaan fraktur

    - resusitasi

    - pertahankan cairan dan nutrisi - perawatan kandung kemih dan usus - cegah dekubitus - cegah kontraktur - servikal traksi tulang kepala, pasang kolar servikal selama 5 minggu brace

    servikal/plaster minerva 6 minggu

    - torakolumbal konservaif dengan reduksi postural - operatif bila indikasi

    4. Pengelolaan penderita dengan paralisis 5. rehabilitasi paraplegi

  • OSTEOMYELITIS HEMATOGEN AKUT

    Gambaran Klinis

    - Tergantung stadium patogenesis penyakit.

    - Dapat ditemukan infeksi bakterial kulit dan saluran nafas.

    - Gejala umum:

    - Panas tinggi.

    - Malaise.

    - Nafsu makan berkurang.

    - Gejala Lokal:

    - Nyeri tekan.

    - Gangguan pergerakan sendi

    - Laboratorium.

    - Darah : Sel darah putih > 30.000.

    LED . Titer antibodi anti stapilokokus.

    Kultur (50 %) sentivitas antibiotik.

    - Feses : Kultur curiga infeksi bakteri salmonella.

    - Biopsi: Proses infeksi atau keganasan

    - Radiologis.

    Foto polos : 10 hari pertama Terlihat normal/ Pembengkakan jaringan lunak. 2 minggu.= Rarefaksi tulang

    Terapi.

    - Istirahat + pemberian analgesik. - Cairan intravena dan kalau perlu transfusi darah. - Istirahat lokal dengan bidai atau traksi. - Antibiotik sesuai penyebab utama, selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum

    atau LED.

    - Drainage bedah, apabila 24 jam pengobatan gagal

  • OSTEOMYELITIS KRONIS

    - Umumnya merupakan kelanjutan dari Osteomylitis Akut.

    - Dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah operasi tulang.

    - Penyebab : Stafilakokus Aureus (75 %).

    Gambaran Klinis:

    - Demam dan nyeri lokal ringan yang hilang timbul.

    - Cairan keluar dari luka / sinus

    Radiologis.

    Foto polos : - Tanda-tanda porosis.

    - Sklerosis tulang.

    - Penebalan periosteum.

    - Elevasi periosteum.

    - Squester

    Terapi

    1. Antibiotik : - Mencegah penyebaran infeksi.

    - Mengontrol eksaserbasi akut.

    2. Operatif : - Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik.

    - Drainage.

    - Dekompresi

  • TETANUS

    Gambaran Klinis

    - gejala awal nyeri pada tempat masuknya organisme kekakuan otot sekitar - kenaikan tonus klonus spasme tenanik - epistotonus, trismus, rhisus sardonikus

    - disfagia dan iritabilitas Komplikasi

    - obstruksi jalan nafas

    - retensio urine

    - konstipasi

    - respiratory arrest

    - cardiac failure

    Grade I :

    - inkubasi > 14 hari

    - trismus setelah 6 hari

    Grade II :

    - inkubasi 10-14 hari

    - gejala timbul 3-6 hari moderat trismus, moderat disfagia, rigidity dan spasme Grade III :

    - inkubasi < 10 hari

    - symptom timbul 3 hari

    - prognosa buruk

    TERAPI:

    - perawaan luka (eksplorasi, pembersihan, debridement)

    - diet TKTP

    - isolasi

    - O2, pernafasan buatan/ trakeostomi

    - IVFD RL + drip neurobat 2 ampul (pagi sore)

    - Inj Starxon/ Ceftriaxon 2x1 g

    - Inj Gastridin/Ranitidin 3x1 amp

    - Inj Revolan/ Piracetam 3x1 g

    - Inj Invomit 3x1 amp

    - ATS 100.000 IU i.m selama 5 hari Per hari 20.000 IU (14 ampul) atau tetagam 3000 IU 12 ampul (now)

    - Antrain 1x1 ampul

    - Hipobach/ gentamicin 2 x 300 mg/ iv

    - Infus Trichodazol 3 x 500 mg

    - Kejang valium 1 ampul / iv - Maintenance valium 4 ampul drip dalam RL

    Catatan : harga total pemberian ATS 7 jutaan Harga tetagam (now) 2,5 jutaan

  • PEMBERIAN ANTI TETANUS PROFILAKSIS

    Indikasi:

