6
Pencegahan DBD dengan Promosi Kesehatan dan Peran Puskesmas dalam Bidang Kesehatan Masyarakat Mario Alexander / 102012020 / C2 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Tanun! "uren "ala# $% &o 1'( Jakarta )arat rio*alx+,ahoo-co# Abstrac Accordin! to the .ealth Act &o-2' o 1 2- .ealth is a state o co# lete od,( soul( so ever,one to live sociall, and econo#icall, roductive- Accordin! to 3erkins- 3ain is an situation that ha ened to so#eone that inter ere with dail, activities( oth h,sical activit,- Winslow said that to address health issues includin! disease( there are three revention is known as the theor, o ive levels o revention( na#el, ri#ar, reven ro#otion( s ecial rotection5( secondar, revention 4earl, dia!nosis and ro# t tr li#itation5( and tertiar, revention 4reha ilitation5- $# le#entation o health care is res onsi ilit, etween the !iver and receiver o service- 6ervice orientation is direct as su ects 4involvin! co##unities in health services5 that can #aintain and i# rove th their own health- $n $ndonesia( health centers are the ack one o the health service is health ro#otion activities or eo le is the task o the health center and a health e 6K-Men Kes 8$ 129/200:( which should e run , the clinic- .ealth center workin! area le local view o the total o ulation etween '0(000 and ;0(000 lives( health centers in u villa!e level which has a o ulation o a out '0(000 inha itants- Ke,words< health, ill health ro#otion health centers Abstrak Menurut Undan!=Undan! Kesehatan 8$ &o-2' Tahun 1 2- 6ehat adalah keadaan seahtera tu iwa( social ,an! #e#un!kinkan setia oran! untuk hidu rodukti secara social dan e Menurut 3erkins- 6akit adalah suatu keadaan tidak #en,enan!kan ,an! #eni# a seseoran! s #eni# ulkan !an!!uan ada aktivitas sehari=hari( aik aktivitas as#ani #au un social- #en!un!ka kan ahwa untuk #en!atasi #asalah kesehatan ter#asuk en,akit( ada ti!a taha ence!ahan ,an! dikenal se a!ai teori five levels of prevention, ,aitu ence!ahan ri kesehatan( erlindun!an khusus5( ence!ahan sekunder 4dia!nosis dini dan en!o atan se e# atasan kecacatan5( dan ence!ahan tersier 4raha ilitasi5- 3en,elen!!araan ela,an #eru akan tan!!un! awa ersa#a antara e# eri dan eneri#a ela,anan- >rientasi el diarahkan den!an #ene# atkan #as,arakat se a!ai su ek 4#eli atkan #as,arakat dala# e kesehatan5 ,an! da at #e#elihara dan #enin!katkan kualitas kesehatann,a sendiri- "i $nd uskes#as #eru akan tulan! un!!un! ela,anan kesehatan tin!kat erta#a- 6e#ua ke!ia ke!iatan ro#osi kesehatan #s,arakat ini #eru akan tu!as dari uskes#as dan #eru akan 1

Pbl Paradigma Sehat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

paradigma sehzt

Citation preview

Pencegahan DBD dengan Promosi Kesehatan dan Peran Puskesmas dalam Bidang Kesehatan MasyarakatMario Alexander / 102012020 / C2Mahasiswa Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida WacanaJalan Tanjung Duren Dalam IV No 13, Jakarta [email protected]

AbstracAccording to the Health Act No.23 of 1992. Health is a state of complete body, soul, social enabling everyone to live socially and economically productive. According to Perkins. Pain is an unpleasant situation that happened to someone that interfere with daily activities, both physical and social activity. Winslow said that to address health issues including disease, there are three stages of prevention is known as the theory of five levels of prevention, namely primary prevention (health promotion, special protection), secondary prevention (early diagnosis and prompt treatment, disability limitation), and tertiary prevention (rehabilitation). Implementation of health care is a shared responsibility between the giver and receiver of service. Service orientation is directed to place people as subjects (involving communities in health services) that can maintain and improve the quality of their own health. In Indonesia, health centers are the backbone of the health service is first rate. All health promotion activities for people is the task of the health center and a health efforts required by SK.Men Kes RI 128/2004, which should be run by the clinic. Health center working area level, or at a local view of the total population between 30,000 and 50,000 lives, health centers in urban areas or village level which has a population of about 30,000 inhabitants.Keywords: healthy ill health promotion health centers

