117
PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO NGALIYAN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh : SHOFWATIN NI’MAH NIM: 083111109 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012 Click to buy NOW! P D F - X C h a n g e w w w . t r a c k e r - s o f t w a r e . c o m Click to buy NOW! P D F - X C h a n g e w w w . t r a c k e r - s o f t w a r e . c o m

PELAKSANAAN PENDIDIKANLIFE SKILLS DI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/140/jtptiain...baik dan lancar. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada pahlawan

Embed Size (px)

Citation preview

PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLSDI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO

NGALIYAN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan SyaratGuna Memperoleh gelar sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :

SHOFWATIN NI’MAH NIM: 083111109

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109Jurusan/ Program studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karyasaya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 31 Mei 2012

Saya yang menyatakan,

Shofwatin Ni’mahNIM: 083111109

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

iii

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan :Judul : Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren Darul

Falah Be-Songo Ngaliyan SemarangNama : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109Jurusan : Pendidikan Agama IslamProgram Studi : Pendidikan Agama Islam

telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji Fakultas TarbiyahIAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelarsarjana dalam ilmu pendidikan Islam.

Semarang, 26 Juni 2012

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris,

Dr. Musthofa, M. Ag. Dr. Ahmad Sudja’i, M.Ag. 1971040 199603 1 002 19511050 197612 1 001

Penguji I, Penguji II,

Drs. Achmad Hasmi Hashona, M. A. Yunita Rahmawati, M.A 19640308 199303 1 002 19780627 200501 2 004

Pembimbing I, Pembimbing II

Drs. Ikhrom, M.Ag. Muhammad Nafi Annury, M. Pd.19650329 199403 1 002 19780719 200501 1 007

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 29 Mei 2012

KepadaYth. Dekan Fakultas TarbiyahIAIN Walisongodi Semarang

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan koreksinaskah skripsi dengan:Judul : Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan SemarangNama : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109Jurusan : Pendidikan Agama IslamProgram studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepadaFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diajukan dalam SidangMunaqasah.

Waalaikumsalam wr. Wb

Pembimbing I,

Drs. Ikhrom, M.Ag.NIP:19650329 199403 1 002

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, 29 Mei 2012

KepadaYth. Dekan Fakultas TarbiyahIAIN Walisongodi Semarang

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan koreksinaskah skripsi dengan:Judul : Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan SemarangNama : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109Jurusan : Pendidikan Agama IslamProgram studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepadaFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang untuk diajukan dalam SidangMunaqasah.

Waalaikumsalam wr. Wb

Pembimbing II,

Muhammad Nafi Annury M.Pd.NIP: 19780719 200501 1 007

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

vi

ABSTRAK

Judul : Pelaksanaan pendidikan Life Skills di Pondok PesantrenDarul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

Penulis : Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109

Skripsi ini membahas pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren. Studiini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: Bagaimana pelaksanaanpendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo NgaliyanSemarang dilihat dari beberapa segi, diantaranya perencanaan, pelaksanaan danevaluasi? Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yangdilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang.Pesantren tersebut dijadikan sebagai sumber data untuk mendapatkan gambarandesain penddikan life skills di pesantren. Datanya diperoleh dengan carawawancara tak tersetruktur, observasi partisipan, studi dokumentasi dantriangulasi data. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisisdeskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukanangka.

Kajian ini menunjukkan bahwa: Pelaksanaaan pendidikan life skills diPondok Pesantren Darul Falah Be-songo ini belum sepenuhnya berjalan denganbaik, masih banyak sekali yang perlu diperbaiki. Hal ini dapat terlihat dalamproses perencanaannya yang kurang matang karena aspek pencatatan belumdilakukan, akan tetapi proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan denganbaik dan evaluasi pembelajaran kurang efektif karena untuk saat ini baru dalamproses perumusan. Melihat hal tersebut kiranya dipandang perlu adanya penataankembali agar pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-SongoNgaliyan Semarang dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga mampumenciptakan jiwa santri yang lebih berkualitas dan kompetitif.

Pelaksanaan pendidikan life skills di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain: (1) tahap perencanaan:meliputi kegiatan perumusan grand desain pesantren dalam bentuk visi-misipesantrenyang dilakukan oleh pengasuh pesantren serta penyusunan programpembelajaran oleh pengasuh dan pengurus pondok pesantren (2) tahappelaksanaan: tahap ini terdiri dari pengorganisasian santri, pengelolaan kelas,penentuan metode pembelajaran dan mempersiapkan sarana prasarana sertafasilitas pembelajaran (3) tahap evaluasi. Evaluasi ini dilakukan oleh guruterhadap hasil pembelajaran life skills untuk mengukur tingkat pencapaiankompetensi santri, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuanhasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dipondok pesantren Darul Falah Be-Songo berjalan kurang efektif. Selain itu, tidaksemua materi dapat dikuantifikasikan, hal ini akan mengurngi kelenturanpesantren.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Almarhum ayahanda Masruchan dan Ibunda Mu’awwanah tercinta atas

segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta rangkaian do’a tulusnya

yang tiada henti, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

2. Mbak Rif, mbak Is, kak Roqib, mbak Saroh, mbak Wati, mbak Uun, kak

Jamal, kak Muiz dan kak Faiq. Saudara-saudaraku yang senantiasa

memberikan dukungan baik moril maupun matriil sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan lancar.

3. Keluarga besar Bani Hasan Kafrawi yang senantiasa memberikan

dukungan dan do’anya.

4. Kyai, Ustadz dan Ustadzah yang selalu memberikan nasehat dan

semanagat.

5. Keluarga besar Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang

6. Kawan-kawan di LPM Edukasi terima kasih atas semangat dan

kebersamaan yang penuh arti.

7. Kakak-kakak di Racana Walisongo IAIN Walisongo terima kasih atas

motivasi dan kerja samanya selama ini.

8. Sahabat-sahabat PAI C angkatan 2008, terimakasih atas semua kebaikan

dan dukungannya selama ini.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah atas segala Taufiq Hidayah serta Inayah-Nya kepada

kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

baik dan lancar. Sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

pahlawan revolusioner kita, Nabi Muhammad saw. semoga kita termauk umat

yang beruntung atas syafaatnya kelak di hari kiamat, amin.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan

terimakasih kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Nasirudin, M.Ag. selaku Ketua jurusan dan Mursyid, M.Ag. selaku

Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam atas masukan dan

semangatnya.

3. Drs. Ikhrom, M.Ag. selaku pembimbing 1 dan M Nafi Annury, M.Pd

selaku pembimbing 2 yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan

pikirannya untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Lift Anis Ma’shumah, M.Ag. selaku dosen wali studi yang dengan tulus

memberikan arahan dan motivasi selama perkuliahan

5. Para dosen serta staf pengajar dan pegawai di lingkungan Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali penulis

berbagai pengetahuan.

6. Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo, Dr. KH. Imam Taufiq,

M.Ag. dan Hj. Arikhah, M.Ag. terima kasih atas bantuan dan dukungan

datanya selama penelitian.

7. Almarhum ayahanda Masruchan dan Ibunda Mu’awwanah tercinta atas

segala pengorbanan dan kasih sayangnya serta rangkaian do’a tulusnya

yang tiada henti, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan

skripsi ini.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

ix

8. Mbak Rif, mbak Is, kak Roqib, mbak Saroh, mbak Wati, mbak Uun, kak

Jamal, kak Muiz dan kak Faiq. Saudara-saudaraku yang senantiasa

memberikan dukungan baik moril maupun matriil sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan lancar.

9. Kawan-kawan di LPM Edukasi Kakak-kakak di Racana Walisongo IAIN

Walisongo, Sahabat-sahabat PMII dan PAI C angkatan 2008 terima kasih

atas semangat, motivasi, kerja samanya dan kebersamaan yang penuh arti.

10. Keluarga besar Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang, serta

rekan-rekan KKN terimakasih karena kalian telah mengajarkan arti

kebersamaan dan kebahagiaan.

11. Ustadz dan ustadzah yang selalu memberikan nasehat dan semanagat.

nasehat-nasehatmu akan senantiasa dinanti.

12. Semua pihak yang telah memberi dukungan baik moril maupun materiil

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis tidak dapat

memberi sesuatu yang berarti kepada mereka semua, hanya serangkaian

do’a tulus semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah dengan sebaik-

baik balasan serta selalu dalam lindungan-Nya. Akhirnya, penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

dalam penyusunan kata, landasan teori, dan beberapa aspek inti

didalamnya. Oleh karena itu, kritik saran yang konstruktif sangat

diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat

bagi semuanya. Amin.

Semarang, 21 Mei 2012

Penulis,

Shofwatin Ni’mahNIM : 083111109

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................... ................ i

HALAMAN PERNYATAAN......................................................... .......... ...... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING........................................................ iv

HALAMAN ABSTRAK.......................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR......................................................... viii

HALAMAN DAFTAR ISI..................................................................... x

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... ............... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 7

D. Kajian Putaka ........................................................................ 8

E. Metode Penelitian .................................................................. 10

BAB II : PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI PESANTREN

A. Pengertian pendidikan life skills di pesantren ............................ 18

B. Tujuan dan Manfaat pendidikan life skills di pesantren ............... 20

C. Unsur-unsur pendidikan life skills di pesantren........................... 22

D. Pelaksanaan pendidikan life skills di Pesantren .......................... 32

BAB III : PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI PONDOK

PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO NGALIYAN

SEMARANG

A. Profil pondok pesantren Darul Falah Be-Songo ........................ 39

B. Sejarah berdirinya ................................................................. 39

C. Identitas pesantren ................................................................ 41

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

xi

D. Visi, Misi dan tata tertib ........................................................ 41

E. Struktur organisasi ................................................................ 43

F. Tujuan pendidikan Life skills di Pesantren................................. 44

G. Unsur-unsur dalam pelaksanaan pendidikan life skills

di pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan

H. Semarang ............................................................................ 45

I. Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di pesantren Darul Falah

J. Be-Songo Ngaliyan Semarang ............................................... 62

BAB IV : ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI

PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO

NGALIYAN SEMARANG

A. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Life Skills Di Pondok

Pesantren Darul Falah Be-Songo ......................................... 73

B. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Life

Skills Di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo ................ 64

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................. 87

B. Saran ................................................................................. 88

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan berwawasan life skills kini menjadi terobosan baru di dunia

pesantren. Pengaplikasian pendidikan berbasis life skills di pesantren mampu

melahirkan out put santri yang berkualitas dan kompetitif. Selain itu

pendidikan ini didesain untuk membekali santri dalam menghadapi dan

memecahkan problema hidup dan kehidupan.

Mencetak santri berkualitas di sini menjadi tanggung jawab lembaga

pendidikan. Sedangkan lembaga pendidikan tersebut harus menjadi lembaga

pendidikan yang berkualitas. Ada tiga hal yang harus dilalui oleh sebuah

lembaga pendidikan untuk mempersembahkan pendidikan berkualitas.

Pertama, mengintegrasikan beragam subjek mata pelajaran menjadi suatu

kegiatan belajar yang terpadu(integrated learning) dan dilakukan dengan

menyenangkan (enjoy learning). Kedua, tidak melulu terlalu berorientasi pada

kecerdasan siswa, namun pada penciptaan karakter mulia. Ketiga, menciptakan

kesetaraan guru-murid sebagai subjek pembelajar, termasuk memahami murid

sebagai pribadi yang unik dengan kecerdasan yang berbeda-beda. Ketiga unsur

tersebut membutuhkan satu hal penting, yaitu guru-guru bijak dan berwawasan

luas, yang tercipta karena kemampuan akademis bagus dan kaya pengalaman.1

Aplikasi pendidikan life skills dalam suatu lembaga pendidikan akan

melahirkan out put santri yang memiliki daya kompetisi yang tinggi. Dengan

bekal life skills mereka akan lebih produktif dan mampu bersaing di dunia

kerja. Dengan ini, pesantren mengambil langkah tepat karena dapat

membuktikan bahwa pesantren tersebut terbilang sebagai salah satu lembaga

pendidikan yang berkualitas dan kompetitif. Hal tersebut terlihat proses

pembelajarannya tidak hanya berorientasi pada kecerdasan siswa, namun pada

penciptaan karakter mulia. Selain itu guru (ustadz) kebanyakan sudah menjadi

1 Jamal Ma’mur Asmani, “sekolah life skills,” Lulus Siap Kerja!, (Jogjakarta : Diva Press,2009), hlm. 231.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

2

sarjana bahkan sampai menjadi Doktor. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri

bagi santri maupun pengasuh pondok pesantren.

Sebagai lembaga pendidikan non formal, Pondok Pesantren Darul Falah

Be-Songo Ngaliyan Semarang telah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang

berwawasan kecakapan hidup (life skills). Dikatakan demikian karena di dalam

pesantren tersebut tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama semata, banyak

cakupan life skills yang ditawarkan kepada santri, tidak hanya kecakapan

secara umum akan tetapi kecakapan secara spesifik. Kecakapan tersebut

meliputi kecakapan vokasional dan kecakapan akademik. Kecakapan

vokasional di sini berupa skills memasak, menyulam, merias dan jenis

kerajinan yang lain. Selain itu, di dalamnya juga diajarkan bagaiman para

santri dapat berbicara dengan baik, baik dalam mengemukakan pendapat

maupun dalam berpidato dan skill-skill yang lain yang menjadi daya tarik

sendiri bagi masyarakat sekitar.

Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang merupakan

salah suatu lembaga pesantren yang menarik untuk dijadikan tempat atau

tujuan penelitian. Hal itu dikarenakan pondok pesantren tersebut telah

melaksanakan program-program yang berorientasi ke masa depan. Hal ini

terlihat dalam beberapa program, diantaranya menerapkan kesatuan antara teori

dan praktek, akademik yang totalitas, membentuk generasi muslim yang

Islami. Meskipun pesantren ini tergolong baru, namun pesantren ini mampu

menerapkan pendidikan pesantren berbasis life skills dengan baik.

Dalam pesantren ini tidak hanya mengajarkan teori saja, tetapi juga

mempraktikkannya untuk memecahkan problem kehidupan sehari-hari. Banyak

pelatihan-pelatihan yang diikuti para santri yang akan menjadi bekal bagi

mereka dalam menghadapi kehidupan riil. Secara rutin, pesantren ini

mengadakan pelatihan untuk memanfaatkan waktu liburan karena pesantren ini

dihuni oleh para mahasiswa, maka waktu liburan menjadi kesempatan emas

bagi pesantren tersebut untuk mengisinya dengan pelatihan-pelatihan, misalkan

pelatihan memasak, pelatihan jurnalistik, komputer, dan resolusi konflik.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

3

Sebenarnya di berbagai daerah sudah ditemukan pesantren yang memiliki

corak yang sama dengan pesantren ini. Pesantren model ini terdapat di

Yogyakarta Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari, pesantren terebut mendapat

perhatian publik secara luas, karena keunggulan kompetensi berbasis life skills

yang diajarkan kepada anak-anak didiknya.2 Dalam Pondok pesantren ini santri

diajarkan bagaimana menggunakan internet, menulis di majalah, menulis

cerpen, membuat rekaman dan karya-karya lain yang bermanfaat bagi

masyarakat luas. Di Tangerang Pondok pesantren Daar el-Qalam dan di

Jombang Pesantren Al-Aqabah juga menerapkan sistem pendidikan berbasis

life skills.

Meskipun lembaga pesantren tersebut menerapkan pendidikan

berwawasan life skills, namun tidak meninggalkan tradisi kepesantrenannya.

Hal ini didasarkan pada teori pesantren yang mengatakan bahwa pesantren

merupakan salah satu bentuk lingkungan “masyarakat” yang unik dan memiliki

tata nilai kehidupan yang positif. Selain itu, lembaga pesantren ini memiliki

tujuan untuk mendalami ilmu agama Islam (tafaqquh fi al-din) dengan

menekankan pentingnya moral dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan

bermasyarakat.3

Tradisi kepesantrenan ini dapat terlihat pada beberapa elemen yang kian

kental dengan dunia pesantren, diantaranya, terdapat santri, kyai, masjid,

pondok/ asrama dan kitab klasik. Selain itu pesantren modern masih

menggunakan beberapa metode khas pesantren yang terkenal dengan nama

sorogan, halaqah, bahtsul masail dan lain sebagainya. Selain elemen dan

metode pesantren Hasyim Asy’ari menerapkan sistem kekeluargaannya.

Pesantren merupakan lembaga berperan ganda, yaitu pesantren sebagai

pelaksana proses belajar mengajar ilmu agama Islam dan pesantren sebagai

penyebar dakwah agama Islam. Dalam proses belajar mengajar di pesantren

2 Jamal Ma’mur Asmani, “sekolah life skills, 240-241

3 Ahmad Muthohar, ideologi pendidikan pesantren, pesantren ditengah arus ideologi-ideologi pendidikan, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007), hlm. 16-17

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

4

diajarkan bahwa Islam adalah agama yang mengatur urusan ibadah dan

mu’amalah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi

santrinya, bahkan sangat berpengaruh pada pribadi alumninya setelah mereka

terjun hidup di tengah-tengah masyarakat.

Melalui pendidikan pesantren ini, seseorang dapat ikut serta membentuk

pribadi muslim yang tangguh, harmonis, mampu mengatur kehidupan

pribadinya, mengatasi persoalan-persoalannya, mencukupi kebutuhan-

kebutuhannya serta mengendalikan dan mengarahkan kehidupannya.4

Sejak awal perkembangan hingga awal era 70-an, pesantren pada

umumnya dipahami sebagai lembaga pendidikan agama yang bersifat

tradisional. Hal ini karena pesantren itu biasanya tumbuh dan berkembang di

masyarakat pedesaan melalui proses sosial yang unik, proses pembelajarannya

masih menggunakan sistem klasikal, metode yang digunakanpun masih

tradisional. Pada saat itu pula pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga

pendidikan, tetapi berperan sebagai lembaga sosial yang berpengaruh.

Keberadaan pondok pesantren dan masyarakat merupakan dua sisi yang

tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Sebagian besar

pesantren berkembang dari adanya dukungan masyarakat, dan bahkan tidak

sedikit berdirinya pesantren merupakan inisiatif masyarakat. Begitu pula

sebaliknya perubahan sosial dalam masyarakat merupakan dinamika kegiatan

pondok pesantren dalam pendidikan dan kemasyarakatan.5

Selain itu, keberadaan pesantren memberikan pengaruh dan warna

keberagamaan dalam kehidupan masyarakat sekitarnya. Pengaruh ini tidak

hanya di wilayah administrasi pedesaan, tetapi sering kali hingga melintasi

daerah kabupaten dimana pesantren itu berada. Oleh karena itulah pesantren

sering dijadikan sebagai agen perubahan (agent of change). Selain itu,

4 Muhtarom, “Urgensi Pesantren Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim”, dalam IsmailSM, dkk., Dinamika Pesantren dan Madrasah , (Yogyakarta: pustaka pelajar bekerja samadengan fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002), hlm39-49.

5 Bahri Gazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta Pedoman IlmuJaya, 2001), hlm. 13

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

5

pesantren disebut sebagai lembaga yang berperan sebagai dinamisator dan

katalisator pemberdayaan sumber daya manusia, penggerak pembangunan di

segala bidang, serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

menyongsong era global. Di sinilah perubahan merambah ke dalam dunia

pesantren.

Sebagaimana diketahui, era global meniscayakan terjadinya peruabahan

di segala aspek kehidupan, mulai dari perubahan orientasi, persepsi, dan

tingkat selektifitas masyarakat terhadap pendidikan. Hal ini memaksa

Indonesia untuk mengubah orientasi pendidikannya menuju pendidikan yang

berorientasikan kualitas, kompetensi dan skill.

Berkenaan dengan ini, standard mutu yang berkembang di masyarakat

adalah tingkat keberhasilan lulusan sebuah lembaga pendidikan dalam

mengikuti kompetisi pasar global. Selain itu, pesantren juga diharapkan

mampu meningkatkan peran kelembagaan sebagai kawah candradimuka

generasi muda Islam dalam menimba ilmu pengetahuan dan tenologi sebagai

bekal dalam menghadapi era globalisasi.

Untuk dapat menganalisis peran pesantren di era global, sebelumnya

harus dipahami bahwa pesantren memiliki akar sosio-historis yang cukup kuat.

Dengan demikian pesantren mampu menduduki posisi yang relatif sentral

dalam dunia keilmuan masyarakatnya, dan sekaligus bertahan di tengah

berbagai gelombang perubahan.6 Hanya saja, selama ini berkembang anggapan

bahwa pondok pesantren cenderung tidak dinamis dan tertutup terhadap segala

perubahan atau medernisasi. Anggapan ini pula yang menyebabkan lembaga

pendidikan pondok pesantren (terutama yang tidak memiliki Madrasah)

diidentikkan dengan tradisionalisme, dan tidak sejalan dengan proses

modernisasi. Akibatnya, perhatian pada pengembangan pondok pesantren lebih

dilihat dalam perspektif kesediaannya menjadi lembaga pendidikan agama.

Permasalahan dalam dunia pendidikan pesantren demikian kompleks.

Sebagaimana dikemukakan Azyumardi Azra, permasalahan tersebut tidak

mungkin dapat dipecahkan hanya sekedar melalui perluasan (ekspansi) linier

6 Amin Haedari, dkk., masa depan pesantren, hlm. 185

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

6

dari sistem pendidikan yang ada. Hal itu juga tidak bisa dipecahkan dengan

jalan penyesuaian teknis administratif di sana-sini. Bahkan, permasalahan

tersebut tidak dapat diselesaikan pula dengan pengalihan konsep pendidikan

dari teknologis pendidikan yang berkembang demikian pesat. Lebih dari semua

itu, yang diperlukan sekarang adalah menjamin kembali konsep dan asumsi

yang mendasari seluruh sistem pendidikan Islam, baik secara makro maupun

mikro.

Sejalan dengan itu, mengembalikan pesantren kepada fungsi pokok yang

sebenarnya juga harus segera diwujudkan. Sebagaimana diketahui, setidaknya

terdapat tiga fungsi pokok pesantren: pertama, transmissi ilmu pengetahuan

Islam, kedua, pemeliharaan tradisi Islam; dan ketiga, pembinaan calon-calon

ulama.

Dalam hal ini pesantren dituntut melakukan terobosan-terobosan sebagai

berikut: pertama, membuat kurikulim terpadu, gradual, sistematik, egaliter, dan

bersifat buttom up (tidak top down). Artinya, penyusunan kurikulum tidak lagi

didasarkan pada konsep plain for student (pembiasaan untuk peserta didik) tapi

plain by student (pembiasaan oleh peserta didik). Kedua, melengkapi sarana

penunjang proses pembelajaran. Ketiga, memberikan kebebasan kepada santri

yang ingin mengembangkan talenta mereka masing-masing, baik yang

berkenaan dengan pemikiran, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun

kewirausahaan. Keempat, menyediakan wahana aktualisasi diri di tengah-

tengah masyarakat.7

Peran pondok pesantren yang tadinya hanya mempelajari kitab-kitab

Islam klasik harus segera direkonstrksi agar dapat didayagunakan secara

maksimal. Dengan cara ini, Sumber daya atau unsur-unsur pondok pesantren

termasuk guru atau kyai, masjid, santri, kitab kitab klasik hingga ilmu

pengetahuan yang baru dapat didayagunakan dalam proses pendidikan life

skills secara berkelanjutan untuk membangun manusia yang memiliki paham

ilmu pengetahuan, potensi kemasyarakatan, dan pembangunan wilayah.

