Upload
winfrey2207
View
72
Download
1
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
Abnormal Sensoric Sensation
Mr.K, 50 years old, weight 75 kg, height 155 cm, comes to visit a neurologist with
chief complaint of hypoesthesia and paraesthesia at both upper and lower extremities.
He has been suffering since the last two weeks after attending a dinner party. He tells
the doctor that he feels unwell, and sometimes there is pain prominently while he is
taking a rest. He felt better for a while after getting a massage therapy from a
physiotherapist about a week ago, but in the last two days the symptoms worsened,
the pain becomes more intense and his skin now more sensitive to touch
(hyperesthesia).
I. Klarifikasi istilah
1. neurologist: ahli saraf
2. hypoesthesia: penurunan kepekaan terutama terhadap sentuhan
3. para esthesia: perasaan yang abnormal yang timbul tanpa adanya rangsangan
4. physiotherapst: ahli terapi fisiologi
5. massage therapy: terapi pijat
6. prominent pain: nyeri yang mencolok
7. hyperesthesia: peningkatan kepekaan terutama terhadap sentuhan
II. Identifikasi masalah
1. Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm, datang ke ahli saraf dengan keluhan
utama hipoestesi dan paraestesi pada ekstremitas sejak 2 minggu yang lalu
setelah menghadiri pesta makan malam.
2. Dia merasa tidak enak badan dan kadang-kadang terasa nyeri ketika dia
sedang istirahat.
3. Dia merasa lebih baik setelah mendapat terapi pijat dari fisioterapi sejak
seminggu yang lalu tetapi 2 hari terakhir nyeri terasa lebih kuat dan
hiperestesi.
III. Analisis masalah
1. apa penyebab hipoestesi dan paraestesi pada kasus?
2. bagaimana mekanisme hipoestesi dan paraestesi pada kasus?
3. apa hubungan jenis kelamin, usia, BB, dan TB pasien dengan keluhan
utamanya?
4. mengapa keluhan utama hanya terjadi pada ekstremitas?
5. bagaimana mekanisme tidak enak badan yang dialami pasien?
6. bagaimana mekanisme nyeri?
7. apa saja jenis nyeri?
8. mengapa nyeri terasa mencolok ketika dia istirahat?
9. apa saja jenis fisioterapi saraf? jelaskan tentang terapi massage pada kasus?
10. mengapa nyeri bertambah hebat 5 hari setelah dia mendapat terapi massage?
11. bagaimana mekanisme hipoestesi pada awal kasus yang berubah menjadi
hiperestesi setelah 5 hari mendapat terapi massage?
12. bagaimana penegakan diagnosis kasus ini?
13. apa saja diagnosis banding kasus?
14. apa diagnosis kerja kasus?
15. bagaimana tatalaksana kasus?
16. apa komplikasi dari kasus? bagaimana mekanisme komplikasi tersebut?
17. bagaimana prognosis kasus? bagaimana mekanisme prognosis tersebut?
18. apa kompetensi dokter umum dalam kasus ini?
IV. Hipotesis
Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm, mengalami sensasi sensoris abnormal yang
disebabkan gangguan protopatik.
V. Sintesis
1. Obesitas
BMI Mr.K = BB (kg)/TB2 (m)2
= 75 kg/(1,55)2 m2
= 31,22 kg/m2
KlasifikasiBMI
BB kurang<18,5
BB normal18,5-24,99
BB brlebih>25
Preobes25-29,99
Obes derajat 130-34,99
Obes derajat 235-39,99
Obes derajat 3.40
a) tabel klasifikasi derajat obesitas berdasarkan BMI
Mr.K dengan BMI 31,22 kg/m2 termasuk ke dalam klasifikasi obesitas derajat 1.
