53
Pemeriksaan Forensik Kasus Pembunuhan Dengan Penjeratan Yohana Anggreini Inangele / 102011380 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563- 1731 Kasus 1 : Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh dengan batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat kesebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang terputus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan benda tajam. 1

Pbl Blok 30 Skenario 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gugu

Citation preview

Page 1: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pemeriksaan Forensik Kasus Pembunuhan Dengan Penjeratan

Yohana Anggreini Inangele / 102011380

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Kasus 1 :

Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh dengan batu-batuan dalam

keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di

bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju

(yang kemudian diketahui baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat

kesebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher

memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih

dijumpai adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah

ketiak yang terputus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang

memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan benda tajam.

Perlu di ketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah suatu

daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat.

1

Page 2: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pendahuluan

Forensik berasal dari kata Forum yaitu suatu tempat, dimana bermula pada zaman Romawi Kuno

untuk dilakukan perbincangan mengenai suatu hal atau masalah yang khusus membahas masalah

penegakan hukum dan keadilan. Jadi definisi Ilmu Kedokteran Forensik atau juga dikenal dengan

nama Legal Medicine, adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran, yang mempelajari

pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan.1,2

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan

terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan tejadi dengan mulai

terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa menit atau beberapa

jam. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah membantu penyidik menegakan

keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu menentukan beberapa hal seperti saat

kematian dan penyebab kematian. 1,2

Saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda-tanda dan gejala setelah

kematian sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa hal diantarannya umur, kondisi fisik

pasien, penyakit fisik sebelumnya maupun penyebab kematian itu sendiri. 1,2

Salah satu penyebab kematian adalah terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan yang

mengakibatkan suplai oksigen berkurang. Hal ini sering dikenal dengan istilah asfiksia, Korban

kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter, hal tersebut menempati urutan

ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan traumatik mekanik.3-5

Pada berbagai kasus asfiksia, ditemukan tanda-tanda kematian yang berbeda. Hal ini sangat

tergantung dari penyebab kematian. Untuk itu kita perlu memahami lebih lanjut tentang penyebab

asfiksia tersebut. 3-5

PembahasanMedikolegal

Pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal adalah pelayanan kedokteran untuk

memberikan bantuan professional yang optimal dalam memanfaatkan ilmu kedokteran untuk

kepentingan penegakan hukum dan keadilan. Pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal

mencakup 5 bidang, yaitu :

Pelayanan Forensik Klinik

Adalah pelayanan pemeriksaan forensik terhadap korban yang dikirim penyidik ke Rumah

Sakit atau puskesmas dan pelayanan pemeriksaan forensik pada pasien dalam rangka

pembuatan visum et repertum, surat keterangan atau sertifikasi lainnya.1

2

Page 3: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pelayanan Forensik Patologi

Adalah pelayanan pemeriksaan forensik terhadap korban mati yang dikirim oleh penyidik ke

Rumah Sakit atau puskesmas dan pelayanan pemeriksaan forensik terhadap mayat pasien

sesuai permintaan pihak yang berkepentingan.

Pelayanan Laboratorium Kedokteran Forensik

Adalah pelayanan pemeriksaan laboratorium untuk menunjang kepentingan pelayanan

forensik klinik, forensik patologi, maupun pelayanan medikolegal.

Pelayanan Konsultasi Medikolegal

Adalah pelayanan konsultasi ahli yang dilaksanakan seorang dokter spesialis kedokteran

forensik secara tersendiri atau dibantu oleh ahli lain, dan dokter spesialis lain dalam bidang

terkait untuk : prosedur medikolegal, penyusunan “by-laws”, pembuatan dokumen medik, dan

penyelesaian sengketa medik.

Pelayanan Bank Jaringan

Adalah pelayanan penyediaan, pemrosesan dan distribusi jaringan untuk kepentingan

transplantasi organ / jaringan.

Tujuan

1. Memberikan pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal pada korban / klien sesuai

amanat undang-undang

2. Memberi pelayanan menyeluruh bagi korban kekerasan, dengan kekhususan pada perempuan

dan anak, baik di bidang klinik, medikolegal dan psikososial.

3. Memberi layanan konsultasi mediko-etikolegal dalam lingkungan rumah sakit, keprofesian

maupun antar institusi.

Pelayanan Kedokteran Forensik dan Medikolegal di Indonesia

Untuk dapat memberikan pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal secara merata di

Indonesia sesuai amanat undang-undang, terutama KUHAP, dibuat strategi pelayanan kedokteran

forensik dan medikolegal berjenjang di rumah sakit dan puskesmas. Strategi ini dikembangkan dan

disesuaikan dengan kebijakan, standar, pedoman dan by-laws yang telah ada sebelumnya.1

Pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal di rumah sakit

Upaya pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal di rumah sakit dikembangkan ke arah

peningkatan mutu (pelayanan spesialistik dan subspesialistik), peningkatan jangkauan

pelayanan serta sistem rujukan dengan tujuan tercapainya pelayanan kedokteran forensik dan

medikolegal yang optimal. Peningkatan mutu ini ditunjukkan dengan diikutsertakannya

3

Page 4: Pbl Blok 30 Skenario 1

pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal pada kegiatan akreditasi serta pemenuhan

secara bertahan dari sumber daya manusia, fasilitas, sarana dan prasarana sesuai standar.

Pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal di puskesmas

Upaya pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal di puskesmas ditujukan memberikan

pelayanan kedokteran forensik dan medikolegal yang bersifat dasar, seperti pelayanan

pemeriksaan mayat, pemeriksaan korban kekerasan fisik dan seksual, tata laksana barang

bukti dan pelayanan laboratorium forensik sederhana. Puskesmas juga diharapkan dapat

memberikan pembinaan kepada masyarakat dan melaksanakan sistem rujukan sesuai

kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.

Aspek Hukum1

KEJAHATAN TERHADAP TUBUH DAN JIWA MANUSIA

Pasal 89 KUHP

Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.

Pasal 338 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan

pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 339 KUHP

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang dilakukan dengan

maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri

sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan

penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara

seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun1.

Pasal 340 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam,

karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup

atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.

Pasal 351 KUHP

1. Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana

denda paling banyak 4500 rupiah.

4

Page 5: Pbl Blok 30 Skenario 1

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara

paling lama 5 tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.

4. Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 353 KUHP

1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4

tahun.

2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling

lama tujuh tahun.

3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.

Pasal 354 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan penganiayaan

berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama sepuluh

tahun.

Pasal 355 KUHP

(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara

paling lama 12 tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama

15tahun1.

Aspek Medikolegal

KEWAJIBAN DOKTER MEMBANTU PERADILAN

Pasal 133 KUHAP

1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan

ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang

mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau

ahli lainnya.

5

Page 6: Pbl Blok 30 Skenario 1

2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang

dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau

pemeriksaan bedah mayat.

3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus

diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label

yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau

bagian lain badan mayat 1.

Penjelasan Pasal 133 KUHAP

2)Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan

keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan1.

Pasal 179 KUHAP

1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli

lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan

keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan

memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanr-benarnya menurut pengetahuan

dalam bidang keahliannya1.

BENTUK BANTUAN DOKTER BAGI PERADILAN DAN MANFAATNYA

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya

dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan

bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya1.

Pasal 184 KUHAP

1) Alat bukti yang sah adalah:

- Keterangan saksi

- Keterangan ahli

- Surat

- Pertunjuk

- Keterangan terdakwa

2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan1.

Pasal 186 KUHAP: Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

6

Page 7: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pasal 180 KUHAP

1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang pengadilan,

Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru

oleh yang berkepentingan.

2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap hasil

keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim memerintahkan agar hal itu

dilakukan penelitian ulang.

3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana

tersebut pada ayat (2)1

SANGSI BAGI PELANGGAR KEWAJIBAN DOKTER

Pasal 216 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut

undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan

tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;

demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan

dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-undang

terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan jabatan umum.

3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang

menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah sepertiga1.

Pasal 222 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat

untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda

paling banyak empat ribu lima ratus rupiah1.

Pasal 224 KUHP

Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau jurubahasa,

dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus

melakukannnya:

7

Page 8: Pbl Blok 30 Skenario 1

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.

2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan1.

Pasal 522 KUHP

Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak datang

secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

RAHASIA JABATAN DAN PEMBUATAN SKA/ V et R

Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter

Saya bersumpah/ berjanji bahwa:

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan. Saya akan menjalankan

tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya. Saya

akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran. Saya akan

merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya

sebagai dokter…….dst.

Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.

Pasal 1 PP No 10/1966

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang

tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran1.

Pasal 2 PP No 10/1966

Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal 3,

kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada PP ini menentukan lain.

Pasal 3 PP No 10/1966

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:

a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.

b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan atau

perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan1.

8

Page 9: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pasal 4 PP No 10/1966

Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau tidak

dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri kesehatan dapat melakukan tindakan

administrative berdasarkan pasal UU tentang tenaga kesehatan.

Pasal 5 PP No 10/1966

Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut dalam pasal 3

huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan

kebijaksanaannya.

Pasal 322 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau

pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling

lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas

pengaduan orang itu1.

Pasal 48 KUHP: Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

BEDAH MAYAT KLINIS, ANATOMIS DAN TRANSPLANTASI

Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat

Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.