7 Amin haedari, dkk, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan TantanganKompleksitas Global,(Jakarta: IRD Press, 2004 cet.1), hlm.198-199

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

7

Karekteristik masyarakat yang mengharapkan sebagaimana di atas

membawa implikasi bahwa paradigma pendidikan saat ini harus bermuara pada

peningkatan dan pengembangan life skill yang diwujudkan melalui pencapaian

kompetensi peserta didik untuk mampu menghadapi sekaligus mampu

memecahkan problem-problem kehidupan.

Begitu juga yang diharapkan oleh pendiri dan pengasuh Pondok

Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang. Pesantren ini selain

berorientasi pada penguasaan ilmu-ilmu keagamaan juga berorientasi pada

kecakapan untuk hidup yang sengaja dirancang untuk membekali para santri

agar berani menghadapi tantangan hidup sekaligus tantangan global.

Berdasarkan pada deskripsi latar belakang di atas peneliti sangat tertarik

untuk melakukan penelitian dan menelaah lebih jauh tentang hal-hal terkait

dengan pendidikan life skills di pesantren terfokus pada Pelaksanaan

pendidikan life skills di pesantren dan dalam skripsi ini mengambil obyek di

pesantren Darul Falah Semarang dengan judul “PELAKSANAAN

PENDIDIKAAN LIFE SKILL DI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH

BE-SONGO NGALIYAN SEMARANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas permasalahan yang akan

penulis bahas adalah :

Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di pondok pesantren Darul Falah

Be-Songo Ngaliyan Semarang?.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

Mendiskripsikan bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di

Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang.

2. Sedangkan manfaat dari penulisan skripsi ini yaitu:

a. Mampu memberi sumbangan pemikiran dalam dunia keilmuan dan

bermanfaat bagi para pembaca tentang pendidikan life skills di

pesantren.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

8

b. Dapat memberikan input khususnya bagi jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

c. Dapat memberikan pengetahuan bagi penulis pribadi sebagai calon

sarjana lulusan perguruan tinggi Islam IAIN Waligongo yang tentu

nantinya akan terjun di tengah-tengah masyarakat dengan segudang

permasalahan yang ada di dalamnya.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan bagian yang berisi uraian tentang data skunder

yang diperoleh dari jurnal-jurnal ilmiyah atau hasil penelitian pihak lain yang

dapat dijadikan pertimbangan. Hal yang perlu dijelaskan dalam tinjauan

pustaka ini adalah penyebutan beberapa refrensi yang membahas masalah

terkait dengan masalah yang akan dibahas.8

Berbicara mengenai pendidikan life skills bukan hal yang baru lagi,

banyak sekali penelitian-penelitian yang membahas mengenai hal tersebut.

Baik dalam lingkup lembaga formal maupun lembanga non formal.

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya yang membahas

topik yang sama antara lain :

1. Skripsi saudara Moch Efendi AR (03104239) 2009 yang berjudul

Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup di Pondok Pesantren (Studi

Kasus Pesantren Kyai Ageng Selo Klaten. Dalam skripsi ini peneliti

memperoleh beberapa data mengenai implementasi pendidikan kecakapan

hidup di pondok pesantren Kyai Ageng Selo Klaten yang dapat

dilaksanakan dengan baik karena didalam terdapat berapa kecakapan hidup

baik itu kecakapan individu, sosial dan kecakapan akademik yang telah

berjalan dengan baik.9

8 Pedoman Penulisan Skripsi Program Setrata Satu, Fakultas Tarbiyah IAIN WalisongoSemarang, (Semarang: 2010), hlm. 12

9 Moch. Efendi AR, “Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup di Pesantren Pondok(Studi Kasus Pesantren Kyai Ageng Selo Klaten)”, skripsi (Semarang: Program Strata satu IAINwalisongo,2009).

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

9

2. Skripsi M. Wahabul Minan (3100321) 2007 yang berjudul Urgensi

Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan Kepribadian Muslim. Dalam

skripsi ini lebih menekankan pada pembentukan kepribadian muslim

melalui pendidikan pesantren, adapun skripsi ini menjelaskan mengenai

pendidikan pesantren, proses pembentukan kepribadian muslim dan urgensi

pendidikan pesantren dalam pembentukan kepribadian muslim.10

3. Skripsi saudari Fitriyatun Khasanah (03103120) 2008 yang berjudul Upaya

Pesantren Berbasis Agribisnis dalam Meningkatkan Life Skill Santri

Pondok Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Ishlah Desa

Serangsari Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo), penelitian ini

dilakukan dalam rangka membekali santri untuk mengikuti seminar yang

berhubungan dengan masalah pertanian dengan disediakan buku-buku

agribisnis sebagai panduan dalam rangka meningkatkan life skill santri.

Santri tidak hanya memiliki wawasan keagamaan saja akan tetapi memiliki

wawasan yang terfokus pada bidang agribisnis.11

4. Skripsi saudara Suranto 2009 yang berjudul Konsep Kecakapan Hidup (Life

Skills) dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam. Penelitian dalam skripsi

ini memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan Islam yang memberikan

wacana baru dengan konsep kecakapan hidup (life skills) yang berimplikasi

dalam pendidikan Agama Islam.12

Penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian

ini, dari sisi perbedaannya tersebut dapat menunjukkan keaslian penelitian ini,

adapun perbedaannya terletak pada obyek penelitiannya.

10 M. Wahabul Minan, “Urgensi Pendidikan Pesantren dalam Pembentukan KepribadianMuslim.”, skripsi (Semarang: Program Strata satu IAIN walisongo,2007)

11 Fitriyatun Khasanah, “Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis dalam Meningkatkan LifeSkill Santri Pondok Pesantren (studi kasus di pondok pesantren Al-Ishlah desa SerangsariKecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo),”, skripsi (Semarang: Program Strata satu IAINwalisongo,)

12 Suranto “Konsep Kecakapan Hidup (Life Skills) dan Implikasinya dalam PendidikanIslam”, skripsi (Yogyakarta: program strata satu UIN Sunan Kalijaga, 2009)

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

10

Dalam penelitian pertama menjelaskan Implementasi Pendidikan

Kecakapan Hidup di Pondok Pesantren, hampir sama dengan penelitian yang

akan peneliti lakukan hanya saja perbedaannya terletak pada obyek

penelitiannya yakni di Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang dan

penelitian pertama di Pesantren Kyai Ageng Selo Klaten, sedangkan penelitian

ketiga di Pondok Pesantren Al-Ishlah Desa Serangsari Kecamatan Kejajar

Kabupaten Wonosobo yang lebih ditekankan pada agribisnisnya. Namun

memiliki persamaan dengan penelitian ini yakni pada fokus penelitiannya yang

sama difokuskan pada pendidikan life skills.

Setelah menelaah beberapa penelitian di atas, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di

Pondok Pesantrren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang belum pernah

ada yang melakukan penelitian sebelumnya.

E. Metode Penelitian

Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam

mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat

memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai tujuan

pemecahan permasalahan.13 Sedangkan penelitian itu sendiri merupakan

rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan, atau

sesuatu untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu

ilmu pengetahuan. Jadi, metode penelitian adalah serangkaian metode yang

saling melengkapi yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk

memperoleh pemecahan terhadap segala permasalahan.14

Di dalam metode penelitian ini akan dijelaskan rencana dan prosedur

penelitian yang dilakukan penulis untuk memperoleh jawaban yang sesuai

13 Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), (Jakarta: PT Rineka Cipta,2004), hlm. 1

14 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 4

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

11

dengan permasalahan atau tujuan penelitian.15 Dengan demikian penulis

menggunakan metode yang disesuaikan dengan jenis penelitiannya, yaitu:

1. Jenis Penelitian

Skripsi ini merupakan jenis penelitian kualitatif diskriptif.

Pengertian penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.16

Penelitian kualitatif deskriptif, yaitu metode penelitian yang

berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan

apa adanya.17 Penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif.

Peneliti menggunakan metode kualitatif karena:

1. Lebih mudah mengadakan penyelesaian dengan kenyataan yang

berdimensi ganda

2. Lebih mudah menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara

peneliti dan subyek peneliti

3. Memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak

pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.

Metode penelitian kualitatif dilakukan secara intensif, peneliti ikut

berpartisipasi selama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang

terjadi, melakukan analisis refleksi terhadap berbagai dokumen yang

ditemukan di lapangan, dan memuat laporan penelitian secara mendetail.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

15 Pedoman penulisan skripsi program strata satu (S.1), (semarang: fakultas tarbiyah IAINWalisongo Semarang, 2010), hlm. 16

16 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.36

17 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: BumiAksara, 2009), hlm. 157

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

12

a. Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Ngaliyan Semarang

b. Alamat Pesantren : Jl. Prof. Dr. Hamka Perumahan Bank

Niaga Ngaliyan Semarang

2. Waktu

Dilaksanakan selama 10 kali observasi

Observasi Pertama : Sabtu, 3 Maret 2012, jam 09.00 – 12.00 wib

Observasi kedua : Selasa, 13 Maret 2012, jam 19.00 – 21.00 wib

Observasi ketiga : Selasa, 27 Maret 2012, jam 19.00 – 21.00 wib

Observasi keempat : Jum’at, 30 Maret 2012, jam 12.00 – 14.00 wib

Observasi kelima : Ahad, 01 April 2012, jam 07.00 – 12.00 wib

Observasi keenam : Sabtu, 07 April 2012, jam 15.00 – 17.00 wib

Observasi ketujuh : Ahad, 08 April 2012, jam 09.00 – 12.00 wib

Observasi kedelapan : Senin, 16 April 2012, jam 18.30 – 20.30 wib

Observasi kesembilan : Ahad, 22 Aprl 2012, jam 15.30 – 17.00 wib

Observasi kesepuluh : Selasa, 08 Mei 2012, jam 10.00 – 12.00 wib

3. Sumber Penelitian

Dalam tahap ini peneliti berusaha menyeleksi data yang dapat

dilihat dari tingkat validitas dan relevansi dengan judul penelitian.

Sumber penelitian di sini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Sumber data primer (primary source), yaitu data yang dikumpulkan,

diolah dan disajikan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini

dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat-alat lainnya. Data

primer ini didapat dari Wawancara dengan KH. Dr.Imam Taufiq,

M.Ag. selaku pengasuh pondok pesantren Darul Falah Be-songo

Ngaliyan Semarang dan para pengurus serta santri Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang. Wawancara ini dilakukan

untuk memperoleh data tentang data kurikulum pendidikan life skills,

proses pembelajaran life skills.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

13

2) Sumber data sekunder (secondary source), yaitu sumber data yang

digunakan untuk data pendukung dan data penunjang dalam

penelitian ini.18 Data sekunder merupakan sumber data penelitian

yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya

berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam

arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak

dipublikasikan.19 Data sekunder yang dimaksudkan dalam hal ini

adalah data arsip tentang pesantren Darul Falah Be-songo Ngaliyan

Semarang baik data tentang sejarah, data santri dan data-data

pendukung lainnya.

4. Fokus Penelitian

Kajian dalam penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan

pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Ngaliyan Semarang. Pesantren tersebut terletak di Jl. Prof. Dr. Hamka

Perumahan Bank Niaga Ngaliyan Semarang.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri

yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, karena

metode ini tidak terbatas pada orang saja tetapi juga pada objek-

objek alam yang lain. Dalam penelitian, metode obserasi diartikan

sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala

yang tampak pada obyek penelitian.20

18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: RinekaCipta, 2010), hlm. 145.

19 Sumber Primer dan Sumber Sekunder dalam http://nagabiru86.wordpress.com/ diaksespada tanggal 1 maret 2012 pada pukul 10.21

20 S. Margono, Metodologi Penelitian, hlm. 158.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

14

Metode ini digunakan untuk menggali data berkenaan dengan

perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar.21

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling

efektif adalah melengkapinya dengan blangko pengamatan sebagai

instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian

atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.22

Observasi yang digunakan oleh peneliti adalah metode

observasi partisipan. Observasi partisipan adalah suatu proses

pengamatan bagian dalam dilakukan oleh observer dengan ikut

mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan

diobservasi.23 Pada observasi ini peneliti terlibat langsung dalam

pembelajaran life skills tersebut untuk mengetahui pelaksanaan

pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Ngaliyan Semarang. Selain itu, observasi ini dilakukan bertujuan

untuk mengetahui kondisi umum pesantren tersebut, seperti halnya

aktifitas keseharian santri, para pengajar dan juga pengasuhnya,

kemudian untuk mengetahui fasilitas pembelajaran, sampai pada

evaluasi pendidikan life skills di Ponpes tersebut.

b. Metode interview atau wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.24

21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : CV Alfabeta,2009), hlm. 145.

22 Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 272

23 S. Margono, Metodologi Penelitian, hlm. 161

24 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2007), hlm. 186

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

15

Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak

terstruktur. Pengertian wawancara tidak terstruktur adalah

wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedonam yang digunakan

hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan.25

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui

secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih

banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.

Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden

tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan

berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.

Wawancara ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang

profil Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

dan Pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren tersebut. Adapun

sumber informasinya adalah :

1) Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan

Semarang untuk mendapatkan info tentang profil pesantren.

2) Ustadz dan ustadzah dan pengurus untuk mendapatkan informasi

tentang pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren tersebut.

3) Santri untuk mendapatkan seberapa penting peran pendidikan life

skills dalam kehidupan mereka

4) Pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perolehan data dalam

penulisan skripsi ini.

c. Metode Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Bentuk dokumen ini dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-

karya monumental dari seseorang.

25 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),(Bandung: ALFABETA, 2007), hlm. 197

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

16

Dengan menggunakan metode dokumentasi ini, maka dapat

digunakan untuk memperkuat dan memperoleh data tentang

kurikulum pendidikan life skill di lembaga Pondok Pesantren Darul

Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang dan bagaiman aplikasi

kurikulum tersebut dalam proses pembelajaran. Selain itu metode ini

digunakan untuk mendapatkan data tentang profil pondok pesantren

tersebut.

d. Triangulasi Data

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain. di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.26

Triangulasi pada penelitian ini, peneliti gunakan sebagai pemeriksa

melalui sumber lainnya. Dalam pelaksanaannya peneliti akan

melaksanakan pengecekan data yang berasal dari hasil wawancara.

Lebih jauh lagi, hasil wawancara tersebut kemudian peneliti cek

dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama masa

penelitian untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan life skills di

pondok pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang.

Setelah keempat metode tersebut di atas terlaksana, maka data-

data yang dibutuhkan akan terkumpul dan datanya digunakan untuk

mengorganisasi dan mensintesisasi data agar siap dijadikan bahan

analisis.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk

26 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, hlm. 330

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

17

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan

berupay mencari makna (meaning).27

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai

di lapangan. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan

pengumpulan data.28 Sehubungan dengan itu, penulis menggunakan

tehnik analisis deskriftif, yaitu suatu usaha untuk mengumpulkan dan

menyusun suatu data yang diperoleh kemudian dianalisis dan

diinterpretasi29 sehingga memperoleh pemaknaan yang sejalan dengan

penelitian.

Teknik analisis deskriptif ini digunakan untuk mendiskripsikan

dan menginterpretasikan pelaksanaan pendidikan life skills di pondok

pesantren Darul Falah Be-songo Semarang. Sehingga hasil penelitian

tersebut bisa memberikan wacana baru dalam dunia pendidikan agama

Islam yang lebih spesifik dalam dunia pesantren.

27 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positiftik, Rasionalistik,Phenomenologik, Dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks Dan Penelitian Agama,(Yogyakarta: PT Bayu Indra Grafika, 1969), hlm.104

28 Sugiyono, metode penelitian, hlm. 245

29 Interpretasi adalah langkah tafsir, penafsiran atau perkiraan.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

18

BAB II

PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI PESANTREN

A. Pengertian Pendidikan Life Skills di Pesantren

Terdapat perbedaan pendapat tentang pengertian pendidikan life skills

atau pendidikan kecakapan hidup, namun esensinya tetap sama. Menurut Malik

Fajar dalam bukunya Jamal Ma’mur Asmani mengatakan, life skills adalah

kecakapan yang dibutuhkan untuk bekerja selain kecakapan dalam bidang

akademik. Sementara itu team Broad Based Education Depdiknas

mendefinisikan life skills sebagai kecakapan yang dimiliki oleh seseorang agar

berani dan mau menghadapi segala permasalahan kehidupan dengan aktif dan

proaktif sehingga dapat menyelesaikannya.1

Sedangkan Slamet PH mendefinisikan life skills sebagai kemampuan,

kesanggupan, dan ketrampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk

menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kecakapan tersebut

mencakup segala aspek sikap dan perilaku manusia sebagai bekal untuk

menjalankan kehidupannya.

Penjelasan pasal 26 ayat 3 UU No 20 tahun 2003 tentang sistem

pendididkan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan kecakapan hidup (life

skill Education) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal,

sosial, intelektual dan kecakapn vocasional untuk bekerja atau usaha mandiri.

Dari beberapa pendapat diatas, pendidikan life skills dapat diartikan

sebagai pendidikan yang memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan

secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan yang

dibutuhkan dan berguna bagi perkembangan kehidupan peserta didik. Dengan

demikian, pendidikan life skills harus dapat merefleksikan kehidupan nyata

dalam proses pengajaran agar peserta didik memperoleh kecakapan hidup di

tengah-tengah masyarakat.

1Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skills” Lulus Siap Kerja!, (Jogjakarta: Diva Press,2009), hlm.30

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

19

Pendidikan kecakapan hidup (life skills) sebenarnya bukan merupakan

hal baru bagi pesantren, sebab sejak dahulu jenis pendidikan ini memang

menjadi andalan bagi pesantren. Namun, dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era global ini, pendidikan

kecakapan hidup yang dilaksanakan secara tradisional di lingkungan pesantren

perlu mendapatkan sentuhan teoritis dan teknis, sehingga para alumni lembaga

pendidikan lainnya dalam berebut lapangan pekerjaan yang semakin lama

semakin kuat.

Pendidikan life skills di pesantren ini sebenarnya diadopsi dari teori

pendidikan life skills dalam pendidikan formal. Dikatakan demikian karena

pada dasarnya pendidikan life skills diterapkan itu memilki tujuan yang sama

yakni menyiapkan peserta didik (santri) agar mampu, sanggup, serta terampil

menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang.

Secara umum dapat dikemukakan, tujuan dari penyelenggaraan life skills

di lingkungan pesantren adalah untuk membantu para santri mengembangkan

kemampuan berfikir, menghilangkan pola pikir/ kebiasaan yang kurang tepat,

dan mengembangkan potensi diri agar dapat memecahkan problema kehidupan

secara konstruktif, inovatif dan kreatif sehingga dapat menghadapi realitas

kehidupan dengan bahagia, baik secara lahiriah maupun batiniah.2

Meskipun pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren dapat

bervariasi, namun perlu diingat bahwa pendidikan life skills harus akrab

lingkungan dan fungsional. Artinya life skills harus disesuaikan dengan kondisi

santri dan lingkungan serta memenuhi prinsip-prinsip umum yang harus di

pegang ketika pensantren menyelenggarakan integrasi dengan pendidikan life

skills yaitu:3

1) Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku

2 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok pesantren, (Jakarta:Diva Pustaka 2004), hlm. 163

3 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm. 163-164

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

20

2) Tidak harus mengubah kurikulum tetapi yang harus dilakukan adalah

penyiasatan kurikulum untuk diorientasikan pada kecakapan hidup

3) Etika sosio-religius bangsa tidak boleh dikorbankan dalam pendidikan

kecakapan hidup (life skills), melainkan justru sedapat mungkin

diintegrasikan dalam proses pendidikan.

4) Pembelajaran kecakapan hidup menggunakan prinsip learning to know,

learning to do, learning to be dan learning to lifes together

5) Pelaksanaan life skills di pesantren menerapkan Manajemen Berbasis

Pondok Pesantren (MBPP)

6) Potensi daerah sekitar dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan

pendidikan sesuai dengan pendidikan kontekstual dan pendidikan berbasis

luas

7) Paradigma learning for life and learning to work dapat dijadikan sebagai

dasar pendidikan, sehingga terjadi pertautan antara pendidikan dan

kehidupan nyata peserta didik (santri)

8) Penyelenggaraan pendidikan senantiasa diarahkan agar santri ;

1) Menuju hidup sehat dan berkualitas

2) Mendapatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan yang luas

3) Memiliki akses untuk memenuhi standar hidupnya secara layak.4

B. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Life Skiils di Pesantren

a. Tujuan Pendidikan Life Skiils di Pesantren

Secara umum pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup

bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu

mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi

perannya di masa mendatang.5 Secara khusus pendidikan yang berorientasi

pada kecakapan hidup bertujuan untuk :

4 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm. 163-164

5Tim broad Based Education Depdiknas, Kecakapan Hidup Melalui PendekatanPendidikan Berbasis Luas, (Surabaya: Surabaya Intellectuaal Club (SIC) bekerja sama denganlembaga pengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Surabaya (Unesa), 2002), hlm. 7-8

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

21

1. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan

untuk memecahkan problema yang dihadapi;

2. Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan

pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis

luas, dan

3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di lingkungan sekolah,

dengan memberi peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di

masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

Sedangkan tujuan dari penyelenggaraan kecakapan hidup (life skills)

di lingkungan pesantren adalah untuk membantu peserta didik (para santri)

mengembangkan kemampuan berfikir, menghilangkan pola berfikir/

kebiasaan yang kurang tepat, dan mengembangkan potensi diri agar dapat

memecahkan problema kehidupan secara konstruktif, inovatif dan kreatif

sehingga dapat menghadapi realitas kehidupan dengan bahagia, baik

secara lahiriah maupun bathiniah.6

Dari beberapa tujuan yang ada hampir semua pendidikan kecakapan

hidup (life skills) itu memiliki tujuan yang hampir serupa yakni

mengembangkan kecakapan peserta didik atau santri agar mereka dapat

mengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.

b. Manfaat Pendidikan Life Skiils di Pesantren

Pendidikan life skills merupakan trobosan progresif bagi dunia

pendidikan di negeri ini, sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal.

Manfaat dari pendidikan life skills ini luar biasa bagi dinamisasi dan

revitalisasi dunia pendidikan ditengah kompetensi massif di segala aspek

kehidupan sekarang ini.

Secara umum manfaat pendidikan kecakapan hidup bagi peserta didik

adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problem hidup

dan kehidupan, baik secara pribadi yang mandiri, warga masyarakat,

maupun sebagai warga negara.

