Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PADA PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI
SMA NEGERI 28 JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
OLEH:
IDA FARIDA
106011000103
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA
PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PAI DI SMA NEGERI
28 JAKARTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Oleh :
Ida Farida
NIM: 106011000103
Di Bawah Bimbingan :
Siti Khadijah, M. A
NIP: 19660703 199403 1 004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Ida farida
Tempat/Tgl.Lahir : Majalengka, 27 Mei 1988
NIM : 106011000103
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 28 Jakarta.
Dosen Pembimbing : Siti Khadijah, M.A
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 21 Mei 2011
Mahasiswa Ybs.
Materai 6000
Ida Farida
NIM. 106011000103
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Ida Farida (106011000103) yang berjudul “Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28
Jakarta” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada
tanggal 20 Juni 2011 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) pada jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 20 Juni 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Jurusan PAI
Bahrissalim, M.Ag .................. ......................
NIP. 19680307 199803 1 002
Sekretaris Jurusan PAI
Drs. Sapiudin Sidiq, MA .................. ......................
NIP. 19670328 200003 1 001
Penguji I
Dra. Hj. Elo al-Bugis, M.A. .................. ......................
NIP. 19560119 199403 2 001
Penguji II
Drs. E. Kusnadi .................. ......................
NIP. 19460201 196510 1 001
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP. 19571005 198703 1 003
i
ABSTRAK
Nama: Ida Farida, NIM: 106011000103, Implementasi Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) Pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta,
Skripsi Program Strata I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2011. Sebagai tenaga profesional, para guru dituntut
untuk melaksanakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas
disamping tugas pokoknya yaitu mengajar dan membimbing siswa untuk dapat
mengembangkan dirinya. Guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima
pembaharuan yang telah tuntas dikembangkan, tetapi diharapkan guru dapat aktif
berperan serta dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dialami di kelas
melalui kegiatan penelitian. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu solusi
untuk permasalahan pembelajaran di kelas, namun belum banyak guru PAI yang
melakukan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah pembelajaran dan
untuk meningkatkan efektivitas belajar. Penerapan PTK akan berhasil dan
berjalan dengan baik bila didorong oleh keinginan guru untuk melakukan
perbaikan pembelajaran dan komitmen yang kuat dari guru yang bersangkutan,
bukan karena keinginan untuk mendapat imbalan finansial semata. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 28 Jakarta, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembelajarannya, dan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penelitian
tindakan kelas pada mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta. Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode
ini penulis dukung dengan teknik-teknik pengumpulan data yang meliputi
observasi, dokumentasi dan wawancara. Dari pengumpulan data yang dilakukan,
dan membandingkan antara satu metode dengan metode yang lainnya, maka
penulis menemukan bahwa implementasi penelitian tindakan kelas pada mata
pelajaran PAI yang dilaksanakan di SMAN 28 Jakarta meliputi 8 langkah. Yaitu:
1) ide awal, 2) prasurvey, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi tindakan,
6) observasi, 7) refleksi, dan 8) penyusunan laporan. Berdasarkan pembandingan
praktek yang dilakukan dengan teori yang didapat dari berbagai literatur, maka
penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA Negeri 28 Jakarta termasuk
penelitian yang berhasil.
ii
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas
rahmat, karunia, dan hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga penulis
mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul: “Implementasi
Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta.”
Shalawat serta salam penulis haturkan pula kepada Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa.
Karya tulis yang sederhana ini, merupakan skripsi yang diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai tugas akhir perkuliahan guna mencapai sarjana strata
I (S.Pd.I).
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan; walaupun waktu, tenaga, dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Selama penyusunan skripsi ini dan selama penulis belajar di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam, penulis banyak
mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga
kepada:
1. Prof. DR. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Siti Khadijah, MA., Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing
dan mengarahkan selama berlangsungnya penulisan skripsi ini, juga
memberikan ruang kebebasan kepada penulis untuk menentukan berbagai
proporsi, kategori dan interpretasi pada skripsi ini.
iii
4. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, M. Ag., Dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Sembah patuh ananda kepada kedua orang tua tercinta yaitu: ayahanda (Epen
Afandi), ibunda (Uju Jubaidah) yang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan
dalam memberikan do’a, bantuan moril maupun materil, serta motivasi
terbesar kepada penulis. Dan adikku tersayang Ahmad Sa’id Fandi yang selalu
mendo’akan dan memberikan motivasi untuk penulis.
6. Para dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan motivasi dan pelayanan serta bimbingan dalam mengembangkan
pemikiran dan intelektualitas selama belajar di bangku perkuliahan.
7. Bapak Drs. H. Edi Sumarto, selaku kepala sekolah SMAN 28 Jakarta dan para
guru serta staff SMAN 28 Jakarta.
8. Bapak Drs. Dwi Arsono, M.Si, selaku WAKASEK bidang humas yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan
telah meluangkan waktunya.
9. Ibu Dra. Siti Mas’amah dan bapak Suhartoyo, BA., selaku guru PAI di SMAN
28 Jakarta yang telah meluangkan waktunya kepada penulis guna memberikan
informasi yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. A’ Asep yang selalu meluangkan waktu untuk membantu dan memberi
semangat pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk sahabat-
sahabat dan saudara penulis (Mamay, Uni Vera, Lili, Ikenk, Dhaso, Teh Izma,
k’eLbe, Goni, ebih) yang senasib sepenanggungan, berbagi suka dan duka.
Yang selalu membantu dan memberikan motivasi.
11. Teman-teman PAI angkatan 2006 khususnya PAI C angkatan 2006 yang
senasib dan seperjuangan, penulis senang berteman dengan teman-teman.
12. Kepala sekolah dan rekan guru TK IT QOF Bambu Apus yang telah
memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan
semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
iv
Kepada semuanya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga,
semoga Allah SWT membalas kebaikan yang kalian berikan dan apabila penulis
ada kesalahan, kekurangan dan kekhilafan mohon dimaafkan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
baik dari sistematika, bahasa maupun materi. Atas dasar ini, komentar, saran dan
kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini, dapat membuka
cakrawala yang lebih luas bagi pembaca sekalian dan semoga bermanfaat untuk
kita semua amin.
Jakarta, 21 Mei 2011
Penulis
Ida Farida
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. Perumusan Masalah .................................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Penelitian tindakan kelas ............................................................. 9
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ................................... 9
2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ............................ 12
3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ........................ 14
4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ....................................... 17
5. Keunggulan Penelitian Tindakan Kelas ................................ 22
B. Pendidikan Agama Islam ............................................................ 23
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ..................................... 23
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam .......................................... 27
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ............................. 29
4. Faktor-faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan PAI 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
B. Metode Penelitian ....................................................................... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 36
D. Analisis Data ............................................................................... 39
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta................ 40
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta ....................... 41
3. Keadaan Guru dan Karyawan .................................................. 43
4. Keadaan Siswa ......................................................................... 44
5. Keadaan Sarana dan Prasarana................................................. 45
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 46
1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta ........................... 46
2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI ....................... 47
3. Implementasi PTK pada Mata Pelajaran PAI .......................... 48
a. Ide Awal yang Ditemukan ................................................... 49
b. Prasurvey ............................................................................ 49
c. Diagnosis ............................................................................ 50
d. Perencanaan ........................................................................ 50
e. Implementasi Tindakan ...................................................... 54
f. Observasi ............................................................................ 59
g. Refleksi .............................................................................. 60
h. Penyusunan Laporan .......................................................... 62
C. Analisis Data Hasil Temuan ........................................................ 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 66
B. Saran .......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi wawancara ..................................................................... 37
Tabel 2 Keadaan guru dan karyawan SMAN 28 Jakarta .......................... 43
Tabel 3 Keadaan siswa SMA Negeri 28 Jakarta ....................................... 44
Tabel 4 Keadaan sarana dan prasarana SMAN 28 Jakarta ........................ 45
Tabel 5 Rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas ........................... 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan bangsa. Masa depan suatu
bangsa bisa dilihat melalui sejauhmana komitmen masyarakat dalam suatu
bangsa menjalankan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah untuk
bertaqwa serta beriman kepada Allah. Tujuan pendidikan ini sejalan dengan
tujuan penciptaan manusia, pengabdian kepada Allah. Yang ditegaskan dalam
Al Qur’an dalam surat Adz Dzariyat ayat 56:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyaat:56).
Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.1
1Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009),
Cet. II, h. 7.
2
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, sejak
adanya manusia di muka bumi ini dengan peradabannya maka sejak itu pula
pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan dan pengajaran. Berbeda
dengan masa sekarang, dimana pendidikan dan pengajaran itu diselenggarakan
di sekolah maka pada masa lampau kegiatan dilaksanakan di dalam kelompok-
kelompok masyarakat, yang dewasa disebut dengan istilah pendidikan
informal.2
Dari tonggak-tonggak sejarah dapat dilihat bagaimana persoalan-persoalan
yang timbul mereka pecahkan. Pada zaman dahulu dalam kehidupan sehari-
hari, para orang tua mengajar anaknya bagaimana cara menanam dan
memelihara padi, bagaimana cara melakukan pekerjaaan nelayan, bagaimana
cara berdagang, bagaimana cara bertukang membuat rumah, menjahit pakaian,
dan sebagainya.3
Dari lukisan singkat di atas kiranya dapat diperoleh gambaran, bahwa sejak
masa lampau kegiatan proses pendidikan dan pembelajaran itu telah banyak
dilakukan. Dan semakin dekat dengan masa kini semakin berkembang pula
cara dan teknik yang digunakan oleh manusia untuk mendidik dan mengajar
anak-anaknya. Begitu pula di sekolah, seiring perkembangan zaman maka
berkembang pula cara dan teknik yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran guna mendidik dan mengajar siswanya.
Dalam proses pembelajaran guru merupakan orang yang memiliki peranan
penting. Karena guru merupakan orang yang paling sering berhubungan
langsung dengan siswa. Ini menunjukkan bahwa suksesnya sebuah proses
kegiatan pembelajaran itu sangat bergantung kepada guru. Oleh karena itu,
guru dituntut memiliki kompetensi dalam mengajar. Tetapi guru bukanlah satu-
satunya faktor yang berperan dalam proses pembelajaran melainkan ada faktor-
faktor lain yang tidak kalah pentingnya dengan guru yaitu siswa, metode,
media, lingkungan dan sebagainya.4
2Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3.
3Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3.
4 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 8.
3
Upaya peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu fokus di
dalam pembangunan pendidikan Indonesia dewasa ini. Peningkatan kualitas
pendidikan tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain melalui
peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan, pelatihan dan
pendidikan, serta memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran secara professional melalui
kegiatan penelitian secara terkendali.5
Sebagai tenaga profesional, para guru di samping melaksanakan tugas
pokoknya, yaitu mendidik dan membimbing siswa, mereka juga dituntut agar
dapat mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran melalui
penelitian. Dengan demikian, guru tidak lagi cukup hanya sebagai penerima
pembaharuan pembelajaran yang sudah tuntas dikembangkan, melainkan ikut
bertanggung jawab, berperan serta aktif dalam mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya sendiri melalui penelitian yang dilakukan dalam proses
pembelajaran yang dikelolanya.
Penelitian yang dimaksud adalah PTK atau penelitian tindakan kelas. PTK
adalah salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah
pembelajaran di kelas. Ditinjau dari kemanfaatan yang diperoleh dari hasil
PTK, salah satu di antaranya adalah berupa perbaikan praktis, yang meliputi
penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa. Misalnya,
kesalahan-kesalahan konsep dalam memahami materi pembelajaran,
penggunaan desain dan strategi pembelajaran di kelas, penggunaan alat bantu,
media, dan sumber belajar, serta permasalahan dalam penggunaan sistem
evaluasi pembelajaran.6 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya
“Mengenal Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan
cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan
5Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Teori
dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2. 6Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di
Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.
4
secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.7
Tujuan utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation
dan self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu
proses dan hasil belajar siswa.8 Namun pada kenyataannya penulis menemukan
beberapa tujuan pelaksanaan PTK yang menyimpang dari tujuan PTK ini.
Seperti perbincangan penulis dengan seorang kepala sekolah dari SDN
Lebakwangi II Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka yang
menyebutkan bahwa tujuan dari PTK yang guru lakukan hanyalah sebagai
suatu syarat untuk mendapatkan sertifikasi yang akan memberikan kenaikan
gaji.9 Jadi tujuan guru melakukan PTK ini bukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan mutu hasil pembelajaran yang telah diikuti siswa dalam
jangka waktu yang telah ditentukan. Tujuan yang mulanya ingin meningkatkan
kinerja guru itu sendiri menjadi menyimpang dan tidak sampai pada tujuan
awal dilakukannya PTK, Karena memang guru tidak mengetahui tujuan
penerapan PTK tersebut.
PTK di dunia PAI masih jarang dilakukan, belum banyak guru PAI yang
menggunakan PTK sebagai salah satu solusi pemecahan masalah untuk
meningkatkan efektivitas belajar. Sehingga banyak guru PAI yang masih
mengandalkan metode konvensional dalam mengajarkan materi agama
sehingga terkesan monoton dan membosankan, padahal keadaan siswa dari
tahun ke tahun berubah. Tingkat kecerdasan dan kritisnya semakin bertambah.
Maka dengan metode belajar yang biasa seperti yang para guru pelajari di
bangku kuliah beberapa puluh tahun yang lalu sudah tidak tepat lagi bila
diterapkan sekarang.
Seyogyanya guru menyadari bahwa keadaan, pengetahuan, dan kemampuan
siswa semakin berubah dibandingkan keadaan masa lalu saat mereka
7Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT
Indeks, 2009), h. 9. 8Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41.
9Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl.
28 Januari 2010 di Ruang Guru.
5
mempelajari metode untuk mengajar. Cara yang dipakai untuk mengajarkan
pada para siswa dengan latar belakang yang berbeda tentu saja tidak bisa
disamakan terus menerus. Karena sudah barang tentu tidak tepat lagi.
Dalam pelaksanaannya PTK mesti dilakukan oleh guru kelas itu sendiri.
Karena hanya guru dari kelas itulah yang mengenal dengan baik para siswanya,
keadaan kelasnya, dan dialah yang bertanggung jawab terhadap kelas tersebut.
Apabila guru menerapkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka akan terjadi
suatu perbaikan, baik dalam metode mengajar yang digunakan guru,
ketertarikan siswa terhadap apa yang disampaikan oleh guru yang pada
akhirnya akan membuat suatu kemajuan terhadap prestasi seorang siswa dalam
hal menangkap apa yang diajarkan guru di kelas.
Melalui penelitian tindakan kelas masalah-masalah pendidikan dan
pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses
pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik,
dapat diwujudkan secara sistematis.10
Seperti yang telah penulis paparkan
sebelumnya bahwa selain tugas guru sebagai pendidik ia juga dituntut untuk
mengadakan pembaharuan atau perbaikan pembelajaran di kelas, begitu pula
dengan guru PAI. Sehingga ia dapat berperan serta aktif dalam
mengembangkan keterampilannya dan menyelesaikan masalah pembelajaran
secara profesional.
Di sekolah-sekolah umum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
mendapat alokasi waktu belajar lebih sedikit dibanding dengan pelajaran-
pelajaran yang lain, padahal materi agama mencakup banyak aspek, yang
meliputi fiqh, akidah, akhlak dan sejarah. Praktek ibadah, membutuhkan waktu
yang lebih banyak dalam pemahamannya, karena sesuai dengan tujuan
pendidikan agama itu sendiri yaitu membentuk manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, praktek ibadah ini tidak hanya
sebagai syarat untuk mendapatkan nilai dalam pelajaran agama tetapi juga
untuk diterapkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai syarat
10
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)..., h.
4.
6
seorang manusia yang beriman dan bertakwa, yaitu beribadah dengan sungguh-
sungguh kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka dengan waktu belajar yang
minim tersebut tujuan pembelajaran PAI itu sulit tercapai.
Dengan dilakukannya PTK maka akan diketahui mana metode yang paling
tepat diterapkan guru untuk para siswanya, sehingga siswa akan menjadi
tertarik dan memahami apa yang guru sampaikan. Pelaksanaan PTK akan
berhasil, hanya apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang
merupakan aktornya. Selanjutnya, selain persyaratan kemampuan, keberhasilan
pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang merasa
tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK
dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau di dorong oleh keinginan
untuk memperoleh imbalan finansial.11
SMA Negeri 28 Jakarta merupakan salah satu sekolah yang menerapkan
program ISO yang merupakan standar kualitas yang diakui internasional. Visi
dari sekolah ini adalah menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu
bersaing secara global. Jika dilihat dari visi sekolah dan standar internasional
yang disandang oleh sekolah ini maka guru-gurunya dituntut untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Upaya yang dilakukan
sekolah untuk mewujudkan hal ini adalah dengan mengirim guru-gurunya pada
kegiatan-kegiatan pelatihan atau mengadakan pelatihan yang dapat menambah
wawasan guru di sekolah tersebut, contohnya pelatihan PTK, pelatihan ICT
(membuat bahan ajar dengan menggunakan komputer) dan lain sebagainya.