Pasal 2 PP No 18/1981

Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:

a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah penderita

meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan pasti;

b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita menderita

penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.

c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2 x 24 jam

tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah sakit1.

Pasal 14 PP No 18/1981

Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata dari

korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan tertulis keluarga yang

terdekat.

9

Page 10: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pasal 17 PP No 18/1981: Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18 PP No 18/1981

Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan

dari luar negeri.

Pasal 19 PP No 18/1981

Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk keperluan

penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 70 UU Kesehatan

(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat1.

Keterangan pemeriksaan TKP

Hal yang penting diketahui antara lain adalah: 1) siapa yang menemukan korban 2) apakah ada

warga desa terdekat yang mengenal korban atau apakah terdapat korban hilang yang sesuai dengan

ciri-ciri fisik korban 3) apakah terdapat senjata tajam di sekitar korban (senjata yang digunakan

melukai korban) 4) apakah terdapat ceceran darah di tempat kejadian perkara dan darah tersebut

merupakan darah milik korban. 1

Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan : (1) apa yang terjadi, (2)

siapa yang tersangkut, (3) dimana dan kapan terjadi, (4) bagaimana terjadinya dan (5) dengan apa

melakukannya, serta (6) kenapa terjadi peristiwa tersebut. Bila korban masih hidup maka tindakan

yang paling utama dan pertama bagi dokter adalah menyelamatkan koban dengan tetap menjaga

keutuhan TKP. 1

Sedangkan pada skenario, korban didapatkan dalam keadaan telah mati dan membusuk, tugas

dokter adalah menegakkan diagnosis kematian, memperkirakan saat kematian, memperkirakan sebab

kematian, memperkirakan cara kematian, menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan

medis. Bila perlu dokter dapat melakukan anamnesa dengan saksi-saksi untuk mendapatkan gambaran

riwayat medis korban (pada kasus anamnesa dilakukan terhadap orang yang menemukan jenazah ). 1

Perlengkapan yang sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan di TKP adalah kamera, film

berwarna dan hitam putih (untuk ruangan gelap), lampu kilat, lampu senter, lampu ultraviolet, alat

tulis dan tempat menyimpan barang bukti berupa amplop atau kantong plastik, pinset, skapel, jarum,

tang, kaca pembesar, termometer rectal, termometer rangan, sarung tangan, kapas, kertas saring serta

alat tulis (spidol) untuk memberi label pada benda bukti. 1

10

Page 11: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab kematian dan

menentukan cara kematian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah posisi korban saat mati, simpul

pada baju korban yang dipakai untuk mencekik korban, benda-benda bukti di sekitar korban, dan

keadaan lingkungan. 1

Dari hasil pemeriksaan TKP di dapatkan bahwa terdapat ceceran darah yang cukup banyak

pada bebatuan pada daerah dekat luka pada ketiak kiri korban, tidak ditemukan adanya benda tajam

yang dicurigai menimbulkan luka, TKP merupakan sungai kering yang jauh dari pemukiman

penduduk. Korban dalam posisi tertelengkup dan leher terjerat lengan bajunya sendiri sedangkan

lengan lainnya terkait pada pohon, posisi korban mendatar.

Pemeriksaan Medis

IDENTIFIKASI FORENSIK

Identifikasi forensik merupakan salah satu upaya membantu penyidik menentukan identitas seseorang

yang identitasnya tidak diketahui baik dalam kasus pidana maupun kasus perdata. Penentuan identitas

seseorang sangat penting bagi peradilan karena dalam proses peadilan hanya dapat dilakukan secara

akurat bila identitas tersangka atau pelaku dapat diketahui secara pasti.

Identifikasi forensik dapat dilakukan dengan metode-metode sebagai berikut:

1. Metode visual yang dilakukan dengan memperlihatkan korban kepada anggota keluarga atau

teman-teman dekatnya untuk dikenali.

2. Pemeriksaan dokumen seperti kartu tanda penduduk (KTP), surat izin mengemudi (SIM), kartu

golongan darah, paspor, atau tanda pembayaran yang ditemukan dalam saku pakaian, tas korban,

atau di samping korban.

3. Pemeriksaan perhiasan yang dikenakan korban seperti anting-anting, kalung, gelang, atau cincin.

Pada perhiasan tersebut mungkin ditemukan merek atau nama pembuat, atau inisial nama pemilik

atau pemberi perhiasan tersebut.

4. Pemeriksaan pakaian meliputi bahan yang dipakai, model pakaian, tulisan-tulisan merek pakaian,

penjahit, laundry, atau inisial nama.

5. Identifikasi medis meliputi pemeriksaan dan pancarian data bentuk tubuh, tinggi dan berat badan,

ras, jenis kelamin, warna rambut, warna tirai mata, cacat tubuh/kelainan khusus, jaringan parut

bekas operasi/luka, tato (rajah), dsb.

6. Pemeriksaan serologi dilakukan untuk menentukan golongan darah korban dari bahan

darah/bercak darah, rambut, kuku, atau tulang.

7. Pemeriksaan sidik jari dengan membuat sidik jari langsung dari jari korban atau pada keadaan

dimana jari telah keriput, sidik jari dibuat dengan mencopot kulit ujung jari yang mengelupas dan

mengenakan pada jari pemeriksa yang sesuai lalu dilakukan pengambilan sidik jari.

11

Page 12: Pbl Blok 30 Skenario 1

8. Pemeriksaan gigi meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang secara manual,

radiologis, dan pencetakan gigi dan rahang. Odontogram memuat data jumlah, bentuk, susunan,

tambalan, protesa gigi, dsb.

9. Metode eksklusi dilakukan jika terdapat korban yang banyak dengan daftar tersangka korban

pasti seperti pada kecelakaan masal penumpang pesawat udara, kapal laut (melalui daftar

penumpang). Bila semua korban kecuali satu yang terakhir telah dapat dapat ditentukan

identitasnya dengan metoda identifikasi lain, maka korban yang terakhir tersebut langsung

diindentifikasikan dari daftar korban tersebut.

Identitas seseorang dipastikan bila minimal dua metode yang digunakan memberi hasil positif

(sesuai), di mana salah satunya adalah metode identifikasi medis. Peran dokter dalam identifikasi

personal terutama dalam identifikasi secara medis, serologis, dan pemeriksaan gigi. Dapat pula

dilakukan metode identifikasi DNA.1

Identifikasi jenazah:

Identifikasi umum:

• Jenis Kelamin : Laki-laki

• Bangsa : Indonesia

• Ras : Jawa

• Umur : 26 tahun

• Warna Kulit : sawo matang

• Keadaan gizi : cukup

• Tinggi badan : 170 cm

• Berat badan : 65 kg

Identifikasi khusus:

Tattoo : -

Jaringan parut : -

Anomali : -

Pemeriksaan rambut: hitam dan keriting tipis

Pemeriksaan mata: tertutup, tidak ada gambaran perbendungan mata dan tidak adabintik-

bintik perdarahan pada komjungtiva bulbi dan palpebra

Pemeriksaan daun telinga dan hidung: tidak terdapat busa/cairan dan darah

Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut: terdapat luka lecet jenis tekan atau geser

dan luka memar pada bagian/ permukaan bibir akibat bibir yang terdorong dan menekan

gigi, gusi dan lidah. Tidak ditemukan busa halus.

12

Page 13: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan: tidak ada kelainan

Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan :

- Letak luka: ditemukan adanya satu luka terbuka didaerah ketiak kiri danbeberapa luka

terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri.3

- Jenis luka: luka terbuka yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yangputus dan luka

terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yangmemiliki ciri-ciri yang sesuai dengan

akibat kekerasan tajam3

- Arah luka: melintang

- Tepi luka: rata dan teratur

- Sudut luka: kedua sudut luka lancip

- Dasar luka: dalam luka tidak melebihi panjang luka

- Ukuran luka: ± 10 cm16.

Pemeriksaan terhadap patah tulang: tidak ada tanda patah tulang3

TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)

Tempat kejadian perkara ( TKP ) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan/atau tempat terjadinya

peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian. Meskipun kelak terbukti

bahwa di tempat tersebut tidak pernah terjadi suatu tindak pidana, tempat tersebut tetap disebut

sebagai TKP yang berhubungan dengan manusia sebagai korban, seperti kasus penganiayaan,

pembunuhan dan kasus kematian mendadak (dengan kecurigaan). Dasar pemeriksaan adalah

hexameter, yaitu menjawab enam pertanyaan: apa yang terjadi, siapa yang terasangkut, dimana dan

kapan terjadi, bagaimana terjadinya dan dengan apa melakukannya, serta kenapa terjadi peristiwa

tersebut. Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP harus mengikuti ketentuan yang berlaku umum

pada penyidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah TKP. Semua benda bukti yang

ditemukan agar dikirim ke laboratorium setelah sebelumnya diamankan sesuai dengan prosedur.

Persiapan dokter sebelum ke TKP adalah:

1. Mendapat permintaan pemeriksaan TKP dan jelas akan hal-hal siapa yang memintanya datang ke

TKP, bagaimana permintaan tersebut sampai ke tangan dokter, waktu permintaan tersebut dibuat,

dan lokasi TKP.

