25
Abnormal Sensoric Sensation Mr.K, 50 years old, weight 75 kg, height 155 cm, comes to visit a neurologist with chief complaint of hypoesthesia and paraesthesia at both upper and lower extremities. He has been suffering since the last two weeks after attending a dinner party. He tells the doctor that he feels unwell, and sometimes there is pain prominently while he is taking a rest. He felt better for a while after getting a massage therapy from a physiotherapist about a week ago, but in the last two days the symptoms worsened, the pain becomes more intense and his skin now more sensitive to touch (hyperesthesia). I. Klarifikasi istilah 1. neurologist: ahli saraf 2. hypoesthesia: penurunan kepekaan terutama terhadap sentuhan 3. para esthesia: perasaan yang abnormal yang timbul tanpa adanya rangsangan 4. physiotherapst: ahli terapi fisiologi 5. massage therapy: terapi pijat 6. prominent pain: nyeri yang mencolok 7. hyperesthesia: peningkatan kepekaan terutama terhadap sentuhan II. Identifikasi masalah 1. Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm, datang ke ahli saraf dengan keluhan utama hipoestesi dan paraestesi pada ekstremitas sejak 2 minggu yang lalu setelah menghadiri pesta makan malam.

Parestesi Theory

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Parestesi Theory

Abnormal Sensoric Sensation

Mr.K, 50 years old, weight 75 kg, height 155 cm, comes to visit a neurologist with

chief complaint of hypoesthesia and paraesthesia at both upper and lower extremities.

He has been suffering since the last two weeks after attending a dinner party. He tells

the doctor that he feels unwell, and sometimes there is pain prominently while he is

taking a rest. He felt better for a while after getting a massage therapy from a

physiotherapist about a week ago, but in the last two days the symptoms worsened,

the pain becomes more intense and his skin now more sensitive to touch

(hyperesthesia).

I. Klarifikasi istilah

1. neurologist: ahli saraf

2. hypoesthesia: penurunan kepekaan terutama terhadap sentuhan

3. para esthesia: perasaan yang abnormal yang timbul tanpa adanya rangsangan

4. physiotherapst: ahli terapi fisiologi

5. massage therapy: terapi pijat

6. prominent pain: nyeri yang mencolok

7. hyperesthesia: peningkatan kepekaan terutama terhadap sentuhan

II. Identifikasi masalah

1. Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm, datang ke ahli saraf dengan keluhan

utama hipoestesi dan paraestesi pada ekstremitas sejak 2 minggu yang lalu

setelah menghadiri pesta makan malam.

2. Dia merasa tidak enak badan dan kadang-kadang terasa nyeri ketika dia

sedang istirahat.

3. Dia merasa lebih baik setelah mendapat terapi pijat dari fisioterapi sejak

seminggu yang lalu tetapi 2 hari terakhir nyeri terasa lebih kuat dan

hiperestesi.

III. Analisis masalah

1. apa penyebab hipoestesi dan paraestesi pada kasus?

2. bagaimana mekanisme hipoestesi dan paraestesi pada kasus?

3. apa hubungan jenis kelamin, usia, BB, dan TB pasien dengan keluhan

utamanya?

4. mengapa keluhan utama hanya terjadi pada ekstremitas?

5. bagaimana mekanisme tidak enak badan yang dialami pasien?

6. bagaimana mekanisme nyeri?

Page 2: Parestesi Theory

7. apa saja jenis nyeri?

8. mengapa nyeri terasa mencolok ketika dia istirahat?

9. apa saja jenis fisioterapi saraf? jelaskan tentang terapi massage pada kasus?

10. mengapa nyeri bertambah hebat 5 hari setelah dia mendapat terapi massage?

11. bagaimana mekanisme hipoestesi pada awal kasus yang berubah menjadi

hiperestesi setelah 5 hari mendapat terapi massage?

12. bagaimana penegakan diagnosis kasus ini?

13. apa saja diagnosis banding kasus?

14. apa diagnosis kerja kasus?

15. bagaimana tatalaksana kasus?

16. apa komplikasi dari kasus? bagaimana mekanisme komplikasi tersebut?

17. bagaimana prognosis kasus? bagaimana mekanisme prognosis tersebut?

18. apa kompetensi dokter umum dalam kasus ini?

