Upload
others
View
150
Download
25
Embed Size (px)
Citation preview
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 ii
TIM PENYUSUN
Pembina :
Kepala Badan Ketahanan Pangan
Pengarah : Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan
Penanggung Jawab :
Kepala Bidang Harga Pangan
Penyunting : Kepala Sub Bidang Analisis Harga Pangan Konsumen
Kepala Sub Bidang Analisis Harga Pangan Produsen
Penyusun: Endang Ismaryati SP, MM.
Ari Wahyuningsih, S.TP, M.Si.
Nurtamtomo Hadi Nugroho, SP.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 iii
KATA PENGANTAR
Untuk mengantisipasi permasalahan pangan baik nasional maupun wilayah biasanya terkait masalah ketersediaan (pasokan) dan kebutuhan pangan yang tidak seimbang sehingga menimbulkan kelangkaan pangan dan bahkan gejolak harga di masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh tidak atau belum disusunnya situasi dan kondisi ketersediaan dan kebutuhan pangan, baik dalam periode tahunan maupun bulanan. Oleh karena itu, perlu disusun Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok/Strategis, baik ditingkat pusat maupun daerah. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok/Strategis disusun dalam rangka memprediksi kondisi kebutuhan dan ketersediaan pangan disuatu wilayah, baik tahunan maupun bulanan. Hal ini sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya masalah pangan, yaitu apabila terjadi kekurangan pangan pada periode tertentu, untuk penanganan pemenuhan ketersediaan dan pasokan pangan, serta dalam upaya stabilisasi harga pangan strategis. Beberapa data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok/Strategis adalah aspek ketersediaan berupa produksi dalam negeri, baik angka sasaran maupun up date produksi dari Ditjen/Dinas Teknis terkait, prognosa BPS, dan angka ramalan BPS. Sedang aspek kebutuhan berupa konsumsi langsung rumah tangga berdasarkan Susenas BPS, konsumsi di luar rumah tangga, dan kebutuhan pakan/benih/bibit/industri. Dengan tersusunnya Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok/Strategis diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber bahan pengambilan kebijakan, baik unit kerja yang menangani ketahanan pangan maupun stakeholders terkait dalam penanganan dan antisipasi ketersediaan dan kebutuhan pangan, serta sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kondisi ketersediaan dan kebutuhan pangan. Untuk menyusun Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok/Strategis Tahun 2020, maka perlu disusun Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020. Diharapkan dengan adanya Panduan Teknis ini, prognosa pangan strategis baik di Pusat maupun daerah (provinsi) dapat disusun dengan lebih baik. Jakarta, Februari 2020
Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan,
Prof. Dr. Ir. Risfaheri, MSi.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... v I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Tujuan dan Sasaran .................................................................... 2 1.3. Pengertian/Definisi ...................................................................... 2
II. METODE PENYUSUNAN ................................................................... 4
2.1. Pendekatan .................................................................................. 4 2.2. Asumsi yang Digunakan ............................................................... 4 2.3. Penggunaan Angka/Konversi ....................................................... 5 2.4. Metode Perhitungan ................................................................... 21
III. FORMAT TABEL PERHITUNGAN …. .............................................. 24
IV. PENINGKATAN KEBUTUHAN BAHAN PANGAN PADA PERIODE HARI-HARI BESAR DAN KEAGAMAAN NASIONAL ...................... 31 4.1. Peningkatan Penjualan pada Periode HBKN ............................ 31 4.2. Selang Waktu (Hari) Peningkatan Pada Periode HBKN ........... 32 4.3. Perhitungan Koefisien Kenaikan Kebutuhan Pangan Periode
HBKN ........................................................................................ 33 4.4. Hasil Perhitungan Sebaran Bulanan Kebutuhan Pangan ......... 36
V. KETERSEDIAAN BAHAN PANGAN (NBM) DAN KONSUMSI
LANGSUNG RUMAH TANGGA (SUSENAS) ................................... 38 VI. PENUTUP .......................................................................................... 40
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penggunaan Angka/Konversi pada Gabah/Beras …………. 7 Tabel 2. Penggunaan Angka/Konversi pada Beras untuk Non
Pangan ………………………………………………………….. 7 Tabel 3. Penggunaan Angka/Konversi pada Kebutuhan Beras …….. 8 Tabel 4. Penggunaan Angka/Konversi pada Jagung ………………… 9 Tabel 5. Penggunaan Angka/Konversi pada Kedelai ………………… 11 Tabel 6. Penggunaan Angka/Konversi pada Kacang Tanah ………... 12 Tabel 7. Penggunaan Angka/Konversi pada Gula Pasir …………….. 13 Tabel 8. Penggunaan Angka/Konversi pada Minyak Goreng ……….. 14 Tabel 9. Penggunaan Angka/Konversi pada Bawang Merah ……….. 15 Tabel 10. Penggunaan Angka/Konversi pada Bawang Putih ……….. 16 Tabel 11. Penggunaan Angka/Konversi pada Cabai Besar …………. 18 Tabel 12. Penggunaan Angka/Konversi pada Cabai Rawit …………. 19 Tabel 13. Penggunaan Angka/Konversi pada Daging Sapi/Kerbau ... 20 Tabel 14. Penggunaan Angka/Konversi pada Daging Ayam Ras ….. 20 Tabel 15. Penggunaan Angka/Konversi pada Telur Ayam Ras …….. 21 Tabel 16. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Prognosa Beras
Tahun 2020 …………………………………………………… 24 Tabel 17. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Prognosa Jagung
Tahun 2020 …………………………………………………… 25 Tabel 18. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Kedelai Tahun
2020 …………………………………………………… 25 Tabel 19. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Kacang Tanah
Tahun 2020 …………………………………………………… 26 Tabel 20. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Gula Pasir Tahun
2020 26 Tabel 21. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Minyak Goreng
Tahun 2020 …………………………………………………… 27 Tabel 22. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Bawang Merah
Tahun 2020 …………………………………………………… 27 Tabel 23. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Bawang Putih
Tahun 2020 …………………………………………………… 28 Tabel 24. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Rawit
Tahun 2020 …………………………………………………… 28 Tabel 25. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Besar
Tahun 2020 …………………………………………………… 29
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 vi
Halaman
Tabel 26. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2020 …………………………………………. 29
Tabel 27. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Daging Ayam Ras Tahun 2020 …………………………………………………… 30
Tabel 28. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Telur Ayam Ras Tahun 2020 …………………………………………………… 30
Tabel 29. Periode Hari-Hari Besar Keagamaan Nasional Tahun 2020 …………………………………………………………………... 31
Tabel 30. Persentase Peningkatan Penjualan Komoditas Periode HBKN …………………………………………………………... 32
Tabel 31. Selang Waktu (Hari) Peningkatan Penjualan Komoditas Periode HBKN Nasional ……………………………………... 33
Tabel 32. Tanggal dan Bulan HBKN 2020 untuk Kalender Selang Waktu (hari) (contoh pada komoditas telur ayam ras) …… 33
Tabel 33. Koefisien Peningkatan Kebutuhan Pangan Tahun 2020 … 34 Tabel 34. Sebaran Bulanan berdasarkan Kebutuhan Pangan Tahun
2020 …………………………………………………………… 36 Tabel 35. Angka Ketersediaan Bahan Pangan (NBM 2019,) dan
Konsumsi Langsung Rumah Tangga (Susenas 2019, Triwulan I) ……………………………………………………... 38
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok/Strategis merupakan informasi tentang kondisi produksi dan kebutuhan pangan yang disusun dalam format bulanan. Penyusunan prognosa tahun 2020 dimulai dari prognosa kebutuhan pangan untuk dijadikan acuan dalam menentukan sasaran produksi, penyediaan pasokan dan perumusan langkah-langkah antisipasi pemenuhan kebutuhan.
Prognosa disusun berdasarkan kebutuhan dan angka sasaran produksi dari Ditjen/Dinas Teknis terkait lingkup Kementerian Pertanian. Selanjutnya prognosa tersebut akan dievaluasi dan disempurnakan sesuai dengan perubahan angka ramalan dan/atau angka realisasi produksi Ditjen/Dinas Teknis terkait maupun BPS. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Tahun 2020 disusun secara berkala, yaitu pada awal tahun berdasarkan angka sasaran produksi Ditjen/Dinas Teknis dan selanjutnya disempurnakan secara berkala sesuai dengan perubahan data produksi.
