Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PELAKSANAAN PENGIKLANAN PENJUALAN KUOTA
INTERNET DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Konter Dunia Perdana Sidorejo Kota Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
Muhamad Fatir Agus Nurzela
NIM : 21414029
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
PELAKSANAAN PENGIKLANAN PENJUALAN KUOTA INTERNET
DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Konter Dunia Perdana Sidorejo Kota Salatiga)
Oleh:
Muhamad Fatir Agus Nurzela
NIM : 21414029
telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 19
November 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Hukum
Dewan Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang : M. Hafidz, M.Ag. ………………………
Sekretaris Sidang : Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si. ………………………
Penguji I : Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. ………………………
Penguji II : M. Yusuf Khummaini, S.HI. MH. ………………………
Salatiga, 19 November 2018
Dekan Fakultas Syari‟ah
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722
Website : http://syariah.iainsalatiga.ac.id/ E-mail : [email protected]
iii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan
dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Muhamad Fatir Agus Nurzela
NIM : 21414029
Judul : PELAKSANAAN PENGIKLANAN PENJUALAN
KUOTA INTERNET DALAM PRESPEKTIF
HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Konter Dunia
Perdana Sidorejo Kota Salatiga)
dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan
dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan
digunakan sebagimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 19 November 2018
Pembimbing,
Heni Satar Nurhaida, SH.,M.Si
NIP. 197011271999032001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhamad Fatir Agus Nurzela
NIM : 21414029
Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah
Fakultas : Syari‟ah
Judul Skripsi :PELAKSANAAN PENGIKLANANAN PENJUALAN
KUOTA INTERNET DALAM PRESPEKTIF HUKUM
ISLAM
(Studi Kasus di Konter Dunia Perdana Sidorejo Kota Salatiga)
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 19 November 2018
Yang menyatakan
Muhamad Fatir Agus Nurzela
NIM: 21414029
v
MOTTO
“Tak selamanya langit itu kelam
Suatu saat akan cerah juga
Hiduplah dengan sejuta harapan
Habis gelap akan terbit terang”
Roma Irama
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Hadi Sucipto dan Ibu Nurul Hasanah
sebagai motivator terbesar dalam hidupku yang tak mengenal lelah dan
mendoakan aku serta menyayangiku, terima kasih atas semua pengorbanan,
keringat dan kesabaran mengantarkanku sampai kini.
2. Almamaterku Fakultas Syariah IAIN Salatiga
3. Segenap keluarga besarku yang selama ini mendo‟akan setiap saat untuk
kelancaran pembuatan skripsiku.
4. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat selesai
dengan maksimal sesuia dengan yang diharapkan.
5. Adikku yang paling kucinta Rizka Isnaini dan Selfi Anis Widayasari yang
selalu mendoakan dan menyemangati saya tiap hari.
6. Temanku Ina Anida yang selalu mensuport dalam penulisan skripsi ini.
7. Teman seperjuanganku Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2014 yang selalu
memberikan warna dalam menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat – Nya penulisan sekripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai
dengan yang di harapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang
telah diberikan oleh – Nya, sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi
ini.
Shalawat dan salam penulis sanjungkan kepadaNabi, kekasih, spirit
perubahan Rasulullah SAW beserta segenap keluarga dan parasahabat –
sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan.
Penulis mengakui bahwa dalam menyusun penulisan skripsi ini tidak dapat
diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis
mengucapkan penghargaan yang setinggi – tingginya, ungkapan terimakasih
kadang tak bisa mewakili kata – kata, namun perlukiranya penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M. A, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN
Salatiga.
3. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H, M.Si. selaku Ketua Jurusan Hukum
Ekonomi Syari‟ah IAIN Salatiga.
viii
4. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H, M.Si. Selaku dosen pembimbing yang
selalu memberikan saran pengarahan dan masukan berkaitan dengan
penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai dengan
yang diharapkan.
5. Ibu Luthfiana Zahriani, M. H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN
Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi,
sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa penulis sebut satu persatu yang selalu
memeberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa halangan apapun.
7. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun
memberikan kontribusi hebat dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan
yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa
mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya, Amiin.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, 19 November 2018
Penulis.
MUHAMAD FATIR AGUS N
NIM. 21414029
ix
ABSTRAK
Nurzela, Muhamad Fatir Agus. 2018. Pelaksanaan Pengiklanan Penjualan Kuota
Internet Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Konter Dunia
Perdana Sidorejo Kota Salatiga). Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum
Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:
Heni Satar Nurhaida, S.H, M.H.
Kata Kunci: Pelaksanaan Iklan, Penjualan Kuota Internet, Hukum Islam.
Diera yang serba dan modern ini semuanya menuju kemajuan, baik dari
segi penjualan maupun yang dijual. Maka dari itu banyak yang menjual barang
yang menggunakan metode pengiklanan, tidak luput juga banyak yang
menginfomasikan barang dalam metode pengiklanan tersebut tidak sesuai dengan
yang sebenarnya. Salah satunya adalah pengiklanan kuota internet, Maka dari itu
peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengiklanan di Konter Dunia Perdana
kota Salatiga dalam menyajikan iklan produknya untuk mempromosikan
barangnya kepada konsumen. Dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pengiklanan dan menurut hukum islam di Konter Dunia Perdana kota
Salatiga dalam menyajikan pengiklanan terhadap produknya untuk
mempromosikan barangnya kepada konsumen.
Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yaitu peneliti
terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada objek yang
dibahas. Dengan menggunakan pendekatan yuridis sosiologi yaitu pendekatan
penelitian yang mengkaji persepsi dan perilaku hukum orang (masyarakat dan
badan hukum) dan masyarakat serta efektivitas berlakunya hukum positif yang
ada di Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa
Metode pengiklanan yang digunakan oleh Konter Dunia Perdana adalah
menggunakan sistem promosi iklan yang di infokan kepada semua konsumen.
Tetapi cara menginfokannya tidak sesuai dengan apa yang dijual, contohnya dari
kuota 12 GB ditulis didepan setelah di beli ternyata barang tersebut tidak
semuanya dapat digunakan, karena ada kuota malam, kuota HOOQ streaming dan
lain-lain. Menurut hukum islam pengiklanan yang digunakan oleh Konter tersebut
tidak sesuai dengan syariat dan mengandung unsur gharar dikarenakan
pengiklanan tidak sesuai dengan apa yang telah dijualnya dan harus dibenarkan.
x
DAFTAR ISI
COVER. .............................................................................................................i
NOTA PEMBIMBING .....................................................................................ii
PENGESAHAN .................................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................iv
MOTTO .............................................................................................................v
PERSEMBAHAN ..............................................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
ABSTRAK .........................................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...................................................................................5
E. Penegasan Istilah .....................................................................................5
F. Tinjauan Pustaka .....................................................................................7
G. Metode Penelitian ....................................................................................10
H. Sistematika Penulisan ..............................................................................14
BAB II JUAL BELI
A. AKAD
1. Devinisi Akad ....................................................................................15
2. Rukun-rukun Akad ............................................................................17
3. Unsur-unsur Akad .............................................................................19
xi
4. Syarat Akad .......................................................................................20
5. Ma‟qud „alaih ....................................................................................23
6. Berakhirnya Akad .............................................................................26
B. Jual Beli ...................................................................................................28
1. Pengertian Jual Beli...........................................................................28
2. Jual Beli Menurut KHES ..................................................................29
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ...............................................................30
4. Macam-macam Jual Beli ...................................................................36
5. Khiyar dalam Jual Beli ......................................................................37
C. Iklan.........................................................................................................41
1. Pengertian Iklan ................................................................................41
2. Jenis-jenis Iklan .................................................................................42
3. Fungsi dan Tujuan Iklan....................................................................44
4. Ketentuan Iklan Menurut Pandangan Hukum ...................................47
BAB III PELAKSANAAN PENGIKLANAN DALAM PENJUALAN
KUOTA INTERNET DI KONTER DUNIA PERDANA KOTA SALATIGA
A. Gambaran Umum Konter Dunia Perdana ...............................................53
B. Produk Yang diJual .................................................................................54
C. Pelaksanaan Pengiklanan ........................................................................62
D. Hasil Wawancara .....................................................................................64
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Pengiklanan Jual Beli Kuota Internet
di Konter Dunia Kota Salatiga ...............................................................69
B. Analisis Tinjauan Hukum Islam terhadap iklan di Konter Dunia
Perdana ...................................................................................................71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................78
B. Saran ........................................................................................................79
xii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................80
LAMPIRAN
A. FOTO PENELITIAN
B. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI
C. SURAT PENUNJUKAN SKRIPSI
D. LEMBAR KONSULTASI
E. SURAT KETERANGAN LULUS UJIAN KOMPEREHENSIF
F. DAFTAR NILAI SKK
G. DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pasar di era yang serba modern ini semua menuju kemajuan baik dari
segi penjualan maupun yang dijual. Perkembangan pasar yang sekarang ini
mendapat pengaruh besar terhadap strategi yang diterapkan oleh perusahaan
dalam menawarkan dan memasarkan masing-masing produk mereka. Dari
waktu yang semakin maju ini konsumen mudah untuk melakukan seleksi
terhadap segala produk yang ditawarkan melalui informasi yang telah
tersedia. Oleh karena itu setiap dari perusahaan, toko dsb, harus lebih pintar
dalam memilih arah yang tepat untuk menginformasikan barang produk,
dagangannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk meraih sukses
dalam mencapai pasar sasaran suatu perusahaan, diperlukan strategi yang
tepat sasaran.
Oleh sebab itu diperlukan seorang pemasar yang mampu membaca
situasi dan kondisi pasar secara tepat. Untuk mencapai sasaran dalam suatu
usaha pemasaran selalu membutuhkan alat dalam penyampaian informasi
kepada konsumennya, salah satunya adalah dengan cara mengeluarkan iklan
tentang produk suatu perusahaan yang menarik bagi konsumen, yang pada
akhirnya konsumen juga akan tertarik untuk menggunakan produk yang
diiklankan. Penyampaian iklan akan membantu dalam mengenalkan produk
2
kepada konsumen, iklan mempunyai peranan penting dalam menancapkan
merek suatu produk ke pikiran konsumen.
Salah satu topik dari etika bisnis yang banyak mendapat perhatian
sampai sekarang, yaitu mengenai iklan. Sudah umum diketahui bahwa abad
kita ini adalah abad informasi. Iklan memainkan peran yang sangat penting
untuk menyampaikan informasi tentang suatu produk kepada masyarakat.
Karena kecenderungan yang berlebihan untuk menarik konsumen agar
membeli produk tertentu dengan memberi kesan dan pesan yang berlebihan
tanpa memperhatikan berbagai norma dan nilai moral, iklan sering
menyebabkan citra bisnis tercemar sebagai kegiatan tipu menipu, dan karena
itu seakan antara bisnis dan etika ada jurang yang tak terjembatani.
Kebudayaan masyarakat modern adalah kebudayaan massa,
kebudayaan serba instant dan kebudayaan serba tiruan. Iklan itu sendiri pada
hakikatnya merupakan salah satu strategi pemasaran yang bermaksud untuk
mendekatkan barang yang hendak di jual kepada konsumen. Dengan ini iklan
berfungsi mendekatkan konsumen dengan produsen. Sasaran akhir seluruh
kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan bisa di jual kepada
konsumen. Pada hakikatnya secara positif iklan adalah suatu metode yang
digunakan untuk memungkinkan barang konsumen dapat dijual kepada
konsumen.
Sampai sekarang perkembangan teknologi semakin pesat, seperti
halnya keluarnya barang-barang elektro seperti: tv, radio, handpone, dll. Dan
3
sekarang yang paling merebak yaitu HP yang mana digunakan untuk
bersosialisai berhubungan satu sama lain, dan dikarenakan banyak
penggunaan HP tak luput dari penggunaan pulsa dan kuota, tetapi dari pulsa
dan kuota yang paling menonjol digunakan adalah kuota internet. Oleh sebab
itu banyak toko atau konter menjual pulsa dan kuota internet, salah satu
penjualannya menggunakan iklan baik iklan di media social atau lembaran
berupa brosur, contoh dari tindakan tersebut adalah sang penjual kuota
internet menulis diklannya 2GB padahal isi dari kuota tersebut tidak
semuanya bisa digunakan, seperti: kuota malam, kuota chat, kuota youtube,
dan lain-lain. Di iklan sang penjual kuota internet tidak menuliskan bahwa
2GB itu telah terbagi-bagi menjadi beberapa golongan. Dikarenakan
banyaknya konsumen pengguna kuota internet, ada saja orang yang
menyalahgunakan iklan dalam bentuk apapun.
Imam Al-Qarafi mengemukakan gharar adalah suatu akad yang tidak
diketahui dengan tegas, apakah efek akad akan terlaksana atau tidak, seperti
melakukan jual-beli ikan yang masih di dalam air (tambak). (M Ali Hasan
2003:147)
Selain itu, untuk melengkapi pemahaman masalah ini, terlebih dahulu
juga perlu diketahui definisi maysir, qimar, dan gharar. Masalah-masalah ini
akan banyak bersinggungan dengan hukum seputar periklanan.
Maysir, secara bahasa berarti permainan dengan media anak panah.
Adapun makna secara syari‟at, yaitu permainan, dan bagi pemenangnya
4
disediakan sejumlah hadiah yang dikumpulkan dari orang-orang yang terlibat
dalam permainan tersebut.(Sultan Sjahdeini Remy 2004:171)
Qimar, secara bahasa berarti taruhan. Dalam hal ini terdapat unsur
ketidakpastian, yaitu antara akan mendapatkan keuntungan atau kerugian, atau
antara akan mendapatkan keuntungan atau impas, atau antara mengalami
kerugian atau impas.
Akan tetapi sang penulis akan membahas tentang pelaksanaan
pengiklanan yang mana dari perlakuan sang konter dan yang lainya banyak
yang melakukan tindak penipuan, Sehingga penulis sangat tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: ”Pelaksanaan Pengiklanan Dalam
Penjualan Kuota Internet Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus
di Konter Dunia Perdana Kota Salatiga)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan yang akan
dibahas, yaitu:
1. Bagaimana pelaksanaan pengiklanan jual beli kuota internet di Konter
Dunia Perdana Kota Salatiga ?
2. Bagaimana prespektif hukum islam tentang pelaksanaan pengiklanan jual
beli kuota internet di Konter Dunia Perdana Kota Salatiga ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengiklanan tersebut yang studi kasusnya
di Konter Dunia Perdana Kota Salatiga.
