29
Tinjauan Pustaka Penyakit Thalasemia pada Anak Theresia 102012165 /D8 16 April 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 Email : [email protected] Pendahuluan Thalassemia adalah suatu penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara autosom, berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu atau lebih rantai polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik. Dengan kata lain, thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Penyebab kerusakan tersebut adalah hemoglobin yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur hemoglobin. Talasemia banyak dijumpai pada bangsa sekitar Laut Tengah (Mediterania), seperti Turki, Yunani, dll. Di Indonesia Thalassemia pada Anak - Anak Page 1

PBL Blok 24_Thalasemia Pada Anak_Theresia_102012165

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Thalasemia pada Anak

Citation preview

Tinjauan Pustaka

Penyakit Thalasemia pada Anak Theresia102012165 /D816 April 2015Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : [email protected]

Thalassemia adalah suatu penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara autosom, berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu atau lebih rantai polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik. Dengan kata lain, thalassemia merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana terjadi kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Penyebab kerusakan tersebut adalah hemoglobin yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur hemoglobin. Talasemia banyak dijumpai pada bangsa sekitar Laut Tengah (Mediterania), seperti Turki, Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, Talasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit yang paling banyak diderita.

Pada skenario, dikatakan bahwa seorang laki-laki berusia 6 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan utama pucat sejak 1 bulan yang lalu, mudah lelah, lesu, riwayat demam dann perdarahan tidak ada, tekanan darah rendah, sclera dan kulit ikterik, konjungtiva anemis, dan splenomegali. Pertama perlu dilakukan anamnesis dahulu kepada pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan diagnosis. Setelah itu melakukan pemeriksaan penujang yang tepat untuk memperkuat diagnosis tersebut.

Anamnesis

Sebagai seorang dokter harus menampilkan sikap hormat, sopan, dan bersahabat saat pasien datang. Pertama-tama memberikan ucapan selamat pagi / siang / sore dan berjabat tangan, serta mempersilahkan duduk berhadapan dengan posisi duduk sopan. Usahakan supaya suasana menyenangkan, relaks, bersahabat sehingga pasien tidak merasa takut. Pertanyaan yang diberikan adalah: 11. Identitas Pasien

Nama, tanggal lahir / umur, tempat lahir, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, suku bangsa, agama, dan pendidikan.2. Keluhan Utama dan Penyerta

Keluhan apa yang dirasakan oleh pasien? Lelah, malaise, sesak napas, nyeri dada, atau tanpa gejala? Pada talasemia, umumnya pasien muncul pada usia sekitar 3-6 bulan atau kurang lebih dalam usia 1 tahun pertama, gejala diawali dengan pucat disusul splenomegali, demam, dan sakit berat. Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap?

Adakah petunjuk mengenai penyebab anemia? Kelelahan dan berkurangnya kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan berat biasanya dapat disebabkan berkurangnya Hb yang beredar. Tanyakan apakah ada rasa ingin memakan bahan yang tidak lazim seperti es, tanah, dan sebagainya. Gejala tersebut dapat ditemukan pada anemia defisensi Fe (pica). Tanyakan kecukupan makanan dan kandungan Fe,Folat dan B12? Riwayat makanan penting ditanyakan. Tanyakan kecukupan makanan dan kandungan Fe untuk menyingkirkan diagnosis bandingnya. Adakah gejala yang konsisten dengan malabsorpsi? Adakah tanda-tanda kehilangan darah dari saluran cerna (tinja gelap, darah per rektal, muntah darah)?

Adakah terlihat warna kulit dan sclera mata yang kuning?

Adakah riwayat demam?

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Adakah riwayat penyakit kronis sebelumnya? Adakah tanda-tanda perdarahan sebelumnya (memar, pendarahan, dan infeksi, epistaksis)?

Adakah tanda-tanda defisiensi vitamin seperti neuropati perifer (pada defisiensi vitamin B12 subacute combined degeneration of the cord [SACDOC])?

Adakah alasan untuk mencurigai adanya hemolisis (misalnya ikterus, katub buatan yang diketahui bocor)?

Adakah riwayat anemia sebelumnya?

Apakah pernah mengkonsumsi obat-obatan?4. Riwayat Keluarga

Adakah riwayat anemia dalam keluarga? Khususnya penyakit sel sabit, talasemia, dan anemia hemolitik yang diturunkan. Pada talasemia merupakan penyakit yang diturunkan secara resesif.