IV. Hipotesis

Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm, mengalami sensasi sensoris abnormal yang

disebabkan gangguan protopatik.

V. Sintesis

1. Obesitas

BMI Mr.K = BB (kg)/TB2 (m)2

= 75 kg/(1,55)2 m2

= 31,22 kg/m2

KlasifikasiBMI

BB kurang<18,5

BB normal18,5-24,99

BB brlebih>25

Preobes25-29,99

Obes derajat 130-34,99

Obes derajat 235-39,99

Obes derajat 3.40

a) tabel klasifikasi derajat obesitas berdasarkan BMI

Mr.K dengan BMI 31,22 kg/m2 termasuk ke dalam klasifikasi obesitas derajat 1.

2

Page 3: Parestesi Theory

Daya elastisitas vaskular ↓

↓ produksi NO dan ↑ produksi

angiotensin

↑ vasokonstriksi dan ↓ vasodilatasi

Hiperkolesterolemia

Viskositas darah ↑

Jejas endotel vaskular

↑ permeabilitas terhadap lipid, monosit, trombosit

Usia > 40 tahun Obesitas

Makrofag ke intima dan memfagosit lipid

Mengaktifkan PDGFProliferasi dan migrasi sel otot polos vaskular ke intima

Proliferasi dan sintesis matriks ekstraseluler

Sel otot polos, lipid dan hasil oksidai LDL yang difagosit

makrofag → sel buih

Aterosklerosis: arteriolosklerosis dan

arteriosklerosis

Reseptor raba perifer

Ganglion radiks dorsalis

Substansia grisea medula spinalis

Substansia alba medula spinalis

Sinaps dengan talamus

Meissner Merkel

Kolumna dorsalis

Kornu dorsalis

Dari ventral ke medial lalu menyilang di tengah medula oblongata diapit

oliva inferior, pons lantai tegmentum pontis, mesensefalon di inferior dan

lateral nukleus ruber

Fasikulus grasilis-medial

(T7-bawah)

Fasikulus kuneatus-lateral

(T6-atas)

Lemniskus medialis

Korteks serebri

Inti ventro-posterior-

medial

Paccini

b) bagan hubungan usia dan obesitas dengan terjadinya aterosklerosis

2. Hipoestesi dan parestesi

c) bagan fisiologi sensorik raba protopatik dan proprioseptif

3

Page 4: Parestesi Theory

a. Hipoestesia

Terjadi jika reseptor impuls protopatik musnah sebagian atau penghantaran

perifer dan sentralnya terhalang atau terputus. Misalnya: pada luka bakar,

infeksi herpes zoster, komplikasi DM (polineuropati), dll

Penyebab hipoestesi antara lain, yaitu:

1)Gangguan pada sistem saraf (pusat dan perifer)

2)Neuropati

3)Penyakit polineuropati (Lyme disease)

4)Diabetes melitus

b. Paresthesia

Paresthesia disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neuron pada jaras

sensori. Kelainan in juga bisa terjadi di sistem saraf pusat (otak dan medula

spinalis), di akar saraf yang melekat pada medula spinalis, atau pada sistem

saraf tepi. Selain itu paresthesia juga bisa disebabkan oleh kompresi saraf.

Penyebab parestesi antara lain, yaitu:

1)Gangguan pada SSP: stroke, TIA (transient ischemic attack), tumor, trauma,

multiple sclerosis, atau infeksi.

2)Gangguan SS perifer : Metabolic or nutritional disturbances, Trauma,

Inflammation, Connective tissue disease (arthritis, systemic lupus

erythematosus, polyarteritis nodosa, Sjögren's syndrome), Toxins,

Malignancy, Infections, Hereditary disease.

3)Kelainan metabolik atau nutrisi. Seperti diabetes, hipotiroidisme,

alkoholisme, malnutrisi, defisiensi B12)

4)Trauma. Seperi rusaknya, terjepit, atau tertekannya saraf.

5)Inflamasi.

6)Penyakit jaringan ikat yaitu arthritis, sistemic lupus erythematosus,

poliarteritis nodosa, dan Sjögren’s syndrome.

