11
PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN LAMPUNG Meaning Simile by Students of UIN Raden Intan Lampung Yoga Irawan Annisa Fitriani Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung Jalan Letkol. Endro Suratmin, Sukarame, Bandarlampung Telp. (0721) 780887 No. Hp: 081369376325 Pos-el: [email protected] Diajukan: 4 Februari 2019, direvisi: 4 Mei 2019 Abstract Problems in this research was the extent to which understanding students to majas similes. This study aims to described purport and forms majas similes. Methods used in research this is the method descriptive qualitative with the data on an interpretation majas similes by college students. Data collection techniques in this study are documentation. Data analysis techniques by classifying data, interpreting data, explaining data, concluding temporarily, conducting internal and external triangulation, and making final conclusions.The research results show the first phase students the handling each of words that form said similes. The next stage students the handling said similes whole. Words similes who seen by students can divided into three categories similes. The third words similes, namely similes category nature, man, and dead objects. Keywords: meaning, simile, students Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap majas simile. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemaknaan dan bentuk-bentuk majas simile. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan data yang berdasarkan interpretasi majas simile oleh mahasiswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara mengklasifikasi data, menafsirkan data, menjelaskan data, menyimpulkan sementara, melakukan triangulasi internal dan eksternal, dan membuat simpulan akhir. Hasil penelitian menunjukkan tahap pertama mahasiswa memaknai masing-masing kata yang membentuk kata simile. Tahap selanjutnya mahasiswa memaknai kata simile secara utuh. Kata-kata simile yang dimaknai oleh mahasiswa dapat dibagi ke dalam tiga kategori simile. Ketiga kata simile tersebut, yaitu simile kategori alam, manusia, dan benda mati. Kata kunci: pemaknaan, simile, mahasiswa

PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN LAMPUNG

Meaning Simile by Students of UIN Raden Intan Lampung

Yoga Irawan

Annisa Fitriani

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung

Jalan Letkol. Endro Suratmin, Sukarame, Bandarlampung Telp. (0721) 780887 No. Hp: 081369376325

Pos-el: [email protected] Diajukan: 4 Februari 2019, direvisi: 4 Mei 2019

Abstract

Problems in this research was the extent to which understanding students to majas similes. This study aims to described purport and forms majas similes. Methods used in research this is the method descriptive qualitative with the data on an interpretation majas similes by college students. Data collection techniques in this study are documentation. Data analysis techniques by classifying data, interpreting data, explaining data, concluding temporarily, conducting internal and external triangulation, and making final conclusions.The research results show the first phase students the handling each of words that form said similes. The next stage students the handling said similes whole. Words similes who seen by students can divided into three categories similes. The third words similes, namely similes category nature, man, and dead objects. Keywords: meaning, simile, students

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap majas simile. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemaknaan dan bentuk-bentuk majas simile. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan data yang berdasarkan interpretasi majas simile oleh mahasiswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara mengklasifikasi data, menafsirkan data, menjelaskan data, menyimpulkan sementara, melakukan triangulasi internal dan eksternal, dan membuat simpulan akhir. Hasil penelitian menunjukkan tahap pertama mahasiswa memaknai masing-masing kata yang membentuk kata simile. Tahap selanjutnya mahasiswa memaknai kata simile secara utuh. Kata-kata simile yang dimaknai oleh mahasiswa dapat dibagi ke dalam tiga kategori simile. Ketiga kata simile tersebut, yaitu simile kategori alam, manusia, dan benda mati. Kata kunci: pemaknaan, simile, mahasiswa

Page 2: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Kelasa, Vol.14, No.1, Juni 2019: 1—11