5
2. Untuk menjelaskan prespektif Hukum Islam terhadap pelaksanaan
pengiklanan di Konter Dunia Perdana Kota Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Agar tulisan ini dapat memberikan hasil yang berguna secara keseluruhan,
maka penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Secara Teoritis
a. Memperluas pengetahuan dan menambah referensi mengenai system
hukum dari pengiklanan yang digunakan dalam hal jual beli.
b. Hasil penenelitian dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan
terhadap kajian-kajian dibidang hukum islam khususnya mengenai
ekonomi syariah.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis
dan dapat digunakan khususnya kepada sang penjual dan pembeli
dalam hal jual beli.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi
para pihak dalam penjual dan pembeli mengenai system pengiklanan
dalam hal jual beli.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak menjadi salah pengertian dalam pemahaman penelitian
yang akan diteliti ini, maka di pandang perlu untuk menjelaskan beberapa
istilah yang ada hubungannya dengan judul penelitian ini yaitu :
6
1. Iklan
Iklan adalah bentuk penyajian pesan yang dilakukan oleh
komunikator secara non personal melalui media untuk ditujukan
pada komunikan dengan cara membayar. (Widyatama, 2007: 13)
Kata iklan menurut agama, berasal dari bahasa Arab, yaitu
i‟lan, yang artinya pemberitahuan. (Ibnu Manzhur, 1386 H:Juz 13)
2. Jual Beli
Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-ba‟i
yang menurut etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah
al-Zuhaily mengartikan secara bahasa dengan menukar sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Kata al-ba‟i dalam Arab terkadang
digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata al-syira (beli).
Dengan demikian, kata al-ba‟i berarti jual, tetapi sekalius juga
berarti beli. (Al-Zuhaily Wahbah, 2005:juz 4)
3. Kuota Internet
Kuota internet adalah jumlah batasan atau limit pemakaian
penggunaan internet. Contohnya kuota internet adalah 1GB selama
1 bulan. Hal ini berarti hanya bisa mengakses internet sebesar 1GB
selama 1 bulan, setelah melewati 1GB maka tidak bisa mengakses
internet lagi atau kecepatan internet akan diturunkan yang bisa
dikenal dengan kuota FUP (Fair Usage Policy) tergantung
7
kebijakan provider masing-masing. (www.pengertian
menurutparaahli.com)
4. Hukum Islam
Hukum Islam yaitu rangakaian dari kata “hukum” dan kata
“Islam” untuk mengetahui arti hukum Islam perlu diketahui lebih
dahulu arti hukum. Hukum yaitu seperangkat peraturan tentang
tingkah laku manusia yang diakui sekelompok masyarakat itu
berlaku dan mengikat untuk seluruh anggotanya. Hukum Islam
artinya seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan
sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia yang diakui dan
diyakin serta mengikat semua yang beragama Islam.
(Syarifudin,1997:4-5)
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui validasi penelitian
yang telah dibuat. Penelitian terdahulu dapat menjadi suatu pijakan penulis
agar penelitiannya berbeda dengan yang terdahulu. Adapun beberapa
penelitian yang telah dilakukan adalah
Skripsi Anita Fatmawati (2017). Fakultas Syariah IAIN Purwokerto
yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Etika Promosi Penjualan
Melalui Media” dimana penelitian tersebut membahas tentang Studi Kasus
Toko Aldis Store Desa Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap.
Sedangkan dalam isi tersebut memaparkan mengenai etika promosi penjualan
8
melalui media di Toko Aldis Store Desa Sampang Kecamatan Sampang
Kabupaten Cilacap. Promosi yang dilakukan Toko Aldis Store ini memiliki
ciri yang unik yaitu memanfaatkan media sebagai promosi untuk
meningkatkan penjualan di Toko Aldis Store. Ketika konsumen melihat
produk yang dipromosikan melalui media seperti instagram, facebook dan
sebagainya kemudian konsumen memesan dan membayar produk tersebut
secara tunai di Toko Aldis Store. Dengan demikian perbedaannya terletak
pada strategi yang dilakukan oleh pedagang Pasar Banjarsari Ciamis Jawa
Barat dengan media promosi (memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan
nilai jual produk).
Selanjutnya skripsi Tri Daryanti (2009). Universitas Muhammadiyah
Surakarta yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Dalam Iklan Rokok Di
Majalah Cakram”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa jenis iklan rokok
tidak boleh menampilkan orang yang sedang merokok atau memakai model
iklan dari kalangan remaja. Iklan rokok pun tidak boleh menyajikan kemasan
rokok utuh dan harus menyantumkan peringatan yang berisi informasi tentang
resiko dan bahaya merokok secara mencolok. Ketatnya aturan yang ada justru
menguntungkan, iklan rokok memiliki kebabasan tampil menonjol
dibandingkan iklan produk lain. Hal ini terlihat dari maraknya iklan rokok
yang muncul sekarang dengan mengedepankan krativitas kata dan
meminimalisir aspek visual dalam iklan. Dari berbagai iklan yang ada di
media mempunyai karakteristik yang tentunya berbeda dengan iklan yang satu
9
dengan yang lainnya. Masing-masing iklan mempunyai gaya sendiri-sendiri.
Gaya-gaya dari iklan tersebut mencerminkan strategi mereka yang digunakan
sebagai suatu cara yang digunakan untuk mencari perhatian dari khalayak.
Selanjutnya Skripsi Rika Pertiwi (2009) Fakultas dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta “Analisis Pengaruh Tayangan Iklan Televisi Dan
Harga Tarif Pada Kartu Prabayar XL Terhadap Tindakan Brand Switching
Pada Pengguna SIM Card (Studi Kasus Pengguna SIM Card Pada Mahasiswa
UIN Jakarta” Dalam Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis
pengaruh tayangan iklan televisi dan harga tarif terhadap tindakan brand
switching pada mahasiswa UIN Jakarta. Untuk penelitian ini digunakan non
probability sampling dengan cara convinience sampling. Data diperoleh
dengan penyebaran angket kepada mahasiswa UIN SyarifHidayatullah Jakarta
sebanyak 100 responden dan metode yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda. Berdasarkan analisis regresi linier berganda diketahui bahwa
variable yang paling berpengaruh terhadap tindakan brand switcl1ing adalah
variabel harga tarif. Nilai R Square adalah 0.519 berarti tayangan iklan
televisi dan harga tarifdapat mempengaruhi tindakan brand switching sebesar
51.9%. Sedangkan sisanyasebesar 48.1 % dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak diketahui.
Dari beberapa hasil penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan
judul dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Namun penelitian yang
10
penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti
lainnya. Letak perbedaanya ada pada titik tekan yang penulis fokuskan.
Penulis menitikberatkan pada bagaimana pelaksanaan pada pengiklanan
dalam jual beli kuota internet dalam prespektif hukum islam.
G. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat dan lengkap, metode penelitian yang
digunakan adalah:
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian.
Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yaitu
peneliti terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada
objek yang dibahas. (Sutrisno, 1981:4)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yuridis
sosiologi yaitu pendekatan penelitian yang mengkaji persepsi dan perilaku
hukum orang (masyarakat dan badan hukum) dan masyarakat serta
efektivitas berlakunya hukum positif yang ada di Indonesia
(Utsman,2004:66). Peneliti berusaha mengumpulkan informasi melalui
wawancara dengan pelaku pembuat iklan atau sipenjual kuota internet
tersebut, serta beberapa konsumen.
11
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi ini akan dilakukan.
Penelitian ini terfokus di konter Dunia Perdana Jl. Kemiri Kelurahan
Sidorejo Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
3. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengumpul data
dilapangan dengan menggunakan alat penelitian yang aktif dalam
mengumpulkan data-data di lapangan, selain peneliti yang dijadikan alat
pengumpulan data adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan
hasil penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung
terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.
Oleh karena itu kehadiran seoarang peneliti di lokasi penelitian sangat
menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah
yang ada, serta hubungan dengan informan menjadi lebih dekat sehingga
informasi yang didapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti
menjadi sumber data yang mutlak.
4. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat 2(dua) sumber data yang digunakan oleh
peneliti yang terdiri dari:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu untuk memperoleh data yang
secara langsung dari pihak pertama, dapat dipercaya dan valid.
12
Dalam memgumpulkan data maka peneliti dapat bekerja
sendiri untuk mengumpulkan data atau menggunakan data
orang lain.(Nadzir 1988:108)
Adapun data primernya adalah hasil wawancara tentang
pelaksanaan pengiklanan dalam penjualan kuota internet dalam
prespektif hukum islam.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang menjadi
bahan penunjang dan melengkapi suatu analisis. (Saifudin
1998:91). Dalam skiripsi ini yang dijadikan sumber data
sekunder adalah buku dan kitab referensi yang berhubungan
dengan pengiklanan dan keghararan.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Wawancara adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk
menggali data secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara
mendalam agar penulis mendapatkan data yang valid dan
detail.(Wiratna 2014:74)
b. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki, guna memperoleh data yang
diperlukan secara baik secara langsung maupun tidak langsung yang
13
berkaitan dengan cara pengiklanan yang menuju keghararan dari
kedua belah pihak.
c. Dokumentasi, pengertian dari dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger
6. Analisis Data
Dalam penelitian ini analisa yang digunakan adalah analisis Kualitatif.
Adapun analisis kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
kuantifikasi atau pengukuran, (Sujarweni, 2014: 39). Pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan suatu keadaan
subyek atau obyek dari dalam sebuah penelitian berdasarkan fakta yang
tampak sebagaimana adanya. Jadi dalam penelitian ini, peneliti
menggambarkan dengan keadaan yang sebenarnya bagaimana
pelaksanaan iklan tersebut dalam pandangan hukum islam.
7. Pengecekan Keabsahan data
Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakanan yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai suatu perbandingan terhadap data itu.
(Moleong, 2002: 178). Dari pendapat moleong tersebut, maka penulis
14
melakukan perbandingan data yang telah diperoleh. Yaitu data-data
sekunder hasil kajian pustaka akan dibandingkan dengan data-data primer
yang diperoleh dari observasi dan wawancara yang sesuai fakta – fakta
yang ditemui lapangan. Sehingga kebenaran dari data yang diperoleh
dapat dipercaya dan menyakinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka sistematika
pembahasannya dibagi menjadi lima bab. Adapun perinciannya sebagai
berikut yaitu:
Bab Pertama: Pendahuluan yang berisi uraian tentang Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat Penelitian,
Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan
Sistematika Penelitian.
Bab Kedua: Kajian pustaka yang berisi tentang Devinisi Akad, Jual Beli,
Khiyar, Iklan, Kadaluarsa.
Bab Ketiga: Paparan Data dan Temuan Penelitian tentang deskripsi lokasi
penelitian, paparan data mengenai praktek pengiklanan di
Konter Dunia Perdana Kota salatiga.
Bab Keempat: Pembahasan berisi tentang analisis terhadap praktek
pengiklanan di Konter Dunia Perdana Kota salatiga dari
Tinjauan Hukum Islam.
Bab Kelima: Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
15
BAB II
JUAL BELI
A. AKAD
1. Definisi Akad
a. Menurut Hukum Islam
Didalam Al Qur‟an ada dua istilah yang berhubungan dengan
perjanjian, yaitu al-„aqdu (akad) dan al-„ahdu (janji). Pengertian akad
secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Para ahli hukum islam (jumhur
ulama) memberikan definisi akad sebagai “pertalian antara ijab dan qabul
yang dibenarkan oleh syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap
objeknya” (dewi dkk, 2006:45-46).
Sedangkan menurut istilah fiqh, akad adalah sesuatu yang menjadi
tekad seorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak
maupun dua pihak. Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab
(pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan
penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyaratkan dan berpengaruh
pada sesuatu (Ascarya, 2011:35).
b. Perjanjian Menurut Kitab Undang-Undang Perdata
Perjanjian menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Perdata
(“KUHPerdata”), adalah:
16
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Sebagaimana pernah dijelaskan dalam artikel Hukum Perjanjian,
syarat sahnya perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
a) Kesepakatan para pihak
Kesepakatan berarti ada persesuaian kehendak yang bebas
antara para pihak mengenai hal-hal pokok yang diinginkan dalam
perjanjian. Dalam hal ini, antara para pihak harus mempunyai
kemauan yang bebas (sukarela) untuk mengikatkan diri, di mana
kesepakatan itu dapat dinyatakan secara tegas maupun diam-diam.
Bebas di sini artinya adalah bebas dari kekhilafan (dwaling, mistake),
paksaan (dwang, dures), dan penipuan (bedrog, fraud). Secara a
contrario, berdasarkan Pasal 1321 KUHPerdata, perjanjian menjadi
tidak sah, apabila kesepakatan terjadi karena adanya unsur-unsur
kekhilafan, paksaan, atau penipuan.
b) Kecakapan para pihak
Menurut Pasal 1329 KUHPerdata, pada dasarnya semua
orang cakap dalam membuat perjanjian, kecuali ditentukan tidak
cakap menurut undang-undang.
c) Mengenai suatu hal tertentu
Hal tertentu artinya adalah apa yang diperjanjikan hak-hak
dan kewajiban kedua belah pihak, yang paling tidak barang yang
17
dimaksudkan dalam perjanjian ditentukan jenisnya. Menurut Pasal
1333 KUHPerdata, objek perjanjian tersebut harus mencakup pokok
barang tertentu yang sekurang-kurangnya dapat ditentukan jenisnya.
Pasal 1332 KUHPerdata menentukan bahwa objek perjanjian adalah
barang-barang yang dapat diperdagangkan.
d) Sebab yang halal
Sebab yang halal adalah isi perjanjian itu sendiri, yang
menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh para pihak. Isi dari
perjanjian itu tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan,
maupun dengan ketertiban umum. Hal ini diatur dalam Pasal 1337
KUHPerdata.
Menurut Hukum Perdata Barat (KUHPerdata), perjanjian itu
merupakan perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
dengan satu orang atau lebih lainnya. (http://www.hukumonline.com diakses
jam 7:40 kamis, 6 Sebtember 2018)
2. Rukun-rukun Akad
Sebagai mana diketahui, bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang
sengaja dibuat oleh dua orang atau lebih berdasarkan keridhaan masing-
masing, maka timbul bagi kedua belah pihak hak dan ijtihad yang diwujudkan
oleh akad tersebut. Adapun rukun-rukun akad ialah sebagai berikut.
a. Aqid ialah orang yang berakad, terkadang masing-masing pihak terdiri atas
satu orang terkadang terdiri atas beberapa orang misalnya penjual dan
pembeli beras di pasar biasanya masing-masing pihak satu orang, ahli
18
waris sepakat untuk memberikan sesuatu kepada pihak yang lain yang
terdiri atas beberpa orang. Seseorang yang berakad, terkadang merupakan
orang yang memiliki hak (aqid ashli) dan terkadang merupakan wakil dari
yang memiliki hak.
b. Ma‟qud „alaih benda-benda yang diakadkan, seperti benda-benda yang
dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), dalam akad
gadai, utang yang dijamin seseorang dalam akad kafalah.
c. Maudhu „al‟aqad ialah tujuan atau maksud pokok mengadakan akad.
Berbeda akad maka berbedalah tujuan pokok akad. Dalam akad jual beli
tujuan pokoknya ialah memindahkan barang dari penjual kepada pembeli
dengan diberi ganti. Tujuan akad hibah ialah memindahkan barang dari
pemberi kepada yang diberi untuk dimilikinya tanpa ada pengganti
(„wadh). Tujuan pokok akad ijarah adalah memberikan manfaat dengan
adanya pengganti tujuan pokok I‟rah adalah memberikan manfaat dar
seseorang kepada yang lain tanpa ada pengganti.
d. Shighat al‟aqad ialah ijab dan Kabul, ijab ialah permulaan penjelasan
yang keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran
kehendaknya dalam mengadakan akad, sedangkan Kabul ialah perkatan
yang keluar dari pihak berakad pula, yang diucapkan setelah adanya ijab.