6 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm.163

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

22

Manfaat lain pendidikan kecakapan hidup adalah bagi pribadi santri

diantaranya pendidikan life skills dapat meningkatkan kualitas berfikir,

kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Selain itu, bagi lingkungan di mana santri

itu berada atau bagi masyarakat dapat meningkatkan kehidupan yang maju

dan madani. Hal itu dapat ditandai dengan beberapa indikator, yaitu

peningkatan kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga

dapat mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat

secara harmonis.

C. Unsur-unsur Pendidikan Life skills di Pesantren

1. Kyai dan Ustadz

a. Kyai

Kata kyai dalam terminologi Jawa memiliki makna sesuatu yang

diyakini memiliki tuah atau keramat. Artinya, segala sesuatu yang

memiliki keistimewaan dan keluarbiasaan dibandingkan dengan yang

lain. Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang

sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata pesantren yang

berkembang di Jawa dan Madura sosok kyai begitu sangat berpengaruh,

kharismatik dan wibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat di

lingkungan pesantren.

Kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada

seseorang yang mempunyai ilmu di bidang agama dalam hal ini agama

Islam. Terlepas dari anggapan kyai sebagai gelar yang sakral, maka

sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren.7 Eksistensi pesantren,

nyaris tidak dapat sepenuhnya lepas dari pembahasan tentang peran

kiyai. Sebab, kiyai merupakan leader, di mana pesantren berdialektika

dan menggagas peran-peran pentingnya dalam perjalanan sejarah Islam

nusantara.8 Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali.

7 Bahri Gazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: Pedoman Ilmujaya, 2001), hlm. 21

8 Ibnu Hajar, Kiai di Tengah Pusaran Politik, (Jakarta: IRCiSoD, 2009) cet. 2, hlm. 18

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

23

Suatu lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memiliki

tokoh sentral yang disebut kyai. Jadi kyai di dalam dunia pesantren

sebagai penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren

sesuai dengan pola yang dikehendaki.

b. Guru/Ustadz

Unsur pesantren lainnya adalah guru atau ustadz. Ustadz adalah

santri kyai yang dipercayai untuk mengajar agama kepada santri dan

dibimbing atau disupervisi oleh kyai.9 Menurut musthu dalam buku

ideologi pendidikan pesantren dijelaskan bahwa ustadz dalam

kehidupan pesantren mengalami beberapa tantangan antara lain

mengabdi, mencari nafkah dan mengejar karir.10

2. Santri

Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Seorang

ulama bisa disebut kyai kalau memiliki pesantren dan santri yang tinggal

dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama Islam

melalui kitab-kitab kuning. Oleh karena itu, eksistensi kyai biasanya juga

berkaitan dengan adanya santri di pesantrennya.

Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawantahan

adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh

seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Oleh karena itu santri

pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren.11

Dalam dunia pesantren istilah santri diklasifikasikan menjadi dua

golongan, antara lain:

a. Santri mukim adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang

jauh yang menetap dalam kelompok pesantren. Bagi pesantren yang

9 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 33

10 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 33-34

11 Bahri Gazali, Pendidikan Pesantren Berwawasan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001),hlm. 22-23.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

24

besar, santri-santrinya berasal dari hampir seluruh nusantara dan

bahkan banyak dari negara tetangga.

b. Santri kalong adalah murid-murid yang berasal dari desa-desa

sekeliling pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.

Mereka hanya belajar di pesantren dan setelah selesai waktunya

mereka pulang kerumah masing-masing.12

3. Materi Life Skills di Pesantren

Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren pada dsarnya hanya

mengajarkan agama, sedangkan sumber kajian atau mata pelajarannya

adalah kitab-kitab dalam bahasa Arab. Pelajaran agama yang dikaji di

pesantren ialah al-Qur’an dengan tajwidnya dan tafsirnya, aqaid dan ilmu

kalam, fiqih dan ushul fiqh, dan lain sebagainya.13

Berbeda dengan pesantren berwawasan kecakapan hidup (life skill).

Di dalam pesantren tersebut tidak hanya mengajarkan agama semata akan

tetapi adanya keseimbangan antara materi duniawi dan ukhrowi karena di

dalamnya diajarkan bagaimana cara menyikapi permasalahan yang ada,

mengembangkan potensi, dan diajari bagaimana caranya agar bisa survive

di masa mendatang.

Adapun cakupan materi pendidikan life skills di pesantren adalah

sebagai berikut:

1) Kecakapan Personal (self awarness)

Kecakapan personal yaitu suatu kemampuan berdialog yang

diperlukan oleh seseorang untuk dapat mengaktualisasikan jati diri dan

menemukan kepribadiannya dengan cara menguasai serta merawat raga

dan jiwa atau jasmani dan rohani.14

12 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan. Hlm. 34

13 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga PendidikanIslam di Indonesia, (Jakarta: PT Grafindo, 2001), hlm. 107

14 Departemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pedoman IntegrasiPendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) dalam Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah danMadrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Departemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan AgamaIslam, 2005), hlm. 13

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

25

(a) Kesadaran diri sebagai hamba Allah SWT

Agama Islam yang diturunkan sesuai dengan tingkat

perkembangan masyarakat adalah agama yang sesuai dengan fitrah

tersebut. Dan selalu meningkatkan manusia kepada fitrahnya.

Fitrah manusia sebagai mahluk sosial dan anggota lingkungannya

diingatkan oleh Allah untuk selalu mengemban amanah-Nya, yaitu

untuk memanfaatkan dan sekaligus mensejahterakan alam,

lingkungan sosial, dan dirinya sendiri menuju kesempurnaan.

Pengabdiannya dalam menjalankan amanah sesuai dengan

ajaran agama, pada hakikatnya merupakan wujud ketaatan kepada

Allah yang dinilai sebagai ibadah. Inilah tujuan hidup manusia,

yakni untuk mengabdi/ beribadah kepada-Nya.

(b) Kesadaran akan potensi diri

Setiap manusia hendaknya menyadari dan mensyukuri atas

kelebihan dan kekurangan jasmani-rohani yang dimiliki, yang

diwujudkan dalam bentuk kesediaan menjaga kebersihan dan

kesehatan, menjaga keseimbangan dengan mengukur kemampuan

diri, merasa cukup (qanaah), percaya diri, bertindak tepat dan

proporsional (adil), serta berkemauan untuk mengembangkan diri

serta bertanggungjawab.

2) Kecakapan berfikir rasional (thinking skills)

Islam menggambarkan bahwa salah satu keunggulan potensi

insaniyah adalah akal untuk berfikir dan mempertimbangkan

tindakannnya secara cerdas. Kesadaran insani yang berupa kecerdasan

akal ini merupakan anugrah yang tidak terhitung nilainya, karenanya

Allah memuliakan manusia di atas makhluk lainnya.

Alam dan seisinya serta kehidupan yang ada di dalamnya

merupakan amanah Allah yang diberikan kepada manusia, disediakan

sebagai fasilitas dan menantang hidupnya agar menggali ilmu

pengetahuan, mengolah dan menggali ilmu pengetahuan, mengolah dan

mengambil manfaat, memecahkan masalah dan mengambil keputusan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

26

yang tepat demi meraih kesejahteraan dan mewujudkan kemashlahatan

di dalamnya.

Kecakapan ini meliputi:

a) Kecakapan menggali informasi

b) Kecakapan mengelola informasi

c) Kecakapan mengambil keputusan dan

d) Kecakapan memecahkan masalah

3) Kecakapan Sosial (sicial skills)

Sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri, ia

membutuhkan bantuan orang lain, tidak hanya sebagai teman dalam

kesendirian, tetapi juga sebagai partner dalam melakukan sesuatu, baik

itu aktifitas ekonomi, sosial, budaya, politik maupun amal perbuatan

yang terkait dengan ibadah kepada Tuhan. Sehingga dari sinilah tercipta

hubungan untuk tolong menolong antar manusia.15 Allah berfirman

dalam QS. Al-maidah ayat 2 :

.....

:“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dantakwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allahamat berat siksanya”. (QS. Al-Maidah: 2)

Kecakapan sosial meliputi:

15 Misbahul Munir, “Tolong Menolong dalam Kehidupan Santri (Studi Kasus Di PondokPesantren Darun Najah Tugu Semarang)”, skripsi (Semarang: Program Strata satu IAINwalisongo,), hlm. 14

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

27

a) Kecakapan berkomunikasi dengan empati antara lain dapat

dikembangkan melalui bercerita, mendengarkan orang lain,

menuangkan gagasan melalui tulisan, gambaran dan sebagainya.

b) Kecakapan bekerjasama, dapat dikembangkan melalui kerja

kelompok, menjadi anggota kelompok dan pemimpin kelompok,

bergotong royong membersihkan ruangan, halaman dan lingkungan

pesantren, dan sebagainya.

4) Kecakapan pra-vokasional (pre-vocational skills)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kecakapan vokasional

ini sering disebut kecakapan kejuruan, artinya, kecakapan yang

dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di

masyarakat.16 Jadi kecakapan pra-vokasional merupakan kecakapn yang

harus dimiliki seseorang sebelum dia menguasai kecakapan vokasional

atau kecakapan kejuruan. Unsur-unsur kecakapn ini antara lain

meliputi:

a) Koordinasi mata-tangan dan mata kaki, antara lain dikembangkan

melalui: menggambar, menulis, melempar, bermain, menangkap

bola, dan sebagainya.

b) Ketrampilan lokomotor, dapat dikembangkan antara lain melalui:

berjalan, berbaris, lari, melompat, merayap dan sebagainya.

c) Ketrampilan non-lokomotor, dapat dikembangkan antara lain melalui

berbagai gerakan tubuh, senam dan sebagainya.

5) Ketrmpilan keahlian khusus

Ketrampilan ini merupakan ketrampilan dalam pendalaman satu

atau beberapa jenis ketrampilan tertentu, yang nantinya akan menjadi

ketrampilan siap pakai dalam kehidupan di masyarakat. Pemilihan

ketrampilan ini harus akrab lingkungan dan fungsional.

4. Metode

16 Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skills”, hlm. 56

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

28

Secara etimologis metode berasal dari kata “met” dan “hodes” yang

berarti melalui. Sedangkan secara istilah, metode adalah jalan atau cara

yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan

pembelajaran berarti kegiatan belajar mengajar yang interaktif yang terjadi

antara santri sebagai peserta didik (muta’allim) dan kyai atau ustadz di

pesantren sebagai pendidik (learner, mu’allim) yang diatur berdasarkan

kurikulum yang telah disusun dalam rangka mencapai tujuan tertentu.17

Dengan demikian yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah

cara-cara yang mesti ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar antara

santri dan kyai untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam menyajikan materi tidak berarti apapun tanpa melibatkan

metode. Metode selalu mengikuti materi, dalam arti menyesuaikan dengan

bentuk dan coraknya, sehingga metode mengalami transformasi bila materi

yang disampaikan berubah. Akan tetapi, materi yang sama bisa dipakai

metode yang berbeda-beda.

Seperti halnya materi, hakikat metode hanya sebagai alat, bukan

tujuan. Untuk merealisir tujuan sangat dibutuhkan alat. Bahkan alat

merupakan syarat mutlak bagi setiap kegiatan pendidikan dan pengajaran.

Bila kyai maupun ustadz mampu memilih metode dengan tepat dan

mampu menggunakannya dengan baik, maka mereka memiliki harapan

besar terhadap hasil pendidikan dan pengajaran yang dilakukan.18

Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren pada dasarnya hanya

mengajrkan agama, sedangkan kajian atau mata pelajarannya ialah kitab-

17 Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam bekerja sama dengan direktoratPendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren dan Proyek Peningkatan pendididkan luar sekolahpada pondok pesantren, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Jakarta: Direktorat JendralKelembagaan Agama Islam, 2003), hlm. 73

18 Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju DemokratisasiInstitusi, (PT Gelora Aksara Pratama, ), hlm. 141

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

29

kitab dalam bahasa Arab (kitab kuning). Adapun metode yang lazim

digunakan dalam pendidikan pesantren ialah :19

a. Wetonan atau Bandongan

Sitem weton atau bandongan, yaitu dimana para santri mengikuti

pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai atau dalam ruangan (kelas)

dan kyai menerangkan pelajaran secara kuliah. Para santri menyimak

kitab masing-masing dan membantu catatan atau ngesahi (Jawa,

mengesahkan), dengan memberi catatan pada kitabnya, untuk

mensahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh kyai.

Sistem weton adalah sistem yang tertua di pondok pesantren

menyertai sitem sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran

di suatu pesantren. Wetonan atau bandongan dilakukan dalam rangka

memenuhi kompetensi kognitif santri dan memperluas refrensi

keilmuan bagi mereka.20 Sistem weton membutuhkan sarana yang

tetap berupa ruangan (kelas) sebagaimana sistem madrasah, karena

jumlah pengikutnya jauh lebih besar dari sitem sorogan.

b. Sorogan

Istilah sorogan berasal dari kata sorog (Jawa) yang berarti

menyodorkan. Sebab setiap santri secara bergiliran menyodorkan

kitabnya dihadapan kyai atau badal (pembantunya).

Sistem ini tetap dipertahankan oleh pondok-pondok pesantren

karena banyak manfaat dan faedah yang mendorong para santri untuk

lebih giat dalam mengkaji dan memahami kitab-kitab kuning yang

mempunyai nilai tinggi dalam kehidupan manusia. Sistem ini

membutuhkan ketekunan, kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan

kedisiplinan tinggi dari santri.

19 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan EraRosulullah Samapi Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 287

20Dian Nafi, dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: PT LkiS, 2007), hlm. 67

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

30

Pelaksanaan sistem sorogan ini, antar guru dan murid harus

sama-sama aktif. Oleh karena itu ketika pelajaran sedang berlangsung

maka terjadi interaksi belajar mengajar secara langsung, tatap muka.

c. Hafalan

Metode hafalan yang diterapkan di pesantren umumnya dipakai

untuk menghafal kitab-kitab tertentu, metode hafalan juga sering

diterapkan untuk pembelajaran al-Qur’an Hadits. Dalam pembelajaran

al-Qur’an metode ini biasa disebut metode tahfidzul al-Qur’an.21

d. Halaqoh

Halaqah merupakan kelompok kelas dari sistem bandongan.

Halaqoh berarti lingkaran murid, atau sekelompok santri yang belajar

di bawah bimbingan seorang ustadz dalam satu tempat. Dalam

prakteknya, halaqah dikategorikan sebagai diskusi untuk memahami

isi kitab, bukan mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa-

apa yang diajarkan oleh kitab.

e. Fathul Kutub

Fathul kutub merupakan kegiatan latihan membaca kitab

(terutama kitab klasik) yang pada umumnya ditugaskan kepada santri

senior di pondok pesantren. Sebagai sebuah metode fathul kutub

bertujuan menguji kemampuan mereka dalam membaca kitan kuning.

Khususnya setelah mereka menyelesaikan mata pelajaran kaedah

bahasa arab dengan kata lain fathul kutub menjadi wahana aktualisasi

kemampuan para santri, khususnya dalam penguasaan ilmu kaidah

bahasa Arab, disamping beberapa disiplin ilmu keaagamaan lainnya

sesuai dengan materi mkitab yang ditugaskan untuk dibaca, baik itu

aqidah, fiqih, hadis, tafsir, tasawuf dan lain sebagainya.

Secara metodik, pendidikan dan pengajaran dalam pesantren

diberikan dalam bentuk: sorogan, bandongan, halaqah dan hafalan.

Metode mengajar sorogan dan bandongan menjadi ciri khas pesantren dan

21Amin Haedar, dkk, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan, hlm.97

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

31

sebagaian para pakar pendidikan menganggap metode tersebut merupakan

metode yang statis dan trdisional. Namun bukan berarti tidak menerima

inovasi. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan, perhatian dan

kecakapan seseorang.22

Metode yang diterapkan pesantren pada prinsipnya mengikuti selera

kyai, yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan pendidikannya. Dari

perspektif metodik, pesantren terpolarisasikan menjadi tiga kelompok:

kelompok pesantren yang hanya menggunakan metode yang bersifat

tradisional dalam pengajaran kitab-kitab Islam klasik, kelompok pesantren

yang hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan

metode yang dikembangkan pendidikan formal, dan kelompok pesantren

yang menggunakan metode-metode yang bersifat tradisional dan

mengadakan penyesuaian dengan metode pendidikan yang dipakai dalam

pendidikan formal.23

5. Sarana prasarana Pendidikan Life Skills

Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang

representatif untuk menggugah semangat anak didik (santri) dalam

menggali dan mengembangkan potensinya. Diperlukan peralatan yang

disesuaikan dengan spesifikasi skills yang diharapkan.24

Hal yang harus menjadi catatan ialah jangan sampai peralatan dan

perlengkapan yang diperlukan itu tidak tersedia ketika proses

pembelajaran dilaksanakan.25 Melihat betapa pentingnya sarana prasarana

dalam pembelajaran, kiranya sangat penting untuk menyiapkan hal-hal

yang diperlukan dalam pembelajaran agar tidak mengganggu

berlangsungnya kegiatan pembelajaran tersebut.

6. Evaluasi

22 Ahmad Muthohar. AR., Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 27-28

23 Mujamil Qamar, Pesantren, hlm. 150

24 Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skill, hlm. 153-154

25 Eman Suherman, Desain Pembelajaran, hlm. 56

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

32

Evaluasi adalah cara penilaian yang dilakukan oleh seorang ustadz

untuk mengetahui kemampuan santri dalam aspek pengetahuan (kognisi)

aspek sikap (afeksi) dan aspek ketrampilan (skill) terhadap materi

pembelajaran yang telah diberikannya.26 Penilaian dilakukan disamping

berguna untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan penguasaan

santri juga berfungsi sebagai umpan balik (feed back) bagi seorang kyai

atau ustadz untuk meninjau kembali cara-cara yang dilakukannya

berkenaan dengan penggunaan suatu metode pemebelajaran tertentu.

Karena keberhasilan pembelajaran kepada para santri amat ditentukan oleh

kemampuan belajar santri dan kemampuan membimbing ustadz.

D. Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pesantren

Pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren ini terdapat tiga

tahap, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.

a. Tahap perencanaan

Menutut Gaffar perencanaan itu dapat diartikan sebagai proses

penyusunan berbagai keputusan yang akan dilakukan pada masa

yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Selain itu,

perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber-

sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang

kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilakukan secara

efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.27

Dengan demikian perencanaan adalah sasaran untuk bergerak

dari keadaan masa kini ke suatu keadaan di masa mendatang sebagai

suatu proses yang menggambarkan kerjasama untuk

mengembangkan upaya peningkatan organisasi secara menyeluruh.

Perencanaan pendidikan Islam adalah proses mempersiapkan

secara sitematis kegiatan-kegiatan yang akan datang untuk

26 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran, hlm. 82

27 Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : CV ALFABETA,),hlm 47

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

33

mencapai sasaran atau tujuan pendidikan Islam yang telah

dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.28

Terdapat suatu kalimat bijak; “keberhasilan suatu kegiatan

akan sangat tergantung kepada kematangan perencanaan”. Substansi

kalimat bijak tersebut mengandung makna bahwa segala sesuatu

harus direncanakan dengan matang.29 Demikian juga dalam

melaksanakan pendidikan life skills, segala sesuatunya harus

direncanakan dengan baik.

Adapun langkah-langkah perencanaan dalam rangka

melaksanakan pendidikan life skills di pesantren adalah menetapkan

tujuan pendidikan life skills, mengidentifikasi kebutuhan,

menyusunan kurikulum pendidikan life skills.

1) Tujuan pendidikan life skills

Tujuan penyelenggaraan kecakapan hidup (life skills) di

lingkungan pesantren adalah untuk membantu para santri

mengembangkan kemempuan berfikir, menghilangkan pola

pikir/kebiasaan yang kurang tepat, mengembangkan potensi diri

agar dapat memecahkan problema kehidupan secara konstruktif,

inovatif dan kreatif sehingga dapat menghadapi realitas

kehidupan dengan bahagia, baik secara lahiriah maupun

bathiniah.30

2) Mengidentifikasi kebutuhan

Tahapan ini dilakukan agar dapat diketahui apa yang

menjadi kebutuhan dalam proses pelaksanaan pendidikan life

skills sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran.

28 Sujari, Pendidikan Pondok Pesantren Tradisonal Dalam Persepktif Pendidikan Islam Indonesia (Jember:sekolah tinggi agama islam negeri jember, 2008) dalamhttp://www.scribd.com/doc/2978118/skripsi-pendidikan 08.14 26 04 2011

29 Eman Suherman, Desain Pembelajaran, hlm. 137

30 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm. 163

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

34

Lancarnya proses pembelajaran bisa mempermudah pencapaian

tujuan pendidikan life skills.

3) Penyusunan kurikulum.

Istilah kurikulum memang tidak begitu terkenal dalam

dunia pesantren, meskipun sebenarnya materi telah ada dalam

praktek pengajaran, bimbingan rohani dan latihan kecakapan

dalam kehidupan sehari-hari di pesantren. Itulah sebabnya

pondok pesantren umumnya tidak merumuskan dasar dan tujuan

pendidikan secara eksplisit. Ataupun mengimplementasikan

secara tajam dalam bentuk kurikulum dalam rencana belajar dan

masa belajar.31

Sebenarnya sampai saat ini belum ada rumusan kurikulum

baku yang dipakai di semua pesantren (seperti kurikulum baku

yang ada di pendidikan formal). Bila bicara kurikulum pesantren

maka yang terjadi dan dilaksanakan di pesantren mulai dari pagi

hingga malam itulah kurikulum pesantren. Hal ini sesuai dengan

pengertian kurikulum, bahwa kurikulum adalah sejumlah

pengalaman bagi peserta didik.32

Kurikulum dipesantren adalah kehidupan yang ada

dipesantren itu sendiri. Dalam ungkapan lain, dua puluh jam

kehidupan santri sehari merupakan proses dan representasi

pendidikan. Pendidikan pesantren tidak selesai dengan usainya

pengajian kitab. Ketika para santri istirahat, kemudian makan,

sholat, tidur dan bangun tengah malam; semua aktivitas ini

adalah bagian intrinsik dari pendidikan.33 Maka dari itu, ketika

31 Saifudin Zuhri, “Reformulasi kurikulum Pesantren” dalam Ismail SM, dkk., DinamikaPesantren dan Madrasah , (Yogyakarta: pustaka pelajar bekerja sama dengan fakultas tarbiyahIAIN Walisongo Semarang, 2002), hlm. 98

32 Shohibah Anisatun, “implementasi manajemen kurikulum pesantren tahfidz al-Qur’an(studi kasus di pondok Tahfifidzh Remaja yanbaul Qur’an Kudus,)” skripsi (Semarang: ProgramStrata satu IAIN walisongo,2007), hlm. 27

33 M. Dian Nafi’, Praksis Pembelajaran, hlm. 86

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

35

para santri melakukan kegiatan mereka, kyai pengasuh

mengawasi secara teliti kesesuaian kegiatan santri dengan materi

pelajaran yang telah mereka peroleh.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan.