5. Riwayat Bepergian

Tanyakan riwayat bepergian dan pertimbangkan kemungkinan infeksi parasit (misalnya cacing tambang dan malaria).

6. Riwayat Sosial, Ekonomi

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi2

Keadaan kulit

Warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman). Pucat sering terlihat pada penderita anemia. Penilaian paling baik adalah pada telapak tangan atau kaki, kuku, mukosa mulut, dan konjungtiva.

Elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites). Adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada hipertensi portal).

Abdomen

Besar dan bentuk abdomen: rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).

Simetrisitas: adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).

Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.

Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau tumor apa.

Peristaltik: gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).

Pulsasi: pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

Perhatikan juga gerakan pasien:

pasien sering merubah posisi ( adanya obstruksi usus.

pasien sering menghindari gerakan ( iritasi peritoneum generalisata.

pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/ relaksasi ( peritonitis.

pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat nyeri ( pankreatitis parah.

PalpasiPalpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak tangan. Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung jari. Diusahakan agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar tidak timbul tahanan pada dinding abdomen. Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada daerah yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir. Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya, konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri spontan/ tekan, dan warna kulit di atasnya. Sebaiknya digambarkan skematisnya.2Pada perabaan hepar, secara normal teraba 1-2 cm di bawah arkus kosta kanan pada bayi dan anak kecil. Besarnya hepar diukur di bawah batas kosta di garis midclavicula dan dari prosessus xiphoideus ke umbilikus. Hepatomegali terdapat pada penyakit infeksi (hepatitis, sepsis), anemia (thalasemia dan anemia sickle cell), gagal jantung kongestif, sumbatan saluran empedu, keganasan.2Pada perabaan limpa dapat dibedakan dari lobus kiri hepar karena bentuk limpa yg seperti lidah yang menggantung ke bawah, ikut bergerak dalam pernapasan, mempunyai incisura lienalis serta dapat didorong ke medial, lateral, dan atas. Besarnya limpa diukur dengan cara Schuffner: jarak maksimum dari pusat ke garis singgung pada arcus costae kiri dibagi menjadi 4 bagian yang sama. Garis ini diteruskan kebawah sehingga memotong lipat paha, garis dari pusat ke lipat paha ini pun dibagi menjadi 4 bagian yang sama. Pembesaran limpa (splenomegali) dinyatakan dengan memproyeksikannya dalam bagian-bagian ini. Limpa yang membesar samapai pusat dinyatakan Schuffner IV, sampai lipat paha Schuffner VIII. Splenomegali terdapat pada berbagai penyakit infeksi, penyakit darah (thalasemia atau anemia sickle cell), serosis hepatis, hipertensi porta, gagal jantung kongestif. 2PerkusiPerkusi menggambarkan batas-batas statik antara jaringan-jaringan dengan kepadatan yang berbeda. Pada pemeriksaan abdomen perkusi berguna untuk menilai keadaan abdomen secara keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya massa padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen. Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat). 2Auskultasi

Dengan mendengar apakah terdapat kelainan suara baik pada pemeriksaan abdomen (seperti peningkatan bising usus). 2Tanda Vital

Tekanan darah

Frekuensi nadi

Pemeriksaan denyut nadi dilakukan dengan palpasi pada arteri radialis, arteri carotis, atau arteri radialis. Ujung-ujung jari ditekan makin lama makin kuat di atas arteri sampai denyut maksimum teraba. Hitunglah denyut nadi dalam satu menit penuh. Selain itu, ketika memeriksa denyut nadi, kita juga harus memperhatikan kecepatannya, iramanya, volumenya, dan konturnya. denyut nadi normal untuk anak usia 2-10 tahun adalah 55-90 x /menit (waktu istirahat) dan bisa sampai 200 x/menit pada saat aktif/ demam. 1 Frekuensi napas