Guru PAI di sekolah ini sudah menerapkan PTK dalam menyelesaikan masalah
pembelajaran yang beliau hadapi. Oleh karena itu penulis memilih tempat ini
sebagai tempat penelitian,
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian
dengan judul “Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada Pembelajaran Mata
Pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta”.
11
Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di
Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.
7
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang pemikiran di atas, maka permasalahan yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kurang variatifnya metode pembelajaran yang diterapkan guru
2. Banyak guru yang belum menerapkan PTK dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran
3. PTK belum menjadi solusi bagi pemecahan masalah pembelajaran
4. Belum adanya kesadaran guru untuk melakukan PTK atas kemauannya
sendiri
5. PTK yang dilakukan sebagian guru hanya sebagai formalitas bukan
bagaimana kualitas pembelajaran dapat meningkat
6. Kurang efektifnya pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI
7. Minimnya alokasi waktu dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah-sekolah umum.
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini penulis akan membatasi masalah yang hendak dibahas.
Penelitian ini akan dibatasi pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada
pembelajaran mata pelajaran PAI yang mencakup pelaksanaan PAI di SMAN
28 Jakarta, pelaksanaan PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kurikulum yang diterapkan dalam pembelajaran PAI, dan pelaksanaan
penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru PAI di SMAN 28 Jakarta.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28
Jakarta?
2. Apa saja kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28
Jakarta?
3. Bagaimana pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di
SMA Negeri 28 Jakarta?
8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMAN 28
Jakarta.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI
di SMA Negeri 28 Jakarta.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara akademik, penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai
pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran
PAI. Selain itu, penelitian ini sebagai persyaratan dalam menyelesaikan
proses perkuliahan strata 1 (S1).
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan
kepustakaan bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mengenai
pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran mata pelajaran
PAI.
3. Secara pragmatis, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi para
mahasiswa, khususnya mahasiswa PAI dan mahasiswa pada umumnya yang
ingin mengadakan penelitian mengenai pelaksanaan penelitian tindakan
kelas pada pembelajaran mata pelajaran PAI.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Pandangan para ahli tentang penelitian tindakan (Action Research)
berbeda-beda, walaupun secara paradigmatik memiliki kesamaan. Ide
tentang penelitian tindakan dikembangkan oleh Kurt Lewin setelah perang
dunia kedua, sebagai suatu cara penanganan masalah sosial. Kurt Lewin
mengemukakan adanya empat frase dalam melaksanakan penelitian
tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.1
Dalam literature berbahasa Inggris, PTK disebut dengan classroom
action research, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia penelitian
adalah pemeriksaan yang teliti, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis,
dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk
memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk
mengembangkan prinsip-prinsip umum.2
1M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang: UIN-Malang Press, 2008),
Cet. I, h. 6. 2Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1.
Jakarta: Balai Pustaka.1988) h. 920.
10
Penelitian tindakan kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami
pengertiannya sebagai berikut:3
a. Penelitian, kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
b. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus
kegiatan.
c. Kelas, sekelompok siswa yang dalam kurun yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru. Batasan yang ditulis untuk
pengertian tentang kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk
melumpuhkan pengertian yang salah dan difahami secara luas oleh
umum dengan “ruangan tempat guru mengajar”. Kelas bukan wujud
ruangan tetapi sekelompok siswa yang sedang belajar.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah
kelas.
Menurut Supardi dalam bukunya “Penelitian Tindakan Kelas”
mengatakan penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang
bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan
untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi
dan situasi.4
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama dalam bukunya “Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas” mengatakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
(1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara
3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91. 4Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), Cet ke-4, h. 104.
11
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.5
Menurut McNiff yang dikutip oleh Mulyasa mengemukakan bahwa
action research adalah: ... a form of self-reflective inquiry undertaken by
participants (teacher, students or principals, for example) in social
(including educational) situations in order to improve the rationality and
justice of (a) their own social or educational practices, (b) their
understanding of these practices, and (c) the situations (and institutions) in
which these practices are carried out.6
Sedangkan menurut Ghony penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan
suatu proses dimana guru dan siswa menginginkan terjadinya perbaikan,
peningkatan, dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan
pembelajaran di kelas dapat tercapai secara optimal. Di samping itu,
penelitian tindakan kelas adalah salah satu stategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah.7
Berangkat dari pengertian para ahli tentang PTK di atas maka dapatlah
diambil beberapa poin kesimpulan tentang PTK. Bahwa penelitian tindakan
kelas (PTK) adalah:
a. PTK merupakan salah satu strategi pemecahan masalah di kelas,
b. Penelitian yang dilakukan oleh guru,
c. Dilakukan di kelasnya sendiri,
d. Adanya perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi tindakannya,
e. Tujuannnya memperbaiki kinerja guru itu sendiri, dan
f. Hasilnya yang diharapkan adalah peningkatan hasil belajar siswa kelas
tersebut.
5Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:
PT Indeks, 2009), h. 9. 6Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151-152. 7 M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 8.
12
2. Prinsip-prinsip PTK
PTK memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di
sekolah. Prinsip tersebut diantaranya:8
a. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar
b. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan
sehingga mengganggu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis yang
dirumuskan cukup meyakinkan.
d. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang cukup
merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari solusinya.
e. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan
tatakrama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh
pimpinan sekolah dan guru sejawat sehinggga hasilnya cepat
tersosialisasi.
f. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam
perspektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerjasama antara guru
dan dosen).
Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya “Penelitian Tindakan
Kelas” dengan memahami prinsip-prinsip dan mampu menerapkannya,
kiranya apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik. Adapun prinsip-
prinsip dimaksud adalah:9
a. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi
rutin. Menagapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya
tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan
kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu,
penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak
mengubah jadwal yang sudah ada.
8Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas…, h. 17.
9Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6.
13
b. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap
manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, peningkatan diri untuk hal
yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi
sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan
untuk lebih baik yang datang susul menyusul.
c. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT,
terdiri atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses
(kelemahan), O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat
hal tersebut dilihat dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa
yang dikenai tindakan. Dengan berpijak pada hal tersebut, penelitian
tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara
kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa.10
d. Upaya empiris dan sistemik
Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan
telah dilakukannya analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan
penelitian tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait
dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait
dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang
digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya
didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait. Jika guru mengupayakan
cara mengajar baru, harus juga memikirkan tentang sarana pendukung
yang berbeda dan lain sebagainya.
e. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi,
dalam proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf
bermakna. Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai
berikut.
10
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 7.
14
S = Specific, khusus, tidak terlalu umum;
M = Managable, dapat dikelola, dilaksanakan;
A = Acceptable, dapat diterima lingkungan, atau
Achievable, dapat dicapai, dijangkau;
R = Realistic, operasional, tidak di luar jangkauan; dan
T = Time-bound, diikat oleh waktu, terencana.11
Setelah penulis memaparkan prinsip-prinsip dari PTK, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pelaku PTK harus memperhatikan prinsip-
prinsip dari PTK. Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut maka
diharapkan pelaksanaan PTK akan berjalan dengan baik dan tujuan yang
diharapkanpun dapat tercapai. Prinsip tersebut yaitu tidak mengganggu
aktivitas utama guru yaitu mengajar, adanya kesadaran untuk memperbaiki
kinerja, dan sebagainya.
3. Langkah-langkah PTK
Dalam melaksanakan PTK ada beberapa langkah-langkah terperinci yang
seharusnya diikuti oleh peneliti/guru, yaitu: 1) adanya ide awal, 2)
prasurvey/temuan awal, 3) diagnosis, 4) perencanaan, 5) implementasi
tindakan, 6) observasi, 7) refleksi, 8) membuat laporan.12
a. Adanya ide awal
Pada umumnya ide awal yang menggayut di PTK ialah terdapatnya
permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas. Ide awal tersebut
diantaranya berupa upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi
permasalahan. Dalam penerapan PTK itu, dapat diketahui hal-hal yang
perlu dilakukan peneliti demi perubahan dan perbaikan dalam kelas yang
sedang diajarnya. Misalnya: guru menemukan cara mengenalkan angka
kepada anak didiknya dengan membuat kartu mainan “Number.”
11
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6-8. 12
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h.
38.
15
b. Prasurvey
Prasurvey dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang
terdapat di kelas yang akan diteliti. Biasanya PTK ini dilakukan oleh
guru dan dosen. Bagi pengajar yang bermaksud melakukan penelitian di
kelas yang menjadi tanggung jawabnya, tidak perlu melakukan prasurvey
karena berdasarkan pengalamannya selama dia di depan kelas sudah
secara cermat dan pasti mengetahui berbagai permasalahan yang
dihadapinya, baik yang berkaitan dengan kemajuan siswa, sarana
pengajaran maupun sikap siswanya.
c. Diagnosis
Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnosis
atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan
yang muncul di dalam satu kelas. Dengan diperolehnya hasil diagnosis,
peneliti PTK akan dapat menemukan berbagai hal, misalnya strategi
pengajaran, media pengajaran, dan materi pengajaran yang tepat dalam
kaitannya dengan implementasi PTK.13
d. Perencanaan
Penentuan perencanaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum
dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan
aspek yang terkait PTK. Sementara itu, perencanaan khusus
dimaksudkan untuk menyusun rancangan dari siklus per siklus. Oleh
karenanya dalam perencanaan khusus ini tiap kali terdapat perencanaan
ulang (replanning). Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait
dengan pendekatan pembelajaran, media dan materi pembelajaran, dan
sebagainya.
e. Implementasi Tindakan
Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu
tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang
digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.
13
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 70.
16
Dalam pelaksanaan PTK ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru
dan siswa dalam berbagai tindakan.
2) Kegiatan refleksi (renungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan
berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang
mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya
memecahkan masalah yang terjadi.
3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran
dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat
dilakukan dalam praktik pembelajaran).14
f. Pengamatan
Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh
peneliti atau kolaborator, yang memang diberi tugas untuk hal itu. Pada
saat memonitoring pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal
yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi
kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian atau pembahasan materi,
penyerapan siswa terhadap meteri yang diajarkan, dan sebagainya.15
g. Refleksi
Pada prinsipnya yang dimaksud dengan istilah refleksi ialah perbuatan
merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan
oleh para kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang
dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya
diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian.
Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning)
selanjutnya ditentukan.
h. Penyusunan laporan PTK
Laporan hasil PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain, yaitu
disusun sesudah kerja penelitian di lapangan berakhir. Sebenarnya, PTK
yang dilakukan guru lebih bersifat individual. Artinya bahwa tujuan
14
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73. 15
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 71.
17
utama bagi PTK adalah self-improvement melalui self-evaluation dan
self-reflection, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu
proses dan hasil belajar siswa.16
Dalam menerapkan PTK terdapat 8 langkah yang seharusnya diikuti
oleh guru/peneliti. Langkah-langkah tersebut yaitu adanya ide awal,
prasurvey/temuan awal, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan,
observasi, refleksi dan menyusun laporan.
4. Manfaat PTK
Dengan tumbuhnya budaya meneliti pada guru dari pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkesinambungan, berarti kalangan
guru semakin diberdayakan mengambil prakarsa profesional yang semakin
mandiri, percaya diri, dan makin berani mengambil resiko dalam
mencobakan hal-hal yang baru (inovasi) yang patut diduga akan
memberikan perbaikan serta peningkatan pengetahuan yang dibangun dari
pengalaman semakin banyak dan menjadi suatu teori tentang praktik yang
erat keterkaitannya dengan perbaikan realitas sosial pembelajaran dan
manfaat sebagai berikut:17
a. Pengalaman dalam penelitian tindakan kelas (PTK) akan menjadikan
guru berani menyusun sendiri kurikulum dari bawah, dan menjadikan
guru bersifat lebih mandiri.
b. Di samping itu, diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap inovatif
dan budaya meneliti para guru, khususnya dalam mencari solusi terhadap
permasalahan pembelajaran di dalam kelas.
c. Meningkatkan kerja sama antar guru, antar guru dengan siswa dalam
memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
d. Sebagai suatu program perbaikan pendidikan dalam pembelajaran
sekaligus merupakan program berdasar penelitian yang dilakukan terus
menerus (on going process).
16
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas...., h.
38-41. 17
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 29-30.
18
e. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi tentang sistem perilaku,
atau komponen kegiatan yang lengkap, terinci, bermanfaat dalam
perbaikan kegiatan pembelajaran.
f. Merupakan kegiatan pengumpulan informasi selama waktu penelitian
berlangsung, yang memiliki manfaat dalam penyusunan tipe-model
pembelajaran dalam upaya perbaikan penyempurnaan pembelajaran
dalam mencapai tujuan secara optimal.
g. Dengan penelitian tindakan kelas ini diharapkan lembaga yang diteliti
dapat tumbuh menjadi lembaga yang dinamis, peneliti dapat memperoleh
pengertian mendalam tentang realitas pembelajaran, sehingga temuan
penelitian dapat dibuat laporan tertulis untuk keperluan praktis yang terus
diuji lebih lanjut.18
Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, manfaat PTK dapat
dilihat dari manfaatnya secara umum dan khusus.
a. Manfaat Umum
Manfaat PTK bagi guru banyak sekali, diantaranya yaitu:
1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran,
2) Meningkatkan profesionalitas guru,
3) Meningkatkan rasa percaya diri guru,
4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya.19
5) Inovasi pembelajaran
6) Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional.20
b. Manfaat Khusus PTK
1) Menumbuhkan Kebiasaan Menulis
Dengan melakukan PTK, guru menjadi terbiasa menulis, dan
sangat baik dampaknya terutama bila guru sekolah negeri atau PNS
akan naik pangkat, khususnya dari gol. IVA ke IVB, karena guru
diharuskan menulis karya tulis. Begitupun bagi guru sekolah swasta,
18
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 30-31. 19
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14. 20
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian tindakan Kelas..., h. 108.
19
PTK sangat penting untuk meningkatkan apresiasi, dan
profesionalisme guru dalam mengajar. Apalagi dengan adanya
program sertifikasi guru dari pemerintah.
2) Menumbuhkan Budaya Meneliti
Selain itu, PTK akan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan
guru yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara
berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara
keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin
diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara
lebih mandiri. Sikap mandiri akan memicu lahirnya “percaya diri”
untuk mencoba hal-hal baru yang diduga dapat menuju perbaikan
sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu
peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara
berkesinambungan. Sehingga proses belajar sepanjang hayat terus
terjadi pada dirinya.21
3) Menggali Ide Baru
Melakukan PTK berarti kita juga dipaksa untuk berfikir masalah
apa saja yang terjadi dalam kelas dan menjadi bahan untuk melakukan
PTK. Oleh sebab itu maka PTK juga memupuk seorang guru untuk
menggali ide-ide baru yang segar.
4) Melatih Pemikiran Ilmiah
Adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam
pembelajaran di kelasnya merupakan awal dimulainya PTK. Masalah
tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan
hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal
lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku
belajar siswa. Guru diarahkan untuk berfikir ilmiah, melalui masalah
yang mereka temukan.22
21
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.
14. 22
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-
15.
20
5) Mengembangkan Keterampilan
Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku pengajaran guru,
perilaku siswa di kelas, peningkatan atau perbaikan praktik
pembelajaran, dan atau mengubah kerangka kerja pelaksanaan
pembelajaran kelas yang diajar oleh guru tersebut sehingga terjadi
peningkatan layanan professional guru dalam menangani proses
pembelajaran. Jadi, PTK lazimnya dimaksudkan untuk
mengembangkan keterampilan atau pendekatan baru pembelajaran
dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di ruang
kelas.
6) Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kelas
PTK berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, menurut Cohen &
Manion (1980: 211) PTK berfungsi sebagai:
a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam
situasi pembelajaran di kelas;
b) Alat pelatihan jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan
metode baru serta mendorong timbulnya kesadaran diri, khususnya
melalui pengajaran sejawat;
c) Alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovasi (secara
alami) ke dalam sistem yang ada;
d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara
guru dan peneliti;
e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif,
impresionistic terhadap pemecahan masalah kelas;
f) Alat untuk mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari
kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan
pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.23
23
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-
16.