2

1. Pendahuluan Manusia dalam mengungkapkan

sesuatu dengan bahasa mempunyai pilihan-pilihan. Salah satu pilihan tersebut adalah pilihan menggunakan majas. Melalui penggunaan majas, sesuatu diungkapkan tidak dengan makna yang langsung, tetapi dengan makna kias. Majas yang dapat dipilih oleh pengguna bahasa adalah majas simile. Majas simile adalah majas yang membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lainnya dengan menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung yang digunakan, contohnya kata seperti, bagaikan, bak, layaknya, laksana. Dalam simile terdapat dua kata (atau bentuk lainnya) yang masing-masing menampilkan konsep dan acuan yang berbeda. Menurut pandangan budaya tertentu (bisa juga menurut pandangan seseorang, bila simile itu orisinil) pada wilayah makna kedua kata (atau bentuk lainnya) itu terdapat persamaan komponen makna, sehingga keduanya bisa diperbandingkan. Perbandingan ini tidak menimbulkan masalah. Majas ini mudah dikenali karena kedua penanda muncul secara bersamaan dan selalu dihubungkan oleh kata pembandingnya. Jadi, perbandingan bersifat eksplisit (Zaimar, 2002).

Oleh karena itu, simile menampilkan dua konsep yang berbeda. Pemaknaan terhadap majas tersebut membentuk sebuah interpretasi yang sama pada setiap orang, misalnya pada kalimat bersimile Dia berlari bak menjangan. Perbandingan tersebut dibentuk dari kata dia (insani) dengan kata menjangan (hewan). Ketika majas tersebut dikemukakan dalam bentuk tulis, pembaca akan membentuk sebuah persepsi yang sama mengenai majas tersebut. Persamaan tersebut merupakan wilayah makna simile. Dalam konteks karya sastra, makna yang demikianlah

yang membuat karya sastra menjadi kaya makna.

Berkaitan dengan simile pada kalimat Dia berlari bak menjangan, makna dibenak pembaca hanya akan ada di satu wilayah makna. Makna tersebut adalah perbandingan kata dia dengan kata menjangan. Hal tersebut memungkinkan pembaca untuk memaknai kata dia yang memiliki kecepatan lari yang tidak biasa. Kecepatan lari tersebut disamakan dengan kecepatan lari menjangan. Nuansa makna yang membentuk wilayah makna tersebut kemungkinan bisa bertambah sesuai dengan penerimaan pembaca.

Pembaca yang dipilih untuk menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa. Mahasiswa dianggap sudah banyak mempelajari bahasa Indonesia, khususnya majas. Oleh karena itu, kajian terhadap pemaknaan simile oleh mahasiswa perlu dilakukan agar dapat dideskripsikan mengenai makna yang diberikan oleh mahasiswa terhadap simile tertentu. Kajian yang memosisikan pembaca sebagai sentral dalam kajian disebut kajian resepsi. Kajian resepsi didasari oleh asumsi bahwa teks akan bermakna jika dibaca. Selama teks tidak dibaca, teks tersebut tidak lebih dari goresan (tulisan) yang tidak bermakna. Begitu juga dengan majas simile. Simile dapat dimaknai oleh seseorang jika ia membaca atau mendengar simile tersebut (dalam konteks penelitian ini lebih difokuskan pada pembaca). Ibrahim (2007: 12) menjelaskan bahwa begitu ditulis, teks bisa dikonsumsi oleh siapa pun yang bisa mem_baca, memberikan banyak kemungkinan makna, dan tentu mungkin timbul pem_bacaan makna ganda. Holub (1984: 25) menegaskan se_mua objek memunyai determinan tidak terhitung dan tidak ada tindakan kognisi yang dapat memperhitungkan setiap determinan suatu objek. Seung (1982: 1)

Page 3: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Pemaknaan Simile.... (Yoga Irawan, Annisa Fitriani)