Kecepatan pernafasan adalah jumlah inspirasi per menit. Selain kecepatan pernafasan kita juga perlu memperhatikan volume, uasaha bernafas, dan pola pernafasan. Rata-rata frekuensi normal pernafasan pada anak 10 tahun atau lebih adalah 15-30 x/menit dan pada waktu tidur 15 x/ menit. 1 Suhu tubuhPemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Darah Rutin Lengkap3Untuk melihat keadaan darah secara umum, yaitu pemeriksaan Hb, Hematokrit (Ht), jumlah SDM, leukosit, dan trombosit. Nilai normal Hb (laki-laki >13 g/dL wanita >12g/dL), Ht (37-42%), SDM (4-6 juta sel/uL), leukosit (4.500-11.000 sel/uL), dan trombosit (150.000-350.000 sel/uL). Dari pemeriksaan keadaan umum darah terkadang sudah dapat menjawab apakah seseorang menderita kelainan darah ataupun tidak. Anemia biasannya berat, dengan kadar hemoglobin berkisar antara 3-9 g/dl.2. Sediaan Hapus Darah Tepi (SHDT) 3Apusan darah digunakan untuk menilai ukuran/bentuk sel darah merah; gambaran dan diferensial sel darah putih; sel abnormal; ukuran dan morfologi trombosit, dan lainnya. Eritrosit memperlihatkan anisositosis, poikilositosis, dan mikrositer hipokromia berat. Sering ditmukan sel target dan tear drop cell. Normoblas (eritrosit berinti) banyak ditemukan terutama pasca splenektomi. Leukosit dan trombosit normal.3. Elektroforesis3Pemeriksaan ini digunakan hanya untuk kasus-kasus hemoglobinopati seperti talasemia. Pemeriksaan ini menggunakan agar elekroforesis dan darah, dengan bahan yang ada akan dibentuk suatu gambaran kurva yang menunjukan kadar masing-masing globin dalam suatu SDM. Petunjuk adanya talasemia alfa adalah ditemukannya Hb Barts dan HbH. Pada talasemia beta, kadar HbF bervariasi antara 10-90 %, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1% .4. Pemeriksaan Hitung Besi Serum/Ferritin dan Transferrin. 3Pemeriksaan yang menghitung jumlah besi dalam serum dan protein aktif pengangkut zat besi dalam darah. Pada beberapa kasus anemia, bisa disebabkan oleh karena kekurangan asupan zat besi yang sangat lama. Sehingga hal ini membuat kadar ferritin dalam plasma darah akan menurun sedangkan transferrin akan meningkat.

5. Aspirasi Sumsum Tulang3Pemeriksaan ini jarang digunakan bila tidak ada indikasi khusus karena pemeriksaan ini bersifat invasive dan berisiko tinggi serta membuat pasien merasa tidak nyaman. Pemeriksaan ini digunakan hanya pada pasien yang kooperatif dan memiliki indikasi anemia defisiensi besi berat, anemia sideroblastik, anemia aplastik, keganasan, limfoma, monitor pasca kemoterapi, dan untuk melihat keadaan hematopoesis sumsum tulang. Gambaran sumsung tulang memperlihatkan eritropoesis yang hiperaktif sebanding dengan anemianya.Working Diagnosis

Genotip dan Fenotip Sindrom Thalasemia-

Thalasemia- dikelompokkan ke dalam empat bentuk genotip klasik dengan fenotip yang berbeda, seperti berikut:4

1. Thalasemia-2- trait (- / )

Pada penderita hanya dijumpai delesi satu rantai (-), yang diwarisi dari salah satu orang tuanya. Sedangkan rantai- lainnya yang lengkap (), diwarisi dari pasangan orang tuanya dengan rantai- normal. Penderita kelainan ini merupakan pembawa sifat yang fenotipnya tidak memberikan gejala dan tanda (an asymptomatic, silent carrier state). Kelainan ini ditemukan pada 15-20% populasi keturunan Afrika.

2. Thalasemia-1- trait (- / - atau / - -)

Pada penderita ditemukan delesi dua loki. Delesi ini dapat berbentuk thalasemia-2a- homozigot (- / -) dan thalasemia-1a- heterozigot ( / - -). Fenotip thalasemia-1- trait menyerupai fenotip thalasemia - minor.

3. Hemoglobin H disease (- - / -)

Pada penderita ditemukan delesi tiga loki, berbentuk heterozigot ganda untuk thalasemia-2- dan thalasemia-1- (- -/-). Pada fetus terjadi akumulasi beberapa rantai yang tidak ada pasangannya (unpaired -chains). Sedangkan pada orang dewasa akumulasi unpaired- chains yang mudah larut ini membentuk tetramer 4, yang disebut HbH. HbH membentuk sejumlah kecil inklusi di dalam eritroblast, tetapi tidak berpresipitasi dalam eritrosit yang beredar. Delesi tiga loki ini memberikan fenotip yang lebih berat. Bentuk kelainan ini disebut HbH disease. Fenotip HbH disease berupa thalasemia intermedia, ditandai dengan anemia hemolitik sedang-berat, namun dengan inefektivitas eritropoiesis yang lebih ringan.4. Hydrops fetalis dengan Hb barts (- - / - -)

Pada fetus ditemukan delesi 4 loki. Pada keadaan embrional ini sama sekali tidak diproduksi rantai globin . Akibatnya, produksi rantai gamma globulin berlebihan dan membentuk gamma 4-tetramer, yang disebut Hb Barts. Hb barts ini memiliki afinitas oksigen tinggi yang menyebabkan oksigen tidak mencapai jaringan fetus, sehingga terjadi asfiksia jaringan, edema (hydrops fetalis), gagal jantung kongesif, dan meninggal dalam uterus.