2
Daya elastisitas vaskular ↓
↓ produksi NO dan ↑ produksi
angiotensin
↑ vasokonstriksi dan ↓ vasodilatasi
Hiperkolesterolemia
Viskositas darah ↑
Jejas endotel vaskular
↑ permeabilitas terhadap lipid, monosit, trombosit
Usia > 40 tahun Obesitas
Makrofag ke intima dan memfagosit lipid
Mengaktifkan PDGFProliferasi dan migrasi sel otot polos vaskular ke intima
Proliferasi dan sintesis matriks ekstraseluler
Sel otot polos, lipid dan hasil oksidai LDL yang difagosit
makrofag → sel buih
Aterosklerosis: arteriolosklerosis dan
arteriosklerosis
Reseptor raba perifer
Ganglion radiks dorsalis
Substansia grisea medula spinalis
Substansia alba medula spinalis
Sinaps dengan talamus
Meissner Merkel
Kolumna dorsalis
Kornu dorsalis
Dari ventral ke medial lalu menyilang di tengah medula oblongata diapit
oliva inferior, pons lantai tegmentum pontis, mesensefalon di inferior dan
lateral nukleus ruber
Fasikulus grasilis-medial
(T7-bawah)
Fasikulus kuneatus-lateral
(T6-atas)
Lemniskus medialis
Korteks serebri
Inti ventro-posterior-
medial
Paccini
b) bagan hubungan usia dan obesitas dengan terjadinya aterosklerosis
2. Hipoestesi dan parestesi
c) bagan fisiologi sensorik raba protopatik dan proprioseptif
3
a. Hipoestesia
Terjadi jika reseptor impuls protopatik musnah sebagian atau penghantaran
perifer dan sentralnya terhalang atau terputus. Misalnya: pada luka bakar,
infeksi herpes zoster, komplikasi DM (polineuropati), dll
Penyebab hipoestesi antara lain, yaitu:
1)Gangguan pada sistem saraf (pusat dan perifer)
2)Neuropati
3)Penyakit polineuropati (Lyme disease)
4)Diabetes melitus
b. Paresthesia
Paresthesia disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neuron pada jaras
sensori. Kelainan in juga bisa terjadi di sistem saraf pusat (otak dan medula
spinalis), di akar saraf yang melekat pada medula spinalis, atau pada sistem
saraf tepi. Selain itu paresthesia juga bisa disebabkan oleh kompresi saraf.
Penyebab parestesi antara lain, yaitu:
1)Gangguan pada SSP: stroke, TIA (transient ischemic attack), tumor, trauma,
multiple sclerosis, atau infeksi.
2)Gangguan SS perifer : Metabolic or nutritional disturbances, Trauma,
Inflammation, Connective tissue disease (arthritis, systemic lupus
erythematosus, polyarteritis nodosa, Sjögren's syndrome), Toxins,
Malignancy, Infections, Hereditary disease.
3)Kelainan metabolik atau nutrisi. Seperti diabetes, hipotiroidisme,
alkoholisme, malnutrisi, defisiensi B12)
4)Trauma. Seperi rusaknya, terjepit, atau tertekannya saraf.
5)Inflamasi.
6)Penyakit jaringan ikat yaitu arthritis, sistemic lupus erythematosus,
poliarteritis nodosa, dan Sjögren’s syndrome.