AbstrakMenurut Undang-Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992. Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. Menurut Perkins. Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun social. Winslow mengungkapkan bahwa untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit, ada tiga tahap pencegahan yang dikenal sebagai teori five levels of prevention, yaitu pencegahan primer (promosi kesehatan, perlindungan khusus), pencegahan sekunder (diagnosis dini dan pengobatan segera, pembatasan kecacatan), dan pencegahan tersier (rahabilitasi). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek (melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan) yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Di Indonesia puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama. Semua kegiatan-kegiatan promosi kesehatan msyarakat ini merupakan tugas dari puskesmas dan merupakan upaya kesehatan wajib berdasarkan SK.Men Kes RI no.128/ 2004 yang harus dijalankan oleh puskesmas. Puskesmas dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau pada suatu daerah dangan jumlah penduduk antara 30.000 sampai 50.000 jiwa, puskesmas di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 30.000 jiwa.

Kata kunci: sehat sakit promosi kesehatan puskesmas

PendahuluanTinggi nya angka penularan penyakit menular, terutama DBD di suatu tempat dapat meresahkan masyarakat. Hal ini tentu menjadi tugas bagi puskesmas di daerah tersebut untuk berperan dalam menurunkan angka penularan. Dan hal ini tentu bisa diwujudkan bila adanya perubahan perilaku dari masyarakat yang lebih bisa menjaga kesehatan lingkungan yaitu dengan pemeliharaan bak penampung air sehingga diharapkan dapat memutuskan rantai penularan penyakit. Yang harus dilakukan oleh pihak puskesmas yaitu memberikan penyuluhan mengenai promosi kesehatan kepada masyarakat.

PembahasanSebelum membahas tentang promosi kesehatan ada baiknya jika kita mengetahu terlebih dahulu apa itu konsep sehat dan sakit dan apa saja yang menjadi batasan-batasan atau syarat-syaratnya.

Konsep sehat-sakit adalah konsep yang kompleks dan multiinter-pretasi. Banyak factor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Pengertian sehat-sakit juga beragam. Setiap individu, keluarga, masyarakat, maupun profesi kesehatan mengartikan sehat/sakit secara berbeda, bergantung pada paradigmanya.Berabad-abad lalu, sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami. Karenanya, segala sesuatu yang tidak normal dan bertentangan dengan alam dianggap sebagai kondisi tidak sehat yang harus dicegah. Sehat sendiri bersifat dinamis yang statusnya terus-menerus berubah. Kesehatan memengaruhi tingkat fungsi seseorang, baik dari segi fisiologis, psikologis, dan dimensi sosiokultural setiap orang atau kelompok memiliki pemahaman yang berbeda mengenai hal tersebut. Meski rumit dan bervariasi, suatu keadaan bisa dikatakan normal/sehat setelah memenuhi parameter tertentu. Selanjutnya, konsep umum tentang keadaan normal/sehat akan menggunakan nilai rata-rata parameter tersebut sebagai acuannya. Nilai rata-rata tersebut dikenal dengan istilah nilai normal. Sebagai contoh, kadar natrium normal pada orang dewasa adalah 136-145 mmol/l. secara umum, ada beberapa definisi sehat yang dapat dijadikan sebagai acuan.1. Menurut WHO. Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna, baik fisik, mental, dan social, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.2. Menurut Parson. Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif.3. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992. Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis.Sakit adalah keadaan tidak normal/sehat. Secara sederhana, sakit atau dapat pula disebut penyakit-merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit/penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai rata-rata normal yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, bunyi paru dalam keadaan normal biasanya adalah bronco vesicular. Jika terdengar bunyi mengi, bisa dikatakan bahwa individu tersebut menderita sakit. Keadaan sakit/penyakit sendiri merupakan hal yang sulit untuk didefinisikan secara pasti. Akan tetapi, ada beberapa definisi mengenai sakit/penyakit yang dapat dijadikan acuan.1. Menurut Parson. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian.2. Menurut Bauman. Bauman mengemukakan ada tiga kriteria keadaan sakit, yaitu adanya gejala, persepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan kemampuan beraktivitas sehari-hari yang menurun.3. Menurut batasan medis. Batasan medis mengemukakan dua bukti adanya sakit, yaitu tanda dan gejala.4. Menurut Perkins. Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun social.1