7)Toksin. Seperti logam berat (arsen, merkuri, timah), antibiotik dan agen

kemoterapi, zat pelarut, dan overdosis piridoksin (B6)

8)Keganasan

9)Infeksi. Seperti Lyme disease, HIV, lepra

10)Penyakit keturunan. Seperti Charcor Marie Tooth disease, porphyria,

Denny Brown syndrome

11)Penyebab lainnya : kelainan SSP seperti stroke, TIA, tumor, trauma,

multiple sklerosis, infeksi, Guillain Barre syndrome

4

Page 5: Parestesi Theory

Daya elastisitas vaskular ↓

↓ produksi NO dan ↑ produksi

angiotensin

↑ vasokonstriksi dan ↓ vasodilatasi

Hiperkolesterolemia

Viskositas darah ↑

Jejas endotel vaskular

↑ permeabilitas terhadap lipid, monosit, trombosit

Usia > 40 tahun Obesitas

Makrofag ke intima dan memfagosit lipid

Mengaktifkan PDGFProliferasi dan migrasi sel otot polos vaskular ke intima

Proliferasi dan sintesis matriks ekstraseluler

Sel otot polos, lipid dan hasil oksidai LDL yang difagosit

makrofag → sel buih

Aterosklerosis: arteriolosklerosis dan

arteriosklerosis

Penyempitan arteriol dan arteri

Suplai darah ke sel schwann dan neurilema ↓

Iskemia saraf perifer

↑ produksi radikal bebas

Jejas dinding vaskular

Reaksi nonenzimatik lipid, glukosa, protein

↑ glycation end products

Mengubah ekspresi genGangguan integritas neuron,

metabolisme neuron, dan transpor akson

Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta

transpor seluler saraf perifer

Mengubah fenotip seluler

Neuritis periferHipestesi dan parestesi

Neuritis perifer

Gangguan integritas neuron, metabolisme neuron, dan transpor akson

Iskemia saraf perifer

Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta transpor seluler saraf perifer

Gangguan metabolisme oksidatif dan sintesis, penyimpanan, dan pemrosesan

protein dalam neuron

↓ kemampuan menerima, menyampaikan, dan meneruskan impuls

Gangguan pembentukan, pelepasan, re-uptake, dan penghancuran

neurotransmiter

↓ permeabilitas neuron terhadap Na+/K+

Gangguan pembentukan energi, neurofibril, mikrofilamen, dan

mikrotubulus neuron

Potensial aksi tidak dapat terjadi Depolarisasi dan repolarisasi tak seimbang

Hipestesi dan parestesi

d) bagan hubungan usia dan obesitas dengan hipestesi dan parestesi

5

Page 6: Parestesi Theory

e) bagan patofisiologi hipestesi dan parestesi

3. Merasa tidak enak badan dan nyeri terutama saat istirahat

6

Page 7: Parestesi Theory

Nosiseptor

Nukleus propius

Neuron yang menghubungkan medula spinalis dengan nukleus

ventro-postero-lateral dan medial talamus sisi kontralateral

Dinamakan traktus spinotalamikus

Kornu posterior-substansi gelatinosa

Menyilang garis tengah di bawah substansia grisea

Komisura albaMenuju funikulus anterolateralis

kontralateral dan ke atas

Berkumpul di tepi funikulus anterolateralisJaras spinotalamikusPada tingkat

servikal: lateral dari tungkai, tengah dari torakal, dan medial dari brakio-servikal

Sebelah dorsolateral oliva inferior medula

oblongata

Antara lemniskus medialis dan brakium konjungtivum pons

Atas ujung dorsal lemniskus medialis

mesensefalon

Ganglion radiks posterior

Nukleus ventro-postero-lateral hipotalamus dan medial talamus

sisi kontralateral

Ke bawah girus pre dan post sentralis → formatio retikularis

dan girus post sentralis

Impuls nyeri dari kulit tungkai ke bagian superior somatosensorik, dari lengan ke

bagian tengah, dari kepala ke bagian inferior

Impuls mengganggu dan berkepanjangan, kerusakan jaringan, inflamasi → ion K, histamin, bradikinin, serotonin, PG, LT, TNF, substansi P

Nyeri akut-neo lokasi, sifat, dan intensitas jelas, nyeri kronik-paleo lokasi samar berupa panas, pegal