21
Menurut Kunandar dalam bukunya Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, manfaat PTK dapat dilihat dari
dua aspek, yakni aspek akademis dan aspek praktis.24
a. Manfaat aspek akademis adalah untuk membantu guru menghasilkan
pengetahuan yang sahih dan relevan bagi kelas mereka untuk
memperbaiki mutu pembelajaran dalam jangka pendek.
b. Manfaat praktis dari pelaksanaan PTK antara lain: (1) merupakan
pelaksanaan inovasi dari bawah. Peningkatan mutu dan perbaikan proses
pembelajaran yang dilakukan guru secara rutin merupakan wahana
pelaksanaan inovasi pembelajaran. Oleh karena itu, guru perlu selalu
mencoba untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan
pendekatan, metode, maupun gaya pembelajaran sehingga dapat
melahirkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan
karakteristik kelas; (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah,
artinya dengan guru melakukan PTK, maka guru telah melakukan
implementasi kurikulum dalam tataran praktis, yakni bagaimana
kurikulum itu dikembangkan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi,
sehingga kurikulum dapat berjalan secara efektif melalui proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 25
Akhirnya, inovasi pembelajaran yang “tumbuh dari bawah” itu dengan
sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang dilakukan
melalui penataran-penataran untuk tujuan serupa. Karena penataran tidak
jarang berangkat dari teori yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru
secara individual bagi pemecahan persoalan pembelajaran khususnya dan
implementasi program sekolah umumnya yang tengah dihadapinya, baik
kurikuler maupun ekstra kurikuler.26
24
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68. 25
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru.., h. 68. 26
Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),
(Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18.
22
Upaya meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan
tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran
yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil
belajar. Ketiga, peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya. Keempat, penerapan prinsip pembelajaran berbasis
penelitian.27
5. Keunggulan PTK
Ada beberapa keunggulan dari PTK dibandingkan dengan penelitian
yang lain. Keunggulan-keunggulan itu antara lain adalah:
a. Praktis dan langsung relevan untuk situasi yang aktual.
b. Kerangka kerjanya yang teratur
c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif
d. Fleksibel dan adaptif.
e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran.
f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas.
g. Dapat digunakaan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme
guru.28
Keunggulan penelitian tindakan kelas (PTK) ini ketika guru melakukan
kegiatan penelitian adalah:
a. Para guru tidak harus meninggalkan tempat kerjanya
b. Para guru dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan
c. Perlakuan (treatment) dilakukan pada siswa sehingga mereka dapat
merasakan hasil perlakuan (treatment) tersebut dalam kegiatan
pembelajaran mereka.29
27
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3. 28
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.
17. 29
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas..., h. 2.
23
Namun demikian, PTK sebagai salah satu metode penelitian memiliki
beberapa keterbatasan, yang diantaranya: validitasnya masih sering
disangsikan, tidak dimungkinkan melakukan generalisasi karena sampel
sangat terbatas, peran guru yang „one man show‟ bertindak sebagai pengajar
dan sekaligus peneliti sering membuat dirinya menjadi sangat repot.30
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang pengertian
Pendidikan Agama Islam, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan arti
pendidikan itu sendiri agar pembahasan mengenai arti Pendidikan Agama
Islam bisa lebih terarah.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan
adalah “proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.”31
Kedewasaan yang dimaksud
adalah ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab
sendiri.32
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
bab I Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.33
Dalam arti luas makna pendidikan adalah suatu usaha yang sadar yang
teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi
30
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas..., h.
14. 31
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), cet. Ke-2, h. 263. 32
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2000), cet. Ke-13, h. 19. 33
Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik,
2009), Cet. Ke-2, h. 3.
24
tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat
sesuai dengan cita-cita pendidikan. Sedangkan definisi yang kiranya lebih
tegas yaitu pendidikan merupakan bantuan yang diberikan dengan sengaja
kepada siswa dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk
mencapai tingkat dewasa.34
Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami
perkembangan, meskipun secara esensial tidak jauh beda. Berikut ini
dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli,
menurut Langeveld, yang dikutif oleh Hasbullah pendidikan adalah setiap
usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak
tertuju kepada pendewasaan anak itu. Pengaruh datangnya dari orang
dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, yang ditujukan
kepada orang yang belum dewasa.35
Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan merupakan bimbingan
secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
siswa menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Ada beberapa unsur
yang terdapat dalam pendidikan antara lain yaitu, usaha yang dilakukan
secara sadar, ada pendidik, ada yang dididik, mempunyai dasar dan tujuan,
dan ada alat-alat yang dipergunakan.36
Dari beberapa pengertian pendidikan yang diberikan para ahli tersebut,
meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial terdapat
kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di dalamnya, yaitu
bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan suatu proses
bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-
unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan sebagainya.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang
dilakukan manusia untuk membantu perkembangan jasmani dan rohani
34
Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27. 35
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008),
Edisi Revisi, h. 2. 36
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif,
1989), cet. Ke-VIII, h. 19.
25
siswa dalam rangka membentuk kepribadian yang berkualitas menuju arah
pendewasaan.
Setelah penulis uraikan pengertian tentang pendidikan secara umum,
penulis akan menguraikan pengertian Pendidikan Agama Islam menurut
para ahli. Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh siswa agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan
hidup.37
Nur Uhbiyati menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan
yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa
pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.38
Menurut Marimba
kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama
Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam,
dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.39
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar
generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa
kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam
adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.40
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani,
bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber
37
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 130. 38
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h.
11. 39
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 9. 40
Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.
130.
26
utamanya kitab suci Al-qur‟an dan Al-hadits melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.41
Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan
atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.42
Dari sekian banyak pengertian Pendidikan Agama Islam di atas pada
dasarnya saling melengkapi dan memiliki tujuan yang tidak berbeda, yakni
agar siswa dalam aktivitas kehidupannya tidak lepas dari pengamalan
agama, berakhlak mulia dan berkepribadian sesuai dengan ajaran agama
Islam. Dengan demikian bahwa Pendidikan Agama Islam yang
diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan
menekankan bukan hanya pada pengetahuan tentang Islam, tetapi juga
terutama pada pelaksanaan dan pengamalan agama siswa dalam seluruh
kehidupannya.
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama
Islam merupakan bimbingan terhadap siswa agar berkembang fitrah
keberagamaannya melalui pengajaran agama Islam sehingga siswa dapat
memahami, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
dan ajaran agama tersebut dijadikannya sebagai pedoman hidupnya atau
pandangan hidupnya.
Mengingat betapa pentingnya pendidikan agama Islam dalam
mewujudkan harapan setiap orang tua, masyarakat, dan membantu
terwujudnya tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam
harus diberikan dan dilaksanakan di sekolah dengan sebaik-baiknya.43
41
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h.
21. 42
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,
(Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31. 43
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.
140.
27
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu
dijelaskan apa sebenarnya makna dari tujuan tersebut. Secara etimologi,
tujuan adalah “arah, maksud atau haluan.” Dalam bahasa arab, “tujuan
diartikan dengan kata “ahdaf”, sementara dalam bahasa Inggris diistilahkan
dengan kata „purpose‟. Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu yang
diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai.44
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah umum adalah segala upaya penyampaian ilmu pengetahuan agama
Islam tidak hanya untuk difahami dan dihayati, tetapi juga diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya kemampuan siswa dalam melaksanakan
wudhu, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah lain yang sifatnya hubungan
dengan Allah dan juga kemampuan siswa dalam beribadah yang sifatnya
hubungan antara sesama manusia, misalnya zakat, shadaqah, dan lain-lain
termasuk ibadah dalam arti luas.45
Tujuan pendidikan di Indonesia di dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, yaitu: “Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.46
Tujuan pendidikan berfungsi memberikan arah terhadap pelaksanaan
pendidikan, sehingga diharapkan terhindar dari segala bentuk
penyimpangan, dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan
pendidikan. Tujuan pendidikan juga merupakan faktor yang sangat penting,
karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian
44
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), Cet. Ke-1 h. 15. 45
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama & Perkembangan Watak bangsa,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 38. 46
Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003)..., h. 7.
28
pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah
yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan pendidikan agama.
Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara
serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.47
Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak
ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran PAI, yaitu (1) dimensi
keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau
penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa terhadap ajaran agama Islam;
(3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam
menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengamalannya dalam arti
bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, difahami, dan dihayati atau
diinternalisasi oleh siswa mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya
untuk menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama dan nilai-
nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan
bertakwa pada Allah SWT dan merealisasikannya dalam kehidupan
bermasyarakat, bernegara.48
Ahmad Tafsir menyatakan bahwa, tujuan Pendidikan Agama Islam itu
harus meliputi tiga kawasan (daerah binaan, domain), yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor.49
Untuk kawasan kognitif, tujuannya adalah
mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, selain itu
kemampuan baca tulis huruf Alquran dan Tarikh Islam agar siswa faham
akan ajaran Islam. Pembinaan afektif bertujuan agar siswa menerima ajaran
47
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.
135. 48
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. III, h. 78. 49
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 86.
29
Islam. Pembinaan psikomotor bertujuan agar siswa terampil melakukan
ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari.50
Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama
Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk melanjutkan pendidikan
pada jenjang yang lebih tinggi.51
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah peningkatan keimanan, pemahaman, pengetahuan,
pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Dengan kata lain dapat dikatakan
juga bahwa tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk
manusia muslim yang bertakwa kepada Allah yang selalu mengerjakan
perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun
tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak
dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-
nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia
bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di
akhirat kelak.52
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi lima unsur
pokok, yaitu: Al-qur‟an, keimanan, akhlak, Fiqh dan bimbingan ibadah,
serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran
agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.53
50
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., h. 86. 51
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam..., h. 22. 52
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi..., h.
136. 53
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h.
79.
30
Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat
unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al-qur‟an. Sedangkan pada Sekolah
Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
samping ke empat unsur pokok di atas maka unsur pokok syariah semakin
dikembangkan. Unsur pokok tarikh diberikan secara seimbang pada setiap
satuan pendidikan.54
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam secara garis besar, mewujudkan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan, antara:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.55
Di dalam KTSP ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yaitu kelompok
mata pelajaran agama dimaksudkan untuk membentuk siswa menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral
sebagai perwujudan dari pendidikan agama.56
Standar kompetensi kelompok mata pelajaran agama bertujuan
membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai
melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian,
ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan
kesehatan.57
Adapun standar kompetensi kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam untuk tingkat SMA adalah:
a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan
perkembangan remaja.
54
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam...., h. 22. 55
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema
Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53. 56
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 47. 57
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 97.
31
b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial
ekonomi, dan budaya dalam tatanan global.
c. Berpartisipasi dalam penegakkan aturan-aturan sosial
d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang
lain
f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui
berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang
mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam
kehidupan sesuai dengan tuntunan agama
h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara
bertanggung jawab.58
4. Faktor-Faktor Penghambat dan Penunjang Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di sekolah
masih mengalami banyak kelemahan. Mengutip dari Maftuh Basyuni bahwa
Pendidikan Agama Islam yang berlangsung saat ini cenderung lebih
mengedepankan aspek kognisi (pemikiran) dari pada afeksi (rasa) dan
psikomotorik (tingkah laku).
Menurut Towaf yang dikutif oleh Muhaimin bahwa adanya faktor
penghambat dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah, antara lain: (1)
pendekatan masih cenderung normative, dalam arti pendidikan agama
menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi konteks sosial
budaya, sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai
yang hidup dalam keseharian; (2) kurikulum Pendidikan Agama Islam
dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi
atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI sering kali terpaku padanya,
sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman
58
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..., h. 94-95.
32
belajar yang bervariasi kurang tumbuh; (3) sebagai dampak yang menyertai
situasi tersebut di atas, maka guru PAI kurang berupaya menggali berbagai
metode yang mungkin bisa dipakai untuk pembelajaran agama, sehingga
pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (4) keterbatasan
sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya. Pembelajaran
agama yang diklaim sebagai aspek yang penting sering kali kurang diberi
prioritas dalam urusan fasilitas.59
Mengutip dari Abuddin Nata bahwa salah satu masalah yang sering
dikemukakan para pengamat pendidikan Islam adalah adanya kekurangan
jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-
sekolah umum seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Umum dan
seterusnya.60
Mengingat pendidikan agama yang diberikan sekolah hanya dua jam
pelajaran dalam satu minggu, yang sesungguhnya merupakan hambatan,
tetapi ini dapat diatasi oleh semua penanggung jawab pendidikan, antara
lain melalui keluasan, kedalaman atau penambahan jumlah jam pelajaran
oleh sekolah atau juga dengan dasar integrasi tanggung jawab pendidikan
agama, yaitu bukan hanya oleh guru agama, tetapi juga oleh kepala sekolah
dan semua guru di sekolah yang bersangkutan. Demikian pula perlunya
kerja sama antara keluarga, sekolah dan masyarakat dalam rangka
melaksanakan prinsip keterpaduan.61
Telah dipaparkan beberapa faktor pelemah atau penghambat dalam
pelajaran PAI di sekolah, selain faktor penghambat terdapat pula faktor
penunjang. Artinya bahwa hal-hal yang berhubungan dengan unsur-unsur
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan keberhasilan Pendidikan Agama
Islam.62
59
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan
Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23. 60
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Bogor: Kencana, 2003), h. 22. 61
Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41. 62
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h.
25.
33
Faktor-faktor penunjang itu diantaranya adalah:
a. Hasil yang diharapkan
Rumusan tujuan pendidikan agama adalah sebagai hasil yang diharapkan.
Tujuan tersebut eksplisit terdapat dalam rumusan-rumusan tujuan
pendidikan yang secara hirarkis tercantum dalam kurikulum
persekolahan yaitu tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler
dan tujuan instruksional.
b. Materi dan alokasi waktu
Materi dan alokasi waktu yang disediakan untuk mencapai tujuan
diperlukan materi. Makin jelas tujuan pendidikan agama itu makin jelas
pula materi yang diperlukan.
c. Metode
Terumuskannya tujuan pendidikan agama secara jelas dan ditetapkannya
materi yang jelas lagi terarah untuk mencapai tujuan itu, belumlah
merupakan jaminan keberhasilan pendidikan agama. Salah satu faktor
lain yang langsung berkaitan dengan materi adalah metode dan teknik
pengajaran yang dipilih secara tepat dan strategis.
d. Siswa sebagai peserta didik
Pengalaman empirik menunjukkan bahwa kondisi awal siswa dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah sangat
beragam, terutama di tingkat sekolah lanjutan. Keragaman siswa tersebut
dilatarbelakangi oleh asal sekolah dan pendidikan orang tua di
lingkungan keluarga, serta dari pengalaman keagamaan yang dijalaninya.
e. Orang tua siswa
Orang tua atau orang dewasa lainnya merupakan pendidik di dalam
keluarga. Tidak semua masalah-masalah pendidikan di sekolah dapat
diselesaikan sendiri oleh sekolah. Ia memerlukan bantuan keluarga siswa,
apalagi pendidikan agama.
f. Lingkungan pendidikan
Pendidikan agama secara langsung menyentuh esensi yang sangat
mendasar pada diri anak, terutama dari segi nilai, sikap, dan atau
34
pengalaman agamanya. Dapat dipastikan sekolah akan memberikan nilai,
sikap, dan tuntutan perilaku serta contoh keagamaan yang positif.
Demikian keberhasilan pendidikan agama atau juga bahkan sebaliknya,
kegagalannya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungannya,
antara lain kontribusi dari teman sejawat, keluarga, media massa dan
lain-lain. Namun sekarang bagaimana menciptakan agar lingkungan
dapat diwujudkan sebagai lingkungan yang menunjang secara positif
bagi pendidikan agama.
g. Guru agama
Keberhasilan atau kegagalan pendidikan agama sering dialamatkan
kepada guru agama sebagai sumber utama. Seorang guru agama harus
dapat menjalankan tugasnya secara professional dan menjadi panutan
bagi siswanya.63
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran
PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, teoritis, dan kognitif.
Aspek lainnya yang banyak disoroti adalah menyangkut aspek muatan
kurikulum atau materi pendidikan agama, sarana pendidikan agama,
termasuk di dalamnya buku-buku dan bahan ajar pendidikan agama.
Adapun faktor penunjang Pendidikan Agama Islam diantanya: hasil yang
diharapkan, materi dan alokasi waktu, metode, siswa sebagai peserta didik,
orang tua siswa, lingkungan pendidikan, dan guru agama. Keberhasilan
Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah lebih banyak ditentukan oleh
kemampuan dan keterampilan guru agama dalam mengelola dan
melaksanakan proses pembelajaran.