Di samping itu thalasemia juga dibedakan berdasarkan jenis mayor dan minor, diantaranya adalah : 41. Thalasemia beta mayor

Jenis thalasemia yang paling parah, penderita thalasemia jenis ini harus melakukan transfusi darah terus menerus sejak diketahui melalui diagnosa, meskipun sejak bayi. umumnya bayi yang lahir akan sering mengalami sakit selama 1-2 tahun pertama kehidupannya. sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya yang mengakibatkan keterlambatan sirkulasi zat gizi yang kurang lancar 2. Thalasemia beta minor

Yakni jenis thalasemia yang menyebabkan penderitanya mengalami anemia ringan dan ketidaknormalan sel darah minor. namun, keuntungannya penderita thalsemia jenis ini tidak perlu melakukan transfusi darah, cukup dengan menjaga pola makan yang banyak mengandung zat besi serta kalsium

3. Thalasemia beta intermedia

Yakni penderita jenis ini hanya perlu melakukan transfusi darah sewaktu-waktu jika diperlukan dilihat dari parah tidaknya thalasemia yang diderita dan kebutuhannya menambah darah

4. Thalasemia alfa mayor

Jenis thalasemia satu ini umumnya terjadi pada bayi sejak masih dalm masa kandungan. thalasemia ini terjadi apabila seseorang tidak memiliki gen perintak produksi protein globin, keadaan ini akan membuat janin atau bayi menderita anemia yang cukup parah, penyakit jantung, dan penimbunan cairan tubuh. oleh karenanya, apabila bayi yang sudah diketahui menderita thalasemia ini, bayi harus mendapatkan transfusi darah sejak dalam kandungan dan setelah lahir agar tetap sehat5. Thalasemia alfa minor

Termasuk jenis thalasemia ringan yang tidak menyebabkan gangguan pada fungsi kesehatan tubuh. namun, jeni thalasemia ini umumnya dimiliki oleh wanita dengan latar belakang memiliki penyakit anemia ringan, kelainan gen ini kemudian diwariskan kepada anak. keuntungan yang dimiliki dari thalasemia jenis ini satu ini tidak memerlukan transfusi darah. Hanya disarankan untuk banyak mengkonsumsi nilai gizi yang seimbang untuk menunjang kesehatan tubuh, dan pengoptimalan sel darah merah yang sehat dari berbagai sumber makanan yang banyak mengandung zat besi, kalsium, magnesium dan lainnya.

Differential DiagnosisAnemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis. Karena cadangan besi kosong (deplated iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi ditandai oleh anemia hiprokrom mikrositer dan hasil laboratorium yang menentukan cadangan makanan besi dari system retikuloendotelial berkurang, sedangkan cadangan besi masih normal. Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di Negara Negara tropik karena sangat berkaitan dengan taraf sosial ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari 1/3 penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup serius. Gejala anemia defisiensi besi digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu: 51. Gejala Umum Anemia5Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dL Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, dan telinga mendenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku.

2. Gejala Khas Akibat Anemia Defisiensi Besi5 Koilonychia (kuku sendok) : kuku menjadi rapuh ber garis-garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip sendok

Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papillidah menghilang

Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan

Dysfagia : nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring

3. Gejala Penyakit Dasar 5Pada Anemia Defisiensi Besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi tersebut. Misalnya pada anemia akibat penyakit cacing tambang dijumpai dyspepsia, karotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnosis51. Penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat

2. MCV dan MCH menurun

3. MCHC menurun pada defisiensi yang lebih berat dan berlangsung lama

4. Hapusan darah tepi menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, dan poikilositosis

5. Lekosit dan trombosit pada umumnya normal

6. Konsentrasi besi serum menurun

7. TIBC (total iron binding capacity) meningkat

Secara labatoris untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi sebagai berikut : 5Anemia hipokrom mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV < 80 fl dan MCHC < 31 % dengan salah satu criteria di bawah ini :

Dua dari tiga parameter di bawah ini :