Nyeri

Substansia grisea periakuaduktus (PAG) dan

substansia grisea periventrikel (PVG) mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi

akuaduktus sylvius

Neuron dari daerah pertama mengirim impuls ke nukleus rafe magnus (NRM) yang terletak di pons bawah dan medula atas dan nukleus

retikularis paragigantoselularis (PGL) di medula lateral

Impuls ditransmisikan dari nukleus kedua ke bawah

kolumna dorsalis ke suatu kompleks inhibitorik nyeri yang

terletak di kornu dorsalis

Menekan rasa nyeri

Medula rostroventral (RVM) mengandung neuron serotonergik

Pons dorsolateral mengandung norepinefrin

Bersinaps dengan neuron yang melepaskan GABA, serotonin,

atau asetilkolin

Bekerja pada kornu dorsalis untuk menghambat pelepasan neurostransmiter pronoseptif

f) bagan patofisiologi jalur asendens nyeri

g) bagan jalur desenden nyeri

7

Page 8: Parestesi Theory

Teori nyeri

Teori spesifisitas

Reseptor somatosensorik adalah yang mengalami

spesialisasi untuk berespon secara optimal terhadap

satu atau lebih tipe stimulus tertentu

Teori pola atau penjumlahan

Penjumlahan input sensorik kulit di sel-sel tanduk dorsal menimbulkan pola khusus

impuls saraf yang memicu nyeri sehingga dapat terbentuk sirkuit

serat saraf dalam interneuron spinal setelah suatu cedera

sehingga nyeri dapat berlanjut tanpa stimulus

Teori kontrol gerbang

1. baik serat sensorik bermielin besar yang membawa informasi mengenai raba dan propriosepsi perifer (A alfa dan A beta) dan mengenai nyeri (A gamma dan C) menyatu di kornu dorsalis .

2. transmisi impuls saraf dari serat aferen ke sel transmisi (T) kornu dorsalis dimodifikasi oleh suatu mekanisme gerbang di substansi gelatinosa.

3. aktivitas di serat besar cenderung menghambat transmisi nyeri (menutup gerbang) dengan merangsang neuron inhibitorik sehingga input sel T berkurang dan aktivitas di serat kecil cenderung mempermudah transmisi nyeri (membuka gerbang) dengan menghambat neuron inhibitorik sehingga input sel T bertambah

4. melibatkan nukleus batang otak dan neuron serotonergik dan noradrenergik yang berproyeksi ke substansi gelatinosa di kornu dorsalis

5. bila keluaran sel T medula spinalis melebihi suatu ambang, input sensorik akan disaring dan aktivitas sensorik dan afektif yang berkelanjutan berlangsung di otak dimana otak dapat menyetel gerbang kembali sewaktu otak menganalisis dan bekerja berdasarkan input sensorik yang diterimanya

Teori endorfin-enkefalin

Met-enkefalin dan Leu-enkefalin ditemukan di hipotalamus, sistem limbik, PAG, dan RVm (serotonergik) dan kornu dorsalis, juga ditemukan di saluran GI dan kelenjar adrenal, yang mungkin menghambat pelepasan substansi P di kornu dorsal

Beta endorfin ditemukan di kelenjar hipofisis, hipotalamus, PAG, sedikit di medula dan medula spinalis

Dinorfin ditemukan di kelenjar hipofisis posterior

Berikatan dengan opioid di sistem limbik, otak tengah, medula spinalis, dan usus mengurangi nyeri nyeri dengan mencegah dibebaskannya berbagai neurotransmiter penghasil nyeri

h) bagan teori nyeri

8

Page 9: Parestesi Theory

Neuritis perifer

Gangguan integritas neuron, metabolisme neuron, dan transpor akson

Iskemia saraf perifer

Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta transpor seluler saraf perifer

Gangguan metabolisme oksidatif dan sintesis, penyimpanan, dan pemrosesan

protein dalam neuron

↑ kemampuan menerima, menyampaikan, dan meneruskan impuls

nyeri terutama saat istirahat

Gangguan pembentukan dan pelepasan neurotransmiter inhibitif nyeri

Saat istirahat, sensitisasi terutama pada serat saraf kecil dan saraf simpatis kurang aktif → neurotransmiter inhibitif nyeri ↓

