Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PEMANFAATAN APLIKASI TIK TOK PADA REMAJA DI MADIUN SEBAGAI
MEDIA EKSISTENSI DIRI
Cornelia Vaga Arventine
Monika Sri Yuliarti
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
ABSTRACT
Currently, new media are increasingly developing, such as the Tik Tok platform which is
currently in great demand and used by all circles in Indonesia, including in Madiun city.
However, the Tik Tok platform is currently more widely used as a place to find self-existence.
The existence of new media such as Tik Tok becomes an easy target for Indonesian people to
express themselves more freely to gain an existence by creating content. This study aims to look
at the Tik Tok application as a medium for self-existence with a research focuses on the motives
that influence a person to choose Tik Tok as a means of self-existence and how the formation of
self-existence in the use of the Tik Tok application.
The theory used in this study is the dramaturgical theory by Erving Goffman and Kaspar
Naegele where there is a front stage and a back stage for humans to play their roles on a stage.
This relates to the formation of a self-existence through which the informants take action to
prepare contents.
This study used descriptive qualitative method. The sampling technique was carried out
by the snowball sampling technique. Data collection techniques were carried out by in-depth
interviews and data studies. The data validation test used is data triangulation. In data analysis,
this study uses Miles and Hubberman's technique which is an interactive analysis of data
collection, data reduction, data presentation and conclusion drawing.
From the results of the study, it was found that there were entertainment motives,
information, personal needs and relationships in the use of Tik Tok as a medium for self-
existence and in the formation of self-existence, informants went through the stages of searching
for content references (perception), feedback from the use of Tik Tok for themselves
(recognition). of values), the act of achieving existence (freedom) and goals (responsibility)
which is also supported by dramaturgical theory.
Keywords: Self Existence, Motive, Tik Tok.
2
PENDAHULUAN
Kemampuan teknologi di era sekarang sudah sangat maju akibat dari
adanya perkembangan zaman. Terlebih lagi dalam bidang teknologi informasi
yang semakin hari semakin bertambah canggih dan cepat. Hal ini memudahkan
manusia untuk berkomunikasi dan juga mengakses informasi. Salah satu
perkembangan teknologi yang saat ini sudah tidak bisa lepas dari kehidupan
manusia adalah internet. Walaupun awalnya perkembangan teknologi ini
penggunaannya berpusat pada sebatas pertukaran informasi namun di era digital
sekarang ini manfaat yang didapat sungguh banyak sekali dan lebih luas
lingkupnya. Dengan perkembangan teknologi yang semakin hari semakin
melampaui batas, terciptalah media sebagai alat komunikasi modern di jaman ini
dimana dengan penggunaanya tidak terbatas lagi oleh jarak, ruang dan waktu.
Media baru merupakan bentuk penggabungan dari perkembangan teknologi
(internet) dengan media massa.
Saat ini salah satu media baru yang saat ini sedang populer dan diminati
oleh segala kalangan mulai dari anak kecil sampai orang tua adalah Tik Tok. Tik
Tok adalah salah satu platform media yang berasal dari Republik Rakyat
Tiongkok tempat di mana penggunanya dapat membagikan sebuah video yang
awalnya berdurasi 15 detik dan sekarang bisa mencapai 3 menit (Pertiwi, 2020).
Untuk saat ini, aplikasi ini lebih banyak digunakan sebagai media untuk
mengekspresikan diri oleh penggunanya yang dapat dilihat dari konten-konten
yang menarik perhatian seperti berjoget diiringi sebuah lagu dan konten-konten
kreatifitas lainnya. Aplikasi video sosial ByteDance TikTok mencapai lebih dari 2
millyar unduhan dan meraup hampir $3 millyar secara global — lebih dari lima
kali lipat pendapatannya pada 2018 —2019 (Iqbal, 2020). Dalam survei di
penghujung 2019 tersebut, bisa dikatakan bahwa Tik Tok menjadi salah satu
aplikasi yang saat ini sedang populer dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2017 aplikasi Tik Tok kurang diminati oleh semua orang
bahkan pada saat itu fenomena Bowo Alpenliebe, bocah yang viral karena
bermain Tik Tok pun dihujat karena konten yang dibawa terbilang norak. Namun,
3
semua berubah saat berada di penghujung tahun 2019 dimana Tik Tok tiba-tiba
menjadi populer dan digunakan oleh semua kalangan termasuk para artis. Terlihat
jelas penggunaan Tik Tok di penghujung 2019 dan tahun-tahun sebelumnya
sangatlah berbeda. Manfaat yang didapat dari adanya perkembangan media baru
ini salah satunya adalah untuk melepas penat dan mencari hiburan sehingga
masyarakat Indonesia dari remaja, artis sampai orang tua menggunakan Tik Tok
seperti gambar diatas. Pencarian hiburan ini tidak terlepas dari kebiasaan
masyarakat Indonesia yang suka melihat sesuatu yang menarik dan juga viral.
