6
Workshop & Seminar NasionalGeomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta 1 Uji model fisik untuk memprediksi inisiasi rekahan pada perekahan hidrolik (Physical modeling to predict fracture initiation on hydraulic fracturing) Fredo Yolendra Kaswiyanto 1 , Irwandy Arif 1 , Ganda Marihot Simangunsong 1 1 Departemen Rekayasa Pertambangan, Institut Teknologi Bandung, Bandung 40132, Indonesia Sari Perekahan hidrolik atau hydraulic fracturing merupakan metoda yang umum digunakan untuk meningkatkan nilai permeabilitas pada batuan yang memiliki permeabilitas rendah dengan cara membuat rekahan baru pada masa batuan. Dalam perkembangannya, rekah hidrolik pun dapat digunakan untuk penentuan kondisi tegangan insitu pada batuan. Pada penelitian ini akan mencoba membahas teori yang berkembang bahwa rekahan yang timbul akibat penekanan secara internal pada perekahan hidrolik akan terjadi pada arah yang tegak lurus dengan sumbu tegangan utama minimum (Hubbert dan Willis, 1957). Penelitian ini akan membahas masalah tersebut menggunakan pendekatan pemodelan fisik. Pemodelan fisik yang dilakukan di laboratorium akan diberikan pembebanan secara polyaksial pada dua jenis material yaitu material transparan polyester resin dan campuran semen dan pasir. Penelitian ini telah membuktikan bahwa inisiasi rekahan pada perekahan hidrolik akan terbentuk pada sumbu arah tegangan maksimum. Kata-kata kunci: Hydraulic fracturing, uji model fisik, resin, semen dan pasir. Abstract Hydraulic fracturing is a pressure-induced fracture caused by injecting fluid into a target rock formation. In oil and gas industries, this method is commonly used to increase permeability by creating fractures in the formation that connect the reservoir and wellbore. Another purpose of hydraulic fracturing is to determine in-situ stresses. This research was performed in laboratory to validate fracture mechanism of hydraulic fracturing where fractures should be formed perpendicular to the minimum principal stress. Block samples with dimension of 25 cm x 25 cm x 25 cm were prepared in laboratory using two types of materials i.e. resin and concrete. Nozzle with diameter of 1 cm was mounted at the center of block samples to accommodate fluid injection. During the test, the block samples were given initial loads representing in-situ stress at three perpendicular directions. The initial loads were 12 MPa, 9 MPa and 6 MPa for resin block sample, and 3 MPa, 2 MPa and 1 MPa for concrete block sample. Fracture pressures (breakdown pressure) were obtained from the tests giving values of 15.6 MPa and 7.0 MPa for resin and concrete block samples, respectively. The fractures were observed approximately parallel to direction of maximum principal stress. The fracture initiation should begin at the perimeter of the injected hole, and the location has been confirmed similar with the laboratory test results where fracture generates parallel to direction of maximum principal stress. Keywords: Hydraulic fracturing, Laboratory test, Polyaxial loading, Finite element methods, Failure criterion. *Penulis untuk korespondensi (corresponding author): E-mail: [email protected] Tel: +62-22-2509999, Faksimil: +62-22-2509998 I. PENDAHULUAN Prediksi arah rekahan pada aktivitas perekahan hidrolikdalam kaitannya untuk peningkatan permeabilitas merupakan hal yang penting untuk diketahui agar rekahan dapat terjadi secara optimal. Keberhasilan pelaksanaan hydraulic fracturing untuk meningkatkan permeabilitas tidak hanya dipengaruhi oleh parameter terkontrol seperti viskositas fluida dan debit injeksi fluida, tetapi juga dipengaruhi oleh parameter tak terkontrol, seperti karakteristik masa batuan, orientasi tegangan utama dan kondisi tegangan in-situ. Karena orientasi rekahan merupakan fungsi dari tegangan insitu, maka pengetahuan akan kondisi tegangan insitu penting untuk diketahui. Rekah hidrolik bila dilakukan dengan prosedur tambahan, juga dapat digunakan untuk mengukur tegangan insitu pada suatu lokasi yang mempunyai kedalaman yang besar(Haimson & Fairhurst, 1967), (Von Schoenfeld 1970). Rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku tegangan pada aktivitas perekahan hidrolik skala laboratorium dalam kaitannya untuk penentuan arah rekahan yang terjadi pada perimeter lubang bor berdasarkan segala keterbatasan yang ada. Batasan pada pelaksanaan pengujian laboratoriumadalah model fisik akan dikenakan tegangan secara polyaksial,σ1 ≠ σ2 ≠ σ3 dan σ1> σ2> σ3.

