Upload
krisna-doel-andrian
View
450
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan Kegiatan Selama Magang di PTPN X Kebun Kertosari TBN III, Ajung, Jember
Citation preview
LAPORAN MAGANG PROFESI
PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU
UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura
DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER
Oleh :
Krisna Bagus Andrian
NIM. 091510501018
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
LAPORAN MAGANG PROFESI
PELAKSANAAN KEGIATAN PROTEKSI BIBIT TEMBAKAU
UNTUK MENGENDALIKAN SERANGAN Spodoptera litura
DI PTPN X KEBUN KERTOSARI JEMBER
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Telah Menyelesaikan Kuliah Magang
Profesi pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Jember
Oleh :
Krisna Bagus Andrian
NIM. 091510501018
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................vii
I. PENDAHULUANLatar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................21.3 Tujuan dan Manfaat .............................................................................2
1.3.1 Tujuan .........................................................................................2
1.3.2 Manfaat .......................................................................................3
II. GAMBARAN UMUM INSTANSI TEMPAT MAGANG2.1 Jenis Perusahaan ..................................................................................4
2.2 Sejarah Singkat PTPN X .....................................................................4
2.3 Struktur Organisasi PTPN X Kebun Kertosari ....................................5
III. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................7
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Waktu dan Tempat................................................................................11
4.2 Macam Kegiatan ..................................................................................11
4.3 Pelaksanaan Kegiatan ..........................................................................12
4.3.1 Perawatan Tanaman Tembakau...................................................12
4.3.1.1 Pengamatan Tembakau....................................................12
4.3.1.2 Pengairan Tanaman Tembakau.......................................12
4.3.1.3 Pengendalian Hama dan Penyakit...................................12
4.3.2 Pengolahan Lahan .......................................................................13
4.3.2.1 Persiapan Lahan Tanaman Tembakau.............................13
4.3.3 Penanaman Bibit Tembakau........................................................13
4.3.3.1 Penentuan Waktu Tanam.................................................13
4.3.3.2 Penanaman Serentak........................................................13
4.3.3.3 Pemilihan Bibit ...............................................................13
4.3.3.4 Pengaturan Naungan........................................................14
V. PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN .....................................15
VI. GAGASAN PEMECAHAN MASALAH .............................................19
VII. SIMPULAN ............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Usaha PTPN X (Persero)
Lampiran 2. Struktur Organisasi PTPN X (Persero)
Lampiran 3. Foto Selama Kegiatan Magang
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Magang
Lampiran 5. Jurnal Kegiatan Harian Selama Kegiatan Magang Profesi
DAFTAR GAMBAR
Gambar a. Kegiatan seleksi bibit dan clipping (salah satu tahapan dalam proteksi bibit)
Gambar b. Sortasi bibit yang sehat dan siap tanam dan perlu tindakan kuratif
Gambar c. Seleksi bibit yang sehat dan siap untuk ditanam
Gambar d. Bibit yang baik dan siap ditanam, ditaruh di nampan untuk dibawa ke blok
Gambar e. Daun yang terserang Spodoptera litura (larva yang masih kecil)
Gambar f. Gejala serangan larva ulat grayak kecil
Gambar g. Kegiatan penanaman bibit yang sehat dan kualitas baik
Gambar h. Para pekerja sedang melakukan penanaman bibit tembakau di blok (lahan tanam).
PENGESAHAN LAPORAN MAGANG PROFESI
Judul Proposal : Pelaksanaan Kegiatan Proteksi Bibit
Tembakau Untuk Mengendalikan Serangan
Spodoptera Litura Di PTPN X Kebun
Kertosari Jember.
Identitas Pelaksana
1. Nama : Krisna Bagus Andrian2. Nim : 0915105010183. Program Studi : Agroteknologi4. Fakultas : Pertanian5. Universitas : Universitas Jember
Lembaga/ Instasi Magang
1. Nama : PT Perkebunan Nusantara X Kebun Kertosari Jember
2. Alamat : Jl. Ahmad Yani 688, Kertosari-Pakusari Jember – Jawa Timur
Pelaksanaan Magang1. Jenis Pekerjaan : Magang Profesi2. Waktu Pelaksanaan : 8 April 2013 sampai 10 Mei 20133. Instruktur : Suyatno
Dosen Pembimbing : Ir. Sutrisno, M.S
Pelaksanaan Ujian : 26 Juni 2013
Mengetahui, Penguji
Komisi Magang Profesi
Ir. Sigit Prastowo, M.P
NIP. 196508011990021001
Dosen Pembimbing
Ir. Sutrisno, MS
NIP. 194908291976031003
Mengesahkan
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dr. Ir. Jani Januar, M.T
NIP. 195901021988031002
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Penulis bersyukur atas tersusunnya laporan
program magang profesi yang merupakan buah pikir penulis dengan dukungan
berbagai sumber rujukan dan penjelasan dari pihak PTPN X Kebun Kertosari.
Harapan penulis, semoga informasi yang tertera dalam susunan laporan ini
memberikan manfaat yang besar bagi pembaca, khususnya untuk peningkatan
nilai daya berkecambah suatu benih.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Jani Januar, MT selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember.
2. Bapak Supiyanto sebagai Sinder TBN III PTPN X Kebun Kertosari Jember.
3. Bapak Suyatno selaku instruktur magang profesi.
4. Mas Sudi selaku Kepala Proteksi TBN III.
5. Bapak Ir. Sutrisno, MS selaku dosen pembimbing.
6. Orangtua yang selalu memberikan do’a dan semangat.
7. Teman-teman magang profesi yang senantiasa memberikan dukungan dalam
pelaksanaan magang.
8. Pihak-pihak yang tidak disebutkan satu per satu, atas sumbangsihnya selama
pelaksanaan magang dan tersusunnya laporan magang profesi ini.
Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan laporan program magang profesi ini.
Jember, 23 Juni 2013
Penulis
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk
ketrampilan dan kecakapan seseorang untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan
yang dilakukan di perguruan tinggi masih terbatas pada pemberian teori dan
praktek dalam skala kecil dengan intensitas yang terbatas. Agar dapat memahami
dan memecahkan setiap permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka
mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja secara langsung di
instansi/lembaga yang relevan dengan program pendidikan yang diikuti. Sehingga
setelah lepas dari ikatan akademik di perguruan tinggi yang bersangkutan,
mahasiswa bisa memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama
masa pendidikan dan masa pelatihan kerja untuk melanjutkan kiprahnya di dunia
kerja yang sebenarnya.