Gangguan pembentukan energi, neurofibril, mikrofilamen, dan

mikrotubulus neuron

Gangguan permeabilitas neuron terhadap Na+/K+ → potensial aksi terganggu

Depolarisasi dan repolarisasi tak seimbang

Hiperalgesia saat istirahat

i) bagan patofisiologi nyeri terutama saat istirahat

4. Terapi massage

a. Definisi fisioterapi

Menurut Departemen Kesehatan Indonesia Fisioterapi adalah suatu pelayanan

kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya

mengembangkan, memelihara, dan memulihkangerak dan fungsi sepanjang

daur kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis,

gerak dan komunikasi

b. Fasilitas fisioterapi:

1) MWD (Micro Wave Diothermy).

2) SWD (Short Wave Diothermy).

3) Stimulasi Elektrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation / TENS,

Faradic)

4) Ultrasound Therapy.

5) Traksi Lumbal & Cervical.

6) Ultrasound Nebulizer & Suction.

7) Exercises Therapy dengan alat-alat penunjang, seperti: Parallel Bar, Tangga,

Walker

9

Page 10: Parestesi Theory

8) Terapi manipulasi dan massage

9) Hydrotherapy.

c. Kondisi-kondisi yang dapat ditangani, seperti:

1) Pada tumbuh kembang anak, antara lain:

Cerebral Palsy, Down Syndrome.

Dystropy Muscular Progressive (DMP),

Infeksi saluran nafas (batuk, pilek, asthma, dan lain-lain).

Cacat bayi pasca lahir.

2) Pada usia lanjut (Geriatry):

Nyeri pinggang / punggung.

Nyeri tengkuk dan bahu.

Nyeri pinggul, lutut & kaki serta tangan (Rheumatik).

Keterbatasan fungsi gerak sendi dan Limited Activity Daily Living.

3) Pada olahraga, antara lain:

Tennis Elbow, Golfers Elbow.

Thoracic Outlet Compression Syndrome (TOCS).

Cedera Otot Ligament, Dislokasi Sendi, dan lain-lain.

4) Pada kesehatan wanita, antara lain:

Infertilitas seperti Adnexitis.

Nyeri pinggang pasca menstruasi.

Senam Hamil.

5) Pada pelayanan medis, seperti:

Penyakit paru.

Penyakit jantung.

Stroke.

Trauma capitis.

Parkinson.

Guillian Barre Syndrom (GBS).

Facial Paralysis

6) Pasca operasi orthopaedic.

10

Page 11: Parestesi Theory

d. Definisi massage

Merupakan istilah yang digunakan untuk menandakan kelompok manipulasi

jaringan tubuh yang terbaik dilakukan dengan tangan yang ditujukan untuk

mendapatkan efek pada saraf, otot dan sistem sirkulasi. ( Milland.E.Knapp )

e. Indikasi massage

1) Setelah olah raga

2) Kasus oedema pasca trauma.

3)Kasus yang memerlukan relaksasi otot : setelah olah raga, spasme otot,

artritis.

4) Kasus perlengketan jaringan.

5) Kasus yang memerlukan perbaikan sirkulasi darah.

f. Kontraindikasi massage

1) Penyakit yang penyebarannya melalui kulit.

2) Daerah pendarahan.

3) Peradangan akut

4) Daerah dengan gangguan sensasi.

5) Penyakit dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.

6) Penyakit gangguan sirkulasi : aritmia cordis, plebitis/tromboplebitis,

arteriosclerosis berat, varicose vein berat.

g. Efek massage

1) Efek mekanik: membantu meningkatkan aliran darah, mencegah, atau

membatasi terjadinya perlengketan jaringan, dan memberi efek

penguluran.

2) Efek fisiologis: membantu meningkatkan proses metabolisme tubuh,

mencegah venostatis

h. Tata urutan massage

1) Diawali dengan Effleurage

2) Petrissage

3) Selingan dengan effleurage pada pergantian teknik.

4) Friction.

5) Diakhiri dengan effleurage.

i. Teknik dasar massage

11

Page 12: Parestesi Theory

1) Effleurage yaitu gosokan pada kulit tanpa terjadi gerakan otot bagian

dalam. Tangan dibuat sedemikian rupa sehingga gerakannya tetap dan

tekanan yang diberikan searah dengan aliran darah balik. Fungsinya : (1)

Sebagai pembuka (meratakan medium), selingan pergantian teknik, dan

penutup. (2) Dapat mendeteksi daerah nyeri. (3) Memberi efek penguluran

pasif pada otot.