63
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h.
25-28.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta yang terletak di Jalan
Raya Ragunan Jati Padang Pasar Minggu. Adapun waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan selesai, dengan
tahapan sebagai berikut melihat keadaan sekolah, membuat proposal penelitian,
studi pustaka, penyusunan instrument, dan mengadakan penelitian.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.1
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi
dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan
fakta atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian
menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Untuk memperoleh data yang
objektif, maka digunakan dua bentuk penelitian, yaitu:
1. Library Research ( Metode Penelitian Kepustakaan)
Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku yang ada
relevansinya dengan masalah yang dibahas dalam skripsi, dengan tujuan
1P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), h. 2.
36
untuk memudahkan dalam membuat konsep-konsep dan teori yang
berkaitan dengan bahasan dalam skripsi ini, serta beberapa pendapat sendiri
hasil dari menyimpulkan pendapat para pakar pendidikan.
2. Field Research (Metode Penelitian Lapangan)
Yaitu penelitian untuk memperoleh data-data lapangan langsung dengan
cara mendatangi sekolah yang akan diteliti. Adapun tujuannya adalah untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun dalam proses pengumpulan data penulis melakukan beberapa
langkah yaitu:
1. Observasi
Observasi, adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.2
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang gambaran umum
SMA Negeri 28 Jakarta, dengan berbagai informasi lainnya sebagai
pelengkap penelitian. Dalam hal ini penulis mendatangi SMA Negeri 28
Jakarta tersebut guna memperoleh data yang konkrit tentang hal-hal yang
menjadi subjek penelitian. Selain melihat dan mengamati langsung dari
dekat seluruh kegiatan sekolah.
2. Wawancara
Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviwee).3 Dalam penelitian
ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan orang yang paling
mengetahui objek yang akan diteliti untuk memperoleh data dan informasi
yang tepat.
Berkaitan dengan penelitian ini penulis mengadakan wawancara
langsung dengan guru Pendidikan Agama Islam yang bernama ibu Siti
Mas’amah, karena baru beliaulah yang telah menerapkan PTK diantara tiga
2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 155. 3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..., h. 155.
37
guru PAI di SMAN 28 Jakarta, untuk memperoleh informasi bagaimana
pelaksanaan PTK pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN
28 Jakarta, untuk mendukung data penulis juga mengadakan wawancara
dengan kepala sekolah, serta pihak-pihak yang bersangkutan dengan
penulisan.
Adapun jenis interview yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk semi structured, yaitu mula-mula interviwer menanyakan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu diperdalam dalam
mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang
diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap
dan mendalam.4 Dengan kata lain, ketika wawancara berlangsung penulis
tidak sepenuhnya terkait kepada pedoman wawancara (interview guide)
yang telah penulis susun sebelumnya.
Tabel 1
Kisi-kisi Wawancara
Satuan Analisis Aspek Indikator No Item
Penelitian
Tindakan Kelas
1. Menemukan
ide awal
a. Terdapat kendala saat
proses pembelajaran
b. Menemukan solusi
terhadap masalah
pembelajaran
5, 6
2. Prasurvey Mengamati kelas yang
akan dijadikan sasaran
7
3. Diagnosis Dugaan sementara tentang
permasalahan yang timbul
7
4. Perencanaan a. Menentukan langkah yang
akan diambil
b. Menyusun perencanaan
8, 9
4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 227.
38
umum dan khusus
5. Implementasi
tindakan
a. Tindakannya sesuai
dengan perencanaan
b. Metode yang digunakan
10, 11
6. Observasi a. Mengamati pada saat
implementasi tindakan
b. Mencatat peristiwa yang
terjadi
12
7. Refleksi a. Mendiskusikan hal-hal
yang dirasa kurang
b. Menentukan langkah
selanjutnya
13, 14,
15
8. Penyusunan
laporan
Dapat menyelesaikan
laporan PTK
16, 17
(Untuk instrumen terlampir)
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, penulis menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.5
Dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh
data tentang penelitian tindakan kelas (PTK) melalui laporan PTK yang
telah dilakukan oleh guru PAI dan lain sebagainya yang berkenaan dengan
objek penelitian.
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek..., h. 158.
39
D. Analisis Data
Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, agar data yang terkumpul itu
dapat dianalisa dan diambil kesimpulan.
Tahap analisis data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh di
lapangan kemudian diklasifikasikan, diolah dan dianalisa secara deskriptif
kualitatif yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan sebuah kesimpulan.6
Hal yang akan dianalisa adalah mengenai Pelaksanaan PTK pada Pembelajaran
Mata Pelajaran PAI, yang meliputi:
1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
2. Kendala pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta
3. Pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 28 Jakarta.
Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data, yang digunakan oleh penulis
adalah teknik triangulasi yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
lain. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas
data.7 Selain itu teknik triangulasi juga berfungsi untuk mengetahui data yang
diperoleh, tidak konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan
menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang
diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.
6Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), Cet. Ke-14, h. 85. 7Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007),
h. 241.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta
Pada tanggal 2 Agustus 1965 di bawah pimpinan Bapak Drs. Djoko
Soetedjo dan Bapak Drs. Sumardi (almarhum), SMA 11 Filial berdiri di
kawasan Pasar Minggu tepatnya di SMP Negeri 41 Jakarta, yang sekarang
menjadi gedung KPKN IV (Kantor Perbendaharaan Kas Negara).1
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 343/UKK.3/1970 tertanggal 5 Maret 1970, pada
tanggal 1 Januari 1970 SMA 11 Filial resmi menjadi SMA Negeri 28
Jakarta.2
Dalam perjalanannya SMA Negeri 28 selalu berusaha untuk
meningkatkan prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik.
Terbukti pada tahun 1996 SMA Negeri 28 ditunjuk menjadi sekolah
Pendamping Unggulan wilayah Jakarta Selatan.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Dikmenti Propinsi DKI
Jakarta Nomor: 17/2003; tanggal 2 Juli 2003 sejak Tahun Pelajaran
1Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 4.
2Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMA Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
41
2003/2004 SMA Negeri 28 Jakarta ditunjuk menjadi SMA Plus Tingkat
Propinsi DKI Jakarta.3
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Dikmenti Propinsi DKI
Jakarta Nomor: 206a/2004; tanggal 11 Desember 2004, mulai tahun
pelajaran 2004/2005 SMA Negeri 28 Jakarta ditetapkan sebagai sekolah
Plus Standar Nasional.
Pada tahun 2007 direkomendasikan oleh Kepala Dinas Pendidikan
Menengah dan Tinggi Propinsi DKI Jakarta Nomor surat: 2306/-1.851.61,
tanggal 18 Juni 2007 sebagai Sekolah Bertaraf Internasional. Mulai tahun
pelajaran 2009/2010 SMA Negeri 28 Jakarta membuka kelas Internasional
dengan jumlah siswa 24 orang.4
2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 28 Jakarta
a. Visi
“Menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara
global”5
Indikator Visi:
1) Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa.
2) Berbudi pekerti luhur dan berkepribadian tinggi.
3) Mandiri dan tangguh menghadapi tantangan.
4) Setia kawan, tebal rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
5) Cerdas dan trampil sesuai kompetensi.
6) Memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik.
7) Berdisiplin untuk mencapai prestasi.
8) Mampu bersaing secara global di dunia Internasional.
3Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru. 4Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun pelajaran 2010-2011, h. 5.
5Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMA Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
42
b. Misi6
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien,
agar setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
2) Meningkatkan pelayanan pembelajaran terhadap siswa sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar siswa, melalui pelaksanaan Sistem
Satuan Kredit Semester (SKS).
3) Pada tahun 2009/2010 sebagai sekolah bertaraf Internasional.
4) Menumbuhkan semangat juang menjadi yang terbaik secara intensif
kepada seluruh warga sekolah.
5) Menumbuhkan penghayatan keimanan dan ketaqwaan terhadap ajaran
agama yang dianut dan nilai nilai budaya bangsa sehingga menjadi
sumber kearifan dalam bertindak.
Indikator Misi:
a) Kegiatan keagamaan yang komprehensif.
b) Perilaku sosial yang kondusif.
c) Persaingan belajar yang kompetitif.
d) Perikehidupan, berbagsa dan bernegara yang normatif.
e) Perekayasaan yang tertib dan positif.
f) Lulusan SMA Negeri 28 mampu bersaing secara Internasional.
c. Tujuan7
1) Akademis
a) Meningkatkan perolehan nilai semester.
b) Meningkatkan perolehan nilai rata rata Ujian Nasional dan Ujian
Sekolah.
c) Menaikkan peringkat sekolah.
d) Menaikkan prosentase siswa yang diterima di Perguruan Tinggi
Negeri.
6Buku Panduan..., h. 2.
7Buku Panduan..., h. 3.
43
e) Menjadikan Sekolah yang mempunyai reputasi baik dalam
Olimpiade Sains Nasional (OSN).
2) Non Akademis
a) Mewujudkan iklim belajar yang kondusif.
b) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
c) Membina dan meningkatkan disiplin sekolah dan budi pekerti.
d) Meningkatkan prestasi kegiatan esktra kurikuler.
3. Keadaan Guru dan Karyawan
Tabel 2
Tenaga Pengajar dan Pegawai8
No. Jabatan/Status L P Jumlah
1. Kepala sekolah 1 - 1
2. Wakasek 4 - 4
3. Guru PNS 18 27 45
4. Guru honorer 11 6 17
5. Peg. TU PNS 4 1 5
6. Peg. TU honorer 2 4 6
7. Perpustakaan honorer 1 1 2
8. Caraka PNS 2 - 2
9. Caraka honorer 11 - 11
10. Satpam 6 - 6
11. Supir 1 - 1
Total 61 39 100
Dari informasi data di atas, jumlah seluruh guru SMA Negeri 28 Jakarta
adalah sebanyak 62 orang, diantaranya guru PNS sebanyak 47 orang
meliputi guru laki-laki sebanyak 18 orang dan guru perempuan sebanyak 27
8Buku Panduan..., h. 15.
44
orang. Dan guru honorer sebanyak 17 orang, meliputi guru laki-laki 11
orang dan guru perempuan 6 orang.
Hubungannya dengan penelitian ini, diharapkan dengan jumlah guru
yang banyak dan rata-rata sudah PNS maka akan menghasilkan mutu hasil
belajar siswa yang diharapkan sekolah dapat tercapai.
Menurut data di atas, jumlah tenaga tata usaha administrasi 33 orang,
jumlah tenaga tetap 7 orang, tenaga tidak tetap 17 orang, tenaga penjaga
sekolah 6, perpustakaan 2 orang, supir 1 orang. Dan hubungannya dengan
penelitian ini pegawai yang ada cukup membantu, contohnya dalam hal
kebersihan lingkungan sekolah, keamanan dan sarana ibadah. Karena dalam
agama Islam kebersihan itu sebagian dari iman dan hal tersebut diajarkan
pada mata pelajaran PAI, secara tidak langsung siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4. Keadaan Siswa
Tabel 3
Keadaan Siswa9
Kelas
Jumlah Siswa
2008/2009 2009/2010 2010/2011
L P Jum L P Jum
X (reguler) 276 113 122 235 83 132 215
X (K.I) 13 11 24 10 14 24
XI IPA 200 93 107 200 93 107 200
XI IPA K.I 13 11 24
XI IPS 80 29 49 78 29 49 78
XII IPA 197 69 128 197 93 107 200
XII IPS 78 24 55 79 29 49 78
9Buku Panduan..., h. 6.
45
Berdasarkan data di atas, jumlah siswa pada tahun ajaran 2008/2009
sebanyak 831 siswa, 2009/2010 sebanyak 813 siswa, 2010/2011 sebanyak
819 siswa. Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sekolah SMAN 28 Jakarta
ini telah membuka kelas internasional pada tahun ajaran 2009/2010 hanya
untuk kelas X, dan selanjutnya pada tahun ajaran 2010/2011 membuka lagi
kelas internasional untuk kelas XI.
5. Keadaan Sarana dan Prasarana
Tabel 4
Sarana dan Prasarana10
No. Jenis Ruang Jumlah Keterangan
1. Ruang belajar 21 ruang AC+LCD
2. Ruang laboratorium IPA 3 ruang AC+LCD
3. Ruang lab bahasa 1 ruang AC
4. Ruang lab komputer 2 ruang AC+LCD
5. Ruang guru 1 ruang AC
6. Ruang perpustakaan 1 ruang AC
7. Perpustakaan digital 1 unit AC
8. Radio sekolah 1 unit AC
9. Ruang BK 1 ruang AC
10. Ruang kepala sekolah 1 ruang AC
11. Ruang tata usaha 1 ruang AC
12. Ruang audio visual 1 ruang AC+LCD
13. Ruang studio musik 1 ruang AC+LCD
14. Ruang OSIS 1 ruang AC
15. Ruang UKS 1 ruang AC
16. Ruang sekretariat sanggar 011 1 ruang AC
17. Tempat ibadah (masjid) 1 unit AC
18. Lapangan basket 2 lapangan
19. Lapangan bulu tangkis 1 lapangan
10
Buku Panduan..., h. 14-15.
46
20. Ruang serbaguna 1 ruang AC
21. Ruang ganti pakaian 1 ruang
22. Toilet siswa 18 kamar
23. Ruang satpam 1 ruang
24. Kantin 18 lapak
Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang untuk tercapainya
tujuan pendidikan, begitupun Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya
sarana dan prasarana yang lengkap siswa dapat belajar dengan efektif,
sarana prasarana yang ada di SMA Negeri 28 Jakarta sudah memadai.
Sarana yang mendukung pada saat pelaksanaan PTK adalah kelas yang
memadai, ruangannya yang sejuk dan dilengkapi dengan komputer dan
LCD yang dapat menunjang pada saat pengimplementasian penelitian
tindakan, kemudian masjid, sebagai sarana untuk praktek shalat.
B. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28 Jakarta
mengikuti kurikulum yang ada, kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri
28 ini adalah kurikulum standar nasional yaitu KTSP yang disesuaikan
dengan kebutuhan stakeholder di SMAN 28, kemudian menyesuaikan
dengan kurikulum dari negara-negara lain diantaranya Cambridge dan
Canada. Dari hasil rapat kerja (RAKER), tersusunlah KTSP SMA Negeri 28
Jakarta.11
Dengan demikian, KTSP di SMAN 28 Jakarta ini adalah berdasarkan
pada kurikulum tingkat nasional yang kemudian diperkaya dan diadaptasi
sesuai kebutuhan, kemudian dalam menyusun kurikulum, mengadopsi dari
Cambridge dan Canada.
Dalam pembelajarannya, pendidikan agama Islam mendapat alokasi 2
jam pelajaran dalam satu minggu, metode yang digunakan bervariatif yaitu
11
Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
47
ceramah, diskusi,12
pemberian tugas,13
praktek, sosio drama. Dalam
penyampaian materi kepada siswa menggunakan metode yang berbeda
antara satu kelas dengan kelas yang lainnya, karena kemampuan tiap anak
dalam satu kelas dengan kelas yang lainnya berbeda.14
2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 28 Jakarta adalah:
a. kurang lancarnya siswa di dalam membaca ayat-ayat Al Qur’an. Hal ini
terbukti ketika diskusi dalam mengungkapkan dalil, mereka hanya
mengungkapkan terjemahnya saja.15
b. Latar belakang pendidikan siswanya sebelum masuk sekolah ini bukan
dari madrasah, tetapi dari sekolah Negeri bahkan ada juga dari yayasan-
yayasan tertentu.
c. Orang tua yang berbeda agama.16
d. Pemahaman siswa dalam menangkap materi yang diajarkan guru
berbeda-beda, ada yang cerdas dan ada yang kurang.17
e. Tidak adanya kerjasama antara orang tua dalam mendidik keberagamaan
anak. Sedangkan waktu anak lebih banyak di lingkungan keluarga dari
pada di sekolah.18
12
Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru. 13
Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,
tgl. 24 Februari 2011. 14
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 15
Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,
tgl. 24 Februari 2011. 16
Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,
tgl. 24 Februari 2011. 17
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 18
Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di
SMAN 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang Guru.
48
Pendidikan agama Islam di sekolah mendapat alokasi waktu 2 jam
pelajaran dalam satu minggu, dan ini merupakan kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tetapi guru agama dituntut untuk
bisa menyikapi hal tersebut dengan berbagai cara.