Kegiatan Kuliah Kerja Magang Profesi ini bertujuan sebagai langkah awal
pengenalan para mahasiswa untuk menjalani proses perkembangan soft skill
dalam hal memasuki dunia kerja setelah menyelsaikan studi di bangku kuliah.
Dengan harapan, ketika terjun ke dunia kerja telah memiliki cukup banyak bekal
untuk diaplikasikan kedalam dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam Kuliah Kerja
Magang Profesi ini, dipilih PTPN X sebagai instansi tempa dilakukan Kegiatan
Magang Profesi ini, dengan komoditas unggulan Tembakau sebagai komoditas
yang dikaji dan dipelajari mulai dari kegiatan persiapan tanam dan samapi tahap
awal tanam.
Tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan salah satu
komoditas utama Kabupaten Jember. Tanaman tembakau dikelola secara luas,
yang terdiri dari perkebunan rakyat (diusahakan oleh petani) dan Perkebunan
Nusantara (diusahakan oleh perusahaan negara). Perkebunan Nusantara didukung
kondisi finansial dan keteraturan manajemen yang lebih baik, maka perkebunan
tembakau yang dikelola oleh perusahaan perkebunan negara ini memiliki lahan
yang lebih luas, sistem budidaya yang lebih kompleks dan organisasi yang lebih
tertata daripada perkebunan rakyat.
Teknik budidaya tembakau yang dilakukan oleh pihak PTPN X salah
satunya adalah tembakau bawah naungan (TBN). Pembuatan naungan
dimaksudkan untuk menghasilkan suasana berawan (Cloudy) tiruan bagi daerah-
daerah yang mendapat pancaran sinar matahari dalam jumlah banyak. Cloudy
berarti keadaan di mana matahari selalu ditutupi awan pada siang hari sehingga
menghasilkan suhu antara 22–33 0C yang cocok bagi tembakau cerutu. dengan
suasana Cloudy dapat menghasilkan daun tembakau yang lebih tipis dan lebih
lentur (Matnawi, 2002).
Tembakau yang dihasilkan oleh PTPN X merupakan tembakau yang
digunakan untuk bahan pembuatan cerutu, baik yang digunakan untuk
pembungkus cerutu (dekblad) , pembalut cerutu (omblad) dan isi dari cerutu
(filler).
Dengan mempelajari persiapan tanam hingga proses pemindahan bibit ke
lahan untuk siap tanam, diharapkan dapat memberikan banyak tambahan ilmu dan
pengalaman yang berharga berkaitan dengan teknik budidaya salah satu
komoditas unggulan di daerah Jember, yaitu Tembakau. Mengingat tuntutan pasar
yang kian tinggi, mengharuskan adanya peningkatan mutu dan teknik budidaya
tanaman Tembakau yang lebih intensif dan lebih baik lagi,sehingga dapat
memberikan dampak positif terhadap perkembangan proses budidaya tanaman
Tembakau pada masa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Kapan kegiatan proteksi bibit di lakukan ?
2. Kegiatan apa saja yang ada dalam proses proteksi bibit ?
3. Bagaiman tingkat kerusakan yang disebabkan oleh ulat grayak?
4. Bagaimana teknik pengendalian ulat grayak yang baik ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Mengetahui kapan kegiatan proteksi bibit di lakukan.
2. Mengetahui apa saja kegiatan yang ada dalam proses proteksi bibit.
3. Mengetahui apa saja hama apa yang sering ada pada pembibitan tembakau.
4. Mengetahui teknik pengendalian ulat grayak yang baik.
1.3.2 Manfaat
1. Dapat Mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan proteksi
bibit.
2. Dapat Mengetahui apa saja kegiatan yang ada dalam proses proteksi bibit.
3. Dapat Mengetahui apa saja hama apa yang sering ada pada pembibitan
tembakau.
4. Dapat Mengetahui teknik pengendalian ulat grayak yang baik.
II. GAMBARAN UMUM INSTANSI TEMPAT MAGANG
2.1 Jenis Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara X (Persero), yaitu perusahaan perkebunan milik
negara ini merupakan gabungan kebun-kebun di Jawa Tengah dan Jawa Timur
dari eks PTP XIX, PTP XXI-XXII, dan PTP XXVII. PTPN X mengusahakan
komoditi tebu, tembakau dan tanaman serat. tanaman tebu ditanam pada areal
lahan sawah dan lahan kering seluas 65.320 ha, tanaman tembakau terdiri dari
tanaman TBN/VBN dan N.O yang ditanam pada lahan seluas 2.210 ha, dan
tanaman serat dikelola pada lahan seluas1.200 ha.
PTPN X memiliki 16 unit usaha diantaranya 12 PG, 3 kebun tembakau dan 1
kebun serat, sebagai berikut:
1. PG Kria
2. PG Watoetoelis
3. PG Toelangan
4. PG Kremboong
5. PG Gempolkrep
6. PG Djombang Baru
7. PG Tjoekir
8. PG Lestari
9. PG Meritjan
10. PG Pesantren Baru
11. PG Ngadiredjo
12. PG Mojopanggoong
13. Kertosari
14. Ajong
15. Wedibirit
16. PK Petjangaan
2.2 Sejarah Singkat PTPN X (PERSERO)
Pada awalnya tembakau besuki NA-Oogst diusahakan oleh petani di lahan
tegalan atas perintah Belanda. Pengusahaan secara besar-besaran untuk tujuan
ekspor baru dimulai pada tahun 1859, dirintis oleh G.Birnie bekerja sama dengan
Mr C Sanderberg dan AD Van Gennep mereka bertiga mendirikan perkebunan
tembakau dengan nama Land Bouw Maatschapp Oud Djember (LMOD).
Beberapa tahun kemudian muncul perusahaan baru seperti Land Bouw
Maaksschappy Soekowono (LMS), Besuki Tabak Maatschappy (BTM),
Amsterdam Besuki Tabak Maatschappy (ABTM) pada tahun 1916 perkebunan
ABTM diambil oleh BTM.