Pengertian ijab Kabul dalam pengalaman dewasa ini ialah bertukarnya
sesuatu terkadang tidak berhadapan, misalnya seseorang yang
berlangganan majalah Panjimas, pembeli mengirimkan uang melalui pos
wesel dan pembeli menerima majalah tersebut dari petugas pos.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam shighat al-„aqad ialah sebagai berikut:
a. Shighat al-„aqad harus jelas pengertiannya. Kata-kata dalam ijab Kabul
harus jelas dan tidak memiliki banyak pengertian, misalnya seorang
berkata”aku serahkan barang ini.” Kalimat tersebut masih kurang jelas
sehingga masih menimbulkan pertanyaan apakah benda tersebut
diserahkan sebagai pemberian, penjualan, atau titipan. Kalimat yang
lengkapnya ialah”aku serahkan benda ini kepadamu sebagai hadiah atau
sebagai pemberian.”
b. Harus bersesuaian anatar ijab dan kabul. Tidak boleh antara yang berijab
dan yang menerima beberapa lafaz, misalnya seseorang berkata,”aku
serahkan benda ini kepadamu sebagai titipan”, tetapi yang mengucapkan
kabul berkata,”aku terima benda ini sebagai pemberian”, adanya
kesimpngsiuran dalam ijab dan kabul akan menimbulkan pesengketaan
yang dilarang oleh agama Islam, karena bertentangan dengan ishlah
diantara manusia.
19
c. Menggambarkan kesesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang
bersangkutan, tidak terpaksa dan tidak karena diancam atau ditakut-takuti
oleh orang lain karena dalam tijarah harus saling ridha.
Mengucapkan dengan lidah merupakan salah satu cara cara yang ditempuh
dalam mengadakan akad, tetapi ada juga cara lain yang dapat menggambarkan
kehebdak untuk berakad. Para ulama menerangkan beberapa cara yang
ditempuh dalam akad sebagai berikut:
a. Dengan cara tulisan (kitabah), misalnya dua aqaid berjauhan tempatnya,
maka ijab qabul boleh dengan cara kitabah, atas dasar inilah fukaha
membentuk kaidah.
b. Isyarat, bagi orang tertentu akad atau ijab dan kabul tidak dapat
dilaksanakan dengan ucapan dan tulisan, misalnya seseorang yang bisu
tidak dapat mengadakan ijab kabuldengan bahasa, orang yang tidak
pandai tulis baca tidak mampu mengadakan ijab dan kabul dengan tulisan,
maka orang yang bisu dan tidak pandai tulis baca tidak dapat melakukan
ijab kabul dengan ucapan dan dengan tulisan. c. Tu‟athi (saling memberi), seperti seseorang yang melakukan pemberian
kepada seseorang dan orang tersebut memberikan imbalan kepada yang
member tanpa ditentukan besar imbalan. Dengan contoh, dapat diuraikan
sebagai berikut: “seorang pengail ikan sering memberikan ikan hasil
pancingnya kepada seorang petani, tanpa disebutkan besar imbalan yang
dikehendaki oleh pemberi ikan.”
d. Lisan al hal, menurut sebagian ulama, apablila seorang meninggalkan
barang-barang di hadapan orang lain, kemudian dia pergi dan orang yang
ditinggali barang itu berdiam diri saja, hal itu dipandang telah ada akad
ida‟ (titipan) antara orang yang meletakkan barang dengan yang
menghadapi letakan barang titipan dengan jalan dalalat al-hal.
(Sohari.Ru‟fah, 2011:43-45)
3. Unsur-unsur Akad
a. Pengertian Ijab dan Kabul
Secara umum, ijab dan kabul adalah ikatan kata antara penjual dan
pembeli, jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul dilakukan
20
sebab ijab kabul menunjukkan kerelaan (keridhaan). Ijab adalah
pernyataankehendak oleh satu pihak (mujib) untuk melakukan susuatu.
Qabul adalahpernyataan menerima atau menyetujui kehendak mujib
tersebut oleh pihak lainnya. Ijab dan kabul ini harus ada dalam
melaksanakan suatu perikatan (Dewi dkk, 2006:48).
b. Dibenarkan Oleh Syara‟
Akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariah atau hal-hal
yang diatur oleh Allah SWT dalam Al Qur‟an dan Nabi Muhammad
dalam hadist. Pelaksanaan akad, tujuan akad maupun objek akad tidak
boleh bertentangan dengan syari‟ah, jika bertentangan akan
mengakibatkan akad itu tidak sah (Dewi dkk, 2006:48).
c. Mempunyai Akibat Hukum Terhadap Objeknya
Akad merupakan salah satu dari tindakan hukum terhadap objek hukum
yang diperjanjikan oleh para pihak dan juga memberi konsekuensi hak dan
kewajiban yang mengikat para pihak (Dewi dkk, 2006:48)
4. Syarat Akad
Syarat akad secara umum dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
syarat adanya (terbentuknya) akad dan syarat sahnya akad. Syarat adanya
akad menurut apabila syarat ini dapat terpenuhi, maka akad dianggap tidak
ada atau tidak terbentuk dan akadnya disebut batal. Syarat sahnya akad, yaitu
syarat dimana apabila tidak terpenuhi tidak berarti lantas akad tidak ada, atau
tidak terbentuk. Bisa saja akadnya ada dan telah terbentuk karena syarat
21
adanya (terbentuknya) telah terpenuhi, hanya saja akad dianggap belum
sempurna dan masih memiliki kekurangan, dan dalam keadaaan demikian
akad tersebut oleh ahli-ahli hukum Hanafi disebut dengan akad fasid, dan
harus dibatalkan. (Dewan Pengurus Nasional, 2016:173)
Setiap pembentuk akad mempunyai syarat yang ditentukan syara‟
yang wajib disempurnakan, syarat-syarat terjadinya aka dada dua macam:
a. Syarat – syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib
sempurna wujudnya dalam berbagai akad.
b. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya
wajib ada dalam sebagian akad, syarat khususnya ini juga disebut sebagai
idhafi (tambahan) yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum,
seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan.
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam berbagai macam akad:
a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli), maka akad
orang tidak cakap (orang gila, orang yang berada dibawah pengampunan
atau mahjur Karena boros dan lainnya) akadnya tidak sah.
b. Yang dijadikan obyek akad dapat menerima hukumnya.
c. Akad itu diizinkan oleh syara‟, dilakukan oleh orang yang mempunyai
hak melakukannya, walaupun dia bukan aqid yang memiliki barang.
d. Akad bukan jenis akad yang dilarang, seperti jual beli mulamasah.
e. Akad dapat memberikan faedah, maka tidaklah sah apabila akad rahn
dianggap sebagai amanah.
f. Ijab harus berjalan terus, maka ijab tidak sah apabila ijab tersebut dicabut
(dibatalkan) sebelum adanya kabul.
g. Ijab dan qabul harus bersambungan, jika seseorang melakukan ijab dan
berpisah sebelum terjadinya qabul, maka ijab yang demikian dianggap
tidak sah (batal). (Qamarul Huda, 2011:32)
22
Selain syarat-syarat diatas, maka ada syarat lain yang menurut wahbah
zuhaili dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, syarat shahih adalah syarat yang
sesuai dengan substansi akad, mendukung dan memperkuat substansi akad,
dibenarkan oleh syara‟ atau sesuai kebiasaan masyarakat (urf). Contohnya
masyarakat penjual untuk membayar harga barang. Kedua, syarat fasid, yaitu
syarat yang tidak sesuai dengan substansi atau mendudkung akad. Contohnya,
penjual menyaratkan agar ia bisa menempati rumah yang dijualnya selama
setahun. Ketiga, syarat fasid yaitu syarat yang tidak memenuhi criteria syarat
shahih, dan tidakl memberikan nilai manfaat bagi salah satu pihak atau
lainnya. Contohnya, menyaratkan pembeli untuk tidak menaiki mobilnya
dengan seeorang tertentu. (Dewan Pengurus Nasional, 2016:174)
Akad sah, dari segi kekuatan hukum dibedakan lagi menjadi
a) akad mauquf, yaitu akad yang tergantung kepada izin pihak ketiga,
misalnya wali dalam kasus akad yang dibuat anak dibawah perwaliannya;
b) akad nafiz, yaitu akad yang didalamnya masih terdapat khiyar, (hak opsi
memilih) salah satu pihak; dan
c) lazim, yang merupakan akad yang paling sempurna wujudnya dan bisa
melahirkan akibat hukum penuh, dimana tidak lagi bergantung kepada izin
pihak ketiga atau lagi mengandung unsure opsi/ pilihan (khiyar) salah satu
pihak. Berdasarkan segi kekuasaan hukumnya, akad dapat diurutkan
menjadi lima jenjang dari yang paling lemah kepada yang paling kuat,
23
yaitu (1) akad batil, (2) akad fasid, (3) akad mauquf, (4) akad nafiz, (5)
akad lazim. Dua yang pertama termasuk kategori akad yang tidak sah dan
tiga macam terakhir termasuk kategori akad yang sah. (Dewan Pengurus
Nasional, 2016:174)
5. Ma’qud ‘Alaih
Pengertian dari ma‟qud „alaih adalah objek transaksi mencakup
barang dan uang. Ma‟qud „alaih memiliki beberapa syarat, yaitu sebagai
berikut:
a. Barang yang diperjual belikan memiliki manfaat yang dibenarkan syariat,
bukan najis dan bukan benda yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Seperti halnya Nabi SAW bersabda :
إن الله إذا حرم على ق وم أكل شىء حرم عليهم ثنه
“sesungguhnya Allah, apabila mengharamkan atas suatu kaum untuk
memakan sesuatu, maka Dia pasti mengharamkan harganya”. (HR. Abu
Dawud 3477)
Oleh karena itu, tidak halal uang hasil penjualan barang-barang haram
sebagai berikut: Minuman keras dengan berbagai macam jenisnya,
bangkai, babi, anjing dan patung. Nabi SAW bersabda:
ه حرم ب يع المر والميتة والنزير والأصنام إن الله ورسول
“sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamer,
bangkai, babi, dan patung”. (HR. Bukhari 2236 dan Muslim 4132)
24
Dalam hadist lain riwayat Ibnu Mas‟ud beliau berkata:
“sesungguhnya Nabi SAW melarang (makan) harga anjing, bayaran
pelacur dan hasil perdukunan”. (HR. Bukhari 2083)
Termasuk dalam barang-barang yang haram diperjual-belikan ialah
kaset atau CD/CD/DVD music dan porno. Maka uang hasil keuntungan
menjual barang ini tidak halal dan tentunya tidak berkah, karena music
telah diharamkan Allah dan rasul-Nya. Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
وام يستحلون الر والرير والمر والمعازف ليكونن من أمت أق
“Akan ada diantara umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina,
sutera, khamr dan alat music”.(HR. Bukhari no.5590)
b. Barang yang dijual harus barang yang telah dimilikinya. Dan kepemilikan
sebuah barang dari hasil pembelian sebuah barang menjadi sempurna
dengan terjadinya transaksi dan serah-terima.
Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, dia bertanya kepada Nabi SAW
tentang seseorang yang datang ke tokonya untuk membeli suatu barang.
Kebetulan barang tersebut sedang tidak ada ditokonya. Kemudian dia
mengambil uang orang tersebut dan membeli barang yang diinginkan dari
toko lain.Dan tidak boleh hukumnya menjual barang yang telah dibeli
namun belum terjadi serah-terima barang.
25
c. Barang Yang Dijual Bisa Diserahkan Kepada Si Pembeli
Maka tidak sah menjual mobil, motor atau handphone miliknya yang
dicuri oleh orang lain dan belum kembali. Demikian tidak sah menjual
burung diudara atau ikan kolam yang belum ditangkap.
d. Barang yang Diperjual-belikan dan Harganya Harus Diketahui oleh
Pembeli dan Penjual
Barang bisa diketahui dengan cara melihat fisiknya, atau mendengar
penjelasan dari si penjual, kecuali untuk barang yang bila dibuka
bungkusnya akan menjadi rusak seperti: telur, durian, semangka dan
selainnya. Maka sah jual beli tanpa melihat isinya dan si pembeli tidak
berhak mengembalikan barang yang dibelinya seandainya didapati isi
rusak, kecuali dia mensyaratkan di saat akad jual beli akan
mengembalikan barang tersebut bilamana isinya rusak atau sipenjual
bermaksud menipu si pembeli dengan cara membuka semangka yang
bagus, atau jeruk yang manis rasanya dan memajangnya sebagai contoh,
padahal dia tahu bahwa sebagian besar semangka dan jeruk yang
dimilikinya bukan dari jenis contoh yang dipajang. Maka ini termasuk
jual-beli gharar (Penipuan) yang diharamkan syariat. Karena Nabi SAW
melarang jual beli yang mengandung unsur gharar atau ketidak
jelasan/penipuan. (HR. Muslim)
Adapun harga barang bisa diketahui dengan cara menanyakan
langsung kepada si penjual atau dengan melihat harga yang tertera pada
26
barang, kecuali bila harga yang ditulis pada barang tersebut direkayasa
dan bukan harga sesungguhnya, ini juga termasuk jual-beli gharar atau
penipuan. (https://nasihatsahabat.com/memahami-rukun-syarat-sahnya-
jual-beli/ diakses pada 23:15 jum‟at, 14 Sebtember 2018)
6. Berakhirnya Akad
Berakhirnya akad dapat disebabkan karena fasakh, kematian atau
karena tidak adanya pihak lain dalam hal akad mauquf.
a. Berakhirnya akad dapat disebabkan fasakh. Hal-hal yang menyebabkan
timbulnya fasakhnya akad adalah sebagai berikut :
a) Fasakh karena akadnya fasid (rusak), yaitu jika suatu akad
berlangsung secara fasid, seperti akad pada bai‟ al-mu‟qqat atau bai‟
al-majhul. Maka akad harus di fasakh oleh para pihak yang berakad
atau oleh keputusan hakim.
b) Fasakh karena khiyar. Pihak yang mempunyai wewenang khiyar
tidak melakukan fasakh terhadap akad jika menghendaki, kecuali
dalam kasus khiya‟aib setelah penyerahan barang.
c) Fasakh berdasarkan iqalah, yaitu terjadinya fasakh akad karena
adanya kesepakatan kedua belah pihak.
d) Fasakh karena tidak ada realisasi. Fasakh ini hanya terjadi pada
khiyar naqd, misalnya karena rusaknya obyek akad sebelum
penyerahan.
27
e) Fasakh karena jatuh tempo atau karena tujuan akad telah terealisasi.
Jika batas waktu ysng ditetapkan dalam akad telah berakhir, atau
tujuan akad telah terealisasi, maka akad dengan sendirinya menjadi
fasakh (berakhir).
b. Berakhirnya akad karena kematian. Kematian menjadi penyebab
berakhirnya sejumlah akad, meskipun para ulama berbeda pendapat
tentang masalah ini. Akad yang fasakh karena kematian adalah sebagai
berikut:
a) Akad dalam ijarah
Menurut hanafiah, kematian seseorang menyebabkan
berakhirnya akad ijarah. Alasan mereka, karena ijarah merupakan
akad kedua belah pihak, maka jika salah satu pihak meninggal dunia,
dengan sendirinya akad berakhir. Namun jumhur berpendapat, bahwa
kematian tidak dapat menyebabkan berakhirnya akad.
b) Akad dalam rahn dan kafalah
Akad dalam dua transaksi ini merupakan akad yang lazim,
karena itu jika pihak penggadai barang (rahin) meninggal dunia
maka barang gadai harus segera dijual untuk melunasi hutang.