PB-02

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pertambangan Umum

Citation preview

  • Workshop & Seminar NasionalGeomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    1

    Uji model fisik untuk memprediksi inisiasi rekahan pada perekahan

    hidrolik

    (Physical modeling to predict fracture initiation on hydraulic fracturing)

    Fredo Yolendra Kaswiyanto1, Irwandy Arif1, Ganda Marihot Simangunsong1

    1Departemen Rekayasa Pertambangan, Institut Teknologi Bandung, Bandung 40132, Indonesia

    Sari Perekahan hidrolik atau hydraulic fracturing merupakan metoda yang umum digunakan untuk meningkatkan nilai permeabilitas pada batuan yang memiliki permeabilitas rendah dengan cara membuat rekahan baru pada masa batuan. Dalam perkembangannya, rekah hidrolik pun dapat digunakan untuk penentuan kondisi tegangan insitu pada batuan. Pada

    penelitian ini akan mencoba membahas teori yang berkembang bahwa rekahan yang timbul akibat penekanan secara internal pada perekahan hidrolik akan terjadi pada arah yang tegak lurus dengan sumbu tegangan utama minimum (Hubbert dan Willis, 1957). Penelitian ini akan membahas masalah tersebut menggunakan pendekatan pemodelan fisik. Pemodelan fisik yang dilakukan di laboratorium akan diberikan pembebanan secara polyaksial pada dua jenis material yaitu material transparan polyester resin dan campuran semen dan pasir. Penelitian ini telah membuktikan bahwa inisiasi rekahan pada perekahan hidrolik akan terbentuk pada sumbu arah tegangan maksimum. Kata-kata kunci: Hydraulic fracturing, uji model fisik, resin, semen dan pasir.

    Abstract Hydraulic fracturing is a pressure-induced fracture caused by injecting fluid into a target rock formation. In oil and gas industries, this method is commonly used to increase permeability by creating fractures in the formation that connect the reservoir and wellbore. Another purpose of hydraulic fracturing is to determine in-situ stresses. This research was performed in laboratory to validate fracture mechanism of hydraulic fracturing where fractures should be formed perpendicular to the minimum principal stress. Block samples with dimension of 25 cm x 25 cm x 25 cm were prepared in laboratory using two types of materials i.e. resin and concrete. Nozzle with diameter of 1 cm was mounted at the center of block samples to

    accommodate fluid injection. During the test, the block samples were given initial loads representing in-situ stress at three perpendicular directions. The initial loads were 12 MPa, 9 MPa and 6 MPa for resin block sample, and 3 MPa, 2 MPa and 1 MPa for concrete block sample. Fracture pressures (breakdown pressure) were obtained from the tests giving values of 15.6 MPa and 7.0 MPa for resin and concrete block samples, respectively. The fractures were observed approximately parallel to direction of maximum principal stress. The fracture initiation should begin at the perimeter of the injected hole, and the location has been confirmed similar with the laboratory test results where fracture generates parallel to direction of maximum principal stress. Keywords: Hydraulic fracturing, Laboratory test, Polyaxial loading, Finite element methods, Failure criterion.