3

mengemukakan bahwa sejumlah kritikus tanggapan-pem_baca terkemuka, seperti Stanley Fish, Norman Holland, dan sejumlah kritikus lainnya, tidak hanya mengagungkan peran dan pengalaman pembaca, tetapi juga memproklamirkan kesadaran subjektif menjadi satu-satunya pelaku yang membangun teks itu sendiri.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini dirancang secara deskriptif-kualitatif. Rancangan tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak mendeskripsi suatu fenomena yang berkaitan dengan pemaknaan metafora oleh pembaca (mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung). Deskripsi tersebut didasarkan pada informasi kualitatif yang terwujud dalam bentuk verbal. Informasi dalam bentuk verbal tersebut ditafsirkan/dimaknai oleh peneliti dan dipaparkan sehingga tersaji dalam laporan penelitian yang deskriptif-ekspositoris. Penarikan simpulan dilakukan secara induktif, yaitu dengan mengelompokkan data sejenis kemudian disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Karakteristik penelitian yang demikian sesuai dengan tiga karateristik penelitian kualitatif Bogdan dan Biklen (1998: 4-7), yakni data deskriptif, data dianalisis secara induktif, dan makna menjadi perhatian utama. Selain itu, karakteristik kualitatif juga diperkuat dengan peran peneliti sebagai instrumen kunci, yaitu manusia sebagai instrumen kunci (human instrument).

Data penelitian ini berupa penggalan-penggalan konstruksi verbal yang merepresentasikan resepsi mahasiswa terhadap majas simile. Resepsi tersebut berupa nuansa makna yang diungkapkan mahasiswa berkaitan dengan simile yang dibaca. Dengan karakteristik data yang demikian, mahasiswa merupakan sumber data dalam penelitian ini yang diposisikan sebagai informan, bukan

sebagai responden. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengungkapkan seluruh pikiran, perasaannya, dan imajinasinya dengan leluasa sehingga menghasilkan data yang dapat menggambarkan nuansa makna simile yang pada akhirnya menggambarkan wilayah makna yang dipahami mahasiswa terhadap suatu simile. Mahasiswa yang menjadi informan adalah mahasiswa yang sedang menjalani semester dua.

Pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian kualitatif bisa saling tumpang tindih, misalnya ketika peneliti mengode suatu konstruksi verbal sebagai data, sebenarnya peneliti telah melakukan analisis data. Meskipun demikian, berikut ini dikemukakan kegiatan yang dilakukan ketika mengumpulkan data dan analisis data.

Pengumpulan dilakukan dengan cara meminta mahasiswa/informan (1) membaca simile-simile yang telah disiapkan, (2) memaknai setiap simile berdasarkan seluruh nuansa makna yang diketahui, (3) menuliskan seluruh nuansa makna setiap simile tersebut, dan (4) mengumpulkan hasil data yang diperoleh kepada peneliti. Selanjutnya, peneliti membaca dengan cermat setiap kertas kerja mahasiswa dan mengode setiap pemaknaan mahasiswa sesuai fokus penelitian yang tercermin pada rumusan masalah.

Analisis data dilakukan dengan cara (1) mengklasifikasikan data sejenis berdasarkan kodenya, (2) menafsirkan data sejenis tersebut, (3) menjelaskan data tersebut, (4) membuat simpulan sementara, (5) melakukan triangulasi internal, (6) melakukan triangulasi eksternal, dan (6) membuat simpulan akhir.

Page 4: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Kelasa, Vol.14, No.1, Juni 2019: 1—11

4

3. Pembahasan Hasil pengumpulan data didapat

bahwa mahasiswa memaknai majas simile dengan Ketiga kategori tersebut dianalisis dengan menggunakan pendekatan Semiotika Roland Barthes. Terdapat dua lapis system pemaknaan berdasarkan pendekatan semiotika tersebut, yaitu lapis denotasi dan konotasi. 3.1 Pemaknaan Simile Kategori Alam

Berikut ini adalah kalimat pertama mengenai simile kategori alam.

1. Wajahnya bercahaya bagaikan

rembulan yang selalu menerangi kegelapan.

Proses analisis ini melalui dua tahapan. Tahap pertama, mahasiswa memaknai per kata yang membentuk simile. Tahap kedua, mahasiswa memaknai simile dengan seutuhnya. Dari data yang telah didapatkan, mahasiswa dapat memaknai simile dalam kalimat di atas. Cahaya rembulan dimaknai secara denotatif dan konotatif sebagai berikut.