Hasil penjualan tembakau besuki mempunyai pasaran yang baik, banyak
pengusaha-pengusaha Belanda yang tertarik dan mengusahakannya secara besar-
besaran. Pada tahun 1950 didirikan Yayasan Perebunan Rakyat Indonesia
(Yaperrin) yayasan ini bertujuan untuk memberikan bimbingan teknis dan
bantuan modal pada petani tembakau.
Pengusaha-pengusaha belanda tersebut hanya mampu bertahan sampai
tahun 1957, karena pada tahun 1958 pemerintah Indonesia menasionalkan (UU
No.86/1958) perusahaan tembakau milik Belanda menjadi Perusahaan
Perkebunan Negara Kesatuan Jatim IX (PPN Baru Jatim IX) berdasarkan PP
No.173/1961 Jo No.198/1961. Pada tahun 1963 Perusahaan Perkebunan (Negara)
Tembakau V dan VI (PP No.30/1963) tanggal 22-5-1963 LN.51/1963). Tahun
1968 berdasarkan PP 14/1968 LN.23/1968 menjadi Perusahaan Negara
Perkebunan (PNP) XXVII penggabungan dari PPTN V dan VI. Pada akhirnya
dikeluarkan PP No.7 tahun 1972 tanggal 22-2-1972 PNP XXVII menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan XXVII.
Kemudian pada tahun 1996, berdasarkan PP No.15/1996 tanggal 14
Februari 1996 dilakukan restrukturisasi BUMN sector perkebunan meliputi PTP
XIX, PTP XXI-XXII, PTP XXVII berubah manjadi PT Perkebunan Nusantara X
(Persero) yang berkantor pusat di Surabaya, Jatim dengan Akta pendirian No.43
tanggal 11-3-1993 yang dibuat di hadapan Harn Kamil, SH notaries di Jakarta.
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur Organisasi PTP Nusantara X (Persero) Kebun Kertosari bagian TBN VII
Desa Rowo Indah adalah (Telampir).
A. Administratur
Jabatan Administratur merupakan bagian pimpinan tertinggi di Kebun
Kertosari PT Nusantara X (Persero). Administratur merupakan penanggung jawab
atas berjalannya Operasional Kebun dan Pabrik atau Gudang Pengolahan. Selain
itu juga melaporkan kondisi perusahaan dan kondisi umum ke kantor direksi
Surabaya. Administratur juga mengelola kegiatan perkebunan mulai modal kerja
hingga teknis kerja untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Setiap tahunnya
Administratur bertanggung jawab atas pelaporan keuangan kebun.
B. Kepala Bagian Tanaman (KaBag) TBN dan NO
Di PT Perkebunan Nusantara X (Persero) Kebun Kertosari terdapat dua
jenis tembakau yang diusahakan yaitu TBN (tembakau bawah naungan) dan NO
(Na-Oorgst). Masing-masing jenis dalam usahanya terdapat Kepala Bagian yang
bertugas sebagai penanggung jawab terhadap pengelolaan proses budidaya hingga
produksi. Kepala Bagian ini membawahi beberapa Sinder dengan masing-masing
luasan wilayah pertanaman
C. Penanggung Jawab Bagian (PJB/Sinder) TBN dan NO
Sinder memiliki tugas mengelola, memimpin, dan mengawasi jalannya
pekerjaan para pekerja agar selalu bekerja sesuai dengan SOP sehingga hasil yang
didapat dapat maksimal. Sinder di Kebun Kertosari PTP Nusantara X (Persero) ini
memiliki masing-masing luasan wilayah sekitar 5 Ha hingga 7 Ha. Sinder disini
membawahi beberapa mandor sebagai perpanjangan tangan dalam pengawasan
jalannya pekerjaan.
E. Kepala Proteksi Tanaman
Kepala Proteksi Tanaman memiliki tugas mengelola perlindungan tanaman
budidaya terhadap serangan hama dan penyakit. Termasuk di dalamnya mengatur
pemberian dan pencampuran pestisida serta mengawasi pengaplikasiannya pada
masing-masing mandor.
F. Mandor
Mengamati dan memimpin jalannya pekerjaan yang ada di lahan atau
lapangan pekerjaan yang luas arealnya (±5-7) Hektar. Agar sesuai dengan
rancangan kerja yang telah ditetapkan maka mandor bertanggung jawab kepada
PJB (Penanggung Jawab Bagian ).
III. TINJAUAN PUSTAKA
Tembakau dibudidayakan oleh orang India pada saat menemukan Amerika.
Kata tembakau berasal dari kata tobacco, nama pipa yang digunakan oleh orang
Indian untuk merokok. Tanaman tembakau di Indonesia diperkirakan dibawa oleh
Bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke XVI. Menurut Rumphius, tanaman
tembakau pernah dijumpai di Indonesia tumbuh dibeberapa daerah yang belum
dijelajahi oleh bangsa Portugis dan Spanyol (Anonim, 2009).
Bermacam-macam jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia dan
bila dikelompokkan atas kegunaan terdiri atas tembakau untuk cerutu, tembakau
untuk rokok putih atau Virginia, tembakau rokok kretek, tembakau pipa dan
tembakau kunyah. Jenis tembakau yang khusus digunakan untuk rokok cerutu
yang telah dibudidayakan di Indonesia antara lain tembakau Deli atau yang lebih
dikenal di Eropa dengan nama tembakau Sumatera, tembakau Basuki dan
Tembakau Vorstelanden (Cahyono, Bambang, 1998).
Sejak dikenalnya tembakau di Indonesia pada sekitar 1600-1830an,
pengusahaan tembakau pada dasarnya dilaksanakan secara kecil-kecilan oleh
petani untuk kepentingan sendiri serta persembahan kepada pengusaha. Tanaman
tembakau pernah dimasukkan dalam daftar komoditi yang diusahakan dengan
sisten tanam paksa, tetapi karena kurang baik sehingga harga di pasaran Eropa
sangat rendah, maka usaha tersebut dihentikan (Cahyono, Bambang, 1998).
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas
pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Jenis akar tunggang
pada tanaman tembakau yang tumbuh subur, terkadang dapat tumbuh sepanjang
0,75 m, selain akar tunggang, terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar.
Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang
maupun pada akar yang serabut (Matnawi, 1997).