Adapun ruang lingkup pada tahap pelaksanaan ini adalah sebagai

berikut:

1) Pengorganisasian santri

Santri menjadi komponen utama dalam pencapaian tujuan

utama pendidikan life skills lembaga pendidikan pesantren.

Hendaknya dapat diorganisir sedemikian rupa, agar terjadi

kegiatan pembelajaran yang partisipatif dan peserta didik (santri)

memperoleh hal-hal yang pragmatis.

Siswa (santri) dalam suatu kelas biasanya memiliki

kemampuan yang beragam: pandai, sedang, dan kurang.

Karenanya guru harus mengatur kapan siswa itu bekerja

perorangan, berpasangan, berkelompok atau klasikal.

2) Pengelolaan kelas

Keberhasilan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran

tidak saja menuntut kemampuan menguasai materi pelajaran,

setrategi dan metode mengajar, menggunakan media atau alat

pembelajaran. Tetapi guru melakukan tugas profesionalnya

dituntut untuk memiliki kemampuan yang lain, yaitu

menyediakan atau menciptakan situasi dan kondisi belajar yang

kondusif dan menyenangkan.

Kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan dapat

terwujud jika guru mampu mengatur suasana pembelajaran,

mengkondisikan siswa untuk belajar dan memanfaatkan atau

menggunakan sarana pengajaran serta dapat mengendalikannya

dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

36

3) Metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara-cara yang mesti ditempuh

dalam kegiatan belajar mengajar antara santri dan kyai untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Secara metodik, pendidikan dan

pengajaran dalam pesantren diberikan dalam bentuk: sorogan,

bandongan, halaqah dan hafalan. Metode mengajar sorogan dan

bandongan menjadi ciri khas pesantren dan sebagaian para pakar

pendidikan menganggap metode tersebut merupakan metode yang

statis dan trdisional. Namun bukan berarti tidak menerima

inovasi. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan,

perhatian dan kecakapan seseorang.34

Metode yang diterapkan pesantren pada prinsipnya

mengikuti selera kyai, yang dituangkan dalam kebijakan-

kebijakan pendidikannya. Dari perspektif metodik, pesantren

terpolarisasikan menjadi tiga kelompok: kelompok pesantren

yang hanya menggunakan metode yang bersifat tradisional dalam

pengajaran kitab-kitab Islam klasik, kelompok pesantren yang

hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan

metode yang dikembangkan pendidikan formal, dan kelompok

pesantren yang menggunakan metode-metode yang bersifat

tradisional dan mengadakan penyesuaian dengan metode

pendidikan yang dipakai dalam pendidikan formal.35

4) Sarana, Prasarana dan Fasilitas Belajar

Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang

representatif untuk menggugah semangat anak didik (santri)

dalam menggali dan mengembangkan potensinya. Diperlukan

peralatan yang disesuaikan dengan spesifikasi skills yang

34 Ahmad Muthohar. AR., Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 27-28

35 Mujamil Qamar, Pesantren, hlm. 150

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

37

diharapkan.36 Hal yang harus menjadi catatan ialah jangan sampai

peralatan dan perlengkapan yang diperlukan itu tidak tersedia

ketika proses pembelajaran dilaksanakan.37

Sarana prasarana di pesantren merupakan bagian dari unsur

pesantren. Sarana tersebut dapat dibagi menjadi dua, sarana

perangkat keras, meliputi: masjid, rumah kyai, rumah dan asrama

ustadz/ guru, pondok atau asrama santri, sarana dan prasarana

fisik lainnya. Sarana kedua adalah sarana perangkat lunak,

meliputi : tujuan, kurikulum, kitab penilaian, tata tertib, cara

pengajaran, perpustakaan, pusat dokumentasi dan penerangan,

ketrampilan dan alat-alat pendidikan lainnya.38

c. Tahap Evaluasi

Komponen terakhir dari desain pendidikan life skills adalah

sistem evaluasi. Evaluasi adalah cara penilaian yang dilakukan oleh

seorang ustadz untuk mengetahui kemampuan santri dalam aspek

pengetahuan (kognisi) aspek sikap (afeksi) dan aspek ketrampilan

(skill) terhadap materi pembelajaran yang telah diberikannya.39

Penilaian dilakukan disamping berguna untuk mengetahui

tingkat perkembangan kemampuan penguasaan santri juga berfungsi

sebagai umpan balik (feed back) bagi seorang kyai atau ustadz untuk

meninjau kembali cara-cara yang dilakukannya berkenaan dengan

penggunaan suatu metode pemebelajaran tertentu. Karena

keberhasilan pembelajaran kepada para santri amat ditentukan oleh

kemampuan belajar santri dan kemampuan membimbing ustadz.

36 Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skill, hlm. 153-154

37 Eman Suherman, Desain Pembelajaran, hlm. 56

38 Ahmad Muthohar, ideologi pendidikan pesantren, hlm. 18

39 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran, hlm. 82

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

38

Akan tetapi di pesantren, sistem evaluasi kurang mendapat

perhatian. Di pesantren-pesantren salaf evaluasi atau tes sering kali

diabaikan. Santri memperoleh pengetahuan dari guru hingga

menamatkan kitab yang diajarkan kemudian beralih ke kitab lain

yang lebih tinggi tanpa mengevaluasi hasil pembelajaran dari kitab

sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat di awal

pembelajaran, tujuan pengajaran tidak dijelaskan sehingga sangat

sulit untuk mengevaluasi hasil yang telah dicapai.40

Dalam hal evaluasi, keberhasilan belajar di pesantren

ditentukan oleh penampilan mengajar kitab kepada orang lain.

artinya jika audien puas, berarti santri tersebut telah lulus, sehingga

legitimasi kelulusannya adalah restu kyai. Bentuk sistem evaluasi

lainnya adalah selesainya pengajian suatu kitab di pesantren dalam

waktu tertentu, lalu diberikan ijazah yang bentuknya adalah santri

harus siap membaca kitab sewaktu-waktu kyai memanggilnya untuk

membaca kitab tersebut. Dalam hal ini biasanya santri yang cerdas

yang akan dimintai kyai sebagai penggantinya(badal).

Selain dua bentuk evaluasi di atas, sistem evaluasi pesantren

lebih di tentukan pada kemampuan santri dalam mentransformasikan

nilai ajaran agama melalui ilmu dari pesantren di masyarakat. Hal ini

akan memungkinkan adanya evaluasi diri (self-evaluation) sehingga

memungkinkan penilaian obyektif dengan cara santri mengukur

sendiri prestasi belajar.41 Dari gambaran di atas, dapat diketahui

bahwa sistem evaluasi dipesantren belum dilakukan secara formal.

40 M. Syairozi dimyathi, Mencermati Kurikulum Tafsir di Pesantren dan MadrasahTsanawiyah di Indonesia, dalamhttp://www.psq.or.id/index.php/in/component/content/article/102-artikel/211-mencermati-kurikulum-tafsir-di-pesantren-dan-madrasah-tsanawiyah-di-indonesia. diakses pada hari Kamistanggal 26 April 2011 pada pukul 09.00 WIB.

41 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm. 29-30

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

39

BAB III

PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI PONDOK PESANTREN

DARUL FALAH BE-SONGO NGALIYAN SEMARANG

A. Profil Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

1. Sejarah berdirinya

Berdirinya pesantren ini bermula dari sebuah fakta bahwa tantangan

modernitas bagi mahasiswa semakin besar. Banyak mahasiswa yang

menampilkan aktivitas keseharian kurang sesuai dengan ajaran

keagamaan, misalnya pacaran secara bebas, sering pulang malam di

tempat kost masing-masing, tata etika yang tidak mencerminkan sopan

satntun dan nilai Islam. Hal ini semakin memprihatinkan ketika

mahasiswa-mahasiswa tersebut nota bene adalah mahasiswa perguruan

tinggi Islam. Tata etika yang kurang mencerminkan etika Islam, membawa

pada penurunan citra mahasiswa Islam.

Fakta ini mengantarkan pada semangat untuk memperbaiki citra

moralitas mahasiswa Islam, dengan menyelenggarakan model pendidikan

pesantren di tengah masyarakat. Pesantren menjadi salah satu solusi

membangun keunggulan moralitas. Di samping itu, pesantren ini

merupakan wadah meningkatkan sisi spiritualitas dan intelektualitas santri.

Karena itu, penyelenggaraan pendidikan pesantren ini banyak difokuskan

pada mengisi dan melatih spiritualitas santri dan daya nalar santri, yang hal

ini akan banyak berguna bagi membangun kepribadian santri yang unggul.

Pesantren Darul Falah Be-Songo berdiri sejak tahun 2008. Secara

fisik pesantren ini bermula dari pengadaan rumah kost yang menampung

mahasiswa bertempat tinggal. Rumah kost ini cukup sederhana dengan

fasilitas perumahan yang apa adanya, yang tidak menggambarkan sarana

pendidikan. Pada perkembangan berikutnya, mulai dilakukan penataan

fisik yang mendukung penyelenggaraan pendidikan model pesantren.

Dari tahun ke tahun perkembangannya melaju dengan cepat, baik

dari jumlah santri, fisik bangunan dan kegiatan santri secara lambat laun

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

40

semakin bertambah dan semakin padat. Bangunan pesantren ini pada tahun

2008 hanya bangunan yang berupa rumah satu lantai dengan jumlah 5

kamar. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2009 bangunan di renovasi

menjadi 3 lantai berisi 8 kamar, 1 ruang halaqah dan 1 aula.

Bermula dari sebuah kost putri tersebut, kini Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang mampu merubah “image” kost

putri menjadi Pondok Pesantren (PONPES) putri, yaitu Darul Falah Be-

Songo yang mana nama tersebut tafa’ul dari Ponpes Darul Falah Jekulo

Kudus. Karena pada sejatinnya, Ponpes Darul Falah Be-Songo adalah

milik Romo KH.Ahmad Basyir Jekulo Kudus (pengasuh Ponpes Darul

Falah Jekulo Kudus). Karena beliau, Romo KH. Ahmad Basyir bermukim

di Kudus, maka Ponpes Darul Falah Be-Songo diasuh oleh putra menantu

beliau, yaitu Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag. suami dari ibu Hj. Arikhah,

M.Ag. yang bertempat tinggal di perumahan Bank Niaga komplek B-13

sekaligus Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN WaliSongo Semarang.

Pengambilan nama Be-Songo teresebut karena pesantren ini terletak

di perumahan Bank Niaga Blok B-9. Selain itu, menurut pengasuh

pesantren ini mengambil nama Be-Songo dimaksudkan penggambaran

sesuatu yang baik, bagus dan bahagia yang tergambar dalam huruf “B”.

Sementara “Songo ” adalah gambaran angka yang sakral, yaitu puncak

dari angka, yang dimulai dari 0-9, di samping itu, “Songo ” juga

menggambarkan jumlah wali yang diakui di dataran pula Jawa,

WaliSongo.

Secara historis, B-9 merupakan tempat bersejarah bagi

pengembangan agama dan ilmu pengetahuan. Sebelum menjadi pesantren

Darul Falah Be-Songo, pada tahun 1997-2000, tempat ini pernah menjadi

pusat kegiatan Mahasiswa Islam dengan nama Raisyan Fikr, di mana

menjadi tempat kajian dan diskusi mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

WaliSongo. Setelah itu, pada tahun 2001-2005 menjadi pesantren

“Bismillah” di bawah asuhan Habiburrahman Sirazy pengarah Novel

Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan lain-lain.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

41

Saat ini tempat yang mempunyai nilai historis tersebut, telah berubah

menjadi Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo yang memiliki harapan

luar biasa dalam mencetak karakter santri dalam mengembangkan

kecakapan hidupnya untuk mempersiapkan diri di masa mendatang.

Perkembangan selanjutnya KH. Imam Taufiq bekerja sama dengan KH.

Muhyar Fanani untuk menghidupkan pesantren sehingga jumlah santri

menjadi bertambah dan tempat asrama santripun ditambah dan betempat di

Blok C-9.1

Di awal tahun 2012 ini ada penembahan gedung baru yang dijadikan

sebagai pusat kegiatan santri yang letaknya di Blok A-7. Gedung ini

dibagung dengan tiga lantai yang terdiri dari 1 aula dan 5 kamar.

1. Identitas Pesantren

Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Nomor telepon : 024-7615246

Email : [email protected]

Alamat : Perumahan Bank Niaga blok B-9

Desa/ kelurahan : Tambakaji

Kecamatan : Ngaliyan

Kabupaten : Semarang

Propinsi : Jawa Tengah

Status tanah : Hak Milik Pribadi Pengasuh

Sifat lembaga : Independen

Tahun berdiri : 2008

2. Visi dan Misi

a. VISI:

Visi Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang,

yaitu:

1 Hasil Wawancara Dengan Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuh Pondok PesantrenDarul Falah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 23 maret 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

42

“Pusat pendidikan dan pengembangan SDM santri yang memiliki

keteguhan spiritualitas, keluhuran akhlak, keunggulan pengetahuan dan

kecakapan hidup agar mampu meenghadapi tantangan zaman”.

b. MISI:

Untuk mencapai visi tersebut, Pesantren Darul Falah Be-Songo

Semarang, telah menyusun langkah-langkah strategis, dalam bentuk

misi pesantren, yaitu:

1. Melaksanakan pembelajaran agama Islam dengan mengutamakan

pengalaman untuk mewujudkan lulusan yang memiliki keteguhan

spiritualitas dan keluhuran akhlak.

2. Melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan kemempuan

berfikir kritis dan kreatif melelui diskusi, debat ilmiah dan

pemecahan kasus.

3. Mengembangkan kegiatan pelatihan ketrampilan untuk

mewujudkan lulusan yang memiliki kecakapan hidup agar mampu

menghadapi tantangan zaman.

Untuk menciptakan santri yang relevan dengan visi dan misi

pesantren maka perlu adanya tata tertib ponpes Darul Falah be-Songo

Semarang, adapun tata tertib pesantren adalah sebagai berikut:

1. Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo adalah tempat mahasiswa

untuk mengembangkan “Akhlaqul Karimah” dan “Ilmu-ilmu

Keagamaan”.

2. Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo adalah tempat mahasiswa

untuk mengembangkan skills.

3. Penghuni Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo adalah setiap

mahasiswa yang telah menyelesaikan tata administrasi dan etika

kepada Pengasuh pondok secara penuh.

4. Semua santri wajib melaksanakan ketentuan dan peraturan yang

telah ditetapkan.

5. Semua santri berhak mendapatkan fasilitas yang telah disepakati

bersama.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

43

6. Batas maksimal keluar pondok adalah sampai pukul 21.00 WIB.

7. Batas maksimal menerima tamu adalah sampai pukul 17.00 WIB

untuk tamu laki-laki, ( kecuali mahromnya) .

8. Menerima tamu di tempat yang telah disediakan.

9. Semua santri tidak diperkenankan menerima tamu laki-laki di dalam

pondok.

10. Setiap santri yang akan bermalam di luar pondok atau kegiatan

kampus yang melebihi jam keluar wajib izin kepada pengasuh dan

pengurus.

11. Santri tidak boleh menginap selain di pondok, kecuali dapat izin

dari pengasuh.

12. Setiap santri apabila keluar harus melaporkan tempat tujuan dan

kegiatan yang dilaksanakan, kepada yang lain.

13. Apabila santri keluar malam lebih dari jam pukul 21.00 WIB

( yang telah ditentukan ), diijinkan jika bersifat riil dan bermanfaat.

3. Struktur Organisasi Pesantren Darul Falah Be-Songo

Pengasuh : Abah Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag

Abah Dr. Muhyar Fanani, M.Ag

Umi’ Hj. Arikhah, M.Ag

Umi’ Triwahyuni Hidayati , M.Ag

Lurah : Zuhairotul Barokah

Wakil Lurah : Tutik Setiyowati

Sekretaris : I. Rofiatus Sholihah

II. Nita Kumala Sari

Bendahara : I. Rifdlotul Yusro

II. Suhartatik

III. Diana Mela

Departemen :

1. Pendidikan : Ana Khoiriyah (kord.)

Naqi Finesha

2. Ibadah : Nur I’anah (kord.)

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

44

Siti Qomariyah

3. Keamanan : Hani Faimriyani (kord.)

Elysa Najachah

Ni’ma Diana Setiyowati

4. Peradilan : Iffatun Nadzifah (kord.)

Fenty Fumiati

5. Perlengkapan : Eko Puji Lestari (kord.)

Naili Salamah

Masrofah

6. Pengairan : Siti Aminah (kord.)

Tri Haryani

Ilmi Alifia Ariyani

7. Kebersihan : Hanik Fitriyatun (kord.)

Nailul Hazimah

Amaliah Firdausiyah

8. Kesehatan : Enni Nuraenni (kord.)

Nila Saniyah2

B. Tujuan Pendidikan Life Skills di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo

Pendidikan life skills di Pondok pesantren Darul Falah Be-Songo

memiliki beberapa tujuan, antara lain:

1) Mengaktualisasikan potensi santri sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan problem yang dihadapi

2) Mengoptimalakan pemanfaatan sumber daya di lingkungan pesantren,

dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di

masyarakat

3) Memberikan wawasan yang luas dalam mengembangkan karir

4) Memberiakan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

2 Hasil Wawancara Dengan Rofi’atus Sholihah , pengurus Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang, Jum’at Tanggal 22 April 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

45

C. Unsur-Unsur dalam Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok

Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

Unsur-unsur pendidikan life skills di pondok pesantren Darul Falah Be-

Songo Ngaliyan Semarang adalah sebagai berikut:

1. Kyai dan Ustadz

a. Kyai

Kyai di mata santri lebih dari sekedar guru dalam pengertian

modern yang dikenal saat ini. Kyai adalah sosok yang dicontoh segala

perilakunya dan digali ilmunya oleh santri. Pesantren Darul Falah Be-

Songo memiliki seorang kyai yang sekaligus menjadi pengasuh pondok

pesantren. Kyai sekaligus pengasuh di pesantren ini ada dua dan bu

Nyai juga ada dua. Mereka adalah Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag, Dr.

Muhyar Fanani, M.Ag, Hj. Arikhah, M.Ag dan Triwahyuni Hidayati,

M.Ag. Mereka merupakan pengasuh yang demokratis. Selain itu

menurut beberapa santri pengasuh pesantren ini merupakan pengasuh

yang berwibawa, tegas dalam mengambil keputusan, bisa juga menjadi

sosok sahabat dalam berbagi dan menjadi guru dalam berdiskusi.3

b. Ustadz

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengurus Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo ini memiliki 12 ustadz dan ustadzah, masing-

masing memiliki jenjang pendidikan yang bervariasi dari yang masih

menjalani pendidikan di perguruan tinggi adapula yang sampai menjadi

doktor. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi pondok pesantren

ini karena memiliki tenaga pengajar yang luar biasa.

Adapun data ustad dan ustadzah Pesantren Darul Falah Be-Songo

Semarang adalah sebagai berikut:

Tabel 1 :

Data ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Semarang

3 Hasil Wawancara Dengan Zuhairotul Barokah, santri dan pengurus Pondok PesantrenDarul Falah Be-songo Semarang, Kamis Tanggal 3 Mei 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

46

NO NAMA ALAMAT PENDIDIKAN

1Dr. H. Imam Taufiq,

M.AgSemarang

S 3 IAIN WaliSongo ;

Pesnatren Mambaul

Ma’arif Denanyar

Jombang,

2Dr. Muhyar Fanani,

M.AgSemarang

S 3 IAIN WaliSongo ;

Pesantren Krapyak

Yogyakarta

3 Hj. Arikhah, M.Ag Semarang

S 3 IAIN WaliSongo ;

Pesantren Darul Falah

Jekulo Kudus

4Triwahyuni Hidayati,

M.AgSemarang

S2 IAIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta;

5 Drs. KH. Ahmad Bisri SemarangS2 IAIN WaliSongo ,

Pesantren Kajen Pati

6Drs. KH. Ali Munir

BasyirSemarang S2 UNWAHAS;

7 Miftahul ulum, S.Pd.I. Demak S1 IAIN WaliSongo

8 Hasan Asyari Jepara S1 IAIN WaliSongo

9 Tuti Rory, S.Pd. Semarang S1 UNNES

10Anry Nur Ahmadi,

S.Pd.Semarang

S1 IKIP GUNUNG

PATI

11 Rusmarin Semarang

12 Mishbah Khoiruddin, Semarang

S1 IAIN WaliSongo;

S2 Al-Jami’ah

Al’Alamiyah Qatar

2. Santri

Pada awal berdirinya pesantren ini tepatnya tahun 2008 jumlah santri

mencapai 18 santri. Di tahun kedua 2009 terdapat penambahan santri 17

orang. Di tahun ketiga 2010 panambahan santri 4 orang, dan di tahun

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

47

keempat 2011 terdapat penambahan 14 santri dan di tahun 2012 bertambah

dua santri dan jumlah total santri sekitar 53 orang.

Dengan adanya seleksi baik itu seleksi dari pengasuh maupun seleksi

alam banyak santri yang pindah dari pesantren ini, sekarang jumlah santri di

pondok pesantren ini sebanyak 36 santri.4 Meskipun secara kuantitas jumlah

santri dapat dibilang sedikit namun ini tidak menjadi penghambat

terselenggaanya proses pendidikan pesantren berbasis life skills, karena

ponpes ini lebih mengedepankan kualitas. Hal ini menjadi spirit bagi

pengasuh untuk tetap menjalankan proses pembeljaran di pondok pesantren

ini dan bagi para santri untuk lebih mengembangkan skills dan tetap pada

tujuan utama yakni mencari ilmu.

Bila ditinjau dari asal santri kebanyakan dipenuhi dari beberapa Kota

di Pulau jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Rata-rata

mereka berasal dari kota Pantura seperti Brebes, Pekalongan, Batang,

Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Kudus, Pati, Rembang. Sebagiannya ada

yang dari luar pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sumatera. Kemudian

ditinjau dari pendidikan santri mereka semua adalah mahasiswa IAIN

Walisongo dari berbagai jurusan.5

3. Materi

Pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Semarang didesain untuk mempersiapkan para santri dalam menghadapi

kehidupan di masa mendatang. Adapun cakupan materi pendidikan life

skills di pesantren tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kecakapan Hidup yang Bersifat Umum (General life skill)

1) Kecakapan Mengenal Diri (Personal Skills)

Kecakapan personal ini mencakup kecakapan mengenal diri

yang merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha

4 Terlampir .

5 Hasil Wawancara Dengan Nur I’anah, M.Ag , pengurus Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang, Sabtu Tanggal 17 maret 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

48

Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan

mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus

menjadikannya modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu

yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

2) Kecakapan berfikir rasional(thinking skills)

a) Majlis ta’lim

1. Kajian kitab Kuning

Tabel 5 :

Kegiatan kajian kitab kuning di Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Semarang

NO KEGIATAN WAKTU USTADZ

1 Kajian kitab kuning

“Bulughul Maram”

Senin ba’da

Maghrib

Ustadz Ali Munir

Basyir

2 Kajian kitab kuning

“Safinatun Najah”

Selasa pagi

ba’da Subuh

Ustadz Miftahul

Ulum

3 Kajian kitab kuning

“Ikhya’ Ulumuddin”

Rabu pagi

ba’da subuh

KH. Imam Taufiq

4 Sema’an Tahfidzul

Qur’an

Ahad sore Umi’ Triwahyuni

Hidayati , M.Ag

2. Kajian tafsir kontemporer

Salah satu kegiatan dalam pondok pesantren ini adalah

kajian tafsir kontemporer. Kajian tafsir ini sangat penting untuk

mengetahui kandungan-kandungan dan tafsiran ayat-ayat al-

Qur’an, agar para santri tidak hanya membaca ayat-ayatnya saja

akan tetapi mengetahui dan faham apa yang terkandung di

dalam kumpulan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.