Data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Tahun 2020 berasal dari berbagai sumber, yaitu: produksi beras, jagung dan kedelai dari BPS dan/atau Ditjen/Dinas Tanaman Pangan; gula pasir berdasarkan taksasi produksi gula dari Ditjen/Dinas Perkebunan; minyak goreng dari Ditjen/Dinas Perkebunan; bawang merah, bawang putih, cabai besar, dan cabai rawit dari Ditjen/Dinas Hortikultura; serta daging sapi/kerbau, daging ayam ras dan telur ayam ras dari Ditjen/Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Penyusunan prognosa harus dilakukan secara tepat dan akurat, sehingga dalam penyusunan prognosa perlu dilakukan melalui koordinasi dengan berbagai pihak terkait agar perencanaan dan kebijakan pangan tahun 2020 diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pihak, baik di Pusat maupun Daerah (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengupayakan penyediaan pangan secara tepat sehingga kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi sepanjang tahun.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 2
Untuk memudahkan aparat pusat dan daerah dalam menyusun Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Tahun 2020, maka perlu dibuat Panduan Teknis sehingga akan diperoleh metode dan persepsi yang sama tentang prognosa pangan, baik di pusat maupun daerah (provinsi dan kabupaten/kota).
1.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan penyusunan Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Tahun 2020 adalah untuk menyediakan panduan tentang tata cara menyusun Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Tahun 2020, baik di pusat maupun daerah (provinsi). Sasaran kegiatan adalah tersedianya Buku Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Tahun 2020.
1.3. Pengertian/Definisi
• Stok adalah jumlah bahan pangan yang disimpan sebagai cadangan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
• Kebutuhan pangan adalah bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung.
• Konsumsi langsung adalah konsumsi rumah tangga (RT) per orang per tahun dengan sumber data SUSENAS 2019 Triwulan I.
• Konsumsi tidak langsung yaitu konsumsi yang terdiri dari kebutuhan industri makanan, industri non makanan dan kebutuhan lainnya.
• Kebutuhan per kapita adalah kebutuhan pangan rata-rata per orang per tahun.
• Kebutuhan pakan adalah bahan pangan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pakan.
• Kebutuhan benih adalah bahan pangan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan benih dalam produksi selanjutnya.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 3
• Kebutuhan pakan dan industri non-pangan adalah bahan pangan yang dibutuhkan untuk pakan dan bahan baku industri non-pangan.
• Kebutuhan industri adalah bahan pangan yang dibutuhkan untuk bahan baku industri pangan.
• Produksi bersih adalah hasil produksi yang telah memperhitungkan susut dan tercecer.
• Kehilangan adalah besarnya pangan yang mengalami susut dan tercecer pada saat proses produksi dan distribusi.
• Neraca Domestik adalah surplus/defisit antara produksi pangan hasil produksi dalam negeri dan kebutuhan total.
• Neraca Kumulatif adalah neraca domestik ditambah stok awal (carry over) dari surplus/defisit bulan sebelumnya.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 4
II. METODE PENYUSUNAN
2.1. Pendekatan
Dalam perhitungan penyusunan prognosa tahun 2020, variabel yang dihitung
atau yang dicari berupa surplus/defisit, ketersediaan dan kebutuhan pangan.
Untuk menghitung variabel tersebut menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Surplus/Defisit :
Ketersediaan - Kebutuhan
b. Ketersediaan :
Stok Awal + Produksi
v Stok awal antara lain diperhitungkan untuk stok yang dikelola oleh
pemerintah (Perum BULOG) dan/atau masyarakat (Asosiasi, Pelaku
Usaha, Industri, dan lainnya).
c. Kebutuhan :
Konsumsi Lansung (Rumah Tangga) + Kebutuhan di Luar Rumah Tangga (Kebutuhan Industri + Kebutuhan Bibit/Benih + Kebutuhan Pakan + Lainnya) + Kehilangan (Tercecer/Susut)
v Komponen kebutuhan berbeda tiap komoditas pangan.
2.2. Asumsi yang Digunakan
Selain variabel, untuk penyusunan prognosa tahun 2020 juga menggunakan data/angka asumsi-asumsi yang sudah disepakati, antara lain yaitu:
• Peningkatan kebutuhan pada periode Hari-Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN): Puasa, Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun baru menggunakan hasil Kajian BKP tahun 2018, kecuali komoditas jagung. Peningkatan kebutuhan jagung disesuaikan dengan peningkatan kebutuhan pakan untuk memnuhi peningkatan produksi telur ayam ras
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 5
pada priode HBKN, dimana sebaran bulanannya 3 bulan sebelum periode HBKN.
• Stok awal yang diperhitungkan adalah stok pangan yang dikuasai oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Asosiasi, Pelaku Usaha, Industri, dan lainnya).
• Sebaran produksi bulanan bersumber dari Ditjen. Teknis lingkup Kementerian Pertanian atau Dinas Teknis di Provinsi, Jika tidak tersedia, dapat menggunakan pola sebaran produksi bulanan rata-rata dalam 5 tahun terakhir.
• Angka kebutuhan industri dan kebutuhan lainnya untuk komoditas yang tidak ada angka konversinya, seperti kedelai dan kacang tanah didekati dari selisih antara angka kebutuhan per kapita dalam NBM 2019 dengan angka konsumsi rumah tangga dalam SUSENAS 2019 Triwulan I .
• Jumlah penduduk nasional tahun 2020 sebanyak 269.603.400 jiwa, (Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045, SUPAS 2015, BPS), begitu juga untuk daerah (provinsi) mengacu pada data tersebut atau data BPS masing-masing provinsi.
• Produksi gula nasional tahun 2020 adalah penjumlahan dari eks tebu dan idle capacity eks Raw Sugar.
• Produksi minyak goreng adalah penjumlahan minyak goreng dari CPO dan kopra dengan asumsi rendemen minyak goreng dari CPO 68,28% dan kopra 60%.
• Kebutuhan total untuk minyak goreng adalah kebutuhan tahun lalu dinaikkan sesuai dengan pertumbuhan penduduk yang bersumber dari Ditjen. Perkebunan (angka estimasi buku statistik perkebunan).
2.3. Penggunaan Angka/Konversi
Data dan informasi dalam penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok/Strategis menggunakan angka/konversi resmi, hasil kajian dan hasil kesepakatan rapat koordinasi, antara lain yaitu:
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 6
1. Beras
a. Ketersediaan beras diperhitungkan dengan menambahkan stok awal (carry over) dan produksi berdasarkan angka ramalan/angka sementara tahun berjalan. Secara umum penjelasan parameter yang diperhitungkan untuk menghitung ketersediaan beras nasional yaitu:
• Stok awal tahun/bulan adalah stok akhir tahun/bulan sebelumnya, yang ada di Pemerintah (Perum BULOG) dan masyarakat (Pedagang, Penggilingan, Lumbung Pangan Masyarakat/LPM, dan/atau lainnya).
• Produksi beras dihitung dari:
ü Produksi Gabah Kering Giling (GKG) yang tersedia = angka produksi GKG berdasarkan data Kerangka Sampel Area (KSA) BPS dikurangi dengan penggunaan GKG sebesar 7,3 persen untuk benih 0,9 persen, pakan 0,4 persen, industri non makanan 0,6 persen dan tercecer/susut 5,4 persen (BPS, NBM).
ü Produksi beras = produksi GKG yang tersedia dikalikan dengan angka konversi gabah menjadi beras. Angka konversi GKG menjadi beras sebesar 64,02 persen (Hasil SKGB BPS, 2018).
ü Produksi beras siap konsumsi = produksi beras dikurangi penggunaan beras non pangan.
ü Penggunaan beras non pangan sebesar 3,3 persen untuk pakan ternak/unggas 0,17 persen, industri non pangan 0,66 persen dan tercecer/susut 2,50 persen (BPS-NBM).
ü Produksi bulanan didasarkan realisasi dan/atau perkiraan luas panen dikalikan produktivitas, berdasarkan KSA BPS dan/atau data Ditjen Tanaman Pangan-Pusdatin Kementan.
b. Kebutuhan beras total nasional sebesar 111,58 kg/kap/th (BPS, 2018). Dengan konsumsi langsung rumah tangga (RT) 94,47 kg/kap/th (Susenas 2019 Triwulan I), maka kebutuhan diluar rumah tangga 17,11 kg/kap/th.
• Total kebutuhan = kebutuhan per kapita dikalikan jumlah penduduk;
• Konsumsi langsung RT = konsumsi berdasarkan SUSENAS Triwulan I 2019 dikalikan dengan jumlah penduduk;
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 7
• Konsumsi diluar RT = selisih antara total kebutuhan dengan konsumsi langsung;
c. Surplus/Defisit diperhitungkan dengan dua cara:
• Neraca Domestik (Surplus/defisit produksi) = Produksi bersih dikurangi dengan kebutuhan total.
• Neraca Kumulatif (Surplus/defisit kumulatif) = Surplus/defisit produksi ditambah stok awal tahun/bulan sebelumnya.