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti
terompet. Benang sari sejumlah lima buah, warna bunga dalam satu malai ada
yang kemerah-merahan dan putih. Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga.
Biji-bijinya sangat kecil, sehingga untuk kebutuhan pembibitan tidak kesulitan
(Matnawi, 1997).
Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya
banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Biji tembakau yang belum
melewati masa dorman tidak dapat berkecambah apabila disemaikan. Untuk dapat
memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah
masak dan telah disimpan baik dengan suhu yang kering (Cahyono, Bambang
1998).
Daun tembakau sangat bervariasi ada yang berbentuk ovalis, oblongus,
orbicularis dan ovatus. Daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel
langsung pada bagian batang. Jumlah daun yang dapat dimanfaatkan dalam setiap
batangnya dapat mencapai 32 helai daun. Ukuran (besar kecilnya) daun tebal
tipisnya juga berbeda-beda, tergantung jenis daun, varietas yang ditanam,
kesuburan tanah dan pengelolaan (Matnawi, 1997).
Tembakau Bawah Naungan (TBN) merupakan produk baru yang mampu
menunjukkan prospek yang cukup cerah di masa mendatang. Pengelolaan TBN
memerlukan modal yang cukup besar karena menggunakan teknologi yang lebih
maju di samping tenaga kerja yang banyak. Oleh karena itu diperlukan terobosan
baru yang lebih efektif dan efisien sehingga biaya dapat ditekan. Penelitian di
bidang pembibitan diperlukan mengingat bibit yang baik merupakan persyaratan
utama untuk memperoleh hasil yang baik pula. Sistem pembibitan yang selama ini
digunakan menghasilkan bibit yang cukllp sehat dan kuat, tetapi kurang seragam.
Keseragaman pertumbuhan bibit dapat dipengaruhi oleh viabilitas benih itu
sendiri, media tllmbuh dan eara pemeliharaannya. Jika benih yang disebar telah
dikeeambahkan terlebih dahulu seperti yang telah dilakukan selama ini, maka
dapat dianggap viabilitas benih tidak jauh berbeda. Dengan demikian kedua
kemungkinan lainnnya dianggap mempllnyai pengaruh yang lebih besar terhadap
keseragaman pertllmbuhan bibit (Wiroatmodjo dan Henny, 1991).
Hama-hama yang umum terdapat pada tanaman tembakau antara lain
Spodoptera litura (Ulat grayak), Agrotis ipsilon (Ulat tanah), Helopeltis Sp
(penggerek pucuk), Cyrtopeltis tenuis (Capside), Bemisia tabaci (kutu putih), dan
Myzus persicae. Hama dan penyakit tersebut di atas dapat menyerang tanaman
tembakau mulai dari persemaian hingga saat petik daun. Salah satu hama dan
penyakit pada persemaian tembakau deli adalah hama S. litura (ulat grayak) dan
penyakit rebah semai yang disebabkan oleh Phytium sp. Apabila tidak ditangani
secara baik dan benar maka serangan itu akan menurunkan kualitas hasil daun
tembakau (Erwin dan N. Suyani. 2000)
Hama ulat daun (Spodoptera litura) atau ada juga yang menyebutnya Ulat
Grayak, merupakan hama penting yang menyerang daerah pertanaman tembakau,
khususnya pada bagian daun dari tanaman tembakau. Ulat grayak menyerang
tanaman tembakau dengan populasi yang sangat tinggi. Akibatnya tanaman habis
dalam semalam. Ia tergolong famili Noctuidae yang aktif pada malam hari. Siang
hari, ulat bersembunyi di sela tangkai daun, di bawah tanaman, bahkan dalam
tanah lantaran takut terkena matahari (Erwin dan N. Suyani. 2000).
Gejala serangan S. litura adalah timbulnya lubang-lubang tidak beraturan
dan transparan pada bekas luka gigitan. Ulat yang baru keluar dari telur hidup
bergerombol di permukaan bawah daun dan menggerogoti epidermis daun setelah
beberapa hari mereka berpencar. Kemampuan merusak hama ini tergantung pada
pertumbuhan instarnya. Pada larva instar ke-2 dan ke-3 hanya memakan helai
daun dan meninggalkan batang daun. Namun pada instar ke-4 dan ke-5 larva
dapat memakan seluruh daun sampai ketulang-tulang daunnya (Semangun, 2000).
Sesaat setelah telur menetas ulat hidup bergerombol disekitar kelompok
telur sampai pada instar ketiga dan fase ini ulat memakan daun dengan gejala
transparan. Pada instar keempat ulat mulai menyebar kebagian tanaman atau
tanaman disekitarnya. Biasanya serangan ini muncul 20-30 hari setelah tanam
(Semangun, 2000).
Keadaan cuaca sangat mempengaruhi serangga ini pada musim-musim
kering atau kemarau. Pada tahun ini gangguan ulat grayak sering terjadi pada areal
pertanaman dan menyerang daun. Beberapa tahun sebelumnya serangga ini
muncul pada tanaman yang sejenis Solanaceae selain tanaman tembakau
(Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982).
Beberapa jenis tanaman yang mampu mengendalikan hama seperti famili
Meliaceae (nimba, aglaia), famili anonaceae (biji srikaya, biji sirsak, biji buah
nona). Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu
baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap
mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa
tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga (hama) maupun nematoda
(penyebab penyakit tanaman). Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati siap
pakai dapat dilakukan secara sederhana. Pertama, dengan teknik penggerusan,
penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa
tepung, abu, atau pasta. Kedua, dengan teknik rendaman untuk menghasilkan
produk ekstrak. Ketiga, dengan cara ekstraksi menggunakan bahan kimia (Agrios,
1996).
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan Magang Profesi dilakukan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh pegawai sesuai jam kerja di PTP Nusantara X (Persero)
Kebun Kertosari. Selain itu juga terdapat pembimbingan dan pelatihan oleh pihak
perusahaan mengenai langkah-langkah kerja yang ada di lapang dan di gudang.
Dari materi bimbingan yang diberikan diaplikasikan dalam kegiatan magang ini
sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat guna
meningkatkan keahlian dan kemampuan memecahkan suatu permasalahan di
dunia pekerjaan. Pelaksanaan magang profesi ini tidak terlepas dari aturan-aturan
perusahaan dan prosedur-prosedur yang berlaku. Interaksi dan hubungan yang
baik dengan para pegawai juga hal yang sangat penting dilakukan karena di dalam
pelaksanaan magang profesi akan banyak ilmu dan ketrampilan yang diajarkan
oleh para pegawai.