    *Penulis untuk korespondensi (corresponding author): E-mail: [email protected] Tel: +62-22-2509999, Faksimil: +62-22-2509998

    I. PENDAHULUAN Prediksi arah rekahan pada aktivitas perekahan

    hidrolikdalam kaitannya untuk peningkatan

    permeabilitas merupakan hal yang penting untuk

    diketahui agar rekahan dapat terjadi secara optimal.

    Keberhasilan pelaksanaan hydraulic fracturing untuk

    meningkatkan permeabilitas tidak hanya dipengaruhi

    oleh parameter terkontrol seperti viskositas fluida

    dan debit injeksi fluida, tetapi juga dipengaruhi oleh parameter tak terkontrol, seperti karakteristik masa

    batuan, orientasi tegangan utama dan kondisi

    tegangan in-situ.

    Karena orientasi rekahan merupakan fungsi dari

    tegangan insitu, maka pengetahuan akan kondisi

    tegangan insitu penting untuk diketahui. Rekah

    hidrolik bila dilakukan dengan prosedur tambahan,

    juga dapat digunakan untuk mengukur tegangan

    insitu pada suatu lokasi yang mempunyai kedalaman

    yang besar(Haimson & Fairhurst, 1967), (Von

    Schoenfeld 1970).

    Rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk

    mengetahui perilaku tegangan pada aktivitas

    perekahan hidrolik skala laboratorium dalam

    kaitannya untuk penentuan arah rekahan yang terjadi

    pada perimeter lubang bor berdasarkan segala keterbatasan yang ada.

    Batasan pada pelaksanaan pengujian

    laboratoriumadalah model fisik akan dikenakan

    tegangan secara polyaksial,1 2 3 dan 1> 2> 3.

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    2

    II. PENGUJIAN MODEL FISIK Pengujian model fisik yang dilakukan menggunakan

    dua buah material yaitu resin dan semen. Pengujian

    dilakukan di Laboratorium Geomekanika dan

    Peralatan Tambang Jurusan Teknik Pertambangan, Institut Teknologi Bandung. Model akan diberikan

    pembebanan secara polyaksial dan diberikan

    penekanan secara hidrolik pada lubang uji yang telah

    dibuat yang berada di tengah-tengah model. Lebih

    jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

    Gambar 1.Skema Eksperimental

    2.1 Apparatus Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini terdiri

    dari:

    1. Pompa hidrolik elektrik yang mampu memberikan debit penekanan secara konstan

    2. Dua buah piston penekanan pada arah horizontal. 3. Alat uji penekanan Hung-Ta untuk memberikan

    penekanan yang searah lubang uji

    4. Pressure transducer dan perangkat lunak Personal Daq View

    2.2 Pengujian Material Resin Material polyester-resin dipilih karena materialnya

    yang transparan, sehingga diharapkan rekahan yang

    terjadi dapat diamati dengan baik. Material resin yang

    digunakan ini merupakan material dimana karakteristik

    kekuatan materialnya sangat bergantung terhadap suhu. Pada suhu rendah material ini akan memiliki

    karakteristik getas (brittle) tetapi pada suhu ruangan

    material ini memiliki karakteristik ductile. Karena

    model polyester-resin diharapkan dapat pecah oleh

    tekanan hidrolik, maka model diharapkan dapat

    berperilaku getas. Untuk itu model fisik

    polyester-resin di diamkan pada suhu yang rendah di

    lemari pendingin bersuhu 7o celcius selama 14 hari

    sebelum pengujian rekah hidrolik dilaksanakan.

    Karena karakteristiknya yang sangat bergantung

    terhadap suhu tersebut, terdapat kesulitan untuk

    menguji sifat fisik dan mekanik yang benar-benar merepresentasikan karakteristik material pada saat

    dilakukan pengujian rekah hidrolik pada suhu yang

    sama. Dengan tidak diketahuinya karakteristik fisik

    dan mekanik material resintersebut, maka pengujian

    ini hanya dilakukan untuk memberikan analisis

    orientasi arah rekahan akibat pembebanan secara

    polyaksial tanpa dilakukan analisa tegangan. Blok model fisik resin berbentuk kubus dengan

    panjang sisi 25cm dengan lubang uji penekanan

    sepanjang 7cm. Panjang nozzle penghubung ke pompa

    hidrolik adalah 12 cm dan yang masuk ke dalam blok

    model sepanjang 8cm. Diameter nozzle adalah 10 mm.