2) Petrisage yaitu suatu manipulasi pada otot, dimana dilakukan dengan

mengangkat dan memeras otot secara pelan dan hati-hati. KNEADING

yaitu manipulasi otot dengan cara menekan, dan memeras otot. Fungsi

petrisage : (1) Membebaskan otot dari penumpukan sisa metabolisme. (2)

Melancarkan aliran darah vena. (3) Membebaskan perlengketan jaringan.

3) Friction yaitu manipulasi pada otot dengan gerakan putar/lingkaran pada

satu titik dengan menggunakan palmar jari-jari, ibu jari, dan bagian distal

ulnar pergelangan tangan.. Teknik friction tidak menggerakkan kulit,

tetapi menggerakkan jaringan di bawah kulit. Fungsinya : (1)

Membebaskan perlengketan antar kulit dengan jaringan di bawahnya. (2)

Bisa diaplikasikan pada ligamen, tendon, jaringan intra kapsuler, dan

jaringan parut.

4) Vibrasi yaitu manipulasi pada otot dengan gerakan ritmik dari lengan

bawah. Vibrasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan elektrikal

vibrasi, karena durasi dan ketahannya sangat panjang daripada tangan.

Fungsinya : (1) Memberi efek penenangan ( relaksasi ).

5) Tapotement yaitu manipulasi yang dilakukan dengan tangan yang

melibatkan pergelangan dan jari-jari yang rileks dan digerakkan dengan

cepat bergantian kanan-kiri. Terdiri dari : (1) Tapping (2) Hiking (3)

Cupping (4) Bitting (5) Slipping. Fungsinya : peningkatan tonus otot.

12

Page 13: Parestesi Theory

Neuritis perifer meluas Gangguan integritas neuron, metabolisme

neuron, dan transpor akson

Trauma mekanik yang disengaja pada saraf

perifer dan pada vaskular yang menyebabkan

iskemia meluas perlahan

Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta transpor seluler saraf perifer

Gangguan metabolisme oksidatif dan sintesis, penyimpanan, dan pemrosesan

protein dalam neuron

↑ kemampuan menerima, menyampaikan, dan meneruskan impuls

nyeri dan raba

Gangguan pembentukan dan pelepasan neurotransmiter inhibitif nyeri

Sensitisasi terutama pada serat saraf kecil dan saraf simpatis kurang aktif → neurotransmiter inhibitif nyeri ↓

Gangguan pembentukan energi, neurofibril, mikrofilamen, dan

mikrotubulus neuron

Gangguan permeabilitas neuron terhadap Na+/K+ → potensial aksi terganggu

Depolarisasi dan repolarisasi tak seimbang

Hiperalgesia dan hiperestesi

5. Nyeri semakin kuat dan hiperestesi

6. Penegakan diagnosis

a. Anamnesis

1) Identitas pasien: Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm

2) Keluhan utama: hipoestesi dan paraestesi

Sejak kapan: sejak 2 minggu yang lalu setelah menghadiri pesta

makan malam.

Lokasi, penyebaran gejala dan tanda dari- dan ke- bagian tubuh

tertentu: pada ekstremitas

Perubahan gejala dan tanda sejak pertama kali timbul hingga sekarang:

Dia merasa lebih baik setelah mendapat terapi pijat dari fisioterapi

sejak seminggu yang lalu tetapi 2 hari terakhir nyeri terasa lebih kuat

dan hiperestesi

Yang mencetuskan, yang memperberat dan yang memperingan gejala

dan tanda misalnya aktivitas, istirahat, makan, minum, suhu, sentuhan

halus dan kasar, gerakan, getaran, dan sikap tertentu: hipoestesi dan

paraestesi setelah menghadiri pesta makan malam, kadang-kadang

terasa nyeri ketika dia sedang istirahat

3) Keluhan tambahan: merasa tidak enak badan dan kadang-kadang

terasa nyeri ketika dia sedang istirahat, pucat, lemah, mudah lelah

terutama pada ekstremitas, perubahan anatomi dan fisiologi kulit,

mata, telinga, hidung, dan mulut (gigi, gusi, lidah, palatum,

nasofaring, dan orofaring), polidipsi, polifagi, poliuri, luka sembuh

13

Page 14: Parestesi Theory

lama, sering diare, sensai getar tiba-tiba, gangguan motorik,

pengosongan lambung lambat, pusing ketika terjadi perubahan posisi,

tidak menyadari reaksi hipoglikemi, sakit kepala hingga leher,

palpitasi, sesak napas, nyeri tiba-tiba yang menjalar dari toraks hingga

ke lengan kiri, nyeri pada ekstremitas dari kecil menjadi besar, edema

ekstremitas bawah,

4) Riwayat penyakit dahulu (gejala dan tanda): pemaparan toksin logam,

defisiensi gizi seperti vitamin B12 dan asam folat, DM, hipertensi,

penyalahgunaan alkohol, merokok, sangat jarang melakukan

perubahan posisi baik saat berbaring maupun duduk, stres tinggi,

tromboflebitis, limfangitits, insufisiensi arterial dan duktus limfatikus,

vena varikosa

5) Riwayat penyakit sekarang (gejala dan tanda)

6) Riwayat penyakit keluarga (gejala dan tanda)

7) Riwayap pengobatan terhadap gejala dan tanda sekarang maupun

pengobatan sistemik sekarang dan dahulu

8) Riwayat pekerjaan

b. Pemeriksaan Fisik

1) Umum : kesadaran, vital sign

2) Khusus : neurologis

Tes Lhermitte: Bila terdapat nyeri radikular akibat kompresi di

foramen intervetrebale servikal, maka nyeri itu dapat diprovokasi

dengan jalan kompresi pada kepala dalam berbagai posisi (miring

kanan, miring kiri, tengadah, menunduk)

Tes distraksi: Bila terdapat nyeri radikular akibat kompresi di

foramen intervetrebale servikal, maka ia dapat mereda atau lenyap

dengan mengangkat (distraksi kepala)

c. Pemeriksaan sensoris

1) Pemeriksaan raba: Memeriksa dengan bahan- bahan seperti kapas, kertas

atau perabaan ujung-ujung jari pemeriksa.

2) Pemeriksaan nyeri: Pemeriksaan dilakukan dengan menekan

menggunakan jarum

14

Page 15: Parestesi Theory

3) Pemeriksaan getar: Menggetarkan garputala128 Hz/dtk atau 256 Hz/dtk

kemudian meletakkannya pada daerah dngan tulang yng menonjol seperti

pergelangan tangan, pergelangan kaki, ruas-ruas jari tangan dan kaki, siku,

bagian lateral klavikula, lutut, tibia, panggul, processus spinosus,

vertebrae. Kemudian membandingkan kanan dan kiri.

4) Pemeriksaan Suhu: Diperiksa dengan botol berisi air panas dan dingin,

yang panas berisi air 40-50 C sedangkan yang dingin air 10-20 C. Dengan

mata tertutup pasien diminta merasakan dan membedakan suhu botol

tersebut setelah disentuh di bagian badannya.

5) Pemeriksaan rasa gerak: Diperiksa dengan menggerakan jempol atau jari

pasien, apakah pasien merasakan gerakannya.

d. Pemeriksaan Lanjutan

1) Laboratorium: RBC, trombosit, leukosit, ESR, HbA1c, gula darah post

prandial dan puasa, kolesterol, LDL, HDL, trigliserid, vitamin B12, asam

folat, Fe

2) Radiologi:

CT SCAN:. Pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik

komponen tulang servikal dan sangat membantu bila ada fraktur akut

MRI: Pemeriksaan ini sudah menjadi metode pilihan untuk daerah

servikal.

3) Elektromiografi (EMG): Pemeriksaan EMG membantu mengetahui

apakah suatu gangguan bersifat neurogenik atau tidak, karena pasien

dengan spasme otot, artritis juga mempunyai gejala yang sama. Selain itu

juga untuk menentukan level dari iritasi/kompresi radiks, membedakan

lesi radiks dan lesi saraf perifer, membedakan adanya iritasi atau

kompresi.