4.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Magang Profesi ini dilakukan pada tanggal 08 April 2013 –
10 Mei 2013 di PTP Nusantara X (PERSERO) Kebun Kertosari Bagian TBN III
yang terletak di Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember.
4.2 Macam Kegiatan
Berdasarkan waktu pelaksanaan magang profesi yang bertepatan dengan
waktu pembibitan dan awal tembakau, maka kegiatan yang dilakukan difokuskan
pada kegiatan pembibitan dan awal penanaman tembakau bawah naungan (TBN),
akan tetapi dalam jangka waktu pembibitan tembakau kami melakukan perawatan
terhadap tanaman tembakau. Perawatan dan penanaman dilaksanakan di lahan
tanam TBN III di Kecamatan Ajung, Jember dan penanamannya langsung di
depan tempat pembibitan TBN III.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat Magang Profesi antara lain:
a. Perawatan tanaman tembakauTBN
Pengamatan tembakau
Pengairan tanaman tembakau (ngebor)
Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman tembakau
b. Pengolahan tanah
Persiapan lahan penaman tanaman tembakau
b. Penananaman bibit tembakau
Penentuan waktu tanaman yang dengan melihat lahan yang telah siap
Penanaman serentak pada daerah lahan yang sama
Pemilihan bibit tembakau yang akan ditanam
Pengaturan Naungan sebelum melakukan penananam tanama tembakau
4.3 Pelaksanaan Kegiatan
4.3.1 Perawatan Tanaman Tembakau
4.3.1.1 Pengamatan Tembakau
Pengamatan tanaman tembakau dilakukan pada tanaman tembakau yang
berumur 1-20 HST dengan menggunakan tali dan sapu lidi yang di gunakan untuk
sampel setiap bedengan setiap bedengan diambil 100 sample untuk dijadikan
acuan dalam melakukan penelitian. Bibit Tembakau bawah naungan dapat terus
tumbuh dan juga dapat tidak tumbuh, salah satu caranya adalah dengan
menggunakan pengamtan bibit tembakau. Pengamtan bibit tembakau dilakukan
dengan cara mengamati bagian tanaman yang telah di beri tali dan sapu lidi yang
bertujuan untuk melihat sample yang telah diberikan dalam setiap bedengnya.
4.3.1.2 Pengairan tanaman tembakau (Ngebor)
Pengeboran dilaksanakan pada pagi hari sampai pada siang hari.
Pengeboran dilakukan dengan cara air yang berasal dari sumur bor milik sendiri
disalurkan menuju saluran-saluran air yang telah dibuat di sekitar petak-petak
lahan penanaman tembakau, kemudian air tersebut disiramkan di bedengan
penanaman tembakau. Pengeboran terus dilakukan setiap pagi agar tanaman
tembakau tercukupi kebutuhannya, dan pengeboran dilakukan oleh pekerja wanita
karena dalam pengeboran diperlukan ketelatenan agar bedengan tidak hancur
ketika diairi.
4.3.1.3 Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman tembakau
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada pagi hari dengan cara
melihat ada tidaknya serangan dari OPT di pembibitan, namun biasanya jika
terlihat tanda-tanda adanya serang OPT yang parah para pekerja diminta untuk
melakukan penyemprotan pestisida untuk mengurangi seranga OPT yang tidak
diinginkan. Penyemprotan pestisida dilakukan sekitar pukul 06.00-09.00 WIB
karena pada jam tersebut, matahari masih belum begitu terik sehingga bila
dilakukan penyemprotan maka tidak akan mengalami penguapan dan hama dapat
teratasi.
4.3.2 Pengolahan Lahan
4.3.2.1 Persiapan lahan tanama tembakau
Persiapan lahan tanama tembakau dilakukan 2 minggu setelah pembibitan
dimulai ini karena tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan persiapan lahan
dan menunggu dari selesainya masa tanam petani dikarenakan lahan yang
digunakan lahan sewa milik petani dan bukan lahan dari TBN itu sendiri. Dan
juga menunggu dari proses pembuatan bedengan didalam TBN yang
menggunakan tenaga kerja pinjaman dari lahan.
4.3.3 Penananaman bibit tembakau
4.3.3.1 Penentuan waktu tanam
Penentuan waktu tanam dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 15-
20 hari, penentuan ini dilihat dari kondisi lapangan yang memungkinkan
perbedaan waktu penentuan tanam, namun pada mulanya penentuan tanam telah
disepakti bersama dan telah memiliki jadwal yang harus dipenuhi.
4.3.3.2 Penanaman Serentak
Penanaman serentak dilakukan pada lahan yang sama yaitu awal tanam
dilakukan pada lahan di dekat TBN karena lahan tersebut telah siap dan telah
memenuhi standrat tanam sehingga pilihan awal tanam pada lahan dipilih yang
dekat dengan TBN, dengan penaman serentak juga dapat mengurangi resiko
terserangnya OPT.
4.3.3.3 Pemilihan Bibit yang akan ditanam
Dilihat dari kondisi yang ada bibit tanaman tembakau memiliki perbedaan
umur tanama yang sama namun kondisi bibit terlihat berbeda ada yang sudah siap
tanam ada yang belum siap tanama pada satu bedengan, bedengan yang dimiliki
ada 3 tipe, tipe A adalah ditujukan untuk penenaman awal, tipe B ditujukan untuk
penenaman ke 2 dan tipe C ditujukan untuk pennanaman yang ke 3. Sehingga
perlu adanya rolling bibit dari A ke B atau dari B ke C (sortasi).
4.3.3.4 Pengaturan Naungan
Pengaturan Naungan pada tanaman tembakau sudah menyesuaikan dengan
SOP yang telah ditetapkan sehingga tidak ada yang perlu ditakuti kecuali
kesalahan dari pekerja dan gangguan alam yang dapat merobohkan Naungan itu
sendiri.
V. PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan magang di TBN III Ajung ini menjadi kegiatan magang pertama
dalam rangkaian keseluruhan proses prodeksi tembakau di salah satu bagian dari
Kebun Kertosari ini. Sebagai pelaksana magang, kami berusaha selalu engikuti
semua proses yang ada di TBN III ini. Kegiatan-kegiatan pemeliharaan tersebut
meliputi: penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan, penyiangan (kalau
diperlukan), penjarangan tanaman,sanitasi atau pembenahan jalur pembuangan
air, dan kegiatan yang terpenting adalah pengendalian hama dan penyakit dan
seleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk
memperoleh pertumbuhan bibit yang baik. Demikian juga pemuukan dan aspek
lain harus dikerjakan secara teliti untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan
harapan. Dalam kegiatan magang ini, saya ditugaskan menjadi asisten mandor
yang bertugas mengamati aktivitas proteksi di TBN III ini. Hal ini dimaksudkan
agar saya mampu bersama dengan para mandor yang lain untuk bisa menganalisa
dan mengantispasi kemungkinan serangan OPT yang terjadi, khususnya adanya
seangnan hama dan penyakit. Proteksi dilakukan secara bertahap dengan
memperhatikan aspek-aspek yang bersinggungan dengan teknik pengendalian
OPT secara ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian OPT yang
dlakukan dapat secara maksimal dilakukan tanpa menyebabkan banyak dampak
buruk bagi lingkungan sekitar.
Proteksi bibit sendiri terdiri dari beberapa tahap, yaitu proteksi awal yaitu
media, dengan menggunakan dithane, dan lannate. Setelah bibit berusia lebih dari
2 minggu, maka akan dilakukan clipping, yaitu pemotongan daun bawah, yang
berfungsi untuk meminimalisir kemungkinan terjangkit penyakit ketika
tanam.Karena daun bawah akan busuk jika ditanam, dan dikhawatirkan akan
menyebabkan berbagai penyakit. Pada masa kurang lebih kurang dari 1 minggu,
perlu dilakukannya proteksi dengan penyemprotan insektisida, yaitu untuk
mengendalikan ulat grayak, larava yang baru menetas biasanya banyak terdapat
pada daun tembakau yang sudah siap tanam, dan hal ini jika dibarkan akan
berlangsung secara cepat dan bisa mengakibatkan kerusakan yang parah. Ulat
grayak atau yang memiliki nama latin Spodoptera litura ini memiliki tipe
serangan yang cepat dan mampu merngakibatkan kerusakan yang parah, jika
popoluasinya tinggi. Karena Spodoptera litura dewasa selalu bertelur membentuk
koloni sehingga setiap menetas dapat menghasilkan ratusan larva baru. Serangan
terjadi pada malam hari biasanya bergerombol di pembibitan maupun di
pertanaman. Dari stadia telur sampai menjadi larva instar 5 yang dapat menyerang
tanaman memerlukan waktu 22 – 60 hari. Pengendalianya penyemprotan dengan
insektisida seperti pada ulat pucuk atau mengumpulkan masa telur.
S. litura menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif yaitu memakan
daun tanaman tembakau yang muda. Ulat instar muda merusak daun sehingga
bagian daun yang tersisa hanya tulang-tulang daun epidermis bagian atas. Ulat
instar tua merusak tulang-tulang daun sehingga tampak lubang-lubang bekas
gigitan (Prayogo, dkk, 2005).
Spodoptera litura hidup dalam kisaran inang yang luas dan bersifat
polifagus. Karena itu hama ini dapat menimbulkan kerusakan serius. Kerusakan
yang ditimbulkan pada stadium larva berupa kerusakan pada daun tanaman inang
sehingga daun menjadi berlubang-lubang. Larva instar 1 dan 2 memakan seluruh
permukaan daun, kecuali epidermis permukaan atas tulang daun. Larva instar 3-5
makan seluruh bagian helai daun muda tetapi tidak makan tulang daun yang tua.
Untuk mengatasi ulat grayak agak sulit karena seringkali serangan terjadi secara
mendadak dan tidak diduga sebelumnya. Untuk mengendalikan ulat grayak
diantaranya yaitu dengan pengendalian secara mekanis dan fisik, teknik
pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi populasi hama dengan cara
mengganggu fisiologi serangga. Contohnya yaitu dengan mengumpulkan
kemudian membinasakan kelompok telur dan ulat yang ada di pertanaman.
Pengambilan ini jangan sampai terlambat, sebab apabila ulat telah besar mereka
akan bersembunyi di dalam tanah.
Ulat grayak, Spodoptera litura F., (Lepidoptera, Noctuidae) merupakan
salah satu hama yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas. S. litura
menyerang tanaman budidaya pada fase vegetatif dan generatif yaitu memakan
daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang daun. S. litura sering
mengakibatkan penurunan produksi bahkan kegagalan panen karena
menyebabkan daun dan buah sayuran robek, terpotong-potong dan berlubang-
lubang. Mengingat tembakau merupakan komoditas yang mengutamakan kualitas
daun, maka Spodoptera litura ini harus mendapatkan perhatian yang khusus
karena kerusakan yang ditimbulkan dapat sangat mempengaruhi kualitas daun
tembakau yang dihasilkan. Maka dari itu, proteksi bibit dari serangan hama ini
sangat perlu dilakuan agar kemungkinan kerusakan akibat hama ini dapat sangat
ditekan seminimal mungkin.
Di TBN III ini, pengendalian secara kimia dilakukan langsung ketika ada
gejala serangan, atau tampak ada larava ulat grayak yang terlihat. Selama kegiatan
magang, sebagai pengamat lapang saya menemukan beberapa gejala serangan
hama yang diakibatkan Spodoptera litura ini, terutama yang paling banyak adalah
pada seminggu sebelum tanam bibit. Hal ini dikarenakan mungkin siklus hidup
dari ulat dewasa, bersamaan dengan tumbuh kembang bibit tambakau atau secara
mudah dapat dikatakan bahwa pada masa awal tanam bibit terdapat telur ulat yang
berada dibawah permukaan daun dan itu lolos dari pengamatan sehingga akhirnya
terdapat larva ulat yang menyerang pada seminggu sebelumtanam bibit.