Kajian tafsir kontemporer ini dikaji bersama pengasuh

Pesantren DaFa Be-Songo sendiri yakni KH. Imam Taufiq,

M.Ag. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari sabtu pagi ba’da

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

49

sholat subuh, dengan diikuti oleh para santri dan penduduk

sekitar pondok.

b) Program Da’i

Program da’i ini dilakukan dengan tujuan memberikan bekal

kepada santri baik teori maupun praktek agar para santri dapat

melakukan dakwah Islam dengan menggunakan berbagai media

yang ada. Di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo melakukan

program ini dengan tahap sebagai berikut:

a. Para santri melakukan beberapa pelatihan-pelatihan sebelum

mereka di terjuankan langsung ke mayarakat diantara pelatihan-

pelatihan itu adalah sebagai berikut:

Tabel 6 :

Kegiatan pelatihan da’i di Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Semarang

NO WAKTU KEGIATAN TEMPAT

1 Selasa Khitobah Madin

2 Senin Tilawatil Qur’an Madin

3 Ahad Sholawat Diba’ Musholla

b. Setelah di bekali dalam pelatihan-pelatihan mereka di terjunkan

di lapangan dengan beberapa kegiatan, antara lain:

1. Menjadi penceramah dalam mengisi kultum sehabis sholat

tarawih di musholla Roudlotul Jannah

2. Menjadi qori’ dalam kegiatan keagamaan di sekitar pesantren

3. Memimpin diba’ di Musholla dan acara-acara masyarakat

sekitar pesantren

4. Menjadi tenaga pengajar Madrasah Diniyah Roudlotul

Jannah Ngaliyan Semarang dan TPQ Assyuhada’ Ngaliyan

Semarang.6

6 Hasil Wawancara Dengan Arikhah, M.Ag , pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 23 maret 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

50

c) Seni Hadroh

Seni hadroh adalah seni Melayu yang kental dengan nuansa

ajaran Islam. Syair-syairnya berisikan pujian-pujian terhadap Nabi

Muhammad, serta sejarah hidup Nabi Muhammad.7

Seni hadroh atau yang sering kita kenal dengan seni rebana

menjadi seni khas pesantren, dalam pesantren ini terdapat group

Rebana Al-Falah yang dalam hal ini di latih oleh Ustadz Hasan

Asy’ari, rebana ini sering ngisi di acara peringatan Hari Besar

Islam (PHBI) di tingkat RW, dan mendapatkan undangan

pengajian-pengajian di sekitar pesantren. Menurut Ustadz Hasan,

seni Hadroh dapat dijadikan sebagai media dakwah, karena di

dalamnya terdapat ajakan-ajakan untuk berbuat positif yang dapat

dijadikan sebagai panutan dalam menjalani kehidupan.8

d) Kecakapan menyelesaikan masalah secara kreatif

Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan

intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya

berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat

diambil kesimpulan yang tepat dan cermat.9 proses pemecahan

memberikan kesempatan santri berperan aktif dalam mempelajari,

mencari dan menemukan sendiri informasi/ data untuk diolah

menjadi konsep, prinsip, teori atau kesimpulan.

Dalam memberikan bekal para santri dalam menyelesaikan

masalah dalam kehidupan mereka, pesantren ini mengadakan

pelatihan peningkatan kapasitas pesantren dan resolusi konflik di

7 Hanafi Mohan dalam http://hanafimohan.blogspot.com/2009/05/cerbung-senja-merah-jingga-16-seni.html, di akses pada tanggal 05 maret 2012 pada pukul 10.26

8Hasil Wawancara Dengan Ustadz Hasan Asy’ari, Ustadz Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang, Jum’at Tanggal 22 April 2012

9 Oemar Hamalik, kurikulum, hlm. 151- 152

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

51

Indonesia selama tiga hari yang di sampaikan oleh Dr. Imam

Taufiq, M.Ag.

Dalam pelatihan tersebut santri diajari bagaimana cara

memahami konflik, menganalisa konflik, negosiasi untuk

menciptakan perdamaian dan sampai pada praktek menangani

konflik nyata di masyarakat sebagai upaya pembinaan perdamaian

agar bisa bertahan dalam jangka panjang (peace building).10

3) Kecakapan sosial (social skills)

1) Mengadakan bakti sosial di lingkungan pesantren dan perumahan

2) Membantu posyandu bersama masyarakat sekitar yang bertempat

di Musholla Roudlotul Jannah

3) Mengikuti kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat lain seperti

menjadi tenaga pengajar TPQ As-Syuhada’ perumahan BSP

Ngaliyan Semarang, TPQ di perumahan Villa Ngaliyan, Madin

Roudlotul Jannah Perumahan Bank Niaga Ngaliyan Semarang,

menjadi tenaga pengajar baca al-Qur’an ibu-ibu warga perumahan

Villa Ngaliyan, perumahan Bank Niaga dan Perumahan Pondok

Ngaliyan Asri.

b. Kecakapan Hidup yang Bersifat Spesifik (Spesific life skills)

a. Kecakapan akademik (academi skills)

1) Halaqah (diskusi)

Salah satu program yang dikembangkan di pesantren Darul

Falah Be-Songo adalah kegiatan halaqah. Kegiatan ini dilakukan

dalam rangka mengasah intelektual dan daya kritis santri dengan

isu-isu kontemporer, terutama yang berkaitan dengan masalah

keagamaan. Dengan begitu, santri akan terasah untuk

mengeksplorkan dalam berpendapat.

Halaqah ini dilaksanakan pada hari selasa jam 19.30 setelah

sholat Isya’. Metode ini kadang divariasi dengan kegiatan debat.

10 Imam Taufiq, understanding Conflik, di sampaikan pada acara Pelatihan peningkatankapasitas pesantren dan resolusi konflik di Indonesia pada tanggal 13 February 2012.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

52

Menurut penuturan dari pengasuh, metode debat ini digunakan

bukan dalam rangka debat kusir dan tidak menemukan jalan

keluarnya. Akan tetapi metode ini dilakukan karena memiliki

tujuan lain, yakni mencari titik temu antara dua pendapat yang

berbeda, dan yang tepenting melestarikan tradisi menghargai

pendapat orang lain.11

2) Bahasa asing

Bahasa asing masih menjadi salah satu life skills yang langka

di negeri ini. Padahal, dengan mempelajari dan menguasai bahasa

asing, seseorang akan semakin kompetitif dan dinamis dalam

memenangkan persaingan. Kemahiran seseorang menguasai bahasa

asing juga merupakan modal untuk mendapatkan pekerjaan.

Dengan menguasai bahasa asing, santri akan mampu menyerap

kekayaan ilmu, budaya, dan lain sebagainya dari pemilik bahasa

asing tersebut.

Di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo ini, santri

dibiasakan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Arab dan

bahasa Inggris. Dengan adanya penerapan bahasa asing santri

diharapkan mampu berkompetisi di era global ini, karena dengan

bahasa asing seseorang dapat menguasai dunia dan dapat meraih

kesuksesan dalam skala internasional.

Di pondok pesantren ini proses kegiatannya berlangsung

setiap hari. Para santri di beri dua vocab untuk bahasa Inggris dan

dua mufrodat untuk bahasa Arab pada pagi hari. Kemudian masing-

masing santri menyetorkan hafalan vocab dan mufrodat kepada

penanggungjawab bahasa yakni Nur I’anah salah satu santri di

pesantren tersebut.

Setelah vocab dan mufrodat tersebut diberikan santri harus

menggunakannya untuk berkomunikasi dengan santri lain, apabila

11 Hasil Wawancara Dengan Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuh Pondok PesantrenDarul Falah Be-songo Semarang, Rabu Tanggal 25 April 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

53

diantra santri tersebut ada yang melanggar maka santri akan

diingatkan seketika itu juga agar santri langsung membenahi

kesalahannya.

3) Amtsilati

Amtsilati secara bahasa artinya adalah contoh-contohku,

sedangkan yang dimaksud amtsilati adalah sebuah metode

pembelajaran gramatika bahasa Arab dengan cara memperbanyak

contoh. Dalam kegiatan ini santri mendapatkan pelajaran tentang

kaidah nahwu shorof sebagai bekal agar nantinya santri dapat

membaca kitab kuning dan mampu bermuhadasah dengan baik dan

benar. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jum’at pukul 20.00 –

21.30 WIB.

Sebagai bahan evaluasi setelah menyelesaikan satu jilid santri

diberikan soal untuk dikerjakan, hal ini dilakukan dalam rangka

mengetahui sejauh mana santri menguasai kaidah nahwu shorof

dalam kitab Amtsilati.

4) Komputer

Komputer menjadi kebutuhan primer saat ini. Orang yang

tidak melek komputer dan internet bisa ketinggalan zaman.

Sementara dinergri ini, banyak sekali yang belum melek komputer.

Melihat kenyatan tersebut menjadi hal yang sangat penting

bagi santri Darul Falah Be-Songo. Semua santri di pesantren ini

adalah mahasiswa maka komputer menjadi kebutuhan pokok para

santri. Oleh sbab itu, komputer menjdi suatu program life skills

yang dapat menjadi pilihan di pesantren ini. Diantaranya para santri

di bekali dengan skill seperti mendesain, layout makalah, dan

aplikasi-aplikasi komputer lain.

5) Jurnalistik

Melihat massifnya perkembangan media massa, pelatihan

jurnalistik berkembang di mana-mana. Dengan kemampuan

jurnalistik, seseorang bisa bekerja sebagai jurnalis di berbagai

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

54

media cetak, menjadi penulis buku, mendirikan lembaga pelatihan

jurnalistik, dan menulis opini di berbagai bmedia massa.12

Pesantren ini berusaha untuk membekali para santri agar

mengasah kemampuan mereka dalam berfikir maupun menuangkan

fikiran dan ide mereka tidak hanya melalui lisan tapi juga melalui

tulisan.

b. Kecakapan Vokasional (vocational skills)

1) ketrampilan tangan

Ketrampilan menjadi suatu pilihan life skills yang harus

dimiiliki oleh setiap individu, karena dengan tangan terampil

semua akan menjadi sesuatu yang tidak hanya bermanfaat tapi juga

akan indah jika dipandang, bahkan akan memiliki nilai jual yang

tinggi.

Pondok pesantren life skills Darul Falah Be-Songo ini

mendidik para santri untuk lebih trampil dalam memanfaatkan

barang-barang bekas untuk disulap menjadi barang yang cantik,

sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan mereka.

Kertampilan tersebut berupa membuat kotak pensil, kotak saran,

kotak P3K, dan hiasan-hiasan lainnya. Selain itu mereka diajrkan

untuk lebih kreatif dalam membuat assesoris seperti gelang, kalung,

bros yang terbuat dari manik-manik dan mute-mute yang memiliki

nilai jual yang tinggi. Tidak kalah bagusnya adalah mereka di ajari

untuk menghias toples dan assesoris lain dengan kain flanel

2) Memasak

Kegiatan memasak ini dilakukan dengan sistem kelas.

Masing-masing kelas terdiri dari 18 santri, di semester I kelas yang

pertama atau kelas A mempelajari masakan lauk tradisional seperti

rendang, soto Semarang, sambel goreng hati, terong balado,

bregedel, dan masih banyak lagi yang lainnya sedangkan kelas

kedua atau kelas B mempelajari cara pembuatan kue-kue

12 Jamal Ma’mur Asmani, “Sekolah Life Skills, hlm. 183

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

55

tradisional dan jajanan makanan ringan seperti pembuatan puthu

ayu, klepon, bolu kukus, hongkue, mieswa dan masih banyak lagi

kue-kue atau jajanan tradisional.

Setelah semester I selesai di semester II yang kelas A

mempelajari pembuatan kue dan yang kelas B mempelajari

pembuatan masakan lauk tradisinal.

Selain itu, agar masakan daerah tidak tergeser dengan

masakan-masakan modern, santri ini mengajarkan kepada santri

lain untuk mengenal masakan daerah kepada santri dari daerah lain,

misalkan daerah kudus mengenalkan makanan khas kudus seperti

soto kudus dan jenang yang menjadi suatu kekhasan daerah kudus,

nasi megono dari Pekalongan dan nasi gandul dari Pati dan masih

banyak lagi yang lain.

Ketrampilan memasak tradisional ini dijadikan sebagai

bahan evaluasi sejauh mana santri dapat mengolah ketrampilannya

dalam memasak dan mengajarkan masakannya kepada santri yang

lain.

3) Tata Rias Wajah

Tata rias wajah adalah salah satu ilmu yang mempelajari seni

merias wajah untuk menampilkan kecantikan diri sendiri atau orang

lain. tata rias ini menggunakan kosmetik yang dapat menutupi atau

menyamarkan kekurangan pada wajah sehingga tamapak

kecantikan yang sempurna.

Adapun tujuan tata rias wajah adalah dapat merias wajah,

baik untuk diri sendiri maupun orang lain sesuai dengan karakter

wajah dan kesempatan yang akan dihadiri.

Pesantren ini memberikan pengajaran tata rias tersebut dalam

semester pertama. Mereka ajari bagaimana menggunakan make up

untuk kegiatan santai sampai acara-acara resmi. Selain tata rias

wajah mereka diajari untuk memakai krudung sesuai dengan

pakaian yang dikenakan dan acara yang akan dihadiri.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

56

4) Menjahit

Menjahit menjadi salah satu pilihan life skills. Ketrampilan

menjahit ini bisa dikembangkan dengan menerima order dari orang

lain. Melihat banyaknya pengangguran dan kemiskinan,

ketrampilan menjahit bisa dijadikan solusi alternatif, sehingga

kemampuan menjahit bisa digunakan untuk membuka usaha.

Di pesantren ini santri diberikan bekal tersebut dalam

pertemuan satu minggu sekali dengan sistim rolingan kelas A dan

B, mereka diajari untuk membuat pola baju, menjahit dan

memasarkan, namun dalam pesantren ini belum sampai pada

pemasaran, karena masih dibilang baru.

Menurut penuturan pengasuh pesantren, lambat laun

nantinya kan disediakan mesin obras. Hal ini akan menjadikan

semangat bagi santri dalam belajar menjahit.13

4. Metode

Dalam metode pembelajaran, pesantren pada umumnya menerapkan

metode sorogan, bandongan, halaqah dan lalaran. Metode ini dalam

perspektif modernisasi sistem pendidikan kurang efektif dalam

pengembangan intelektual anak didik. Hal ini karena teknik belajar

mengajar dengan metode ini bertolak dari keyakinan bahwa isi kitab yang

diajarkan kyai adalah benar, tidak mungkin mengajarkan sesuatu yang

keliru dan menyesatkan, serta anggapan bahwa belajar adalah ibadah dan

sakral. Saat ini pesantren mengalami beberapa reorientasi penerapan metode

antara lain halaqah yakni bentuknya yang hanya mendiskusikan arti

terjemah sebuah kitab (arti kata dan cara baca berdasarkan ketentuan nahwu,

shorof, dan balaghah), kepada penekanan bagaimana membahas isi suatu

kitab. Disamping itu, pembaharuan juga dilakukan dengan menggunakan

sistem kelas dan jenjang.14

13 Hasil Wawancara Dengan Hj Arikhah, M.Ag , pengasuh Pondok Pesantren DarulFalah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 23 maret 2012

14 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm.115

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

57

Dalam pembelajaran di pesantren Darul Falah Be-Songo

menggunakan beberapa metode yang cukup variatif, metode tersebut

diantaranya:

1. Metode ceramah

Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Guru

memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu

tetentu (waktu terbatas) dan tempat tertentu pula. Metode ini digunakan

pada saat pembelajaran kitab Hadist “Bulughul Maram” dan kajian tafsir

kontemporer.

2. Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan metode yang menjadi andalan proses

belajar-mengajar di perguruan tinggi. Metode ini juga diterapkan di

pesantren. Diskusi membuka kesempatan timbulnya pemikiran yang

liberal dengan dasar argumentasi ilmiah. Melalui metode ini

eksklusivisme pemikiran di pesantren dapat dibongkar, feodalisme

pengajaran dari kyai dan ustadz memperoleh perlawanan, sikap toleran

dan sportif terhadap munculnya ide-ide baru menemukan penyaluran,

dan mendorong timbulnya daya kritik yang tajam. Oleh karena itu, logis

bila penerapan metode diskusi berlangsung kondusif hanya pada

pesantren-pesantren modern karena pribadi kyainya yang dinamis dan

toleran.15

Metode ini baik sekali diterapkan dikalangan santri pesantren.

Penerapan metode ini memberikan banyak manfaat bagi mereka antara

lain: a) melatih toleransi dalam menghadapi pendapat orang lain; b)

melatih keberanian dalam mengungkapkan pendapat atau ide; c)

metatih berpikir secara sistematis, argumentatif, obyektif dan rasional;

d) mengembangkan wawasan secara lebih komprehensif; dan e)

15 Mujammil Qamar, Pesantren, hlm. 152

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

58

mengasah daya kritik terhadap sesuatu pernyataan dan kesadaran

membangun alternatifnya.16

3. Metode Muhawarah/ Muhadatsah

Metode Muhawarah adalah merupakan latihan bercakap-cakap

dengan bahasa Arab yang diwajibkan oleh pondok pesantren kepada

para santri selama mereka tinggal di pondok pesantren. Para santri

diwajibkan untuk bercakap-cakap baik dengan sesama santri maupun

dengan para ustadz atau kyai dengan menggunakan bahasa Arab pada

waktu-waktu tertentu untuk santri pemula atau santri yang baru

masuk.17

Dalam pemberlakuan metode ini santri diberikan perbendaharaan

kata-kata bahasa Arab yang sering dipergunakan untuk dihafalkan

sedikit demi sedikit sehingga mencapai target yang telah ditentukan

untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Setelah para santri telah

menguasai banyak kosa kata bahasa Arab kepada mereka diwajibkan

untuk menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.

4. Metode Hafalan

Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara

menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan

seorang ustadz/ kyai. Para santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-

bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki santri ini

kemudian dihafalkan dihadapan ustadz/ kyainya secara periodik atau

insidental tergantung kepada petunjuk gurunya tersebut.18

Metode hafalan yang diterapkan di pesantren umumnya dipakai

untuk menghafal kitab-kitab tertentu, metode hafalan juga sering

diterapkan untuk pembelajaran al-Qur’an Hadits. Dalam pembelajaran

al-Qur’an metode ini biasa disebut metode tahfidzul al-Qur’an.

16 Mujamil Qamar, Pesantren, hlm. 159

17 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran, hlm. 106

18 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran, hlm.100

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

59

Dalam pesantren ini memakai metode hafalan untuk diterapkan

dalam bembelajaran tahfidzul qur’an yang di lakukan pada hari ahad

jam 15.30 – 17.30 WIB. Metode tahfid adalah santri harus menghafal

ayat-ayat baru untuk selanjutnya disetorkan kepada Umi’ Triwahyuni

Hidayati , M.Ag.

5. Metode Latihan Ketrampilan

Metode latihan ketrampilan adalah suatu metode mengajar,

dimana siswa diajak ke tempat latihan ketrampilan untuk melihat

bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya,

untuk apa dibuat, apa manfaatnya.

Metode ini merupakan metode yang sering digunakan oleh

pesantren Darul Falah Be-Songo. Pesantren ini tidak hanya

mengajarkan teori saja tapi mereka langsung diarahkan bagaimana cara

membuat ketrampilan membuat masakan, membuat pola baju,

membuat assesoris seperti bros, gelang, kalung, menyulam dan

ketrampilan yang lain.

6. Metode Kerja Sama

Metode kerja sama adalah upaya saling membantu antara dua

orang atau lebih, antara individu dengan kelompok dan antara

kelompok dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau

menyelesaikan problema yang dihadapi dan atau menggarap berbagai

program yang bersifat prospektif guna mewujudkan kemaslahatan dan

kesejahteraan bersama.

7. Metode pemberian tugas dan resitasi

Yang dimaksud dengan metode ini adalah suatu cara dalam proses

pembelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid

mengerjakannya, kemudian tugas itu dipertanggungjawabkan kepada

guru. Melalui metode ini diharapkan dapat merangsang anak untuk aktif

belajar baik secara individual maupun secar kelompok. Oleh karena itu

tugas dapat diberikan secara individual maupun secara kelompok.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

60

Metode ini diaplikasikan pada pembelajaran kitab kuning “Ikhya’

Ulumuddin” dan “Safinatun Najah”. Santri diberikan tugas untuk

memaknai syarah dan matannya setelah itu santri membacakan hasil

tugasnya di depan ustadz dan santri yang lain kemudian

menerjemahkan.

5. Sarana prasarana

Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang

representatif untuk menggugah semanagat santri dalam menggali dan

mengembangkan potensinya. Diperlukan peralatan yang disesuaikan dengan

spesifikasi life skills yang diharapkan. Misalnya mesin jahit, komputer yang

memadahi, perpustakaan yang representatif, alat musik dan lain sebagainya.

Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas yang cukup dalam memenuhi

kebutuhan para santri dalam melaksanakan proses pembelajaran life skills.

Sarana prasarana dan fasilitas tersebut antara lain:

a. Aula pesantren (Blok B-9 dan A-7)

b. Gedung pusat kegiatan santri terletak di blok A-7 (proses perbaikan)

c. Asrama Santri (Blok B-9 dan C-9) dengan 12 kamar

d. Dapur

e. Kamar mandi

f. Tepat nyuci & Jemuran

g. Ruang tamu

h. Alat masak

i. Mesin jahit 2 buah

j. Kompor gas 2

k. Televisi 2

l. Meja belajar 5

m. Lemari baju

n. Lemari buku

o. Printer 1

p. Komputer 1

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

61

q. Perpustakaan

r. Alat musik rebana (seni hadroh)

6. Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh feedback dan stakeholders

proses pembelajaran life skills di Ponpes Darul Falah Semarang terutama

dari santri. Selain feedback untuk pembelajaran evaluasi ini diharapkan

mampu mengetahui pencapaian tujuan dan proses pembelajaran life skills di

Ponpes tersebut. Dengan demikian Ponpes ini menetapkan dan memberikan

nilai akademik kepada santrinya. Namun ini masih dalam tahap perumusan,

karena tidak semua pemebelajaran di pesantren ini akan di evaluasi secara

kuantitatif karena akan mengurangi kelenturan pesantren. Namun pesantren

ini menggunakan beberapa alat yang dijadikan alat evaluasi salah satunya

dengan penilaian hasil kerja.