    1. Luka lebih dari 1 cm 2. luka tembak 3. frost bite 4. luka bakar 5. luka kontaminasi 6. luka yang sudah lebih dari 6 jam belum tertangani 7. crush injury 8. terdapat jaingan nekrotik 9. luka dengan tepi ireguler

    Pemberian:

    ATS 1500 IU skin test dulu Tetagam tanpa skin test

  • PEMASANGAN KATETER

    Indikasi

    1. retensi urin 2. monitoring produksi urine 3. drenase pada neurogenic bladder 4. pengambilan sample urine Kontra indikasi

    1. indikasi akut pada uretra atau prostate 2. rupture uretra akibat trauma

    Perlengkapan

    1. kateter folley no.16-no.18 dewasa 2. kateter folley no.8-no.12 anak 3. duk lubang 4. kasa steril 5. plester 6. cream antibiotic 7. pinset anatomis 1 buah 8. urinal bag 1 buah 9. lubricant/ jelly 10. povidone iodine solution 11. disposable spuit 10 cc 12. aquabidest 5 cc 13. sarung tangan 14. pada katerisasi sulit perlu tambahan (khusus): mandryn, busi uretra, klem bengkok

    Posisi

    laki-laki : telentang

    wanita : telentang frog leg

    Tehnik pemasangan

    Persiapan :

    1. pasang sarung tangan 2. tindakan a & antiseptic daerah genitalia eksterna 3. tutup dengan duk lubang 4. isi disposable dengan aquabidest : 5 cc untuk folley no.16-no.18

    3 cc untuk folley no.8-no.12

    5. hubungkan kateter dengan urinal bag 6. oleskan pelumas pada + 1/3 ujung kateter 7. pegang kateter sedemikian rupa dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain : Pada laki-laki :

    1. memegang penis bagian dorsal distal gland penis 2. diposisikan untuk tegak agar meatus uretra nampak jelas 3. masukkan ujung kateter melalui meatus

  • 4. perlahan-lahan didorong hingga kateter masuk maksimal (sampai pangkal) 5. dorongan secara konstan dan gentle 6. isi balon kateter (sesuai kapasitas kateter) 7. perlahan-lahan kateter ditarik hingga balon sampai pada dinding leher buli-buli/ bladder neck 8. olesi cream antibiotic daerah meatus 9. kateter difiksasi dengan plester pada daerah SIAS

    Pada Wanita:

    1. Eksposure meatus urethrae 2. Membuka labia dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri 3. Masukkan kateter melalui meatus eksternus + 10 cc ke dalam buli-buli. 4. Isi balon kateter (sesuai kapasitas kateter) 5. Kateter ditarik perlahan-lahan hingga balon sampai dinding leher buli-buli/bladder neck. 6. Olesi cream AB di daerah meatus 7. Fiksasi kateter dengan plester pada bagian medial

  • SISTOSTOMI

    Indikasi

    1. Retensi urine dimana kateter gagal dipasang 2. Diversi urine karena ruptur urethra akibat trauma dan infeksi pada prostat atau urethra

    Perlengkapan

    - Bahan a dan antiseptik

    1. Poliodone iodone 10%

    2. Sarung tangan

    3. Duk lubang

    4. Kasa steril

    - Obat anestesi

    1. Lidocaine 1% 1 cc

    2. Disposable 10 cc 1 buah

    - Peralatan Sistostomi

    1. Tangkai pisau + pisau No 10 dan No. 11

    2. Pinset chirurgis 2 buah

    3. Klem hemostalik 4 buah

    4. Hak 1 pasang

    5. Gunting diseksi 1 buah

    6. Gunting benang 1 buah

    7. Needle Holder 1 buah

    8. Jarum tapper dan cutting masing-2 1 buah

    - Lain-lain

    1. Benang jahit : Chronik 2 0,50 cm Silk 2 0,30 cm 2. Folley kateter : No 18 20 (untuk dewasa) No 14 16 (untuk anak) 3. Cream antibiotik

    4. Plester

    5. Aquabidest

    6. Alat cukur

    Pelaksanaan:

    1. Rambut pubes dicukur. 2. Tindakan a dan antiseptik daerah simfisis- pusat. 3. Infiltrasi anestesi lokal 4 cm diatas pubis pada linea mediana ke distal, proximal dan lateral

    3 cm.