Kendala atau penghambat tersebut di atasi dengan diadakannya tadarus
setiap pagi sebelum memulai pelajaran, yang dibantu oleh siswa yang telah
dipilih untuk memandu jalannya tadarus. Tadarus ini wajib diikuti oleh
seluruh stakeholder sekolah, termasuk pegawai.19
Kemudian diadakan
kegiatan-kegiatan keislaman di luar kelas atau sekolah seperti pesantren
kilat, shalat berjamaah, siswa dianjurkan membaca buku-buku tentang
materi yang berkaitan dengan pendidikan Islam. Dan anak-anak rohis yang
sudah lancar membaca ayat Alqur’an mengajarkan pada teman-temannya
yang belum lancar.20
Kemudian menggunakan metode pembelajaran yang
dapat membuat siswa aktif dan senang terhadap pelajaran PAI, sehingga
siswa dapat mengamalkan pelajaran PAI di dalam kehidupannya.
3. Pelaksanaan PTK Pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada pelajaran PAI di kelas X-7
SMA Negeri 28 Jakarta adalah pada materi pengamalan nilai-nilai
kemanusiaan sesuai ayat Alquran, maka penulis meneliti pelaksanaan
penelitian tindakan kelas itu hanya pada materi pengamalan nilai-nilai
kemanusiaan. Setiap penelitian dilakukan dengan tujuannya masing-masing,
termasuk juga penelitian tindakan kelas ini. Untuk memberikan manfaat,
hasil penelitian tindakan kelas ini tentu saja harus diimplementasikan. Mari
kita lihat runutan kejadian dalam penyusunan dan pengimplementasian dari
PTK ini.
Secara garis besar pelaksanaan PTK pada mata pelajaran PAI yang
dilaksanakan di SMA Negeri 28 Jakarta meliputi 8 langkah, yaitu: 1)
Adanya ide awal 2) Prasurvey, 3) Diagnosis, 4) Perencanaan, 5)
19
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011. 20
Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta,
tgl. 24 Februari 2011.
49
Implementasi tindakan, 6) Observasi, 7) Refleksi, dan 8) Penyusunan
laporan.
a. Ide awal yang ditemukan guru PAI di SMAN 28 Jakarta
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada beberapa langkah
yang harus dilaksanakan oleh guru yang melaksanakan PTK, langkah
pertama yaitu adanya ide awal. Ide awal yang dimaksud disini adalah
ketika seorang guru menemukan masalah yang terjadi di kelasnya, dia
berusaha menemukan cara untuk menyelesaikan masalah tersebut agar
kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Berdasarkan wawancara yang
penulis lakukan dengan guru mata pelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta
ini, ibu Siti. Menurut beliau ada masalah dengan siswa saat mengajarkan
mata pelajaran Alquran. Menurut beliau, para siswa cenderung bosan
dengan cara penyampaian pembelajaran Alquran yang biasanya
disampaikan dengan ceramah.21
Berangkat dari masalah itulah, guru SMAN 28 Jakarta menemukan
ide awal PTK yang akan dilakukannya, yaitu mengajarkan pembelajaran
Alquran ini dengan metode active learning.
b. Prasurvey
Setelah ditemukannya ide awal maka dilakukan prasurvey. prasurvey
yang dimaksud adalah penelitian awal mengenai keadaan kelas yang
akan dilakukannya penelitian. Prasurvey ini hanya sebagai penelitian
lebih lanjut dan lebih khusus dari seorang guru, karena pada
kenyataannya guru kelaslah yang melakukan PTK dan hanya dilakukan
di kelasnya. Jadi pada dasarnya guru sudah mengetahui keadaan
kelasnya.
Menurut ibu Siti, guru yang melakukan PTK di SMAN 28 Jakarta ini,
prasurvey yang dilakukan adalah untuk mengoptimalkan hasil dari PTK
ini. Seperti di kelas manakah harusnya beliau melakukan PTK, karena
21
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.
50
hasilnya akan lebih optimal apabila dilakukan di kelas yang memiliki
kriteria murid tertentu. Adapun kriteria kelas yang dipilih oleh guru di
SMAN 28 Jakarta agar hasil PTK-nya menjadi optimal adalah:
1) Siswanya tidak begitu pandai, dilihat dari rata-rata nilai kelasnya.
2) Sebagian besar siswanya tidak bisa menangkap pengajaran yang
disebutkan dalam penemuan masalah awal.
3) Kebanyakan siswanya tidak memperhatikan pada saat pembelajaran
berlangsung.22
c. Diagnosis
Diagnosis yaitu dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu
permasalahan yang muncul di suatu kelas, diagnosis dilakukan oleh
peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah untuk menentukan strategi
pembelajaran, media pembelajaran dan materi pembelajaran. Pada tahap
ini ibu Siti sudah melakukannya jauh sebelum penelitian tindakan kelas
ini dimulai. Karena beliau merupakan guru kelas yang beliau jadikan
tempat penelitian tindakan kelas maka beliau telah mengetahui kondisi
dan kemampuan siswa di kelas tempat dilakukannya penelitian tindakan
kelas.
d. Perencanaan
Perencanaan tentu saja menjadi hal yang penting dalam melakukan
sesuatu. Karena perencanaan artinya menyusun apa-apa saja yang akan
dilakukan dan tujuannya. Tanpa perencanaan, sesuatu tidak akan
mencapai hasil yang optimal. Dalam PTK juga dibutuhkan perencanaan.
Perencanaan yang diperlukan dalam PTK ini adalah:
1) Merencanakan setting penelitian dan latar belakang subjek
penelitian.
Adapun perencanaan setting penelitian yang dilakukan ibu Siti, guru
yang dimaksud penulis diawal adalah di SMAN 28 Jakarta,
22
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.
51
penelitiannya dilakukan di kelas X-7 yang menurut gurunya
memenuhi kriteria yang telah dijabarkan di atas.
2) Rencana tindakan yang akan dilakukan.
Adapun rencana yang akan dilakukan oleh guru seperti tercermin
dalam prosedur penelitian yang datanya penulis peroleh dari laporan
hasil PTK guru tersebut adalah:23
Tabel 5
Rencana Pelaksanaan PTK
Siklus ke Kegiatan
1
A. Pertemuan Pertama
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif
pemecahan masalah
b. Merencanakan pembelajaran yang akan
diterapkan dalam proses belajar mengajar.
c. Menerapkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
d. Menentukan skenario pembelajaran dengan
pendekatan active learning (pembelajaran aktif)
e. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang
dibutuhkan.
f. Menyusun lembar observasi.
2. Tindakan Kelas
a. Siswa melakukan tadarus ±15 menit sebelum
pelajaran dimulai.
b. Siswa sudah menyiapkan laptop dan LCD sebagai
sarana untuk berdiskusi kelompok sesuai dengan
materi yang diberikan yaitu praktek sholat.
23
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti
Mas’amah.
52
c. Tanya jawab tentang materi yang sedang
dipelajari.
d. Guru menambah penjelasan.
Membuat kesimpulan.
3. Pengamatan
a. Melakukan observasi dengan menggunakan
lembar observasi yang sudah disiapkan untuk
mengumpulkan data.
b. Mencatat dalam jurnal harian
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah
dilakukan.
b. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil
evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.
c. Evalusi tindakan I.
(hasil pertemuan pertama cakupan materi selesai 40%)
B. Pertemuan Kedua
1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif
pemecahan masalah.
2. Melakukan tadarus 15 menit sebelum pelajaran
dimulai.
3. Setiap siswa menyiapkan alat shalat.
4. Setiap siswa mempraktekkan gerakan dan bacaan.
5. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan
menggunakan lembar observasi.
6. Guru memberikan penilaian kepada setiap siswa.
7. Melakukan evaluasi berdasarkan data yang
terkumpul.
8. Membahas hasil evaluasi.
(Hasil pertemuan kedua cakupan materi selesai 60%)
53
2
A. Pertemuan pertama
1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif
pemecahan masalah.
2. Melanjutkan praktek shalat bagi siswa yang belum.
3. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan
menggunakan lembar observasi.
4. Guru menilai gerakan dan bacaan shalat siswa.
5. Melakukan evaluasi berdasarkan data yang
terkumpul.
6. Membuat hasil evaluasi
(Hasil pertemuan pertama pada siklus 2 cakupan materi
selesai 90%)
3
A. Pertemuan Pertama
1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif
pemecahan masalah.
2. Melanjutkan praktek shalat bagi siswa yang belum.
3. Guru mengamati dan melakukan observasi dengan
menggunakan lembar observasi.
4. Guru menilai gerakan dan bacaan shalat siswa.
5. Melakukan evaluasi berdasarkan data yang
terkumpul.
6. Membahas hasil evaluasi.
(Hasil pertemuan Pertama pada pertemuan ini 100%)
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil wawancara dan
meneliti laporan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan, maka
penulis bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa perencanaan yang dibuat
untuk penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan tersusun dengan rapi
dan sesuai dengan kaidah perencanaan. Sesuai yang diungkapkan oleh
Rustam dan Mundilarto yang dikutip oleh Trianto bahwa tahap
54
perencanaan PTK terdiri atas langkah-langkah, antara lain:
mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah serta
merencanakan perbaikan.24
d. Implementasi tindakan
Implementasi tindakan adalah realisasi dari tindakan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Materi yang diajarkan, dan lainnya seperti
yang penulis telah bahas di point sebelumnya. Berikut adalah deskripsi
dari implementasi tindakan sebagaimana penulis peroleh melalui hasil
studi dokumentasi dan wawancara.
1) Penelitian siklus pertama
Pengamatan pada siklus pertama, pelaku PTK mengamati
bagaimana siswa dalam melakukan diskusi sesuai dengan standar
kompetensi yakni manusia sebagai khilafah dan ikhlas dalam
beribadah yang terdiri dari beberapa langkah.25
a) Penelitian hari pertama
Sebelum dimulainya pelajaran, semua siswa muslim melakukan
tadarus bersama yang dipandu secara sentral dari ruang humas
sekolah. Pemandunya adalah siswa yang terpilih dari kelas satu,
dua, dan tiga secara berurutan yang memenuhi kriteria fasih dan
lancar selama 15 menit dan kemudian ditutup dengan do’a. Setelah
mengamati kesungguhan siswa tersebut, maka peneliti melanjutkan
pengamatan pada persiapan dan pelaksanaan diskusi sesuai materi
yang dipelajari. Sebelumnya guru sudah membagi 8 kelompok
dalam satu kelas. Setelah guru memberikan pengarahan, maka
siswa maju kedepan untuk mempresentasikan topik manusia
sebagai khalifah dengan menggunakan laptop dan LCD. Setelah itu
dilanjutkan dengan tanya jawab dan ditambah dengan penjelasan
24
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 68. 25
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti
Mas’amah.
55
oleh guru. Kemudian kelompok berikutnya mendiskusikan topik
“ikhlas dalam beribadah” dan dilanjutkan dengan tanya jawab dan
bila siswa tidak atau belum tepat dalam memberikan jawaban,
maka guru membantu memberi jawaban. Hasilnya siswa yang aktif
mengikuti diskusi tergolong tanggungjawabnya tinggi sebanyak
67% dan yang kurang aktif 33%. Guru bersama siswa membuat
kesimpulan bahwa.
1)) Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki tugas untuk
memakmurkan bumi dan melestarikannya. Hal itu bisa kita
amati dari rasa tanggungjawab di kelas, peduli terhadap teman
dan guru, kerjasama, etika ketika bertanya dan disiplin.
2)) Ikhlas dalam beribadah adalah perilaku yang harus
ditanamakan kepada siswa. Hal ini untuk melihat kejujuran
siswa.26
Setelah itu guru bersama siswa bersama-sama melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan diskusi guna pertemuan berikutnya.
Dan memberi informasi terhadap hal-hal yang harus dibawa untuk
pertemuan berikutnya. Yang laki-laki membawa kopiah atau peci,
dan yang perempuan membawa peralatan sholat (mukenah) untuk
praktek shalat.
b) Penelitian hari kedua
Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus
Alquran selama 15 menit dan dilanjutkan dengan doa.
Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang praktek sholat
sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap
sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas. Tanggung jawab bisa
dilihat pada aplikasi siswa melakukan shalat 5 waktu sehari
semalam. Dan di sekolah bisa diamati oleh guru ketika shalat
dhuhur di masjid SMAN 28 Jakarta. Hakikat siswa melaksanakan
26
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti
Mas’amah.
56
shalat adalah sebagai rasa tanggung jawab seorang hamba terhadap
Allah SWT.
Jujur bisa dilihat ketika siswa melakukan gerakan dan bacaan
shalat serta jumlah rakaat shalat. Hal inipun sebenarnya
mengajarkan kepada siswa bahwa makna bacaan shalat dan
gerakannya adalah perilaku jujur dan tidak boleh ditambah ataupun
dikurangi apalagi dirubah.
Peduli tehadap sesama bisa dilihat pada gerakan shalat ketika
salam. Dimana ketika salam kita menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal
itu menandakan bahwa kita diajarkan mendoakan teman yang ada
di sebelah kanan dan kiri kita, karena makna salam yang dibaca
saat itu adalah doa.27
Disiplin bisa dilihat pada waktu pelaksanaan shalat. Di dalam
ajaran agama Islam, sangat dianjurkan shalat di awal waktu. Hal ini
mengajarkan pada siswa untuk disiplin dalam menggunakan waktu
dan memanfaatkan waktu.
Sopan santun bisa dilihat pada etika shalat, mulai dari cara
berpakaian yakni bagi laki-laki berpakaian sopan dan bagi wanita
berpakaian menutup aurat. Dan sangat dianjurkan menggunakan
warna putih, karena warna tersebut adalah sunah Rasul; artinya
Rasulullah SAW dalam keseharian terlebih ketika shalat lebih
senang menggunakan warna putih. Putih melambangkan kesucian
dan kebersihan.
Ikhlas bisa dilihat pada keseriusan siswa mengikuti praktek
shalat dan kekhusyukan ketika praktek sholat, sehingga
minimalnya secara kasat mata bisa dilihat bahwa tidak ada siswa
yang jumlah rakaatnya kurang ataupun salah. Dan yang lebih
penting adalah aplikasi siswa setelah praktek shalat yaitu bisa
mengaplikasikan bacaan dan gerakan shalat dalam praktek
27
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning oleh Dra. Siti
Mas’amah.
57
kehidupan nyata baik ketika di sekolah bergaul dengan teman, guru
ataupun dengan satpam sekolah dan yang lainnya maupun di
lingkungan rumah atau keluarga dan masyarakat lingkungan
sekitar. Hal ini sesuai dengan hadist Rasullullah SAW yang artinya:
“Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan
munkar”. Hal tersebut tebukti bahwa siswa SMAN 28 tidak pernah
terlibat tawuran maupun perilaku negatif lainnya termasuk kelas X-
7.
Setelah guru memberikan penjelasan, barulah guru melakukan
observasi dan memberikan penilaian persiswa ketika praktek shalat.
Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran,
tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin, dan peduli terhadap
sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat
baik pada siklus 1 ini berjumlah 40%, nilai baik 44%, dan nilai
cukup 16%.28
2) Penelitian siklus kedua
Penelitian siklus kedua, pelaku PTK mengamati 6 nilai
kemanusiaan, yang dilakukan siswa pada kelas X-7 yang terangkum
dalam praktek shalat.
Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran
selama 15 menit dan dilanjutkan dengan do’a.
Setelah itu guru memberikan penjelasan tentang praktek shalat
sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur, peduli terhadap
sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas.
Peneliti memberikan hasil praktek shalat perorangan kepada siswa
dan menunjukkan mana gerakan yang belum betul dan yang sudah
betul serta bacaan yang belum betul dan belum fasih. Kemudian
dilanjutkan dengan tanya jawab tentang hasil praktek shalat dan
setelah itu praktek shalat dimulai.
28
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti
Mas’amah.
58
Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran,
tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin dan peduli terhadap
sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik
pada siklus 2 ini berjumlah 56%, nilai baik 44% dan nilai cukup 0%.
Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil yang lebih baik
antara siklus 1 dan siklus 2.29
3) Penelitian siklus ketiga
Penelitian pada siklus ketiga, pelaku PTK mengamati 6 nilai
kemanusiaan yang dilakukan siswa pada kelas X-7 yang terangkum
dalam praktek shalat.
Sebelum memulai praktek shalat, siswa mengikuti tadarus Alquran
selama 15 menit dan dilanjutkan dengan do’a.
Setelah itu guru (pelaku PTK) memberikan penjelasan tentang
praktek shalat sebagai tolak ukur penilaian tanggung jawab, jujur,
peduli terhadap sesama, disiplin, sopan santun dan ikhlas.