7)Toksin. Seperti logam berat (arsen, merkuri, timah), antibiotik dan agen
kemoterapi, zat pelarut, dan overdosis piridoksin (B6)
8)Keganasan
9)Infeksi. Seperti Lyme disease, HIV, lepra
10)Penyakit keturunan. Seperti Charcor Marie Tooth disease, porphyria,
Denny Brown syndrome
11)Penyebab lainnya : kelainan SSP seperti stroke, TIA, tumor, trauma,
multiple sklerosis, infeksi, Guillain Barre syndrome
4
Daya elastisitas vaskular ↓
↓ produksi NO dan ↑ produksi
angiotensin
↑ vasokonstriksi dan ↓ vasodilatasi
Hiperkolesterolemia
Viskositas darah ↑
Jejas endotel vaskular
↑ permeabilitas terhadap lipid, monosit, trombosit
Usia > 40 tahun Obesitas
Makrofag ke intima dan memfagosit lipid
Mengaktifkan PDGFProliferasi dan migrasi sel otot polos vaskular ke intima
Proliferasi dan sintesis matriks ekstraseluler
Sel otot polos, lipid dan hasil oksidai LDL yang difagosit
makrofag → sel buih
Aterosklerosis: arteriolosklerosis dan
arteriosklerosis
Penyempitan arteriol dan arteri
Suplai darah ke sel schwann dan neurilema ↓
Iskemia saraf perifer
↑ produksi radikal bebas
Jejas dinding vaskular
Reaksi nonenzimatik lipid, glukosa, protein
↑ glycation end products
Mengubah ekspresi genGangguan integritas neuron,
metabolisme neuron, dan transpor akson
Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta
transpor seluler saraf perifer
Mengubah fenotip seluler
Neuritis periferHipestesi dan parestesi
Neuritis perifer
Gangguan integritas neuron, metabolisme neuron, dan transpor akson
Iskemia saraf perifer
Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta transpor seluler saraf perifer
Gangguan metabolisme oksidatif dan sintesis, penyimpanan, dan pemrosesan
protein dalam neuron
↓ kemampuan menerima, menyampaikan, dan meneruskan impuls
Gangguan pembentukan, pelepasan, re-uptake, dan penghancuran
neurotransmiter
↓ permeabilitas neuron terhadap Na+/K+
Gangguan pembentukan energi, neurofibril, mikrofilamen, dan
mikrotubulus neuron
Potensial aksi tidak dapat terjadi Depolarisasi dan repolarisasi tak seimbang
Hipestesi dan parestesi
d) bagan hubungan usia dan obesitas dengan hipestesi dan parestesi
5
e) bagan patofisiologi hipestesi dan parestesi
3. Merasa tidak enak badan dan nyeri terutama saat istirahat
6
Nosiseptor
Nukleus propius
Neuron yang menghubungkan medula spinalis dengan nukleus
ventro-postero-lateral dan medial talamus sisi kontralateral
Dinamakan traktus spinotalamikus
Kornu posterior-substansi gelatinosa
Menyilang garis tengah di bawah substansia grisea
Komisura albaMenuju funikulus anterolateralis
kontralateral dan ke atas
Berkumpul di tepi funikulus anterolateralisJaras spinotalamikusPada tingkat
servikal: lateral dari tungkai, tengah dari torakal, dan medial dari brakio-servikal
Sebelah dorsolateral oliva inferior medula
oblongata
Antara lemniskus medialis dan brakium konjungtivum pons
Atas ujung dorsal lemniskus medialis
mesensefalon
Ganglion radiks posterior
Nukleus ventro-postero-lateral hipotalamus dan medial talamus
sisi kontralateral
Ke bawah girus pre dan post sentralis → formatio retikularis
dan girus post sentralis
Impuls nyeri dari kulit tungkai ke bagian superior somatosensorik, dari lengan ke
bagian tengah, dari kepala ke bagian inferior
Impuls mengganggu dan berkepanjangan, kerusakan jaringan, inflamasi → ion K, histamin, bradikinin, serotonin, PG, LT, TNF, substansi P
Nyeri akut-neo lokasi, sifat, dan intensitas jelas, nyeri kronik-paleo lokasi samar berupa panas, pegal
Nyeri
Substansia grisea periakuaduktus (PAG) dan
substansia grisea periventrikel (PVG) mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi
akuaduktus sylvius
Neuron dari daerah pertama mengirim impuls ke nukleus rafe magnus (NRM) yang terletak di pons bawah dan medula atas dan nukleus
retikularis paragigantoselularis (PGL) di medula lateral
Impuls ditransmisikan dari nukleus kedua ke bawah
kolumna dorsalis ke suatu kompleks inhibitorik nyeri yang
terletak di kornu dorsalis
Menekan rasa nyeri
Medula rostroventral (RVM) mengandung neuron serotonergik
Pons dorsolateral mengandung norepinefrin
Bersinaps dengan neuron yang melepaskan GABA, serotonin,
atau asetilkolin
Bekerja pada kornu dorsalis untuk menghambat pelepasan neurostransmiter pronoseptif
f) bagan patofisiologi jalur asendens nyeri
g) bagan jalur desenden nyeri
7
Teori nyeri
Teori spesifisitas
Reseptor somatosensorik adalah yang mengalami
spesialisasi untuk berespon secara optimal terhadap
satu atau lebih tipe stimulus tertentu
Teori pola atau penjumlahan
Penjumlahan input sensorik kulit di sel-sel tanduk dorsal menimbulkan pola khusus
impuls saraf yang memicu nyeri sehingga dapat terbentuk sirkuit
serat saraf dalam interneuron spinal setelah suatu cedera
sehingga nyeri dapat berlanjut tanpa stimulus
Teori kontrol gerbang
1. baik serat sensorik bermielin besar yang membawa informasi mengenai raba dan propriosepsi perifer (A alfa dan A beta) dan mengenai nyeri (A gamma dan C) menyatu di kornu dorsalis .