Tabel 1. Penggunaan Angka/Konversi pada Gabah/Beras
URAIAN ANGKA KONVERSI SUMBER DATA
Stok Awal
masyarakat (Pedagang, Penggilingan, Lumbung Pangan Masyarakat/LPM, dan/atau lainnya)
Produksi
KSA-BPS dan/atau PDPS Pusdatin-Ditjen TP Kementan
Penggunaan GKG: 7,30%
BPS
a. Bibit/Benih 0,90% b. Pakan Ternak 0,40% c. Bahan Baku Industri Non
Makanan 0,60% d. Susut/tercecer 5,40% Konversi GKG ke beras 64,02% Hasil SKGB 2018, BPS
Tabel 2. Penggunaan Angka/Konversi pada Beras untuk Non
Pangan
URAIAN ANGKA KONVERSI SUMBER DATA
Penggunaan Beras untuk Non Pangan: 3,33%
BPS a. Pakan 0,17% b. Industri Non Pangan 0,66% c.Tercecer/Susut 2,50%
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 8
Tabel 3. Penggunaan Angka/Konversi pada Kebutuhan Beras = (angka konversi x jumlah penduduk)/1000
URAIAN ANGKA KONVERSI SUMBER DATA Total Kebutuhan Beras 111,58 Kg/Kap/Th BPS 2018 Konsumsi Langsung RT 94,47 Kg/Kap/Th Susenas Tri I 2019
Konsumsi di luar RT (Pakan dan Industri Non Pangan)
17,11 Kg/Kap/Th
Selisih Total Kebutuhan dengan Konsumsi Langsung (RT)
2. Jagung
a. Ketersediaan jagung diperhitungkan dari produksi ditambah stok awal (carry over). Secara umum penjelasan parameter yang diperhitungkan untuk menghitung ketersediaan jagung sebagai berikut:
• Stok awal tahun/bulan merupakan stok akhir tahun/bulan sebelumnya yang ada di Pemerintah (Perum BULOG) dan masyarakat (pelaku usaha seperti Gabungan Pengusaha Makanan Ternak/GPMT, pedagang, asosiasi, dan/atau lainnya;
• Produksi jagung merupakan jagung dalam bentuk pipilan kering (JPK) yang bersumber dari BPS dan/atau Ditjen Tanaman Pangan;
• Produksi jagung kotor merupakan JPK yang bersumber dari angka produksi yang dikeluarkan oleh BPS dan/atau Ditjen Tanaman Pangan, umumnya mempunyai kadar air 20-25%;
• Produksi jagung untuk pakan ternak merupakan JPPK yang bersumber dari angka produksi yang dikeluarkan oleh BPS dan/atau Ditjen Tanaman Pangan yang mempunyai kadar air 15%;
• Konversi JPK dari kadar air 20-25% ke JPK kadar air 15% sebesar 87%, bersumber dari Pusdatin-Ditjen Tanaman Pangan.
b. Kebutuhan jagung terdiri dari konsumsi langsung RT, kebutuhan benih, kebutuhan industri pakan ternak, kebutuhan pakan peternak lokal, kebutuhan industri pangan dan non pakan, serta kehilangan
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 9
(susut/tercecer). Angka tersebut diperhitungkan dengan asumsi sebagai berikut : • Konsumsi langsung = konsumsi berdasarkan Susenas Triwulan I
2019 (sebesar 1,67 kg/kap/th) dikalikan dengan jumlah penduduk; • Kebutuhan benih sebesar 20 kg/ha dari luas tanam, berasal dari
rerata penggunaan benih jagung lokal sebesar 25 kg/ha dan benih jagung hibrida 15 kg/ha (Ditjen. Tanaman Pangan);
• Kebutuhan jagung untuk industri pakan sebesar 6,85 juta ton dengan ka 15% (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2020);
• Kebutuhan jagung untuk pakan peternak lokal sebesar 3,48 juta ton dengan ka 15% (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2020);
• Kebutuhan Industri merupakan kebutuhan jagung untuk industri pangan dan non pakan sebesar 6,01 juta ton (perhitungan dari produksi JPK ka 15% dikalikan angka konversi hasil kajian Tabel Input-Output, 2015, BPS-Pusdatin Kementan);
• Kehilangan (tercecer/susut) sebesar 7,16% dari produksi JPK dengan kadar air 15% (NBM tahun 2019); dan
• Sebaran kebutuhan bulanan jagung untuk pakan ternak didasarkan pada volume sebaran kebutuhan jagung sesuai dengan peningkatan kebutuhan pakan untuk memenuhi peningkatan produksi pada periode HBKN, dimana sebarannya 3 bulan sebelum periode HBKN.
c. Stok akhir jagung diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dan kebutuhan.
Tabel 4. Penggunaan Angka/Konversi pada Jagung
Uraian Angka/ Konversi Keterangan
Konversi JPK Ka 20-25% Ke JPK Ka 15%
Produksi di konversi 72% lalu dikali dengan 87%
Angka koreksi Pusdatin-Ditjen Tanaman Pangan (Februari 2020)
Konsumsi langsung (RT) 1,67 kg/kap/th SUSENAS 2019
Triwulan I,
Kebutuhan Benih
20 kg/ha kali luas tanam (dari rata-rata penggunaan benih sebesar 25 kg/ha jagung lokal dan 15 kg/ha jagung hibrida)
Ditjen Tanaman Pangan
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 10
Uraian Angka/ Konversi Keterangan
Kebutuhan Jagung untuk Industri Pakan 8,59 juta ton Ditjen. PKH
Kementan Kebutuhan Jagung untuk Peternak Lokal
2,92 juta ton Ditjen. PKH Kementan
Kebutuhan Industri Pangan dan non Pakan
20,95%
Hasil Kajian Tabel Input Output 2015, BPS-Pusdatin Kementan
Kehilangan (tercecer) 7,16 % NBM
3. Kedelai
a. Ketersediaan kedelai diperhitungkan dari produksi ditambah stok awal (carry over). Secara umum penjelasan parameter yang diperhitungkan untuk menghitung ketersediaan kedelai sebagai berikut:
• Stok awal tahun/bulan bisa diperhitungkan dari stok akhir tahun/bulan sebelumnya yang ada di pelaku usaha (pedagang/pengrajin tahu dan tempe) dan/atau stok di Pemerintah (Perum BULOG).
• Angka produksi kedelai merupakan angka yang dikeluarkan oleh BPS dan/atau Ditjen. Tanaman Pangan, dalam bentuk kedelai kering.
b. Kebutuhan kedelai terdiri dari konsumsi langsung rumah tangga (RT), kebutuhan hotel-restoran-katering (horeka), kebutuhan penyedia makanan dan minuman (PMM), kebutuhan industri (besar, sedang/ menengah, kecil dan mikro), kebutuhan benih, dan kehilangan (tercecer/ susut), diperhitungkan dengan asumsi sebagai berikut:
• Konsumsi langsung, kebutuhan horeka, PMM, dan industri, berdasarkan Survei Bahan Pokok BPS Tahun 2017;
• Penggunaan benih sebesar 50 kg/ha dari luas tanam, berdasarkan data Ditjen. Tanaman Pangan;
• Angka kehilangan (tercecer/susut) sebesar 5 % dari produksi, bersumber dari BPS atau NBM.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 11
c. Stok akhir kedelai diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dengan kebutuhan.
Tabel 5. Penggunaan Angka/Konversi pada Kedelai
Uraian Angka/Konversi Keterangan
Konsumsi langsung (RT) 0,05 Kg/Kap/Th Survei Bahan Pokok BPS Tahun 2017
Horeka dan PMM Lainnya 0,37 Kg/Kap/Th
Industri (besar, sedang, IMK) 11,47 Kg/Kap/Th
Kebutuhan benih 50 Kg dari luas tanam Ditjen TP
Kehilangan/tercecer 5% dari produksi BPS dan NBM
4. Kacang Tanah
a. Ketersediaan kacang tanah diperhitungkan dari produksi ditambah stok awal (carry over). Secara umum penjelasan parameter untuk menghitung ketersediaan kacang tanah sebagai berikut: • Stok awal tahun/bulan umumnya ada di pelaku usaha, sampai saat ini
belum bisa diperhitungkan, karena ketersediaan data belum ada;
• Angka produksi mengacu angka yang dikeluarkan oleh BPS dan/atau Ditjen Tanaman Pangan, dalam bentuk kacang tanah biji kering.
b. Kebutuhan kacang tanah terdiri dari konsumsi langsung RT, kebutuhan bibit/benih, kebutuhan untuk industri (pangan dan non pangan), serta kehilangan (susut/tercecer). Angka tersebut diperhitungkan dengan:
• Konsumsi langsung RT = konsumsi berdasarkan SUSENAS Triwulan I 2019 dikalikan dengan jumlah penduduk;
• Kebutuhan benih/bibit menggunakan angka rata-rata yang dikeluarkan oleh Ditjen. Tanaman Pangan = 80 kg/ha dari luas tanam;
• Kebutuhan total Industri (pangan dan non pangan) dengan pendekatan total kebutuhan (NBM) ditambah dengan pemakaian untuk industri (NBM) dikurangi konsumsi langsung RT; dan
• Angka kehilangan (tercecer/susut) = 5 % dari produksi (BPS-NBM).