Sedangkan dalam akad kafalah, apabila orang yang berhutang
meninggal dunia tidak mengakibatkan berakhirnya kafalah, tetapi
jika ada hutang yang masih belum terbayar harus dilakukan
28
perlunasan hutang atau tanggung jawabnya dilimpahkan kepada
pihak lain.
c) Akad dalam syirkah dan wakalah
Akad syrikah akan berakhir dengan kematian seseorang, jika
anggotanya tidak lebih dua orang, namun apabila anggotanya lebih
dari dua orang akad, maka akad syirkah akan tetap berlangsung bagi
para anggota yang masih hidup. Hal ini juga berlaku bagi akad dalam
wakalah.
c. Berakhirnya akad karena tidak adanya izin pihak lain.
Akad akan berakhir apabila pihak yang mempunyai wewenang tidak
mengizinkannya atau meninggal dunia sebelum da memberikan izin.
(Qamarul Huda, 2011:47-49)
B. JUAL BELI
1. Pengertian Jual Beli
Pada umumnya, orang memerlukan benda yang ada pada orang lain
(pemiliknya) dapat dimiliki dengan mudah, tetapi pemiliknya kadang-kadang
tidak mau memberikannya. Adanya syariat jual beli menjadi wasilah (jalan)
untuk mendapatkan keinginan tersebut, tanpa berbuat salah. Jual beli menurut
bahasa, artinya menukar kepemilikan barang dengan barang atau saling tukar
menukar. Kata al-bai‟ (jual) dan al-syira‟(beli) dipergunakan dalam
pengertian yang sama. (Sohari.Ru‟fah, 2011:65)
29
Jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu “jual beli”. Menurut pengertian
Syari‟at, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar
saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan
(yaitu berupa alat tukar yang sah). (Sayid Sabiq, 12 1988: 47-48)
Jual beli merupakan perbuatan hukum yang mengakibatkan terjadinya
peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada pihak pembeli,
maka dengan ini haruslah dipenugi rukun dan syarat sahnya jual beli.
2. Jual Beli Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
Unsur jual beli dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)
termaktub dalam bab IV (Pasal 56-61)
Pasal 56 1) Pihak-pihak
2) Obyek
3) Kesepakatan
Pasal 57 pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian jual beli terdiri atas
penjual, pembeli, dan pihak lain yang terlibat dalam perjanjian
tersebut.
Pasal 58 obyek jual beli terdiri atas benda yang berwujud maupun yang tidak
berwujud, yang bergerak maupun tidak bergerak, dan yang terdaftar
maupun yang tidak terdaftar.
30
Pasal 59 (1) kesepakatan dapat dilakukan dengan tulisan, lisan, dan isyarat.
(2) kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 memiliki
makna hukum yang sama.
Pasal 60 kesepakatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
masing-masing pihak, baik kebutuhan hidup maupun
pengembangan usaha.
Pasal 61 ketika terjadi perubahan akad jual beli akibat perubahan harga, maka
akad terakhir yang dinyatakan berlaku. (kompilasi hukum ekonomi
syariah pdf)
3. Rukun dan Syarat Jual beli
Jual beli adalah merupakan suatu akad, dan dipandang sah apabila
telah memenuhi rukun dan syarat jual beli. Mengenai rukun dan syarat jual
beli, para ulama berbeda pendapat, berikut ini uraiannya.
Menurut mazhab hanafi, rukun jual beli hanya ijab dan Kabul saja.
Menurutnya yang menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan antara
kedua belah pihak untuk berjual beli. Namun, karena unsure kerelaan
behubungan dengan hati sering tidak kelihatan, maka diperlukan indikator
(qarinah) yang menunjukan kerelaan tersebut dari kedua belah pihak.
Indikator tersebut bisa dalam bentuk perkataan (ijab dan Kabul) atau dalam
bentuk perbuatan, yaitu saling memberi (penyerahan barang, penerimaan
31
uang). Dalam fiqih, hal ini terkenal dengan istilah “bai al-muathah”.
(Sohari.Ru‟fah, 2011:67-68)
Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu ada empat, yaitu sebagai
berikut:
1) Orang yang berakad (penjual dan pembeli)
2) Sighat (lafaz ijab dan Kabul)
3) Ada barang yang dibeli
4) Ada nilai tukar pengganti barang (Sahrani, 2011:67)
Agar suatu jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual dan pihak
pembeli sah, maka harus dipenuhi syarat-syarat jual beli. Berikut adalah
syaratnya:
1) Tentang Ijab dan Kabulnya
Ijab dan Kabul hendaknya diucapkan oleh penjual dan pembeli secara
langsung dalam suatu majelis, maksudnya tida boleh diselang oleh hal-hal
yang mengganggu jalannya ijab Kabul tersebut. Syarat-syarat sah ijab
Kabul ialah sebagai berikut:
a. Ijab Kabul diungkapkan dengan kata-kata yang menunjukan jual beli
yang telah lazim diketahui masyarakat. Seperti penjual berkata “aku
jual buku ini kepadamu seharga Rp 20.000,-.” Kemudian pembeli
menjawab: “saya beli buku ini seharga Rp 20.000,-.”
32
b. Ijab Kabul dilakukan dalam satu majelis. Maksudnya kedua belah
pihak yang melakukan jual beli hadir dan membicarakan topic yang
samaatau tidak ada memisahkan, pembeli tidak boleh diam saja
setelah penjual menyatakan ijab dan sebaliknya.
c. Tidak boleh diselingi dengan kata-kata lain antara ijab dan Kabul
d. Beragama islam, syarat ini khusus untuk pembeli saja dalam benda-
benda tertentu. Misalnya saja seseorang dilarang menjual hambanya
yang beragama islam kepada pembeli yang tidak beragama islam,
sedangkan Allah melarang orang-orang mukmin memberi jalan
kepada orang kafir untuk merendahkan orang mukmin (Hidayat,
2015:22)
2) Tentang Subjeknya
Orang yang berakad adalah orang yang boleh melakukan akad,
yaitu orang yang telah baligh, dengan kehendaknya sendiri bukan
dipaksa, keduanya tidak mubazir, berakal dan mengerti serta orang bodoh
sebab mereka tidak pandai mengendalikan harta. Allah berfirman dalam
Qs. An-Nisa ayat 5 yaitu:
فهاء أموالك م الت جعل الله لكم قياما وارزقوهم فيها واكسوهم ول ت ؤتوا الس
(٥)وقولوا لم ق ول معروفا
33
Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya…..”(QS. An Nisa 4:5) (Departemen Agama 2010:77)
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa harta tidak boleh kepada
orang yang bodoh/belum sempurna akalnya. Orang yang belum sempurna
akalnya ialah anak yang belum baligh atau orang dewasa yang tidak dapat
mengatur harta bendanya.
Oleh karena itu, akad yang dilakukan oleh anak di bawah umur,
orang gila atau idiot tidak sah kecuali seizing walinya. Jika orang gila
dapat sadar seketika dan gila seketika (kadang-kadang sadar dan kadang-
kadang gila), maka akad yang dilakukan pada waktu sadar dinyatakan
sah, dan yang dilakukan ketika gila, tidak sah.
Akad anak kecil yang sudah dapat membedakan baik dan
buruknya sesuatu dinyatakan valid (sah), namun kesahannya tergantung
kepada izin walinya. Apabila diizinkan oleh orang tuanya maka akad
yang dilakukan anak kecil sah.
Keadaanya tidak mubadzir, maksudnya para pihak yang
mengingatkan diri dalam perjanjian jual beli tersebut bukanlah manusia
yang mubadzir (boros), sebab orang yang boros di dalam hukum
dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak, maksudnya dia
tidak dapat melakukan sendiri sesuatu perbuatan hukum walaupun
kepentingan hukum itu menyangkuy kepentingannya sendiri. Orang
34
mubadzir di dalam perbuatan hukum berada di bawah
pengampauan/walinya. (Prabisu dan Suhrawadi, 2004:34-41)
3) Tentang Objeknya
Benda yang dijadikan objek jual beli ini haruslah memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Bersih Barangnya
Barang yang diperjual-belikan bukanlah benda najis, atau yang
digolongkan sebagai benda yang diharamkan. Benda-benda najis
bukan hanya tidak boleh diperjual-belikan, tetapi juga tidak sah untuk
diperjual-belikan. Seperti bangkai, darah, daging babi, khamr, nanah,
kotoran manusia.
b. Dapat dimanfaatkan
Maksud dari barang harus dapat dimanfaatkan adalah bahwa
kemanfaatan barang tersebut harus sesuai dengan ketetntuan syari‟ah
Islam tidak bertentangan dengan norma-norma gama yang berlaku.
c. Milik orang yang melakukan akad
Orang yang melakukan perjanjian jual beli atas seuatu barang
adalah pemilik sah barang tersebut dan/tidak mendapat izin dari
pemilik sah barang tersebut. Tidak sah berjual-beli dengan selain
pemilik sah barang tersebut. Tidak sah berjual-beli dengan selain
pemilik langsung suatu benda, kecuali orang tersebutmenjadi wali
(wilayah) atau wakil. Yang dimaksud menjadi wali (wilayah) adalah
35
bila bnda itu dimilikioleh seorang anak kecil, baik yatim atau bukan,
maka walinya berhak untuk melakukan transaksi atas benda milik
anak itu.
d. Mampu menyerahkan
Pihak penjual (baik sebagai pemilik maupun sebagai kuasa)
dapat menyerahkan barang yang dijadikan sebagai obyek jual beli
sesuatu dengan bentuk dan jumlah yang diperjanjikan pada waktu
penyerahan barang kepada pihak pembeli. Ketentuan ini terdapat di
hadis yang artinya berbunyi sebagai berikut:
“janganlah kamu membeli ikan yang berada di dalam air,
sesungguhnya yang demikian itu penipuan.” (HR. Ahmad dari Ibnu
Mas‟ud r.a)
Dari ketentuan hadist tersebut dapat dikemukakan bahwa
barang yang dijual itu harus nyata, dapat diketahui jumlahnya (baik
ukuran maupun besarnya). Oleh karena itu, jual beli barang-barang
yang dalam keadaan dihipotikan, igadaikan atau sudah diwakafkan
adalah tidah sah sebab penjual tidak mampu lagi untuk menyerahkan
barang kepada pembeli.
e. Mengetahui
Mengetahui disini maksudnya adalah melihat sendiri keadaan
barangya, baik hitungan, takaran, timbangan dan kualitasnya.
Sedangkan menyangkut pembayarannya kedua belah pihak harus
36
mengetahui tentang jumlah pembayaran maupun jangka waktu
pembayaran. Oleh karena itu, apabila dalam suatu jual beli keadaan
barang dan jumlah harganya tidak diketahui maka perjanjian jual beli
tersebut tidak sah. Sebab bisa jadi perjanjian tersebut dapat
menimbulkan unsur penipuan.
f. Barang yang diakadkan ada di tangan
Barang harus tersedia, atau ada dan dapat dilihat bentuknya. (Sabiq,
1988:52)
4. Macam-macam Jual Beli
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli, maka dapat
dikemukakan pendapat Imam Taqiyyudin, bahwa jual beli dibagi menjadi tiga
bentuk, sebagai berikut:
“Jual beli itu ada tiga macam: 1) jual beli benda yang kelihatan, 2)
jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji, dan 3) jual beli benda
yang tidak ada.”
Jual beli benda yang kelihatan adalah pada waktu melakukan akad,
benda atau barang yang diperjualbelikan ada didepan penjual dan pembeli.
Hal ini dilakukan masyarakat banyak dan boleh dilakukan, seperti membeli
beras di pasar.
Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli
salam (pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam jual dilakukan
untuk jual beli yang tidak tunai (kontan). Salam pada awalnya berarti
37
meminjamkan barang atau sesuatu, maksudnya ialah perjanjian yang
penyerahan barang-barangnya ditanggungguhkan hingga masa tertentu,
sebagai imbalan harga yang teah ditetapkan ketika akad. (Sohari.Ru‟fah,
2011:71)
5. Khiyar dalam Jual Beli
Khiyar merupakan hak yang dimiliki oleh dua pihak yang berakad
(„aqidain) untuk memilih antara meneruskan akad, atau membatalkannya
dalam khiyar syarat dan khiyar „aib, ta‟yin. Sebagian khiyar adakalanya
bersumber dari kesepakatan seperti khiyar syarat dan khiyar ta‟yin dan
sebagiannya lagi bersumber dari ketetapan syara‟ seperti khiyar „aib.
(Qomarul Huda, 2011:41)
Ma‟na khiyar berarti boleh memilih antara dua, apakah akan
meneruskan jual beli atau mau mengurungkannya (membatalkannya).
Menurut ulama fiqih seperti dikutip oleh Rachmat Syafi‟I, pengertian khiyar
adalah: “Suatu keadaan yang menyebabkan akid memiliki hak untuk
memutuskan akadnya (menjadikan atau membatalkannya) jika khiyar tersebut
berupa khiyar syarat, aib, atau ru‟yah, atau hendaklah memilih diantara dua
barang jika khiyar ta‟yin”. Khiyar artinya boleh memilih antara dua,
meneruskan akad jual beli atau mengurungkan (menarik kembali, tidak jadi
jual beli) (Rasjid, 1994: 286).
Fungsi khiyar menurut Syara‟ adalah agar kedua orang yang berjual
beli dapat memikirkan dampak posistif negatif masing-masing dengan
38
pandangan kedepan, supaya tidak terjadi penyesalan dikemudian hari yang
disebabkan merasa tertipu atau tidak adanya kecocokkan dalam membeli
barang yang telah dipilih. (Sohari.Ru‟fah, 2011:76)
Khiyar terdapat tida macam, yaitu khiyar majlis, khiyar syarat dan khiyar
„aib, berikut adalah uraiaanya:
1) Khiyar Majelis
Khiyar majlis adalah setiap „aqidain mempunyai hak untuk memilih
antara meneruskan akad atau mengurungkannya sepanjang keduanya
belum berpisah. Artinya suatu akad belum bersifat lazim (pasti) sebelum
berakhirnya majlis akad yang ditandai dengan berpisahnya „aqidain atau
dengan dengan timbulnya pilihan lain. Namun khiyar majlis ini tidak
berlaku pada setiap akad, melainkan hanya berlaku pada akad al-
mu‟awadhah al-maliyah, seperti akad jual beli dan ijarah.
Menurut Fuqaha Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa tidak
ada khiyar majlis dalam jual beli, menurut mereka, akad telah dianggap
sempurna dan bersifat lazim (pasti) semata berdasarkan kerelaan kedua
pihak yang dinyatakan formal melalui ijab dan kabul. Karena itu khiyar
majlis setelah terjadinya ijab dan kabul dianggap sebagai pelanggaran
terhadap akad. Menurut mereka makna al-bai‟ani diartikan (secara ta‟wil)
dengan proses tawar-menawar sebelum ada keputusan akad, teks hadist
maalam yatafarraqa diartikan dengan “terputus lisan” tidak dengan
pengertian “terputus secara badani”. Artinya apabila ijab dan kabul telah
terputus dengan perkataan lain, makna masing-masing pihak dapat
membatalkannya. Khiyar yang demikian ini menurut madhhab Hanafi
disebut sebagai khiyar qabul atau khiyar ruju‟.