2. Informasi tentang kasus yang terjadi.

3. Perlengkapan yang sebaiknya dibawa: kamera, lampu kilat, film berwarna dan hitam putih (untuk

ruangan gelap), lampu senter, lampu ultraviolet, termometer rektal, termometer ruangan, amplop,

kantong plastik, pinset, skalpel, jarum, tang, kapas, kertas saring, kaca pembesar, label, dan alat

tulis.

13

Page 14: Pbl Blok 30 Skenario 1

Tindakan yang dikerjakan dokter di TKP adalah menentukan korban masih hidup atau telah mati. Bila

korban masih hidup maka tindakan yang paling utama dan pertama bagi dokter adalah

menyelamatkan koban dengan tetap menjaga keutuhan TKP. Pada kasus yang terjadi, korban

didapatkan dalam keadaan telah mati, maka tugas dokter adalah menegakkan diagnosis kematian,

memperkirakan saat kematian, memperkirakan sebab kematian, memperkirakan cara kematian,

menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis. Bila perlu dokter dapat melakukan

anamnesa dengan saksi-saksi untuk mendapatkan gambaran riwayat medis korban.

Pemeriksaan dimulai dengan membuat foto dan sketsa TKP, termasuk penjelasan mengenai letak dan

posisi korban, benda bukti dan interaksi lingkungan. Mayat yang ditemukan dibungkus dengan plastik

atau kantung plastik khusus untuk mayat setelah sebelumnya kedua tangannya dibungkus plastik

sebatas pergelangan tangan. Pemeriksaan sidik jari oleh penyidik dapat dilakukan sebelumnya. Bercak

darah yang ditemukan di lantai atau di dinding diperiksa dan dinilai apakah berasal dari nadi atau dari

vena, jatuh dengan kecepatan (dari tubuh yang bergerak) atau jatuh bebas, kapan saat perlukaannya,

dan dihubungkan dengan perkiraan bagaimana terjadinya peristiwa.1

Mencari dan mengumpulkan benda-benda bukti biologis. Benda bukti yang ditemukan dapat berupa

pakaian, bercak mani, bercak darah, rambut, obat, anak peluru, selongsong peluru, benda yang diduga

senjata diamankan dengan memperlakukannya sesuai prosedur, yaitu dipegang dengan hati-hati serta

dimasukan ke dalam kantong plastik, tanpa meninggalkan jejak sidik baru. Benda bukti yang bersifat

cair dimasukan ke dalam tabung reaksi kering. Benda bukti berupa bercak kering di atas dasar keras

harus dikerok dan dimasukan ke dalam amplop atau kantong plastik, bercak pada kain diambil

seluruhya atau bila bendanya besar digunting dan dimasukan ke dalam amplop atau kantong plastik.

Benda – benda keras diambil seluruhnya dan dimasukan ke dalam kantung plastik. Semua benda bukti

di atas harus diberi label dengan keterangan tentang jenis benda, lokasi temuan, saat temuan dan

keterangan lain yang diperlukan.1

Selanjutnya mayat dan benda bukti biologis dikirim ke instalasi kedokteran forensik atau ke rumah

sakit umum setempat. Benda bukti bukan biologis dapat langsung dikirim ke laboratorium

kriminil/forensik kepolisian daerah setempat.

Hindari tindakan yang dapat mempersulit pemeriksaan/penyidikan seperti:

1. Memegang benda di TKP tanpa sarung tangan

2. Mengganggu bercak darah

3. Membuat jejak baru

4. Memeriksa sambil merokok1

14

Page 15: Pbl Blok 30 Skenario 1

PEMERIKSAAN MEDIS PADA BIDANG TANATOLOGI

Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor

yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah tanatologi.Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang

berhubungan dengan kematian) dan logos ilmu. Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran

Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang

mempengaruhi perubahan tersebut. Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati

somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak)2.

Tanda Pasti Kematian

Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini

mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat kematian

ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa dengan elektro-

ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan waktunya tanda kematian dibagi

menjadi 3, yaitu3:

1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.

Berhentinya sirkulasi darah.

Berhentinya pernafasan.

2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:

A. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)

B. Lebam mayat (livor mortis)

C. Kaku mayat (rigor mortis)

A. Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)

Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu

lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan

penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada

iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat2,3.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat

1. Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang dewasa.

2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan pria

karena jaringan lemaknya lebih banyak.

3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi,

kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada

tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.

4. Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.

5. Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan yang

lebih cepat.

6. Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih cepat.

15

Page 16: Pbl Blok 30 Skenario 1

B. Lebam Mayat (Livor Mortis)

Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai

pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang

tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.

Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan

berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam waktu

sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit menjadi

gelap.

Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa berubah

baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu penting sekali untuk

memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat ini juga penting untuk

menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri2,3.

Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian :

• Merah kebiruan merupakan warna normal lebam

• Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin

• Merah gelap menunjukkan asfiksia

• Biru menunjukkan keracunan nitrit

• Coklat menandakan keracunan aniline

C. Kaku Mayat (Rigor Mortis)

Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :

1. Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)

Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot

tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada tetapi

tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah akan jatuh

dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.

2. Kaku Mayat

Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah

terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi kaku.

Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang leher,

rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot

tungkai.

Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada mayat

akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi.

Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim

panas.

16

Page 17: Pbl Blok 30 Skenario 1

Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada

oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan penumpukan asam

laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein otot).

3. Periode Relaksasi Sekunder

Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan protein,

dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga mulai terjadi.

Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit membedakan antara

relaksasi primer dengan relaksasi sekunder2,3.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat

1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan

berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada kasus di

mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung

lebih lama.

2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama.

Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampat pada bayi yang lahir

mati tetapi cukup usia (tidak prematur)

3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi

dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat lambat terjadi dan

berlangsung lebih lama.

4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus di mana

otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal keadaan otot

sudah lemah.

3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:

a. Proses Pembusukan

Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri berupa

warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin.

Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna, dada,

wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin ungu.

Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan 1-3

hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat. Otot

sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir menebal,

mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat berbau tidak

enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu rongga sehingga

mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini selanjutnya juga bisa

membentuk lepuhan kulit2

17

Page 18: Pbl Blok 30 Skenario 1

Lepuhan Kulit (blister)

Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas. Di mana

akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin

Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk

hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam telur

akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari, belatung ini

lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa. Pada tahap ini

bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan uterus gravid juga

bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut. Bagian perut dan dada bisa

pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di kandungnya. Jika pembusukan terus berlangsung,

maka jaringan jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna kecoklatan3.

Organ Tubuh Bagian Dalam

Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti diatas,

jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang lambat.

Jaringan yang cepat membusuk :

Laring

Trakea

Otak terutama pada anak-anak

Lambung

Usus halus

Hati

Limpa

Jaringan yang lambat membusuk :

Jantung

Paru-paru

Ginjal Prostat

Uterus non gravid

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan.

a) Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 700F sampai

1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F dan dibawah 700F, dan berhenti

dibawah 320 F atau diatas 2120F .

b) Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam air

dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.

c) Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan.

d) Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk. Beberapa

jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan golongan logam

18

Page 19: Pbl Blok 30 Skenario 1

antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat membusuk

dibandingkan mayat orang sehat.

b. Adiposera

Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa.

Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip seperti lilin

yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua. Adiposera

mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan

hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk berlangsungnya

proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada mayat yang terbenam

dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga bervariasi, mulai dari 1 minggu

sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere adalah dapat menunjukkan tempat

kematian (kering, panas atau tempat basah)2.

c. Mummifikasi

Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian tubuh.

Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih tahan dari

pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri

seseorang.

Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan tidak begitu

dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan tubuh.

Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan

medikolegal dari mummfikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat

basah)2.

a. Pemeriksaan Luar

Label mayat

Mayat yang dikirimkan harus diberi label dari kepolisian. Label tersebut dugunting pada tali

pengikatnya dan disimpan bersama berkas pemeriksaan. Dicatat warna dan label tersebut. Isi dari

label tersebut juga penting dicatat. Disamping label dari pihak kepolisian, terdapat pula label dari

Rumah sakit. Hal ini untuk mencegah tertukarnya mayat saat pengambilan jenazah. 1

Bungkus mayat1,3

Mencatat jenis/bahan,warna serta corak dari penutup. Bila ada kotoran,maka catat letak dan jenis

pengotornya. Dicatat pula tali pengikatnya bila ada, baik jenisnya, cara mengikatnya dan letak

ikatan. 1

Pakaian1,3

Dicatat mulai pakaian yang dikenakan pada bagian tubuh atas sampai bawah, dan bagian terluar

sampai terdalam. Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna corak dari tekstil, bentuk atau

model pakaiam, ukuran, cap binatu, tambalan dan sebagainya. Apabila ada pengotoran, maka

dicatat dengan mengukur letak menggunakan koordinat serta ukuran dari pengototan dan robekan