Pelaku PTK memberikan hasil praktek shalat perorangan kepada
siswa dan menunjukkan mana gerakan yang belum betul dan yang
sudah betul serta bacaan yang belum betul dan belum fasih. Kemudian
dilanjutkan dengan tanya jawab, tentang hasil praktek shalat dan
setelah itu praktek shalat dimulai.
Berdasarkan data yang ada dari 6 penilaian yakni kejujuran,
tanggung jawab, ikhlas, sopan santun, disiplin dan peduli terhadap
sesama dari 38 siswa, maka siswa yang mendapatkan nilai amat baik
pada siklus 3 ini berjumlah 68%, nilai baik 32% dan nilai cukup 0%.
Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil yang lebih baik
antara siklus 2 dan siklus 3.
Dari deskripsi panjang mengenai implementasi tindakan yang
dilakukan guru PAI (pelaku PTK), dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa implementasi tersebut telah sesuai dengan perencanaan yang telah
29
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti
Mas’amah.
59
dibahas sebelumnya. Menurut pengamat penulis implementasi dari
perencanaan tersebut telah berjalan dengan baik dan tanpa halangan yang
berarti, masalah yang ditemui adalah terbatasnya waktu. Tapi menurut
pelaku PTK bisa diatasi dengan meminjam jam mengajar dari guru mata
pelajaran lain yang berada setelah mata pelajaran PAI.
e. Observasi
Pada tahap observasi ini, dilakukan oleh peneliti sendiri atau
kolaborator yang memang diberi tugas untuk hal itu. Dan yang menjadi
observer ibu Siti, guru PAI di SMAN 28 Jakarta ini. Ketika
mengimplementasikan tindakan yaitu rekan bidang studi yang sama, pak
Suhartoyo. Dan hasil dari penelitian ini diseminarkan di UNJ. Hasil dari
observasi siklus pertama adalah:
1) Siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan
2) Siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan
3) Siswa kurang terampil dalam menggunakan alat peraga ketika diskusi
4) Pemahaman siswa tentang materi Alqur’an masih kurang
5) Guru diharapkan memberi bimbingan dengan cara menyarankan pada
siswa agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan
yang dikerjakan beserta hasilnya
6) Sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang lafal
bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar.
7) Pergunakan waktu dengan efisien dan efektif.30
Observasi siklus kedua:
1) Siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan
2) Siswa kurang berani dan kesulitan dalam mengajukan pertanyaan
3) Sebagian kelompok masih mengalami kesulitan dalam menggunakan
alat percobaan atau peraga
4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil
kegiatan agar dapat berjalan lancar,
30
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti
Mas’amah.
60
5) Guru tetap memberi arahan secara lebih detail tentang lafal bacaan
shalat dan gerakan shalat yang benar.
6) Dalam pelaksanaan praktek shalat sebaiknya dibagi kelompok dengan
cara shalat jamaah.
Observasi siklus ketiga:
1) Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan harus lebih ditingkatkan
lagi
2) Siswa masih kesulitan dalam mengajukan pertanyaan
3) Guru menilai ketika praktek shalat.31
f. Refleksi
Tahapan refleksi/evaluasi dapat ditentukan sesudah adanya
implementasi tindakan dan hasil observasi.
Refleksi siklus pertama:
1) Untuk meningkatkan siswa menjawab pertanyaan, maka guru
memberi pertanyaan dari bentuk pertanyaan yang sederhana dan
mudah dipahami oleh siswa
2) Untuk meningkatkan keberanian siswa mengajukan pertanyaan, guru
perlu memberi layanan pada siswa dengan cara membimbing
membuat pertanyaan melalui tahapan-tahapan bertingkat. Tahapan
tersebut dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut: pada tahap
awal, siswa diharapkan menulis terlebih dahulu pertanyaan yang akan
diajukan. Tahap berikutnya siswa tanpa menulis pertanyaan
diharapkan dapat mengajukan pertanyaan.
3) Untuk meningkatkan siswa terampil menggunakan alat peraga, guru
melayani siswa dengan cara menunjukkan urutan langkah kerja
4) Untuk meningkatkan agar siswa dapat menjelaskan materi Alquran,
guru memberi bimbingan dengan cara menunjukkan buku tambahan
atau rujukan lain, agar siswa lebih jelas dan lengkap memahami
tentang materi yang akan disajikan
31
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti
Mas’amah.
61
5) Agar presentasi hasil kegiatan dapat berjalan lancar, maka guru
diharapkan memberi bimbingan dengan cara menyarankan pada siswa
agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan yang
dikerjakan beserta hasilnya. Hasil kegiatan/diskusi kelompok disusun
secara sistematis
6) Agar praktek shalat berjalan dengan lancar dan mudah dikerjakan oleh
anak, maka sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang
lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar
7) Agar pelaksanaan waktu bisa efisien dan efektif ketika praktek,
sebaiknya dalam satu kelas dibagi kelompok dengan cara shalat
berjamaah. Dan siswa bisa ikut mengawasi.32
Refleksi siklus kedua:
1) Agar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar maka guru perlu
mengajukan pertanyaan dalam bentuk pertanyaan yang sederhana dan
yang mudah dipahami siswa
2) Guru tetap memberikan layanan bagi siswa yang masih mengalami
kesulitan mengajukan pertanyaan dengan cara membimbing membuat
pertanyaan melalui tahapan-tahapan bertingkat. Tahapan tersebut
dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut: pada
tahap awal, siswa diharapkan menulis terlebih dahulu pertanyaan yang
akan diajukan; tahap berikutnya, siswa tanpa menulis pertanyaan
diharapkan dapat mengajukan pertanyaan; dan seterusnya.
3) Guru tetap memberi layanan pada kelompok siswa yang mengalami
kesulitan dalam menggunakan alat percobaan dengan cara
menunjukkan urutan langkah kerja
4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil
kegiatan agar dapat berjalan lancar, dengan cara menyarankan pada
siswa agar semua anggota kelompok dapat memahami tujuan kegiatan
yang dikerjakan beserta hasilnya
32
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui Metode Active Learning, oleh Dra. Siti
Mas’amah.
62
5) Agar praktek shalat berjalan dengan lancar dan mudah dikerjakan oleh
anak, maka sebaiknya guru memberi arahan secara lebih detail tentang
lafal bacaan shalat dan gerakan shalat yang benar
6) Agar pelaksanaan praktek shalat bisa efisien dan efektif, sebaiknya
dalam satu kelas dibagi kelompok dengan cara shalat berjamaah. Dan
siswa bisa ikut mengawasi. Dan guru menyarankan agar siswa
membawa peralatan shalat.
Refleksi siklus ketiga:
1) Agar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan benar maka guru perlu
mengajukan pertanyaan dalam bentuk pertanyaan yang sederhana dan
yang mudah dipahami siswa
2) Guru tetap memberikan layanan pada tahap awal: siswa diharapkan
menulis terlebih dahulu pertanyaan yang akan diajukan, tahap
berikutnya siswa tanpa menulis pertanyaan diharapkan dapat
mengajukan pertanyaan.
3) Guru tetap memberi layanan pada kelompok
4) Guru tetap memberikan bimbingan dalam hal mempresentasikan hasil
kegiatan agar dapat berjalan dengan lancar
5) Guru mengamati dan menilai pelaksanaan praktek shalat.
g. Penyusunan laporan
Setelah kegiatan penelitian selesai maka tahap akhir adalah
melaporkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, begitupun dengan
PTK. Setelah kegiatan penelitian selesai dan tujuan pembelajaran telah
berjalan sesuai harapan maka peneliti menyusun laporan penelitian
tindakan tersebut.
Dalam penyusunan laporan penelitian tindakan yang telah ibu Siti
lakukan, beliau dibiayai oleh Ditjen PMPTK, Departemen Pendidikan
Nasional bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Jakarta.33
33
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah sebagai Guru PAI di SMAN 28
Jakarta, tgl. 11 Januari 2011.
63
C. Analisis Data Hasil Temuan
1. Pelaksanaan PAI di SMA Negeri 28 Jakarta
Kurikulum yang diterapkan di SMAN 28 adalah kurikulum tingkat
nasional yaitu KTSP, KTSP SMAN 28 berdasarkan kebutuhan yang
diperlukan stakeholder di SMAN 28 dan meng-adopt kurikulum dari
Cambridge dan Canada.
KTSP merupakan kurikulum yang dicanangkan pemerintah pada tahun
2006, kurikulum ini bersifat desentralisasi. Pemerintah memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada sekolah untuk mengembangkan
kurikulum pembelajaran. Tujuannya yaitu sekolah bisa menyesuaikan
dengan kebutuhan di sekolahnya dan menyesuaikan dengan keadaan
sekolahnya. Supaya guru tidak hanya terpaku pada kurikulum yang ada,
sehingga ada usaha untuk memperkaya kurikulum yang ada.
Atho’ Mudzhar mengemukakan bahwa merosotnya moral dan akhlak
siswa disebabkan antara lain akibat kurikulum pendidikan agama yang
terlampau padat materi, dan materi tersebut lebih mengedepankan aspek
pemikiran.34
Pihak SMAN 28 telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengembangkan kurikulum PAI, sehingga dalam pembelajarannya tidak
hanya mengedepankan pemikiran saja tetapi juga bagaimana siswa dapat
mengamalkan dalam kehidupannya.
2. Kendala dalam Pelaksanaan Pembelajaran PAI
Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu
siswa kebanyakan hanya belajar agama di sekolah saja. Dan kurang adanya
dasar-dasar agama yang diajarkan oleh orang tua yang nantinya akan saling
melengkapi dengan materi yang diajarkan di sekolah. Hal ini sejalan dengan
yang diungkapkan oleh Tafsir yang dikutip oleh Muhaimin bahwa kesulitan
yang dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam datang dari luar
bidang studi PAI itu sendiri antara lain menyangkut dedikasi guru PAI
34
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 25.
64
mulai menurun, lebih bersifat transaksional dalam bekerja, orang tua di
rumah mulai kurang memperhatikan pendidikan agama bagi anaknya.35
Keadaan seperti yang dijelaskan di atas benar-benar terjadi dalam
kehidupan siswa SMAN 28 Jakarta karena menurut wawancara yang
dilakukan penulis mengetahui bahwa ternyata sebagian besar siswanya
berasal dari keluarga yang berbeda agama. Dapat dimengerti jika memang
terdapat kebingungan dari anak untuk kehidupan beragamanya.
3. Pelaksanaan PTK pada Pembelajaran Mata Pelajaran PAI
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMAN
28 ada beberapa langkah yang telah dilakukan, yaitu adanya ide awal,
prasurvey, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, observasi,
refleksi dan penyusunan laporan. Hal ini sesuai dengan langkah-langkah
PTK yang telah dikemukakan oleh Para ahli yang penulis sebutkan pada bab
sebelumnya.
Setelah dilakukan langkah-langkah tersebut (PTK) siswa mengalami
kemajuan baik dari segi nilai, maupun perilakunya. Pada awalnya siswa
yang mendapat nilai cukup pada tanggungjawab, kejujuran, peduli terhadap
sesama, keikhlasan, kesopanan dan kedisiplinan dari 38 siswa sebanyak
16%, nilai baik 44% dan amat baik 40%. Kemudian meningkat menjadi
nilai cukup 0%, baik 44% dan amat baik 56%. Dan pada siklus selanjutnya
meningkat lagi menjadi nilai cukup 0%, baik 32% dan amat baik meningkat
menjadi 68%. (lihat lampiran)
Implementasi PTK di SMAN 28 ini dilakukan secara prosedural, dan
mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan PTK
ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru
dan siswa dalam berbagai tindakan.
b. Kegiatan refleksi (renungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasarkan
pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan
35
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah, dan Perguruan Tinggi..., h. 28.
65
valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan
masalah yang terjadi.
c. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan
dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam
praktik pembelajaran).36
Mengacu kepada pendapat di atas, maka pelaksanaan PTK di SMAN 28
telah dilakukan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dilihat dari hasil
wawancara, studi dokumentasi dan observasi yang dilakukan.
Pelaksanaan PTK di SMAN 28 dikategorikan cukup baik, karena
menyebabkan peningkatan kualitas pembelajaran PAI, dibuktikan dengan
peningkatan nilai rata-rata kelas siswa dan peningkatan perilaku siswa di
sekolah.
36
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Teori dan Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73.
66
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis uraikan pada
bab-bab terdahulu mengenai pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata
pelajaran PAI di SMA Negeri 28 Jakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 28
Jakarta mengikuti kurikulum standar nasional yaitu KTSP yang kemudian
diperkaya dan diadaptasi dengan kebutuhan di SMAN 28, kemudian dalam
menyusun kurikulum, mengadopsi dari Cambridge dan Canada.
2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya adalah kurang adanya kerja
sama dari orang tua siswa untuk mengajarkan materi agama di rumah,
sehingga kebanyakan siswa hanya belajar agama di sekolah saja.
3. Pelaksanaan PTK pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMA Negeri 28
Jakarta dikategorikan cukup baik, hal ini terbukti dari pelaksanaan
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara prosedural dan adanya
peningkatan yang lebih baik dari nilai maupun perilaku siswa.
67
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang penulis ajukan adalah:
1. Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam sebaiknya guru
PAI menggunakan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif melalui
penelitian tindakan kelas, sehingga ia dapat terlibat aktif dalam
mengimplementasikan kurikulum dan memungkinkan ia memberi sumbang
saran untuk menyempurnakan kurikulum tersebut.
2. Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam seyogyanya kerjasama antara
guru PAI dan guru lainnya, antara pihak sekolah dan orang tua siswa lebih
ditingkatkan lagi, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam yang
diharapkan dapat tercapai.
3. Penelitian tindakan kelas sangat baik dilakukan sebagai salah satu metode
pemecahan masalah yang dialami guru ketika proses pembelajaran, dan
diharapkan tujuan proses pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
68
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, Cet. I, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi
VI, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. XIII, 2006.
_____, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV, 2007.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Cet. II, 2002.
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1988.
Ghony, M. Djunaidi, Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UIN-Malang Press,
2008.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IX, 2009.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008.
Indrakusuma, Amir Daien, Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: PT Indeks, 2009.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2006.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-
Ma’arif, Cet. VIII, 1989.
Moleong, Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. XIV, 2001.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2004.
_____, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah Madrasah dan Perguruan
Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
69
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
_____, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007.
Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam
di Indonesia, Bogor: Kencana, 2003.
Nasir, Sahilun A., Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema
Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, cet. II, 2002.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja
Rosda Karya, Cet. XIII, 2000.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.
Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999.
Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi,
Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, Cet. I, 2000.
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,
2007.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet. IX, 2007.
Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research), (Jakarta: Depdikbud, 1999), h. 18.
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) Teori dan Praktik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.
Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafik,
2009.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. II, 1998.
Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
ABK di Sekolah, http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari Rabu, 10
November 2010 pukul 15.32.
70
Wawancara
Arsono, Dwi, Wawancara, Jakarta, 15 Maret 2011.
Mas’amah, Siti Wawancara, Jakarta, 11 Januari 2011.
Mulyadi, Wawancara, Majalengka, 28 Januari 2010.
Suhartoyo, Wawancara, Jakarta, 24 Februari 2011.
BERITA WAWANCARA
Identitas Responden
Nama : Siti Mas’amah
Pendidikan terakhir : S1
Jabatan : Guru PAI
Hari/tanggal : Selasa/11 Januari 2011
Tempat : Ruang Guru
Waktu : 13.00-14.30 WIB
1. Apa saja pelatihan atau seminar yang diikuti dalam rangka meningkatkan
kompetensi dalam mengajar mata pelajaran PAI?
pelatihan PTK, kiat menjadi guru yang disukai siswa, pelatihan dalam
penyusunan silabus dan kisi-kisi ujian, dan lain-lain.
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di SMAN 28 Jakarta?
Setiap kelas itu beda-beda karena kemampuan tiap anak dalam satu kelas
dengan kelas yang lainnya berbeda. Di sekolah ini dipisah-pisahkan anak
yang cerdas dengan yang tidak, anak yang tidak cerdas itu diberi pendekatan
khusus.
Dan metode apa saja yang digunakan?
Jawaban : Dalam mengajar PAI biasanya ibu menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, pemberian tugas, presentasi, diskusi.
3. Seberapa seringkah ibu mengganti metode yang digunakan?
Yang pasti dalam satu pertemuan itu tidak mungkin hanya menggunakan satu
metode saja, tetapi lebih dari satu misalnya ceramah dan diskusi serta
pemberian tugas.
4. Atas dasar apa ibu mengganti metode tersebut?
Untuk menarik perhatian siswa, karena bila hanya menggunakan metode
ceramah saja siswa tidak akan aktif. Sekarang dalam proses pembelajaran itu
dituntut siswa yang aktif bukan guru.