2) Khiyar ta‟yin
Khiyar ta‟yin adalah hak yang dimiliki oleh pembeli untuk
memastikan pilihan atas sejumlah benda sejenis atau setara sifat atau
harganya. Khiyar ini hanya berlaku pada akad mu‟awadhah al-amaliyah
yang mengakibatkan perpindahan hak milik, seperti jual-beli. Keabsahan
khiyar ta‟yin menurut madhhab Hanafi harus memenuhi tiga syarat
sebagai berikut:
a) Maksimal berlaku pada tiga pilihan obyek akad.
b) Sifat nilai benda-benda yang menjadi obyek pilihan harus setara dan
harganya harus jelas. Jika nilai dan sifat masing-masing benda jauh,
maka khiyar ta‟yin ini menjadi tidak berarti.
c) Tenggang waktu khiyar ini tidak lebih dari tiga hari.
39
Adapun imam Syafi‟I dan Ahmad Ibn Hanbal menyangkal
keabsyahan khiyar ta‟yin ini, dengan alasan bahwa salah satu syarat
obyek akad adalah harus jelas.
3) Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah hak „aqidain untuk melangsungkan atau
membatalkan akad selama batas waktu tertentu yang dipersyaratkan
ketika akad berlangsung. Seperti ucapan seorang pembeli “saya beli
barang ini dengan hak khiyar untuk diriku dalam sehari atau tiga hari”.
Khiyar syarat ini hanya berlaku pada jenis akad lazim yang dapat
menerima upaya fasakh (pembatalan) seperti pada akad jual-beli,
mudharabah, muazara‟fah, ijarah, kafalah, musaqah, hiwalah dan lain-
lain. Sedangkan khiyar ini tidak berlaku pada akad ghair lazim: seperti
pada akad wakalah, „ariyah, wad‟ah, hibah dan wasiah. Khiyar syarat ini
juga tidak berlaku pada akad lazim yang tidak menerima upaya fasakh,
seperti akad nikah, thalak dan khulu‟.
Khiyar syarat berakhir dengan salah satu dari sebab berikut ini:
a) Terjadi penegasan pembatalan atau penetapan akad.
b) Batas waktu khiyar telah berakhir.
c) Terjadi kerusakan pada obyek akad. Jika kerusakan tersebut terjadi
dalam penguasaan pihak penjual maka akadnya batal dan berakhirlah
khiyar. Namun jika kerusakan tersebut terjadi dalam penguasaan
pembeli maka berakhirlah khiyar namun tidak membatalkan akad.
d) Terjadi penabahan atau pengembangan dalam penguasaan pihak
pembeli baik dari segi jumlah seperti beranak, bertelur atau
mengembang.
e) Wafatnya sahib al-khiyar. Pendapat tersebut menurut pandangan
Madhhab Hanafi dan Hanbali, sedangkan menurut madhhab Syafi‟i
dan Maliki bahwa hak khiyar dapat berpindah kepada ahli waris
menggantikan Shahib Al-Khiyr yang wafat.
4) Khiyar „aib (cacat)
Khiyar „aib adalah hal yang dimiliki oleh salah seorang dari „aqidain
untuk membatalkan atau tetap melangsungkan akad ketika dia menemui
cacat pada obyek akad yang mana pihak lain tidak memberitahukannya
pada akad. Khiyar „aib harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Aib (cacat) terjadi sebelum akad, atau setelah cacat namun belum
terjadi penyerahan. Jika cacat tersebut terjadi setelah penyerahan atau
terjadi dalam penguasaan pembeli maka tidak berlaku hak khiyar.
b) Pihak pembeli tidak mengetahui cacat tersebut ketika berlangsung
akad atau ketika berlangsung penyerahan. Jika pihak pembeli
sebelumnya setelah mengetahuinya, maka tidak ada hak khiyar
baginya.
40
c) Tidak ada kesepakatan bersyarat bahwasannya penjual tidak
bertanggung jawab terhadap segala cacat yang ada. Jika ada
kesepakatan besyarat seperti ini, maka hak khiyar pembeli menjadi
gugur.
Khiyar „aib berlaku semenjak pihak pembeli mengetahui adanya
cacat setelah berlangsung akad. adapun mengenai batas waktu untuk
menuntut pembatalan kad tersebut dapa perbedaan pendapat dikalangan
Fuqaha. Menurut Fuqaha Hanafiyah dan Hanabillah, batas waktu
berlakunya, berlaku secara tarakhi. Artinya pihak yang dirugikan tidak
harus menuntut pembatalan akad ketika dia mengetahui cacat tersebut.
Namun menurut Fuqaha Malikiyah dan Syafi‟iyah batas waktunya
berlaku secara faura (seketika). Artinya pihak yang dirugikan harus
segera menggunakan hak khiyar secepat mungkin, jika dia mengulur-ulur
waktu tanpa memberikan alasan, maka hak khiyar menjadi gugur dan
akad dianggap telah lazim (sempurna).
Hak khiyar „aib gugur apabila berada dalam kondisi berikut ini:
a) Pihak yang dirugikan merelakan setelah dia mengetahui cacat
tersebut.
b) Pihak yang dirugikan sengaja tidak menuntut pembatalan akad.
c) Terjadi kerusakan atau terjadi cacat baru dalam penguasaan
pihak pembeli
d) Terjadi pengembangan atau penambahan dalam penguasaan
pihak pembeli, baik dari sejumlah seperti beranak atau bertelur,
maupun segi ukuran seperti mengembang.
5) Khiyar Ru‟yah (melihat)
Khiyar ru‟yah adalah hak pembeli untuk membatalkan atau
tetap melangsungkan akad ketika dia melihat obyek akad dengan
syarat dia belum melihatnya ketika berlangsung akad atau sebelumnya
dia pernah melihatnya dalam batas waktu yang memungkinkan telah
terjadi perubahan atasnya.
Konsep khiyar ini disampaikan oleh Fuqaha Hanafiyah,
Malikiyah, Hnabilah dan Dhahiriyah dalam kasus jual beli benda yang
ghaib (tidak ada ditempat) atau benda yang belum pernh diperiksa.
Namun menurut Imam Syafi‟i khiyar ru‟yah ini tidak sah dalam proses
jual beli karena menurutnya jual beli terhadap barang yang ghaib
(tidak ada ditempat) sejak semula dianggap tidak sah.
6) Khiyar Naqd
Khiyar naqd tersebut terjadi apabila dua pihak melakukan jual
beli dengan ketentuan jika pihak pembeli tidak melunasi pembayaran,
atau pihak penjual tidak menyerahkan barang dalam batas waktu
41
tertentu. Maka pihak yang dirugikan mempunyai hak untuk
membatalkan atau tetap melangsungkan akad. (Qamarul Huda
2011:41-47)
C. IKLAN
1. Pengertian iklan
Iklan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah
organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan kes suatu khalayak
target melalui media bersifat missal seperti televise, radio, Koran majalah,
direct mail (pengeposan langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan
umum. Dalam komunikasi global baru, pesan-pesan periklanan dapat
ditranmisikan melalui media baru, khususnya internet. Perusahaan
konsultan Jupiter communications telah memperkirakan bahwa periklanan
online akan mencapai 500juts dolar mrnjrlang tahun 2000. (Monle.Carla
2011:3-4)
Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan
paling banyak dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya jangkauan
yang luas. Iklan juga menjadi instrument promosi yang sangat penting,
khususnya bagi perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang
ditujukan kepada masyarakat luas. Belanja iklan diindonesia pada 2005
tercatat sekitar Rp 23 triliun rupiah. Televisi mendominasi 70 persen (Rp
16 triliun) dari nilai belanja iklan tersebut, surat kabar Rp 6 triliun, majalah
dan tabloid sekitar Rp 1 triliun. (Morrisan 2010:18)
42
2. Jenis-jenis Iklan
Pengelola pemasaran suatu perusahaan beriklan dalam berbagai
tingkatan atau level. Misalnya, iklan level nasional atau lokal/retail dengan
target yaitu masyarakat konsumen secara umum, atau iklan untuk level
industri atau disebut juga dengan business-to-business advertaising atau
professional advertising dan trade advertising yang diajukan untuk
konsumen industi, perusahaan, atau professional. Untuk lebih jelasnya, tipe
atau jenis iklan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Iklan Nasional
Pemasang iklan dalah perusahaan besar dengan produk yang tersebar
secara nasional atau disebagian besar wilayah suatu Negara. Sebagian
besar iklan nasional pada umumnya muncul pada jam tayang utama
(prime time) di televisi yang memiliki jaringan siarah secara nasional
dan juga pada berbagai media besar nasional serta media-media
lainnya. Tujuan dari pemasangan iklan berskala nasional ini adalah
untuk menginformasikan atau mengingatkan konsumen kepada
perusahaan atau merek yang diiklankan beserta berbagai fitur atau
kelengkapan yang dimiliki dan juga keuntungan, manfaat, penggunaan,
serta menciptakan atau memperkuat citra produk bersangkutan
sehingga konsumen akan cenderung membeli produk yang diiklankan
itu.
43
b. Iklan lokal
Pemasang iklan adalah perusahaan pengecer atau perusahaan dagang
tingkat lokal. Iklan lokal bertujuan untuk mendorong konsumen untuk
berbelanja pada toko-toko tertentu atau menggunakan jasa local atau
mengunjung suatu tempat atau instusi tertentu. Iklan lokal cenderung
untuk menekankan pada insentif tertentu, mislalnya harga yang lebih
murah, waktu operasi yang lama, pelayanan khusu, suasana berbeda,
gengsi, atau aneka jenis barang yang ditawarkan. Promosi yang
dilakukan iklan local sering dalam bentuk aksi langsung (direct action
advertising) yang dirancang untuk memperoleh penjualan secara cepat.
c. Iklan Primer dan Selektif
Iklan primer atau disebut juga dengan primary demand advertisin
dirancang untuk menodong permintaan terhadap suatu jenis produk
tertentu atau untuk keseluruhan industri. Pemasang iklan akan lebih
fokus menggunakan iklan primer apabila, misalnya, merek produk jasa
yang dihasilkannya telah mendominasi pasar dan akan mendapatkan
keuntungan paling besar jika permintaan terhadap jenis produk
bersangkutan secara umum meningkat. Asosiasi perubahan dibidang
industri dan perdagangan kerap melakukan kampanye melalui iklan
primer untuk mendorong peningkatan penjualan produk yang
dihasilkan anggota asosiasi, misalnya asosiasi produsen susu
berkampanye melalui iklan primer untuk meningkatkan minat
44
masyarakat untuk minum susu. Perusahaan pemegang merek produk
tertentu terkadang menggunakan iklan primer sebagai bagian dari
strategi promosi untuk membentu suatu produk, khususnya jika produk
itu masih baru dan manfaatnya masih belum banyak diketahui
masyarakat. Dengan demikian, iklan semacam ini bertujuan
menjelaskan konsep dan manfaat suatu produk secara umum namun
sekaligus mempromosikan merek produk bersangkutan. (Morissan
2010:20-21)
3. Fungsi dan Tujuan Iklan
Fungsi iklan bisa bermacam-macam tergantung dari produk atau jasa
yang dipromosikan serta tujuan beriklan. Berikut ini adalah 5 fungsi
iklan yang utama:
a) Menyampaikan identitas brand
Iklan sering kali menjadi sarana untuk menonjolkan suatu
identitas brand. Seperti layaknya orang, identitas brand adalah
kualitas utama yang mendasari brand tersebut.
Misalnya, anda adalah jasa jual mobil bekas. Identitas yang
anda iklankan adalah proses yang cepat dan transaksi yang aman.
Jadi, ketika orang melihat brand anda, mereka akan
mengasosiasikan brand anda dengan 2 identitas tersebut.
Contoh nyata penggunaan identitas brand yang sangat efektif
adalah perusahaan Apple. Iklan-iklan yang mereka luncurkan
45
selalu sederhana dengan kualitas gambar yang tinggi. Saat
presentasi produk baru mereka pun, semua nya sangat sederhana.
Inilah identitas brand mereka: simplicity and quality.
Orang-orang yang membeli produk Apple mempunyai
gambaran bahwa produk tersebut sederhana, mudah digunakan dan
kualitasnya tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan terus
mempromosikan identitas brand disertai dengan produk yang
konsisten dengan identitas itu sendiri.
b) Menyampaikan informasi kepada publik
Informasi yang ingin disampaikan lewat iklan bisa bermacam-
macam. Dalam hal ini, informasi yang dimaksud adalah informasi
yang tidak berhubungan dengan jual/beli. Misalnya, informasi
mengenai transportasi publik, menjaga kebersihan lingkungan, dan
sebagainya. Biasanya, iklan seperti ini berasal dari pemerintah.
c) Meyakinkan konsumen untuk membeli suatu produk/jasa
Inilah fungsi iklan yang paling umum. Iklan yang menonjolkan
suatu produk/jasa serta alasan mengapa orang-orang perlu membeli
produk/jasa tersebut. Iklan seperti ini bertujuan untuk mendorong
terjadi nya transaksi pembelian.
d) Memelihara customer dan menjaga citra publik
Mengapa perusahaan-perusahaan yang sangat besar dan
dikenal orang tetap harus melakukan kegiatan promosi? Tujuan
46
nya selain mempromosikan produk adalah untuk memelihara
customer dan menunjukkan bahwa brand tersebut masih relevan.
Ini sebabnya, anda akan melihat brand-brand seperti Coca-Cola
menayangkan iklan-iklan di TV walaupun mereka tidak
meluncurkan produk baru. Biasa dalam iklan seperti ini
dimasukkan kampanye atau promosi tertentu yang sedang
dilakukan oleh perusahaan tersebut.
e) Menunjukan trend baru
Fungsi iklan ini sangat relevan untuk bisnis atau startup yang
mengutamakan inovasi dan kreatifitas. Banyak pula dipakai di
bidang retail. Iklan yang fokus pada trend baru ingin menarik
perhatian publik dengan harapan menjadi trendsetter dalam bidang
tersebut. Contoh perusahaan yang menggunakan fungsi iklan ini
adalah Uber dan Gojek dengan inovasi mereka di bidang
transportasi.
Dalam beriklan, sangat penting juga untuk mengetahui
bagaimana media-media iklan menentukan tarif atau biaya
periklanan. Baca di sini untuk informasi lebih lanjut tentang biaya
periklanan media online. (http://deeblemedia.com/inilah-5-fungsi-
iklan-yang-penting/ diakses jam 8:33 kamis, 6 Sebtember 2018)
47
4. Ketentuan Iklan Menurut Pandangan Hukum
a. Pengaturan Hak Konsumen dalam Undang Undang N0 8
Tahun 1999
Hak merupakan sesuatu yang harus diterima atau dimiliki oleh
seseorang atas kewajiban orang lain. Sedangkan kewajiban
merupakan sesuatu yang harus dipenuhi atau wajib menjalankan
segala sesuatu atas hak orang lain. Berikut adalah hak dan
kewajiban konsumen maupun pelaku usaha menurut Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
yaitu:
1. Hak Konsumen terdapat dalam pasal 4, yaitu:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengonsumsi barang dan jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan
barang dan/jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan atau jasa yang digunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advoksi, perlindungan dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan
konsumen.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif.
h. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan atau
penggantian, apabila barang dan atau jasa yang
diterimaditak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana semestinya.