2. transmisi impuls saraf dari serat aferen ke sel transmisi (T) kornu dorsalis dimodifikasi oleh suatu mekanisme gerbang di substansi gelatinosa.
3. aktivitas di serat besar cenderung menghambat transmisi nyeri (menutup gerbang) dengan merangsang neuron inhibitorik sehingga input sel T berkurang dan aktivitas di serat kecil cenderung mempermudah transmisi nyeri (membuka gerbang) dengan menghambat neuron inhibitorik sehingga input sel T bertambah
4. melibatkan nukleus batang otak dan neuron serotonergik dan noradrenergik yang berproyeksi ke substansi gelatinosa di kornu dorsalis
5. bila keluaran sel T medula spinalis melebihi suatu ambang, input sensorik akan disaring dan aktivitas sensorik dan afektif yang berkelanjutan berlangsung di otak dimana otak dapat menyetel gerbang kembali sewaktu otak menganalisis dan bekerja berdasarkan input sensorik yang diterimanya
Teori endorfin-enkefalin
Met-enkefalin dan Leu-enkefalin ditemukan di hipotalamus, sistem limbik, PAG, dan RVm (serotonergik) dan kornu dorsalis, juga ditemukan di saluran GI dan kelenjar adrenal, yang mungkin menghambat pelepasan substansi P di kornu dorsal
Beta endorfin ditemukan di kelenjar hipofisis, hipotalamus, PAG, sedikit di medula dan medula spinalis
Dinorfin ditemukan di kelenjar hipofisis posterior
Berikatan dengan opioid di sistem limbik, otak tengah, medula spinalis, dan usus mengurangi nyeri nyeri dengan mencegah dibebaskannya berbagai neurotransmiter penghasil nyeri
h) bagan teori nyeri
8
Neuritis perifer
Gangguan integritas neuron, metabolisme neuron, dan transpor akson
Iskemia saraf perifer
Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta transpor seluler saraf perifer
Gangguan metabolisme oksidatif dan sintesis, penyimpanan, dan pemrosesan
protein dalam neuron
↑ kemampuan menerima, menyampaikan, dan meneruskan impuls
nyeri terutama saat istirahat
Gangguan pembentukan dan pelepasan neurotransmiter inhibitif nyeri
Saat istirahat, sensitisasi terutama pada serat saraf kecil dan saraf simpatis kurang aktif → neurotransmiter inhibitif nyeri ↓
Gangguan pembentukan energi, neurofibril, mikrofilamen, dan
mikrotubulus neuron
Gangguan permeabilitas neuron terhadap Na+/K+ → potensial aksi terganggu
Depolarisasi dan repolarisasi tak seimbang
Hiperalgesia saat istirahat
i) bagan patofisiologi nyeri terutama saat istirahat
4. Terapi massage
a. Definisi fisioterapi
Menurut Departemen Kesehatan Indonesia Fisioterapi adalah suatu pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya
mengembangkan, memelihara, dan memulihkangerak dan fungsi sepanjang
daur kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis,
gerak dan komunikasi
b. Fasilitas fisioterapi:
1) MWD (Micro Wave Diothermy).
2) SWD (Short Wave Diothermy).