Pengendalian secara kimiawi yang dilakukan di TBN III dan hampir di seluruh
TBN dibawah naungan Kebun Kertosari ini sejak 2010 adalah penggunaan
Metindo 25 WP, Lannate 40 SP, dan Decis. Jenis-jenis insektisida ini dikeluarkan
oleh Litbang selaku mitra kerja yang melakukan kajian di lahan-lahan area tanam
untuk mengetahui dosis dan jenis pestisida yang akan digunakan secara tepat,
sesuai dengan kondisi lingkungan di areal lahan tembakau tersebut. Sehingga,
dapat meningkatkan efisiensi hasil proteksi OPT di lahan tembakau. Untuk
pengendalian hama dan penyakit tanaman tembakau perlu dilakukan pengamatan
ambang ekonomis serangan sebagai langkah pengendalian dini (“Early Warning
System”). Dengan langkah tersebut dapat diidentifikasi apakah perlu atau tidak
untuk melakukan tindakan pengendalian. Apabila hal ini dilakukan jarang sekali
terjadi ledakan serangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian
pada pengusahaan tembakau. Itulah yang saya lakukan selama kegiatan magang di
TBN III sebagai salah satu upaya melatih diri dalam kemampuan untuk menjadi
pengamat lapang dalam hal pengendalian OPT dan mengetahui sebaran populasi
OPT berdasarkan fase tumbuh tanaman tembakau, sehingga mengetahui ambang
batas kerusakan ekonomi dan ambang batas pengendalian secara tepat dan efektif.
Karena tembakau merupakan komoditas yang memerlukan kualitas tinggi, maka
aspek pemeliharaan terutama yang menyangkut perlindungan tanaman atau
proteksi menjadi hal yang harus diperhatikan untuk meningkatakn mutu dan
kualitas tembakau yang dihasilka oleh PTPN X khususnya di wilayah Kebun
Kertosari, TBN III,Ajung sebagai tempat pembibitan dan penanaman tembakau
bawah naungan (TBN).
VI. GAGASAN PEMECAHAN MASALAH
Tanaman tembakau merupakan tanaman yang disebut sebagai tanaman
berdaun emas bagi petani. Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk
genus Nicotinae, serta familia Solanaceae yang spesies-spesiesnya mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Tanaman tembakau merupakan merupakan salah satu
komoditi yang strategis dari jenis tanaman semusim Perkebunan. Peran tembakau
bagi masyarakat cukup besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya
melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan.
Oleh karena itu, jika dilihat dari prospek kedepannya (harga jual) tanaman
tembakau cukup menjanjikan hasilnya. Selain itu, proses budidaya tanaman
tembakau juga tidak dapat disamakan dengan tanaman sefamilinya, karena
tanaman tembakau memiliki tahapan budidaya yang cukup rumit, perlu ekstra
perhatian, biaya produksi yang cukup besar, dan perlu tenaga kerja yang tidak
sedikit. Serangan OPT yang terdapat di bedengan selama persiapan tanam awal
adalah adanya beberap serangan hama Spodoptera litura. Permasalahan yang
dirisaukan petani adalah permasalahan pengendalian Hama dan Penyakit tanaman
tembakau. Karena terkadang apa yang direkomendasikan oleh Litbang selaku
mitra tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapang sehingga hasil dilapang pun
menjadi kurang maksimal. Hal itulah yang perlu sedikit dibenahi, mengingat
tuntutan pasar akan kebutuhan tembakau, terutama pasar global sangat tnggi maka
kualitas dan kuantitas harus bisa dimaksimalkan agar mendapatkan harga jual
yang tinggi.
Pemeliharaan tembakau pada masa awal tanam sangat menentukan
perkembangan tembakau pada fase selanjutnya, karena bisa dikatakan proses
pemindahan bibit awal ke lahan pertanaman merupakan fase krtitis tanaman
tembakau dimana tembakau akan menjadi sangat rentan akan serangan hama dan
penyakit. Maka upaya pengamatan dan proteksi ahrus selslu dilakukan di tiap hari
agar kemungkina OPT untuk berkembang dapat ditekan sehingga dapat
meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan.
Spodoptera litura sering mengakibatkan penurunan produksi bahkan
kegagalan panen karena menyebabkan daun dan buah sayuran robek, terpotong-
potong dan berlubang-lubang. Bila tidak segera diatasi maka daun atau buah
tanaman di areal pertanian akan habis termakan Pengendalian hama tanaman yang
di kembangkan dewasa ini adalah menekan jumlah populasi hama yang
menyerang tanaman sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan.
Komponen pengendalian hama yang dapat di terapkan untuk mencapai sasaran
tersebut antara lain pengendalian hayati, pengendalian secara fisik dan mekanik,
pengendalian secara kultur teknis dan pengendalian secara kimiawi. Pengendalian
hama pada tanaman diarahkan pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). PHT adalah suatu pendekatan atau cara pengendalian hama yang
didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka
pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Musuh
alami (parasit, predator, dan patogen serangga) merupakan faktor pengendali
hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara
maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang.
Untuk mengatasi ulat grayak agak sulit karena seringkali serangan terjadi
secara mendadak dan tidak diduga sebelumnya. Untuk mengendalikan ulat grayak
diantaranya yaitu dengan pengendalian secara mekanis dan fisik, teknik
pengendalian ini bertujuan untuk mengurangi populasi hama dengan cara
mengganggu fisiologi serangga. Contohnya yaitu dengan mengumpulkan
kemudian membinasakan kelompok telur dan ulat yang ada di pertanaman.
Pengambilan ini jangan sampai terlambat, sebab apabila ulat telah besar mereka
akan bersembunyi di dalam tanah.
Pengendalian hama pada tanaman tembakau diarahkan pada penerapan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatu pendekatan atau cara
pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi
ekonomi dalam rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. Strategi PHT adalah menggunakan secara kompatibel semua teknik
atau metode pengendalian hama yang didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.
Prinsip operasional yang digunakan dalam PHT meliputi :
1) Budidaya tanaman sehat
Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap
gangguan hama. Oleh karena itu, penerapan paket teknologi produksi harus
diarahkan kepada terwujudnya tanaman yang sehat.
2) Pelestarian musuh alami
Musuh alami (parasit, predator, dan patogen serangga) merupakan faktor
pengendali hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu
berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang. Untuk itu,
penggunaan insektisida perlu dilakukan secara selektif. Penggunaan pestisida
nabati biji mimba yang mengandung azadirachtin terbukti dapat menekan
serangan ulat grayak (Nathan dan Kalaivani 2005).