* besi serum < 50 mg/dL7 * TIBC > 350 mg/dL

* saturasi transferin < 15 %, atau

Feritin serum < 20 mg/L, atau

Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia menunjukkan cadangan besi (butir-butir hemosiderin) negative, atau

Dengan pemberian sulfas ferosus 3 x 200 mg/ hari selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2 g/ dL (hematologi ukrida)

Anemia Penyakit Kronik

Anemia sering dijumpai pada pasien dengan infeksi atau inflamasi kronis maupun keganasan. Anemia ini umumnya ringan atau sedang, disertai oleh rasa lemah dan penurunan berat badan dan disebut anemia pada penyakit kronis. 5Derajat anemia sebanding dengan berat ringannya gejala, seperti demam, penurunan berat badan dan debilitas umum. Untuk terjadinya anemia memerlukan waktu 1-2 bulan setelah infeksi terjadi dan menetap, setelah terjadi keseimbangan antara produksi dan penghancuran eritrosit dan Hb menjadi stabil. 5Salah satu anemia yang paling sering terjadi pada pasien yang menderita berbagai penyakit keganasan dan radang kronik. Gambaran khasnya adalah: 51. Indeks dan morfologi eritrosit normositik normokrom atau hipokrom ringan (MCV jarang < 75 fL);

2. Anemia bersifat ringan dan tidak progresif (Hb jarang < 9,0 g/dL) beratnya anemia terkait dengan beratnya penyakit;

3. Baik kadar besi serum maupun TIBC menurun; kadar sTfR normal;

4. Kadar ferritin serum normal atau meningkat; dan

5. Kadar besi cadangan di sumsum tulang (retikuloendotel) normal tetapi kadar besi dalam eritroblas berkurang.

Patogenesis anemia ini tampaknya terkait dengan menurunnya pelepasan besi dari makrofag ke plasma, memendeknya umur eritrosit, dan respon eritropoietin yang tidak adekuat terhadap anemia yang disebabkan oleh efek sitokin seperti IL-1 dan TNF pada eritropoiesis. Anemia ini hanya terkoreksi dengan keberhasilan pengobatan penyakit yang mendasari dan tidak berespons terhadap terapi besi walaupun kadar besi serum rendah. Pemberian eritropoietin rekombinan memperbaiki keadaan anemia pada beberapa kasus. Pada banyak keadaan, anemia ini dipersulit oleh anemia yang disebabkan oleh penyebab lain, seperti defisiensi besi, vitamin B12, atau folat, gagal ginjal, kegagalan sumsum tulang, hipersplenisme, kelainan endokrin, anemia leukoeritroblastik, dan lain-lain. 5EtiologiSindrom talasemia akibat tidak adanya sintesis satu atau lebih rantai polipeptida globin yang bergabung membentuk hemoglobin. Sindrom thalassemia- biasanya disebabkan oleh delesi satu gen globin atau lebih. Thalassemia-( dapat juga karena delesi gen, tetapi lebih lazim merupakan akibat kelainan pembacaan atau pemrosesan DNA. Pada tingkat molekular, sekurang-kurangnya diketahui 100 mutasi yang mengakibatkan kelainan ini. Mutasi ini dapat mengurangi produksi atau mengubah pemrosesan mRNA. Cara lain pergeseran kerangka atau mutasi nonsense dapat menggambarkan mRNA nonfungsional. Pada tingkat fenotip, tidak dibuat (-globin (thalassemia-(0) atau pengurangan jumlah (-globin. normal yang dihasilkan (thalassemia-(+). Hanya rantai globin normal yang dihasilkan pada kelainan ini, tetapi ada bentuk thalassemia tidak biasa lain yang secara struktural disintesis rantai globulin abnormal.6Epidemiologi

Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari thalassemia. Fakta ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak; menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di dunia.7Yayasan Thalassemia Indonesia menyebutkan bahwa setidaknya 100.000 anak lahir di dunia dengan Thalassemia mayor. Di Indonesia sendiri, tidak kurang dari 1.000 anak kecil menderita penyakit ini. Sedang mereka yang tergolong thalassemia trait jumlahnya mencapai sekitar 200.000 orang. 8Di RSCM sampai dengan akhir tahun 2003 terdapat 1060 pasien thalassemia mayor yang berobat jalan di Pusat Thalassemia Departemen Anak FKUI-RSCM yang terdiri dari 52,5 % pasien thalassemia homozigot, 46,2 % pasien thalassemia HbE, serta thalassemia 1,3%. Sekitar 70-80 pasien baru, datang tiap tahunnya. 8PatofisiologiSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya, talasemia merupakan suatu penyakit kelainan hemoglobinopati yang bersifat herediter dan terkait autosomal kromosom. Jika seseorang menerima gen dari orang tua yang sama-sama carrier atau bahkan salah satu adalah penderita maka akan ada kemungkinan menjadi anak dengan kromosom autosom yang homozigot & mengandung gen talasemia akan terjadi keadaan yang disebut talasemia mayor. Kelainan ini disebabkan adanya lesi/defek pada kromosom 11 atau 16, jika defek terdapat pada 1 dari 200 titik gen pada kromosom 11 maka akan menghasilkan orang dengan talasemia beta. Bila lesi tersebut terdapat pada kromosom 16 maka akan menghasilkan orang dengan talasemia alfa. 9