Winslow, Profesor Kesehatan Masyarakat dari Yale University pada tahun 1920 (dalam Leavel and Clark, 1958) mengungkapkan bahwa untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit, ada tiga tahap pencegahan yang dikenal sebagai teori five levels of prevention.Hal ini meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.Pencegahan primer dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi hal-hal berikut.1. Promosi kesehatan (health promotion) yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.2. Perlindungan khusus (specific protection) berupa upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, dan peningkatan keterampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik, penanggulangan stres.Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit meliputu hal-hal berikut.1. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment). Tujuan utama tindakan ini adalah mencegah penyebaran penyakit jika penyakit ini merupakan penyakit menular, mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.2. Pembatasan kecacatan (disability limitation). Pada tahap ini, cacat yang terjadi diatasi, terutama agar penyakit tidak berkelanjutan hingga mengarah pada cacat yang lebih buruk.Pencegahan tersier (rahabilitasi). Pada proses ini, diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental, dan social.2 Berdasarkan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada tahun 1986 yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi kesehatan dikelompokkan menjadi lima area berikut. Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (healthy public policy). Kegiatan ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal ini berarti setiap kebijakan pembangunan dalam bidang apa pun harus mempertimbangkan dampak kesehatan bagi masyarakat. Mengembangkan jarring kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create partnership and supportive environtment). Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi dan penerima pelayanan. Orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek (melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan) yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri. Hal tersebut berarti pelayanan kesehatan lebih diarahkan pada pemberdayaan masyarakat. Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bervariasi, mulai dari terbentuknya LSM yang peduli kesehatan, baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan teknis, sampai upaya-upaya swadaya masyarakat. Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills). Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri atas kelompok, keluarga, dan individu. Kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga,dan individu terwujud. Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya. Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action). Derajat kesehatan masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur yang terdapat di masyarakat tersebut bergerak bersama-sama. Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat berkembang. Di samping itu, tindakan ini memberi kesempatan masyarakat untuk berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta aktif dalam pembangunan kesehatan.Berbagai hasil penelitian memberikan bukti yang menyakinkan mengenai hasil kerja promosi kesehatan. Pendekatan yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan, dengan menggunakan lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan pendekatan tunggal. Pendekatan melalui tatanan memudahkan implementasi penyelenggaraan promosi kesehatan. Peran serta masyarakat sangat penting untuk melestarikan berbagai upaya. Masyarakat harus menjadi subjek dalam promosi kesehatan dan pengambilan keputusan. Akses pendidikan dan informasi sangat penting untuk mendapatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.2

Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni untuk (1) mencegah penyakit, (2) memperpanjang hidup, dan (3) meningkatkan kesehatan dan efisiensi melalui upaya mesyarakat yang terorganisasi untuk Sanitasi lingkungan, Pengendalian infeksi menular, Penyuluhan individual dalam menjaga kebersihan diri, Pengorganisasian layanan medis dan keperawatan untuk mendapatkan diagnosis dini dan pengobatan preventif penyakit, Pengembangan mesin social untuk menjamin setiap orang mendapatkan standar hidup yang memadai untuk menjaga kesehatan.3