19

Page 20: Pbl Blok 30 Skenario 1

yang ditemukan. Apabila terdapat saku, diperiksa dan dicatat bila terdapat isinya. Pakaian dari

korban mati akibat kekerasan atau belum dikenal sebaiknya disimpan sebagai barang bukti. 1,4

b. Pemeriksaan Dalam

Mayat yang akan dibedah diletakkan terlentang dengan bagian bahu ditinggikan dengan

sepotong balok kecil. Kepala akan berada dalam keadaan fleksi maksimal dan daerah leher tampak

helas. Insisi kulit dilakukan mengikuti garis pertengahan badan mulai di bawah dagu, diteruskan ke

arah umbilikus dan melingkari umbilikus di sisi kiri dan seterusnya kembali mengikuti mengikuti

garis pertengahan badan sampai di daerah simfisis pubis. Pada daerah leher, inisis hanya mencapai

kedalaman setebal kulit saja. Pada daerah dada, insisi kulit sampai kedalaman mencapai permukaan

depan tulang dada (sternum) sedangkan mulai di daerah epigastrium sampai menembus ke dalam

rongga perut. Insisi berbentuk huruf I di atas merupakan insisi yang paling ideal. Insisi pada dinding

perut biasanya dimulai pada daerah epigastrium dengan membuat irisan pendek yang menembus

sampai peritoneum.5

Pada dinding perut diperhatikan keadaan lemak bawah kulit serta ott-otot dinding perut, catat

tebal masing-masing serta luka-luka jika ada. Rongga perut diperiksa dengan mula-mula

memperhatikan keadaan alat-alat perut secara umum. Bagaimana penyebaran tirai usus (omentum),

apakah menututpi seluruh usus-usus kecil ataukah me\ngumpul pada satu tempat akibat adanya

kelainan setemoat. Periksa keadaan usus, adakah kelainan volvulus, intususepsi, infark, tanda-tanda

kekerasan lainnya. Bila mayat telah mengalami operasi sebelumnya, perhatikan pula bagian/alat-alat

perut yang mengalami penjahitan, reseksi atau tindakan lainnya. Perhatikan adalah cairan dalam

rongga perut, dan bila terdapat cairan, catat sifat dari cairan tersebut serous, purulen, darah, atau

cairan keruh. Dinding perut sebelah dalam diperhatikan keadaan selaput lendir yang normal, tampak

licin dan halus berwarna kelabu mengkilat. Pada kelainan peritonitis, akan tampak selaput lendir yang

tidak rata, keruh dengan fibrin yang melekat. Tentukan pula letak sekat rongga badan (diafragma)

dengan membadingkan tinggi diafragma terhadap iga di garis pertengahan selangka (midclavicular

line).5

Rongga dada dibuka dengan jalan mengiris rawan-ra\wan iga pada tempat ½-1 cm medial dari

batas tulang masung-masing iga.Pertama-tama yang diperhatikan adalah letak paru terhadap kadung

jantung. Biasanya dengan mencatat bagian kandung jantung yang tampak antara kedua tepi paru-paru.

Kandung jantung yang tampak hanya 1 jari di antara paru-paru menunjukkan keadaan pengembangan

paru berlebih (edema/emfisema). Selain itu, perhatikan juga permukaan, warna, serta bintik

perdarahan, bercak perdarahan, resapan darah, luka, bula, dan sebagainya.5

Kemudian kandung jantung dibuka dengan melakukan penggutingan pada dinding depan

mengikuti bentuk huruf Y terbalik. Perhatikan apakah rongga kandung jantung terisi oleh cairan atau

darah. Periksa adanya luka baik pada kandung jantung maupun pada permukaan depan jantung

sendiri. Periksa juga adanya kelenjang kacangan (thymus) yang terletak di sebelah atas dinding depan

20

Page 21: Pbl Blok 30 Skenario 1

kandung jantung. Perhatikan besarnya jantung, adanya resapan darah, luka, atau bintik-bintik

perdarahan.4

Untuk pemeriksaan lebih lanjut alat-alat leher akan dikeluarkan bersama-sama dengan alat

rongga dada, sedangkan usus halus mulai dari yeyunum sampai rektum dilepaskan tersendiri dan

kemudian alat dalam rongga perut dikeluarkan bersama alat dalam rongga panggul. Pengeluaran alat

leher dimulai dengan melakukan pengirisan insersi otot-otot dasar mulut pada tulang rahang bawah.

Lidah ditarik ke arah bawah sehingga dapat dikeluarkan melalui tempat bekas irisan. Perhatikan

keadaan rongga mulut dan catat kelainan yang mungkin terdapat antara lain adanya benda asing

dalam rongga mulut. Perhatikan juga langit-langit mulut, baik palatum durum maupun palatum mole,

untuk mencatat kelainan yang ditemukan. Pada lidah, diperhatikan permukaan lidah, adakah bekas

gigitan baru/lama. Selain itu, perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput,

gambaran infeksi, nanah, dsb. Pada kelenjar gondok yang diperhatikan adalah ukuran dan beratnya,

permukaan, warna, adakan perdarahan berbintik/resapan darah.5

Lepaskan esofagus bagian kaudal dari jaringan ikat sekitarnya dan buatlah dua ikatan di atas

diafragma. Esofagus digunting di antara kedua ikatan tersebut di atas. Yang diperhatikan pada

esofagus adalah adanya benda-benda asing, keadaan selaput lendir, serta kelainan yang mungkin

ditemukan seperti striktura/varises.

Usus-usus dilepaskan dengan melakukan dua ikatan pada awal jejunum, dekat dengan tempat

menembusnya duodenum dari arah retroperitoneal. Usus diperiksa akan kemungkinan terdapat darah

dalam lumen serta kemungkinan terdapatnya kelainan bersifat ulseratif, polip, dan lain-lain. Pada

lambung yang diperhatikan isi lambung, selaput lendir (erosi, ulserasi, perdarahan/resapan darah).5

Selanjutnya dilakukan penirisan diafragma dekat pada insersinya pada rongga badan.

Pengirisan diteruskan ke arah bawah, sebelah kanan dan kiri, lateral dari masing-masing ginjal. Alat

rongga panggul dilepaskan terlebih dahulu dengan melepas peritoneum di daerah simfisis. Yang

diperhatikan pada ginjal adalah adanya trauma yang terlihat dari adanya resapan darah pada capsula

adiposa renis. Selain itu, pada ginjal yang mengalami peradangan, simpai ginjal akan melekat erat dan

sulit dilepaskan. Lalu, perhatikan juga permukaan ginjal apakah ada resapan darah, luka-luka, atau

kista-kista retensi. Perhatikan penampang ginjal, korteks dan medula. Pada pemeriksaan ureter yang

diperhatikan adalah kemungkinan tedapatnya batu, ukuran penampang, isi saluran serta keadaan

mukosa. Kandung kencing diperhatikan isi serta selaput lendirnya.

Pemeriksaan hati dilakukan terhadap permukaan, warna, dan kelainan berupa jaringan ikat,

kista kecil, atau abses. Kandung empedu diperiksa ukurannya serta diraba akan kemungkinan

terdapatnya batu empedu, lalu dibuka dengan gunting untuk memperlihatkan selaput lendirnya yang

seperti beludru berwarna hijau-kuning.5

Pemeriksaan pada kepala dimulai dengan membuat irisan pada kulit kepala, dimulai pada

prosesus mastoideus , melingkari kepala ke arah puncak kepala. Kulit kepala kemudian dikupas, ke

21

Page 22: Pbl Blok 30 Skenario 1

arah depan sampai kurang lebih 1-2 cm di atas batas orbita dan ke atah belakang sampai sejauh

protuberantia occipitalis externa. Perhatikan dan catat kelainan yang terdapat, baik pada permukaan

dalam kulit kepala maupun permukaan luar tengkorak. Kelainan yang biasa ditemukan adalah tanda

kekerasan seperti resapan darah tatau garis retak/patah tulang.

Setelah atap tengkorak dilepaskan dengan penggergajian melingkar di daerah frontal sejarak

kurang lebih 2 cm di atas margo supraorbitalis, di daerah temporan kurang lebih 2 cm di atas daun

telinga, pertama-tama dilakukan penciuman terhadap bau yang keluar. Kemudian perhatikan adanya

kelainan pada atap tengkorak, maupun duramater. Otak dikeluarkan, duramater yang melekat pada

dasar tengkorak harus dilepaskan agar dapat diperhatikan kelainan pada dasar tengkorak. Perhatikan

permukaan luar otak dan catat kelainan yang ditemukan seperti perdarahan subdural, subarakhnoid,

kontusio jaringan, atau laserasi.

Otak kecil dan otak besar dipisahkan dengan memotong pedunculus cerebri kanan dan kiri.

otak kecil juga dipisahkan dari batang otak denga memotong pedunculus cerebelli.Otak besar

dipotong secara koronal, lalu perhatikan penampang irisan seperti perdarahan pada korteks,

perdarahan berbintik, dll. Otak kecil diperiksa penampangnya dengan membuat suatu irisan

melintdang, lalu catat kelainan seperti perdarahan, perlunakan,dll. Batang otak diiris melintang mulai

daerah pons, medula oblongata sampai ke bagian prolsimal medula spinalis. Kemudian perhatikan

adanya perdarahan.5

Sebelum mengembalikan organ-organ yang telah diperiksa, pertimbangkan terlebih dahulu

kemungkinan diperlukannya potongan jaringan untuk pemeriksaan histopatologik atau toksikologik.

Potongan jaringan diambil untuk pemeriksaan histopatologik, tebal maksimal 5 mm. Sedangkan untuk

toksikologi disesuaikan dengan kasus yang dihadapi.

Setelah autopsi selesai, semua organ tubuh dimasukkan kembali ke dalam rongga tubuh.