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 12
c. Stok akhir kacang tanah diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dikurangi kebutuhan.
Tabel 6. Penggunaan Angka/Konversi pada Kacang Tanah
Uraian Angka/Konversi Keterangan Konsumsi langsung RT 0,31 kg/kap/th SUSENAS 2019 Triwulan
I, BPS-BKP Kementan
Kebutuhan Industri Pangan 0,255 kg/kap/th
Kebutuhan Industri (NBM 2019) dibagi jumlah penduduk (NBM)
Kebutuhan Industri Non Pangan 1,985 kg/kap/th
Ketersediaan (NBM 2019) dikurangi konsumsi langsung dan kebutuhan industri pangan
Kebutuhan Bibit/Benih
80 kg/ha dari luas tanam ha
Ditjen. Tanaman Pangan
Kehilangan (Tercecer)
5% BPS dan NBM
5. Gula Pasir
a. Ketersediaan gula pasir diperhitungkan dari stok awal, total produksi gula kristal putih (GKP) dan impor (termasuk impor untuk industri makanan dan minuman). Secara umum penjelasan parameter yang diperhitungkan untuk menghitung ketersediaan gula pasir yaitu:
• Stok awal tahun/bulan dapat dihitung dari stok akhir tahun/bulan sebelumnya yang ada di Pemerintah (Perum BULOG dan Pabrik Gula/ PG) dan/atau masyarakat (pelaku usaha, pedagang dan lainnya).
• Stok awal tahun adalah sisa cadangan gula yang belum dikonsumsi untuk memenuhi tiga bulan berikutnya, terdiri dari stok gula rafinasi dan stok raw sugar.
• Angka produksi gula merupakan angka sasaran/taksasi dari Ditjen. Perkebunan. Total produksi merupakan penjumlahan Eks Tebu Giling ditambah Idle Capacity ex raw Sugar. Idle capacity ex raw sugar adalah produksi gula dari raw sugar untuk memenuhi kapasitas pabrik pada saat tidak tersedianya tebu. Konversi raw sugar menjadi gula kristal putih sebesar 94 persen (idle capacity).
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 13
b. Kebutuhan gula pasir terdiri dari konsumsi langsung RT, kebutuhan hotel-restoran-katering (Horeka), kebutuhan rumah makan (RM), dan penyedia makanan-minuman (PMM), kebutuhan lainnya (jasa kesehatan dan jasa lainnya). Angka tersebut berdasarkan angka dari Ditjen. Perkebunan.
• Konsumsi langsung = konsumsi berdasarkan SUSENAS Triwulan I 2019 dikalikan dengan jumlah penduduk;
• Kebutuhan Horeka, RM, dan PMM berdasarkan estimasi dari Ditjen Perkebunan dikalikan jumlah penduduk. Dasar penghitungan angka estimasi menggunakan angka Survei Bahan Pokok 2017 ; dan
• Kebutuhan lainnya (Jasa Kesehatan dan Jasa Lainnya) berdasarkan berdasarkan estimasi dari Ditjen Perkebunan dikalikan jumlah penduduk. Dasar penghitungan angka estimasi menggunakan angka Survei Bahan Pokok 2017.
c. Stok akhir gula pasir diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dan kebutuhan.
Tabel 7. Penggunaan Angka/Konversi pada Gula Pasir
Uraian Angka/Konversi Keterangan
Konsumsi langsung RT 6,81 kg/kap/th SUSENAS 2019 Triwulan I, BPS-BKP Kementan
Horeka, RM dan PMM 3,44 kg/kap/th Survei Bahan Pokok 2017 (BPS)-Ditjen. Perkebunan Kementan
Kebutuhan lainnya (Jasa Kesehatan dan Jasa Lainnya)
0,07 kg/kap/th Survei Bahan Pokok 2017 (BPS)-Ditjen. Perkebunan Kementan
6. Minyak Goreng
a. Ketersediaan minyak goreng diperhitungkan dari produksi dan stok awal tahun/bulan. Secara umum penjelasan parameter yang diperhitungkan untuk menghitung ketersediaan minyak goreng:
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 14
• Data stok CPO dan minyak goreng sementara mengacu data dari BPS, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Asosiasi Industri Makanan dan Minuman Indonesia (AIMMI); dan
• Total produksi minyak goreng adalah penjumlahan minyak goreng dari CPO dan kopra, dengan asumsi rendemen minyak goreng CPO 68,28 persen dan kopra 60 persen (Ditjen Perkebunan).
b. Kebutuhan minyak goreng terdiri dari konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung, diperhitungkan dengan asumsi sebagai berikut:
• Konsumsi langsung (RT) = konsumsi (minyak CPO dan minyak kopra) berdasarkan Susenas Triwulan I 2019 BPS dikali jumlah penduduk;
• Industri, berdasarkan angka estimasi dari Ditjen. Perkebunan; dan
• Angka kehilangan (tercecer) yang digunakan dalam perhitungan prognosa minyak goreng = 1,56 % dari produksi (NBM).
c. Stok akhir minyak goreng diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit antara ketersediaan dan kebutuhan.
Tabel 8. Penggunaan Angka/Konversi pada Minyak Goreng
Uraian Angka/Konversi Keterangan Konsumsi langsung RT 8,82 kg/kap/th SUSENAS 2019
Triwulan I Industri -
Estimasi Ditjen. Perkebunan, 2020
Kehilangan/ tercecer 1,56% NBM 2019
7. Bawang Merah
a. Ketersediaan bawang merah diperhitungkan dari produksi dan stok awal tahun/bulan. Secara umum penjelasan parameter yang diperhitungkan untuk menghitung produksi bawang merah sebagai berikut:
• Stok awal tahun/bulan dapat diperhitungkan dari stok akhir tahun/bulan sebelumnya yang ada di Pemerintah (Perum BULOG) dan masyarakat (petani/pedagang/asosiasi/lainnya);
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 15
• Angka produksi merupakan angka sasaran/sementara/tetap produksi bawang merah dalam bentuk rogol, bersumber dari BPS atau Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian (mengacu pengaturan/manajemen pola produksi setiap tahun yang disepakati melalui pertemuan koordinasi dengan daerah);
b. Kebutuhan bawang merah terdiri dari konsumsi langsung RT, kebutuhan untuk benih/bibit, kebutuhan untuk hotel-restoran-katering (Horeka), kebutuhan untuk industri, dan kehilangan (tercecer/susut). Angka tersebut diperhitungkan dengan asumsi sebagai berikut :
• Konsumsi langsung RT = konsumsi berdasarkan SUSENAS Triwulan I 2019 dikalikan dengan jumlah penduduk; dan
• Kebutuhan untuk benih/bibit, horeka, industri dan tercecer menggunakan estimasi perhitungan dari Ditjen Hortikultura.
c. Stok akhir bawang merah diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dan kebutuhan.
Tabel 9. Penggunaan Angka/Konversi pada Bawang Merah
Uraian Angka/Konversi Keterangan Konsumsi langsung RT 2,802 kg/kap/th SUSENAS 2019
Triwulan I Kebutuhan Benih 12,92% x Luas Tanam
Estimasi Ditjen Hortikultura
Kebutuhan Horeka, RM dan PMM 5% x Konsumsi RT
Kebutuhan Industri 5% x Konsumsi RT Kehilangan (Tercecer) a. Penyediaan
konsumsi b. Horeka c. Industri d. Ekspor e. Benih
Penjumlahan dari : a. 36% x Konsumsi RT b. 25% x Kebutuhan
Horeka c. 25% x Kebutuhan
Industri d. 20% x Kebutuhan
Ekspor e. 60% x Kebutuhan
benih
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 16
8. Bawang putih
a. Ketersediaan bawang putih diperhitungkan dari produksi dan stok awal tahun/bulan. Secara umum penjelasan parameter yang diperhitungkan untuk menghitung produksi bawang merah sebagai berikut:
• Stok awal tahun/bulan dapat diperhitungkan dari stok akhir tahun/bulan sebelumnya yang ada di Pemerintah (Perum BULOG) dan masyarakat (pedagang/asosiasi/lainnya);
• Angka produksi merupakan sasaran/angka sasaran/ sementara/ tetap produksi dari Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian.
b. Kebutuhan bawang putih terdiri dari konsumsi langsung RT, kebutuhan untuk benih/bibit, kebutuhan untuk industri, dan kehilangan (tercecer). Angka-angka tersebut diperhitungkan dengan asumsi sebagai berikut :
• Konsumsi langsung RT = konsumsi berdasarkan SUSENAS Triwulan I 2019 dikalikan dengan jumlah penduduk;
• Kebutuhan untuk benih/bibit, horeka, industri dan tercecer menggunakan estimasi perhitungan dari Ditjen Hortikultura.
c. Stok akhir diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dan kebutuhan.