Gejala klinis talasemia pada anak-anak biasanya menimbulkan anemia berat, ikterus karena peningkatan destruksi SDM oleh limpa, hepatosplenomegali, pertumbuhan yang terlambat, dan terkadang ada gambaran overload besi. 91. Thalassemia-( Heterozigot (Thalassemia Minor/Ciri Bawaan)Sejumlah kelainan sintesis rantai (-globin yang berbeda secara genetik dapat menghasilkan gambaran klinis thalassemia minor. Derajat penekanan sintesis rantai (-globin normal dan jumlah sisa sintesis rantai- tampak merupakan penentu yang penting terhadap keparahan heterozigot Harapan hidup pada talasemia-( minor normal.92. Adanya thalassemia biasanya dapat dibedakan pada heterozigot dengan penentuan hemoglobin A2 dan F kuantitatif, darah lengkap dengan indeks eritrosit dan pewarnaan benda inklusi eritrosit. Tidak mungkin pemeriksaan sintesis in vitro untuk membedakan ciri thalassemia-(0, tidak adanya rantai-( yang disintesis, dari ciri thalassemia-(+, dengan beberapa rantai-( disintesis. Namun, kedua orang tua mungkin mempunyai bentuk (0 ciri thalassemia jika keturunan homozigot secara total tidak mampu mensintesis rantai-(. 93. Thalassemia-

Delesi gen globin- menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin- pada individu normal, dan empat bentuk thalassemia- yang berbeda telah diketahui sesuai dengan delesi satu, dua, tiga, atau semua empat gen ini. Delesi gen globin- tunggal menghasilkan pengidap tenang fenotipe thalassemia- (silent carrier). Biasanya tidak ada abnormalitas hematologi yang nyata, kecuali mikrositosis ringan. 9Individu yang kekurangan dua gen globin- memperlihatkan gambaran pengemban bakat thalassemia-, dengan anemia mikrositik ringan. Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (4) dapat ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak lagi terlihat, dan kadar Hb A2 dan Hb F secara khas normal. 9Bentuk thalassemia- yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen globin-, disertai dengan tidak ada sintesis rantai sama sekali. Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai , maka tidak satupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (4) merupakan sebagian besar dari Hb pada bayi yang menderita, dan karena 4 mempunyai afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-bayi itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah kecil Hb embrional normal yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen. Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati dan kebanyakan dari bayi yang lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik, dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. 9Gejala Klinis

Bayi baru lahir dengan talasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalm tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah lahir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, maka tumbuh kembang anak akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh, dan dapat disertai dengan demam berulang akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung.3

Terdapat hepatosplenomegali. Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoid akibat sistem eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat menyebabkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. Kadang-kadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat menyebabkan kematian. Dapat timbul pansitopenia akibat hipersplenisme. 3

Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan menars dan gangguan perkembangan sifat seks sekunder), pankreas (diabetes), hati (sirosis), otot jantung (aritmia, gangguan hantaran, gagal jantung), dan perikardium (perikarditis). 3Komplikasi