3) Stimulasi Elektrik (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation / TENS,
Faradic)
4) Ultrasound Therapy.
5) Traksi Lumbal & Cervical.
6) Ultrasound Nebulizer & Suction.
7) Exercises Therapy dengan alat-alat penunjang, seperti: Parallel Bar, Tangga,
Walker
9
8) Terapi manipulasi dan massage
9) Hydrotherapy.
c. Kondisi-kondisi yang dapat ditangani, seperti:
1) Pada tumbuh kembang anak, antara lain:
Cerebral Palsy, Down Syndrome.
Dystropy Muscular Progressive (DMP),
Infeksi saluran nafas (batuk, pilek, asthma, dan lain-lain).
Cacat bayi pasca lahir.
2) Pada usia lanjut (Geriatry):
Nyeri pinggang / punggung.
Nyeri tengkuk dan bahu.
Nyeri pinggul, lutut & kaki serta tangan (Rheumatik).
Keterbatasan fungsi gerak sendi dan Limited Activity Daily Living.
3) Pada olahraga, antara lain:
Tennis Elbow, Golfers Elbow.
Thoracic Outlet Compression Syndrome (TOCS).
Cedera Otot Ligament, Dislokasi Sendi, dan lain-lain.
4) Pada kesehatan wanita, antara lain:
Infertilitas seperti Adnexitis.
Nyeri pinggang pasca menstruasi.
Senam Hamil.
5) Pada pelayanan medis, seperti:
Penyakit paru.
Penyakit jantung.
Stroke.
Trauma capitis.
Parkinson.
Guillian Barre Syndrom (GBS).
Facial Paralysis
6) Pasca operasi orthopaedic.
10
d. Definisi massage
Merupakan istilah yang digunakan untuk menandakan kelompok manipulasi
jaringan tubuh yang terbaik dilakukan dengan tangan yang ditujukan untuk
mendapatkan efek pada saraf, otot dan sistem sirkulasi. ( Milland.E.Knapp )
e. Indikasi massage
1) Setelah olah raga
2) Kasus oedema pasca trauma.
3)Kasus yang memerlukan relaksasi otot : setelah olah raga, spasme otot,
artritis.
4) Kasus perlengketan jaringan.
5) Kasus yang memerlukan perbaikan sirkulasi darah.
f. Kontraindikasi massage
1) Penyakit yang penyebarannya melalui kulit.
2) Daerah pendarahan.
3) Peradangan akut
4) Daerah dengan gangguan sensasi.
5) Penyakit dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.
6) Penyakit gangguan sirkulasi : aritmia cordis, plebitis/tromboplebitis,
arteriosclerosis berat, varicose vein berat.
g. Efek massage
1) Efek mekanik: membantu meningkatkan aliran darah, mencegah, atau
membatasi terjadinya perlengketan jaringan, dan memberi efek
penguluran.
2) Efek fisiologis: membantu meningkatkan proses metabolisme tubuh,
mencegah venostatis
h. Tata urutan massage
1) Diawali dengan Effleurage
2) Petrissage
3) Selingan dengan effleurage pada pergantian teknik.
4) Friction.
5) Diakhiri dengan effleurage.
i. Teknik dasar massage
11
1) Effleurage yaitu gosokan pada kulit tanpa terjadi gerakan otot bagian
dalam. Tangan dibuat sedemikian rupa sehingga gerakannya tetap dan
tekanan yang diberikan searah dengan aliran darah balik. Fungsinya : (1)
Sebagai pembuka (meratakan medium), selingan pergantian teknik, dan
penutup. (2) Dapat mendeteksi daerah nyeri. (3) Memberi efek penguluran
pasif pada otot.
2) Petrisage yaitu suatu manipulasi pada otot, dimana dilakukan dengan
mengangkat dan memeras otot secara pelan dan hati-hati. KNEADING
yaitu manipulasi otot dengan cara menekan, dan memeras otot. Fungsi
petrisage : (1) Membebaskan otot dari penumpukan sisa metabolisme. (2)
Melancarkan aliran darah vena. (3) Membebaskan perlengketan jaringan.