Penanda

Petanda

wajahnya

bercahaya

‘ungkapan yang menyiratkan wajah yang cantik’

Rembulan

‘benda yang bercahaya pada malam hari’

Tanda Wajahnya bercahaya bagaikan rembulan.

Petanda ‘Wajah seseorang yang

begitu cantik sampai-sampai diibaratkan seperti rembulan yang bercahaya’

Data pertama dipisahkan secara denotatif dan konotatif. Mahasiswa pertama memaknai kata wajahnya bercahaya secara denotatif dengan cukup jelas. Mahasiswa tersebut menjelaskan wajah bercahaya merupakan perwujudan atau manifestasi dari bentuk wajah yang cantik. Mahasiswa mencoba untuk menyamakan makna kontekstual antara bercahaya dan cantik. Namun, hal tersebut belum merupakan penjelasan yang lengkap dari sebuah simile tersebut.

Untuk kata yang kedua, yaitu rembulan, mahasiswa memaknai denotatif dengan memberikan makna leksikal dari kata yang didenotatifkan. Mahasiswa pertama mengartikan bahwa rembulan merupakan benda yang bersinar pada malam hari. Selain itu, mahasiswa juga memaknai mentari yang dikaitkan dengan matahari yang baru muncul di pagi hari. Pemaknaan secara konotatif dari wajahnya bercahaya bagaikan rembulan adalah penampakan wajah yang sanggup membuat orang terperangah. Mahasiswa menganggap bahwa wajah yang seperti rembulan mengibaratkan kecantikan seseorang. Secara utuh mahasiswa mengartikan simile tersebut merupakan bentuk ungkapan yang sifatnya mengagumi kecantikan wajah.

Berikut ini adalah kalimat kedua mengenai simile kategori alam.

Page 5: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Pemaknaan Simile.... (Yoga Irawan, Annisa Fitriani)

5

2. Dia pemberani bak seekor singa yang tidak pernah gentar dengan musuh sekuat apa pun.

Dari data yang telah didapatkan, mahasiswa mengungkapkan dengan menyinonimkan apa yang dimaknainya. Sosok pemberani dimaknai secara denotatif dan konotatif. Berikut pemaparan datanya.

Penanda

Petanda

dia pember

ani

‘sosok yang tak takut akan apapun dan berani’

Singa

‘seekor hewan buas yang biasa hidup di dalam hutan

Tanda Dia pemberani bak

singa.

Petanda ‘seseorang yang berjiwa patriot yang selalu membela orang yang lemah.’

Data kedua dipisahkan secara denotatif dan konotatif. Mahasiswa kedua memaknai kata dia pemberani secara denotatif dengan cukup jelas. Mahasiswa memaknai kata tersebut dengan penjelasan yang cukup rinci. Mahasiswa menganggap klausa dia pemberani merupakan perwujudan dari sosok yang tak pernah takut dengan apa pun dan tentunya sosok tersebut adalah sosok pemberani.

Untuk kata yang kedua, yaitu singa, mahasiswa memaknainya sebagai seekor hewan. Hewan tersebut merupakan hewan buas yang biasanya hidup di dalam hutan. Pemaknaan secara konotatif dari dia pemberani bak singa menurut mahasiswa kedua menyatakan bahwa seseorang yang berjiwa patriot yang selalu membela orang yang lemah. Mahasiswa tersebut mencoba untuk menyamakan makna pemberani seperti singa dengan jiwa patriot. Jiwa patriot sendiri merupakan perwujudan dari hal-hal yang berkaitan dengan cinta tanah air. Mahasiswa merasa jiwa pemberani merupakan bentuk dari jiwa patriotisme.

Selanjutnya adalah kalimat ketiga mengenai simile kategori alam.

3. Wataknya seperti batu yang sangat sulit untuk dilunakkan.

Dari data yang telah didapatkan, mahasiswa dapat memaknai simile dalam kalimat di atas dengan baik. Wataknya seperti batu dimaknai oleh mahasiswa secara denotatif dan konotatif sebagai berikut.