    4. Sayatan pada linea mediana sepanjang 4 cm sampai fascia. 5. Kalau ada perdarahan, lakukan tindakan hemostatik. 6. Fascia dibelah secara tajam. 7. m. Rektus kanan dan kiri dibelah secara tumpul. 8. Medan operasi di exposure dengan hak dari sisi kanan dan kiri. 9. Prevesical fal disisihkan secara tumpul ke proximal. 10. Buli-buli dikenali (banyak vascularisasi).

  • 11. Dibuatkan penggantung/ tegel pada 2 tempat. 1. Buli-buli ditembus dengan pisau No.11 2. Folley kateter ujungnya dipegang dengan klem kemudian dimasukkan ke dalam buli-buli

    dan klem ditarik keluar.

    3. Balon diisi dengan 5 cc aquadest 4. Perdarahan dikontrol. 5. Fascia dijahit dengan chromic 2-0 6. Kulit dijahit dengan silk 2-0 7. Pangkal kateter dihubungkan dengan urinal bag. 8. Luka operasi dibersihkan, diolesi cream antibiotik kemudian ditutup kasa steril selanjutnya

    difiksasi dengan plester.

    catatan: melakukan sistostomi sebaiknya ditunggu buli-buli sudah penuh.

    MINI SISTOSTOMI

    Indikasi:

    1. Retensio urine akut yang gagal dipasang kateter. 2. Diversi urine temporer (sementara). Persiapan:

    Bahan a dan antiseptik:

    1. Kasa steril 2. Poviodone iodone 1 % 3. Cream antibiotik 4. Duk lubang steril Perlengkapan:

    1. Surflo No.14 2. Blood set/ infuse set 1 buah 3. Sarung tangan steril 4. Plester Tehnik:

    1. Posisi telentang. 2. Operator pasang sarung tangan. 3. Tindakan a dan antiseptik daerah suprasimfisis. 4. Daerah steril di tutup duk lubang. 5. Orientasi tempat tusukan +3 cm tepi atas simfisis pada garis tengah (linea madiana). 6. Tusukkan surflo pada tempat tersebut dengan sudut 60o terhadap dinding abdomen ke arah

    simfisis.

    7. Tusukan diteruskan sampai menembus buli-buli. 8. Ujung surflo berada intra buli-buli bila terdapat aliran urine pada tube/ cannula. 9. Mandryn dilepas dan surflo didorong sampai pangkal. 10. Hubungkan Blood set/infuse set dengan surflo. 11. Ujung yang bebas dimasukkan ke dalam kanung penampungan 12. Olesi cream antibiotik sekitar pangkal surflo kemudian ditutup kasa steril dan difiksasi

    pakai plester.

  • Kontra indikasi: buli-buli kosong

    Komplikasi: perdarahan

  • RECTAL TOUCHER

    massa ada/tidak bentuk ireguler/tidak curiga keganasan? Hemoroid? spinchter ani menjepit kuat/ lemah

    mukosa recti (licin/tidak)

    ampulla recti (kolaps/tidak)

    prostat pembesaran .................... cm

    sulcus mediana (teraba/tidak)

    pole atas teraba/tidak

    teraba licin atau berdungkul

    BCR (+/-)

    Nyeri tekan arah jam 3, 6, 9, 12

    Handscoen apakah terdapat feses, darah, pus, dll

  • RETENSIO URINE

    ANAMNESIS

    Tidak bisa kencing

    Hematuria ??

