PBL BLOK 15

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pbl

Citation preview

Tinjauan pustakaPenyakit Kulit diSebabkan Infeksi Virus Herpes ZoosterEva. 102012042. A1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 06 Jakarta 11510. Telephone: (021)5694-2051. Email: [email protected]

AbstrakKulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa adalalh 1,5m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan orang tersebut. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit sangatlah kompleks, elastis, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Oleh sebab itu, segala bentuk kelainan pada kulit berpengaruh besar bagi kesehatan seseorang secara keseluruhan.Kata kunci: kulit,epidermis,esensial.

AbstractThe skin is an organ that is located at the outer limit of the environment and human life. Extensive adult skin adalalh 1.5 m2 weighing approx 15% weight of the person. The skin is an essential and vital organs, and is a reflection of health and life. Leather is very complex, elastic, varying in climatic conditions, age, sex, race, and also depends on the location of the body. Therefore, any form of skin disorder major influence on a person's overall health.Keywords: skin, the epidermis, essential.PendahuluanSetiap orang didunia ini pasti atau akan terkena varisela atau yang dikenal dengan cacar air. Varisela ini memiliki kelanjutan penyakit yang dapat mengenai manusia, yaitu herpes zooster atau yang bisa disebut cacar ular. Herpes zooster sendiri telah dikenal sejak zaman Yunani kuno, disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster. Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.1 Selama terjadi varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten,virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat.2

IsiSkenario 6Seorang perempuan 45 tahun datang ke poli klinik dengan keluhan utama kulit melenting kemerahan di daerah dada kiri yang terasa sakit dan panas.Identifikasi IstilahTidak ada

Rumusan MasalahRumusan masalah yang terdapat pada skenario 6 perempuan berusia 45 tahun keluhan kulit melenting kemerahan di dada kiri, lesi unilateral berupa papul eritema dan vesikel.

Analisis Masalah (Mind Map)Adapun, analisis masalah pada skenario 6 dapat dijabarkan pada sebuah mind map sebagai berikut:

Komplikasi

Etiologi

anamnesisPerempuan 45 tahun kulit melenting kemerahan di dada kiri

Theraphy

Pemeriksaan Fisik

PrognosisPemeriksaan Penunjang

WDDD

Pembahasan Analisis Masalah

Anamnesis. 3Anamnesis merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seorang dokter untuk mempermudah mendapatkan informasi dari pasien mengenai sakitnya sehingga membantu dokter tersebut untuk menegakkan diagnosis yang tepat untuk pasiennya. Berikut beberapa pertanyaan anamnesis yang dapat ditanyakan kepada pasien yang diduga menderita herpes zoster:Identitas pasienIdentitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, namaorang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan,suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa pasien yang dihadapi adalah benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas ini juga perlu untuk datapenelitian, asuransi dan sebagainya.

Keluhan Utama ( Presenting Symptom)Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien, yang membawa pasien tersebutpergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien merasakan hal tersebut.

Riwayat penyakit sekarangRiwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhatan utama sampai pasien datang berobat. Misalnya dapat ditanyakan : Kapan pertama kali pasien memperhatikan adanya ruam? Di mana letaknya, apakah terasa gatal? Apakah berdarah? Apakah bentuk/ukuran/warnanya berubah? Adakah pemicu (misalnya pengobatan, makanan, sinar matahari, dan alergen potensial)? Adakah benjolan di tempat lain? Bagaimana perubahan warna yang terjadi (misalnya pigmen meningkat, ikterus, pucat)? Sudah berapa lama? Adakah gejala penyerta yang menunjukkan adanya kondisi medis sistemik (misalnya penurunan berat badan, artralgia, dll)?Pertimbangan akibat yang mungkin ditumbulkan oleh kondisi kulit yang serius, seperti kehilangan cairan, infeksi sekunder, penyebaran metastatik ke KGB atau organ lain.Riwayat penyakit dahulu. Tanyakan apakah pasien pernah mengalami gangguan kulit, ruam dan lain-lain? Adakah riwayat kecenderungan atopi (asma, rinitis)? Adakah pasien memiliki masalah kulit di masa kecil? Adakah riwayat kondisi medis lain yang signifikan?Obat-obatan. Riwayat pemakaian obat yang lengkap penting bagi semua jenis pengobatan, baik obat resep maupun alternatif, yang dimakan atau topikal. Pernahkah pasien menggunakan obat untuk penyakit kulit? Pernahkan/apakah pasien menggunakan immunosupresan?Alergi. Apakah pasien memiliki alergi obat (jika ya, seperti apa reaksi yang timbul)? Apakah pasien mengetahui kemungkinan alergen yang lain? Pernahkah pasien menjalani patch test atau pemeriksaan respons IgE?Riwayat keluarga. Adakah riwayat penyakit kulit atau atopik dalam keluarga? Adakah orang lain di keluarga yang mengalami kelainan serupa?Riwayat sosial. Bagaimana riwayat pekerjaan pasien; apakah terpapar sinar matahari, alergen potensial, atau parasit kulit? Apakah menggunakan produk pembersih baru, hewan peliharaan baru, dan lain-lain? Apakah pasien baru-baru ini bepergian ke luar negeri? Adakah pajanan pada penyakit infeksi (misalnya cacar air)?Penyelidikan fungsional. Fakta utama adalah kemungkinan adanya penyakit sistemik yang berkaitan, seperti penyakit akibat infeksi parasit, artropati psoriatik, SLE, dll. 3