Penilaian hasil kerja merupakan penilaian terhadap ketrampilan siswa

dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut.

Kasil kerja dapat berupa produk kerja siswa yang bisa saja terbuat dari kain,

kertas, metal, kayu, plastik, kramik, dan hasil karya seni seperti lukisan,

gambar dan patung.

Tujuan dilakukannya penilaian hasil kerja adalah sebagai berikut:

1) Menilai penguasaan ketrampilan santri yang diperlukan sebelum

mempelajari ketrampilan berikutnya

2) Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai santri pada setiap akhir

jenjang.

Alasan pesantren ini menggunakan penilaian hasil kerja karena santri

di sini diajarkan aneka ketrampilan, baik itu ketrampilan memasak,

menjahit, menulis dan ketrampilan-ketrampilan yang lain. Dari semua

ketrampilan yang ada membutuhkan praktek, maka dari itu penilaian hasil

kerja merupakan salah satu pilihan tepat dalam pembelajaran life skills.

Selain penilaian hasil kerja, evaluasi di pesantren ini ditekankan pada

kemampuan santri dalam mentransformasikan nilai ajaran agama melalui

ilmu dari pesantren di masyarakat. Masyarakat yanga akan menilai apakah

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

62

santri tersebut sudah lulus ataukah justru gagal dalam melakukan proses

pembelajaran di pesantren.

D. Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren Darul Falah

Be-Songo Ngaliyan Semarang

1. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini, sebagai idealitas kyai Ponpes Darul

Falah Be-Songo, pengasuh menyusun grand desain sebagai bingkai

pondok pesantren, salah satunya dalam menciptakan visi misi pondok

pesantren.19 Selain itu, melakukan rapat kerja antara pengasuh dan para

pengurus pesantren untuk membahas beberapa program dan kegiatan

terkait dengan desain pendidikan life skills selama satu tahun. Hal ini

bertujuan agar kegiatan-kegiatan pembelajaran dapat terprogram dengan

baik. Hasil rapat kerja ini nantinya dijadikan sebagai bahan acuan dalam

melakukan beberapa kegiatan di pesantren tersebut. Selain program

kerja, pesantren ini telah merencanakan beberapa hal sebagai berikut:

a. Menetapkan tujuan pendidikan life skills

Pendidikan life skills memiliki beberapa tujuan, antara lain:

5) Mengaktualisasikan potensi santri sehingga dapat digunakan

untuk memecahkan problem yang dihadapi

6) Mengoptimalakan pemanfaatan sumber daya di lingkungan

pesantren, dengan memberikan peluang pemanfaatan sumber

daya yang ada di masyarakat

7) Memberikan wawasan yang luas dalam mengembangkan karir

8) Memberiakan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

b. Mengidentifikasi kebutuhan

Tahapan ini dilakukan agar dapat diketahui apa yang menjadi

kebutuhan dalam proses pelaksanaan pendidikan life skills sehingga

19 Hasil Wawancara Dengan Dr. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuh Pondok Pesantren DarulFalah Be-songo Semarang, Selasa Tanggal 08 Mei 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

63

dapat memperlancar proses pembelajaran. Lancarnya proses

pembelajaran bisa mempermudah pencapaian tujuan.

Pelaksanaan pendidikan life skills membutuhkan sarana

prasarana yang memadahi dan representatif. Disini membutuhkan

anggaran yang besar dan memadai. Dalam rangka memenuhi

kebutuhan sarana prasarana ini, jangan sampai lembaga pendidikan

membebani peserta didik (santri).

Dalam mengidentifikasi kebutuhan pemebelajaran di pesantren

ini sebelum pembelajaran berlangsung semua perlengkapan

dipersiapkan dengan baik agar nantinya tidak mengganggu

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Misalnya dalam

pembelajaran masak, kerajinan tanagan, menjahit dan yang lain.

semua bahan dan peralatannya harus segera diidentifikasi dan

dipersiapkan agar dalam kegiatan pembelajaran dapat berjalan

dengan baik dan lancar.

c. Penyusunan Kurikulum pendidikan life skills

Sebenarnya sampai saat ini belum ada rumusan kurikulum

yang baku yang dipakai di semua pesantren (seperti kurikulum baku

yang ada di pendidikan formal). Kurikulum yang berkembang di

pesantren selama ini menunjukkan prinsip yang tetap; yaitu:

pertama, kurikulum ditujukan untuk mencetak ulama dikemudian

hari. Di dalmnya terdapat paket mata pelajaran, pengalaman, dan

kesempatan yang harus ditempuh oleh santri.

Kedua, struktur dasar kurikulum adalah pengajaran

pengetahuan agama dalam segenap tingkatan dan layanan

pendidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi dan

kelompok. Bimbingan ini seringkali bersifat menyeluruh, tidak

hanya di kelas atau menyangkut penguasaan materi mata pelajaran,

melainkan juga diluar kelas dan menyangkut pembentukan karakter,

peningkatan kapasitas, pemberian kesempatan dan tanggung jawab

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

64

yang dipandang memadai bagi lahirnya lulusasn yang dapat

mengembangkan diri, syukur bisa meneruskan misi pesantren.

Ketiga, secara umum kurikulumnya bersifat fleksibel, setiap

santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya,

paling tidak separo muatan kurikulum dapat dirancang oleh santri

sendiri.

Kurikulum di Pondok Pesantren DAFA Be-Songo tidak jauh

beda dari kurikulum di atas, perumusan kurikulum bersifat fleksibel.

Selain itu, kurikulum pendidikan life skills di Pesantren Darul Falah

Be-Songo yang dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran adalah

sebagai berikut:

a. Kecakapan Akademik

1. Penunjang kegiatan Kampus

Kurikulum untuk menunjang kegiatan kampus adalah

sebagai berikut :20

Tabel 7 :

Kurikulum akademik penunjang kegiatan kampus di Pondok

Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

NO KEGIATAN MATERI TUJUAN

1 Bahasa 1. Bahasa Arab

a. Mufrodat

b. Qowaid

Santri dapat menerapkan

mufradat dalam

percakapan sehari-hari.

Memahami dan qawaid

dengan baik

2. Bahasa

Inggris

a. Vocab

b. Grammer

Santri dapat menerapkan

Vocab dalam percakapan

sehari-hari. Memahami

dan Grammer dengan

20 Hasil Wawancara Dengan Hj Arikhah, M.Ag , pengasuh Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang, Jum’at Tanggal 23 maret 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

65

baik

2 Komputer 1. Excel Santri dapat mengetahui

program Excel, Power

point, Corel draw dan

mampu mempraktikan

program tersebut.

2. Power point

3. Corel draw

3 Jurnalistik a. Teknik

penulisan

berita

Santri dapat

memahami teknik

penulisan berita dan

mampu membuat

contoh berita

b. Teknik

penulisan

artikel, opini

dan isei

Santri dapat

memahami teknik

penulisan artikel,

opini dan isei dan

dapat mengetahui

perbedaan masing-

masing tulisan

tersebut.

c. Praktik

majalah

bayangan

Santri mampu

membuat majalah

bayangan

d. Penerbitan

bulletin

Santri mampu

menerbitkan buletin

4 Resolusi

konflik

a. Pesantren

dan

pembangun

an budaya

damai

Santri dapat

meminimalisir

konflik dalam dunia

pesantren

b. Memahami Santri dapat

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

66

konflik memahami konflik

c. Analisa

konflik

Santri dapat

menganalisa konflik

d. Negosiasi Santri dapat

melakukan

negosiasi konflik

e. Praktik Santri dapat

mempraktiikan

proses penyelesaian

masalah

5 Halaqoh dan

debat

Relevansi isu-

isu kontemporer

dengan Agama

Santri dapat memahami

relevansi isu-isu

kontemporer dengan

agama

2. Keagamaan

Tabel 8 :

Kurikulum akademik keagamaan di Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

NO KEGIATAN MATERI TUJUAN

1 Tahfidzul

Qur’an

1. Juz 30

2. Juz 1-10

3. Juz 11-20

4. Juz 21-29

Santri dapat menghafal

al-Qur’an dengan baik

dan benar.

2 Majlis Ta’lim 1. Kajian kitab

kuning

(hadis, fiqih,

akhlak )

2. Kajian tafsir

Santri dapat mengkaji

kiteb-kitab klasik dan

tafsir kontemporer.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

67

kontemporer

3 Membaca

Yasin dan

Tahlil

Santri dapat mengukuti

kegiatan membaca yasin

dan tahlil

4 Pembacaan

diba’

Santri dapat mengikuti

kegiatan membaca diba’

5 Pembacaan

asmaul

khusna

Santri dapat mengikuti

kegiatan membaca

asmaul husna

6 Pembacaan

sholawat

nariyah

Santri dapat mengikuti

kegiatan membaca

sholawat nariyah

6 Sholat tahjjud Santri dapat melakukan

sholat tahajjud secara

berjama’ah

7 Program da’i 1. Pidato

2. Tilawatil

Qur’an

Santri dapat berpidato

dan tilawatil qur’an.

7 Seni hadroh 1. Semarangan

2. Habsyinan

Santri dapat mengetahui

seni hadroh baik

semarangan maupun

habsyinan

b. Kecakapan Vokasional

Tabel 9 :

Kurikulum vokasional skills di Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

NO KEGIATAN MATERI TUJUAN

1 Memasak a. Kue

tradisional

Santri dapat membuat

masakan tradisional dan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

68

dan modern

b. Lauk

tradisional

dan modern

moderen baik masak kue

dan jajanan maupun

masak lauk

2 Menjahit a. Membuat

pola baju,

rok, dll

b. Membuat

baju, rok,

dll

Santri dapat membuat

pola baju, rok dan

mampu menjahit dan

membuatnya.

3 Kerajinan

tangan

a. Hiasan dari

kain flanel

b. Baki

lamaran

c. Sulam pita

d. Batik

e. Assesoris

Santri mampu membuat

ketrampilan berupa

hiasan dari kain flanel,

baki lamaran, sulam pita,

batik dan assesoris

lainnya.

4 Tata rias a. Tata rias

wajah

b. Tata rias

krudung

Santri dapat merias

wajah dan krudung

dengan kreatif dan

variatif.

a. Kecakapan sosial (Pengabdian)

Tabel 10 :

Kurikulum pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

NO KEGIATAN TEMPAT TUJUAN

1 Mengajar

TPQ dan

Madin

a.Madin

Roudlotul

Jannah

Santri dapat melakukan

pengabdian masyarakat

dalam mengajar TPQ dan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

69

b.TPQ Perum.

Villa

Ngaliyan

Madin

2 Penanaman

dan

perawatan

pohon palem

Perum. Bank

Niaga

Santri dapat melakukan

penanaman dan perawan

pohon palem

3 Posyandu Musholla RJ Santri dapat membantu

pelaksanaan posyandu di

perumahan.

4 Kebersihan

lingkungan

Perum Bank

Niaga

Santri dapat melakukan

kebersihan lingkungan

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengorganisasian santri

Jumlah santri di pesantren ini sekitar 36 anak. Maka

pengorganisasian santri dalam pembelajaran life skills terbagi menjadi

dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 18 anak. Hal ini

akan menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan kondusif.

Selain itu, dalam pengelompokan santri di Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang menggunakan cara

Collaboration group (kelompok kerja). Cara ini menitikberatkan pada

kerja sama tiap individu yang hasilnya sebagai suatu yang teraplikasi.

Cara ini digunakan dalam beberapa kegiatan diantaranya: diskusi,

khitobah, ketrampilan memasak, menjahit, dan lain sebagainya .

Pengorganisasian santri dalam pembelajaran life skills di

pesantren ini sebenarnya tergantung pada kegiatan di pesantren. Ada

yang kelompok ada yang keseluruhan, dan ada yang individu. Dalam

pengorganisasian santri secara keseluruhan dapat terlihat dalam

kegiatan kajian kitab kuning, kajian tafsir kontemporer, pembacaam

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

70

surat Yasin dan tahlil, pembacaan diba’, tadarus al-Qur’an, jamaah

serta kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya kolektif. Kegiatan yang

dilakukan secara individu misalnya setoran tahfidzul Qur’an.21

b. Pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo

dipengaruhi oleh hal-hal berikut:

a. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

Proses pembelajaran life skills di pesantren ini memanfaatkan

beberapa tempat diantranya: aula pesantren (blok B-9 dan blok A-

7), gedung MADIN, musholla dan dapur.

b. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran

proses pembelajaran di pesantren ini. Maka dalam proses belajar

mengajar di pesantren ini menggunakan tempat duduk lesehan. Hal

tersebut dikarenakan pesantren ini lebih menekankan pada aspek

kebersamaan dan tetap melestarikan tradisi kepesantrenannya yang

terkenal dengan unggah-ungguhnya.

Pengelolaan kelas yang digunakan di pondok pesantren

DAFA Be-Songo dalam proses belajar mengajar ini sebenarnya

disesuaikan dengan kebutuhan dan menyesuaikan materi yang akan

diajarkan.

c. Metode pembelajaran

Dalam metode pembelajaran, pesantren pada umumnya

menerapkan metode sorogan, bandongan, halaqah dan lalaran.

Metode ini dalam perspektif modernisasi sistem pendidikan kurang

efektif dalam pengembangan intelektual anak didik. Hal ini karena

teknik belajar mengajar dengan metode ini bertolak dari keyakinan

bahwa isi kitab yang diajarkan kyai adalah benar, tidak mungkin

mengajarkan sesuatu yang keliru dan menyesatkan, serta anggapan

21 Hasil Wawancara dengan Ana Khoiriyah , Pengurus Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang departemen Pendidikan, Jum’at Tanggal 2 april 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

71

bahwa belajar adalah ibadah dan sakral. Saat ini pesantren

mengalami beberapa reorientasi penerapan metode antara lain

halaqah yakni bentuknya yang hanya mendiskusikan arti terjemah

sebuah kitab (arti kata dan cara baca berdasarkan ketentuan nahwu,

shorof, dan balaghah), kepada penekanan bagaimana membahas isi

suatu kitab. Disamping itu, pembaharuan juga dilakukan dengan

menggunakan sistem kelas dan jenjang.22

Dalam pembelajaran di pesantren Darul Falah Be-Songo

menggunakan beberapa metode yang cukup variatif, metode

tersebut diantaranya:

1. Metode ceramah

2. Metode Diskusi

3. Metode Muhawarah/ Muhadatsah

4. Metode Hafalan

5. Metode Latihan Ketrampilan

6. Metode Kerja Sama

7. Metode pemberian tugas dan resitasi

d. Sarana, Prasarana dan Fasilitas Pembelajaran

Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang

representatif untuk menggugah semanagat santri dalam menggali

dan mengembangkan potensinya. Diperlukan peralatan yang

disesuaikan dengan spesifikasi life skills yang diharapkan.

Misalnya mesin jahit, komputer yang memadahi, perpustakaan

yang representatif, alat musik dan lain sebagainya.

Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas yang cukup dalam

memenuhi kebutuhan para santri dalam melaksanakan proses

pembelajaran life skills.

22 Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren, hlm.115

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

72

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dalam pelaksanaan

pendidikan life skill di pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan

Semarang. Seperti yang telah disampaikan di depan bahwa pesantren ini

menggunakan evaluasi hasil kerja dan menekankan pada kemampuan

santri dalam mentransformasikan nilai ajaran agama melalui ilmu dari

pesantren di masyarakat.

Tahap evaluasi di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo dirasa

belum efektif, karena belum ada alat yang dijadikan sebagai standar nilai

dalam evaluasi. Menurut pengasuh tidak semua materi yang diajarkan di

pesantren dapat di evaluasi dengan cara dikuantifikasi, karena jika semua

materi yang diajarkan di pesantren dikuantifikasi maka hal ini akan

mengurangi kelenturan pesantren. Meskipun demikian Akan tetapi

nantinya pesantren ini akan merumuskan desain evaluasi pesantren

dikombinasikan dengan pendidikan modern agar tidak mengurangi nilai

kelenturan pesantren tapi tetap melakukan proses evaluasi.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

73

BAB IV

ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN LIFE SKILLS DI

PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO

NGALIYAN SEMARANG

A. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok Pesantren Darul

Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

Dalam pelaksanaan pendidikan life skills Pondok Pesantren Darul Falah

Be-Songo Ngaliyan Semarang menyuguhkan beberapa pilihan life skills yang

cukup banyak variannya, mulai dari kecakapan yang bersifat umum seperti

kecakapan personal, kecakapan kesadaran potensi diri, kecakapan berfikir

rasional, dan kecakapan sosial sampai pada kecakapan yang bersifat khusus

seperti kecakapan akademk dan kecakapan vokasional.

Dalam pelaksanaan pendidikan life skills ponpes Darul Falah Be-Songo

melakukakan beberapa tahap, diantaranya :

a. Tahap perencanaan

Pada umumnya lembaga pendidikan perlu melakukan tahap

perencanaan. Perencanaan merupakan sebuah proses penyusunan berbagai

keputusan yang akan dilaksanakan pada masa mendatang untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Dalam sebuah perencanaan perlu melakukan

pencatatan. Pencatatan ini menjadi penting sebagai bahan acuan dalam

menyelenggarakan pendidikan di pesantren. Akan tetapi dalam lembaga

pesantren sering kali melupakan proses tersebut.

Banyak pesantren tidak mencatat dan mendokumentasikan

rancangan-rancanagan penting itu. Akibatnya banyak orang luar pesantren

tidak memperoleh data memadai untuk ikut menggemakan kapasitas

program yang penting tersebut. Lulusan pesantren lain yang hendak

membantu juga membutuhkan waktu yang lama untuk memahaminya.

Bahkan generasi penerus pemimpin pesantren akan mengalami kesulitan,

sehingga setiap kali terjadi pergantian pemimpin pesantren selalu ditandai

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

74

dengan pancaroba yang cukup mengganggu kelancaran pengelolaan

pesantren berikutnya.1

Untuk menjawab kebutuhan akan kaderisasi, kesinambungan sistem

pembelajaran di pesantren, dan pengembangan jangkauan pesantren untuk

dapat mengelola program yang semakin beragam serta melayani jumlah

santri yang lebih besar, maka pencatatan itu dirasakan semakin mendesak.

Di satu sisi berguna bagi kalangan pesantren sendiri dan disisi lain sebagai

bukti kekayaan khazanah kependidikan di tanah air Indonesia. Kekayaan

khazanah yang tercatat itu sangat membantu dunia pesantren untuk

mengembangkan ruang hidupnya sendiri sebagai lembaga keilmuan.

Dalam perencanaan pendikan life skills ini sudah merencanakan

pendidikan life skills dengan baik. Hal ini dapat dilihat dalam tahap

perencanaan yang dilakukan oleh kyai dalam menyusun grand desain

dalam menciptakan visi misi yang sedemikian rupa. Selain itu, pengasuh

dan pengurus pondok pesantren dalam kegiatan rapat kerja satu tahun

sekali. Dalam perencanaan ini tertuang dalam program kerja departemen

pendidikan dan kurikulum pesantren Darul Falah Be-Songo. Akan tetapi

dalam proses perencanaan ini melupakan sebuah proses pencatatan

sebagaiman pesantren lainnya. Padahal tahap ini sebenarnya sangat

penting untuk dukumentasi dan kelengkapan administrasi pesantren.

b. Tahap pelaksanaan

Secara umum, proses pelaksanaan pendidikan life skills dapat

terlaksana dengan baik, hal ini dapat terlihat beberapa suguhan life skills

yang diberikan kepada santri sebagai bekal menghadapi tantangan zaman.

Dalam tahap pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren Darul Falah

Be-Songo telah melakukan hal-hal berikut:

1) Pengorganisasian santri

Pengorganisasian santri dalam pembelajaran life skills di

pesantren ini sebenarnya tergantung pada kegiatan di pesantren. Baik

pengorganisasian secara bersama-sama, kelompok, ataupun secara

1 M. Dian Nafi’, Praksis Pembelajaran, hlm. 95

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

75

individu. Dalam pengorganisasian santri secara bersama-sama dapat

terlihat dalam kegiatan kajian kitab kuning, kajian tafsir kontemporer,

pembacaan surat Yasin dan tahlil, pembacaan diba’, tadarus al-

Qur’an, jamaah serta kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya kolektif.

Kegiatan yang dilakukan secara individu misalnya setoran Tahfidzul

Qur’an.2

Pengorganisasian santri di pesantren ini cukup baik. Karena

pengorganisasian santri disesuaikan dengan kegiatan yang ada,

misalnya pembelajaran vokasional skills seperti pelajaran masak,

menjahit dan kerajinan tangan dapat dilakukan perkelas. Jumlah

santrinya masing-masing kelas hanya 18 santri, hal ini akan membantu

memperlancar proses pembelajaran dan pembelajaran dapat

berlangsung dengan baik.

Realitasnya di beberapa pesantren dalam pengorganisasian

santri tidak terlalu diperhatikan karena biasanya dalam pembelajaran

di pesantren semua santri ditempatkan dalam ruangan yang sama dan

diwaktu yang sama dengan jumlah santri yang banyak. Hal ini

sebenarnya menjadi sebuah kendala dalam pembelajaran.

Pembelajaran akan berlangsung tidak kondusif.

2) Pengelolaan kelas

Kegiatan pendidikan life skills di pesantren ini tidak bisa

dilakukan di satu tempat. Hal ini karena proses pembelajaran di

sesuaikan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan materi yang

diajarkan. Dalam kegiatan pembelajaran pesantren ini

memaksimalkan beberapa tempat, diantaranya pemanfaatan aula

pondok. Aula pondok ini digunakan untuk kegiatan peribadatan

seperti tadarus al-Qur’an, istighasah, jamaah sholat tahajud,

pembacaan asmaul husna. Kegiatan akademik seperti diskusi, debat,

kajian kitab kuning ”Bhulughul maram”.

2 Hasil Wawancara dengan Ana Khoiriyah , Pengurus Pondok Pesantren Darul FalahBe-songo Semarang departemen Pendidikan, Jum’at Tanggal 2 april 2012

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

76

Selain pemanfaatan aula, musholla Roudlotul Jannah juga

digunakan untuk kegiatan yang melibatkan warga sekitar pesantren.

Kegiatan tersebut berupa pembacaan yasin dan tahlil, pembacaan

sholawat diba’, kajian tafsir kontemporer dan kajian kitab kuning

“Ikhya’ Ulumuddin” dan “Safinatun Najah”. Gedung Madin

Roudlotul Jannah juga dijadikan tempat untuk kegiatan khitibah,

latihan Tilawatil Qur’an dan seni hadroh dan kegiatan menjahit. Selain

pemanfaatn beberapa tempat tersebut proses pembelajaran juga

dilakukan di dapur untuk melakukan praktik masak baik memasak

lauk maupun masak kue dan jajanan.