48
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya.
2. Kewajiban Pelaku Usaha terdapat dalam pasal 7, yaitu:
a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta
memberi penjelasan mengenai penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar
dan jujur serta tidak diskriminatif.
d. Menjamin mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan
atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu
barang dan atau jasa yang berlaku.
e. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk
menguji, dan atau mencoba barang dan atau jasa tertentu
serta memberi jaminan dan atau jasa garansi atas barang
yang dibuat dan atau yang diperdagangkan.
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian
atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan atau jasa yang diperdagangkan.
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan atau penggantian
apabila barang dan atau jasa yang diterima atau
dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
3. Kewajiban Konsumen dalam pasal 5, yaitu:
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan atau jasa, demi
keamanan dan keselamatan.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang dan atau jasa.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa
perlindungan konsumen secara patut. (UndangUndang No.
8 Tahun 1999 pdf)
b. Iklan Menurut Hukum Islam
Memandang iklan yang amat beragam bentuk, media, dan
penampilannya, maka Islam memiliki batasan-batasan berkaitan
dengan masalah tersebut. Yang pada dasarnya berpijak pada
49
kaidah “menciptakan manfaat dan mencegah mudarat”. Ini tidak
lain agar iklan tetap berada dalam koridor syari‟at, sejalan dengan
kaidah yang berlaku, dan terjaganya maqashidusy syari‟ah, yaitu
melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Secara umum, iklan yang mendatangkan manfaat,
diperbolehkan. Bahkan secara khusus, iklan terdapat dalam materi
syari‟at sendiri. Misalnya mengiklankan pernikahan. Dan adzan
sendiri, yang setiap hari berkumandang merupakan “iklan”
berkaitan dengan shalat yang akan didirikan.
(https://almanhaj.or.id/2637-hukum-iklan-sebuah-tinjauan-
syariah.html diakses jam 19:19 rabu,12 Sebtember 2018)
Iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu
produk dan ditunjukan kepada masyarakat lewat suatu media,
dengan membayar ruangan atau waktu yang disediakan media
massa itu untuk menyiarkan atau mengumumkan pesan tersebut.
Untuk zaman sekarang media yang digunakan oleh pelaku usaha
tidak hanya berupa promosi lisan atau tulisan-tulisan saja, namun
sudah menyebar pada seluruh media komunikasi dan
telekomunikasi yang tersedia seperti surat kabar, televisi, faks,
telepon dan internet.
Perkembangan pemakaian alat promosi canggih ini,
meletakkan konsumen dalam kondisi yang rawan, bahkan pada
50
zaman sekarang konsumen dihadapkan pada apa yang dikenal
dengan consumer ignorance yaitu ketidakmampuan konsumen
menyeleksi informasi akibat kemajuan teknologi dan keragaman
produk yang dipasarkan. Sehingga hal ini bisa saja disalahgunakan
oleh para pelaku usaha. Atas dasar itu, konsumen harus diberi rasa
aman dalam mendapatkan suatu informasi yang jujur dan
bertanggung jawab. Adapun dasar hukum jual beli atas dasar
kehendak sendiri para pihak terhadap dalam ketentuan Al Qur‟an
surat An-Nisa‟ ayat 29 yaitu :
نكم بالباطل إل أن تكون تارة يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي
إن الله كان بكم رحيما ول ت قت لوا أن فسكم عن ت راض منكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-sama di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu: sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa 4:29)
(Departemen Agama 2010:79)
Pada hakikatnya, iklan merupakan tindakan memuji dan
mengelu-elukan ( الثناء والمدح) atas suatu barang atau jasa yang
ditawarkan. Tentunya, hal tersebut tidak terlepas dari pujian yang
benar atau yang tidak benar atau mengandung kebohongan.
51
Pertama, pujian yang benar. Dalam keadaan ini, apabila iklan
yang mengandung pujian tersebut bersifat nyata dan benar, tidak
mengandung unsure kebohongan maka iklan semacam ini
hukumnya boleh. Apalagi jika iklan tersebut mengandung
informasi yang sebelumnya tidak diketahui oleh pembeli tentang
barang atau jasa yang ditawarkan.
Jika memuji terhadap diri sendiri seperti diatas adalah
boleh, lebih-lebih pujian itu ditujukan kepada barang atau jasa
yang ditawarkan, tentu saja hal tersebut lebih diperbolehkan.
Disamping memang tidak ada dasar yang melarang tentang
memuji atas barang atau jasa yang tersebut.
Kedua, pujian yang tidak benar (ghair haq). Iklan dengan
pujian tidak benar ini, yaitu melakukan pujian yang terdapat
kebohongan di dalamnya atau melakukan penipuan. Perbuatan
semacam ini adalah zalim dan diharamkan. Allah SWT
mengharamkan untuk memakan harta dengan jalan batil, dan
Allah memberi pengecualian atas kebolehan memakan harta hasil
perniagaan yang didapatkan dengan jalan sukarela. Tidak
diragukan lagi bahwa tindakan menipu baik secara lisn maupun
perbuatan termasuk memakan harta dengan jalan batil karena
didalamnya tidak ada unsur kerelaan.
52
Pujian yang tidak benar dalam iklan sama halnya dengan
perbuatan memberikan informasi yang tidak benar. Dengan
demikian hal itu termasuk salah satu dari bentuk penipuan, yaitu
suatu usaha yang membawa dan menggiring seseorang dengan
cara yang tidak benar untuk menerima suatu hal yang tidak
memberi keuntungan disertai dengan rayuan bahwa hal tersebut
menguntungkannya. Sedangkan sekiranya ia mengetahui
hakikatnya ajakan tersebut maka ia tidak akan mau menerimanya.
(Syabbul Bahri, 2013:8-10)
53
BAB III
PELAKSANAAN PENGIKLANAN DALAM PENJUALAN
KUOTA INTERNET DI KONTER DUNIA PERDANA KOTA
SALATIGA
A. Gambaran Umum Konter Dunia Perdana
Dunia perdana merupakan toko atau konter yang bergerak di bidang
perdagangan, seperti halnya nama Dunia Perdana toko atau konter tersebut
menjual berbagai macam kartu perdana, voucher, pulsa regular, pulsa listrik,
nomor cantik, voucher, dan accecories handphone. Dunia perdana juga
membuka cabang yang tidak jauh dari toko atau konter tersebut, yang mana
cabangnya itu dinamakan konter Raja Pulsa.
Konter Dunia Perdana ini terletak di Jl. Kemiri Raya 795 Kelurahan
Sidorejo Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga 50700, yang mana konter tersebut
berada di sebelah kios-kios yang terletak di belakang Universitas Kristen
Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Adapun beberapa kios sebelahan dari
Konter Dunia Perdana adalah sebagai berikut:
Timur : Rumah Warga Sekitar
Selatan : Salon Dessy
Barat : Jalan Kemiri Raya
Utara : Kios New Anugrah Loundry
54
B. Produk yang Dijual
Tujuan dari dibukanya suatu usaha yaitu agar dapat terus berkembang
usahanya, tidak dipungkiri bahwa setiap pengusaha atau penjual tentu akan
melakukan berbagai cara agar barang yang dikonter menarik. Yaitu dengan
melihatkan kuota internet dengan kapasitas besar yang harganya miring atau
murah.
Salah satunya adalah Konter Dunia Perdana, usaha yang menjual
berbagai kartu perdana, voucher, pulsa regular, pulsa listrik, nomor cantik,
voucher, dan accecories handphone. Karena Konter Dunia Perdana termasuk
Konter yang menjual barang dengan promo yang murah di salah satu kios
sekitar UKSW, yang mana tujuan dari Konter tersebut agar lebih dikenal di
masyarakat dan meningkatkan hasil dari usaha tersebut Konter Dunia Perdana
juga melakukan strategi pemasaran dalam usahanya.
Konter Dunia Perdana menjual Kartu Perdana dan voucher yang
sangat murah dengan iming-iming berisi Kuota internet yang sangat besar dan
dihargai dengan sangat murah. Karena itulah para konsumen banyak yang
mendatangi dan membeli salah satu barang dagangannya sebagai pelanggan.
Dan banyak pula pembeli daari Konter Dunia Perdana tersebut sebagai
pelanggan tetap, dengan alasan menjual barang lebih murah dari konter-konter
lain di sekitar konter Dunia Perdana.
Ada beberapa dari contoh produk-produk promo yang dijual di Konter
Dunia Perdana yang diambil dari Selebaran promo, yatu sebagai berikut:
55
1) Perdana XL
NO Jenis Isi Harga
1 Perdana Biasa 3000 Rp. 7000
2 Perdana Internet 4.5 GB Rp. 27.000
3 Perdana Internet 8 GB Rp. 38.000
4 Perdana Internet 15 GB Rp. 58.000
5 Perdana Internet 25 GB Rp. 90.000
6 Pulsa Reguler 5.000 Rp. 6.000
7 Pulsa Reguler 10.000 Rp. 11.000
8 Pulsa Reguler 20.000 Rp. 21.000
9 Pulsa Reguler 25.000 Rp. 26.000
10 Pulsa Reguler 50.000 Rp. 51.000
11 Pulsa Reguler 100.000 Rp. 101.000
12 Voucher Internet 4,5 GB Rp. 27.000
13 Voucher Internet 8 GB Rp. 38.000
14 Voucher Internet 15 GB Rp. 58.000
15 Voucher Internet 25 GB Rp. 90.000
2) Perdana Axis
NO Jenis Isi Harga
1 Kartu Perdana Biasa Kosong Rp. 2000
56
2 Perdana Kuota Nasional 1 GB Rp. 13.000
3 Perdana Kuota Nasional 2 GB Rp. 23.000
4 Perdana Kuota Nasional 3 GB Rp. 30.000
5 Perdana Kuota Nasional 5 GB Rp. 43.000
6 Voucher Nasional 1 GB Rp. 15.000
7 Voucher Nasional 2 GB Rp. 25.000
8 Voucher Nasional 3 GB Rp. 33.000
9 Voucher Nasional 5 GB Rp. 45.000
10 Pulsa Reguler 5.000 Rp. 6.000
11 Pulsa Reguler 10.000 Rp. 11.000
12 Pulsa Reguler 25.000 Rp. 26.000
13 Pulsa Reguler 50.000 Rp. 51.000
14 Pulsa Reguler 100.000 Rp. 101.000
15 Voucher Lokal 1 GB Rp. 6.000
16 Voucher Lokal 2 GB Rp. 10.000
17 Voucher Lokal 3 GB Rp. 15.000
18 Voucher Lokal 4 GB Rp. 20.000
19 Voucher Lokal 5 GB Rp. 25.000
20 Voucher Kota 1 GB Rp. 5.000
21 Voucher Kota 2 GB Rp. 9.000
57
3) Perdana IM3
NO Jenis Isi Harga
1 Perdana Biasa 2.000 Rp. 5.000
2 Perdana Biasa 7.000 Rp. 10.000
3 Perdana Kuota 4 GB Rp. 13.000
4 Perdana Kuota 1 GB Rp. 18.000
5 Perdana Kuota 8,5 GB Rp. 25.000
6 Perdana Kuota 7 GB Rp. 40.000
7 Voucher (3 hari) Unlimited Youtube Rp. 7.000
8 Voucher (7 hari) Unlimited Youtube Rp. 14.000
9 Voucher (7 hari) 1 GB Rp. 9.000
10 Voucher (15 hari) 1 GB Rp. 12.000
11 Voucher Internet 4 GB Rp. 14.000
12 Voucher Internet 8 GB Rp. 20.000
13 Voucher Internet 1 GB Unlimited Rp. 18.000
14 Voucher Internet 8,5 GB Rp. 27.000
15 Voucher Internet 19 GB Rp. 28.000
16 Voucher Internet 2 GB Unlimited Rp. 30.000
17 Voucher Internet 3 GB Unlimited Rp. 40.000
18 Voucher Internet 25 GB Rp. 40.000
19 Voucher Internet 32 GB Rp. 53.000
58
20 Voucher Internet 7 GB Unlimited Rp. 58.000
21 Voucher Internet 10 GB Unlimited Rp. 73.000
22 Pulsa Reguler 5.000 Rp. 6.000
23 Pulsa Reguler 10.000 Rp. 11.000
24 Pulsa Reguler 25.000 Rp. 26.000
25 Pulsa Reguler 50.000 Rp. 51.000
26 Pulsa Reguler 100.000 Rp. 101.000
d) Perdana Simpati / AS
NO Jenis Isi Harga
1 Perdana Biasa 10.000 Rp. 25.000
2 Perdana Cantik Kelas bahwa – atas Rp. 50.000 – Rp. 5 Jt
3 Isi Ulang Kuota 4 GB Rp. 25.000
4 Isi Ulang Kuota 5 GB Rp. 38.000
5 Isi Ulang Kuota 7,5 GB Rp. 58.000
6 Isi Ulang Kuota 8 GB Rp. 65.000
7 Isi Ulang Kuota 8,5 GB Rp. 73.000
8 Isi Ulang Kuota 12 GB Rp. 88.000
9 Isi Ulang Kuota 13,5 GB Rp. 98.000
10 Pulsa Reguler 5.000 Rp. 6.000
11 Pulsa Reguler 10.000 Rp. 11.000
59
12 Pulsa Reguler 20.000 Rp. 21.000
13 Pulsa Reguler 25.000 Rp. 26.000
14 Pulsa Reguler 50.000 Rp. 51.000
15 Pulsa Reguler 100.000 Rp. 101.000
e) Perdana 3
NO Jenis Isi Harga
1 Perdana Biasa 2.000 Rp. 5.000
2 Perdana Kuota 2 GB Rp. 18.000
3 Perdana Kuota 6 GB Rp. 33.000
4 Perdana Kuota 9 GB Rp. 45.000
5 Perdana Kuota 22 GB Rp. 55.000
6 Perdana Kuota 38 GB Rp. 75.000
7 Perdana Kuota 50 GB Rp. 70.000
8 Voucher Internet 2 GB Rp. 18.000
9 Voucher Internet 6 GB Rp. 33.000
10 Voucher Internet 9 GB Rp. 45.000
11 Voucher Internet 22 GB Rp. 55.000
12 Voucher Internet 33 GB Rp. 78.000
13 Voucher Internet 50 GB Rp. 70.000
14 Pulsa Reguler 5.000 Rp. 6.000
60
15 Pulsa Reguler 10.000 Rp. 11.000
16 Pulsa Reguler 25.000 Rp. 26.000
17 Pulsa Reguler 50.000 Rp. 51.000
18 Pulsa Reguler 100.000 Rp. 101.000
f) Perdana Smartfren
NO Jenis Isi Harga
1 Perdana Kuota 16 GB Rp. 58.000
2 Perdana Kuota Unlimited Rp. 65.000
3 Voucher (1 minggu) 3 GB Rp. 11.000
4 Voucher Internet 8 GB Rp. 30.000
5 Voucher Internet 16 GB Rp. 55.000
6 Pulsa Reguler 5.000 Rp. 6.000
7 Pulsa Reguler 10.000 Rp. 11.000
8 Pulsa Reguler 20.000 Rp. 21.000
9 Pulsa Reguler 25.000 Rp. 26.000
10 Pulsa Reguler 50.000 Rp. 51.000
11 Pulsa Reguler 100.000 Rp. 101.000
61
g) Accecories HP
NO Nama Barang Harga
1 Earphone Rp. 23.000
2 Cable USB LED Rp. 10.000
3 Adapter Samsung Rp. 25.000
4 Charger Samsung Rp. 25.000
5 Charger Green Rp. 15.000
6 Charger Nokia Rp. 20.000
7 Earphones Extra Bass Samsung Rp. 25.000
8 Battery Sony Ericson (BST-37 900Mah) Rp. 25.000
9 Kabel USB Pendek Rp. 5.000
10 Kabel USB Panjang Rp. 10.000
11 Adapter Samsung Rp. 15.000
h) Pulsa Listrik
NO Pulsa Harga
1 20.000 Rp. 22.000
2 50.000 Rp. 52.000
3 100.000 Rp. 102.000
4 200.000 Rp. 202.000
5 500.000 Rp. 502.000
62
C. Pelaksanaan Pengiklanan
Dalam pelaksanaan pengiklanan di Konter Dunia Perdana Kota
Salatiga menggunakan metode promosi. Dengan menggunakan brosur, media
internet, pamflet yang di pampang di depan toko. Berbagai upaya digunakan
oleh pihak konter, semenarik mungkin agar menarik banyak minat sang
pembeli. Dengan cara memberikan diskon atau harga yang lebih murah di
bandingkan toko lain.