Sehingga, Aplikasi Tik Tok saat ini lebih banyak digunakan sebagai ajang untuk
memamerkan diri atau yang sekarang biasa disebut eksistensi diri. Seperti yang
dikatakan (Loonstra et al., 2007), eksistensi diri merupakan kesadaran manusia
terhadap tujuan hidup dan dengan sepenuhnya dapat menerima potensi serta
batasan diri secara hakiki.
Adanya media baru seperti Tik Tok menjadi sasaran empuk bagi
masyarakat Indonesia untuk mendapatkan suatu eksistensi dengan membuat
konten apapun sehingga terlihat bahwa adanya suatu hiperrealitas yang tercipta
dari adanya pencarian eksistensi di aplikasi Tik Tok. Saat ini banyak yang lebih
memilih aplikasi Tik Tok sebagai ajang pencarian eksistensi diri karena di Tik
Tok dapat melakukan berbagai macam cara untuk memperlihatkan potensi atau
kelebihan mereka melalui video berdurasi 15 detik sehingga pengguna lebih
ekspresif untuk “show off”. Selain itu, dilengkapi pula dengan berbagai fitur dan
juga effect yang sudah tersedia di Tik Tok untuk menunjang konten video
tersebut.
Berkaitan dengan hiperrealitas tersebut, maka berkaitan pula dengan teori
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori dramaturgis. Hiperrealitas bisa
dikatakan sebuah kondisi dimana melampaui realita, sehingga adanya perbedaan
dalam suatu realita dan yang terjadi dalam konten Tik Tok. Sama seperti
dramaturgis yang mana adanya panggung depan dan juga belakang dimana
manusia menjadi aktor utamanya untuk memperlihatkan apa yang ingin seseorang
tersebut ingin perlihatkan. Sehingga, saat ini penggunaan Tik Tok menjadi suatu
4
permasalahan karena dari adanya pencarian eksistensi ini maka muncul suatu
permainan dalam sebuah konten di media yang melampaui kenyataan hanya untuk
mendapatkan suatu citra agar viral dan terkenal.
Tidak hanya di kota-kota besar, namun di daerah kecil pun mulai banyak
remaja yang bermain Tik Tok bahkan hingga viral. Seperti hal nya di daerah Jawa
Timur, khususnya Madiun tidak sedikit yang disebut sebagai “Seleb Tik Tok”
oleh khalayak ramai hanya karena kontennya viral dan memiliki banyak comment
dan followers. Maka dari itu, peneliti memilih remaja di daerah Madiun karena
cukup menarik untuk diteliti karena selain ada beberapa yang sudah mulai
terkenal, mulai banyaknya juga remaja di Madiun yang menggunakan Tik Tok
untuk sekedar membuat konten seperti dance ataupun untuk mempromosikan
usahanya lewat Tik Tok.
Saat ini, untuk penelitian mengenai aplikasi Tik Tok dan eksistensi diri
masih jarang ditemukan sehingga penelitian ini sangat cocok untuk diteliti dan
dibuat dengan tujuan untuk melihat aplikasi Tik Tok sebagai media ajang
eksistensi diri dengan fokus penelitian yang berfokus pada motif apa saja yang
mempengaruhi seseorang untuk memilih Tik Tok sebagai ajang eksistensi diri dan
bagaimana pembentukan eksistensi diri dalam penggunaan aplikasi Tik Tok.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pembentukan eksistensi diri pada remaja di Jawa Timur
dalam penggunaan aplikasi Tik Tok?
2. Apa saja motif penggunaan aplikasi Tik Tok pada remaja di Jawa Timur
sebagai media eksistensi diri?