3) Metode pembelajaran

Wajah pesantren sesungguhnya sangat kompleks. Penilaian-

penilaian terhadap pesantren selama ini tidak terhindar dari tinjauan

secara parsial. Pesantren memiliki banyak elemen, tradisi, dan nilai-

nilai yang dianutnya dan ini semuanya tidak menunujukkan pada satu

penilaian secara mutlak. Jika terdapat salah satu elemen yang

dianggap memiliki kelemahan mendasar, maka ada elemen lainnya

yang justru memiliki kelebihan yang patut ditiru lembaga pendidikan

lainnya.3

Hal yang dipandang sebagai sisi negatif lain adalah hilangnya

keberanian untuk berbeda pendapat. Keadaan ini terjadi akibat metode

pendidikan di pesantren kurang memberikan ruang dialog lantaran

sistemnya yang brrpusat pada kyai. Kreativitas santri tidak

berkembang dengan baik, mereka takut bertanya dan berbeda

pendapat. Sikap bertanya dan berbeda pendapat masih dianggapa

sebagai su’u al adab. Inilah yang menyebabkan metode-metode

pembelajaran di pesantren seperti sorogan, bandongan, hafalan tidak

beranjak dari orientasi content-knowladge belum mengarah pada

understanding dan construction of the knowladge.

3 Mujamil Qamar, Pesantren dari Transformasi, hlm. 153

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

77

Hal ini karena para santri memang kurang diberi kesempatan

menyampaikan ide-idenya apalagi untuk mengajukan kritik bila

menemukan kekeliruan dalam pelajaran sehingga daya nalar dan

kreativitas berfikir mereka agak terlambat. Metode mengajar

cenderung monoton dan menggunakan mendekatan doktrinal mesti

ditransformasikan dan diperkaya dengan berbagai metode intruksional

modern agar dapat membuka eksplorasi cakrawala pemikiran para

santrinya. Pengembangan pemikiran merupakan salah satu kelemahan

yang dirasakan pesantren selama ini, kendatipun hanya terhadap

bidang-bidang yang dikaji, apalagi terhadap bidang-bidang lain yang

terkait.4

Berbeda dengan pesantren Darul Falah Be-songo Semarang,

metode pembelajaran life skills di pesantren tersebut cukup variatif,

seperti diskusi, debat, metode resitasi dan masih banyak yamg lain.

Santri tidak melulu diberikan metode ceramah, sorogan atau metode-

metode tradisional yang masih diterapkan di beberapa pesantren.

Metode variatif akan berpengaruh terhadap motivasi belajar santri.

Santri diberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide

pemikirannya terkait isu-isu kontemporer keagamaan dan sosial,

sehingga daya nalar dan daya kritis santri akan terasah dengan baik.

Selain itu, dapat membuka eksplorasi cakrawala pemikiran para santri

yang nota benenya adalah para mahasiswa.

Metode yang diterapkan pesantren pada prinsipnya mengikuti

selera kyai, yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan

pendidikannya. Dari perspektif metodik, pesantren terpolarisasikan

menjadi tiga kelompok: kelompok pesantren yang hanya

menggunakan metode yang bersifat tradisional dalam pengajaran

kitab-kitab Islam klasik, kelompok pesantren yang hanya

menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan metode yang

4 Mujamil Qamar, Pesantren dari Transformasi, hlm. 156-157

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

78

dikembangkan pendidikan formal, dan kelompok pesantren yang

menggunakan metode-metode yang bersifat tradisional dan

mengadakan penyesuaian dengan metode pendidikan yang dipakai

dalam pendidikan formal.

Melihat beberapa metode yang diterapkan di Pesantren Darul

Falah Be-Songo, pesantren tersebut merupakan jenis pesantren ketiga

karena meskipun pesantren tersebut menerapkan metode yang bersifat

tradisional, tetapi pesantren ini melakukan pemaduan atau kombinasi

berbagai metode (lama dan baru). Hal ini akan menjadikan situasi

dalam proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan menyebabkan

santri bertambah interest akibat aplikasi berbagai metode secara

kombinatif. Maka pesantren tidak lagi dipandang anti kemajuan dan

sarang kebekuan, melainkan telah tumbuh dinamika metodik yang

memberikan warna baru bagi kehidupannya.5

c. Tahap evaluasi

Evaluasi di podok pesantren ini sebenarnya belum dirumuskan

dengan baik. Akan tetapi pesantren ini tetap mengguanakan sistem

evaluasi hasil kerja santri yang hanya difokuskan pada kecakapan

vokasional. Akan tetapi untuk kecakapan lain belum ada alat yang

dijadikan sebagai standar nilai dalam proses evaluasi.

Dalam pesantren ini memang tidak semua materi yang diajarkan itu

dapat dievaluasi dengan cara dikuantifikasi karena hal ini akan

mengurangi kelenturan pesantren. Selain itu, sebenarnya proses evaluasi di

pesantren dapat dilakukan ketika para santri terjun ke masyarakat.

Kemudian masyarakatlah yang nantinya akan memberikan penilaian

kepada santri sejauh mana mereka dapat menerapkan nilai-nilai agama

Islam dalam kehidupan mereka.

Tidak hanya di pesantren DAFA Be-Songo, sistem evaluasi di

beberapa pesantren selama ini kurang mendapat perhatian. Di

pesantren-pesantren salaf evaluasi atau tes sering kali diabaikan. Santri

5 Mujamil Qamar, Pesantren, hlm. 150

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

79

memperoleh pengetahuan dari guru hingga menamatkan kitab yang

diajarkan kemudian beralih ke kitab lain yang lebih tinggi tanpa

mengevaluasi hasil pembelajaran dari kitab sebelumnya. Hal ini dapat

dimaklumi mengingat di awal pembelajaran, tujuan pengajaran tidak

dijelaskan sehingga sangat sulit untuk mengevaluasi hasil yang telah

dicapai.6

Sebenenarnya pendidikan kecakapan hidup (life skills) bukan hal yang

baru bagi pesantren, karena sejak dahulu jenis pendidikan ini memang menjadi

andalan bagi pesantren. Namun dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang pesat pada era global ini, pendidikan kecakapan hidup yang

dilaksanakan secara tradisional di lingkungan pesantren perlu mendapatkan

sentuhan teoritis dan teknis, sehingga para alumni pesantren dalam era global

ini mampu bersaing dengan para alumni lembaga pendidikan lainnya dalam

lapangan pekerjaan yang semakin lama semakin ketat.7

Tujuan dari penyelenggaraan pendidikan life skills di Pondok Pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang tidak jauh berbeda dari tujuan pada

umumnya, yakni untuk membantu santri dalam mengembagkan kemampuan

berfikir, mengembangkan potensi diri agar dapat memecahkan problema

kehidupan, memberikan wawasan yang luas dalam mengembangkan karir,

memberiakan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari.

Dalam penerapan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah

Be-Songo Ngaliyan Semarang menggunakan beberapa pinsip, antara lain:

6 M. Syairozi dimyathi, Mencermati Kurikulum Tafsir di Pesantren dan MadrasahTsanawiyah di Indonesia, dalamhttp://www.psq.or.id/index.php/in/component/content/article/102-artikel/211-mencermati-kurikulum-tafsir-di-pesantren-dan-madrasah-tsanawiyah-di-indonesia. diakses pada hari Kamistanggal 26 April 2011 pada pukul 09.00 WIB.

7 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen pondok, hlm. 163

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

80

1. Etika sosio-religius bangsa tidak boleh dikorbankan dalam pendidikan

kecakapan hidup (life skills). Melainkan justru sedapat mungkin

diintegrasikan dalam proses pendidikan.

2. Pembelajaran kecakapan hidup (life skills) menggunakan prinsip learnig to

know (belajar untuk mengetahui sesuatu), lerning to do (belajar untuk

mengerjakan sesuatu), learning to be (belajar untuk menjadi jati diri

sendiri), dan learning to life together atau belajar untuk hidup bersama.

Dalam penerapan pendidikan kecakapan hidup di pesantren ini

sangat menekankan prinsip ini, karen nantinya santri akan diarahkan tidak

hanya belajar untuk tahu saja tai mereka akan di orientasikan untuk

menjadi seseorang yang memiliki kecakapan yang mumpuni sehingga

mereka akan mampu bersaing dalam berebut lapangan pekerjaan yang

semakin ketat bahkan akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat.

3. Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skills) di pesantren

hendaknya menerapkan manajemen bebrbasis pesantren.

Penerapan pendidikan kecakapan hidup di pesantren DAFA Be-Songo

tetap menerapkan manajemen berbasis pesantren. Dalam proses

pembelajaran tetap menggunakan beberapa metode khas pesantren, akan

tetapi melakukan pengkombinasian dengan metode-metode modern. Hal

ini bertujuan agar dalam proses pembelajaran tidak kesulitan karena

banyak suguhan menu life skills maka perlu adanya metode yang varian

juga.

4. Potensi daerah sekitar pesantren dapat direfleksikan dalam

penyelenggaraan kecakapan hidup (life skills) di pesantren.

5. Paradigma learning for life (pendidikan untuk kehidupan) learning to work

(belajar untuk bekerja) dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan, sehingga

terjadi pertautan antar pendidikan dengan kebutuhan nyata para santri.

Prinsip ini menjadi sangat penting untuk di terapkan karena jika

penerapan pendidikan life skills di pesantren tidak menggunakan prinsip

ini akan sangat sulit, karena santri tidak tahu tahu akan kebutuhan nyata

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

81

mereka. Jika mereka tahu akan kebutuhan mereka mereka akan melakukan

proses pembelajaran dengan sangat antusias. Demikian juga di pesantren

DAFA Be-Songo, dalam penerapan pendidikan kecakapan hidup juga

menanamkan prinsip ini kepada santrinya.

6. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skills) diarahkan agar

santri : (a) menuju hidup yang sehat dan berkualitas, (b) mendapatkan

pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan yang luas, serta, (c) memiliki

akses untuk memenuhi standar hidup secara layak.8

Dalam penerapan pendidikan life skills di Pondok Pesantren DAFA

Be-songo mengarahkan santri menuju hidup sehat dan berkualitas karena

santri tidak melulu diajarkan teori-teori saja dalam pembelajaran mereka

langsung praktek agar benar-benar merasakan dan membuktikan teori-teori

yang diajarkan. Akan tetapi pesantren ini harus lebih pro aktif untuk

bekerja sama dengan lembaga-lembaga kursus lainnya atau mengadakan

studi banding agar bisa menjadi perbandingan dan pertimbangan demi

perbaikan. Selain itu, santri akan memiliki pengetahuan, wawasan dan

ketrampilan yang lebih luas.

Penerapan pendidikan life skills di Pondok Pesantren tidak jauh beda

dengan teori yang ada karena penerapannya tetap memenuhi prinsip-prinsip

kecakapan hidup (life skills) di pesantren. Selain itu, orientasi pendidikan

kecakapan hidup di pesantren ini tidak jauh berbeda dengan orientasi

pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup di lingkungan pesantren dan

difokuskan pada kecakapan yang sama yakni kecakapan personal, kecakapan

berfikir rasional, kecakapan sosial, kecakapan pra-vokasional dan kacakapan

keahlian khusus seperti menjahit, memasak, membuat kerajinan tangan

(membatik, membuat asesoris, dan masih banyak yang lain.).

Setelah melihat beberapa data mengenai desain pendidikan life skills di

pesantren ini terlihat belum tersusun dengan baik, masih banyak sekali yang

perlu diperbaiki. Hal ini dapat terlihat dalam proses perencanaannya yang

8 M. Sulthon Masyhud Dan Moh Khusnurdilo, Manajemen Pondok, hlm. 164

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

82

kurang matang, akan tetapi menkipun perencanaannya kurang matang, hal ini

tidak menjadi kendala dalam proses pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat

berjalan dengan baik, evaluasi pembelajaran untuk saat ini baru dalam proses

perumusan. Melihat hal tersebut kiranya dipandang perlu adanya penataan

kembali desain pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-

Songo Ngaliyan Semarang. Penataan desain ini bertujuan agar pendidikan

tersebut dapat terselenggara dengan baik, sehingga mampu menciptakan jiwa

santri yang lebih berkualitas dan kompetitif.

Dengan jiwa tersebut, alumni pesantren dapat hidup mandiri dan tidak

menjadi beban siapapun dan kehadirannya akan menjadi manfaat bagi

masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah suatu program

pendidikan sebagai usaha sadar dalam membentuk generasi muda yang

berakhlakul karimah dan mempunyai kecakapan hidup.

Dalam menghadapi derasnya laju kemajuan, baik itu kemajuan teknologi,

ekonomi, dan bisnis, tentu dibutuhkan suatu keahlian yang praktis dalam meng

hadapinya. Dengan cara itu berarti pesantren telah memberikan kontribusi bagi

peningkatan sistem pendidikan nasional di satu sisi dan di sisi yang lain akan

dapat memperkokoh tegaknya syiar Islam, baik itu akhlaknya, pondasi iman

yang kuat, dan yang tidak kalah penting yaitu kekuatan dibidang ekonomi dan

kemandirian yang nyata.

B. Analisis Kelebihan dan Kekurangan pelaksanaan Pendidikan Life Skills

di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

Berdasarkan analisis pelaksanaan pendidikan life skills di pondok

pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang dapat kita lihat

kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan life skills. Masing-

masing dari kelebihan dan kelemahan tentunya memerlukan tindak lanjut

yang baik agar kelebihan itu dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan

kekurangan yang ada harus dicarikan solusi agar dapat di kembangkan jauh

lebih baik lagi. Adapun kelebihan dan kekurangan pendidikan life skills di

pondok pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang antara lain

sebagai berikut:

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

83

1. Analisis kelebihan dalam Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok

Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

a. Pengasuh Transformatif

Pengasuh yang tranformatif merupakan sosok yang mampu

melakukan trobosan dan perubahan secara mendasar dan signifikan

dalam semua aspek, khususnya dalam mencari solusi. Selain itu harus

mampu mampu melakukan trobosan menghadapi semua tantangan

dengan ide-ide segar dan langkah-langkah dinamis dan solutif demi

pengembangan masa depan.

Seperti penjelasan di atas, pengasuh di pesantren ini merupakan

pemimpin yang tranformatif. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara

tersebut. Melihat sosok pengasuh yang demikian akan menjadi

kebanggaan tersendiri bagi para santri.

b. Ustadz

Ustadz merupakan salah satu unsur pendidikan yang sangat vital

keberadaannya. Peran ustadz dalam melaksanakan pendidikan life

skills di pondok pesantren sangat besar. Mereka berperan sebagai

sosok fasilitator, motivator, dinamisator, dan katalistor bagi

pengembangan bakat dan talenta anak didik. Sosok ustadz sangat

menentukan dalam membangkitkan semangat, menebarkan nilai

idealisme, dan mengokohkan semangat pantang menyerah dalam

proses sepanjang hayat masih dikandung badan.

Di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo, sosok ustadz

merupakan sosok yang sangat berperan aktif dalam pelaksanaan

pendidikan life skills, karena selain mereka bertugas sebagai pengajar

mereka juga berperan sebagai pembimbing dan motivator bagi para

santri. Selain itu kebanyakan ustadz di pesantren ini adalah lulusan

dari perguruan tinggi baik itu S1, S2 dan S3.

c. Metode yang kombinatif

Hakikat metode hanya sebagai alat, bukan tujuan. Untuk

merealisir tujuan sangat dibutuhkan alat. Bahkan alat merupakan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

84

syarat mutlak bagi setiap kegiatan pendidikan dan pengajaran. Bila

kyai maupun ustadz mampu memilih metode dengan tepat dan

mampu menggunakannya dengan baik, maka mereka memiliki

harapan besar terhadap hasil pendidikan dan pengajaran yang

dilakukan.

Meskipun pesantren tersebut menerapkan metode yang bersifat

tradisional, tetapi pesantren ini melakukan pemaduan atau kombinasi

berbagai metode (lama dan baru). Hal ini akan menjadikan situasi

dalam proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan menyebabkan

santri bertambah interest akibat aplikasi berbagai metode secara

kombinatif. Maka pesantren tidak lagi dipandang anti kemajuan dan

sarang kebekuan, melainkan telah tumbuh dinamika metodik yang

memberikan warna baru bagi kehidupannya.

d. Materi

Sebagaimana penjelasan di atas bahwa suguhan materi yang ada

di pondok pesantren Darul Falah Be-Songo cukup banyak sekali

variannya, dengan materi-materi yang diajarkan di pesantren tersebut

dapat dijadikan sebagai bekal santri dalam mengembangkan potensi

diri agar dapat memecahkan problema secara konstruktif, inovatif dan

kreatif sehingga dapat menghadapi realitas kehidupan dengan bahagia,

baik secara lahiriah maupun batiniah. Hal ini sesuai dengan tujuan

pendidikan life skills di lingkungan pesantren.

Dari sisi materi akan lebih bagusnya jika terdapat penambahan

lagi, agar bekal santri semakin banyak. Sehingga kesiapan mereka

untuk terjun ke masyarakat akan semakin matang. Dalam hal ini harus

tetap mengedepankan kualitas pondok pesantren dan terlebih para

santri.

2. Analisis Kekurangan dalam Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Pondok

Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

Dalam rangka membangun pendidikan life skills ini, banyak

kekurangan yang dihadapi hal ini menjadi kendala dalam pelaksanaan

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

85

pendidikan life skills di ponpes DAFA Be-Songo. Kendala tersebut harus

diselesaikan secara arif dan bijaksana. Kendala tersebut antara lain

sebagai berikut:

a. Santri

Santri di pesantren Darul Falah merupakan santri yang hampir

semuanya dari mereka adalah mahasiswa. Dalam menjalani proses

pendidikan yang berlangsung di pesantren mereka merespon dengan

positif. Mereka juga sangat antusias dalam melaksanakan pendidikan

life skills seperti pelatihan ketrampilan masak, ketrampilan menjahit,

ketrampilan membuat manik-manik dan yang lain. akan tetapi karena

banyak dari santri tersebut merupakan aktifis kampus. Hal ini menjadi

kendala dalam pelaksanaan pendidikan life skills.

Dalam menyikapi hal tersebut tentunya sebagai santri harus bisa

membagi waktunya untuk kegiatan kampus dan kegiatan pondok

pesantren. Pengasuh tidak melarang santrinya untuk mengikuti

kegiatan kampus karena itu akan membantu santri lebih berkembang.

Akan tetapi ketika sudah masuk dalam pesantren ini santri harus

mengikuti semua peraturan yang ada karena aturan tersebut santri juga

ikut andik dalam pembuatan aturan tersebut. Jadi sudah sayogyanya

jika aturan tersebut dapat dipatuhi dengan baik.

b. Sarana Prasarana

Pendidikan life skills membutuhkan sarana prasarana yang

memadahi dan representatif. Di sini, dibutuhkan anggaran yang besar

dan memadahi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana prasarana

ini, jangan sampai membebani santri. Dalam pengadaan sarana

prasarana di pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang

masih dalam tahap penyediaan karena pesantren ini masih tergolong

baru dan masih dalam proses perintisan.

Studi bunding bisa dijadikan sebagai salah satu cara jika

peralatan masih sulit didapatkan. Misalnya dalam pelajaran jurnalistik,

santri bisa diajak langsung ke tempat media masa melihat bagaimana

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

86

proses pemberitaan, editing, pembuatan headline, proses cetak sampai

pada proses pemasaran. Misalnya dalam pembuatan baju santri dapat

mengunjungi kompeksi dalam proses pembuatan pola, penjahitan

sampai pada pemasaran.

c. Evaluasi

Evaluasi di podok pesantren ini sebenarnya belum dirumuskan

dengan baik. Akan tetapi pesantren ini mengguanakan sistem evaluasi

hasil kerja santri yang hanya difokuskan pada kecakapan vokasional.

Akan tetapi untuk kecakapan lain belum ada alat yang dijadikan

sebagai standar nilai dalam proses evaluasi. Dalam pesantren ini

memang tidak semua materi yang diajarkan itu dapat dievaluasi

dengan cara dikuantifikasi karena hal ini akan mengurangi kelenturan

pesantren.

Akan tetapi dalam proses pendididkan evaluasi menjadi sangat

penting untuk diterapkan meskipun dilembaga non formal sekalipun,

hal ini menjadi penting karena evaluasi ini dapat dijadikan sebagai alat

ukur sejauh mana santri dapat memahami dan menguasai materi yang

telah mereka terima selama berproses di pesantren.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

87

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan pada tiap bab di atas skripsi

dengan judul “Pelaksanaan pendidikan life skills di pondok pesantren

Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang ” dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Pelaksanaaan pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah

Be-songo ini belum sepenuhnya berjalan dengan baik, masih banyak sekali

yang perlu diperbaiki. Hal ini dapat terlihat dalam proses perencanaannya

yang kurang matang karena aspek pencatatan belum dilakukan, akan tetapi

proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan evaluasi

pembelajaran kurang efektif karena untuk saat ini baru dalam proses

perumusan. Melihat hal tersebut kiranya dipandang perlu adanya penataan

kembali agar pendidikan life skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-

Songo Ngaliyan Semarang dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga

mampu menciptakan jiwa santri yang lebih berkualitas dan kompetitif.

Para santri di pesantren ini tidak hanya menerima skills keagamaan

saja seperti majlis ta’lim (kajian kitab kuning dan kajian tafsir

kontemporer), program da’i dan seni hadroh namun mereka diajari

bagaimana mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupan di masa

mendatang dengan beberapa suguhan menu life skills yang bervariasi.

Diantaranya memasak, menjahii, merias, dan kerajinan tangan lainnya

seperti membuat gelang, bros, sulam pita, kreatifitas dari kain flanel dan

lain sebagainya. Denagan beberapa bekal di pesantren tersebut dapat

memberikan kredit point bagi mereka dalam mengadapi kehidupan di

masa mendatang. Akan tetapi masih banyak yang harus dibenahi terkait

dengan tahap perencanaan dan evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan life

skills di pesantren tersebut.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

88

B. Saran

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak agar

pelaksanaan pendidikan life skills di pesantren dapat tertata lebih baik,

maka kiranya penulis menawarkan saran-saran berikut:

1. Bagi Pihak pesantren :

Hendaknya lebih membuka diri terhadap pemikiran-pemikiran

baru yang dapat dijadikan landasan pemikiran ke arah kemajuan dan

perkembangan yang lebih baik, sehingga akan dapat mengikuti atau

bahkan ikut mewarnai perubahan dan perkembangan zaman. Karena

pondok pesantren memiliki kelebihan dan keunggulan dibanding

dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain.

Ponpes DAFA Be-Songo hendaknya lebih pro aktif untuk bekerja

sama dengan lembaga-lembaga kursus lainnya atau mengadakan studi

bunding agar bisa menjadi perbandingan dan pertimbangan demi

perbaikan.

2. Bagi Pihak Luar:

a. Hendaknya wali santri selalu memberikan dukungan atau saran yang

bermanfaat terhadap program-program life skills, sehingga santri

dapat menikmati pendidikan dengan layak, dapat selalu mandiri dan

berinteraksi dengan baik di tengah masyarakat.

b. Hendaknya masyarakat dan pemerintah memberikan perhatian lebih

terhadap dunia pesantren dalam meningkatkan mutu anak bangsa,

sehingga mereka dapat bersaing di era global ini.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Asmani, Ma’mur, Jamal, “sekolah life skills,” Lulus Siap Kerja!,Jogjakarta : Diva Press, 2009.