Lidah dikembalikan ke dalam rongga mulut sedangkan jaringan otak dikembalikan ke dalam rongga

tengkorak. Tulang dada dan iga yang dilepaskan saat membuka rongga dada dijahit kembali. Kulit

dijahit dengan rapi menggunakan benang yang kuat, mulai dari bawah dagu sampai ke daerah

simfisis. Atap tengkorak diletakkan kembali pada tempatnya dan difiksasi dengan menjahit otot

temporalis, baru kemudian kulit kepala dijahit dengan rapi. Tubuh mayat harus dibersihkan dari darah

sebelum mayat diserahkan kembali pada pihak keluarga.5

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium diperiksa reaksi jaringan sekitar luka pada luka robek ketiak kiri

dan luka pada kedua tungkai korban. Untuk menilai apakah luka tersebut terjadi saat korban masih

hidup sehingga dapat menjadi penyebab kematian. Dari hasil pemeriksaan histopatologi pada jaringan

sampel ditemukan adanya reaksi jaringan seperi leukosit dan sel PMN (polomorfonuklear) pada

jaringan sekitar luka. Menunjukan bahwa adanya reaksi ini menunjukan bahwa luka terjadi saat

22

Page 23: Pbl Blok 30 Skenario 1

korban masih hidup. Memeriksa adanya bekas epitel pada kuku korban, mengidentifikasi DNA dari

epitel pelaku yang mungkin terbawa korban.

Pada kebanyakan kasus kejahatan mungkin ditemukan darah, cairan mani, air liur, urin, rambut

dan jaringan tubuh lain di tempat kejadian perkara (TKP). Bahan-bahan tersebut mungkin berasal dari

korban atau pelaku yang dapat membantu penyelidian selanjutnya. Pemeriksaan yang dilakukan

adalah sebagai berikut: 1,4,5

Pemeriksaan Darah

Tujuan pemeriksaaan darah sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah

tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada objek-objek

tertentu, manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.

Hasil tersebut juga penting untung menunjang atau menyingkirkan keterlibatan seseorang dengan

TKP. 1,4,5

Pemeriksaan Mikroskopik

Bertujuan untuk mellihat morfologik sel-sel darah merah. Cara ini tidak dapat dilakukan bila

telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah tersebut. Pemeriksaan mikroskopik hanya dapat

menentukan kelas bukan spesies darah tersebut. Cara yang dilakukan adalah, pada sediaan basah

atau kering ditambahkan 1 tetes larutan garam faal. Kemuadian ditutup dengan kaca objek. Cara

lain adalah dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. 1,4,5

Pemeriksaan Kimiawi

Pemeriksaan ini digunakan bila keadaan sel darah sudah rusak, sehingga pemeriksaan

mikroskopik tidak bermanfaat lagi. Pemeriksaan kimiawi darah terdiri dari pemeriksaan

penentuan darah dan penyaringan darah. 1,4,5

Penentuan Golongan Darah

Umur bercak darah juga dapat diketahui oleh dokter forensik. Pada bercak darah yang masih

baru, bentuknya cair dan baunya agak amis. Dalam waktu 12-36 jam, darah akan mengering;

sedangkan warna darah akan berubah menjadi cokelat dalam waktu 10-12 hari. Dalam

melakukan pemeriksaan bercak darah yang telah kering di tempat kejadian perkara atau pada

barang bukti, seperti pisau, palu, atau tongkat pemukul, dokter harus memberi kejelasan kepada

pihak penyidik dalam tiga hal pokok: pertama, apakah bercak tersebut memang benar bercak

darah; kedua, jika betul bercak darah, apakah berasal dari manusia, dan; ketiga, golongan

darahnya apa. Dalam hal pemeriksaan golongan darah, khususnya pemeriksaan dari bercak darah

yang terdapat pada barang bukti yang dipakai untuk pembunuhan, misalnya pisau atau tongkat

besi, penafsiran hasilnya dengan cara terbalik. Bila bercak darah yang ditemukan pada benda

atau sekitar tubuh korban berbeda dengan golongan darah korban dapat menjadi kemungkinan

bahwa darah tersebut adalah darah dari pelaku. 1,4,5

DNA fingerprint

23

Page 24: Pbl Blok 30 Skenario 1

Asam deoksiribonukleat (DNA) adalah salah satu jenis asam nukleat. Asam nukleat merupakan

senyawa-senyawa polimer yang menyimpan semua informasi tentang genetika. Penemuan tehnik

Polymerase Chain Reaction (PCR) menyebabkan perubahan yang cukup revolusioner di berbagai

bidang. Hasil aplikasi dari tehnik PCR ini disebut dengan DNA fingerprint yang merupakan

gambaran pola potongan DNA dari setiap individu. Karena setiap individu mempunyai DNA

fingerprint yang berbeda maka dalam kasus forensik, informasi ini bisa digunakan sebagai bukti

kuat kejahatan di pengadilan. DNA yang biasa digunakan dalam tes adalah DNA mitokondria dan

DNA inti sel. DNA yang paling akurat untuk tes adalah DNA inti sel karena inti sel tidak bisa

berubah sedangkan DNA dalam mitokondria dapat berubah karena berasal dari garis keturunan

ibu, yang dapat berubah seiring dengan perkimpoian keturunannya. Dalam kasus-kasus kriminal,

penggunaan kedua tes DNA diatas, bergantung pada barang bukti apa yang ditemukan di Tempat

Kejadian Perkara (TKP). Seperti jika ditemukan puntung rokok, maka yang diperiksa adalah DNA

inti sel yang terdapat dalam epitel bibir karena ketika rokok dihisap dalam mulut, epitel dalam

bibir ada yang tertinggal di puntung rokok. Epitel ini masih menggandung unsur DNA yang dapat

dilacak. 1,4,5

Yang perlu diperhatikan adalah pada kasus ini memiliki 2 kemungkinan sebab kematian yaitu

asfiksia akibat jeratan dan perdarahan akibat kekerasan benda tajam. Asfiksia akibat jeratan

memilki tanda tanda seperti adanya titik perdarahan pada mata (konjungtiva bulbi), adanya lebam

mayat dengan darah yang lebih gelap, terdapat busa pada mulut dan hidung dan hipoksia dengan

pecahnya dinding kapiler (Tardieu’s spot). Sedangkan pada kematian dengan kekerasan benda

tajam yang penting perhatikan adalah letak luka, jenis luka, bentuk luka, arah luka, tepi luka, sudut

luka,dasar luka, dan ukuran luka. Perdarahan masif yang mengakibatkan hilangnya banyak darah

umumnya mengakibatkan kehilangan kesadaran dan jika terus menerus perdarahan terjadi akan

terjadi gangguan dan kegagalan kerja organ seperti jantung, otak dan organ lain, karena

kekurangan energi akibat kekurangan oksigen, lama kelamaan korban dapat meninggal. Pada

korban dengan luka perlu diperhatikan: 1

Penjeratan (Strangulation)

Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel, kaos

kaki dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran

pernapasan tertutup.

Berbeda dengan gantung diri yang biasanya merupakan suicide (bunuh diri) maka penjeratan

biasanya adalah pembunuhan.

Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vasovagal

(perangsangan reseptor pada carotid bodv).

24

Page 25: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pada gantung diri, semua arteri di leher mungkin tertekan, sedangkan pada penjeratan, arteri

vertebralis biasanya tetap paten. Hal ini disebabkan oleh karena kekuatan atau beban yang menekan

pada penjeratan biasanya tidak besar.

Jerat. Bila jerat masih ditemukan melingkari leher, maka jerat tersebut harus disimpan dengan

baik sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama-sama dengan

Visum et Repertum nya.

Terdapat dua jenis simpul jerat, yaitu simpul hidup (lingkar jerat dapat diperbesar atau

diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah). Simpul harus diamankan dengan

melakukan pengikatan dengan benang agar tidak berubah pada waktu mengangkat jerat.

Untuk melepaskan jerat dari leher, jerat harus digunting serong (jangan melintang) pada

tempat yang berlawanan dari letak simpul sehingga dapat direkonstruksikan kembali di

kemudian hari. Kedua uiung jerat harus diikat sehingga bentuknya tidak berubah.

Jejas jerat. Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher dan terdapat lebih

rendah daripada(jejas jerat pada kasus gantung). Jejas biasanya terletak setinggi atau di bawah

rawan gondok.

Keadaan jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat lunak dan lebar seperti handuk

atau selendang sutera, maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-otot leher sebelah

dalam dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Tali yang tipis seperti kaus kaki nylon

akan meninggalkan jejas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.

Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scotchtape pada daerah jejas di

leher, kemudian ditempelkan pada kaca obyek dan dilihat dengan, mikroskop atau dengan

sinar ultra violet.

Bila jerat kasar seperti tali, maka bila tali bergesekan pada saat korban melawan akan

menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jerat, yang tampak-jelas berupa kulit yang mencekung

berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen (luka lecet tekan). Pada otot-

otot leher sebelah dalam tampak banyak resapan darah.4

Cara kematian dapat berupa:

1. Bunuh diri (self strangulation). Hal ini jarang dan menyulitkan diagnosis. Pengikatan

dilakukan sendiri oleh korban dengan simpul hidup atau bahan hanya dililitkan saja, dengan

jumlah lilitan lebih dari satu

2. Pembunuhan. Pengikatan biasanya dengan simpul mati dan sering terlihat bekas luka

pada leher.