Komplikasi dari penyakit talasemia ialah lebih mengarah kepada kerusakan multi organ sistemik seperti hepar dan limpa, anemia berat kronis, mudahnya terjadi infeksi, ekspansi sumsum tulang yang berlebihan sehingga terjadi osteoporosis, dan mengalami overload zat besi karena destruksi SDM yang lebih cepat dari seharusnya. Pertumbuhan lambat terutama, akibat kegagalan maturasi tulang, terutama selama tahun-tahun remaja. Maturasi seksual juga terlambat, atau tidak ada dan hipogonadisme lazim pada anak laki-laki dan perempuan. Kelainan pertumbuhan dan perkembangan ini diduga akibat hemosiderosis transfusi bukannya talasemia. Namun pertumbuhan tinggi dan berat badan cukup normal selama umur 4-5 tahun pertama pada anak yang ditransfusi secara teratur dan perkembangan intelektual normal. 4,6,9Kematian pada sebagian besar penderita yang ditransfusi secara .teratur dianggap berasal dari kelebihan besi. Penyerapan besi saluran cerna meningkat sebagai akibat anemia hemolitik kronis. Lagi pula, terjadi peningkatan beban besi tubuh yang progresif sekitar 250 mg pada setiap unit darah yang ditransfusikan (besi tubuh total 3,5 g pada laki-laki dewasa normal). Akumulasi besi menyebabkan penggelapan kulit karena melanin dan besi diendapkan di dermis. Akumulasi besi pada jaringan lain, terutama hati, pankreas, kelenjar endokrin, dan jantung, dapat mengakibatkan fibrosis dan kerusakan organ permanen. Diabetes melitus, insufisiensi hati, dan gangguan kelenjar endokrin dapat terjadi. Komplikasi yang paling serius adalah gagal jantung yang sering mematikan yang mengikuti aritmia atrium dan ventrikel yang aneh pada beberapa remaja dan dewasa muda.4,6,9Penatalaksanaan1. Transfusi Darah

Transfusi teratur sangat penting untuk ketahanan hidup kebanyakan thalassemia-( homozigot. Terapi diberikan secara teratur untuk mempertahankan kadar Hb di atas 10 g/dL. Regimen "hipertransfusi" ini mempunyai keuntungan klinis yang nyata. Hal memungkinkan pasien dapat lebih nyaman, mencegah ekspansi sumsum tulang dan masalah kosmetik progresif yang terkait dengan perubahan tulang-tulang muka, dan meminimalkan dilatasi jantung dan osteoporosis. Transfusi dengan dosis 15-20 ml/kg sel darah merah terpampat (PRC) biasanya diperlukan seliap 4-5 minggu. Uji silang harus dikerjakan untuk mencegah alloimunisasi dan mencegah reaksi transfusi. Lebih baik digunakan PRC yang relatif segar (kurang dari 1 minggu dalam antikoagulan CPD). Walapun dengan kehati-hatian yang tinggi, reaksi demam akibat tranfusi lazim ada. Hal ini dapat diminimalkan dengan penggunaan eritrosit yang direkonstitusi dari darah beku atau penggunaan filter leukosit, dan dengan pem-berian antipiretik sebelum transfusi.22. Terapi Khelasi BesiHemosiderosis adalah akibat terapi transfusi jangka panjang yang tidak dapat dihindari karena seliap 500 ml darah membawa kira-kira 200 mg besi ke jaringan yang tidak dapat diekskreksikan secara fisiologis. Hemosiderosis dapat diturunkan atau bahkan dicegah dengan pemberian parenteral obat pengkhelasi besi (iron-chelating drugs), deferoksamin, yang membentuk kompleks besi yang dapat diekskresikan dalam urin. Obat ini diberikan subkutan dalam jangka 8-12 jam dengan menggunakan pompa portabel kecil (selama tidur), 5 atau 6 malam/minggu. Penderita yang menerima regimen ini dapat memperlahankan kadar feritin serum kurang dari 1.000 ng/mL, yang benar-benar di bawah nilai toksik.6,93. SplenektomiSplenektomi dipertimbangkan pada penderita yang kebutuhan transfusinya bertambah di luar porporsi pertumbuhan atau proporsi yang mengurangi gejala tekanan yang disebabkan oleh hipertrofi limpa masif. Splenektomi meningkatkan risiko sepsis yang parah sekali, dan oleh karena itu operasi harus dilakukan hanya untuk indikasi yang jelas dan harus ditunda selama mungkin. Kebutuhan transfusi me-ebihi 240 ml/kg PRC/tahun biasanya merupakan bukti hipersplenisme dan merupakan indikasi untuk mempertimbangkan splenektomi.94. Imunisasi Hepatitis BImunisasi hepatitis B harus dilakukan pada semua pasien non-imun. Pada hepatitis C yang ditularkan lewat transfusi, diobati dengan interferon-a dan ribavirin apabila ditemukan genom virus dalam plasma.5,95. Cangkok sumsum tulangCangkok sumsum tulang (CST) adalah kuratif pada penderita ini dan telah terbukti keberhasilan yang meningkat, meskipun pada penderita yang telah menerima transfusi sangat banyak. Namun, prosedur ini membawa cukup risiko morbiditas dan mortalitas dan biasanya hanya dapat digunakan untuk penderita yang mempunyai saudara kandung yang sehat (yang tidak terkena) yang histokampatibel.6,9Pencegahan