3) Friction yaitu manipulasi pada otot dengan gerakan putar/lingkaran pada
satu titik dengan menggunakan palmar jari-jari, ibu jari, dan bagian distal
ulnar pergelangan tangan.. Teknik friction tidak menggerakkan kulit,
tetapi menggerakkan jaringan di bawah kulit. Fungsinya : (1)
Membebaskan perlengketan antar kulit dengan jaringan di bawahnya. (2)
Bisa diaplikasikan pada ligamen, tendon, jaringan intra kapsuler, dan
jaringan parut.
4) Vibrasi yaitu manipulasi pada otot dengan gerakan ritmik dari lengan
bawah. Vibrasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan elektrikal
vibrasi, karena durasi dan ketahannya sangat panjang daripada tangan.
Fungsinya : (1) Memberi efek penenangan ( relaksasi ).
5) Tapotement yaitu manipulasi yang dilakukan dengan tangan yang
melibatkan pergelangan dan jari-jari yang rileks dan digerakkan dengan
cepat bergantian kanan-kiri. Terdiri dari : (1) Tapping (2) Hiking (3)
Cupping (4) Bitting (5) Slipping. Fungsinya : peningkatan tonus otot.
12
Neuritis perifer meluas Gangguan integritas neuron, metabolisme
neuron, dan transpor akson
Trauma mekanik yang disengaja pada saraf
perifer dan pada vaskular yang menyebabkan
iskemia meluas perlahan
Gangguan struktur membran dan sitoplasma sel serta transpor seluler saraf perifer
Gangguan metabolisme oksidatif dan sintesis, penyimpanan, dan pemrosesan
protein dalam neuron
↑ kemampuan menerima, menyampaikan, dan meneruskan impuls
nyeri dan raba
Gangguan pembentukan dan pelepasan neurotransmiter inhibitif nyeri
Sensitisasi terutama pada serat saraf kecil dan saraf simpatis kurang aktif → neurotransmiter inhibitif nyeri ↓
Gangguan pembentukan energi, neurofibril, mikrofilamen, dan
mikrotubulus neuron
Gangguan permeabilitas neuron terhadap Na+/K+ → potensial aksi terganggu
Depolarisasi dan repolarisasi tak seimbang
Hiperalgesia dan hiperestesi
5. Nyeri semakin kuat dan hiperestesi
6. Penegakan diagnosis
a. Anamnesis
1) Identitas pasien: Mr.K, 50 tahun, BB 75 kg, TB 155 cm
2) Keluhan utama: hipoestesi dan paraestesi
Sejak kapan: sejak 2 minggu yang lalu setelah menghadiri pesta
makan malam.
Lokasi, penyebaran gejala dan tanda dari- dan ke- bagian tubuh
tertentu: pada ekstremitas
Perubahan gejala dan tanda sejak pertama kali timbul hingga sekarang:
Dia merasa lebih baik setelah mendapat terapi pijat dari fisioterapi
sejak seminggu yang lalu tetapi 2 hari terakhir nyeri terasa lebih kuat
dan hiperestesi
Yang mencetuskan, yang memperberat dan yang memperingan gejala
dan tanda misalnya aktivitas, istirahat, makan, minum, suhu, sentuhan
halus dan kasar, gerakan, getaran, dan sikap tertentu: hipoestesi dan
paraestesi setelah menghadiri pesta makan malam, kadang-kadang
terasa nyeri ketika dia sedang istirahat
3) Keluhan tambahan: merasa tidak enak badan dan kadang-kadang
terasa nyeri ketika dia sedang istirahat, pucat, lemah, mudah lelah
terutama pada ekstremitas, perubahan anatomi dan fisiologi kulit,
mata, telinga, hidung, dan mulut (gigi, gusi, lidah, palatum,
nasofaring, dan orofaring), polidipsi, polifagi, poliuri, luka sembuh
13