3. Kecelakaan. Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja dengan selendang di leher dan

tertarik masuk ke mesin.4

25

Page 26: Pbl Blok 30 Skenario 1

Pemeriksaan Traumatologi

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Hasil dari

trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan atau skar atau hambatan dalam fungsi organ.

Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi

suhu, agen kimia, agen elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali

terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi trauma

ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma2.

Luka akibat kekerasan tajam dapat disebabakan oleh benda-benda yang memiliki sisi tajam,

baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, keping kaca,

pemecah es, kapak dan sebagainya. Terjadinya persentuhan dengan benda tajam akan berakibatkan

luka yang membawa maksud putusnya atau rusaknya continuitas

jaringan karena trauma akibat alat atau senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Ciri

Luka Akibat Benda Tajam:

Tepi luka rata

Sudut luka tajam

Rambut ikut terpotong

Tiada jembatan jaringan

Tiada memar atau lecet di sekitarnya

Ciri-ciri luka akibat kasus bunuh diri, pembunuhan dan kekerasan akibat kekerasan benda

tajam adalah seperti berikut:

Pembunuhan Bunuh diri Kecelakaan

Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar

Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/ banyak

Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena

Luka tangkis Ada Tidak ada Tidak ada

Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada

Cedera sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada

Tabel 1. Ciri-ciri luka2

Luka akibat kekerasan terbagi kepada tiga yaitu luka iris atau sayat, luka tusuk dan luka bacok2.

26

Page 27: Pbl Blok 30 Skenario 1

Luka iris Luka tusuk Luka bacok

Luka karena alat yang

tepinya tajam dan timbulnya

luka oleh karena alat ditekan

pada kulit dengan kekuatan

relatif ringan kemudian

digeserkan sepanjang kulit.

Luka akibat alat yang berujung

runcing dan bermata tajam atau

tumpul yang terjadi dengan

suatu tekanan tegak lurus atau

serong pada permukaan tubuh.

Contohnya belati, bayonet,

keris, clurit, kikir dan tanduk

kerbau.

Luka akibat benda atau alat

yang berat dengan mata tajam

atau agak tumpul yang terjadi

dengan suatu ayunan disertai

tenaga yang cukup besar

Contohnya pedang, clurit,

kapak, baling-baling kapal

Tabel 2. Luka Akibat Kekerasan2

Cara dan Sebab Kematian

Penyebab kematian 

Dengan adanya perlukaan atau penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik pada tubuh yang

menghasilkan kematian pada seseorang. Berikut ini adalah penyebab kematian: luka tembak pada

kepala, luka tusuk pada dada, adenokarsinoma pada paru-paru, dan aterosklerosis koronaria.2,3

Mekanisme kematian 

Merupakan kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian yang menghasilkan kematian.

Contoh dari mekanisme kematian dapat berupa perdarahan, septikemia, dan aritmia jantung. Ada yang

dipikirkan adalah bahwa suatu keterangan tentang mekanime kematian dapat diperoleh dari beberapa

penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang meninggal karena perdarahan masif, itu dapat

dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor ganas dari paru yang masuk ke pembuluh darah dan

seterusnya. Kebalikannya adalah bahwa penyebab kematian, sebagai contoh, luka tembak pada

abdomen, dapat menghasilkan banyak kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya

perdarahan atau peritonitis.

Cara kematian 

Cara kematian secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan,

dan yang tidak dapat dijelaskan (pada mekanisme kematian yang dapat memiliki banyak penyebab

dan penyebab yang memiliki banyak mekanisme, penyebab kematian dapat memiliki banyak cara).

Seseorang dapat meninggal karena perdarahan masif (mekanisme kematian) dikarenakan luka tembak

27

Page 28: Pbl Blok 30 Skenario 1

pada jantung (penyebab kematian), dengan cara kematian secara pembunuhan (seseorang

menembaknya), bunuh diri (menembak dirinya sendiri), kecelakaan (senjata jatuh), atau tidak dapat

dijelaskan (tidak dapat diketahui apa yang terjadi).

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:

1. Mekanik

Kekerasan oleh benda tajam

Kekerasan oleh benda tumpul

Tembakan senjata api2

2. Fisika

Suhu

Listrik dan petir

Perubahan tekanan udara

Akustik

Radiasi

3. Kimia

Asam atau basa kuat

Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat mengungkapkan

berbagai hal tersebut di bawah ini 2.

1. Penyebab luka.

Dengan memperhatikan morfologi luka, kekerasan penyebab luka dapat ditentukan. Pada kasus

tertentu, gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda yang

mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat panjang akan

meninggalkannegative imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage. Luka lecet jenis tekan

memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.

2. Arah kekerasan.

Pada luka lecet jenis geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini sangat

membantu pihak yang berwajib dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.

3. Cara terjadinya luka.

Yang dimaksudkan dengan cara terjadinya luka adalah apakah luka yang ditemukan terjadi sebagai

akibat kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri.

28

Page 29: Pbl Blok 30 Skenario 1

Luka-luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Bagian tubuh

yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu kecelakaan. Daerah terlindung ini

misalnya adalah daerah sisi depan leher, daerah lipat siku, dan sebagainya.

Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh. Pada korban

pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis yang biasanya

terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.

Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative wounds) yang

mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.

4. Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati.

Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh kekerasan yang

menyebabkan luka. Untuk itu pertama-tama harus dapat dibuktikan bahwa luka yang ditemukan

adalah benar-benar luka yang terjadi semasa korban masih hidup (luka intravital). Untuk ini, tanda

intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka perlu mendapat perhatian. Tanda

intravitalitas luka dapat bervariasi dari ditemukannya resapan darah, terdapatnya proses

penyembuhan luka, sebukan sel radang, pemeriksaan histo-enzimatik, sampai pemeriksaan kadar

histamin bebas dan serotonin jaringan2

INTERPRETASI TEMUAN1. Penjeratan (strangulation)

Perjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel,

kaos kaki dan sebagainya melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat sehingga

saluran pernafasan tertutup.

Berbeda dengan gantung diri yang biasanya ,merupakan suicide maka penjeratan adalah pembunuhan.

Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso vagal. Pada gantung

diri, semua arteri vertebralis biasanya tetap paten, hal ini disebabkan oleh kerena kekuatan atau beban

yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar.

Bila jerat masih ditemukan melingkari leher, maka jerat tersebut harus disimpan dengan baik sebab

merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama dengan visum et repetum.

Terdapat 2 jenis jerat yaitu simpul hidup (melingkari jerat dapat diperbesar atau diperkecil) dan

simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah). Jejas jerat pada leher biasanya mendatar,melingkari

leher dan terapat lebih rendah dair jejas jerat pada kasus gantung.

29

Page 30: Pbl Blok 30 Skenario 1

Keadaan jejas jerat sangat bevariasi, bila jerat lunak dan lebar seperti handuk atau selendang sutera,

maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot leher sebelah dalam dapat atau tidak kaos kaki

nylon akan meniggalkan jejeas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm.

Pola jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scrotch tape pada daerah jejas di leher,

kemudian ditempelkan pada kaca objek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar ultra violet.

Bila jejas kasar seperti tali, maka bila tali bergesekkan pada saat korban melawan akan menyebabkan

luka lecet di sekitar jejas jeratmyang nampak jelas berupa kulit yang mencekung berwarna coklat

dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen.Pada otot sebelah dalam tampak banyak resapan darah.

Cara kematian dapat berupa :

Bunuh diri

Hal ini jarang menyilutkan diagnosis.Pengikatan dilakukan sendiri oleh korban dengan simpul

hidup atau bahan hanya dililitkan seja,dengan jumlah lilitan lebih dari satu.

Pembunuhan

Pengikatan biasanya dengan simpul mati dan sering terlihat bekas luka pada leher.

Kecelakaan.

Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja.

2. Gantung (hanging)

Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedaan terdapat pada asal tenaga yang dibutuhkan

untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada penjeratan tenaga tersebut datang dari luar, sedangkan kasus

gantung tenaga tersebut berasal dari berat badan korban sendiri, meskipun tidak perlu seluruh badan

digunakan.

Mekanisme kematian:

1. Kerusakan pada batang otak dan medula spinalis.Hal ini terjadi akibat dislokasi atau fraktur

vertebra ruas leher,mesialnya pada judicial hanging.

2. Asfiksia akibat terhambatnya aliran udara pernafasan

3. Iskemia otak akibat terhambatnya aliran arteri leher

4. Refleks vagal.

Posisi korban pada kasus gantung diri:

1. Kedua kaki tidak menyentuh lantai

2. Duduk berlutut

3. Berbaring

30

Page 31: Pbl Blok 30 Skenario 1

Diketahui terdapat beberapa jenis gantung diri:

1. Typical hanging, terjadi bila titik gantung terletak di atas darah oksiput dan tekanan pada erteri

karotis paling besar

2. Atypical hanging, bila titik penggantungan terdapat di samping sehingga leher dalam posisi

sangat miring yang akan menyebabkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vertebralis. Saat

arteri terhambat, korban segera tidak sedar.

3. Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu.