    Urin menetes

    Nyeri perut bawah/ada benjolan

    PEMERIKSAAN FISIK

    Massa suprasimfisis dengan balotemen (+)

    Nyeri dan rasa ingin kencing bila ditekan

    Perkusi : redup

    PENYEBAB

    1. BPH Usia > 50 tahun Kronis : ada riwayat prostatismus

    Gejala Prostatismus :

    Kencing tidak tuntas

    Kencing menetes

    Sering kencing malam

    Keluarnya urin tidak langsung

    Mengedan

    RT : prostat membesar 2. Striktur uretra

    Usia dewasa muda Riwayat :

    - Trauma uretra

    - Instrumentasi uretra

    - Uretritis

    - Pass of stone

    - Pancaran sebelumnya kecil, jauh (penurunan kaliber (kemampuan, mutu) pancaran) Pemeriksaan fisik : normal/teraba jaringan fibrotik pada daerah uretra anterior Uretrografi : penyempitan uretra (+)

    3. Batu ureter Usia sembarang, biasanya dewasa muda Riwayat : - Nyeri pinggang - Keluar batu

    - Disuria

    - Hematuria

    Mendadak Bisa teraba batu pada uretra anterior (batunya kecil, saat kencing turun ke uretra lalu

    menyumbat uretra)

  • BNO : bisa tampak batu 4. Bekuan darah

    Riwayat hematuria mendadak retensi 5. Meatal stenosis

    Terjadi pada semua usia, namun jarang pada anak-anak Kronik

    6. Neurogenik Riwayat: DM, Trauma vertebra, Stroke, Postpartum

    7. Ruptur uretra Riwayat trauma Klinis : ada jejas/hematom di daerah perineum dan skrotum Bloody discharge RT : floating prostate

    RETENSI URIN

    bloody discharge (+) bloody discharge (-)

    suspect ruptur uretra tidak curiga ruptur uretra

    jangan lakukan pemasangan DC (K.I.) lakukan pemasangan DC

    langsung sistostomi gagal berhasil

    lakukan sistostomi

    catat urin & warna urin yang keluar

  • CEDERA KEPALA

    JENIS CEDERA KEPALA GCS

    PENURUNAN

    KESADARAN AMNESIA

    DEFISIT

    NEURO-

    LOGIK

    Simple/Minimal Head Injury

    Cedera Kepala Ringan (CKR)

    Cedera Kepala Sedang (CKS)

    Cedera Kepala Berat (CKB)

    15

    13-15

    9-12

    6 jam

    (-)

    (+)

    (+)

    (+)

    (-)

    (-)

    (+)

    (+)

    Cedera primer lokal

    Cedera primer difus

    Cedera sekunder lokal

    Cedera sekunder difus

    : Kontusio serebri, laserasio serebri, perdarahan

    intraserebral, dan hematom subdural akut.

    : Komosio serebri, diffuse axonal injury, perdarahan

    subarakhnoid.

    : hematom epidural, hematom subdural subakut atau

    kronik, infeksi, infark batang otak.

    : iskemia, hipoksia, edema, brain swelling, diffuse

    vascular injury, TIk meninggi.

    Lesi intra kranial :

    1. Diffuse Brain Injury (Kerusakan Otak Menyeluruh)

    pasien mengalami koma sejak peristiwa cedera terjadi namun tidak ada gambaran lesi desak ruang pada CT scan

    - dibagi menjadi diffuse axonal injury dan diffuse vascular injury. Pada diffuse vascular injury

    biasanya pasien langsung meninggal beberapa menit setelah benturan

    2. Fokal :

    a. EDH (berhubungan dengan benturan fokal)

    Mungkin dapat dijumpai cedera kepala luar.

    Bervariasi : sadar, kehilangan kesadaran singkat, kehilangan kesadaran yang berkepanjangan.

    20-50 % mengalami lucid interval.

    Pemeriksaan tanda-tanda lateralisasi.

    CT Scan: Hematom memiliki bentuk bikonveks. Ini terjadi karena ekspansi hematom terbatas. Tepi menunjukkan batas yang tegas. Terdapat sedikit pergeseran struktur

    mediana.

    b. SDH (berhubungan dengan cedera kepala akselerasi-deselerasi)

    Pengumpulan darah yang terletak di ruang antara dura dan araknoid.