    Geometri blok model resindapat dilihat pada gambar 2.

    Gambar 2.Blok model Polyester-Resin

    Pemberian pembebanan polyaksial pada model resin

    adalah 12 MPa, 9 MPa dan 6 MPa untuk tegangan

    maksimum, intermediet dan minimum (gambar 3).

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    3

    Gambar 3.Pelaksanaan pengujian rekah hidrolik untuk

    material Polyester-Resin

    Pada gambar 4 hingga gambar 6terlihat hasil rekahan

    yang terjadi. Rekahan pada blok fisik resin akibat

    penekanan hidrolik terjadi pada saat tekanan pompa

    sebesar 15.6 MPa. Hasil rekahan sesuai dengan teori

    yang dikemukakan oleh Hubbert, 1957 yaitu rekahan

    terjadi pada arah tegangan terbesar, yaitu pada arah 1. Karena tegangan maksimum (1) dan tegangan minimum (3) pada bidang yang tegak lurus dengan lubang uji diketahui dan tidak terdapat tekanan pori

    pada material tersebut sehingga P0 sama dengan 0, maka menurut persamaan (7) dapat diketahui kuat tarik

    material polyester-resin berdasarkan uji rekah hidrolik

    adalah sebagai berikut:

    1 = 3 3 Pc P0 + t 12 MPa = 3(6 MPa) 15.6 MPa 0 + t t = 12 MPa 18 MPa +15.6 MPa

    t = 9.6 MPa

    Gambar 4.Arah rekahan bila dilihat pada arah sumbu lubang

    uji penekanan atau sumbu minimum (3) dari atas

    Gambar 5.Arah rekahan bila dilihat pada arah sumbu

    tegangan intermediet (2)

    Gambar 6.Arah rekahan bila dilihat pada arah sumbu

    tegangan maksimum (1)

    Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui bahwa

    kuat tarik material polyester-resin yang digunakan

    pada saat pengujian memiliki nilai kuat tarik sebesar

    9.6 MPa.

    Kurva data tekanan hidrolik berdasarkan waktu dapat

    terlihat pada gambar 7.Dari grafik tersebut terlihat

    bahwa terdapat beberapa perubahan kecepatan debit penekanan yang terjadi akibat karakteristik material

    walaupun tidak dilakukan perubahan debit pada alat

    pompa rekah hidrolik elektrik.

    12 MPa

    9 MPa

    6 MPa

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    4

    Gambar 7.Grafik data tekanan hidrolik terhadap waktu ketika pengujian material Polyester-Resin

    Tabel 1. Hasil pengujian sifat mekanik material semen dan pasir

    Pengujian Hasil Pengujian Keterangan

    Parameter Value Units

    Uji UCS Kuat Tekan c 33.48 MPa

    Modulus Young E 5863.93 MPa

    Poisson Ratio 0.28

    Uji

    Brazillian

    Kuat Tarik t 2.78 MPa Kekuatan tarik tidak langsung

    Uji

    Triaksial

    Kohesi C 4.52 MPa

    Sudut Gesek Dalam 49.61

    2.3 Pengujian material Pasir dan Semen Material campuran semen dan pasir dipilih karena

    dapat merepresentasikan kondisi batuan alami,

    sehingga dapat dilakukan analisa tegangan. Pasir yang

    digunakan menggunakan pasir yang telah dilakukan

    pengayakan, dengan perbandingan semen dan pasir

    adalah 1:1 dan dikeringkan selama lebih dari 28 hari.

