19
Etika Profesi Kedokteran dan Hak Pasien Christian Adiputra Wijaya 102011045 C4 Email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6, Jakarta 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 P endahuluan Kedokteran adalah suatu ilmu dan seni yang mempelajari tentang penyakit dan cara-cara penyembuhannya. Ilmu kedokteran adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang cara mempertahankan kesehatan manusia dan mengembalikan manusia pada keadaan sehat dengan memberikan pengobatan pada penyakit dan cedera. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem tubuh manusia dan penyakit serta pengobatannya, dan penerapan dari pengetahuan tersebut. Profesi kedokteran adalah struktur sosial dan pekerjaan dari sekelompok orang yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu kedokteran.Dalam suatu profesi, 1

PBL 30 Skenario 5 Chris

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asdasd

Citation preview

Page 1: PBL 30 Skenario 5 Chris

Etika Profesi Kedokteran dan Hak Pasien Christian Adiputra Wijaya

102011045

C4

Email : [email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No.6, Jakarta 11510

Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

P endahuluan

Kedokteran adalah suatu ilmu dan seni yang mempelajari tentang penyakit dan cara-cara

penyembuhannya. Ilmu kedokteran adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari tentang cara

mempertahankan kesehatan manusia dan mengembalikan manusia pada keadaan sehat dengan

memberikan pengobatan pada penyakit dan cedera. Ilmu ini meliputi pengetahuan tentang sistem

tubuh manusia dan penyakit serta pengobatannya, dan penerapan dari pengetahuan tersebut.

Profesi kedokteran adalah struktur sosial dan pekerjaan dari sekelompok orang yang

dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu kedokteran.Dalam suatu

profesi, perlu adanya norma yang mengatur segala aspek dalam profesi tersebut. Kode etik

profesi ini pada dasarnya mengatur hubungan antara profesional (orang yang menguasai suatu

bidang profesi), dengan klien (pihak yang menggunakan jasa profesional).Ada pesan moral dan

tanggung jawab bagi yang menjalankan kode etik profesi ini.

Kode etik profesi tidak bersifat statis.Selalu ada perubahan ke arah yang lebih

baik.Perubahan ini dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan.Pemerintah

atau organisasi yang terkait, bisa melakukan perubahan dengan konvensi dari seluruh profesional

bidang profesi.Tapi ada kalanya etika profesi dilanggar.Hal ini biasanya dilakukan oleh para

1

Page 2: PBL 30 Skenario 5 Chris

profesional yang kurang baik dalam memberikan jasa pada klien mereka.Sangsi untuk

pelanggaran ini dapat berupa sangsi moral dari masyarakat, atau bisa menjadi hukuman pidana.1

S kenario

Seorang pasien berusia 62 tahun datang kerumah sakit dengan karsinoma kolon yang

telah terminal.Pasien masih cukup sadar berpendidikan cukup tinggi.Ia memahami benar posisi

kesehatanya dan keterbatasan kemampuan ilmu kedokteran saat ini.Ia juga memiliki pengalaman

pahit sewaktu kakaknya menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan peralatan bermacam-macam

tampak sangat menderita, dan alat-alat tersebut tampaknya hanya memperpanjang

penderitaannya saja.Oleh karena itu ia meminta kepada dokter apabila dia mendekati ajalnya

agar menerima terapi yang minimal saja (tanpa antibiotika, tanpa peralatan ICU dll), dan ia ingin

mati dengan tenang dan wajar.Namun ia tetap setuju apabila ia menerima obat-obatan

penghilang rasa sakit bila memang dibutuhkan.

Pembahasan

Etika Kedokteran

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu sikap

dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas.Penilaian baik buruk

dan benar salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika yang cukup banyak

jumlahnya.

Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan bahawa untuk mencapai suatu keputusan

etik diperlukan empat kaidah dasar moral (moral principle) dan beberapa rules

dibawahnya.Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah1 ;

Prinsip otonomi: yaitu prinsip moral menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi

pasien (the rights to self-determination). Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan

doktrin informed consent.

2

Page 3: PBL 30 Skenario 5 Chris

Prinsip beneficence: iaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke

kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan sahaja,

melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar dari sisi buruknya

(mudharat).

Prinsip non-maleficence: yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk

keadaan pasien. Prinsip ini dikenal juga sebagai “primum non nocere” atau “above all do no

harm”.

Prinsip justice: iaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap

maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).1

Sedangkan rules derivatnya adalah veracity(berbicara dengan benar,jujur,terbuka),

privacy(menghormati hak privasi pasien), confidentiality(menjaga kerahsiaan pasien), dan

fidelity(loyalitas dan keeping promises).