Penanda

Petanda

watak

‘sifat yang dimiliki oleh manusia’

Batu

‘benda keras yang biasanya ada di sungai’

Tanda Wataknya seperti

batu.

Petanda ‘keras kepala, dalam hidupnya

Page 6: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Kelasa, Vol.14, No.1, Juni 2019: 1—11

6

dia tidak mudah terpengaruh oleh omongan orang lain’

Pada pemaknaan secara konotatif mengenai simile wataknya seperti batu, mahasiswa memaknai simile tersebut secara jelas dan gamblang. Mahasiswa cukup paham dengan makna wataknya seperti batu yang mungkin sering terdengar di telinga mahasiswa. Mahasiswa menjelaskan bahwa wataknya seperti batu memiliki makna yang secara eksplisit adalah keras kepala, dalam hidupnya dia tidak mudah terpengaruh oleh ucapan orang lain. Secara terpisah, mahasiswa memaknai kata watak secara denotatif merupakan ‘sifat yang dimiliki setiap manusia’. Kata batu dimaknai mahasiswa secara denotatif sebagai ‘benda keras yang biasanya ada di sungai’.

Berikut ini adalah kalimat keempat mengenai simile kategori alam.

4. Matamu indah seperti bintang kejora yang bercahaya.

Berdasarkan data yang didapatkan, mahasiswa dapat memaknai simile dalam kalimat di atas dengan cukup baik. Bintang kejora dimaknai secara denotatif dan konotatif sebagai berikut.

Penanda

Petanda

Mata

‘alat indra manusia yang berfungsi untuk melihat sesuatu’

bintang kejora

‘bintang yang

sangat terang’

Tanda Matamu indah seperti bintang

kejora.

Petanda ‘Matanya sangat indah. Jika seseorang memandang matanya seolah melihat bintang kejora.’

Data keempat memisahkan makna dua kata yang membentuk simile dengan cara dipisahkan secara denotatif dan konotatif. Mahasiswa memaknai kata mata secara denotatif dengan cukup singkat dan jelas. Mahasiswa tersebut memaknai kata mata dengan menjelaskan secara spesifik fungsinya. Dapat terlihat jelas bahwa pemaknaan dari mahasiswa menjelaskan dengan spesifik, yakni sebuah alat indra yang dimiliki manusia yang fungsinya untuk melihat.

Untuk kata yang kedua, yaitu bintang kejora, mahasiswa memaknainya sebagai sebuah benda. Benda tersebut merupakan benda yang ada di langit atau ruang angkasa. Pemaknaan secara konotatif dari matamu indah seperti bintang kejora menurut mahasiswa adalah matanya sangat indah dan jika seseorang memandang matanya seolah melihat bintang kejora. Berikut ini adalah kalimat kelima mengenai simile kategori alam.

5. Perkataannya bak sembilu yang menyayat-nyayat hatiku.

Dari data yang telah didapatkan, mahasiswa dapat memaknai simile dalam kalimat di atas dengan sederhana. Perkataannya bak sembilu dimaknai

Page 7: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Pemaknaan Simile.... (Yoga Irawan, Annisa Fitriani)

7

secara denotatif dan konotatif sebagai berikut.

Penanda

Petanda

perkataan

‘sesuatu yang diucapkan oleh manusia’

sembilu

‘kulit bambu yang cukup tajam’

Tanda Perkataannya bak

sembilu.

Petanda ‘Menggambarkan seseorang yang berbicara dengan kata-kata yang mengharukan.’