Departemen Agama Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,Pedoman Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)dalam Pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah dan MadrasahTsanawiyah, (Jakarta: Departemen Agama Direktorat JendralKelembagaan Agama Islam, 2005.

Efendi AR., Moch., “Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup diPesantren Pondok (Studi Kasus Pesantren Kyai Ageng SeloKlaten)”, skripsi, Semarang: Program Strata satu IAINwalisongo, 2009.

Gazali, Bahri, Pendidikan Pesantren Berwawasan, Jakarta: Pedoman IlmuJaya, 2001.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989.

Haedari, Amin, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitasdan Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press,2004.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara,2011.

Hajar, Ibnu, Kiai di Tengah Pusaran Politik, Jakarta: IRCiSoD, 2009.

Khasanah, Fitriyatun, “Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis dalamMeningkatkan Life Skill Santri Pondok Pesantren (studi kasusdi pondok pesantren Al-Ishlah desa Serangsari KecamatanKejajar Kabupaten Wonosobo),”, skripsi, Semarang: ProgramStrata satu IAIN walisongo.

Minan M. Wahabul, “Urgensi Pendidikan Pesantren dalam PembentukanKepribadian Muslim.”, skripsi, Semarang: Program Strata satuIAIN walisongo, 2007.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

Misbahul, Munir, “Tolong Menolong dalam Kehidupan Santri (StudiKasus Di Pondok Pesantren Darun Najah Tugu Semarang)”,skripsi, Semarang: Program Strata satu IAIN walisongo.

Muthohar, Ahmad, Ideologi Pendidikan Pesantren, Pesantren di TengahArus Ideologi-Ideologi Pendidikan,Semarang: Pustaka RizkiPutra, 2007.

Muhtarom, “Urgensi Pesantren Dalam Pembentukan KepribadianMuslim”, dalam Ismail SM, dkk., Dinamika Pesantren danMadrasah , Yogyakarta: pustaka pelajar bekerja sama denganfakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2002.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif Pendekatan Positiftik,Rasionalistik, Phenomenologik, Dan Realisme MetaphisikTelaah Studi Teks Dan Penelitian Agama, Yogyakarta: PTBayu Indra Grafika, 1969.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi),Bandung: PT Remaja, 2007.

Masyhud, M. Sulthon Dan Khusnurdilo, Moh, Manajemen pondokpesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2004.

Nafi, Dian, dkk. Praksis Pembelajaran Pesantren, Yogyakarta: PT LkiS,2007.

Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak SejarahPendidikan Era Rosulullah Samapi Indonesia, Jakarta:Kencana, 2007.

Nata, Abuddin, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Grafindo,2001.

Pedoman penulisan skripsi program strata satu (S.1), Semarang: FakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010.

Qomar, Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodologi MenujuDemokratisasi Institusi, PT Gelora Aksara Pratama2007.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung :CV Alfabeta, 2009.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2007.

Subagyo, Joko, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta: PTRineka Cipta, 2004.

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Suranto, “Konsep Kecakapan Hidup (Life Skills) dan Implikasinya dalamPendidikan Islam”, skripsi Yogyakarta: program strata satuUIN Sunan Kalijaga, 2009.

Taufiq, Imam, understanding Conflik, di sampaikan pada acara Pelatihanpeningkatan kapasitas pesantren dan resolusi konflik diIndonesia pada tanggal 13 February 2012.

Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam bekerja sama dengandirektorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren danProyek Peningkatan pendididkan luar sekolah pada pondokpesantren, Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta:Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003.

Tim broad Based Education Depdiknas, Kecakapan Hidup MelaluiPendekatan Pendidikan Berbasis Luas, (Surabaya: SurabayaIntellectuaal Club (SIC) bekerja sama dengan lembagapengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Surabaya(Unesa) , 2002.

REFRENSI INTERNET

Dimyathi, M. Syairozi, Mencermati Kurikulum Tafsir di Pesantren danMadrasah Tsanawiyah di Indonesia, dalamhttp://www.psq.or.id/index.php/in/component/content/article/102-artikel/211-mencermati-kurikulum-tafsir-di-pesantren-dan madrasah-tsanawiyah-di-indonesia. diaksespada hari Kamis tanggal 26 April 2011 pada pukul 09.00 WIB.

Sumber Primer dan Sumber Sekunder dalamhttp://nagabiru86.wordpress.com/ diakses pada tanggal 1 maret2012 pada pukul 10.21.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

Mohan, Hanafi, dalam http://hanafimohan.blogspot.com/2009/05/cerbung-senja-merah-jingga-16-seni.html, di akses pada tanggal 05maret 2012 pada pukul 10.26

REFRENSI HASIL WAWANCARA

Hasil wawancara dengan Hj Arikhah, M.Ag., pengasuh pondok pesantrenDarul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang, Jum’at Tanggal 23Maret 2012.

Hasil Wawancara Dengan Nur I’anah, M.Ag , pengurus Pondok PesantrenDarul Falah Be-songo Semarang, Sabtu Tanggal 17 maret2012.

Hasil Wawancara Dengan Rofi’atus Sholihah , pengurus PondokPesantren Darul Falah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 22April 2012.

Hasil Wawancara Dengan Zuhairotul Barokah, santri dan pengurusPondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang, KamisTanggal 3 Mei 2012.

Hasil Wawancara Dengan Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuhPondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang, Jum’atTanggal 23 maret 2012.

Hasil Wawancara Dengan Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag , pengasuhPondok Pesantren Darul Falah Be-songo Semarang, RabuTanggal 25 April 2012.

Hasil Wawancara Dengan Ustadz Hasan Asy’ari, Ustadz PondokPesantren Darul Falah Be-songo Semarang, Jum’at Tanggal 22April 2012.

Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software.c

om Click t

o buy NOW!

PDF-XChange

ww

w.tracker-software

.com

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap : Shofwatin Ni’mah 2. Tempat & Tgl. Lahir : Jepara 11 Mei 1991 3. NIM : 083111109 4. Alamat Rumah : Pancur 36/07 Mayong Jepara

HP : 085727450728 E-mail : [email protected]

B. Riwayat pendidikan 1. Pendidikan Formal :

a. MI Miftahul Ulum Jepara b. MTs Hasan Kafrawi Jepara c. MA Hasan Kafrawi Jepara d. IAIN Walisongo Semarang

2. Pendidikan Non-Formal : a. TPQ Roudlotus Su’ada’ b. Madin Roudlotus Su’ada’ c. Pondok Prsantren Darul Falah Be-songo Semarang

Semarang, 29 Mei 2012

Shofwatin Ni’mah NIM: 083111109

DAFTAR SINGKATAN

BBE : Board Based Education

DAFA : Darul Falah

GLS : General Life Skills

IAIN : Institut Agama Islam Negeri

KH : Kyai Haji

KUBI : Kamus Umum Bahasa Indonesia

Madin : Madrasah Diniyah

MBPP : Manajemen Berbasis Pondok Pesantren

Ponpes : Pondok Pesantren

QS : Qur’an Surah

SAC : Self Access Centre

SLS : Specific Life Skills

SWT : Subhanahuwata’ala

TPQ : Taman Pendidikan Qur’an

UU : Undang-Undang

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Ustadz dan Ustadzah Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang

Tabel 2 Jadwal Harian Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Semarang Tabel 3 Jadwal Mingguan Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Semarang Tabel 4 Jadwal Bulanan Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Semarang Tabel 5 Kegiatan Kajian Kitab Kuning di Pondok Pesantren Darul Falah

Be-Songo Semarang Tabel 6 Kegiatan Pelatihan Da’i di Pondok Pesantren Darul Falah Be-

Songo Semarang Tabel 7 Kurikulum Akademik Penunjang Kegiatan Kampus di Pondok

Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang Tabel 8 Kurikulum Akademik Keagamaan di Pondok Pesantren Darul

Falah Be-Songo Semarang Tabel 9 Kurikulum Vokational Skills di Pondok Pesantren Darul Falah

Be-Songo Semarang Tabel 10 Kurikulum Pengabdian Masyarakat di Pondok Pesantren Darul

Falah Be-Songo Semarang

Lampiran 1: Hasil Wawancara

HASIL WAWANCARA TAK TERSTRUKTUR

DENGAN PENGASUH

PONDOK PESANTREN “DARUL FALAH BE-SONGO” SEMARANG

Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag Hj Arikhah, M.Ag. Di kediaman pengasuh pondok pesantren

Jum’at, 23 Maret 2012 pada Jam 07.00 – 08.30 WIB

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?

Pesantren Darul Falah Be-Songo berdiri sejak tahun 2008. Bermula dari

sebuah kost putri tersebut, kini Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Semarang mampu merubah “image” kost putri menjadi Pondok Pesantren

(PONPES) putri, yaitu Darul Falah Be-Songo yang mana nama tersebut

tafa’ul dari Ponpes Darul Falah Jekulo Kudus.

2. Apa yang menjadi Visi Misi dalam mendirikan Pondok Pesantren Darul

Falah Be-songo?

VISI:

Visi Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang, yaitu:

“Pusat pendidikan dan pengembangan SDM santri yang memiliki

keteguhan spiritualitas, keluhuran akhlak, keunggulan pengetahuan dan

kecakapan hidup agar mampu meenghadapi tantangan zaman”.

MISI:

Untuk mencapai visi tersebut, Pesantren Darul Falah Be-Songo

Semarang, telah menyusun langkah-langkah strategis, dalam bentuk

misi pesantren, yaitu:

a. Melaksanakan pembelajaran agama Islam dengan mengutamakan

pengalaman untuk mewujudkan lulusan yang memiliki keteguhan

spiritualitas dan keluhuran akhlak.

b. Melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan kemempuan

berfikir kritis dan kreatif melelui diskusi, debat ilmiah dan

pemecahan kasus.

c. Mengembangkan kegiatan pelatihan ketrampilan untuk

mewujudkan lulusan yang memiliki kecakapan hidup agar mampu

menghadapi tantangan zaman.

3. Apa yang menjadi alasan utama memilih program life skills untuk di

terapkan di Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?

Alasan dalam memilih program life skills untuk diterapkan di Ponpes

DAFA Be-Songo karena ingin mengembangkan potensi manusiawi santri

untuk menghadapi perannya di masa datang dan membekali satri agar

mereka dapat survive ketika terjun di tengah bemasyarakat. Disamping itu,

mereka dapat membuka wawasan berfikir keduniaan.

4. Berapa jumlah santri di Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?

Pada awal berdirinya pesantren ini tepatnya tahun 2008 jumlah santri

mencapai 18 santri. Di tahun kedua 2009 terdapat penambahan santri 17

orang. Di tahun ketiga 2010 panambahan santri 4 orang, dan di tahun

keempat 2011 terdapat penambahan 14 santri dan di tahun 2012 bertambah

dua santri dan jumlah total santri sekitar 53 orang.

Dengan adanya seleksi baik itu seleksi dari pengasuh maupun seleksi alam

banyak santri yang pindah dari pesantren ini, sekarang jumlah santri di

pondok pesantren ini sebanyak 36 santri.

5. Bagaimana keadaan fisik Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?

Keadaan fisik pondok pesantren Darul Falah Be-Songo berupa asrama 3

lantai di perumahan Bank Niaga Blok B-9 dan bangunan 1 lantai di C-9,

pusat kegiatan pesantren di blok A-7. Rumah pengasuh di Blok B-13 dan

C-9.

6. Bagaimana kurikulum pendidikan life skills di pesantren DAFA Be-

Songo?

Kurikulum pendidikan life skills di pesantren terdri dari :

a. Kecakapan akademik

1) Akademik Penunjang kegiatan kampus

Akademik penunjang kampus seperti bahasa, komputer,

jurnalistik, resolusi konflik halaqah dan debat

2) Akademik keagamaan

Akademik keagamaan terdiri dari tahfidzul Qur’an, majliss

ta’lim, membaca surat yasin dan tahlil, membaca diba’,

membaca asmaul husna, sholawat nariah, sholat tahajud,

program da’i dan seni hadroh

b. Kecakapan vokasional

1) Memasak

2) Menjahid

3) Kerajinan tangan

4) Tata rias

c. Kecakapan sosial

1) Mengajar TPQ, Madin

2) Penanaman dan perawatan pohon palem

3) Posyandu

4) Kebersihan lingkungan

7. Bagaimana penerapan pendidikan kecakapan hidup (life skills) di Pondok

Pesantren Darul Falah Be-songo?

Penerapan pendidikan life skillls di pondok pesantren Darul Falah Be-

Songo adalah :

a. Kecakapan keagamaan tidak jauh berbeda dengan pesantren pada

umumnya, seperti majlis ta’lim, adanya program da’i, seni hadroh

b. Kecakapan sosial diantaranya mengadakan kerja bakti di

lingkungan perumahan Bank Niaga, kegiatan penanaman pohon

palem di pinggir jalan di perumahan Bank Niaga, mengikuti

kegiatan pengabdian masyarakat seperti posyandu, ngajar TPQ dan

Madin,

c. Kecakapan akademik, diantaranya halaqah (diskusi), komputer,

bahasa asing, amtsilati dan jurnalistik

d. Kecakapan vokasional (kejuruan), diantaranya ada kerajinan

tangan, tata boga, dan menjahit.

8. Bagaimana evaluasi pembelajaran life skills di Pondok Pesantren Darul

Falah Be-songo?

Tidak semua materi yang diajarkan di pesantren dapat dikuantifikasi,

karena jika semua materi yang diajarkan di pesantren dikuantifikasi maka

hal ini akan mengurangi kelenturan pesantren. Evaluasi di popes DAFA

ini msih kurang efektif, masi perlu penataan kembali desain pendidikan di

pesantren.

9. Apa yang menjadi harapan dari hasil out-put santri program life skills di

Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?

Harapan dari out-put santri pesantren Darul Faah adalah sebagai berikut:

a. Santri dapat mengembangkan kemampuan dalam berfikir

b. Santri dapat memecahkan problema kehidupan secara konstruktif,

inovatif dan kreatif

c. Santri dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh di pesantren

10. Apa yang menjadi hambatan dalam penerapan program life skills di

Pondok Pesantren Darul Falah Be-songo?

Hmbatan dalam penerapan program life skills di pondok pesanren Darul

Falah Be-Songo adalah

1. Minimnya sarana prasarana dan fasilias dalam proses pembelajaran

2. Kesulitan santri dalam membagi waktu antara kegiatan luar dan

kegiatan pondok

3. Kurangnya tenaga pengajar

4. Kurangnya kesadaran para santri terhadap peraturan yang ada

5. Lemahnya tingkat kesadaran akan ta’ziran bagi para pelanggar

11. Bagaimana latar belakang masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darul

Falah Be-songo?

Latar belakang sosio-historis pesantren Darul Falah Be-Songo Semarang

berada di pusat kota dengan penduduk yang cukup padat. Pesantren ini

berada di tengah-tengah masyarakat perumahan Bank Niaga. Pesantren ini

merupakan salah satu dari sekian ribu pesantren yang ada di lingkungan

perkotaan.

HASIL WAWANCARA TAK TERSTRUKTUR

BERSAMA PENGURUS PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO

Zuhaerotul Barokah (Lurah Pondok), Rofatus Sholihah (Sekretaris),

Ana Khoiriyah (Dep. Pendidikan), dan Nur I’anah (Dep. Peribadahan)

Di Asrama Pondok Pesantren Jum’at, 23 Maret 2012

1. Bagaimana tanggapan saudari mengenai pengasuh pesantren ini?

pengasuh pesantren ini merupakan pengasuh yang berwibawa, tegas

dalam mengambil keputusan, bisa juga menjadi sosok sahabat dalam

berbagi dan menjadi guru dalam berdiskusi.

2. Bagaimana latar belakang Santri DAFA bila ditinjau dari sisi asal dan dari

pendidikan ?

Bila ditinjau dari asal santri kebanyakan dipenuhi dari beberapa Kota di

Pulau jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Rata-rata

mereka berasal dari kota Pantura seperti Brebes, Batang, Demak, Jepara,

Kudus, Pati, Rembang. Sebagiannya ada yang dari luar pulau Jawa seperti

Kalimantan dan Sumatera. Kemudian ditinjau dari pendidikan santri

mereka semua adalah mahasiswa IAIN Walisongo dari berbagai jurusan

3. Bagaiman proses pembelajaran life skills di Pondok Pesantren Darul Falah

Be-songo?

Proses pembelajaran life skills berjalan dengan baik dan kondusif, hal ini

karena manajemen pengelolaan kelas dan santri disesuaikan denagn

kebutuhan dan materi. Selain itu metode yang diterapkan dalam

pembelajaran tersebut cukup variatif, tidak hanya sorogan, bandongan dan

hafalan akan tetapi ada beberapa metode diantaranya ada diskusi, metode

latihan ketrampilan, metode kerjasama dan metode pemberian tugas dan

resitasi.

4. Bagaimana aktifitas keseharian santri di Pondok Pesantren Darul Falah

Be-songo?

Aktifitas keseharian santri Darul Falah Be-Songo sarat dengan nilai-nilai

keagamaan dan pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dalam jadwal

keseharian, mingguan, bulanan dan tahunan di Pondok Pesantren Darul

Falah Be-Songo Semarang.

5. Apa program kerja yang dijadikan sebagai pendukung program life skills?

Program kerja yang dijadikan sebagai pendukung kegiatan life skills

adalahkegitan keiatan akademik penunjang kegiatan kampus, akademik

keagamaan, pengabdian masyarakat sebagai salah satu kcakapan social,

kemudian kecakapan vokasional seperti pelatihan masak, jurnalistk,

resolusi konflik, dan masih banyak lagi yang lainnya.

HASIL WAWANCARA TAK TERSTRUKTUR

DENGAN SANTRI PONDOK PESANTREN

DARUL FALAH BE-SONGO

Naili Salamah (Mahasiswi IAIN Jurusan AS smt VI), Ana Faehah (Mahasiswi IAIN Jurusan Tadris smt. IV)

dan Elysa Najahah (Mahsiswi IAIN Jurusan Perbankan smt. II) Di Asrama Pondok Pesantren

Sabtu, 17 Maret 2012

1. Apa yang menjadi tujuan saudara memilih pesantren ini?

Pesantren modern seperti Darul Falah Be-Songo akan menjadi incaran

banyak orang, apalagi mahasiswa IAIN, Selain dekat dengan kampus

tempatnya juga setrategis. Selain itu, di pesantren ini akan dibekali

bagaimana agar kita bisa survive dalam bermasyarakat. Hal ini karena

pesantren ini menyuguhkan banyak menu dari menu agama sampai pada

menu ketrampilan. Jadi wajar jika saya memilih pesantren ini.

2. Apa yang saudara ketahui tentang pendidikan life skills?

Menurut saya, pendidikan life skills merupakan pendidikan yang

memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada

santri tentang nilai-nilai kehidupan yang dibutuhkan dan berguna bagi

perkembangan kehidupan santri, selain itu pendidikan life skills akan

memberikan bekal kepada santri untuk menghadapi tantangan zaman.

3. Bagaimana tanggapan saudara mengenai kegiatan life skills di Pondok

Pesantren Darul Falah Be-songo?

Kegiatan life skills di pondok pesantren ini terlihat berjalan dengan baik,

hal ini karena banyak faktor diantaranya, antusias santri dalam mengikuti

setiap kegiatan, dukungan dari masyarakat sekitar terhadap semua

kegiatan di pesantren. Yang terpenting pengasuh sangat care terhadap

semua kegiatan di pesantren. Hal ini akan menjadi semangat tersendiri

bagi santri.

4. Bagaimana saudara mengatur waktu untuk kegiatan kuliah dan kegiatan

pondok?

Pengaturan waktu untuk kegiatan kuliah dan kegiatan pondok hampir

tidak ada yang tabrakan jadi kami dapat mengikutinya dengan baik. Rata-

rata kegiatan berlangsung pada waktu malam hari dan hari-hari libur

kuliah.

5. Apa yang akan saudara lakukan untuk mengembangkan life skills saudara

ketika nanti sudah lulus?

Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pengembangan life skills

setelah kami lulus diantaranya :

a. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh di pondok pesantren

b. Membuat home industri kerajinan tangan

c. Ingin menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar di

desa

d. Ingin menyalurkan bakat kepada yang lain

Lampiran 3 : Hasil Observasi

HASIL OSERVASI PARTISIPAN

DI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO

Kamis – Rabu, 01 Maret – 23 Mei 2012

NO STATEMEN Ya Kurang Tidak

1 Letak geografis dari objek penelitian

strategis √

2 Sarana prasarana pendukung kegiatan

life skills √

3 Perencanaan pendidikan life skills √

4 Pelaksanaan pembelajaran life skills

berjalan dengan efektif √

5 Evaluasi pendidikan life skills berjalan

efektif √

6

Dukungan masyarakat dalam kegiatan

pendidikan life skills di ponpes DAFA

Be-Songo Semarang

7

Antusias santri dalam kegiatan

pendidikan life skills di ponpes DAFA

Be-Songo Semarang

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap : Shofwatin Ni’mah 2. Tempat & Tgl. Lahir : Jepara 11 Mei 1991 3. NIM : 083111109 4. Alamat Rumah : Pancur 36/07 Mayong Jepara

HP : 085727450728 E-mail : [email protected]

B. Riwayat pendidikan 1. Pendidikan Formal :

a. MI Miftahul Ulum Jepara b. MTs Hasan Kafrawi Jepara c. MA Hasan Kafrawi Jepara d. IAIN Walisongo Semarang

2. Pendidikan Non-Formal : a. TPQ Roudlotus Su’ada’ b. Madin Roudlotus Su’ada’ c. Pondok Prsantren Darul Falah Be-songo Semarang

Semarang, 29 Mei 2012

Shofwatin Ni’mah NIM: 083111109

PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BE-SONGO Perumahan Bank Niaga B-9 Ngaliyan Semarang 50185, Telp. 024-7615246,

Email :[email protected]

SURAT KETERANGAN Nomor:16 /PP-DF/be-songo/V/2012

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag

Pekerjaan : Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah be Songo

Alamat : Perum Bank Niaga B.13 Ngalian Semarang

Dengan ini menerangkan bahwa:

Nama : Shofwatin Ni’mah

Tempat/ TanggalLahir : Jepara, 11 Mei 1991

NIM : 083111109

Fak/ Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam

Telah melakukan penelitian di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo

Semarang sehubungan dengan Skripsi yang berjudul: Pelaksanaan Pendidikan

Life Skills di Pondok Pesantren Darul Falah Be-Songo Ngaliyan Semarang,

mulai tanggal 1 Maret s/d 23 Mei 2012.

Demikian surat keterangan ini dibuat, untuk dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Semarang, 8 Mei 2012

Pengasuh

Dr. H. Imam Taufiq, M.Ag

.