Tidak ada pengobatan definitif yang tersedia dengan luas untuk talasemia, penekanan utama telah ditempatkan pada penapisan populasi yang berisiko agar dapat diberikan konseling genetik. Ada beberapa cara yaitu hindari menikah dengan orang yang memiliki riwayat talasemia dan skrining sebelum menikah & ketika memiliki anak. Penapisan pembawa sifat talasemia-( lebih berdaya guna bila dikerjakan dengan penilaian indeks sel darah merah. 1Di Indonesia program pencegahan thalassemia-( mayor telah dikaji oleh Departemen Kesehatan melalui program "Health Technology Assesment" (HTA), di mana beberapa butir rekomendasi, sebagai hasil kajian, diusulkan dalam program prevensi talasemia, termasuk tekhnik dan metoda uji saring laboratorium, strategi pelaksanaan, psikososial, dan agama.1Prognosis

Prognosis tergantung tipe thalassemia yang menyerang seseorang. Tanpa terapi penderita akan meninggal pada dekade pertama kehidupan, pada umur, 2-6 tahun, dan selama hidupnya mengalami kondisi kesehatan buruk. Dengan tranfusi saja penderita dapat mencapai dekade ke dua, sekitar 17 tahun, tetapi akan meninggal karena hemosiderosis, sedangkan dengan tranfusi dan iron chelating agent penderita dapat mencapai usia dewasa meskipun kematangan fungsi reproduksi tetap terlambat. Namun pada kasus dalam skenario ini prognosis penderita adalah dubia at malam.6,9KesimpulanTalasemia adalah salah satu penyakit darah yang di warisi, umumnya menyerang anak anak di kalangan masyarakat, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat sekurang kurangnya 2000 orang yang menderita talasemia di seluruh Negara.

Berdasarkan hasil pembelajaran yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pasien anak usia 6 tahun pada kasus tersebut didiagnosis menderita talasemia. Talasemia merupakan kelainan sintesis hemoglobin dimana merupakan kelainan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Secara molekuler talasemia dibedakan atas talasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan antara talasemia mayor dan minor. Talasemia mayor sangat tergantung pada transfuse dan talasemia minor (karier) biasa tanpa gejala. Talasemia diturunkan berdasarkan Hukum Mendel, resesif atau ko-dominan. Heterozigot biasanya tanpa gejala homozigot atau gabungan heterozigot gejalanya lebih berat daripada talasemia alfa atau beta.

Namun untuk menyimpulkan thalassemia jenis apa, perlu dilakukan anamnesis lebih lanjut, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lanjutan yang lengkap dan terarah. Daftar Pustaka

1. Gleadle Jonathan, Mehta A, Hoffbrand V. Anemia dalam buku At a Glance anamnesis dan pemeriksaan Fisik. Alih bahasa, Rahmalia Annisa; editor, Safitri Amalia. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005. h.18-25,83-42. Latief A, Tumbuleka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH, et all. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta: CV Sagung Seto; 2009.h.3-8, 35-8, 41, 115-7.3. Mansjoer A, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta kedokteran. Edisi ke 3. Jlid 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.h.497-94. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, et all, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed.5. Jakarta: InternaPublishing; 2009, h.1379-93.5. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Kapita selekta hematologi; alih bahasa: Lyana Setiawan. Edisi 4. Jakarta: EGC; 2005.h. 67-876. Mentzer WC. Talasemia dalam Buku Ajar Pediatrik Rudolf; editor, Abraham M. Rudolph, et all; alih bahasa, A. Samik Wahab, Sugiarto; editor bahasa Indonesia, Natalia Susi, et all. Ed.20 Vol.2. Jakarta: EGC; 2006. h. 1331-347. Yaish Hassan M. Thalassemia. April 30, 2010. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/958850-overview.8. Permono, Bambang H., Sutaryo, Ugrasena, IDG. Hemoglobin Abnormal: Talasemia. Buku Ajar Hematologi- Onkologi Anak.. Cetakan ketiga. Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta : 2010. Hal 64-84.9. Honig GR. Kelainan hemoglobin dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Nelson; editor Richard E. Behrnab, et all; Alih bahasa, A. Samik Wahab; editor bahasa Indonesia, A. Samik Wahab, et all. Ed.15 Vol.2. Jakarta: EGC; 2000. h. 402-20Thalassemia pada Anak - AnakPage 19