17
Partisipasi Etnis Tionghoa Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Partisipasi Etnis TionghoaPartisipasi Etnis Tionghoadalam Partai Politik di Indonesiadalam Partai Politik di Indonesia

Sejak Masa Kolonial hingga Era ReformasiSejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Page 2: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

PENDAHULUAN

Latar Belakang:

Etnis Tionghoa tersebar di seluruh negara, termasuk di Indonesia. Orang-orang China sudah ada di Indonesia bahkan sejak jaman kolonial Belanda, dan hingga kini masih tetap menjadi bagian dari bangsa Indonesia serta turut berpartisipasi dalam perpolitikan.

Untuk melihat dan mengukur seberapa jauh partisipasi politik etnis Tionghoa sebagai kaum minoritas di Indonesia dapat dilihat dari partai-partai politik di mana mereka bergabung dan terlibat.

Partisipasi etnis Tionghoa dalam partai politik Indonesia mengalami dinamika.

Page 3: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Landasan Konseptual:

Masyarakat Majemuk dalam Sistem Sosial-Politik

Robushka dan Shepsle (1972) menggambarkan tiga karakteristik masyarakat majemuk: -keragaman kultural -berkembangnya aliansi etnis-pengorganisasian yang dilakukan secara politik

Page 4: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Hipotesis:

Partisipasi etnis Tionghoa dalam partai politik di Indonesia mengalami sebuah dinamika sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlaku.

Page 5: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

PEMBAHASAN

Pada masa memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, telah muncul partai-partai yang berisi orang-orang Tionghoa.

Umumnya, partai-partai tersebut lebih memperjuangkan kepentingan etnisnya daripada kepentingan umum membela tanah air. Contohnya Chung Hwa Hui (CHH).

Terdapat pula partai yang turut serta dalam perjuangan dan bekerja sama dengan partai nasionalis, yaitu Partai Tionghoa Indonesia (PTI).

Partai nasionalis saat itu cenderung tidak menerima anggota yang bukan merupakan keturunan Indonesia asli, sedangkan partai yang berhaluan kiri cenderung lebih terbuka untuk menerima anggota etnis China.

Page 6: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi
Page 7: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Pada era ini, masyarakat Tionghoa lebih banyak berperan pada bidang ekonomi namun keaktifan dalam bidang politik tidak dibatasi.

Tahun 1948, peranakan China yang secara politik berdekatan dengan Indonesia dan ingin menjadi orang Indonesia meskipun ia berasal dari etnis Tionghoa membentuk Persatuan Tionghoa (PT) yang pada 1950 berganti nama menjadi Persatuan Demokrasi Tionghoa Indonesia (PDTI). Pada 1954, PDTI berganti nama menjadi Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia) yang pandangan politiknya cenderung memihak ke kiri.

Baperki mendukung adanya sosialisme di Indonesia karena menganggap bahwa diskriminasi terhadap etnis Tionghoa tidak akan terhapus hanya dengan adanya asimilasi etnis Tionghoa. Sedangkan para pendukung adanya asimilasi, membentuk Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa (LPKB).

Pasca G30S/PKI LPKB dan organisasi lain meminta Presiden Soekarno untuk membubarkan PKI dan juga Baperki.

Page 8: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi
Page 9: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Kebijakan pemerintah orde baru untuk melakukan fusi bagi partai-partai politik di Indonesia menjadi 3 partai, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang bercorakan Islam, Partai Demokrasi Perjuangan (PDI) yang berhaluan Nasionalis dan satu Golongan Karya (GOLKAR), tanpa adanya partai politik yang bercorakan etnis Tionghoa membuat masyarakat etnis Tionghoa kehilangan wadah untuk dapat mengaspirasikan suaranya.

Pada tahun 1966 hingga 1969, ketika Soeharto melaksanakan tindakan-tindakan represif pasca G30S, di berbagai wilayah di Indonesia juga bermunculan kampanye-kampanye dan aksi-aksi anti-Tionghoa di berbagai daerah yang disertai dengan berbagai tindakan penjarahan, pengrusakan dan pembakaran rumah-rumah, toko-toko dan sekolah-sekolah.

Di masa orde baru, masyarakat etnis Tionghoa diperlakukan secara diskriminatif. Ruang gerak mereka dibatasi, baik dalam bidang politik, sosial dan budaya.

Kebijakan pemerintah orde baru untuk melakukan fusi bagi partai-partai politik di Indonesia menjadi 3 partai, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang bercorakan Islam, Partai Demokrasi Perjuangan (PDI) yang berhaluan Nasionalis dan satu Golongan Karya (GOLKAR), tanpa adanya partai politik yang bercorakan etnis Tionghoa membuat masyarakat etnis Tionghoa kehilangan wadah untuk dapat mengaspirasikan suaranya.