    Blok model campuran semen dan pasir yang digunakan memiliki geometri yang sama dengan

    model polyester-resin, yaitu kubus dengan panjang sisi

    25 cm. Nozzle yang digunakan sebagai penghubung

    dengan pompa hidrolik elektrik yang digunakan juga

    memiliki dimensi yang sama dengan model

    polyester-resin sebelumnya, yaitu sepanjang 12 cm.

    Bentuk model fisik dan dimensinya dapat dilihat pada

    gambar 8.

    Pengujian karakteristik fisik dan mekanik yang

    dilakukan antara lain pengujian sifat fisik, uji

    Unconfined Compressive Strength (UCS), Uji

    Brazillian dan Uji Triaksial. Hasil pengujian karakteristik fisik dan material dapat dilihat pada tabel

    1.

    Gambar 8.Blok model campuran Semen dan Pasir

    Pemberian pembebanan polyaksial pada model fisik

    campuran semen dan pasir yaitu nilai 1 adalah

    sebesar 3 kali dari 3, dan nilai 2 berada diantaranya.

    Perbandingan antara 1 dan 3 ini dipilih karena pada kondisi seperti ini akan memberikan tegangan

    tangensial pada arah tegangan utama maksimum

    memiliki nilai 0, maka diharapkan tekanan pecah atau pressure breakdown (Pc) akan memiliki nilai yang

    sama dengan nilai kuat tarik material tersebut. Nilai 1

    yang dipilih adalah 3 MPa, sehingga nilai 3 adalah

    sebesar 1 MPa dan 2 sebesar 2 MPa (gambar 9).

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

    Pre

    ssu

    re (M

    Pa)

    Time (s)

    hifrac

  • Workshop & Seminar Nasional Geomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    5

    Pengujian yang dilakukan diberikan kecepatan debit

    penekanan yang konstan, yaitu 0.016 MPa/detik.

    Penekanan berhenti ketika tekanan pada hidrolik turun

    karena cairan sudah melewati batas luar blok model

    semen. Penekanan berhenti saat tekanan maksimum

    sebesar 7.0 MPa dengan waktu 429 detik. Bentuk

    rekahan dan arah pembebanan dapat dilihat pada

    gambar 10. Grafik tekanan hidrolik terhadap waktu saat pengujian dapat dilihat pada gambar 20.

    Bila dilakukan analisa balik, dapat diketahui kekuatan

    tarik batuan berdasarkan pengujian rekah hidrolik.

    Kekuatan tarik material berdasarkan hasil pengujian

    rekah hidrolik di laboratorium adalah sebagai berikut:

    1 = 3 3 Pc P0 + t 3 MPa = 3(1 MPa) 7 MPa 0 + t

    t = 7 MPa

    Gambar 9.Pelaksanaan pengujian rekah hidrolik untuk

    material semen dan pasir

    Pada pengujian yang dilakukan terdapat perbedaan

    terhadap teori yang disebutkan sebelumnya. Kekuatan

    tarik material berdasarkan hasil uji kuat tarik tak

    langsung Brazillian adalah 2.78 MPa, sedangkan kuat

    tarik hasil uji rekah hidrolik adalah sebesar 7 MPa. Hal

    ini menunjukan terdapat faktor lainnya selain kondisi

    tegangan tangensial saja yang mempengaruhi nilai

    tekanan pecah pada kegiatan rekah hidraulik pada

    skala laboratorium yang telah dilakukan.

    Gambar 10.Arah pembebanan pada material semen dan pasir

    dan rekahan yang terbentuk

    Arah rekahan yang terjadi seperti pada gambar 19

    memiliki arah yang tegak lurus dengan arah tegangan

    minimum. Hal ini sesuai dengan hasil yang didapatkan

    pada pengujian sebelumnya yaitu pada material

    resindansesuai pula dengan teori yang dikemukakan

    oleh Hubbert, 1957 yang menyatakan bahwa rekahan

    yang terjadi pada kegiatan hydraulic fracturing akan tegak lurus terhadap arah tegangan minimum.

    Gambar 11.Grafik data tekanan hidrolik terhadap waktu ketika pengujian material Semen dan Pasir

    Gambar 12.