Tabel 10. Penggunaan Angka/Konversi pada Bawang Putih
Uraian Angka/Konversi Keterangan
Konsumsi langsung 1,806 kg/kap/th SUSENAS 2019 Triwulan I
Kebutuhan Benih 0,5% x Luas Tanam
Estimasi Ditjen Hortikultura
Kebutuhan Horeka, RM dan PMM 10% x Konsumsi RT
Kebutuhan Industri 5% x Konsumsi RT Kehilangan (Tercecer) a. Penyediaan
konsumsi b. Horeka c. Industri
Penjumlahan dari : a. 10% x Konsumsi RT b. 5% x Kebutuhan
Horeka c. 5% x Kebutuhan
Industri
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 17
9. Cabai Besar
a. Ketersediaan cabai besar hanya diperhitungkan dari produksi dan tidak memperhitungkan stok awal tahun/bulan. Secara umum parameter untuk menghitung ketersediaan cabai besar sebagai berikut:
• Tidak memperhitungkan stok awal tahun/bulan karena komoditas cabai tidak bertahan lama untuk disimpan (hanya bertahan 3-5 hari) sehingga tidak ada stok;
• Angka produksi merupakan angka sasaran/sementara/tetap produksi dari Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian yang mengacu pada pengaturan/manajemen pola produksi setiap tahun yang disepakati melalui pertemuan koordinasi dengan daerah.
b. Kebutuhan cabai besar terdiri dari konsumsi langsung RT, kebutuhan untuk benih/bibit, kebutuhan untuk industri, dan kehilangan (tercecer/ susut). Angka tersebut diperhitungkan dengan asumsi sebagai berikut :
• Konsumsi langsung RT = konsumsi berdasarkan SUSENAS Triwulan I 2019 dikalikan dengan jumlah penduduk; dan
• Kebutuhan untuk benih/bibit, horeka dan warung/PKL, industri besar dan UKMKM, dan kehilangan (tercecer/susut) menggunakan estimasi perhitungan dari Ditjen Hortikultura.
• Angka kehilangan (tercecer/susut)dan penggunaan lainnya yang digunakan dalam perhitungan prognosa cabai besar angka estimasi perhitungan dari Ditjen Hortikultura.
c. Stok akhir cabai besar diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dan kebutuhan.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 18
Tabel 11. Penggunaan Angka/Konversi pada Cabai Besar
10. Cabai Rawit
a. Ketersediaan cabai rawit hanya diperhitungkan dari produksi dan tidak memperhitungkan stok awal tahun/bulan. Secara umum penjelasan parameter untuk menghitung ketersediaan cabai sebagai berikut:
• Tidak diperhitungkan stok awal tahun/bulan karena komoditas cabai tidak bertahan lama untuk disimpan (hanya bertahan 3-5 hari) sehingga tidak ada stok; dan
• Angka produksi merupakan angka sasaran/sementara/tetap produksi dari Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian yang mengacu pada pengaturan/manajemen pola produksi setiap tahun yang disepakati melalui pertemuan koordinasi dengan daerah.
b. Kebutuhan cabai rawit terdiri dari konsumsi langsung RT, kebutuhan benih/bibit, kebutuhan horeka, RM dan PMM, kebutuhan untuk industri, dan kehilangan (tercecer/susut). Angka tersebut diperhitungkan dengan asumsi sebagai berikut:
• Konsumsi langsung RT = konsumsi berdasarkan SUSENAS Triwulan I 2019 dikalikan dengan jumlah penduduk; dan
• Kebutuhan untuk benih/bibit, horeka dan warung/PKL, industri besar dan UKMKM, menggunakan estimasi perhitungan dari Ditjen Hortikultura.
Uraian Angka/Konversi Keterangan Konsumsi langsung (RT) 2,364 kg/kap/th SUSENAS
2019 Triwulan I Kebutuhan Benih 0,24% x Luas Tanam
Estimasi Ditjen Hortikultura
Kebutuhan Horeka, RM dan PMM 25% x Konsumsi RT
Kebutuhan Industri 20% x Konsumsi RT Kehilangan (Tercecer) a. Penyediaan
konsumsi b. Horeka c. Industri
Penjumlahan dari : a. 25% x Konsumsi RT b. 5% x Kebutuhan
Horeka c. 3% x Kebutuhan
Industri
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 19
• Kehilangan (tercecer/susut) menggunakan estimasi perhitungan dari Ditjen Hortikultura.
c. Stok akhir cabai rawit diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dan kebutuhan.
Tabel 12. Penggunaan Angka/Konversi pada Cabai Rawit
11. Daging Sapi dan Kerbau
a. Ketersediaan daging sapi dan kerbau diperhitungkan dengan menambahkan produksi (dalam bentuk daging murni) dan stok awal tahun/bulan. Stok awal tahun/bulan dapat diperhitungkan dari stok yang ada di Pemerintah (misal Perum BULOG) dan masyarakat (misal di pedagang, importir, dan lainnya).
b. Kebutuhan daging sapi dan kerbau dihitung berdasarkan keputusan Rakor Bidang Peternakan tanggal 18 November 2019 , ditetapkan 2,66 kg/kap/th. Proyeksi konsumsi daging sapi dan kerbau tahun 2020 meningkat 3,91% dari tahun 2019, yaitu dari 2,56 kg/kapita/tahun menjadi 2,66 kg/kapita/tahun. Angka kebutuhan daging sapi/kerbau dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan masing-masing provinsi di tahun 2019.
c. Stok akhir daging sapi diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dan kebutuhan.
Uraian Angka/Konversi Keterangan Konsumsi langsung (RT) 1,99 kg/kap/th SUSENAS
2019 Triwulan I Kebutuhan Benih 0,29% x Luas Tanam
Estimasi Ditjen Hortikultura
Kebutuhan Horeka, RM dan PMM 34% x Konsumsi RT
Kebutuhan Industri 25% x Konsumsi RT Kehilangan (Tercecer) a. Penyediaan
konsumsi b. Horeka c. Industri
Penjumlahan dari : a. 25% x Konsumsi RT b. 10% x Kebutuhan
Horeka c. 5% x Kebutuhan
Industri
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 20
Tabel 13. Penggunaan Angka/Konversi pada Daging Sapi/Kerbau
Uraian Angka/Konversi Keterangan
Kebutuhan daging sapi dan kerbau 2,66 kg/kap/th
Keputusan Rakornis Kemenko Perekonomian, 21 Januari 2019
12. Daging Ayam Ras
a. Ketersediaan daging ayam ras dapat diperhitungkan dari produksi (dalam bentuk daging) dan stok awal tahun/bulan. Data stok awal tahun/bulan dapat diperhitungkan dari stok yang ada di pelaku usaha (padagang/asosiasi/industri/lainnya).
b. Kebutuhan daging ayam ras sebesar 12,79 kg/kap/th, berdasarkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga hasil susenas 2019 (BPS dalam Rakor Perunggasan tgl. 24 Januari 2020 di Kemenko Perekonomian Jakarta)
c. Stok akhir daging ayam ras diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dan kebutuhan.
Tabel 14. Penggunaan Angka/Konversi pada Daging Ayam Ras
Uraian Angka/Konversi Keterangan
Konsumsi langsung (RT) 5,47 kg/kap/th BPS dalam Rakor Perunggasan tgl.
24 Januari 2020 di Kemenko
Perekonomian Jakarta.
Horeka dan PMM Lainnya 6,08 kg/kap/th Industri (besar, Sedang, IMK) 1,21 kg/kap/th
Jasa Kesehatan 0,03 kg/kap/th Total 12,79 kg/kap/th
13. Telur Ayam Ras
a. Ketersediaan telur ayam ras diperhitungkan dari produksi dan stok awal tahun/bulan. Stok awal tahun/bulan dapat diperhitungkan dari stok akhir tahun/bulan sebelumnya.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 21
b. Kebutuhan telur ayam ras tahun 2020 dihitung berdasarkan tingkat konsumsi per kapita sebanyak 18,16 kg/kapita.
c. Proyeksi pertumbuhan 2020 konsumsi rumah tangga 0,23% (berdasarkan rata-rata pertumbuhan konsumsi RT hasil Susenas 2017 s.d. 2019), horeka, Rumah Makan dan PMM 3,2% (pertumbuhan perdagangan makanan dan minuman rata-rata 6,41%), industri 3,54% (pertumbuhan industri makanan minuman rata-rata 7,78%)
d. Stok akhir telur ayam ras diperhitungkan dengan menghitung surplus/defisit ketersediaan dan kebutuhan.