Bila jerat lebar dan lunak maka hambatan hanya terjadi pada saluran pernafasan dan pada aliran vena

dari kepala ke leher sehingga akan tampak bendungan pada daerah sebelah atas ikatan. Darah tidak

terkumpul di otak sedangkan pada kulit dan konjungtiva masih terdapat ptekie yang merupakan akibat

terkumpulnya darah ekstra vaskular.

Jejas jerat relatif lebih tinggi pada leher dan tidak mendatar melainkan lebih meniggi di bagian

simpul. Kulit mencengkung kedalam sesuai dengan bahan penjeratan, berwarna coklat, perabaan

kaku, dan akibat bergesekan dengan kulit leher maka pada tepi jejas daapt luka lecet. Kadang-kadng

pada tepi jejas akan terdapat sedikit perdarahan, sedangkan pada jaringan bawah kulit dan otot sebelah

dalam terdapat memar jaringan. Diperlukan pemeriksaan mikroskopik unuk melihat reaksi vital pada

jaringan di bawah jejas untuk menentukan apakah jejas terjadi pada waktu orang masih hidup atau

setelah meniggal2.

Distribuasi lebam mayat pada kasus gantung mengarah ke bawah yaitu pada kaki, tangan dan genitalia

eksterna bila korban tergantung cukup lama. Penis dapat nampak seolah mengalami ereksi akibat

terkumpulnya darah, sedangkan semen keluar kerana relaksasi otot sfingter post mortal.

Efek lanjutan penekasan saluran pernafasan. Bila korban masih hidup setelah penjertatan, sebagai

akibat perbendungan, maka perdarahan ptekie akan menetap selama beberapa hari. Sedangkan jejas

jerat akan membengkak dan terbentuk kulit keras pada epidermis yang terkikis.Keadan ini akan

menghilang 1-2 minggu.

3. Luka

Benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa garis maupun

runcing yang bervariasi dari alat seperti pisau, golok, keping kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi

kertas atau rumput.

Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat jembatan

jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik.

31

Page 32: Pbl Blok 30 Skenario 1

Luka akibat benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka tusuk dan luka bacok. Pada luka tusuk,

sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau

bermata dua. Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti benda penyebabnya adalah

benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut luka lancip, luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda

tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu sapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua luka

lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk

oleh ujung dan sisi tajamnya.

Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda ajam biasanya tidak menunjukkan adanya luka lecet atau

memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit. Pada luka tusuk, panjang luka biasanya

tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya

tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan

dan gerakan korban.

Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan umumnya ditemukan pada

telapak dan punggung tangan, jari tangan, punggung lengan bawah dan tungkai.

Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan melihat interaksi antara pisau-kain tubuh,

yaitu melihat letak kelainan, bentuk rokeban, adanya pastikel besi, serat kain dan pemeriksaan

terhadap bercak darahnya.

Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh diri yang menggunakan senjata tajam, sehubungan

dengan kondisi kejiwaan korban. Luka percobaan dapar berupa luka sayat atau luka tusuk yang

dilakukan berulang dan sejajar.

KESIMPULAN

VISUM et REPERTUM

Definisi

Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang

berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupuan

bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan

peradilan.

Peranan dan Fungsi Visum et Repertum

Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap

kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil

pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap

sebagai pengganti benda bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter

mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian Kesimpulan. Dengan

32

Page 33: Pbl Blok 30 Skenario 1

demikian, visum et repertum telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum, sehingga

dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada

seseorang dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang

menyangkut tubuh/jiwa manusia.

Jenis dan bentuk visum et repertum

Dengan konsep visum et repertum di atas, dikenal beberapa jenis visum et repertum, yaitu :

1. Visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan)

2. Visum et repertum kejahatan susila

3. Visum et repertum jenazah

4. Visum et repertum psikiatrik

Jenis 1, 2, dan 3 adalah visum et repertum mengenai tubuh/raga manusia yang dalam hal ini berstatus

sebagai korban tindak pidana, sedangkan jenis 4 adalah mengenai jiwa/mental tersangka/terdakwa

tindak pidana. Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu :

1. Kata pro justitia yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa visum et repertum

khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et repertum tidak membutuhkan materai untuk dapat

dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum.

2. Bagian pendahuluan. Kata pendahuluan tidak ditulis dalam visum et repertum, melainkan

langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan nama dokter

pembuat visum et repertum dan institusi kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut

nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban

yang diperiksa. Dokter tidak dibebani pemastian identitas korban, maka uraian identitas korban

adalah sesuai dengan uraian identitas yang ditulis dalam surat permintaan visum et repertum. Bila

terdapat ketidaksesuaian identitas korbanantarasurat permintaan dengan catatan medik atau pasien

yang diperiksa, dokter daapat meminta kejelasannya dari penyidik.

3. Bagian pemberitaan. Bagian ini berjudul hasil pemeriksaan dan berisi hasil pemeriksaan medik

tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tidakan

medik yang dilakukan serta keadaannya selesai pengobatan/perawatan.

3. Bagian kesimpulan. Bagian ini berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai jenis

perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat

perlukaan atau sebab kematiannya. Pada kejahatan susila, diterangkan juga apakah telah terjadi

persetubuhan dan kapan perkiraan kejadiannya, serta usia korban atau kepantasan korban untuk

dikawin.

33

Page 34: Pbl Blok 30 Skenario 1

5. Bagian penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisi kalimat baku “Demikianlah visum et

repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat

sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

34

Page 35: Pbl Blok 30 Skenario 1

Penyampaian laporan hasil pemeriksaan

RS Adrian Hunianto

Jl.trip kastalani no 80 Jakarta 11111

Telp/ fax 021-12345678

Jakarta, 4 Desember 2013

PROJUSTITIA

VISUM ET REPERATUM

No.20/TU.RS Adrian Hunianto/VII/2013

Yang bertanda tangan di bawah ini, Reni Inangele SpF, dokter ahli kedokteran

forensik pada Rumah sakit Adrian Hunianto Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan

bertulis dari kepolisan Resort Polisi Jakarta Barat No. pol.:B/678/VR/XII/12/Serse tanggal

satu Desember , maka pada tanggal satu desember tahun dua ribu tiga belas, pukul lima lewat

tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian

Rumah Sakit Pemerintahan Tipe C telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut

surat permintaan tersebut adalah :

Nama : Suhardi ----------------------------------------------------------------------------------

Jenis kelamin : Laki-laki----------------------------------------------------------------------------------

Umur : 35 tahun ----------------------------------------------------------------------------------

Kebangsaan : Indonesia---------------------------------------------------------------------------------

Agama : Islam--------------------------------------------------------------------------------------

Pekerjaan : ---------------------------------------------------------------------------------------------

Alamat : Jl Apel, no 4, tanjung duren, 11480, Jakarta Barat.--------------------------------

35

Page 36: Pbl Blok 30 Skenario 1

Lanjutan Ver No: No20/TU.RS Adrian Hunianto/VII/2013

Halaman ke 2 dari6 halaman

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai lak

merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.-----------------------------------------------------------------

Hasil pemeriksaan :---------------------------------------------------------------------------------------

I. Pemeriksaan Luar----------------------------------------------------------------------------------------

1. Mayat tertelungkup dengan leher terjerat lengan bajunya sendiri--------------------------------

2. Mayat berpakaian sebagai berikut :-------------------------------------------------------------------

a. Kaos oblong berwarna putih tidak bermerk, ada bercak darah pada kaos di sekitar ketiak.---

b. Celana panjang berwarna coklat bermotif batik, bagian bawah celana tergulung hingga

setengah tungkai bawah, celana tidak bermerk, dengan dompet di saku belakang berisikan

KTP, uang dengan dua lembar sepuluh ribuan, satu lembar lima ribuan. Tampak bercak darah

di celana bagian lutut bawah kanan dan kiri------------------------------------------------------------

c. Celana dalam berwarna putih berbahan katun, tidak bermerk-------------------------------------

3. Pada jari manis tangan kanan terdapat cincin emas-------------------------------------------------

4. Di leher korban terjerat oleh kemeja panjang milik korban dengan simpul mati, arah jerat

serong ke atas, dengan jejas jerat meninggi ke arah simpul------------------------------------------

5. Pada kemeja untuk menjerat leher korban didapat robekan di bagian lengan atas baju di

sekitar ketiak dengan lebar dua sentimeter beserta bercak darah------------------------------------

6. Kaku mayat telah muncul. Lebam mayat terdapat pada bagian dada, berwarna merah

kebiruan,

tidak hilang pada------

36

Page 37: Pbl Blok 30 Skenario 1

Lanjutan Ver No: No20/TU.RS Adrian Hunianto/VII/2013

Halaman ke 3 dari6 halaman

tidak hilang pada penekanan, tubuh mayat telah membusuk di seluruh perut dan dada dan

tercium bau busuk------------------------------------------------------------------------------------------

7. Mayat adalah seorang laki ± laki bangsa Indonesia, umur 35 tahun, kulit berwarnasawo

matang, gizi cukup, panjang badan seratus enam puluh lima sentimeter dan berat lima puluh

lima kilogram dan zakar telah disunat-------------------------------------------------------------------