Dalam kasus penyebaran DBD, tindakan pencegahan DBD dengan melakukan gerakan 3M (menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang yang sudah tidak terpakai dan dapat menampung air, serta membersihkan lingkungan sekitar. Pencegahan ini berguna untuk menghilangkan perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypty sebagai vector (perantara) penyebaran infeksi virus dengue atau DBD. Selain itu, dengan meningkatkan kekebalan tubuh anggota keluarga yang tidak terserang DBD. Penularan penyakit ini terbilang cepat dan mudah. Sekali gigit saja, seseorang dapat tertular virus dengue melalui gigitan nyamuk. Mudahnya penularan juga dikarenakan kemampuan terbang nyamuk yang sampai radius 100 meter. Hal itu berarti risiko tertular DBD semakin meningkat jika satu warga si satu rukun warga terkena DBD.4Semua kegiatan-kegiatan promosi kesehatan msyarakat ini merupakan tugas dari puskesmas dan merupakan upaya kesehatan wajib berdasarkan SK.Men Kes RI no.128/ 2004 yang harus dijalankan oleh puskesmas.Di Indonesia puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama. Konsep puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta. Waktu itu dibicarakan upaya mengorganisasi system pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA, BP, P4M dan sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. Melalui rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas). Dan puskesmas pada waktu itu dibedakan dalam 4 macam, yaitu (1) Puskesmas tingkat desa, (2) Puskesmas tingkat kecamatan, (3) Puskesmas tingkat kewedaan, (4) Puskesmas tingkat kabupaten. pada rakerkesnas ke II tahun 1969, pembagian piskesmas dibagi menjadi 3 kategori, yaitu (1) Puskesmas tipe A, dipimpin oleh dokter penuh; (2) Puskesmas tipe B, dipimpin dokter tidak penuh; (3) Puskesmas tipe C, dipimpin oleh tenaga paramedic. Pada tahun 1970 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional dirasakan pembagian puskesmas berdasarkan kategori tenaga ini kurang sesuai, karena untuk puskesmas tipe B dan tipe C tidak dipimpin oleh dokter penuh atau sama sekali tidak ad tenaga dokternya, sehingga dirasakan sulit untuk mengembangkannya. Sehingga mulai tahun 1970 ditetapkan hanya satu macam puskesmas dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau pada suatu daerah dangan jumlah penduduk antara 30.000 sampai 50.000 jiwa. Konsep berdasarkan wilayah kerja ini tetap dipertahankan sampai dengan akhir Pelita II pada tahun 1979 yang lalu, dan ini yang lebih dikenal dengan Konsep Wilayah. Sesuai dengan perkembangan dan kemampuan pemerintah dan dikeluarkannya Inpres Kesehatan Nomor 5 tahun 1974, Nomor 7 tahun 1975 dan Nomor 4 tahun 1976, dan berhasil mendirikan serta menempatkan tenaga dokter di semua wilayah tingkat kecamatan di seluruh pelosok tanah air, maka sejak Repelita III konsep wilayah diperkecil yang mencakup suatu wilayah dengan penduduk sekitar 30.000 jiwa. Dan sejak tahun 1979 mulai dirintis pembangunan puskesmas di daerah-daerah tingkat kelurahan atau desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan yang berada di suatu kecamatan, maka salah satu puskesmas tersebut ditunjuk sebagai pennggung jawab dan disebut dengan nama puskesmas tingkat kecamatan atau yang disebut juga puskesmas Pembina. Dan puskesmas-puskesmas yang ada di tingkat kelurahan atau desa disebut puskesmas kelurahan atau desa disebut puskesmas kelurahan atau yang lebih dikenal dengan puskesmas pembantu. Dan sejak itu puskesmas dibagi dalam 2 kategori seperti apa yang kita kenal sekarang, yaitu (1) Puskesmas kecamatan/Puskesmas Pembina, (2) Puskesmas kelurahan/Puskesmas pembantu.5

Daftar Pustaka

1. Asmadi. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. Hlm27-8.

2. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. Hlm24-8.

3. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat: administrasi dan praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. Hlm6.

4. Satari HI, Meiliasari M. Demam berdarah perawatan di rumah & rumah sakit. Depok: Puspa Swara; 2008. Hlm19-20.

5. Effendy N. Keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997. Hlm160-1.

2