5. Biasanya, masalah apa yang paling sering ibu hadapi dalam mengajar mata
pelajaran PAI?
Penguasaan atau pemahaman siswa dalam menangkap materi yang dijelaskan
guru itu tidak sama, ada yang cerdas, sedang dan di bawah rata-rata atau tidak
cerdas. Dan anak yang kurang cerdas harus diberi pendekatan khusus.
6. Dalam melakukan PTK, ada beberapa langkah yang harus dilewati. Salah
satunya adalah menemukan ide awal. Pada saat ini, bagaimana cara ibu
menemukan permasalahan di dalam kelas?
Karena saya mengajar di kelas, saya tahu bagaimana kemampuan siswanya.
Pelajaran tarekh itu susah, anak-anak kurang suka kalo hanya dengan
ceramah. Selain tarekh pelajaran Qur’an juga kurang disukai anak-anak. Dan
ketika MGMP guru agama di sekolah lainpun mengalami kesulitan dalam
mengajar Qur’an dan Tarekh.
Dan apakah masalah tersebut ibu diskusikan terlebih dahulu dengan guru
bidang studi yang sama?
Saya tidak mendiskusikannya dengan teman guru bidang studi yang sama di
sekolah ini, tetapi saya berdiskusi dengan guru bidang studi yang sama di
sekolah yang berbeda.
7. Apakah ibu melakukan prasurvey dan diagnosis?
Ya. Saya melakukan prasurvey, untuk mengetahui kelas mana yang akan saya
gunakan. Sedangkan untuk diagnosis tidak, saya sudah mengetahui
kemampuan siswa dalam satu kelasnya. Saya melakukan PTK berdasarkan
pada kesulitan yang dihadapi dan tidak perlu adanya diagnosis lagi.
Pada tahap prasurvey apa yang ibu lakukan?
Menganalisis kelas mana yang akan digunakan sebagai sasaran dilakukannya
PTK, kelas yang rata-rata anaknya pintar tidak perlu lagi dilakukan PTK,
memilih kelas yang nilainya dibawah rata-rata. Kelas yang sebagian siswanya
sulit untuk memahami materi yang disampaikan dan sebagian siswanya tidak
memperhatikan.
Setelah ibu melakukan prasurvey dan diagnosis langkah apa yang ibu ambil
untuk memecahkan masalah tersebut?
Saya menentukan kelas mana yang akan dijadikan sasaran, dan saya mencoba
untuk menerapkan metode pembelajaran selain metode caramah. Kemudian
saya memulai untuk membuat perencanaan PTK dan mulai menulis.
8. Apa saja yang ibu lakukan pada tahap perencanaan?
Saya mencari data-data dari buku dan internet.
Apakah ibu membuat jadwal pelaksanaan (persiapan, implementasi,
monotoring, refleksi dan pelaporan)?
Ya, saya membuat jadwal pelaksanaan seperti yang tertera di laporan PTK.
Dan peralatan apa yang ibu siapkan?
Absen, angket, lembar observasi untuk menilai kegiatan siswa.
9. Apa yang ibu lakukan pada perencanaan khusus (siklus persikus)?
Pada pertemuan pertama saya mengajar dengan metode ceramah, kemudian
saya menilai. Rata-rata nilai anak-anak misalnya 80 dan saya ingin
menaikkan nilai anak menjadi 90, kemudian saya mencoba metode baru yaitu
activ learning, setelah itu saya menilai lagi.
Apa yang ibu lakukan di siklus pertama?
Pertama, saya menjelaskan tentang materi, kemudian mengamati pelaksanaan
diskusi kelas dan presentasi dengan menggunakan LCD dan dilanjutkan
dengan tanya jawab. Pada pertemuan berikutnya saya menjelaskan tentang
praktek shalat sebagai tolok ukur penilaian nilai-nilai kemanusiaan, kemudian
melakukan praktek shalat dan menilai satu persatu.
Shalat saya pilih sebagai tolok ukur penilaian nilai-nilai kemanusiaan karena
sesuai dengan bunyi ayat
Menurut saya, jika seorang anak telah mengerjakan shalat dengan benar,
maka dia akan mengaplikasikan lafal-lafal shalat tersebut ke dalam
pribadinya dan kehidupannya.
Apakah ada perbedaan dengan siklus selanjutnya? Bagaimana
perbedaannya?
Pasti ada perbedaannya ya, dari segi nilai, ada peningkatan. Dan karena anak-
anak merasa senang belajar materi tersebut maka dengan senang hati ia akan
menerapkan dalam kehidupannya. Kalau dengan metode ceramah saja anak-
anak kurang antusias, tetapi setelah ditambah metode baru anak-anak senang
sekali.
10. Apa yang ibu lakukan pada tahap implementasi tindakan?
Implementasi itu kan aplikasi dari perencanaan tadi itu, bisa lihat di laporan
PTK kemaren.
Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran ketika ibu
mengimplementasikan tindakan?
Kendala yang dihadapi dalam penggunaan waktu, karena pelajaran PAI hanya
2 jam pelajaran. Dari sarana tidak ada masalah karena disini sarananya
lengkap.
Bagaimana menyikapi hal tersebut?
Untuk menyikapinya saya meminjam jam pelajaran rekan guru yang
mengajar setelah jam pelajaran saya.
11. Siapa yang menjadi sasaran pada saat ibu mengimplementasikan tindakan?
Ada anak yang cerdas dan tidak, kalo kelas yang anak-anaknya cerdas sudah
tidak perlu menggunakan PTK. Saya gunakan kelas yang anak-anaknya susah
memahami materi, X-7 dan XII-IPS 1
12. Siapa yang menjadi monitoring/pengamat ketika ibu mengimplementasikan
tindakan?
Teman MGMP (musyawarah guru mata pelajaran)
Setelah ibu mengimplementasikan tindakan, apakah hasil observasi itu
langsung didiskusikan?
Ya, hasil observasinya didiskusikan.
Kalau ya, bagaimana efek dari implementasi tindakan itu? Boleh saya tahu
hasil observasinya?
Siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan, siswa merasa kesulitan
dalam menjelaskan materi Alquran. Selanjutnya bisa dilihat di laporan PTK.
13. Apa yang ibu lakukan pada tahap refleksi?
Memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada untuk meningkatkan proses
pembelajaran di siklus selanjutnya.
14. Siapa yang menjadi teman diskusi pada saat ibu merefleksi/ mengevaluasi
kegiatan/tindakan yang telah dilakukan?
Teman MGMP.
15. Langkah apa yang ibu ambil setelah adanya refleksi?
Saya mencoba metode baru, dan mengurangi kekurangan-kekurangan yang
ada.
16. Bagaimana ibu menyusun laporan PTK?
Waktu itu pemerintah membiayai guru-guru yang menulis karya ilmiah,
waktu itu saya dapat 3 juta
Menurut ibu apakah menyusun laporan PTK itu sulit?
Tergantung mood, kalo lagi enak cepet ngerjainnya. Tapi ketika datang rasa
males akan lama karena kalo PNS itu dari hari senin-jum’at harus hadir
walaupun tidak ada jam pelajaran.
17. Berapa siklus PTK yang kira-kira diperlukan agar tujuan yang ibu harapkan
tercapai?
3-4 siklus, sampai tujuan yang diharapkan tercapai.
Bagaimana sebelum dan setelah dilakukan PTK?
Sebelum dilakukan PTK, menurut saya karena anak-anak kurang tertarik
terhadap materi yang disampaikan, membacanyapun malas. Kemudian
hasilnya tidak maksimal karena mengalami kesulitan dalam belajarnya. Dan
saya berupaya untuk menggunakan metode-metode lain yang dapat
diterapkan, sehingga anak-anak mudah belajarnya yang pada akhirnya akan
menghasilkan hasil belajar yang maksimal.
Setelah adanya PTK yang berubah itu dari nilai saja atau perilaku juga?
Jika hanya mengejar teori/nilai saja tidak akan ada gunanya. Dan
kenyataannya tidak hanya nilai anak-anak saja yang mengalami peningkatan
tetapi juga sikap siswa menjadi lebih baik.
18. Menurut ibu apa manfaat penelitian tindakan kelas khususnya bagi
pembelajaran PAI?
a. Menjadikan siswa-siswi mudah mempelajari materi yang diajarkan oleh
guru karena menggunakan perubahan metode.
b. Karena anak-anak menjadi senang, maka lebih memudahkan dia untuk
mengamalkannya. Jadi tidak hanya mempelajari saja tapi juga
mengamalkannya karena mereka senang terhadap proses pembelajarannya.
Jakarta, 20 Mei 2011
Interviewer Interviewee
Ida Farida Dra. Siti Mas’amah
BERITA WAWANCARA
Identitas Responden
Nama : Suhartoyo, BA.
Pendidikan terakhir : Sarjana Muda
Jabatan : Guru PAI
Hari/tanggal : Kamis/24 Februari 2011
Tempat : Ruang Guru
Waktu : 15.15-15.40 WIB
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMAN 28 Jakarta ini?
Pendidikan Agama Islam dilaksanakan sesuai dengan kurikulum, apa yang ada
di dalam kurikulum kita laksanakan.
Dan metode apa saja yang digunakan?
Metode yang digunakan pemberian tugas dan diskusi.
2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam?
Kendalanya satu, walaupun sudah kita lakukan banyak hal, anak-anak kurang
lancar di dalam membaca ayat-ayat Alquran. Buktinya ketika diskusi, ayat atau
haditsnya itu hanya diambil artinya, walaupun mereka membawa Alquran.
Karena kurang fasih dalam membaca ayat Alquran jadinya kurang percaya diri.
Bagaimana menyikapi hal tersebut?
Tiap pagi kita adakan tadarus Alquran, dan juga pernah yang belum kita
lakukan walaupun kita sudah berusaha minta untuk usul bahwa diadakan
konsultasi mata pelajaran agama, tetapi belum terlaksana. Dan di masjid
diadakan kegiatan, anak-anak rohis yang sudah lancar membaca ayat Alquran
diharapkan juga bisa mengajarkan pada teman-temannya yang belum lancar
membaca Alquran. Tetapi yang ikut itu paling beberapa persen, karena
mungkin kegiatan-kegiatannya itu banyak sekali.
Dan juga yang kedua, background anak-anak kita itu tidak dari madrasah,
tetapi dari sekolah-sekolah negeri, bahkan ada juga dari yayasan tertentu.
Ada juga kendala dari orang tua, bapak ibunya beda agama.
3. Siapa yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses pendidikan
agama Islam? Apakah hanya guru PAInya saja?
Semua guru bertanggung jawab. Alhamdulillah disini semuanya mendukung,
walaupun tidak semua persen guru-guru disini mendukung, dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan para guru mendukung termasuk kepala sekolah. Jadi tidak
bisa hanya dianjurkan satu guru, semuanya harus mendukung kalau ingin
pendidikan agama itu berhasil.
Alhamdulillah disini mendukung, tidak ada yang menghalang-halangi.
walaupun nanti dukungannya ada yang kuat ada yang tidak. Mungkin di dalam
penyampaian materi, baik agama ataupun pelajaran yang lainnya dalam
prosesnya itu dikaitkan dengan pendidikan agama tetapi ternyata tidak semua
seperti itu.
4. Apakah ada tuntutan dari kepala sekolah atau ada peraturan sendiri tentang
pelaksanaan PTK?
Kalau harus tidak ada. PTK itu kaitannya dengan karya tulis dan merupakan
suatu syarat untuk bisa naik golongan, kalau dari kepala sekolah menyerahkan
saja, jadi tidak dituntut harus membuat. Kecuali RPP dan yang berhubungan
dengan pembelajaran memang harus.
5. Apa harapan bapak tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah
ini?
Harapan saya, PAI mewarnai semua mata pelajaran. Walaupun kadang-kadang
kita lihat perbedaan waktu belajar untuk pelajaran agama dengan yang lain itu
sangat berbeda, karena pelajaran PAI hanya 2 jam pelajaran berbeda dengan
pelajaran lain. Tetapi kita dituntut untuk bisa mensiasati hal tersebut.
Maka kita dengan berbagai cara, berbagai upaya mengadakan kegiatan-
kegiatan diluar kelas. Misalnya ada pesantren kilat, mentor khotib dan lain
sebagainya.
Jakarta, 20 Mei 2011
Interviewer Interviewee
Ida Farida Suhartoyo, BA.
BERITA WAWANCARA
Identitas Responden
Nama : Drs. Dwi Arsono, M. Si
Pendidikan terakhir :
Jabatan : Wakasek Bid. Humas
Hari/tanggal : Selasa/15 Maret 2011
Tempat : Ruang Guru
Waktu : 12.35-13.30 WIB
1. Bagaimana sejarah berdirinya SMAN 28 Jakarta dan bagaimana
perkembangannya?
Sejarah berdirinya SMA Negeri 28 Jakarta pada awalnya merupakan
pengembangan dari SMA 11 Filial Jakarta. Pada saat itu SMA 11 Filial
Jakarta berdiri di kawasan Pasar Minggu. Pimpinan yang pertama dalam filial
tersebut adalah Bapak Drs. Djoko Soetejo. Kemudian dalam
perkembangannya pada tahun 1970 tepatnya 1 Januari 1970, berdasarkan SK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No.343/UKK3/1970 tertanggal 5 Maret 1970 SMA 11 Filial Jakarta resmi
menjadi SMA Negeri 28 Jakarta. Kemudian pada tahun 2003 karena prestasi
dan reputasinya yang terus meningkat, SMA Negeri 28 Jakarta ditunjuk oleh
Pemerintah DKI Jakarta melalui Dinas Pendidikan DKI Jakarta menjadi
sekolah plus tingkat Propinsi DKI Jakarta. Satu tahun berikutnya, pada tahun
2004, berkat keseriusan dan komitmen yang kuat dari sekolah ini, SMA
Negeri 28 Jakarta ini ditunjuk sebagai sekolah plus dengan standar nasional.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2007 sekolah ini direkomendasikan
oleh dinas Pendidikan sebagai salah satu sekolah bertaraf internasional.
Komitmen yang kuat ini terus kami pertahankan, sehingga kami bekerja sama
dengan Cambridge University untuk membangun kelas internasional pada
tahun 2010 dalam rangka percepatan RSBI.
2. Apakah visi dan misi pendidikan sekolah ini?
Kemudian untuk visi SMA Negeri 28 Jakarta adalah menguasai IPTEK
berdasarkan IMTAQ dan mampu bersaing secara global. Sedangkan misinya:
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efisien, agar
setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
b. Meningkatkan pelayanan pembelajaran terhadap siswa sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar siswa, melalui pelaksanaan sistem
satuan kredit semester (SKS).
c. Pada tahun 2009 / 2010 sebagai sekolah bertaraf Internasional.
d. Menumbuhkan semangat juang menjadi yan terbaik secara intensif kepada
seluruh warga sekolah.
e. Menumbuhkan penghayatan keimanan dan ketakwan terhadap ajaran
agama yang dianut dan nilai-nilai budaya bangsa sehinggga menjadi
sumber kerarifan dalm bertindak.
Untuk mencapai misi tersebut, tahun ajaran 2010/2011 ini ada 4 hal yang
dicanangkan. Tujuannya adalah dalam rangka menjadikan murid SMA Negeri
28 Jakarta menjadi:
a. Menjadikan keanekaragaman atau perbedaan itu menjadi sebuah kekuatan
dan bukan sebaliknya, menjadi bahan perpecahan.
b. Selalu menggugah hati. Menanamkan rasa empati terhadap sesama siswa
guru dan lainnya, dengan cara membiasakan diri bersalaman dengan
sesama elemen sekolah setiap kali bertemu. Selain itu juga dibudayakan
membaca Alquran setiap pagi, berdoa sebelum memulai pelajaran.
c. Adanya kemampuan untuk menganalisis potensi yang ada dalam diri siswa
masing-masing. dengan demikian siswa bisa mengembangkan potensi
tersebut untuk kepentingannya dimasa datang. Untuk menumbuhkan yang
demikian itu siswa diajak untuk berpartisipasi dalam suatu event tertentu.
d. Percaya diri dan jujur.
3. Bagaimana keadaan sumber daya pendidikannya?
Sumber daya dalam pendidikan bisa kita bagi menjadi 2. Pertama, sumber
daya manusia. Mengenai sumber daya manusia yang kita miliki, sejauh ini
SMAN 28 Jakarta memiliki 66 orang guru yang 5 orang diantaranya bertitel
Strata 2. Dan yang sedang menempuh jenjang S2 ini berjumlah 4 orang.