lama, sering diare, sensai getar tiba-tiba, gangguan motorik,
pengosongan lambung lambat, pusing ketika terjadi perubahan posisi,
tidak menyadari reaksi hipoglikemi, sakit kepala hingga leher,
palpitasi, sesak napas, nyeri tiba-tiba yang menjalar dari toraks hingga
ke lengan kiri, nyeri pada ekstremitas dari kecil menjadi besar, edema
ekstremitas bawah,
4) Riwayat penyakit dahulu (gejala dan tanda): pemaparan toksin logam,
defisiensi gizi seperti vitamin B12 dan asam folat, DM, hipertensi,
penyalahgunaan alkohol, merokok, sangat jarang melakukan
perubahan posisi baik saat berbaring maupun duduk, stres tinggi,
tromboflebitis, limfangitits, insufisiensi arterial dan duktus limfatikus,
vena varikosa
5) Riwayat penyakit sekarang (gejala dan tanda)
6) Riwayat penyakit keluarga (gejala dan tanda)
7) Riwayap pengobatan terhadap gejala dan tanda sekarang maupun
pengobatan sistemik sekarang dan dahulu
8) Riwayat pekerjaan
b. Pemeriksaan Fisik
1) Umum : kesadaran, vital sign
2) Khusus : neurologis
Tes Lhermitte: Bila terdapat nyeri radikular akibat kompresi di
foramen intervetrebale servikal, maka nyeri itu dapat diprovokasi
dengan jalan kompresi pada kepala dalam berbagai posisi (miring
kanan, miring kiri, tengadah, menunduk)
Tes distraksi: Bila terdapat nyeri radikular akibat kompresi di
foramen intervetrebale servikal, maka ia dapat mereda atau lenyap
dengan mengangkat (distraksi kepala)
c. Pemeriksaan sensoris
1) Pemeriksaan raba: Memeriksa dengan bahan- bahan seperti kapas, kertas
atau perabaan ujung-ujung jari pemeriksa.
2) Pemeriksaan nyeri: Pemeriksaan dilakukan dengan menekan
menggunakan jarum
14
3) Pemeriksaan getar: Menggetarkan garputala128 Hz/dtk atau 256 Hz/dtk
kemudian meletakkannya pada daerah dngan tulang yng menonjol seperti
pergelangan tangan, pergelangan kaki, ruas-ruas jari tangan dan kaki, siku,
bagian lateral klavikula, lutut, tibia, panggul, processus spinosus,
vertebrae. Kemudian membandingkan kanan dan kiri.
4) Pemeriksaan Suhu: Diperiksa dengan botol berisi air panas dan dingin,
yang panas berisi air 40-50 C sedangkan yang dingin air 10-20 C. Dengan
mata tertutup pasien diminta merasakan dan membedakan suhu botol
tersebut setelah disentuh di bagian badannya.
5) Pemeriksaan rasa gerak: Diperiksa dengan menggerakan jempol atau jari
pasien, apakah pasien merasakan gerakannya.
d. Pemeriksaan Lanjutan
1) Laboratorium: RBC, trombosit, leukosit, ESR, HbA1c, gula darah post
prandial dan puasa, kolesterol, LDL, HDL, trigliserid, vitamin B12, asam
folat, Fe
2) Radiologi:
CT SCAN:. Pemeriksaan ini dapat memberikan visualisasi yang baik
komponen tulang servikal dan sangat membantu bila ada fraktur akut
MRI: Pemeriksaan ini sudah menjadi metode pilihan untuk daerah
servikal.
3) Elektromiografi (EMG): Pemeriksaan EMG membantu mengetahui
apakah suatu gangguan bersifat neurogenik atau tidak, karena pasien
dengan spasme otot, artritis juga mempunyai gejala yang sama. Selain itu
juga untuk menentukan level dari iritasi/kompresi radiks, membedakan
lesi radiks dan lesi saraf perifer, membedakan adanya iritasi atau
kompresi.