Tabel 15. Penggunaan Angka/Konversi pada Telur Ayam Ras
Uraian Angka/Konversi Keterangan Konsumsi langsung (RT) 6,49 kg/kap/th Rapat Koordinasi
Supply Demand Daging
Sapi/Kerbau, Daging Dan Telur Ayam Ras, Serta
Susu Tahun 2020, 7 Februari 2020
Horeka dan PMM Lainnya 5,52 kg/kap/th Industri (besar, Sedang, IMK) 5,61 kg/kap/th
Jasa Kesehatan 0,07 kg/kap/th
Total 17,69 kg/kap/th
2.4. Metode Perhitungan
1. Ketersediaan
Ketersedian terdiri dari dua variabel, yaitu produksi dan stok awal.
a. Produksi merupakan produksi bahan pangan dalam bentuk siap diolah, seperti padi dalam bentuk beras bukan gabah, jagung dalam bentuk pipilan kering ka 15% bukan jagung tongkol.
b. Angka produksi bersumber dari BPS dan/atau Ditjen. Teknis terkait lingkup Kementerian Pertanian yang diupdate secara berkala.
c. Stok awal tahun/bulan merupakan stok akhir tahun/bulan sebelumnya, dapat diperhitungkan antara lain dari stok yang ada di Pemerintah (misal di Perum BULOG) dan di masyarakat (misal di pedagang, penggilingan, petani, asosiasi, pelaku usaha, dan lainnya).
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 22
d. Produksi bulanan dapat diperoleh dari Ditjen/Dinas Teknis terkait, jika tidak ada, dapat dihitung melalui:
• Sebaran produksi bulanan diperhitungkan sesuai dengan sebaran pola tanam dalam 5 tahun terakhir (padi, jagung, kedelai, kacang tanah), sedangkan untuk produksi gula dari Ditjen Perkebunan dan produksi ternak dari Ditjen PKH.
• Produksi bulanan dapat di hitung dengan rumus:
Yb = (Yt x δ/∑δ) Dimana : Yb = Produksi bulanan Yt = Produksi satu tahunan δ = Bobot sebaran produksi.
Bobot sebaran produksi didasarkan rata-rata pola sebaran produksi bulanan tahun lima tahun sebelumnya (tahun 2014-2019).
2. Kebutuhan
Kebutuhan terdiri dari konsumsi langsung RT dan kebutuhan diluar RT, misal kebutuhan untuk benih/bibit, kebutuhan pakan, kebutuhan industri (industri makanan dan non makanan), dan lainnya. Komponen kebutuhan tersebut disesuaikan dengan komoditas masing-masing.
a. Konsumsi langsung dihitung dari angka konsumsi pangan langsung rumah tangga dalam SUSENAS Triwulan I 2019. Konsumsi langsung selama satu tahun diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Ct = (Cp x P)/1000 ton
Dimana : Ct = Konsumsi langsung (RT) satu tahun Cp = Konsumsi pangan/kapita/tahun P = Jumlah penduduk
Konsumsi bulanan diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
Cb = (Ct x β/∑β)
Dimana : Cb = Kebutuhan pangan satu bulan
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 23
Ct = Kebutuhan pangan satu tahun β = Bobot kebutuhan pangan bulanan
b. Kebutuhan pakan, merupakan proporsi dari angka kebutuhan pakan dan
penyediaan pangan yang digunakan dalam perhitungan NBM 2019 sementara.
c. Kebutuhan industri:
1) Gula dan minyak goreng diperoleh dari Ditjen Perkebunan, dan beras dari Ditjen. Tanaman Pangan.
2) Komoditas lainnya, diperoleh melalui pendekatan:
a) Angka konsumsi berdasarkan survei bahan pokok BPS 2017;
b) Angka konversi kebutuhan dalam NBM; dan
c) Angka kebutuhan total = angka kebutuhan per kapita (NBM), jika dalam NBM tidak ada angka kebutuhan untuk industri.
d. Kebutuhan benih, mengacu dalam NBM, kecuali apabila ada informasi kebutuhan benih dari instansi terkait, seperti kebutuhan benih kedelai 50 kg/ha dari Ditjen Tanaman Pangan.
e. Kehilangan (tercecer/susut), merupakan angka tercecer/rusak dari produksi, yaitu: (a) beras dari BPS; (b) jagung dari Ditjen. Tanaman Pangan; (c) kacang tanah, kedelai, cabai dan bawang dari NBM; serta (d) minyak goreng dari Kajian BKP dan BPS.
3. Neraca
Dari hasil perhitungan prognosa akan dihasilkan dua neraca:
a. Neraca Domestik
Neraca domestik yaitu neraca yang menggambarkan selisih antara ketersediaan dengan kebutuhan bahan pangan (bulanan/tahunan). Neraca domestik diperoleh dengan rumus:
b. Neraca Kumulatif
Neraca kumulatif yaitu neraca yang menggambarkan kondisi surplus/defisit setiap periode tertentu (bulanan/tahunan), dihitung dari neraca domestik ditambah stok awal tahun/bulan sebelumnya.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 24
III. FORMAT TABEL PERHITUNGAN
Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Tahun 2020 memiliki format tabel perhitungan yang berbeda untuk setiap komoditas. Hal ini disebabkan perbedaan pendekatan dalam penentuan ketersediaan dan kebutuhan pangan untuk setiap komoditas. Beberapa komoditas, aspek ketersediaan berdasarkan produksi dan stok awal, namun untuk komoditas yang lain hanya berdasar produksi riil karena tidak ada stok awal.
Begitu juga untuk kebutuhan, beberapa komoditas pangan berdasarkan riil data konsumsi langsung rumah tangga (Susenas) seperti cabai dan bawang, sedangkan komoditas lain berdasarkan konsumsi langsung rumah tangga ditambah konsumsi diluar rumah tangga, misal kebutuhan pakan, kebutuhan industri, dan lainnya.
Secara rinci Format Tabel Perhitungan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Tahun 2020 adalah sebagai berikut:
1. Beras
Tabel 16. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Prognosa Beras Tahun 2020
(Ton)
Konsumsi Langsung
RT
Konsumsi di luar RT Total
1 2 3 4 5 6= 2-5 7=stok awal+6Stok Awal
Jan-20Feb-20Mar-20Apr-20May-20Jun-20Jul-20Aug-20Sep-20Oct-20Nov-20Dec-20
Total 2020
Bulan
Perkiraan Neraca
Kumulatif (Surplus/Defisit)
Perkiraan Produksi
Beras
Perkiraan Neraca
Domestik
Perkiraan Kebutuhan
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 25
2. Jagung
Tabel 17. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Prognosa Jagung Tahun 2020
Ket: Produksi JPK ka 20-25% PDPS Ditjen-TP di koreksi oleh Pusdatin menjadi 72%( per tgl
15 Februari 2020)
3. Kedelai
Tabel 18. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Kedelai Tahun 2020
(Ton)
Kehilangan / Tercecer Benih Konsumsi
LangsungIndustri Pakan
Pakan (Peternak
Lokal)
Industri Pangan Total
1 2 3 = 72%*2 4 =87%*3 5 6 7 8 9 10 11 12=4-11 13=stok awal + 12
Stok AwalJan-20Feb-20Mar-20Apr-20May-20Jun-20Jul-20Aug-20Sep-20Oct-20Nov-20Dec-20
Total 2020
BulanPerkiraan
Produksi JPK ka 20-25%
Perkiraan Produksi JPK (koreksi 72%)
Perkiraan Produksi
(JPK ka 15%)
Perkiraan Neraca Bulanan
Perkiraan Neraca Kumulatif (Surplus/Defisit)
Perkiraan Kebutuhan
Ton
Kehilangan / Tercecer Benih
Konsumsi Langsung
RT
Horeka, RM dan PMM
Industri (Besar, Sedang,Mikro
Kecil)Total
1 2 3=5%*2 4 5 6 7 8=3+4+5+6+7 9=2-8 10= stok awal+9Stok AwalJan-20Feb-20Mar-20Apr-20Mei-20Jun-20Jul-20Agu-20Sep-20Okt-20Nov-20Des-20
Total 2020
Bulan Perkiraan Produksi
Perkiraan Neraca
Domestik
Perkiraan Neraca
Kumulatif (Surplus/Defisi
Perkiraan Kebutuhan
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 26
4. Kacang Tanah
Tabel 19. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Kacang Tanah Tahun 2020
5. Gula Pasir
Tabel 20. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Gula Pasir Tahun 2020
(Ton)
Konsumsi Langsung
RT
Horeka, RM, dan PMM
Kebutuhan Lainnya(Jasa
Kesehatan dan Jasa Lainnya)
Total
1 2 3 4 5 6 7=26 8=stok awal+7Stok Awal
Jan-20Feb-20Mar-20Apr-20May-20Jun-20Jul-20Aug-20Sep-20Oct-20Nov-20Dec-20
Total 2020
Bulan
Perkiraan Neraca
Kumulatif (Surplus/Defisit)
Perkiraan Produksi
Perkiraan Neraca
Domestik
Perkiraan Kebutuhan
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 27
6. Minyak Goreng