Page 10: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi
Page 11: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

PEMILU 1999

UU No. 3 Tahun 1985 UU No. 2 Tahun 1999

3 Partai Politik yang didirikan etnis Tionghoa menjelang Pemilu 1999:1. Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia2. Partai Reformasi Tionghoa Indonesia3. Partai Pembauran Indonesia

Beberapa calon wakil rakyat etnis Tionghoa membaur ke dalam berbagai partai nasional, dimana pembauran ini jauh lebih efektif dalam mendapatkan dukungan masyarakat.

Page 12: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

PEMILU 2004

• Pada tahun 2004 terjadi signifikasi daripada Pemilu-pemilu sebelumnya karena pada pemilu kali ini sudah tidak ada fraksi TNI-POLRI di DPR/MPR serta pemilihan kali ini merupakan pemilu langsung pertama

• Pada pemilu ini terjadi 2 tahap yakni pemilu legislatif dan pemilu capres-cawapres yang berlangsung selama 2 putaran semenetara pemilu legislatif berlangsung 1 putaran

• Pemilu 2004 juga merupakan pemilu perdana pasca orde baru yang tidak lagi memilih presiden dan wapres secara terpisah karena pada saat awal kampanye presiden sudah melakukan konsolidasi dengan calon wakil presiden pilihannya

• Isu-isu seperti kesetaraan jumlah gender dan juga rasial seperti jumlah repreentasi wanita di DPR/MPR sudah mulai diperbaiki dengan komposisi Pria & wanita (70%-30%)

Page 13: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Keterlibatan etnis Tionghoa dalam Pemilu 2004 mungkin kurang terlihat akibat “basic” dari etnis tionghoa yang umumnya berdagang sehingga kurang perduli dengan “percaturan politik” yang ada.

Sekalipun ada, etnis tionghoa yang menjadi calon legislatif umumnya berasal dari partai-partai agamais sementara keterwakilannya di partai-partai besar yang umunya nasionalis terlihat jarang mungkin akibat perbedaan pandangan politik yang ada.

Namun, ada beberapa tokoh tionghoa Yang masuk kabinet Kepresidenan seperti Kwik Kian Gie dari PDI-P (Meneg BUMN) serta Mar’I Eka Pangestu yang menjadi Menteri Perindsutrian dan Perdagangan berikutnya menjadi Menteri Perdagangan dalam era Presiden SBY.

Page 14: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

• Kwik Kian Gie mungkin salah satu tokoh tionghoa yang paling mencolok akibat keterlibatannya dalam memajukan BUMN Indonesia yang bebasdari imperialisme asing akan tetapi, banyak orang yang tidak setuju sehingga mencopot Kwik Kian Gie dari jabatannya

• Selain dari nasionalisme Kwik Kian Gie yang sangat tinggi, Pihak asing yang melihat Kwik Kian Gie sebagai “ancaman” terlihat dari langkah-langkah IMF yang terus menekan kabinet Presiden Megawati saat itu.

• Pada intinya, sedikit banyak rakyat Tionghoa memajukan Indonesia umumnya melalui perdagangan karena dasar pandangan politik mereka yang kurang terlihat kecualii beberapa orang seperti Kwik Kian Gie dan Mar’I Eka Pangestu

Page 15: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

PEMILU 2009

Dalam pemilu 2009, antusiame masyarakat Tionghoa dalam pemilu semakin besar.

Kebebasan bagi warga Tionghoa di masa ini lebih dapat tercapai dengan dikeluarkannya UU Kewarganegaraan No 12 Tahun 2006.

Lahir pula UU Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnik.

Banyak diantara etnis Tionghoa yang terjun langsung di beberapa partai.

Page 16: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

PENUTUP

Kesimpulan:

Partisipasi etnis Tionghoa dalam Partai Politik di

Indonesia sejak Masa Kolonial hingga era Reformasi menunjukkan bahwa sebuah sistem sosial mengalami dinamika sesuai dengan sistem politik yang berlaku.

Pada tiap masa, sejak zaman kolonial hingga era reformasi, sistem politik yang berlaku memiliki perbedaan. Interaksi dan interdependensi etnis Tionghoa dalam wadah partai politik sebagai bagian dari kemajemukan bangsa Indonesia tidak terlepas dari sistem pemerintahan yang berlaku serta keadaan sosial masyarakat yang terjadi kala itu.

Page 17: Partisipasi Etnis Tionghoa dalam Partai Politik di Indonesia Sejak Masa Kolonial hingga Era Reformasi

Sesi Tanya Jawab