Strategi pengiklanan yang dilakukan Konter Dunia Perdana yaitu
menuliskan barang di brosur dan sebagainya yang dijual di dalamnya kepada
konsumen, seperti halnya kartu perdana, voucher, pulsa regular, pulsa listrik,
nomor cantik, voucher, dan accecories handphone. Semua produk-produk
dalam konter ditulis dalam pamfhlet, brosur, media internet. Semua itu
bertujuan agar peminatnya banyak, pembeli meningkat, lebih cepat dikenal
masyarakat luas dan bertujuan meningkatkan penghasilan dari konter Dunia
Perdana Tersebut.
Semua harga barang yang tertera di Pengiklanan Konter Dunia
Perdana ditulis dengan sangat murah dan ditulisnya isi Kuota yang sangat
banyak. Maka dari itu tidak dipungkiri banyak pelanggan tetap di Konter
tersebut. Peminat pembeli yang tergiur oleh iklan di konter tersebut juga
semakin bertambah, dengan alasan tadi mendapat harga yang murah.
Pengiklanan tidak ditulis sepenuhnya, seperti halnya iklan bertuliskan
voucher internet yang berisi 12 GB dengan harga yang lumayan murah Rp.
63
88.000-, akan tetapi 12 GB itu tidak semuanya bisa digunakan sesuai dengan
yang diharapkan oleh para pelanggan konter Dunia Perdana. Isi dari Voucher
12 GB yang sebenarnya adalah kuota 2 GB regular jaringan 3G/ 4G tanpa
pembagian siang dan malam, kuota 5 GB regular berlaku jaringan 4G, kuota 5
GB HOOQ streaming. Maka dari itu tidak banyak pelanggan yang kecewa
dengan iklan tersebut. Dan seandainya pihak pelanggan kalauvoucher internet
itu dibagi-bagi kemungkinan besar pembeli tidak akan membeli atau tidak
akan membelinya karena tidak sesuai dengan apa yang ditulis di iklannya.
Karena iklan merupakan dari bentuk komunikasi tidak langsung yang mana
sudah didasari tentang keunggulan dari konter dunia perdana itu sendiri, yang
telah disusun rangkaian antara kata perkata dengan merubah dari pikiran
konsumen untuk membeli voucher atau kartu perdana yang berisikan kuota
internet.
Internet kini sudah menjadi layanan favorit dari smarphone dan juga
sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat, yang digunakan dalam
berkomunikasi dengan orang lain dimana pun dan kapan pun sudah lebih
mudah menggunakan media social seperti facebook, twitter, dan media social
lainnya. Bahkan transaksi dalam bermuamalah sekarang dapat dilakukan
dengan online hanya dengan kita mempunyai kartu paket internet. Maka dari
itu konter dunia perdana menggunakan strategi menjual barang yaitu voucher
kuota internet yang berisikan banyak, dan dihargai lebih murah. Tujuan
semuanya itu ide dari semua pihak pemilik konter dan semua karyawannya,
64
mereka semua bekerjasama agar peminat konsumen mau membeli apa yang
telah dijual oleh konter Dunia Perdana Kota Salatiga.
Seperti halnya ketika ada konsumen mereka datang ke konter Dunia
Perdana dan menanyakan kartu paket atau voucher internet yang
diinginkannya, konsumen atau produsen akan mengizinkan pembeli untuk
melihat-lihat terlebih dahulu kartu paket atau voucher kuota internet tersebut
yang diinginkan di poster yang sudah ditempelkan. Setelah mendapatkan
kartu paket atau voucher kuota internet yang cocok yang sudah dilihat
konsumen dari poster atau iklan yang dibuat oleh Konter Dunia Perdana (yang
kebenarannya belum jelas) dan kemudian barulah produsen menjualkan kartu
paket kuota atau voucher internet yang dipilih oleh para konsumen, kemudian
produsen hanya langsung membayar barang yang telah mereka beli langsung
beranjak pergi tanpa menunjukan isi dari kartu paket atau voucher kuota
internet tersebut.
D. Hasil Wawancara
Penulis telah melakukan wawancara kepada beberapa pembeli dan
karyawan. Adapun hasil dari wawancara yang telah dilakukan dengan pembeli
dan salah satu karyawan saudara Anton Safrodin pada waktu, 6 Sebtember
2018 jam 08:40 di Konter Dunia Perdana Kota Salatiga adalah sebagai
berikut:
1) Wawancara dengan Pembeli
65
Peneliti mewawancarai beberapa pembeli di Konter Dunia Perdana
untuk membeli kuota internet. Menurut pendapat mereka mengenai yang
diiklankan oleh Konter Dunia Perdana yaitu :
Indah “Saya adalah tipikal orang yang selalu menanyakan keterangan
tentang kuota yang saya beli. Apabila yang pedagang katakan
tidak sesuai dengan keadaan maka sudah terbiasa mas. Karena
pedagang itu sudah termasuk menipu konsumen”
Anggun “sangat mengecewakan mas bagi saya pribadi yang tidak
terbiasa bermain internet di tengah malam, karena tujuan
membeli paket untuk kebutuhan internet sewaktu-waktu dan
biasanya dilakukan siang hari, sedangkan kuota terbanyak malam
haritapi sudah di beli mau gimana lagi mas hehehe”
Nur Rohmah “ya hanya bisa meminta komplen bisa minta yang full 24
jam. Karena itu juga ada kesalahan dari 2 belah pihak penjual
tidak menjelaskan dan pembeli tidak menanyakantapi namanya
kebutuhan ya tetap di gunakan pak”
Estu “sangat kecewa ya kenapa tidak dijelaskan di iklan”
Imam “biasa saja, sudah terbiasa saya dengan perlakuan semua toko”
Laras “jadinya ditipu mas, besuk lagi nggak mau beli disitu”
Hiba “menurut saya itu hal yang wajar mas dalam iklan, dan dalam
berpromosi”
Jadi dilihat dari wawancara yang saya lakukan kepada para pembeli
kuota di konter Dunia Perdana pada 8 Sebtember 2018 jam 12.30 WIB
adalah banyak pelanggan yang merasa kurang puas dengan apa yang di
diiklankan di Konter Dunia Perdana tersebut. Ada juga yang sudah
memaklumi karena sudah terbiasa dan menerima apa yang dilakukan oleh
para penjual.
66
2) Wawancara dengan Penjual
Dari hasil wawancara saya dengan karyawan Konter Dunia
Perdana tgl 6 Sebtember 2018 jam 08.40 WIB. Karyawan dari Konter
Dunia Perdana adalah Anton Safrodin, dan Konter Dunia Perdana
merupakan toko yang menjual berbagai kartu perdana, voucher, pulsa
regular, pulsa listrik, nomor cantik, voucher, dan accecories handphone
dilihat dari yang dijual konter dunia perdana merupakan toko yang
bergerak di bidang penjualan kebutuhan handphone. Waktu beroperasinya
konter Dunia Perdana adalah dari jam 08:00 WIB – 21:00 WIB setiap hari
tanpa ada hari libur. Konter Dunia Perdana terletak di Jl. Kemiri Raya
795 Kelurahan Sidorejo Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga 50700. Konter
Dunia Perdana ini mempromosikan produk-produknya dengan
menggunakan iklan brosur, iklan media internet, dll. Agar menarik
pelanggan dan menjadikan Konter Dunia Perdana dikenal banyak orang
atau pelanggan. Konter tersebut melakukan pengiklanan dengan cara
semenarik mungkin, karena itu adalah salah satu strategi pemasaran yang
digunakan oleh Toko atau Konter Dunia Perdana. Untuk penginformasian
Konter Dunia Perdana hanya memunculkan iklan dengan cara global,
agar singkat padat dan jelas. Agar menarik pelanggan dan banyak yang
mengunjungi dan membeli barang yang sudah diiklankan di depan
Konter.
67
Gambar Iklan di Konter Dunia Perdana
Pihak dari Konter Dunia Perdana menampilkan iklan kuota
internet tidak sesuai dengan yang dijual, karena bertujuan agar menarik
perhatian para pelanggan. Dengan menggunakan tulisan yang menarik,
kuota melimpah dan harga yang sangat miring. Dengan adanya iklan yang
seperti itu maka pembeli akan langsung mendatangi Konter Dunia
Perdana dengan harapan dari pihak konter pembeli membeli kuota
internet yang ada di Konter Dunia Perdana tersebut. Walaupun pelanggan
tidak jadi membeli kuota internet yang ada di iklan tersebut katakanlah
kuota yang 5 GB itu, mungkin pembeli akan tetap belanja, walaupun
memilih kuota yang lain isinya. Karena iklan yang dibuat sangat menarik
mungkin, maka tidak dipungkiri ada sebagian yang complain diantaranya
kalangan remaja setelah itu dijelaskan oleh pihak Konter Dunia Perdana,
setelah dijelaskan baru mengerti dan tidak dipingkiri bahwa kuota yang
dibeli tidak akan dikembalikan dan akan terus digunakan walaupun
68
pembeli mengetahui bahwa dia sudah tertipu kenapa barang yang dijual
tidak sesuai dengan yang ada di iklan tersebut. Apalagi orang tua, mereka
tidak terlalu mempermasalahkan pembagian kuota bagi pelanggan orang
tua mereka lebih mementingkan HP androidnya mereka sudah terhubung
internet itu saja.
69
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Terhadap Pelaksanaan Pengiklanan Jual Beli Kuota Internet di
Konter Dunia Perdana Kota Salatiga
Strategi pengiklanan yang dilakukan Konter Dunia Perdana yaitu
menuliskan barang di brosur dan sebagainya yang dijual di dalamnya kepada
konsumen, seperti halnya kartu perdana, voucher, pulsa regular, pulsa listrik,
nomor cantik, voucher, dan accecories handphone. Semua produk-produk
dalam konter ditulis dalam pamfhlet, brosur, media internet. Semua itu
bertujuan agar peminatnya banyak, pembeli meningkat, lebih cepat dikenal
masyarakat luas dan bertujuan meningkatkan penghasilan dari konter Dunia
Perdana Tersebut.
Akan tetapi dalam konter dunia perdana tersebut mengiklankan suatu
produknya dengan iklan brosur tempelan, salah satunya produk yang
diiklankan adalah produk kuota internet. Yang mana kuota internet tersebut
telah di tulis dengan jelas bagi penjualnya akan tetapi kurang jelas bagi para
pembeli. Dalam iklan tersebut Konter Dunia Perdana menuliskan bahwa
Voucher Internet yang mana isi dalamnya sebesar 12 GB dengan harga yang
lumayan murah Rp. 88.000-, akan tetapi 12 GB itu tidak semuanya bisa
digunakan sesuai dengan yang diharapkan oleh para pelanggan konter Dunia
70
Perdana. Isi dari Voucher 12 GB yang sebenarnya adalah kuota 2 GB regular
jaringan 3G/ 4G tanpa pembagian siang dan malam, kuota 5 GB regular
berlaku jaringan 4G, kuota 5 GB HOOQ streaming. Semua itu dilakukan oleh
karyawan Dunia Perdana dan pemilik konter tersebut dengan kerjasama yang
bertujuan menarik pelanggan agar datang, walaupun datang tersebut tidak
membeli barang yang diiklankan akan tetapi memilih produk yang lain. Yang
mana kedatangan konsumen tersebut sudah menambah keramaian dari konter
tersebut dan menarik banyak konsumen.
Tidak cuma satu atau dua konsumen yang tidak puas dengan iklan
yang ditempelkan oleh Konter Dunia Perdana. Ada yang minta komplain
kepada pihak Konter tersebut, selanjutnya pihak konter tersebut menjelaskan
kepada yang komplain bahwa kuota tersebut dibagi-bagi. Barulah mereka
mengetahui ternyata kuota tersebut telah di bagi-bagi dan tetap menggunakan
kuota tersebut bagaimanapun caranya. Dan ada juga yang sudah memaklumi
hal tersebut, dilihat dari beberapa konsumen yaitu :
Imam “biasa saja, sudah terbiasa saya dengan perlakuan semua toko”
Hiba “menurut saya itu hal yang wajar mas dalam iklan, dan dalam
berpromosi”
Dilihat dari wawancara tersebut kepada konsumen, banyak yang memaklumi
akan hak tersebut. Mereka beranggapan bahwa hal tersebut adalah hal biasa
dan tak luput dari hal dalam jual beli, dari barang – barang contohnya adalah
kuota internet.
71
B. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Iklan di Konter Dunia
Perdana
Pada dasarnya segala bentuk mu‟amalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya. Karena pentingnya mengetahui hal-hal apa saja
yang tidak diperbolehkan atau diharamkan dalam mu‟amalah. Dalam
bermu‟amalah sendiri ada batasan-batasan yang harus dipenuhi agar tidak
bertentangan dengan ketentuan syariah yaitu:
1. Yang menjadi objek akad adalah harus sesuatu yang diperbolehkan agama
islam atau halal.