    Klasifikasi

    Akut < 72 jam hiperdens

  • Sub akut : 3-20 hari isodens

    Kronis > 20 hari hipodens

    Klinis SDH akut :

    - Penurunan tingkat kesadaran

    - Dilatasi pupil dan penurunan reaksi terhadap cahaya ipsilateral dari hematom

    - Hemiparese kontra lateral dari hematom.

    SDH kronis :

    Penurunan tingkat kesadaran, disfungsi kognitif dan kehilangan memori, defisit motorik, headache, afasia.

    CT Scan: gambaran bulan sabit dan batas dalam yang irregular. Lebih menggeser struktur mediana

    c. ICH (Intra serebral hematom)

    - akibat laserasi atau kontusio jaringan otak pecahnya pembuluh darah di jaringan otak tersebut

    - > 5 cc = ICH.

  • PROTAP PENANGANAN CEDERA KEPALA

    Riwayat Trauma Kepala

    Penanganan ABC

    (Primary Survey, Secondary Survey)

    Pemeriksaan Diagnostik (Sesuai Indikasi)

    (Pemeriksaan Darah Rutin, Skull X-Ray, CT-Scan)

    CKR CKS CKB

    Dipulangkan dengan pesan bila tidak perlu observasi atau

    tidak ada indikasi rawat

    Treatment rawat jalan:

    - Terapi peroral sesuai standar

    terapi Bedah Saraf

    Pesan untuk keluarga saat

    pulang

    Penderita harus segera kembali

    bila:

    - Kesadaran menurun/gelisah

    - Sakit kepala bertambah hebat

    - Muntah-muntah

    - Kejang

    - Kelumpuhan anggota gerak

    Tindakan operasi

    atas indikasi

    Dirawat di ICU

    Dirawat bila perlu

    observasi atau ada

    indikasi rawat

    Dirawat di

    Ruang Bedah

    Operasi

    Pulang dan kontrol

    ke Poliklinik Bedah

  • Indikasi CT-scan:

    1. GCS 3-14 2. GCS 15 dengan:

    - Nyeri kepala sedang-berat - Muntah-muntah - Amnesia - Riwayat pingsan > 15 menit - Hemiparese, anisokor - Otoragi, rinoragi

    Indikasi rawat:

    - Penurunan kesadaran - Tanda fraktur pada skull X-ray - Fraktur basis kranii - Sakit kepala sedang-berat - Muntah-muntah - Ada riwayat pingsan > 15 menit - Ada riwayat kejang - Amnesia > 30 menit - Rujukan atau tempat tinggal jauh - Tidak ada keluarga di rumah atau tempat tinggal jauh - Luka-luka serius - Pengaruh alkohol/narkoba

    Treatment di IGD/Ruangan/ICU:

    - Head up 30o - O2 lembab 5-8 liter/menit (KP) - Infuse NaCl 0,9% 30 tetes/menit - Pasang kateter/NGT (KP)

    Terapi:

    - Injeksi sesuai standar terapi Bedah Saraf

  • GCS

    GCS DEWASA

    (Eye, E) 4 = spontan

    3 = dengan perintah

    2 = dengan rangsang nyeri

    1 = tidak ada reaksi (Motoric, M)

    6 = mengikuti perintah

    5 = melokalisir nyeri

    4 = menghindar nyeri

    3 = fleksi abnormal

    2 = ekstensi abnormal

    1 = tidak ada gerakan

    (Verbal, V) 5 = orientasi baik dan sesuai

    4 = diorientasi tempat dan waktu

    3 = bicara kacau

    2 = mengerang

    1 = tidak ada suara

    Skor 14-15 : compos mentis

    Skor 12-13 : apatis

    Skor 11-12 : somnolent

    Skor 8-10 : stupor

    Skor < 5 : koma

  • PEDIATRIC GCS

    (Eye, E) 4 = spontan

    3 = dengan perintah

    2 = dengan rangsang nyeri

    1 = tidak ada reaksi (Motoric, M)