Pemaknaan yang dilakukan juga pertama-tama dengan memisahkan makna dua kata yang membentuk simile berdasarkan lapis denotatif dan konotatif. Mahasiswa memaknai kata perkataan secara denotatif dengan cukup singkat dan jelas. Mahasiswa tersebut memaknai kata perkataan sebagai sesuatu yang diucapkan oleh manusia. Untuk kata yang kedua, yaitu sembilu, mahasiswa memaknainya sebagai sebuah benda. Benda tersebut cukup tajam. Pemaknaan secara konotatif dari perkataannya bak sembilu menurut mahasiswa adalah menggambarkan seseorang yang berbicara dengan kata-kata yang mengharukan. Pemaknaan yang dilakukan mahasiswa tersebut kurang tepat. Makna yang seharusnya muncul adalah ucapan seseorang yang membuat

sakit hati atau menyinggung perasaan orang lain. Berikut ini adalah kalimat keenam mengenai simile kategori alam.

6. Mukanya dan muka kakaknya sangat mirip seperti pinang dibelah dua.

Dari data yang telah didapatkan, mahasiswa dapat memaknai simile dalam kalimat di atas dengan baik. Simile tersebut dimaknai secara denotatif dan konotatif sebagai berikut.

Penanda

Petanda

Muka ‘wajah’

Pinang

‘tumbuhan berbatang lurus biasanya dipakai untuk makan sirih’

Tanda Muka seperti pinang

Petanda ‘menggambarkan saudara yang wajahnya sangat mirip’

Pemaknaan yang dilakukan pertama-tama dengan memisahkan makna dua kata yang membentuk simile berdasarkan lapis denotatif dan konotatif. Mahasiswa memaknai kata muka secara denotatif dengan cukup singkat dan jelas. Mahasiswa tersebut memaknai kata pinang dengan menjelaskan secara langsung bahwa pinang merupakan salah satu jenis tumbuhan. Lebih spesifik lagi mahasiswa menjelaskan bahwa tumbuhan tersebut biasa digunakan untuk makan sirih. Mahasiswa telah baik dalam memaknai secara konotatif dari muka seperti pinang dibelah dua, yakni

Page 8: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Kelasa, Vol.14, No.1, Juni 2019: 1—11

8

dimaknai dengan wujud muka dua orang yang mirip. 3.2 Pemaknaan Simile Kategori Manusia Selain ada simile kategori alam ada pula simile kategori manusia. Berikut ini adalah kalimat pertama mengenai simile kategori makhluk hidup.

Aku tak sabar melihatnya berjalan seperti putri keraton yang sangat lamban.

Dari data yang telah didapatkan, mahasiswa dapat memaknai simile dalam kalimat di atas dengan baik. Berjalan seperti putri keraton dimaknai secara denotatif dan konotatif sebagai berikut.

Penanda

Petanda

Berjalan

‘melakukan kegiatan jalan’

putri kerato

n

‘anak perempuan raja’

Tanda Berjalan seperti

putri keraton.

Petanda ‘Dia dinantikan kehadirannya oleh semua orang dengan keanggunannya’

Pemaknaan yang dilakukan pertama-tama dengan memisahkan makna dua kata yang membentuk simile berdasarkan lapis denotatif. Mahasiswa memaknai kata berjalan secara denotatif dengan singkat dan jelas. Mahasiswa tersebut memaknai kata berjalan dengan menjelaskan secara langsung. Dari pandangan mahasiswa, kata berjalan bermakna ‘melakukan kegiatan jalan’. Untuk kata yang kedua, yaitu putri

keraton, mahasiswa memaknainya sebagai ‘anak perempuan raja’. Mahasiswa telah baik dalam memaknai secara konotatif dari berjalan seperti putri keraton. Berjalan seperti putri keraton dimaknai sebagai dia yang dinantikan kehadirannya oleh semua orang dengan keanggunannya. Mahasiswa coba untuk menyelaraskan arti berjalan lambat dengan anggun. Berjalan lambat merupakan ciri khas dari tata kerama yang biasanya ditaati oleh anggota keluarga raja. 3.3 Pemaknaan Simile Kategori Benda Mati Selain simile kategori alam dan manusia, ada pula simile kategori benda mati. Berikut ini adalah kalimat pertama mengenai simile kategori benda mati.