Aspek Hukum

Sanksi Hukum Pidana

Pasal 359 KUHP

Barangsiapa karena kelalainnya menyebabkan matinya orang lain , diancam dengan pidana

penjarapaling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun

Pasal 360 KUHP

(1) Barangsiapa karena kelalainnya menyebabkan orang lain menderita luka berat,diancam

dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun

(2) Barangsiapa karena kelalaiannya menyebabkan orang lain luka sedemikian rupa sehingga

menderita sakit untuk sementara waktu atau tidak dapat menjalankan jabatan atau

perkejaannya selama waktu tertenu diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan

bulan atau pidana kurungan enam bulan atau denda paling tinggi empat ribu lima ratus

rupiah1,2

SANKSI HUKUM PERDATA

3

Page 4: PBL 30 Skenario 5 Chris

Pasal 1338 KUH Perdata

(1) Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.

(2) Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau

karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

(3) Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik2

Pasal 1365, 1366 dan 1370 KUHP Perdata dan UU Kesehatan 54 dan 55 mencantumkan

mengenai sanksi terhadap kerugian yang disebabkan oleh kelalaian.

Pasal 1365 KUH Perdata

Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,mewajibkan

orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.2

Pasal 1366 KUH Perdata

Setiap orang bertanggung jawab tidak saja atas kerugian yang disebabkan karena perbuatannya ,

tetapi juga atas kerugian yang disebabkan karena kelalainnnya ataukurang hati – hatinya 2

Pasal 1370 KUH Perdata

Dalam hal pembunuhan (menyebabkan matinya orang lain ) dengan sengaja atau kurang hati –

hatinya seseorang, maka suami dan istri yang ditinggalkan, anak atau korban orang tua yang

biasanya mendapat nafkah dari pekerjaan korban mempunyai hakuntuk menuntut suatu ganti

rugi, yang harus dinilai menurut kedudukanya dan kekayaan kedua belah pihak serta menurut

keadaan .2

Pasal 54 UU Kesehatan

(1) Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan

profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.

(2) Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.2

4

Page 5: PBL 30 Skenario 5 Chris

(3) Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja MDTK ditetapkan oleh

Keppres.

Pasal 53 Undang-Undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

(1) Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakantugas sesuai

dengan profesinya.

(2) Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk memenuhi standar profesi

dan mengormati hak pasien.

(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medisterhadap

seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yangbersangkutan.

(4) Ketentuan mengenai standar profesi dan hak – hak pasien sebagaimana dimaksud dalam Ayat

(2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.2

Pasal 55 UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga

kesehatan.2

Pasal 344 KUHP membicarakan sanksi terkait euthanasia:

Pasal 344 KUHP

Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang paling jelas

dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas

tahun.2

ASPEK MEDIKOLEGAL

INFORMED CONSENT

Informasi dalam lingkup medis sangat penting bagi memberi peluang kepada pasien

untuk mengetahui tentang status sebenar kesehatan diri dan tindakan yang akan dilakukan

terhadap pasien. Para professional dalam pelayanan kesehatan perlu meningkatkan perhatian

5

Page 6: PBL 30 Skenario 5 Chris

terhadap pentingnya informed consent sebagai sebagian dari prosedur pengobatan atau clinical

trial.

Informed Consent adalah suatu persetujuan mengenai tindakan kedokteran yang akan

dilakukan oleh dokter terhadap pasien. Persetujuan boleh dalam bentuk lisan maupun tertulis.

Informed consent ini juga merupakan sebagian dari prosese komunikasi antara dokter-pasien

tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan. Formulir informed consent merupakan

tanda bukti yang disimpan dalam arsip rekam medis pasien.1

Dalam Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran, telah diatur tentang Informed Consent ini pada Pasal 45 tentang “Persetujuan

Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi” yang isinya antara lain: 1

1. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter

gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat

penjelasan secara lengkap.

3. Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup:

diagnosis dan tata cara tindakan medis.

tujuan tindakan medis yang dilakukan.

alternative tindakan lain dan resikonya.

risikonya dan komplikasi yang mungkin terjadi.

prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan baik secara tertulis maupun

lisan. 

5. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung risiko tinggi harus

diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan

persetujuan. 

Dalam penjelasan atas UU Nomor 29 Tahun 2004 tersebut disebutkan bahwa pada

prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adalah pasien

yang bersangkutan. Namun, apabila pasien yang bersangkutan berada di bawah pengampuan,

6

Page 7: PBL 30 Skenario 5 Chris

persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan oleh keluarga terdekat antara lain

suami/istri/ibu kandung, anak-anak kandung atau saudara-saudara kandung. 1.2

Jika sesuatu tindakan medis dilakukan tanpa izin pasien, ia digolongkan sebagai tindakan

penganiayaan berdasarkan KUHP Pasal 351 ( trespass, battery, bodily assault).Menurut Pasal 5

Permenkes No 290 / Menkes / PER / III / 2008, sebelum dimulai tindakan (1), persetujuan

tindakan kedokteran dapat dibatalkan oleh yang memberi persetujuan dan pembatalan tersebut

harus secara bertulis oleh yang memberi persetujuaan (2).2

Elemen-elemen yang terdapat dalam informed consent adalah penjelasan mengenai:

penyakit dan atau tindakan yang akan dilakukan.