6. Diagnosis banding
Gejala dan tandaGangguan protopatik
karena
hiperkolesterolemia
Neuropati diabetikSindrom
brown-
squard
Sindrom
anteri spinal
anterior
Lokasi lesiterutama saraf periferperifer dan sentralsentralsentral
Hipoestesi dan ++++++++
15
parestesipada ekstremitasjuga terjadi
kelemahan otot, dapat
terjadi pada daerah
mana saja
Hiperalgesia
seperti rasa
terbakar, tersengat
listrik
++
ketika istirahat
++
ketika istirahat,
malam hari
normalhipoalgesia
Sensasi getar tiba-
tiba, gangguan
diskriminasi raba
dan sikap
-++++++
Gangguan motorik--++-
7. Diagnosis kerja
Mr. K, 50 tahun mengalami gangguan jalur protopatik
a. Definisi
Adanya gangguan penjalaran sensorik berupa gangguan penyampaian impuls
(suhu, nyeri, raba)
b. Etiologi: obesitas, DM, trauma, malignancy
c. Manifestasi klinis: hipoestesi, parestesi, hyperestesi
8. Tatalaksana
a. Kausatif: perbaikan asupan nutrisi seperti diet rendah kalori, diet rendah
protein dan rendah lemak
b. Simtomatik
1) Pain management
Kompres lembab panas
Analgesik: obat anti inflamasi non steroid
Sedatif: Tricyclic antidepressants seperti Amitriptyline 10-25 mg/d
PO hs, tingkatkan dosis menjadi 30-100 mg PO qhs setelah beberapa
minggu jika diperlukan
Relaksan otot
Melakukan terapi fisik ringan setelah mengalami perbaikan
c. Kuratif: bedah
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan
mengubah defisit neurologik.
16
Macam :
1) Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertebral
2) Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural
pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi
kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan
menghilangkan kompresi medula dan radiks
3) Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
4) Disektomi dengan peleburan.
d. Pencegahan
1) Mencegah aktivitas yang berat
2) Diet dan Menjaga berat badan
3) Berolahraga seperti senam, berenang dan berjalan
4) Melatih postur tubuh yang baik
9. Komplikasi
a. Anestesi yang meluas, sehingga luka bertambah parah dan infeksi mudah
terjadi
b. Deformitas tangan dan kaki
c. Kecepatan konduksi motorik turun
d. Sensasi getar, respon posisi/sikap, diskriminasi raba abnormal
e. Hilangnya rekleks tendon dalam, kelemahan otot, atrofi otot dan saraf
f. DM, hipertensi, tromboflebitis, insufisiensi arterial, vena varikosa
10. Prognosis
Dubia et malam
11. Kompetensi Dokter Umum
3A
17
Daftar Pustaka
Dorland, W. A. Newman.. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC.
Untuk gambar-gambar dari Mendoza, E.John dkk. 2008. Clinical Neuroanatomy: a
Neurobehavioral approach. Springer ebook
Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik pemeriksaan fisik dan mental. 2008. Jakarta:
FK UI
Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. 2008. Jakarta: Dian
Rakyat
Price, Sylvia A dan Wilson. Patofisiologi. 2005. ed 6. EGC:Jakarta
Guyton dan hall. Fisiologi kedokteran ed.11. 2007. Jakarta: EGC
Robbins. 2007. Buku ajar patologi. Vol. 2. ed.7. Jakarta:EGC
Glynn, Mc dan Burnside. Diagnosis Fisik.1995.Jakarta:EGC
Goetz CG, Pappert EJ. Textbook of Clinical Neurology. Philadelphia: WB Saunders
Co; 1999
Meijer JW, van Sonderen E, Blaauwwiekel EE, et al. Diabetic neuropathy
examination: a hierarchical scoring system to diagnose distal polyneuropathy in
diabetes. Diabetes Care. Jun 2000; 23(6):750-3.
Comi G, Corbo M. Metabolic neuropathies. Curr Opin Neurol. Oct 1998; 11(5):523-
9.
Dick PJ, Thomas PK, eds. Peripheral Neuropathy. 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders
Co; 1993.
http://www.gadingpluit-hospital.com
http://diabetes.niddk.nih.gov/DM/pubs/neuropathies/
http://www.apparelyzed.com/paralysis.html
18