1. Tubuhnya seperti tiang yang tinggi menjulang.

Dari data yang telah didapatkan, mahasiswa dapat memaknai simile dalam kalimat di atas dengan cukup baik. Tubuhnya seperti tiang dimaknai secara denotatif dan konotatif sebagai berikut.

Penanda

Petanda

tubuh

‘seluruh jasad manusia atau makhluk hidup dari kepala sampai kaki’

tiang

‘benda yang biasanya tinggi untuk

Page 9: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Pemaknaan Simile.... (Yoga Irawan, Annisa Fitriani)

9

menyangga sesuatu’

Tanda Tubuhnya seperti

tiang.

Petanda ‘menggambarkan sosok seseorang yang memiliki fisik yang tinggi tidak selayaknya’

Pemaknaan yang dilakukan terlihat oleh data yang didapat dari mahasiswa melalui dua tahapan. Pertama-tama dengan memisahkan makna dua kata yang membentuk simile berdasarkan lapis denotatif. Mahasiswa dapat dengan jelas memaknai kata tubuh. Mahasiswa mendefinisikan kata tubuh sebagai ‘keseluruhan jasad manusia atau makhluk hidup dari kepala sampai kaki’. Untuk kata yang kedua, yaitu tiang, mahasiswa melakukan pemaknaan dengan cukup jelas. Mahasiswa menjelaskan bahwa kata tiang merupakan benda yang biasanya tinggi untuk menyangga sesuatu. Mahasiswa telah cukup baik memaknai secara konotatif dari kalimat tubuhnya seperti tiang oleh. Kalimat tubuhnya seperti tiang dimaknai oleh mahasiswa sebagai penggambaran sosok seseorang yang memiliki fisik yang tinggi tidak selayaknya. Berikut ini adalah kalimat kedua mengenai simile kategori benda mati.

2. Kerjanya seperti mesin yang tidak pernah berhenti.

Dari data yang telah didapatkan, mahasiswa dapat memaknai simile dalam kalimat di atas dengan cukup baik. Kerjanya seperti mesin dimaknai secara denotatif dan konotatif sebagai berikut.

Penanda

Petanda

Kerja ‘melakukan suatu kegiatan’

Mesin

‘alat yang digunakan untuk menggerakkan sesuatu’

Tanda Kerjanya seperti

mesin.

Petanda ‘selalu bekerja keras dan selalu gigih dalam setiap usaha yang dilakukan’

Data tersebut didapat dari pemaknaan yang telah dilakukan oleh mahasiswa melalui dua tahapan. Tahap pertama, mahasiswa memaknai secara terpisah dua kata yang membentuk simile. Kata pertama, yaitu kerja, dimaknai oleh mahasiswa dengan cukup jelas, yakni ‘melakukan suatu kegiatan’. Kata kedua yang dimaknai oleh mahasiswa adalah kata mesin. Mahasiswa memaknai kata mesin dengan cukup jelas, yakni alat yang digunakan untuk menggerakkan sesuatu. Tahap kedua adalah memaknai secara utuh simile kerjanya seperti mesin. Dari pemaknaan yang dilakukan oleh mahasiswa, terlihat bahwa mahasiswa memaknai kerjanya seperti mesin sebagai sebuah bentuk kerja keras dan kegigihan dalam setiap usaha yang dilakukan. Berikut ini adalah kalimat ketiga mengenai simile kategori benda mati.

Page 10: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Kelasa, Vol.14, No.1, Juni 2019: 1—11

10

3. Kepalan tangannya besar seperti bogem yang siap menghancurkan semua yang ada di hadapannya.

Berdasarkan data yang didapat dari mahasiswa, dapat dikatakan mahasiswa telah dapat memaknai simile dalam kalimat di atas dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat pada pemaknaan berikut ini.

Penanda

Petanda

tangan

‘bagian tubuh yang digunakan untuk memegang, memukul, mengambil dll.

bogem ‘kepalan tangan yang keras’

Tanda Tangannya seperti

bogem.