Pemeriksaan Fisik Cek pasien apakah terlihat sakit ringan atau berat. Adakah pucat, syok berpigmen, atau demam? Inspeksi: Perhatikan kelainan kulit yang ditemukan (ruam, ulkus, benjolan, diskolorasi, dsb). Apakah ada memar/ptekie? Periksa kuku, kulit, dan rambut seteliti mungkin, selain itu periksa rongga mulut dan mata. Lalu cek apakah ada perubahan kulit sekunder yang memperberat atau merupakan akibat dari proses primer (misalnya skuama, krusta, erosi, likenifikasi, ekskoriasi, fisura, dll). Perhatikan bagaimana warna dan bentuk lesi (bulat, lonjong, poligonal, anular, bertangkai, dll). Palpasi: Dilakukan pada lesi untuk mengetahui suhu, mobilitas, nyeri tekan, dan kedalaman. Periksa adanya pembesaran kelenjar getah bening yang merupakan drainase. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk menganamnesis adanaya penyakit sistemik. Mendokumentasikan kelainan kulit dengan akurat sangat penting, dan bisa dibantu oleh foto. 3Pada herpes zoster dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan: Erupsi kulit yang hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi diseluruh bagian tubuh, namun yang tersering di daerah ganglion torakalis. Terlihat vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang erimatosa dan edem. Vesikel berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh bewarna kebuan, dan dapat menjadi pustul serta krusta. Kadan vesikel dapat berisi darah, disebut herpes zoster hemoragik.4

Pemeriksaan PenunjangJika hasil pemeriksaan fisik masih diragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes laboratorium. Namun biasanya hal ini tidak diperlukan untuk menejemen yang tepat anak sehat dengan varisela atau herpes zoster. 5Tzanck Test. Dapat dilakukan dengan cara membuat sediaaan apus yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.[kulit UI] Untuk hasil terbaik lesi harus berumur 1-3 hari. Dapat digunakan untuk membedakan VZV dengan herpes simpleks virus.PCR (Polimerase Chain Reaction). Pemeriksaan PCR sangat cepat dan sensitif. Pemeriksaan ini dapat menggunakan berbagai jenis preparat seperti kerokan dasar vesikel ataupun krusta yang sudah terbentuk. Sensitivitasnya sekitar 97%-100%. Tes ini dapat menemukan asam nukleat dari VZV.Biopsi Kulit. Hasil pemeriksaan histopatologik dapat ditemukan vesikel intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholisis. Pada dermis bagian atas terlihat limfotik infiltrat. 1Pemeriksaan cairan vesikel dan jaringan terinfeksi; memperlihatkan adanya inklusi intraselular eosinofil dan virus varisela.Punksi lumbal; menunjukkan tekanan LCS meningkat, analisis LCS memperlihatkan kadar protein meningkat dan kemungkinan pleositosis (pada keterlibatan SSP). 5Working Diagnose (WD)Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan hasil pemeriksaan fisik (bila perlu penunjang). Salah satu petunjuk penting untuk mengetahui herpes zoster adalah lokasi yang unilateral dan munculnya nyeri. Selain itu, pada herpes zoster, pemeriksaan fisik memperlihatkan lesi yang berwarna merah muda, nodular, menyebar unilateral sekitar toraks atau vertikal di lengan dan tungkai. Berisi cairan jernih atau pus. 6Differential Diagnose (DD) 7Herpes simpleks, merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simplex/VHS (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal biasanya sembuh tanpa sikatriks. sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. Infeksi VHS I biasanya dimulai pada anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, serta berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual. Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Sementara VHS tipe II mempunyai predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah genital. Daerah-daerah ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oro-genital.EtiologiHerpes zoster disebabkan oleh infeksi varicella-zoster virus (VZV) dan tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 120-300 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta, dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi. Virion terdiri dari glikoprotein, kapsid, amplop virus dan nukleokapsid yang melindungi bagian inti berisi DNA genom utas ganda. Bagian nukleokapsid berbentuk ikosahedral, berdiameter 100-110 nm dan terdiri dari 162 protein yang disebut kapsomer. Virus ini akan mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 C dan menjadi tidak berbahaya apabila bagian amplop dari virus ini rusak. Penyebaran virus ini terjadi melalui pernafasan.

