7
Patogenesis dan Patofisiologi HIV 1. Patogenesis Awalnya terjadi perlekatan antara gp120 dan reseptor sel CD4, yang memicu perubahan konformasi pada gp120 sehingga memungkinkan pengikatan dengan koreseptor kemokin (biasanya CCR5 atau CXCR4). Setelah itu terjadi penyatuan pori yang dimediasi oleh gp41 (Mandal, 2008). Gambar 2.4. Patofisiologi HIV Sumber: Castillo, 2005

Patogenesis Dan Patofisiologi HIV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mm

Citation preview

Page 1: Patogenesis Dan Patofisiologi HIV

Patogenesis dan Patofisiologi HIV

1. Patogenesis

Awalnya terjadi perlekatan antara gp120 dan reseptor sel CD4, yang memicu perubahan konformasi pada gp120 sehingga memungkinkan pengikatan dengan koreseptor kemokin (biasanya CCR5 atau CXCR4). Setelah itu terjadi penyatuan pori yang dimediasi oleh gp41 (Mandal, 2008).

Gambar 2.4. Patofisiologi HIV

Sumber: Castillo, 2005

Setelah berada di dalam sel CD4, salinan DNA ditranskripsi dari genom RNA oleh enzim reverse transcriptase (RT) yang dibawa oleh virus. Ini merupakan proses yang sangar berpotensi

Page 2: Patogenesis Dan Patofisiologi HIV

mengalami kesalahan. Selanjutnya DNA ini ditranspor ke dalam nukleus dan terintegrasi secara acak di dalam genom sel pejamu. Virus yang terintegrasi diketahui sebagai DNA provirus. Pada aktivasi sel pejamu, RNA ditranskripsi dari cetakan DNA ini dan selanjutnya di translasi menyebabkan produksi protein virus. Poliprotein prekursor dipecah oleh protease virus menjadi enzim (misalnya reverse transcriptase dan protease) dan protein struktural. Hasil pecahan ini kemudian digunakan untuk menghasilkan partikel virus infeksius yang keluar dari permukaan sel dan bersatu dengan membran sel pejamu. Virus infeksius baru (virion) selanjutnya dapat menginfeksi sel yang belum terinfeksi dan mengulang proses tersebut. Terdapat tiga grup (hampi semua infeksi adalah grup M) dan subtipe (grup B domina di Eropa) untuk HIV-1 (Mandal, 2008).

2. Patofisiologi

Karena peran penting sel T dalam “menyalakan” semua kekuatan limfosit dan makrofag, sel T penolong dapat dianggap sebagai “tombol utama” sistem imun. Virus AIDS secara selektif menginvasi sel T penolong, menghancurkan atau melumpuhkan sel-sel yang biasanya megatur sebagian besar respon imun. Virus ini juga menyerang makrofag, yang semakin melumpuhkan sistem imun, dan kadang-kadang juga masuk ke sel-sel otak, sehingga timbul demensia (gangguan kapasitas intelektual yang parah) yang dijumpai pada sebagian pasien AIDS (Sherwood, 2001).

Gambar 2.5. Patogenesis HIV Sumber: Fauci, 2003

Page 3: Patogenesis Dan Patofisiologi HIV

Dalam tubuh ODHA, partikel virus bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada 3 Universitas Sumatera Utara

tahun pertama, 50% berkembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya berlangsung selama 8-10 tahun (Djoerban 2008).

Gambar 2.6. Gambaran waktu CD4 T-cell dan perubahan perkembangan virus berkesinambungan pada infeksi HIV yang tidak diterapi.

Sumber: Bennet, 2011

Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih merasa sehat, klinis tidak menunjukkan gejala, pada waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10 partikel setiap hari. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi kehancuran limfosit CD4 yang tinggi, untungnya tubuh masih bisa mengkompensasi dengan memproduksi limfosit CD4 sekitar 109 setiap hari.

Page 4: Patogenesis Dan Patofisiologi HIV

Patofis PCP

Pneumocytis carinii pneumonia (PCP) merupakan infeksi pada paru yang disebabkan oleh jamur

Pneumocystis carinii, sekarang dikenal dengan nama Pneumocystis jiroveci (Sisirawaty, 1989).

PCP merupakan infeksi oportunistik tersering pada infeksi HIV/AIDS. Lebih dari separuh (70-

80%) penderita AIDS mendapatkan paling sedikit satu episode PCP pada perjalanan klinis

penyakitnya. Cara penularan/transmisi pada manusia diduga melalui rute respirasi, dan

reservoirnya diduga bersumber dari lingkungan atau manusia lainnya (Wright, 1999).

Pneumocystis carinii terpapar

Menempel di sel epitel alveolar

sitokin

Deteksi dan clearance pathogen

Penderita HIV respon imun menurun deplesi sel efaktor imun (limfosit T)

jumlah sitokin yang mengaktivasi makrofag alveolar clearance

Pneumocystis carinii dan terjadi replikasi Pneumocystis carinii Pneumonia

(Wright, 1999)

Page 5: Patogenesis Dan Patofisiologi HIV

Patofis Dispepsia

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan (glenda, 2006)

(glenda, 2006)

Page 6: Patogenesis Dan Patofisiologi HIV

Daftar Pustaka

Bennett, Nicholas John. HIV Disease. 2011. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/211316-overview#showall. [diakses 23 September 2014].

Castillo, Richard. 2005. Cell-Mediated Deficiency. 2005. Available from: http://arapaho.nsuok.edu/~castillo/Cell-mediateddeficiency..html (diakses 23 september 2014].

Djoerban, Zubairi dan Djauzi, Samsuridjal, 2006. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo, Aru. W, dkk., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.IV jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Fauci, AS et al. 2003 .Acquired Immunodeficiency Syndrome. Harrison 15th edition. New York, McGraw-Hill Companies.

Glenda NL. Gangguan lambung dan duodenum. Patofisiologi. Edisi ke-6. EGC; 2006.h.417-19.Mandal, B.K & Wilkins, E.G.L. 2008. Lecture Notes : Penyakit Infeksi.(Edisi Keenam).Jakarta:

Penerbit Erlangga.Sherwood Lauralee, 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology: From cells

to systems). Edisi II. EGC. Jakarta.Sisirawaty, et al. Aspek Pneumocystis Carinii. Seminar Parasitologi Nasional V. 1989.Wright TW. Immune-mediated inflammation directly impairs pulmonary function, contributing

to the pathogenesis of Pneumocystis carinii pneumonia. J Clin Invest 1999;104:1307-17.