    6 = mengikuti perintah

    5 = melokalisir nyeri

    4 = menghindar nyeri

    3 = fleksi abnormal

    2 = ekstensi abnormal

    1 = tidak ada gerakan

    (Verbal, V) 5 = senyum, orientasi terhadap suara, mengikuti obyek

    4 = menangis namun tidak jelas

    3 = bicara dengan suara yang tidak dapat dimengerti

    2 = mengerang

    1 = tidak ada suara

  • MEMBACA CT SCAN

    1. Midline shift (ada/tidak ada? Membaca pada potongan axial yang berisi ventrikel lateral

    dan ventrikel III. Bila ada berapa mm? bila lebih dari 5 mm indikasi operasi) 2. Sulcus gyrus (mengabur/tidak?) 3. Sisterna Ambiens (mengabur/tidak?) 4. Sistem ventrikel (apakah ada penyempitan/ pergeseran) 5. Massa hiperdens / hipodens (bila ada pada region mana? Berapa cc? cari potongan axial

    yang massa hiperdens paling besar, panjang x lebar bagi 2 kalikan dengan jumlah slice

    yang ada massa)

    6. Bone defect (ada/tidak ada? Fraktur linear/depressed, diastase, kommunitif) 7. Soft Tissue edema/subgaleal hematom (ada/tidak? Pada regio mana?)

  • PERSIAPAN OPERASI BEDAH SARAF

    Persiapan umum

    1. Bereskan status kuning pasien 2. Surat izin operasi dan anestesi 3. Lab darah rutin (+PT, APTT) 4. Sedia Darah 5. Resepkan Alat BHP (Bahan Habis Pakai) dan Cairan 6. Cukur gundul 7. Pesan OK 8. EKG dan Foto Thorax (bila umur >40 tahun) 9. Konsul anak atau Penyakit dalam (bila umur >40 tahun), kecuali CITO 10. Konsul anestesi 11. Hubungi asisten dan penata anestesi 12. Hubungi operator

  • Daftar Resep Alat BHP dan Cairan Macam Operasi Alat BHP Yang digunakan Persiapan

    Darah

    Jumlah Cairan yang diperlukan

    External Drainase

    ICP monitoring

    VP-Shunt

    Reseksi ME

    Cranioplasty

    External Drain set

    Silicon drain

    VP-Shunt Set I (biasa)

    VP-Shunt Set II (bagus)

    VP-Shunt Set III ( bagus)

    Untuk anak

    Trepanasi Set IV

    Trepanasi set IV

    250 cc WB

    Nacl 0.9 % No III

    RL No V

    Spet 10 cc No III

    Spet 5 cc No III

    Spet 3 cc No III

    Surflo (no. disesuaikan umur) No I

    Transfusi set No I

    Daryatul No I

    Hypafix No I

    Trixon/Ceftriaxon injeksi No I

    Hypobach/Gentamicin 80 mg injeksi

    No i

    Pehacain No IV

    Cepezet injeksi ampul No I (khusus

    untuk external drainase)

    Three-way No I (khusus untuk ICP

    monitoring)

    Craniotomi:

    Trauma

    Trauma bilateral

    Stroke

    Abses serebri

    Trepanasi set IV No I

    Trepanasi set V No I

    Trepanasi set V No I

    Trepanasi set V No I

    1000 cc

    WB

    NaCl 0.9% No IV

    RL No VI

    Transfusi set No III

    Surflo (no. sesuaikan umur) No. II

    Cateter (no.sesuaikan umur ) No. I

    Urine bag No I

    Spet 10 cc No V

    Spet V cc No V

    Spet 3 cc No V

    Pehacain injeksi No V

    Trixon/Ceftriaxon injeksi No I

    Hypobach/ Gentamicin 80 mg injeksi

    No I

    Daryatul No I

    Hypafix No I

    Craniotomi:

    Brain tumor

    Tulang Belakang

    Trepanasi set VI No I

    Laminektomi set No I

    2500 cc

    WB

    1000 cc

    WB

    NaCl 0.9% No V

    RL No XV

    Transfusi set No III

    Surflo (no. sesuaikan umur) No. II

    Cateter (no.sesuaikan umur) No. I

    Urine bag No I

    Spet 10 cc No VI

    Spet 5 cc No VI

    Spet 3 cc No VI

    Pehacain injeksi No V

    Trixon/ceftriaxon injeksi No I

    Hypobach/Gentamicin 80 mg injeksi

    No I

    Daryatul No I

    Hypafix No I

  • tracheostomi Tracheostomi Set No I - - N/B : u/ LA craniotomy inj pehacain 10 amp