Gambar 1. Varicella-Zoster Virus (VZV). Sumber: http://en.citizendium.org/images/8/83/Dna15.jpg.EpidemiologiPenyebarannya sama seperti varisela (cacar). Penyakit ini, terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela,virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes zoster. 7 Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita, angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun dapat menderita herpes zoster.5PatofisiologiCacar air merupakan infeksi primer oleh virus tersebut. Cacar air sangat menular dan ditularkan dari orang ke orang melalui percikan (droplet) saluran napas. Cacar air biasanya merupakan penyakit anak-anak, tetapi orang dewasa yang baru pertama kali terpajan virus ini dapat menderita penyakit tersebut. Virus varisela memiliki masa tunas 7-21 hari dan bersifat menular selama periode prodormal yang singkat (sekitar 24 jam sebelum lesi muncul) sampai semua lesi menjadi krusta. Penyakit biasanya sembuh sendiri dalam 7-14 hari.Herpes zoster (cacar ular, dampa, shingles) biasanya timbul beberapa tahun setelah infeksi cacar air. Cacar ular disebabkan oleh virus varisela yang berada laten di jaras saraf sensorik (ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis) setelah pasien pulih dari cacar air. Apabila virus tersebut muncul kembali, maka disebut zoster. Herpes zoster biasanya timbul di dermatom (regio kulit) yang dipersarafi oleh saraf yang terinfeksi. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis, sehingga memberikan gejala gejala gangguan motorik. Penyakit ini biasanya dijumpai pada lansia atau pada orang dengan penurunan sistem imun yang disebabkan oleh penyakit atau stres. Herpes zoster nampaknya ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi. 7,6

Gejala KlinisDaerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal, walaupun daerah-daerah lain tidak jarang. Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, sedangkan mengenai umur lebih sering pada orang dewasa.Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodormal baik sistemik (demam, pusing, malaise) maupun gejala prodormal lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal, dsb). Setelah itu timbul eritema dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu), dapat menjadi pustul dan krusta. Kadang-kadang vesikel mengandung darah dan dapat disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menyebabkan ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.Masa tunasnya 7-21 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi-lesi baru yang tetap timbul berlangsung kira-kira seminggu, sedangkan masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Di samping gejala kulit, dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional (KGBR). Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena mengalami gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan karena gangguan pada nervus trigeminus (dengan ganglion gaseri) atau nervus fasialis dan otikus (dari ganglion genikulatum). Berdasarkan lokasi lesinya, herpes zoster dibagi atas beberapa jenis.

Gambar 2. Lesi Herpes Zoster. Sumber: http://www.howtocureshingles.com/blog/wp-content/uploads/2011/10/herpes-zoster-symptoms.jpg.Herpes zoster oftalmikus; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1-4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak keluar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 3. Herpes Zoster Oftalmikus. Sumber: http://www.stetoskop.info/images/dragana/decembar/herpes-zoster%202.jpg.Herpes zoster fasialis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes Zoster Fasialis (Dextra). Sumber: http://www.stetoskop.info/images/dragana/decembar/herpes-zoster%202.jpg.Herpes zoster brakialis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes Zoster Brakialis. Sumber: http://www.doctortreatments.com/Diseases_Of_The_Skin/Class_II_Inflammations_Herpes_Zoster-5.jpg.Herpes zoster torakalis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 6. Herpes Zoster Torakalis. Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/19/Herpes_zoster_chest.png.Herpes zoster lumbalis; infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.Herpes zoster sakralis; merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.Selain itu, ada juga yang disebut sebagai herpes zoster abortif, artinya penyakit ini berlangsung dalam waktu yang singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem. Pada herpes zoster generalisata, kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel yang soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma malignum. 1,7