3) Pemantauan ekosistem secara terpadu
Pemantauan ekosistem pertanaman secara rutin oleh petani merupakan dasar
analisis ekosistem untuk pengambilan keputusan dan melakukan tindakan
pengendalian yang diperlukan.
4) Petani sebagai ahli PHT
Yaitu mampu mengambil keputusan dan memiliki keterampilan dalam
menganalisis ekosistem untuk menetapkan cara pengendalian hama secara tepat
sesuai dengan dasar PHT.
Dalam PHT, pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan
pengendalian didasarkan atas analisis ekosistem. Analisis ekosistem yang telah
ditetapkan dan berfungsi terdiri atas tiga subsistem, yaitu pemantauan,
pengambilan keputusan, dan tindakan pengendalian hama.
Pemantauan atau monitoring bertujuan untuk mengamati dinamika
agroekosistem secara rutin, baik komponen biotic (keadaan tanaman, intensitas
kerusakan, populasi hama dan penyakit, populasi musuh alami, keadaan gulma
dan lain-lain) maupun komponen abiotik (curah hujan, suhu, air, angin, dan lain-
lain). Pengamatan secara rutin (misal satu minggu sekali) dapat dilakukan oleh
petugas pengamat khusus atau oleh petani yang terlatih. Metode pengamatan
harus dibuat praktis dan ekonomis, tetapi memiliki tingkat ketelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan. Subsistem pengambilan keputusan berfungsi untuk
menentukan keputusan pengelolaan hama yang tepat yang didasarkan pada
analisis data hasil pemantauan yang secara rutin diterima dari subsistem
pemantauan. Pengambilan keputusan didasarkan pada model dan teknologi
pengelolaan hama yang dikuasai oleh dan tersedia bagi pengambil keputusan.
Keputusan yang diambil oleh pengambil keputusan merupakan berbagai
tindakan yang perlu dilakukan pada agroekosistem agar sasaran PHT terpenuhi,
termasuk keputusan kapan dan bagaimana pestisida digunakan. Subsistem
program tindakan (action program) mempunyai fungsi untuk segera melaksanakan
keputusan dan rekomendasi yang dibuat oleh subsistem pengambilan keputusan
dalam bentuk tindakan pengendalian atau pengelolaan hama pada unit lahan atau
lingkungan pertanian yang dikelola.
Hal inilah yang perlu dilakukan di TBN III Kebun Kertosari,yaitu adalah
sinergi antara para pekerja lapang, mandor, dan sinder di masing-masing bagian
untuk bisa mengetahui tahapan kerja apa saja yang bisa dilaksanakan dalam upaya
perlindungan tanaman dari serangan OPT. Spodoptera memang merupakan salah
satu dari beberapa hama penting yang terdapat pada budidaya tembakau bawah
naungan ini,sehingga perlu adanya perhatian yang lebih agar dapat menjadikan
tembakau PTPN X ini komoditas yang memiliki kualitas dan kuantitas yang
maksimal, dan sesuai dengan permintaan dan keuntungan yang didapatkan dapat
maksimal.
VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Magang Profesi merupakan salah mata kuliah yang mewajibkan
mahasiswa melakukan praktek kerja sebagai tempat mengaplikasikan ilmu yang
telah didapat dan membandingkan dengan yang ada dilapangan, selain itu untuk
memperoleh pengalaman dalam dunia kerja.
Berdasarkan hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan magang profesi
ini, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan produksi tanaman tembakau yang ada di PTPN X
Kebun Kertosari TBN III, maka lakukan pemeliharaan yang intensif pada saat
pembibitan hingga tanam.
b. Untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas produksi tanaman tembakau di
PTPN X Kebun Kertosari TBN III dilakukan proteksi dengan konsep PHT
(Pengendalian hama Terpadu) dan juga dengan melakukan pengendalian dini
atau “Early Warning System”
c. Ulat Grayak atau Spodoptera litura adalah salah satu hama penting yang
perlu mendapat perhatian khusus selain thrips, mengingat kerusakan yang
ditimbulkan berepngaruh sangat besar terhadap kualitas dan kuantitas daun
tembakau yang dihasilkan.
d. Penggunaan insektisida kimia masih menjadi andalan utama dibandingkan
pengendalian hayati, karena pengendalian hayati memerlukan pengalaman
dan kreatifitas lebih untuk menerapknnya, sedangkan para pekerja dan
mandor cenderung kurang tertarik untuk mengembangkan teknik
pengendalian hayati.
7.2 Saran
Mandor harus melakukan pengawasan yang ketat. Mandor perlu
memberikan pengarahan dan penjelasan kepada karyawan mengenai semua proses
kegiatan di lapangan, termasuk penyemprotan pestisida yang telah ditetapkan oleh
kebun. Mandor hendaknya lebih tegas untuk memberikan teguran atau peringatan
kepada karyawan yang bekerja tidak sesuai dengan standar kebun. Agar dapat
mencapai produktivitas yang tinggi, pihak kebun dapat menerapkan spesialisasi
untuk setiap sub kegiatan misalnya pada penyemprotan hama atau pengamat
populasi hama hendaknya terdapat lebih banyak karyawan yang mempunyai
keahlian dalam hal proteksi karena dalam kegiatan proteksi memerlukan ketelitian
dan harus dilakukan secara serentak dan dalam cakupan yang luas agar hasil yang
didapatkan dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Sejarah Tembakau. www.indowebster.web.id.htm. Diakses tanggal 30 September 2011.
Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. CV Yasaguna Jakarta
Agrios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Cahyono, Bambang, 1998. Tembakau: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Erwin dan N. Suyani. 2000.Hama dan Penyakit Tembakau.Balai PenelitianTembakau Deli PTPN II, Tanjung Morawa, Medan.
Matnawi. H., 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Kanisius, Yogyakarta.
Prayogo, Y. dkk. 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen Metarhizium anisopliae Untuk Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura pada Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian 24 (1) : 19 – 26.
Semangun H. 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wiroatmodjo dan Henny. 1991. Pengaruh Sistim Pembibitan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tembakau Cerutu Besuki (Nicotiana Tabacum L.) Bawah Naungan. Bul. Agr. Vol. XXI No.1.
LAMPIRAN FOTO
a
c d
e
h
f
g
ba