Tabel 21. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Minyak Goreng Tahun 2020
7. Bawang Merah
Tabel 22. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Bawang Merah Tahun 2020
Ton
Kehilangan / Tercecer
Konsumsi Langsung Industri Total
1 2 3=1,56%*(2) 4 5 6=4+5 7=2-3-6 8= stok awal +7
Stok AwalJan-20Feb-20Mar-20Apr-20Mei-20Jun-20Jul-20Agu-20Sep-20Okt-20Nov-20Des-20
Total 2020
Bulan Perkiraan Produksi
Perkiraan Neraca
Domestik
Perkiraan Neraca
Kumulatif
Perkiraan Kebutuhan
Ton
1 2 3 4 5 6 7 8 9=3+4+5+6+7+8 10=2-9 11= stok awal+10
Stok AwalJan-20Feb-20Mar-20Apr-20Mei-20Jun-20Jul-20Agu-20Sep-20Okt-20Nov-20Des-20
Total 2020
Perkiraan Neraca
Kumulatif (Surplus /
Konsumsi Langsung
(RT)Benih / Bibit Industri Ekspor Total
Perkiraan KebutuhanHoreka , RM dan
PMM
Bulan Perkiraan Produksi
Perkiraan Neraca
Domestik Kehilangan / Tercecer
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 28
8. Bawang Putih
Tabel 23. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Bawang Putih Tahun 2020
9. Cabai Rawit
Tabel 24. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Rawit Tahun 2020
Ton
1 2 3 4 5 6 7 8 9=3+4+5+6+7+8 10=2-9 11= stok awal+10
Stok AwalJan-20Feb-20Mar-20Apr-20Mei-20Jun-20Jul-20Agu-20Sep-20Okt-20Nov-20Des-20
Total 2020
Perkiraan Neraca
Kumulatif (Surplus /
Konsumsi Langsung
(RT)Benih / Bibit Industri Ekspor Total
Perkiraan KebutuhanHoreka , RM dan
PMM
Bulan Perkiraan Produksi
Perkiraan Neraca
Domestik Kehilangan / Tercecer
Ton
1 2 3 4 5 6 7 8 9=3+4+5+6+7+8 10=2-9 11= stok awal+10
Stok AwalJan-20Feb-20Mar-20Apr-20Mei-20Jun-20Jul-20Agu-20Sep-20Okt-20Nov-20Des-20
Total 2020
Perkiraan Neraca
Kumulatif (Surplus /
Konsumsi Langsung
(RT)Benih / Bibit Industri Ekspor Total
Perkiraan KebutuhanHoreka , RM dan
PMM
Bulan Perkiraan Produksi
Perkiraan Neraca
Domestik Kehilangan / Tercecer
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 29
10. Cabai Besar
Tabel 25. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Besar Tahun 2020
11. Daging Sapi dan Kerbau
Tabel 26. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Daging Sapi dan Kerbau Tahun 2020
Ton
1 2 3 4 5 6 7 8 9=3+4+5+6+7+8 10=2-9 11= stok awal+10
Stok AwalJan-20Feb-20Mar-20Apr-20Mei-20Jun-20Jul-20Agu-20Sep-20Okt-20Nov-20Des-20
Total 2020
Perkiraan Neraca
Kumulatif (Surplus /
Konsumsi Langsung
(RT)Benih / Bibit Industri Ekspor Total
Perkiraan KebutuhanHoreka , RM dan
PMM
Bulan Perkiraan Produksi
Perkiraan Neraca
Domestik Kehilangan / Tercecer
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 30
12. Daging Ayam Ras
Tabel 27. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Daging Ayam Ras Tahun 2020
13. Telur Ayam Ras
Tabel 28. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Telur Ayam Ras Tahun 2020
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 31
IV. PENINGKATAN KEBUTUHAN BAHAN PANGAN PADA PERIODE HARI-HARI BESAR DAN KEAGAMAAN NASIONAL
4.1. Peningkatan Penjualan pada Periode HBKN
Kebutuhan bahan pangan baik nasional maupun daerah tidak selalu sama dalam setiap periode (bulan). Hal ini antara lain akibat adanya perayaan hari-hari besar dan keagamaan nasional (HBKN) seperti Puasa (Ramadhan), Idul Fithri, Idul Adha, Natal, Tahun Baru bahkan Imlek yang umumnya sebagian besar masyarakat membutuhkan bahan pangan dalam jumlah yang lebih bayak dibanding bulan lainnya (normal).
Mengacu pada kalender 2020, HBKN Puasa diperkirakan berlangsung pada tanggal 24 April – 23 Mei, Idul Fitri berlangsung pada tanggal 24 - 25 Mei, dan Idul Adha pada tanggal 31 Juli, Natal pada tanggal 25 Desember dan Tahun Baru tanggal 1 Januari 2021. Berdasarkan hasil perhitungan dari 11 bahan pangan pokok/strategis yang dikaji, peningkatan penjualan oleh pedagang pada umumnya terjadi pada saat menghadapi bulan Puasa, Idul Fitri, Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru, sementara itu di HBKN lainnya seperti Imlek, Waisak, Nyepi, dan Galungan penjualan oleh pedagang baik eceran dan grosir di pasar dapat dikatakan dalam kondisi normal.
Tabel 29. Periode Hari-Hari Besar Keagamaan Nasional Tahun 2020
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 32
Meskipun pada umumnya terjadi peningkatan penjualan, akan tetapi besarnya peningkatan penjualan berbeda-beda antar komoditas dan antar waktu HBKN. Rata-rata peningkatan penjualan tertinggi terjadi menghadapi Idul Fitri, yang diikuti pada bulan Puasa, Idul Adha dan kemudian Natal dan Tahun Baru, sebagaimana terlihat pada Tabel 29 dan Tabel 30.
Tabel 30. Persentase Peningkatan Penjualan Komoditas Periode HBKN
Sumber : Hasil Kajian BKP, 2018
4.2. Selang Waktu (Hari) Peningkatan Pada Periode HBKN
Selang waktu peningkatan penjualan merupakan berapa lama waktu peningkatan penjualan komoditas tersebut terjadi. Rata-rata selang waktu kenaikan penjualan berbeda-beda tiap komoditas, akan tetapi jika dilihat per sub sektor hampir sama. Rata-rata selang waktu kenaikan penjualan dari 11 komoditas yang di kaji, menghadapi Puasa kenaikan terjadi selama kisaran 2-6 hari sebelum Puasa, selama 2-7 hari sebelum Idul Fitri, selama 1-2 hari sebelum Idul Adha dan Natal, serta selama 1 hari sebelum Tahun Baru. Secara rinci selang waktu peningkatan penjualan periode HBKN seperti terlihat pada Tabel 31.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 33
Tabel 31. Selang Waktu (Hari) Peningkatan Penjualan Komoditas Periode HBKN Nasional
Sumber : Hasil Kajian BKP, 2018
4.3. Perhitungan Koefisien Kenaikan Kebutuhan Pangan Periode HBKN Berdasarkan kalender tahun 2020, HBKN Puasa diperkirakan berlangsung
pada tanggal 24 April – 23 Mei, Idul Fitri berlangsung pada tanggal 24 - 25
Mei, dan Idul Adha pada tanggal 31 Juli, Natal pada tanggal 25 Desember
dan Tahun Baru tanggal 1 Januari 2021.
Tabel 32. Tanggal dan Bulan HBKN 2020 untuk Kalender Selang Waktu (hari) (contoh pada komoditas telur ayam ras)
* Selang waktu: lama hari terjadinya peningkatan kebutuhan menjelang HBKN
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 34
Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien peningkatan kebutuhan selama HBKN Tahun 2020, rata-rata peningkatan kebutuhan masyarakat akan pangan pokok/strategis menghadapi Puasa 2020 diperkirakan mulai terjadi pada akhir bulan April, kecuali telur ayam ras pada akhir bulan Maret sudah terjadi peningkatan permintaan. Sedangkan untuk menghadapai Idul Fitri 2020 diperkirakan terjadi pada akhir bulan Mei, Idul Adha pada akhir bulan Juli, dan menghadapi Natal dan Tahun Baru terjadi kenaikan pada akhir Desember sebelum Natal dan sebelum Tahun Baru tahun 2021. Berikut contoh simulasi perhitungan koefisien kenaikan kebutuhan telur ayam ras pada periode HBKN tahun 2020:
Tabel 33. Koefisien Peningkatan Kebutuhan Pangan Tahun 2020
Contoh perhitungan pada komoditas telur ayam
a. HBKN Puasa (24 April – 23 Mei)
Kebutuhan telur ayam ras naik sebesar 35%, dengan selang waktu
menghadapi (sebelum) Puasa selama 6 hari yang artinya kenaikan
kebutuhan mulai terjadi pada tanggal 18 April 2020 sampai dengan
tanggal 24 April 2020, sehingga koefisien peningkatan kebutuhan yaitu:
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 35
Pada bulan April à selang waktu kenaikan (6 hari) dibagi jumlah hari
pada bulan April (30 hari) dikalikan faktor peningkatan kebutuhan pangan
HBKN (35 persen).