Harapan dari tindakan dan prognosisnya.

Alternative tindakan dan tingkat harapan serta keberhasilannya.

Resiko, komplikasi dan biaya.

Dokter hanya boleh bertindak melebihi yang telah disepakati apabila gawat-darurat dan

butuh waktu yang singkat.

Seperti yang terjadi dalam kasus ini pula, telah terjadinya informed consent antara dokter

kepada pasien mengenai keadaan dirinya. Namun, sekiranya terjadi kurang komunikasi antara

keluarga pasien mengenai keadaan dirinya yang sebenar, dokter dapat dicurigai telah melakukan

kelalaian dan pembiaran dalam merawat pasien tersebut sehingga dapat dituntut di peradilan.

Dokter harus bertanggungjawab terhadap perbuatannya jika terdapat kasus yang berunsur

kelalaian dari pihak dokter. Dari pihak pasien pula, perlu adanya bukti yang kukuh terhadap

kelalaian tersebut jika mahu menuntut. Jika hal tersebut adalah resiko dari tindakan yang telah

dinyatakan dalam informed consent, maka penuntutan tidak boleh dilakukan.

Hak pasien

WMA telah mengeluarkan Declaration of Lisbon on the Rights of the Patient (1991) yang

menyatakan hak pasien adalah sebagai berikut:1

1. Hak memilih dokter secara bebas.

7

Page 8: PBL 30 Skenario 5 Chris

2. Hak dirawat oleh dokter yang bebas dalam membuat keputusan klinis dan etis.

3. Hak untuk menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi yang

adekuat.

4. Hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya.

5. Hak untuk mati secara bermartabat.

6. Hak untuk menerima atau menolak dukungan spiritual atau moral.

UU Kesehatan pula menyebutkan beberapa hak pasien yaitu:1

1. Hak atas informasi.

2. Hak atas second opinion.

3. Hak untuk memberi persetujuan atau menolak suatu tindakan medis.

4. Hak untuk kerahasiaan.

5. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

6. Hak untuk memperoleh ganti rugi apabila ia dirugikan akibat kesalahan tenaga kesehatan.

Selain itu, UU Praktik Kedokteran menyatakan hak pasien sebagai berikut:3

1. Hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis (Pasal 45 ayat

(3)). Penjelasan sekurang-kurangnya meliputi diagnosis, tatacara tindakan, tujuan tindakan

medis yang bakal dilakukan, alternatif tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi

yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.

2. Hak untuk meminta pendapat dokter lain.

3. Hak mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis.

4. Hak untuk menolak tindakan medis.

5. Hak untuk mendapatkan isi rekam medis.

KODE ETIK KEDOKTERAN

KEWAJIBAN UMUM

Pasal 7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri

kebenarannya.1

(1) Pasal 7a

8

Page 9: PBL 30 Skenario 5 Chris

Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang

kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang

(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.1

(2) Pasal 7c

Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga

kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien1

(3) Pasal 7d

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani.1

Keterangannya:

Segala perbuatan dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan

kebahagiannya. Dengan sendirinya ia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan

manusia.

Hal ini berarti, menurut Kode Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan:

1. Menggugurkan kandungan (abortus provocatus)

2. Mengakhiri kehidupan seseorang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh

lagi (euthanasia).

Pada suatu saat seorang dokter mungkin mengalami penderitaan yang tidak tertahankan,

seperti pada kasus ini, kanker dalam stadium terminal. Orang yang berpendirian pro euthanasia

dalam butir c, akan mengajukan supaya pasien diberikan morfin dalam dosis letal supaya ia

bebas dari penderitaan yang berat itu.Sebaliknya, mereka yang kontra euthanasia seperti

masyarakat Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam dan percaya ada kekuasaan mutlak

dari Tuhan Yang Maha Esa berpendirian bahwa tindakan sedemikian rupa sama dengan

pembunuhan.Maka dengan itu, dokter harus mengerahkan segala ilmu dan kemampuannya untuk

meringankan dan memelihara hidup, akan tetapi tidak untuk mengakhirinya.4

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

9

Page 10: PBL 30 Skenario 5 Chris

Pasal 10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya

untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau

pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada dokten yang

mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.4

Penjelasan:

a. Sikap

Bersikap tulus ikhlas sangat diperlukan dalam menolong pasien karena sikap ini

memberika ketenangan dan kejernihan dalam berfikir dan teliti dalam bertindak. Ia juga dapat

menenangkan pasien.