2. Pihak-pihak yang terkait saling menyepakati.
3. Tidak merugikan pihak yang berakad maupun orang lain.
Jika ditinjau dari hukum islam Konter Dunia Perdana di kota salatiga
juga boleh dilakukan kecuali tidak bertentangan dengan syariat dan hukum
Islam. Sistem pengiklanan yang digunakan oleh konter dunia perdanalah yang
memberikan tulisan di poster dengan tulisan produk murah, poster yang
sangat menarik dan dapat mengikat kaum pengguna kuota internet, namun
harus sesuai dengan kaidah yang berlaku, tidak boleh ada yang merasa
dirugikan antara keduabelah pihak konsumen maupun produsen. Akan tetapi
dalam kenyataan yang sudah berjalan sudah ada beberapa pihak yang merasa
rugi atau kurang puas dengan Konter Dunia Perdana Kota Salatiga, karena
iklan yang di tempelkan atau disebarkan di poster dengan barang yang dibeli
72
berbeda. Ada pelanggan konter dunia perdana yang membeli isi ulang
Voucher Internet yang mana isi dalamnya sebesar 12 GB dengan harga yang
lumayan murah Rp. 88.000-, akan tetapi 12 GB itu tidak semuanya bisa
digunakan sesuai dengan yang diharapkan oleh para pelanggan konter Dunia
Perdana. Isi dari Voucher 12 GB yang sebenarnya adalah kuota 2 GB regular
jaringan 3G/ 4G tanpa pembagian siang dan malam, kuota 5 GB regular
berlaku jaringan 4G, kuota 5 GB HOOQ streaming.
Di konter dunia perdana sudah ada objek transaksi barang dan uang
hal ini juga sudah dijalaskan dan termasuk dari ma‟qud „alaih. Barang yang
diperjual belikan oleh konter dunia perdana memiliki manfaat yang
dibenarkan oleh syara‟ bukan barang najis dan bukan barang yang diharamkan
oleh Allah. Akan tetapi harga dan barang yang diperjual belikan kurang sesuai
dengan yang diiklankan. Karena informasi yang kurang tersebut, tidak sedikit
orang yang merasa tertipu. Jadi unsur dari jual beli di konter dunia perdana
termasuk dari gharar karena mengandung unsur penipuan.
Maka dengan hal itu, tentunya dalam melakukan jual beli ada pihak-
pihak yang merasa dirugikan. Akan tetapi dalam etika bermuamalah ada
batasan-batasan yang tidak boleh dilakukan jika itu merugikan pihak
konsumen atau orang lain. Seperti halnya dengan Firman Allah dalam Surah
An-Nisa‟ ayat 29, yaitu :
73
نكم بالباطل إل أن تكون تارة يا أي ها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم ب ي
إن الله كان بكم رحيما ول ت قت لوا أن فسكم عن ت راض منكم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-sama di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu: sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”.
Penjelasan dari ayat diatas ketika bermuamalah dilarang untuk melakukan
perkara yang dilarang, dan pada hakikatnya segala aturan syraiah baik yang
berkaitan dengan urusan materi atau pun kehidupan berkeluarga telah
ditretapkan oleh Allah SWT. Dalam ayat di atas telah dijelaskan kita
diluruskan dengan cara bertransaksi yang benar, harus saling menghormati
orang lain, jangan sampai mengambilnya dengan cara yang tidak benar. Yaitu
transaksi dengan cara memberikan kepuasan bagi semua pihak.
Kategori transaksi berdagang tersebut merupaka unsur penipuan, yang
mana dilarang oleh Agama Islam. Selain itu dikarenakan faktor haram karena
tidak sah atau kurang lengkap akadnya yaitu transaksi yang disebabkan oleh
tidak sahnya suatu akad. Dikarenakan dari syarat sahnya jual beli harus
terpenuhinya rukun dan syarat jual beli, disini hukumnya menjadi haram
karena tidak terpenuhi syarat yang menjadi objek jual beli yaitu harus jelas
artinya barang yang di jual harus sesuai dengan yang diiklankan di poster
74
yang telah ditempelkan disekitar konter tersebut. Apabila dalam suatu barang
yang dijual tidak sesuai dengan yang diiklankan, maka perjanjian jual beli itu
tidak sah karena dapat dimungkinkan perjanjian tersebut mengandung unsur
penipuan.
Menurut dari Sohari Ru‟fah (2011:71) obyek barang yang diperjual
belikan harus sesuai dengan syariat islam. Dan semua syarat-syarat dari
barang tersebut adalah:
a. Bersih barangnya, bahwa barang yang di perjual belikan bukanlah
benda najis atau digolongkan sebagai benda yang diharamkan.
Menurut kriteria barang yang dijual di konter dunia perdana adalah
barang yang bersih, bukan barang najis.
b. Dapat dimanfaatkan, voucher internet merupakan barang yang
dapat dimanfaatkan karena kuota internet sekarang menjadi
sumber pokok kegunaan manusia keseluruhan, terutama dari
kalangan remaja.
c. Milik orang yang melakukan akad, bahwa orang yang melakukan
perjanjian jual beli atas sesuatu barang adalah pemilik sah barang
dan/atau telah mendapat izin dari pemilik sah barang tersebut.
d. Mampu menyerahkan, bahwa pihak penjual (baik sebagai pemilik
maupun sebagai kuasa) dapat menyerahkan barang yang dijadikan
sebagai objek jual beli sesuai dengan bentuk dan jumlah yang
75
diperjual belikan pada waktu penyerahan barang kepada pihak
pemilik.
e. Mengetahui, apabila dalam suatu jual beli keadaan barang dan
jumlah harganya tidak diketahui, maka perjanjian jual beli itu tidak
sah. Sebab bisa jadi perjanjian tersebut mengandung unsur
penipuan. Dalam konter dunia perdana menggunakan sistem iklan
yang mana iklan tersebut tidak sesuai dengan faktanya, yang mana
Voucher Internet yang mana isi dalamnya sebesar 12 GB dengan
harga yang lumayan murah Rp. 88.000-, akan tetapi 12 GB itu
tidak semuanya bisa digunakan sesuai dengan yang diharapkan
oleh para pelanggan konter Dunia Perdana. Isi dari Voucher 12 GB
yang sebenarnya adalah kuota 2 GB regular jaringan 3G/ 4G tanpa
pembagian siang dan malam, kuota 5 GB regular berlaku jaringan
4G, kuota 5 GB HOOQ streaming. Dalam iklan hanya bertuliskan
12 GB harganya Rp. 88.000,. dan tidak dijelaskan secara terperinci
dan dapat membuat pelanggan merasa kecewa.
f. Barang yang diadakan ada di tangan, perjanjian jual belu atas suatu
barang yang belum ditangan (tidak berada dalam penguasaan
penjual) adalah dilarang sebab bisa jadi barang sudah rusak atau
tidak dapat diserahkan sebagaimana telah diperjanjikan.
76
Agar konsumen mendapatkan hak-hak yang terpenuhi, pelaku usaha
wajib menjalankan kwajibannya. Sebagaimana dalam Undang-undang No 8
Tahun 1999 tentang perlindungan kosumen pasal 7 yang berbunyiyang
menjadi dari kewajiban pelaku usaha yaitu a) Memberikan informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta
member penjelasan mengenai penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan. b)
Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur. c) Menjamin
mutu barang dan atau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan atau jasa yang berlaku. d)
Memberi kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang dan atau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Berdasarkan dari pasal 7 diatas, dapat disimpulkan bahwa brang siapa
yang melakukan pelanggaran akan mendapatkan sanksi. Apabila barang yang
diperdagangkan tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan standar yang
berlaku. Apabila ada dari konsumen menyatakan telah tertipu karena
kesalahan dari produsen, dan dari pihak konsumen tidak mau bertanggung
jawab atas kesalahannya, maka dapat diselesaikan dengan jalan meja hijau.
Dari dalam pengadilan maupun dari luar pengadilan. Putusan bagi pelaku
usaha yang melanggar ketentuan perundang-undangan dapat dikenakan pidana
maka dari itu putusan yang pantas bagi para konsumen yang melanggar
ketentuan-ketentuan dalam bermualah.
77
Jadi dapat disimpulkan di Konter Dunia Perdana kurang sesuai dengan
syariat karena mengandung unsur gharar, dikarenakan pengiklanananya
kurang sesuai dengan apa yang telah dijualnya. Jadi dalam pengiklanan harus
dibenarkan, harus detail ketika menuliskan atau mengiklankan suatu produk
agar sang pembeli dapat membeli barang dengan nyaman dan tidak merasa
dirugikan.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang menjadi poin – poin dalam rumusan masalah
penelitian, yaitu :
1. Pelaksanaan pengiklanan yang digunakan oleh Konter Dunia Perdana
adalah dengan menuliskan barang yang di perjual belikan menggunakan
metode promosi tulisan di brosur tempelan, media internet, kalender, dan
lain-lain. Konter Dunia Perdana sendiri menggunakan system tersebut
dengan cara kerjasama antara pihak atasan dengan karyawan. Menurut
dari hukum islam metode yang digunakan di Konter Dunia Perdana
tersebut mengandung unsur gharar dikarenakan kurang jelasnya suatu
kabar atau iklan yang dipasang oleh pihak produsen dengan menuliskan
seperti isi ulang Voucher Internet yang mana isi dalamnya sebesar 12 GB,
akan tetapi 12 GB itu tidak semuanya bisa digunakan sesuai dengan yang
diharapkan oleh para pelanggan konter Dunia Perdana. Isi dari Voucher
12 GB yang sebenarnya adalah kuota 2 GB regular jaringan 3G/ 4G
tanpa pembagian siang dan malam, kuota 5 GB regular berlaku jaringan
4G, kuota 5 GB HOOQ streaming. Padahal dalam iklan tersebut
tertuliskan 12 GB dengan harga Rp. 88.000,. siapa saja orang akan tergiur
dengan barang yang termasuk murah tersebut. Maka dari penjelasan
79
tersebut sistem yang di gunakan oleh Konter Dunia Perdana karena tidak
sesuai syariat islam dalam kegiatan bermuamalah maka yang digunakan
termasuk sistem gharar menuju ke unsur penipuan dan pada ujungnya
akan menunjukan bahwa hal tersebut adalah haram hukumnya,
2. Tinjauan hukum dari sistem pengiklanan yang digunakan oleh konter
dunia perdana tidak sesuai dengan syariat karena mengandung unsur
gharar. Bisa dikatakan ada unsur gharar dikarenakan pengiklanananya
kurang sesuai dengan apa yang telah dijualnya dan barang yang dijual.
Barang yang ditulis dipengiklanan tidak detail ketika mengiklankan suatu
produk.
B. Saran
1. Bagi Konsumen, harus berhati-hati dalam membeli suatu barang, namun
sebelum itu konsumen juga wajib mencari informasi mengenai barang yang
dibeli dari segi harga, isi barang, jaminan dan lain sebagainya. Boleh
dengan cara menanyakan kepada produsen atau karyawannya atau melihat-
lihat barang tersebut dibaca dengan teliti. Jangan terlalu langsung percaya
terhadap tampilan, karena tampilan juga dapat menipu.
2. Bagi pelaku usaha, sebaiknya dalam bermu‟amalah diharuskan
menjalankannya dengan bentuk usaha yang sehat yang tidak bertentangan
dengan hukum islam dan peraturan-peraturan dari undang-undang yang
berlaku. Menjalankan jual beli dengan menjaga mutu dan kejujuran
terhadap hal promosi.
80
DAFTAR PUSTAKA
M. Ali Hasan. 2003. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Rajawali
Pers.
Ibn Manzhur, Lisanul Arab, Beirut : Darul Fikri, 1386 H. Juz 13.
Remy, Sutan Sjahdeini. 2014. Perbankan Syar‟iah Produk-produk dan Aspek-aspek
hukumnya. Jakarta: Kencana.
Departemen Agama RI. 2005. Al- Qur‟an dan Terjemahnya. Bandung : Syaamil Al-
Qur‟an
Syarifudin, Amir. 1997. Ushul Fiqih Jilid 1. Jakarta: Logos
Sahrani, Sohari dan Ru‟fah Abdullah.2011. Fikih Muamalah. Bogor : Ghalia
Indonesia
Wardi, Ahmad Muslich.2010. Fiqh Mumalat. Jakarta : Amzah
Sujarweni, Wiratna.2014. Metodologi penelitian. Yogyakarta : Pustakabarupress.
Azwar, Saifudin. 1998. Metodologi Penelitian. Yogyakarta :Pustaka Pelajar Offset.
Nadzir, Mohammad.1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nawawi, Ismail.2012. Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer :Hukum perjanjian,
Ekonomi, Bisnis dan Sosial. Bogor : Ghalia Indonesia.
Soekanto, Soerjono.1992.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali.
Hasan M. Ali. 2003.Berbagi Macam Transaksi dalam Islam (Fiqih
Muamalah).Jakarta: PT. Raja Grafindo
Sayid, Sabig. 1987. Fiqih Sunnah. Jilid II. Bandung: PT. Al-Ma‟arif.
81
Dewi, Gemala, Widyaningsih, & Yeni Salma Barlinti. 2006. Hukum Perikatan Islam
di Indonesia. Jakarta: Kencana
Dewan Pengurus Nasional FORDEBI & ADESY. 2016. Ekonomi dan Bisnis Islam.
Jakarta:RajaGrafindo Persada
Morissan. 2010. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:Kencana
Prenadamedia Group
Monle Lee & Carla Johnson. 2011. Prinsip-prinsip Periklanan dalam Prespektif Global.
Jakarta:Kharisma Putra Grafika.
https://nasihatsahabat.com/memahami-rukun-syarat-sahnya-jual-beli/ (diakses 23:13
jum‟at, 14 Sebtember 2018)
https://almanhaj.or.id/2637-hukum-iklan-sebuah-tinjauan-syariah.html (diakses jam
19:19 rabu,12 Sebtember 2018)
UndangUndang No. 8 Tahun 1999 pdf
http://deeblemedia.com/inilah-5-fungsi-iklan-yang-penting/ (diakses jam 8:33 kamis,
6 Sebtember 2018)
Syabul Bahri. 2013. Hukum Promosi Produk dalam Perspektif Hukum Islam.
Surabaya: jurnal IAIN Surabaya. Pdf
Hidayat, Enang. 2015. Fiqih Jual Beli. Bandung: Remaja Rosdakarya
Pasaribu Chairuman dan suhrawardi K. Lubis. 2004. Hukum Perjanjian Dalam Islam.
Jakarta: Sinar Grafika.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Pertanyaan kepada para pembeli
1. Boleh tau siapa nama anda ?
2. Apa yang anda ketahui tentang konter Dunia Perdana ?
3. Apa saja yang anda ketahui barang yang di jual oleh konter dunia perdana ?
4. Apa yang anda beli ketika berada di konter dunia perdana ?
5. Apa yang anda ketahui tentang kuota internet ?
6. Mengapa anda membeli kuota internet ?
7. Bagaimana pendapat anda mengenai iklan yang di tampilkan di depan konter
dunia perdana ?
8. Apakah anda meminta informasi yang sesuai dengan barang yang diiklankan ?
Pertanyaan dengan penjual
1. Boleh tahu nama anda siapa ?
2. Anda di konter dunia perdana sebagai apa ?
3. Apa saja yang anda jual ?
4. Boleh tahu alamat lengkap konter dunia perdana ?
5. Kapan konter dibuka dan kapan penutupan konter dunia perdana ?
6. Menggunakan metode apa saja anda menginformasikan atau mempromosikan
barang yang anda jual ?
7. Apakah anda memberikan informasi yang sesuai dengan isi dari kuota internet
tersebut ?
8. Apakah saya boleh tau harga dari produk barang yang di jual di konter dunia
perdana ?
9. FOTO WAWANCARA DENGAN KARYAWAN KONTER DUNIA
PERDANA
11.