Petanda ‘seseorang yang memiliki tangan begitu besar dan kuat’

Pertama-tama mahasiswa memaknai dua kata yang membentuk simile, yaitu tangan dan bogem. Kata tangan dimaknai mahasiswa secara jelas dan juga disertai dengan fungsinya. Kata kedua yang membentuk simile adalah kata bogem. Mahasiswa memaknai kata bogem dengan jelas. Bogem dimaknai langsung sebagai ‘kepalan tangan yang keras’. Tahap kedua, mahasiswa memaknai secara utuh simile frasa tangannya seperti bogem. Mahasiswa memaknai kalimat tangannya seperti bogem sebagai seseorang yang memiliki tangan begitu besar dan kuat. Berdasarkan analisis di atas, mahasiswa melakukan pemaknaan simile dengan

cukup baik. Mahasiswa bisa memaknai majas simile dengan menyamakan makna yang ada di dalam majas simile dengan kata-kata yang lain. Hal ini berarti bahwa mahasiswa memaknai majas simile dengan menyinonimkannya sehingga makna utuh dari majas simile dapat diperoleh dengan jelas. Selain itu, hasil pemaknaan mahasiswa dapat dikategorikan menjadi tiga unsur, yaitu unsur alam, manusia, dan benda mati. 4. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap pemaknaan simile yang telah dilakukan, mahasiswa dapat memberikan pemaknaan terhadap kata-kata simile. Pemaknaan yang dilakukan mahasiswa melalui dua tahap. Tahap pertama mahasiswa memaknai masing-masing kata yang membentuk kata simile. Tahap selanjutnya mahasiswa memaknai kata simile secara utuh. Selanjutnya, mahasiswa dapat memahami majas simile secara utuh dengan memerhatikan penanda simile yang ada pada data. Kata-kata simile yang dimaknai oleh mahasiswa dapat dibagi ke dalam tiga kategori simile. Ketiga kata-kata simile tersebut, yaitu simile kategori alam, manusia, dan benda mati. Dari masing-masing kategori tersebut, mahasiswa dapat memberikan pemaknaan dengan ciri-ciri tertentu pada setiap kategori. Daftar Acuan Amin, Mujid Fahirul dan Ary Setiadi. 2017.

Personfikasi dn Simile dalam Prosa Lirik Pengakuan Pariyem Karya Linus Suryadi A. G. Jurnal Nusa. Volume 12, Nomor 4, Novermber 2017.

Bogdan, R. C. dan Biklen, S. K. 1998. Qualitative

Research for Education an Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.

Page 11: PEMAKNAAN SIMILE OLEH MAHASISWA UIN RADEN INTAN …

Pemaknaan Simile.... (Yoga Irawan, Annisa Fitriani)

11

Holub, R.C. 1984. Reception Theory. New York: Metheun, Inc.

Ibrahim, A. S. 2007. Teori-teori Pengetahuan Modul Pengayaan Matakuliah Filsafat Ilmu Bahasa. Malang: Tidak Diterbitkan.

Kendenan, Esriaty S. 2017. Simile & Methapor in Translation: A Study on Students’ Translation of Amy Tan’s “Two Kinds” Short Story. Language Circle Journal. Volume XI, Nomor 2, April 2017).

Miles, Matthew. B. dan Huberman, A. Michael. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Munaris. 2013. Majas (Bahasa dalam Karya Sastra). Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja (Aura).

Ratna, N. K. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Seung, T.K. 1982. Pragmatika Sastra. Terjemahan oleh Suminto A. Sayuti. 2007. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Yono, Robert Rizki dan Mimi Mulyani. 2017. Majas dan Citraan dalam Novel Kerling Si Janda Karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Jurnal Seloka , Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017.

Zaimar, Kusuma Sumantri. 2002. Majas dan Pembentukannya. Makara, Sosial Humaniora. Volume 6, Nomor 2, Desember 2002. Diunduh dari http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/eedc8ece699bc119cf2fa861654b0e1dcf242623.pdf