PenatalaksaanMedikamentosaPengobatan topikal; bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka, sementara bila terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.Pengobatan sistemik; umumnya bersifat simtompatik. Untuk nyerinya diberikan analgetik. Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi imunitas. Obat yang biasa digunakan yakni asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Asiklovir diberikan 5 x 800 mg sehari dan biasanya diberikan 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup 3 x 1000 mg sehari karena konsentrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap timbul, obat-obat tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi.Obat yang lebih baru adalah famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai waktu paru eliminasi yang lebih lama sehingga cukup diberikan 3 x 250 mg sehari. Obat-obat terssebut diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi baru tidak timbul lagi.Indikasi pemberian kortikosteroid adalah sindrom Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini-diniya untuk mencegah paralisis. Yang biasa diberikan adalah prednison dengan dosis 3 x 20 mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis setinggi itu, imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan antiviral, untuk mencegah fibrosis ganglion.Menurut FDA, pilihan obat pertama yang dapat digunakan untuk nyeri neuropatik pada neuropati perifer diabetik dan neuralgia pasca herpetik ialah pregabalin. Obat tersebut lebih baik daripada gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten (2-4 kali), kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebioh sederhana. Dosis awalnya ialah 2 x 75 mg sehari, setelah 3-7 hari bila responsnya kurang dapat dinaikkan menjadi 2 x 150 mg sehari. Dosis maksimumnya 600 mg sehari. Efek sampingnya ringan berupa dizziness dan somnolen yang akan menghilang sendiri.Obat lain yang dapat diberikan adalah antidepresi trisiklik (misalnya notriptilin dan amitriptilin) yang akan menghilangkan nyeri pada 44-67% kasus dengan efek samping gangguan jantung, sedasi, dan hipotensi. Dosis awal amitriptilin ialah 75 mg sehari kemudian ditinggikan sampai efek teurapetiknya timbul, biasanya antara 150-300 mg perhari. Dosis nortriptilin ialah 50-150 mg sehari. 6,7Non-Medikamentosa Perhatikan agar vesikel tidak pecah, jangan gunakan baju yang terlalu ketat, dan jangan digaruk. Selama fase akut, pasien sebaiknya tidak keluar rumah agar tidak menularkan kepada orang lain. Jaga kebersihan tubuh, untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, misalnya dengan cara tetap mandi, dan ganti baju secara teratur. Konsumsi buah-buahan dan makanan bernutrisi lainnya, untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan menambah kelembaban kulit.

PrognosisUmumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus prognosis bergantung pada tindakan perawatan secara dini. 7 Tetapi pada usia lanjut risiko terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat menimbulkan makula hiperpigmentasi atau sikatrik. Dengan memperhatikan higiene & perawatan yang teliti akan memberikan prognosis yang baik & jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.

Komplikasi 7Neuralgia pasca herpetik; merupakan rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan. Bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan ini dijumpai pada orang yang mendapat herpes zoster di atas usia 40 tahun.Infeksi sekunder; tidak terjadi pada penderita tanpa defisiensi imunitas. Sebaliknya, pada penderita yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan, atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.Kelainan lanjutan; pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, di antaranya ptosis paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik.Sindrom Ramsay Hunt; terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus, sehingga memberikangejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus,vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.Paralisis motorik; terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.Penyebaran virus sistemik; yaitu infeksi yang menjalar ke alat dalam, misal paru, hepar, otak. PreventifUntuk mencegah herpes zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian vaksinasi, salah satunya adalah Zostavaks. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut. Vaksin ini berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen virus tersebut yang berperan sebagai antigen. Penggunaan vaksin tersebut telah terbukti dapat mencegah atau mengurangi resiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang rentan. 7 Yang terutama adalah menjaga dan merawat kesehatan tubuh individual serta bergaya hidup sehat, karena selalu mencegah lebih baik daripada mengobati.KesimpulanHerpes zoster (dampa, cacar ular, shingels) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VZV) yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Lebih sering mengenai usia dewasa, frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama. Terdapat gejala prodormal sistemik maupun lokal. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi keruh, berwarna abu-abu, dan dapat menjadi pustul dan krusta.Pengobatannya dapat diberikan secara topikal, sistemik, dan didukung dengan nonmedikamentosa. Selain itu dapat juga dilakukan pencegahan melalui vaksinasi, maupun menjaga kesehatan, sebab lebih baik mencegah daripada mengobati.Daftar Pustaka1. S Mansjoer A, Suprohatta, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Ed.3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius; 2000.h.128-31, 151-2.2. Daili SF, Makes WIB. Penataklasanaan kelompok penyakit herpes di Indonesia. Jakarta: Kelompok Studi Herpes Indonesia; 2000.h.32-5.3. Gleadle. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. h. 42-3.4. Murtiastutik D, Ervianti E, Agusni I, Suyoso S. Atlas penyakit kulit dan kelamin. Ed.2. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair; 2011.h.11-5, 145-6.5. Kowalek. Buku pegangan uji diagnostik. Jakarta: EGC; 2009. h. 180-1.6. Corwin. Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC; 2009. h. 118-20.7. Tim Penyusun. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011. h. 3; 19; 110-2; 133-6; 380-2.

1