TINJAUAN PUSTAKA
5
1. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication secara etimologis menurut
Wilbur Shcram yaitu berasal dari bahasa latin communicatio yang
mempunyai arti pemberitahuan, pemberian bagian, pertukaran, ikut ambil
bagian, persatuan). . Lalu, (Effendy, 2007) menyebutkan komunikasi
yaitu proses komunikasi yang hakikatnya merupakan proses
penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada
orang lain (komunikan). Pikiran dapat berupa gagasan, informasi, opini,
atau semua yang terpikir di dalam benak seseorang sedangkan perasaan
dapat diartikan keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran,
kemarahan, keberanian, kegairahan, dan segala sesuatu yang berasal dari
hati. Dalam suatu proses komunikasi, tidak terjadi secara satu arah
melainkan secara dua arah atau bisa lebih sehingga pesan yang
disampaikan kepada penerima pesan dapat diterima dan mendapatkan
feedback. komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat,
perilaku, dan perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari
komunikasi adalah sebagai penyampaian informasi yang utama,
mendidik, menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam
bersikap dan bertindak (Effendy, 2007).
2. Media Baru
(McQuail, 1997) mendefinisikan new media atau media baru
sebagai perangkat teknologi elektronik yang berbeda dengan penggunaan
yang berbeda pula. Media elektronik baru ini mencakup beberapa sistem
teknologi seperti: sistem transmisi (melalui kabel atau satelit), sistem
miniaturisasi, sistem penyimpanan dan pencarian informasi, sistem
penyajian gambar (dengan menggunakan kombinasi teks dan grafik
secara lentur), dan sistem pengendalian (oleh komputer).
Dijelaskan pula oleh McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi
Massa, bahwa media baru atau yang biasa disebut new media ini
mempunyai ciri utama; yaitu
6
a) Adanya saling keterhubungan.
b) Aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun
pengirim pesan.
c) Interaktivitasnya,
d) Kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka
e) Sifatnya yang ada di mana-mana
3. Media Sosial
Komunikasi bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, perilaku,
dan perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi
adalah sebagai penyampaian informasi yang utama, mendidik, menghibur
dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap dan
bertindak (Effendy, 2007). Media Sosial yang dijelaskan oleh Van Dijk
adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna
yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi.
Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai fasilitator online yang
menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan
social sehingga media sosial didefinsikan sebagai medium internet yang
memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun
berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain
(Nasrullah, 2017).
3.1 Tik Tok
Media Sosial yang dijelaskan oleh Van Dijk adalah platform media
yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka
dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat
dilihat sebagai fasilitator online yang menguatkan hubungan antar
pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan social sehingga media sosial
didefinsikan sebagai medium internet yang memungkinkan pengguna
merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi,
berkomunikasi dengan pengguna lain (Nasrullah, 2017). Dalam aplikasi
7
ini terdapat juga fitur like, kolom komentar dan fitur save seperti pada
platform media sosial lainnya sehingga memudahkan pengguna untuk
saling berinteraksi dan juga mencari kenalan dari aplikasi ini. Pengguna
juga dapat mencari hal-hal yang sedang trending dalam aplikasi ini
dengan fitur pencarian melalaui hashtag, hashtag dalam aplikasi ini
memudahkan seseorang untuk mencari konten yang ingin dibuat atau
disukai.
4. Dramaturgi
Dramaturgi berasal dari bahasa Inggris yaitu dramaturgy yaitu
sebuah seni pementasan drama yang penyajianya melalui bentuk teater.
Bisa diartikan jika dalam seni, maka dramaturgi merupakan proses sejak
pembuatan naskah drama sampai pementasan drama tersebut. Penjelasan
secara singkat dari dramaturgi itu sendiri ialah adanya panggung
sandiwara dimana manusia menjadi aktornya dengan menjalani
perannya. Menurut (Goffman, 1956), seseorang dapat memilih caranya
sendiri untuk mempresentasikan dirinya lewat suatu pertunjukan untuk
memperlihatkan siapa dirinya. Dalam teori dramaturgi yang telah
dijelaskan oleh Goffman juga, dramaturgi terdiri dari front stage
(panggung depan) dan back stage (panggung belakang). Front stage
yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi
pertunjukan. Front stage dibagi menjadi 2 bagian, pertama setting yaitu
pemandangan fisik yang harus ada jika sang aktor memainkan perannya,
dan front personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai
pembahasan perasaan dari sang aktor. Front personal masih terbagi
menjadi dua bagian, yaitu penampilan yang terdiri dari berbagai jenis
barang yang mengenalkan status sosial aktor dan gaya yang berarti
mengenalkan peran macam apa yang di-mainkan aktor dalam situasi
tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah
berjalan skenario rahasia yang mengatur pementasan masing-masing
aktor.