Koefisien Kenaikan April = (6/30) x 0,35 = 0,070
b. HBKN Idul Fitri ( 24 – 25 Mei)
Kebutuhan telur ayam ras naik sebesar 52%, dengan selang waktu
menghadapi (sebelum) Idul Fitri selama 8 hari yang artinya kenaikan
kebutuhan mulai terjadi pada tanggal 16 Mei 2020 sampai dengan
tanggal 23 Mei 2020. sehingga koefisien peningkatan kebutuhan yaitu:
Pada bulan Mei à selang waktu kenaikan (8 hari) dibagi jumlah hari pada
bulan Mei (31 hari) dikalikan faktor peningkatan kebutuhan pangan
HBKN (52 persen).
Koefisien Kenaikan Mei = (8/31) x 0,52 = 0,134
c. HBKN Idul Adha (31 Juli)
Kebutuhan telur ayam ras naik sebesar 20%, dengan selang waktu
menghadapi (sebelum) Idul Adha selama 1 hari (tgl 31 Juli) sehingga
koefisien peningkatan kebutuhan yaitu selang waktu kenaikan (1 hari)
dibagi jumlah hari pada bulan Juli (31 hari) dikalikan faktor peningkatan
kebutuhan pangan HBKN (6 persen).
Koefisien Kenaikan Juli = (1/31) x 0,06 = 0,002
d. HBKN Natal (25 Desember)
Kebutuhan telur ayam ras naik sebesar 13,5%, dengan selang waktu
menghadapi (sebelum) Natal selama 2 hari (tgl 23-24 Desember)
sehingga koefisien peningkatan kebutuhan yaitu selang waktu kenaikan
(2 hari) dibagi jumlah hari pada bulan Desember (31 hari) dikalikan faktor
peningkatan kebutuhan pangan HBKN (13,5 persen).
Koefisien Kenaikan Desember = (2/31) x 0,135 = 0,009
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 36
e. HBKN Tahun Baru (1 Januari)
Kebutuhan telur ayam ras naik sebesar 6,5%, dengan selang waktu
menghadapi (sebelum) tahun baru selama 1 hari yang artinya
peningkatan terjadi pada tanggal 31 Desember sehingga koefisien
peningkatan kebutuhan yaitu selang waktu kenaikan (1 hari) dibagi
jumlah hari pada bulan Desember (31 hari) dikalikan faktor peningkatan
kebutuhan pangan HBKN (6,5 persen).
Koefisien Kenaikan Desember = (1/31) x 0,065 = 0,002
4.4. Hasil Perhitungan Sebaran Bulanan Kebutuhan Pangan
Hasil perhitungan kenaikan kebutuhan bahan pangan pada bulan tertentu pelaksanaan periode HBKN Tahun 2020 yaitu Januari (Tahun Baru), April (Puasa), Mei (Puasa dan Idul Fithri), Juli (Idul Adha), dan Desember (Natal) berlaku untuk hampir semua komoditas pangan yang dihitung dalam prognosa, kecuali untuk komoditas Jagung (Tabel 34).
Tabel 34. Sebaran Bulanan berdasarkan Kebutuhan Pangan Tahun 2020
Sumber : Hasil Kajian BKP 2018 diolah 2020
Tahun Beras Kacang Tanah
Cabai Merah
Cabai Rawit
Bawang Merah
Bawang Putih
Daging Sapi
Daging Ayam
Telur Ayam Gula Pasir Minyak
GorengJan-20 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000Feb-20 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000Mar-20 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000Apr-20 1,002 1,028 1,022 1,029 1,027 1,035 1,053 1,023 1,070 1,024 1,023Mei-20 1,045 1,074 1,041 1,057 1,071 1,061 1,136 1,072 1,134 1,050 1,061Jun-20 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000Jul-20 1,001 1,001 1,020 1,015 1,015 1,008 1,020 1,006 1,002 1,001 1,000Agu-20 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000Sep-20 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000Okt-20 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000Nov-20 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000Des-20 1,001 1,003 1,005 1,005 1,001 1,001 1,007 1,009 1,011 1,001 1,003
12,049 12,106 12,087 12,105 12,114 12,104 12,216 12,109 12,217 12,076 12,088
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 37
Peningkatan kebutuhan jagung terjadi pada 3 bulan sebelum pelaksanaan HBKN disesuaikan dengan peningkatan kebutuhan pakan (industri pakan) yang biasanya disediakan 3 bulan sebelum proses pengolahan. Hal ini berakibat peningkatan kebutuhan jagung berubah menjadi pada bulan januari (menghadapi Puasa), Februari (menghadapi Puasa dan Idul Fitri), April (menghadapi Idul Adha), dan September (menghadapi Natal dan tahun baru).
Tahun Telur Ayam Jagung
Januari 1,000 1,070 Februari 1,000 1,134 Maret 1,000 1,000 April 1,070 1,002 Mei 1,134 1,000 Juni 1,000 1,000 Juli 1,002 1,000 Agustus 1,000 1,000 September 1,000 1,011 Oktober 1,000 1,000 November 1,000 1,000 Desember 1,011 1,000 Total 12,22 12,17
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 38
V. KETERSEDIAAN BAHAN PANGAN (NBM) DAN KONSUMSI LANGSUNG RUMAH TANGGA (SUSENAS )
Dalam perhitungan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan diperlukan beberapa data/angka/konversi sebagai acuan, diantaranya total produksi bahan pangan yang bersumber dari Neraca Bahan Makanan (NBM), dan total konsumsi langsung rumah tangga yang bersumber dari Susenas BPS. Pada penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Pokok/Strategis Tahun 2020, acuan yang digunakan adalah NBM Tahun 2019 dan Susenas 2019 Triwulan I.
Tabel 35. Angka Ketersediaan Bahan Pangan (NBM 2019,) dan Konsumsi
Langsung Rumah Tangga (Susenas 2019,Triwulan I) (kg/kap/th)
Komoditas Ketersediaan NBM 2019
Konsumsi Langsung
(Susenas 2019 Triwulan I )
Kebutuhan (Dasar Surve Bapok
2017, BPS) Beras 118,66 94,47 Jagung 1,45 1,67 Kedelai 11,18 8,20 Kacang Tanah 6,99 0,31 Bawang Merah 3,58 2,80 Cabai Besar 4,73 2,37 Cabai Rawit 4,96 1,99 Minyak Goreng (sawit dan kelapa) 27,31 8,82 Gula Pasir 22,21 6,81 Daging Sapi dan Kerbau 2,06 3,17 2,66 Daging Ayam Ras 12,94 5,70 12,79 Telur Ayam Ras 17,44 6,47 17,69
Keterangan: Angka tersebut sebagai acuan untuk perhitungan Prognosa Nasional.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 39
Untuk penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 di daerah (Provinsi) juga menggunakan data NBM dan Susenas daerah masing-masing. Apabila NBM Tahun 2019 dan Susenas 2019 Triwulan I belum disusun, maka untuk menyusun Prognosa Edisi I dapat menggunakan data tahun sebelumnya. Namun untuk up date penyusunan Prognosa berikutnya (Edisi II-IV), diutamakan menggunakan NBM dan Susenas Tahun 2019.
Hal tersebut untuk menghindari bias (under estimated) antara kondisi riil dengan perhitungan, sehingga penggunaan data NBM dan Susenas tahun 2018 akan diperoleh data prognosa yang lebih akurat. Untuk beberapa data NBM dan Susenas yang belum/tidak ada di daerah karena belum/tidak diperhitungkan, maka bisa menggunakan data NBM dan Susenas nasional (diasumsikan daerah sama dengan nasional).
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 40
VI. PENUTUP
Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 merupakan acuan dalam menyusun Prognosa baik di Pusat maupun Daerah (Provinsi). Diharapkan dengan tersusunnya Panduan Teknis, situasi/kondisi produksi dan kebutuhan pangan tahun 2020 baik secara nasional maupun daerah (provinsi) dapat disusun agar dapat dimanfaatkan oleh semua pihak terkait, sekaligus sebagai early warning system atas kecukupan, ketersediaan maupun produksi setiap komoditas pangan.
Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 dapat menggambarkan situasi dan kondisi riil ditingkat masyarakat, sehingga dapat dijadikan salah satu acuan oleh pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan terkait pangan. Selain itu, dapat digunakan sebagai antisipasi dan upaya penanganan apabila terjadi permasalahan pangan, baik kekurangan produksi (pasokan) maupun peningkatan kebutuhan bahan pangan.
Untuk kelancaran dan keakuratan data prognosa, diperlukan kerja sama dan koordinasi antar instansi/unit kerja terkait, baik di Pusat maupun daerah (provinsi). Hal ini mengingat prognosa kebutuhan dan produksi pangan perlu di up date dan diperbaiki setiap periode tertentu, sehingga data yang dihasilkan akan lebih valid dan up to date.
| Panduan Teknis Penyusunan Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Strategis Tahun 2020 41