8. Rambut cepak, bulu mata hitam, alis hitam lebat---------------------------------------------------

9. Kedua mata tertutup, selaput bening mata jernih, pupil dengan diameter 4 mm, iris coklat,

selaput kelopak mata kanan dan kiri berwarna merah muda, tidak tampak perdarahan

maupun pelebaran pembuluh darah----------------------------------------------------------------------

10. Hidung mancung, kedua telinga berbentuk biasa--------------------------------------------------

11.Mulut tertutup. Kedua bibir tampak tebal. Gigi geligi lengkap, tidak ada tambalan----------

12. Lubang hidung, telinga mulut dan lubang tubuh lainnya tidak mengeluarkan cairan atau

darah----------------------------------------------------------------------------------------------------------

13. Alat kelamin dan lubang dubur berbentuk biasa tidak menunjukan kelainan------------------

14. Pada tubuh terdapat luka pada daerah ketiak sebelah kiri berjarak tiga sentimeter dari

puncak atas ketiak bagian pertengahan jika ditarik garis lurus dari atas ke bawah, tampak

mengenai pembuluh darah besar di daerah ketiak. Dengan kedua sudut luka tajam, berbentuk

garis, tidak terdapat jembatan jaringan, dasar luka lurus, kedalaman luka tiga sentimeter. -----

15. Terdapat pula luka dua sentimeter dibawah lutut kanan dan tampak kepingan kaca dengan

permukaan tidak rata dan tajam dengan panjang kali lebar enam kali satu sentimeter cm,

kedalam luka dua sentimeter dengan dasar luka berupa titik. juga terdapat luka lima

sentimeter diatas

pergelangan kaki kiri----------

37

Page 38: Pbl Blok 30 Skenario 1

Lanjutan Ver No: No20/TU.RS Adrian Hunianto/VII/2013

Halaman ke 4 dari6 halaman

pergelangan kaki kiri dengan kepingan kaca tidak rata dan tajam dengan panjang kali lebar

lima kali dua sentimeter dengan kedalaman luka satu sentimeter dengan dasar luka berupa

titik---------

II. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)------------------------------------------------------------------

16. Tidak terdapat patah pada tulang iga beserta pelebaran sela iga---------------------------------

17. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan tebal di

daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot - otot

berwarna coklat cukup tebal.------------------------------------------------------------------------------

18. Jaringan bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak menunjukan kelainan.----------------

19. Kandung jantung tampak tiga jari diantara kedua tepi paru. Dalam kandung jantung

terdapat darah sebanyak seratus sentimeter kubik. Paru kanan dan kiri cukup mengembang.---

20. Dinding rongga perut tampak licin berwarna kelabu mengkilat. Dalam rongga perut tidak

terdapat darah maupun cairan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar usus-----------------

21. Lidah berwarna kelabu, perabaan lemas, tidak terdapat bekas tergigit maupu resapan

darah. Tonsil tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukkan kelainan. Kelenjar

gondok berwarna coklat merah, tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukkan

kelainan, berat dua puluh gram.--------------------------------------------------------------------------

22. Batang tenggorok dan cabangnnya kosong, berwarna putih dan tidak menunjukan

kelainan.-----------------------------------------------------------------------------------------------------

23. Kerongkongan kosong, selaput lendir berwarna putih.-------------------------------------------

24. Paru kanan terdiri dari tiga baga, berwarna kelabu dan perabaan seperti karet busa,

penampangnya tidak tampak penampang dan irisan tidak keluar darah. Pada paru kiri terdapat

dari dua baga, berwarna kelabu dan perabaan seperti karet busa, penampangnya tidak tampak

kelainan dan irisan tidak keluar darah. Berat paru kiri empat ratus gram dan berat paru kanan

empat ratus gram.-------------------------------------------------------------------------------------------

38

Page 39: Pbl Blok 30 Skenario 1

Lanjutan Ver No: No20/TU.RS Adrian Hunianto/VII/2013

Halaman ke 5 dari6 halaman

25. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak licin. Katup

jantung tidak menunjukkan kelainan. Dinding jantung menebal.------------------------------------

26. Hati warna coklat permukaan rata, tepi tumpul, perabaan kenyal padat.Penampang hati

merah coklat dan gambaran hati jelas. Berat hati 1100 gram.----------------------------------------

27. Kandung empedu berisi cairan hijau,selaput lendir berwarna hijau seperti beludru.Saluran

tidak ada penyumbatan.------------------------------------------------------------------------------------

28. Limpa berwarna ungu kelabu. Permukaan keriput dan perabaan lembek. Penampang

berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus gram.-----------------

29. Kelenjar liur perut berwarna putih kuning, permukaan belah belah penampangnya tidak

menunjukkan kelainan. Berat delapan puluh gram.----------------------------------------------------

30. Lambung kosong. Selaput lendir berwarna putih dan lipatan normal. Usus duabelas

jari,usus halus, usus besar normal.-----------------------------------------------------------------------

31. Anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan kiri berbentuk trapesium. Gambaran kulit dan

sumsum tidak menunjukkan kelainan. Berat anak ginjal kanan delapangram dan yang kiri

delapan gram.-----------------------------------------------------------------------------------------------

32. Ginjal kanan dan kiri berimpai lemak tipis simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata dan

licin berwarna coklat dan berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan 80 gram

danyang kiri 90 gram. Penampang ginjal menunjukkan gambaran yang jelas, piala ginjal dan

saluran kemih tidak menunjukkan kelainan.------------------------------------------------------------

33. Kandung kencing berisi cairan berwarna kekuningan dan berwarna putih, tidak

menunjukkan kelainan.------------------------------------------------------------------------------------

34. Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh selaput keras otak tidak

menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah selaput keras

otak. Permukaan otak besar menunjukkan gambaran lekuk otak yang biasa, tidak terdapat

perdarahan baik pada permukaan maupun penampangnya-------------------------------------------

39

Page 40: Pbl Blok 30 Skenario 1

Lanjutan Ver No: No20/TU.RS Adrian Hunianto/VII/2013

Halaman ke 6 dari 6 halaman

35. Selanjutnya dapat ditentukan saluran luka pada ketiak kiri yang menembus kulit,

pembuluh darah di sekitar ketiak, jaringan dibawah ketiak kiri, kedalaman luka tiga

sentimeter. Dengan kedua sudut luka tajam, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan

jaringan, dasar luka lurus, kedalaman luka tiga sentimeter.------------------------------------------

36. Pada luka dua sentimeter bawah lutut sebelah kanan menembus kulit, jaringan dibawah

kulit, beserta tulang kering, dengan kedalaman luka satu sentimeter. Terdapat pula luka lima

sentimeter diatas pergelangan kaki kiri menembus kulit dan jaringan dibawah kulit dengan

kedalaman satu sentimeter. -------------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan:------------------------------------------------------------------------------------------------

Telah dilakukan pemeriksaan luar dan dalam terhadap mayat seorang laki-laki dewasa

berumur sekitar tiga puluh lima tahun, bangsa Indonesia, warna kulit sawo matang, gizi

cukup, panjang badan seratus enam puluh lima sentimeter. Kemungkinan kematian orang

tersebut disebabkan oleh luka terbuka pada ketiak kiri akibat kekerasan benda tajam berupa

luka tusuk. Benda tajam tersebut mengenai pembuluh darah besar di bagian ketiak sehingga

terjadi perdarahan yang menyebabkan korban kekurangan darah sehingga jantung

kekurangan darah untuk memompa ke seluruh tubuh dan melemahnya fungsi jantung. Luka

pada ketiak kiri tersebut menunjukkan ciri-ciri yang sesuai dengan kekerasan benda tajam

akibat pisau bermata dua. Kemungkinan penyebab kematian lain ialah adanya luka di kedua

bagian tungkai bawah sehingga memperparah kondisi perdarahan. Kemungkinan saat

kematian korban telah berlangsung lebih dari dua puluh empat jam.

Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-

baiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Acara Pidana.

Dokter yang memeriksa,

dr.Reni Inangele SpF

40

Page 41: Pbl Blok 30 Skenario 1

PENUTUP

Kematian dengan perdarahan masif akibat luka kekerasan benda tajam adalah

kematian yang tidak wajar. Dalam kasus ini, korban meninggal akibat kekerasan benda tajam,

sehingga dalam proses penyidikan, penyidik dapat menggunakan hasil pemeriksaan medis

untuk menemukan identitas korban dan perlu mencari barang bukti senjata pembunuh.

Pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan laboratorium yang teliti dapat memberikan

kejelasan yang baik mengenai sebab kematian.1,2

Proses penyidikan kasus ini dapat berjalan lancar apabila ada kerjasama yang baik

antara penyidik dan dokter yang dapat saling berbagai informasi yang berkenaan dengan

kondisi jenazah korban.

DAFTAR PUSTAKA

1. Widiatmaka W. Budiyanto A. Sudiono S, dkk. Ilmu kedokteran forensik. Edisi I, cetakan

ke-2. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. 1997.

2. Peraturan perundang-undang bidang kedokteran. Edisi I, cetakan kedua. Jakarta: Bagian

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. 1994.

3. Moore KL, Agur AMR. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.

4. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. Teknik Autopsi

Forensik. Cetakan ke-4. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI.

2000.

5. Dahlan, Sofyan. Ilmu kedokteran forensik, pedoman bagi dokter dan penegak hukum.

Semarang: Badan penerbit Universitas Dipenegoro. 2008.

41