6. Diagnosis banding

Gejala dan tandaGangguan protopatik

karena

hiperkolesterolemia

Neuropati diabetikSindrom

brown-

squard

Sindrom

anteri spinal

anterior

Lokasi lesiterutama saraf periferperifer dan sentralsentralsentral

Hipoestesi dan ++++++++

15

Page 16: Parestesi Theory

parestesipada ekstremitasjuga terjadi

kelemahan otot, dapat

terjadi pada daerah

mana saja

Hiperalgesia

seperti rasa

terbakar, tersengat

listrik

++

ketika istirahat

++

ketika istirahat,

malam hari

normalhipoalgesia

Sensasi getar tiba-

tiba, gangguan

diskriminasi raba

dan sikap

-++++++

Gangguan motorik--++-

7. Diagnosis kerja

Mr. K, 50 tahun mengalami gangguan jalur protopatik

a. Definisi

Adanya gangguan penjalaran sensorik berupa gangguan penyampaian impuls

(suhu, nyeri, raba)

b. Etiologi: obesitas, DM, trauma, malignancy

c. Manifestasi klinis: hipoestesi, parestesi, hyperestesi

8. Tatalaksana

a. Kausatif: perbaikan asupan nutrisi seperti diet rendah kalori, diet rendah

protein dan rendah lemak

b. Simtomatik

1) Pain management

Kompres lembab panas

Analgesik: obat anti inflamasi non steroid

Sedatif: Tricyclic antidepressants seperti Amitriptyline 10-25 mg/d

PO hs, tingkatkan dosis menjadi 30-100 mg PO qhs setelah beberapa

minggu jika diperlukan

Relaksan otot

Melakukan terapi fisik ringan setelah mengalami perbaikan

c. Kuratif: bedah

Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan

mengubah defisit neurologik.

16

Page 17: Parestesi Theory

Macam :

1) Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus

intervertebral

2) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural

pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi

kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan

menghilangkan kompresi medula dan radiks

3) Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.

4) Disektomi dengan peleburan.

d. Pencegahan

1) Mencegah aktivitas yang berat

2) Diet dan Menjaga berat badan

3) Berolahraga seperti senam, berenang dan berjalan

4) Melatih postur tubuh yang baik

9. Komplikasi

a. Anestesi yang meluas, sehingga luka bertambah parah dan infeksi mudah

terjadi

b. Deformitas tangan dan kaki

c. Kecepatan konduksi motorik turun

d. Sensasi getar, respon posisi/sikap, diskriminasi raba abnormal

e. Hilangnya rekleks tendon dalam, kelemahan otot, atrofi otot dan saraf

f. DM, hipertensi, tromboflebitis, insufisiensi arterial, vena varikosa

10. Prognosis

Dubia et malam

11. Kompetensi Dokter Umum

3A

17

Page 18: Parestesi Theory

Daftar Pustaka

Dorland, W. A. Newman.. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC.

Untuk gambar-gambar dari Mendoza, E.John dkk. 2008. Clinical Neuroanatomy: a

Neurobehavioral approach. Springer ebook

Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik pemeriksaan fisik dan mental. 2008. Jakarta:

FK UI

Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. 2008. Jakarta: Dian

Rakyat

Price, Sylvia A dan Wilson. Patofisiologi. 2005. ed 6. EGC:Jakarta

Guyton dan hall. Fisiologi kedokteran ed.11. 2007. Jakarta: EGC

Robbins. 2007. Buku ajar patologi. Vol. 2. ed.7. Jakarta:EGC

Glynn, Mc dan Burnside. Diagnosis Fisik.1995.Jakarta:EGC

Goetz CG, Pappert EJ. Textbook of Clinical Neurology. Philadelphia: WB Saunders

Co; 1999

Meijer JW, van Sonderen E, Blaauwwiekel EE, et al. Diabetic neuropathy

examination: a hierarchical scoring system to diagnose distal polyneuropathy in

diabetes. Diabetes Care. Jun 2000; 23(6):750-3.

Comi G, Corbo M. Metabolic neuropathies. Curr Opin Neurol. Oct 1998; 11(5):523-

9. 

Dick PJ, Thomas PK, eds. Peripheral Neuropathy. 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders

Co; 1993.

http://www.gadingpluit-hospital.com

http://diabetes.niddk.nih.gov/DM/pubs/neuropathies/

http://www.apparelyzed.com/paralysis.html

18