Selain itu, ada juga guru yang telah mendapatkan sertifikasi dari Cambridge,
khususnya materi IPA dan ESL yang berjumlah 6 orang. Keenam orang guru
tersebut sudah mendapatkan rekomendasi dari Cambridge dan diakui sebagai
guru berstandar Internasional. Dalam pemilihan guru teladanpun SMAN 28
Jakarta ini meraih juara 1 ditingkat Jakarta Selatan dan juara ketiga tingkat
nasional.
Kedua, dari segi Tata Usaha pada umumnya para karyawan di sekolah ini
memiliki kemampuan IT yang baik sehingga kegiatan dibidang tersebut bisa
ditangani secara baik.
4. Prestasi apa saja yang perrnah diraih oleh sekolah ini?
Prestasi yang sudah diraih oleh sekolah ini diantaranya adalah menempati
lima besar peringkat dalam rata-rata nilai ujiannya. Dan tingkat diterima
siswa di PTN mencapai 76,36% pada tahun 2008/2009 dan meningkat
menjadi 77% ditahun berikutnya dan target yang hendak dicapai tahun ini
adalah 80%. Dari segi lomba-lomba yang diikuti kita memiliki prestasi yang
tidak sedikit, diantaranya meraih medali perak dalam bidang biologi dan
ekonomi. Dalam lomba non-akademik, SMAN 28 menjadi juara dalam
penulisan karya ilmiah yang diselenggarakan oleh Honda. Dan masih banyak
lagi yang lain.
5. Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru?
Pertama, kita sebagai pihak yang berwenang di sekolah memberi kesempatan
yang seluas-luasnya pada para guru untuk mengembangkan dirinya sebaik
mungkin melalui seminar-seminar, pelatihan maupun PTK. Karena dari awal
komitmen kita adalah adanya perbaikan dan kemajuan dari tahun ke tahun
dalam hal-hal yang baru. Dengan demikian para guru senantiasa terdorong,
termotivasi untuk mencari hal-hal yang baru disamping kegiatan yang sudah
dilaksanakan rutin dari sekolah seperti MGMP.
6. Usaha apa saja yang telah dilakukan sehubungan dengan peningkatan mutu
pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam?
Untuk pendidikan agama Islam saya rasa sudah tidak diragukan bahwa guru
telah menunaikan kewajibannya dalam menyampaikan materi di kelasnya
masing-masing. yang saya fikir mesti ditingkatkan lagi adalah
pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari para siswanya. Dalam rangka
menumbuhkan hal ini, pihak sekolah mengadakan program-program untuk
memancing penerapan nilai-nilai keagamaan ini di sekolah. Salah satunya
dengan cara membiasakan diri bersalaman dengan rekan yang berpapasan
pada pagi hari dan pembacaan ayat-ayat Alquran pagi hari melalui pengeras
suara bagi siswa muslim. Selain itu juga sekolah ini selalu mengadakan
kegiatan yang bernuansa keagamaan, seperti pesantren kilat setiap bulan
ramadhan. Dan ekstra kulikuler rohis untuk memfasilitasi kegiatan beragama
siswa.
7. Bagaimana pelaksanaan PAI di SMAN 28 Jakarta?
Pengajaran Pendidikan Agama Islam dialokasikan dua jam pelajaran setiap
minggunya. Kompetensi yang hendak dicapai disusun sendiri oleh guru yang
bersangkutan. Metode yang variatif selalu dianjurkan agar siswa tidak
menjadi bosan. Kurikulum yang diterapkan di sekolah adalah KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang didapatkan dari hasil rapat
kerja (RAKER) tema yang dirumuskan dalam RAKER adalah hasil dari
MGMP yang menjadi kegiatan rutin seperti yang telah dijelaskan tadi.
Dengan demikian, KTSP di SMAN 28 Jakarta ini adalah berdasarkan pada
kurikulum tingkat nasional yang kemudian diperkaya dan diadaptasi dengan
kebutuhan. Dalam menyusun kurikulum, kita mengadopsi dari Cambridge
dan Canada.
Kendala apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam?
Di SMAN 28 Jakarta ini pihak sekolah telah mencoba memfasilitasi kegiatan
beragama siswa. Namun kendala yang dihadapi adalah kenyataan bahwa
siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah dibandingkan dengan
di sekolah. Masalah yang paling sering ditemui tentang kehidupan beragama
siswa adalah banyaknya siswa yang orang tuanya berbeda agama.
Kebingungan terjadi disaat si anak di sekolah. Agama mana yang sebenarnya
ia pilih. Dan agama manapun yang ia pilih nantinya tak akan maksimal.
Karena kebingungan yang terjadi tersebut. Dan tidak adanya kerjasama antara
orang tua dalam mendidik keberagamaan anak.
8. Apakah ada kebijakan sekolah yang mengharuskan guru-gurunya melakukan
penelitian tindakan kelas?
PTK ini disosialisasikan oleh Pemda Jakarta sebagai syarat kenaikan pangkat
seorang guru. Kebijakannya yaitu apabila seorang guru tidak naik pangkat
selama 6 tahun berturut-turut, maka dia akan dialihfungsikan. Tapi sejauh ini,
dalam rangka peningkatan mutu yang menjadi target sekolah ini dari tahun ke
tahun, para guru menyikapi PTK ini sebagai satu jalan untuk meningkatkan
profesionalisme guru itu sendiri yang imbasnya akan meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah. Dan sejauh ini pihak sekolah memberikan dukungan
penuh terhadap pelaksanaan PTK di sekolah.
9. Apa kiat-kiat bapak terkait tentang pemanfaatan penelitian tindakan kelas?
PTK dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang sudah dilakukan PTK sehingga dihasilkan suatu
model/proses pembelajaran yang baik, akan kita jadikan model untuk
diinformasikan pada guru yang lain. Bila diterapkan pada pembelajaran A,
bagaimana jika diterapkan pada pembelajaran B. Apakah sama atau tidak.
Jika tidak, berarti harus dilakukan suatu improvisasi, suatu inovasi baru
sehingga model tersebut cocok. Misalnya pelajaran Fisika dan Agama belum
tentu sama, tapi tetap ada suatu benang merah antara keduanya. PTK kita
manfaatkan untuk pengembangan lebih lanjut karena pendidikan suatu proses
yang berkelanjutan, tidak pernah berhenti. Medianya pun harus selalu
berkembang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.
Apakah bapak mengadakan pelatihan khusus kepada guru dalam hal PTK?
Ya. Disini mengadakan pelatihan tentang penelitian tindakan kelas.
10. Apakah bapak mengadakan kontrol terhadap guru yang melakukan penelitian
tindakan kelas?
Dalam hal ini, kepala sekolah tidak melakukan kontrol secara langsung
terhadap guru yang melakukan PTK, tetapi melihat perkembangnanya. Sejauh
ini yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah menginformasikan pada para
guru yang lain agar sebisa mungkin mendukung dan memberikan bantuan
sebisanya kepada yang melakukan PTK dan diharapkan juga menjadi
motivasi bagi guru yang lain untuk mau dan bisa melakukan PTK juga.
11. Sejauh mana peran bapak dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan oleh guru-guru di SMAN 28?
Sekolah hanya menjadi fasilitator terhadap pelaksanaan PTK di sekolah. Kita
memberikan dukungan penuh terhadap guru yang melakukan PTK dan
mendorong agar PTK dilakukan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara
memberikan waktu yang seluas-luasnya pada guru yang sedang melakukan
PTK. Dan apabila ada suatu kebutuhan yang kurang, dalam hal ini sekolah
bersedia membantu dan memberikan bantuan.
Dan bagaimana penilaian bapak tentang cara mengajar guru yang
melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan yang tidak melaksanakan
penelitian tindakan kelas?
Ada suatu perbedaan tentunya antara guru yang melakukan PTK dengan
tidak. Guru yang melakukan PTK mempunyai wawasan lebih maju dan cara
menanggapi siswa lebih variatif. Disamping hasil proses belajarnya lebih
baik, karena mereka menganalisis perkembangan proses pembelajaran dan
memperbaikinya jika dirasa ada kekurangan.
12. Adakah pengawas yang memantau jalannya PTK dari seorang guru untuk
menjaga dari terganggunya proses belajar mengajar dan menjaga kualitas
sekolah?
Saat ini pengawasan dilakukan oleh kepala sekolah. Pengawasan secara
langsung sampai saat ini belum ada. Pengawasan yang dilakukan masih
dengan cara tidak langsung. Dan biasanya seorang guru yang melakukan PTK
melaporkan kepada kepala sekolah mengenai perkembangannya.
13. Apakah ada reward atau penghargaan yang diberikan pada guru yang
melakukan PTK dengan harapan agar guru berlomba-lomba melakukan PTK
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran?
Reward dalam bentuk materi atau sertifikat belum ada. Mungkin itu akan
menjadi sebuah ide yang bagus untuk diterapkan di sekolah. Tapi yang saya
tahu, guru yang melakukan PTK akan mendapatkan sebuah penghargaan
terutama dari Dinas Pendidikan sehubungan dengan PTK yang dilakukannya.
Seperti yang kita tahu, bahwa syarat untuk memperoleh sertifikasi salah
satunya adalah dengan melakukan PTK tersebut.
14. Bagaimana perlakuan sekolah terhadap laporan hasil PTK guru?
Karya-karya dari guru sangat dihargai baik disini. Kami menyediakan tempat
untuk karya-karya guru tersebut di perpustakaan. Diharapkan dengan adanya
karya tersebut (dalam hal ini laporan PTK), guru yang lain akan menjadi
terdorong untuk juga melakukan PTK. Dan laporan PTK yang telah
dilaksanakan terdahulu bisa menjadi acuan dalam penelitian berikutnya.
15. Apakah ada manfaatnya untuk siswa tentang guru yang melaksanakan PTK
pada pembelajarannya (apakah ada manfaatnya tentang siswa yang
pembelajarannya menggunakan penelitian tindakan tersebut)?
Jelas saja ada. Sebagaimana kita ketahui bahwa PTK akan menghasilkan
sebuah metode yang benar-benar tepat untuk diterapkan pada siswa. Sehingga
siswa gampang dalam menangkap materi yang disampaikan. Jadi, nilai siswa
akan semakin bagus adanya. Dan dengan demikian kami akan memiliki anak-
anak yang berprestasi.
16. Apa harapan bapak kepada guru dalam hal pelaksanaan penelitian tindakan
kelas di sekolah?dan bagaimana tindak lanjutnya?
Proses belajar mengajar adalah proses yang unik dan berkelanjutan maka
seyogyanyalah seorang guru terus-menerus melakukan perbaikan dalam cara
mengajarnya. Karena dengan cara mengajar yang benar-benar tepat, siswa
akan cenderung lebih tertarik dan mengerti dengan apa yang disampaikan
yang selanjutnya akan meningkatkan prestasi anak didik kami disini.
Kemudian melakukan suatu pemetaan dari hasil PTK yang kemudian bisa
didiskusikan dalam MGMP, dan menginformasikan pada guru lain baik di
sekolah ini atau sekolah lain. Kemudian kita dorong hasil PTK itu diikut
sertakan dalam lomba-lomba penelitian karya tulis guru.
Harapan saya, semua guru akan melakukan perbaikan dalam cara
mengajarnya sehingga prestasi akan semakin meningkat. Dan dengan
sendirinya sekolah ini akan menjadi sekolah yang baik dan mencetak lulusan-
lulusan yang berkualitas.
Jakarta, 20 Mei 2011
Interviewer Interviewee
Ida Farida Drs. Dwi Arsono, M. Si
LEMBAR UJI REFERENSI
Bab No Judul dan Halaman Buku Paraf
Pembimbing
I
1.
Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20
Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet.
II, h. 7.
2.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,
(Jakarta: BumiAksara, 2009), Cet. IX, h. 3.
3. Oemar Hamalik, Proses Belajar..., h. 3.
4.
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV
Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. I, h. 8.
5.
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research) Teori dan
Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 2.
6.
Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah,
http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari
Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.
7.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks,
2009), h. 9.
8. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas...., h. 41.
8.
Wawancara Pribadi dengan Mulyadi adalah
sebagai KEPSEK di SDN Lebakwangi II, tgl. 28
Januari 2010 di Ruang Guru.
10.
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research)..., h. 4.
11.
Tjutju Soendari, Penelitian Tindakan Kelas dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar ABK di Sekolah,
http://file.upi.edu/Direktori Diakses pada hari
Rabu, 10 November 2010 pukul 15.32.
II
1.
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas,
(Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. Ke-1, h.
6.
2.
Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Cet. ke-1. Jakarta: Balai
Pustaka.1988) h. 920.
3.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 91.
4.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,
Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), Cet ke-4, h. 104.
5.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks,
2009), h. 9.
6.
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 151-
152.
7. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas…, h. 8.
8. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,
h. 8.
9. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,
h. 8.
10.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas…, h. 17.
11. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,
Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6.
12.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,
Penelitian Tindakan Kelas…, h. 6-8.
13. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38.
14. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,
h. 70.
15.
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,
h. 71.
16. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas...., h. 38-41.
17.
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,
h. 29-30.
18.
M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,
h. 30-31.
19.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.
20. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi,
Penelitian tindakan Kelas..., h. 108.
21. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.
22.
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14-15.
23. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas..., h. 15-16.
24.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 68.
25.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru.., h.
68.
26.
Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta:
Depdikbud, 1999), h. 18.
27.
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research) Teori dan
Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 3.
28. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas..., h. 17.
29. M. Djunaidi Ghony, Penelitian Tindakan Kelas...,
h. 2.
30. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas..., h. 14.
31.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
cet. Ke-2, h. 263.
32.
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan
Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
cet. Ke-13, h. 19.
33.
Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20
Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafik, 2009), Cet.
Ke-2, h. 3.
34. Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 27.
35.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi
Revisi, h. 2.
36.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat
Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif,
1989), cet. Ke-VIII, h. 19.
37.
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), cet. Ke-III, h. 130.
38. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 1998), cet. II, h. 11.
39. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 9.
40. Abdul majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi..., h. 130.
41.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 21.
42.
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan
Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta:
Gemawindu Pancaperkasa, 2000), cet. Ke-I, h. 31.
43.
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), cet. I, h. 140.
44.
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
Cet. Ke-1 h. 15.
45. Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama &
Pembangunan Watak Bangsa..., h. 38.
46. Undang-undang SISDIKNAS (UU RI No. 20
Tahun 2003)..., h. 7.
47. Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi..., h. 135.
48.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya
Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.Ke-3, h. 78.
49.
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama
Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
Cet. Ke-IX, h. 86.
50. Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama
Islam..., h. 86.
51. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama
Islam..., h. 22.
52.
Abdul Rahman Shaleh,Pendidikan Agama &
Pembangunan Watak Bangsa..., h. 92.
53.
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi..., h. 136.
54.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya
Mengefektifkan PAI di Sekolah..., h. 79.
55. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama
Islam...., h. 22.
56.
Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama
terhadap Pemecahan Problema Remaja, (Jakarta:
Kalam Mulia, 2002), cet. II, h. 53.
57. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Suatu Panduan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 47.
58.
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...,
h. 97.
59.
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan...,
h. 94-95.
60.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di
Sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 23.
61.
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi
Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Bogor: Kencana, 2003), h. 22.
62.
Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan
Pembangunan Watak Bangsa...., h. 41.
63.
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan
Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25.
64.
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan
Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi..., h. 25-28.
III
1.
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori
dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 2.
2.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Edisi revisi VI, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 155.
3.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek..., h. 227.
4.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek..., h. 158.
5.
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), Cet. Ke-14, h. 85.
6.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007),
h. 241.
IV
1.
Buku Panduan SMA Negeri 28 Jakarta tahun
pelajaran 2010-2011, h. 4.
2. Wawancara Pribadi dengan Dwi Arsono adalah
sebagai WAKASEK Bid. HUMAS di SMA
Negeri 28 Jakarta, tgl. 15 Maret 2011 di Ruang
Guru.
3.
Wawancara Pribadi dengan Siti Mas’amah adalah
sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 11
Januari 2011.
4.
Wawancara Pribadi dengan Suhartoyo adalah
sebagai Guru PAI di SMAN 28 Jakarta, tgl. 24
Februari 2011.
5.
Analisis Dokumen Laporan PTK dengan judul
Peningkatan Pengamalan Nilai-nilai
Kemanusiaan Sesuai Ayat Alquran Melalui
Metode Active Learning, oleh Dra. Siti Mas’amah.
6.
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research) Teori dan
Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 68.
7.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),
h. 25.
8.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi..., h. 28.
9.
Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research) Teori dan
Praktik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 73.
Jakarta, Juni 2011
Yang Mengesahkan
Pembimbing
Siti Khadijah, M. A