    -1

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    0 100 200 300 400 500

    Pre

    ssu

    re (M

    Pa)

    Time (s)

    Pressure vs Time

    3 MPa

    1 MPa

    2 MPa

  • Workshop & Seminar NasionalGeomekanika III WSNG III 16-17 Februari 2015, Jakarta

    6

    III. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

    1. Pengujian rekah hidrolik menggunakan material polyester-resin dan material semen dapat

    memberikan orientasi arah rekahan yang sesuai

    dengan teori Hubbert, 1957 arah bahwa rekahan

    pada aktifitas hydraulic fracturing akan terjadi

    pada arah tegangan utama maksimum.

    2. Pengujian rekah hidrolik yang menggunakan material semen dan pasir di laboratorium

    memberikan nilai pressure breakdown (Pc) yang lebih besar dari nilai perhitungan yang

    menggunakan persamaan tegangan pada rekah

    hidrolik oleh Aggson dan Kim, 1987.

    3. Nilai kuat tarik material hasil pengujian rekah hidrolik memberikan nilai yang lebih besar dari

    nilai pengujian kuat tarik tak langsung pada uji

    Brazillian.

    DAFTAR PUSTAKA Aadnoy, B.S., Looyeh, R. (2010) : Petroleum Rock

    Mechanics, Drilling Operation and Well Design. Gulf Professional Publishing.

    Adachi, J., Siebrits, E., Peirce, A., Desroches, J. (2007) : Computer simulation of hydraulic fracturing. International Journal of Rock Mechanics & Mining Sciences, Vol. 44. pg. 739757

    Aggson, J.R., Kim, K. (1987) : Analysis of hydraulic fracturing pressure history: A Comparison of five methods used to identify shut-in pressure. International Journal of Rock Mechanics and Mining Science & Geomechanics. Vol. 24. p75-80.

    Amadei, B., Stephansson, O. (1997) : Rock Stress and Its Measurement. Chapman and Hall, London, p. 490.

    Arif, I. (1993) : Penentuan tekanan pembukaan kembali rekahan batuan pada pengukuran tegangan insitu

    dengan metoda Hydraulic Fracturing. Buletin PPPTM Vol.15.

    Arif, I. (t.d.) : Diktat Mata Kuliah TA 733 Pemodelan Struktur Alamiah. Program Studi Rekayasa Pertambangan, Program Pasca Sarjana. Institut Teknologi Bandung.

    De, S. (t.d.) : Constant Strain Triangle. MANE 4240 & CIVL 4240 Introduction to Finite Element, Lectures Note.

    De, S. (t.d.) : FEM Discretization of 2D Elasticity. MANE 4240 & CIVL 4240 Introduction to Finite Element, Lectures Note.

    Gramberg, J. (1989) : A Non-Conventional View on Rock Mechanics and Fracture Mechanics. A.A.Balkema/Rotterdam/Brookfield.

    Hamidi, F., Mortazavi, A. (2012) : Three Dimensional Modeling of Hydraulic Fracturing Process in Oil

    Reservoirs. American Rock Mechanics Association. Hubbert, M.K., Willis, D.G. (1957) : Mechanics of

    Hydraulic Fracturing. Journal of Petroleum Technology, Society of Petroleum Engineers.

    Misich, I. (1997) : Subsidence Prediction and Mine Design for Underground Coal Mining in The Collie Basin. Dissertation, Curtin University of Technology.

    Nikishkov, G. P. (2001) : Introduction to the Finite Element

    Nethod. Lecture Notes, UCLA. Shimizu, H., Chijimatsu, M., Fujita, T., Ishida, T., Koyama,

    T., Murata, S., Nakama, S. (2011) : Distinct Element Modeling for Class II Behavior of Rock and Hydraulic Fracturing. International Journal of the JCRM vol.7 pp.33-36

    Wu, R. (2006) : Some Fundamental Mechanisms of

    Hydraulic Fracturing. Dissertation, Georgia Institute of Technology.