    EVD Cepezet inj 2 amp, Ketorolac inj 2 amp, Inj Pehacain 5 amp, urine bag I

  • STANDAR THERAPY BEDAH SARAF RSUD ULIN

    Umur Generik Paten Obat tambahan K/P

    Oral

    0-2 tahun Amoxycilin syrup 3x125 mg

    Paracetamol syrup 3x60-125

    mg

    Comsporin syrup 2x1/2 cth

    Sanmol syrup 3x60-125 mg

    2-5 tahun Amoxycilin syrup 4x125 mg

    Paracetamol syrup 4 x 125 mg

    Comsporin syrup 2x1 cth

    Ribunal syrup 3x1/2 cth

    5-10 tahun Amoxycilin syrup 4x250 mg

    Paracetamol syrup 4x250 mg

    Comsporin syrup 3x1 cth

    Ribunal syrup 3x1 cth

    10-14 tahun Amoxycilin syrup 4x250 mg

    Paracetamol syrup 4x250 mg

    Comsporin syrup 3x1 cth

    Ribunal syrup 3x1 cth

    14-18 tahun Ciprofloxacin 2x250 mg

    As. Mefenamat 3x250 mg

    Comsporin tablet 2x100 mg

    Atrilox tablet 2x7.5 mg

    >18 tahun Ciprofloxacin 2x500 mg

    As. Mefenamat 3x 500 mg

    Comsporin tablet 3x100 mg

    Artrilox tablet 3x7.5 mg

    Injeksi

    0-2 tahun Ceftriaxone 2x250-500 mg

    Ketorolac 3x2,5 mg

    Trixon 2x250-500 mg

    Ketorolac 3x2.5 mg

    2-5 tahun Ceftriaxone 2x500 mg

    Ketorolac 3x5 mg

    Trixon 2x500 mg

    Ketorolac 3x5 mg

    Invomit 3x 2mg

    Ikaphen 3x1/2 amp

    5-10 tahun Ceftriaxone 2x500 mg

    Ketorolac 3x10 mg

    Ranitidin 2x1/2 ampul

    Trixon 2x500 mg

    Ketorolac 3x10 mg

    acran

    Invomit 3x 2mg

    Ikaphen 3x1/2 amp

    Corsona 3x1 ampul

    10-14 tahun Ceftriaxone 2x500 mg

    Ketorolac 3x15 mg

    Ranitidin 3x1/2 ampul

    Trixon 2x500 mg

    Lactor 3x15 mg

    Acran 3x1/2 ampul

    Invomit 3x 4mg

    Ikaphen 3x1/2 amp

    Corsona 3x1 ampul

    14-18 tahun Ceftriaxone 1x1000 mg

    Ketorolac 3x15 mg

    Ranitidin 2x1 ampul

    Trixon 1x1000 mg

    Lactor 3x15 mg

    Acran 2x1 ampul

    Invomit 3x 4mg

    Ikaphen 3x1 amp

    Corsona 3x1 ampul

    >18 tahun Ceftriaxone 1x1000 mg

    Ketorolac 3x30 mg

    Ranitidin 3x1 ampul

    Trixon 1x1000 mg

    Lactor 3x30 mg

    Acran 3x1 ampul

    Invomit 3x8mg

    Ikaphen 3x1 amp

    Corsona 3x1 ampul

  • KEGAWATDARURATAN BEDAH ANAK

    perdarahan obstruksi infeksi strangulasi kombinasi

    RUMUS DARROW

    BB (kg) Cairan (ml)

    0-3 95

    3-10 105

    10-15 85

    15-25 65

    >25 50

    Tetesan infus: Mikro: BBx darrow /96

    Makro: BB x darrow/24

  • Available in www.doktermudaliar.wordpress.com

    Nantkan kehadiran serial jurus-jurus sesat lainnya