Apabila disertai dengan keramah tamahan dalam menyambut pasien, ia akan secara

sukarela dan spontan menyerahkan dirinya untuk diperiksa dan bersikap terbuka untuk

menjawab hal-hal yang perlu diketahui dokter dalam menunjang penegakan diagnosa dan terapi

yang tepat.

b. Rujukan pasien

Seorang dokter umum atau spesialis harus mengetahui akan batas pengetahuan dan

kemampuannya. Pada suatu ketika ia akan berada di perbatasan itu, maka pada saat itulah dokter

yang ahli dalam penyakit yang sedang dihadapinya.

Sebaliknya di kota-kota besar dimana terdapat aneka ragam spesialis berpraktek, seorang

dokter umum harus berusaha jangan menjadi perantara saja antara pasien dengan dokter

spesialis. Dengan itu, tibalah kita pada seal konsultasi dan hubungan antara dokter umu dan

dokter spesialis.

c. Konsultasi

10

Page 11: PBL 30 Skenario 5 Chris

Konsultasi ialah hal yang sangat penting dalam hubungan antara kolega/sejawat. Tidak

jarang pada waktu itu terjadi kesalah-pahaman dan timbul perasaan tersinggung. Untuk

memperkecil kemungkinan tersebut baiklah diperhatikan hal-hal berikut:

(1) Usul untuk mengadakan konsultasi sebaiknya datang dari dokter yang pertama-tama

menangani penyakitnya, terdorong oleh keinsyafan atas batas kemampuannya atau merasa

pasien atau keluarganya menginginkan konsultasi. Sekiranya pasien mengutarakan

keinginannya untuk konsultasi, adalah menjadi hak pasien untuk memilih konsulen yang ia

kehendaki.

(2) Pemeriksaan oleh konsulen di rumah pasien sebaiknya dihadiri oleh dokter pertama yang

terlebih dahulu memberikan keterangan dan pendapat pasien, agar setelah itu, mereka dapat

melakukan pertukaran pendapat dan diskusi.

(3) Pengiriman pasien ke tempat praktek spesialis harus disertai dengan surat keterangan yang

diisi dalam sampul tertutup.

(4) Dokter spesialis konsulen mengirimkan kembali pasien disertai pendapatnya secara bertulis

dalam sampul tertutup pula, kecuali jika telah disepakati bahwa konsulen akan meneruskan

pengobatannya sampai sembuh.

(5) Konsulen tidak dibenarkan untuk memberitahu pasien secara langsung atau tidak langsung

kekeliruan yang dibuat oleh dokter pertama.

(6) Konsulen menetapkan dan menagih sendiri imbalan jasanya, kalau perlu setelah diskusi

dengan dokter pertama.

Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan

dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.3

Keterangan:

Kehidupan manusia selain menyangkut aspek jasmani, juga menyangkut aspek mental,

spiritual dan sosial. Nilai, kepercayaan dan norma yang dianuti menentukan tanggapan seseorang

11

Page 12: PBL 30 Skenario 5 Chris

terhadap suatu kejadian. Dokter dalam menghadapi pasien perlu mengetahui latar belakang

kehidupan pasien itu.3

Nilai agama serta ikatan keluarga sangat kuat di masyarakat Indonesia. Oleh itu, hal ini

perlu dihormati oleh dokter.3

Dalam keadaan-keadaan tertentu, keluarga pasien tidak dapat selalu mendampingi pasien.

Namun demikian, bila ada alasan yang kuat dari pasien agar keluarganya harus

mendampinginyam maka permintaan tersebut hendaklah dapa diluluskan.3

Adakalanya pula pasien mengkehendaki orang lain, misalnya seseorang penasehat dalam

beribadah yang mungkin secara psikis dapat menolongnya. Dalam soal ini janganlah dihalang-

halangi bahkan dibantu. 3

KESIMPULAN

Dalam menjalankan tugas profesi kedokteran, seorang dokter itu harus mengamalkan

etika kedokteran dan prinsip-prinsip etika kedokteran tersebut. Sebelum melakukan tindakan ke

atas pasien, dokter harus memberikan informed consent kepada pasien, sama ada secara

expressed atau implied consent, lisan atau tertulis supaya pasien dapat mendapatkan penjelasan-

penjelasan tentang tindakan-tindakan yang akan dilakukan ke atasnya dan juga demi kebaikan

dokter supaya dokter tidak dituntut dengan syarat dokter melakukan tugasnya dengan benar.

12

Page 13: PBL 30 Skenario 5 Chris

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi 4. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2007.

2. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik FKUI; 2005. 7-16, 53-5, 77-85

3. Sagiran. Panduan Etika Medis. Yogyakarta: Pusat Studi Kedokteran Islam FK Universitas

Muhammadiyah; 2006.

4. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik

FKUI; 1994. 17-8

5. World Medical Association. Medical Ethics Manual. 2nd Ed. 2009.

13