8
5. Eksistensi Diri
Dalam pandangan psikologi eksistensial menurut Boss dan
Binswanger yang dikutip Calvin dan Landzey mengatakan bahwa
eksistensi diri adalah keberadaan manusia yang berkaitan dengan
bagaimana cara manusia itu meng ”ada”-kan dirinya dalam dunia sesuai
dengan identitas dirinya (Hall & Lindzey, 1993). Dengan adanya
definisi-definisi yang telah dijelaskan, maka dapat dikatakan bahwa
pengguna Tik-Tok mempunyai suatu tujuan dalam penggunaan aplikasi
tersebut dimana mungkin adanya kecemasan dalam menjalani hidup
sehingga membutuhkan pengakuan keberadaan diri dari orang lain
melalui penggunaan aplikasi Tik Tok. Hal ini sama dengan yang
dikemukakan oleh (Sjafirah & Prasanti, 2016) eksistensi diartikan
sebagai keberadaan. Dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya
pengaruh atas ada atau tidak adanya kita
Oleh karena itu, banyak individu tersebut terdorong untuk
melakukan pencarian jati diri ataupun eksistensi. Proses pencarian dan
pencapaian eksistensi diri menurut (Langle et al., 2003) terjadi dengan
tahapan sebagai berikut:
a) Perception
Perception diartikan bahwa kita menyatu dan berinterkasi dalam
dunia dimana penting untuk kita mengumpulkan informasi dan
mempelajari berbagai kondisi maupun situasi yang akan datang.
b) Recognition of Values
Recognition of values mempunyai arti bahwa manusia hidup dan
hanya dirinya sendirilah yang dapat menjalankan kehidupannya
tersebut. Manusia diharapkan mampu memahami hubungan
antara objek yang ditemui dengan diri manusia itu sendiri. Hal ini
dilandasi oleh pengenalan individu terhadap perasaan atau emosi
serta evaluasi dari reaksi - reaksi dalam menerima dan meng-
imajinasikan objek.
9
c) Freedom
Hal ini berkaitan dengan skill yang dimiliki oleh manusia untuk
menentukan bagaimana menjalani kehidupan di dunianya
termasuk menentukan suatu tindakan untuk mencapai hal-hal
yang diinginkan untuk mecapai tujuan dalam hidupnya.
d) Responsibility
Responsibility berkaitan dengan manusia harus mengerti tujuan
hidup untuk menentukan masa depannya. Hal ini mengacu pada
bagaimana individu mewujudkan rencana yang sudah ia pilih
untuk masa depan dan tujuan hidupnya. Tahap ini merupakan
bentuk dari pemenuhan eksistensial dan inti dari penentuan dalam
menempatkan keputusan seseorang secara praktis.
6. Motif
Menurut (Purwanto, 1996), motif adalah suatu dorongan yang
timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau
bertindak melakukan sesuatu. Motif dihubungkan dengan konsumsi
media dimana terdapat suatu faktor dan pendorong dalam diri manusia
yang menyebabkan manusia menggunakan media dan mempunyai suatu
tujuan tertentu. (McQUail, 2011) membagi motif penggunaan media oleh
individu ke dalam empat kelompok yaitu:
1. Motif Informasi (Information Seeking)
Motif informasi berkaitan dengan motif dalam penggunaan media
untuk mengetahui atau mencari informasi-informasi yang bersifat
umum.
2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)
Motif identitas pribadi berkaitan dengan motif dalam penggunaan
media untuk memenuhi kebutuhan pribadi.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Social Integration and
Interaction)
10
Motif integrasi dan interaksi sosial berkaitan dengan motif dalam
penggunaan media untuk memperkuat hubungan dan interaksi
social.
4. Motif Hiburan (Entertainment)
Motif hiburan berkaitan dengan motif dalam menggunakan media
untuk mendapatkan hiburan.
7. Remaja
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian yaitu remaja
awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja
Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011).
Menurut (Hurlock, 2010) masa remaja dimulai dengan masa remaja awal
(12-24 tahun) kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-17
tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun). Remaja pada tahap tersebut
mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh,
minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada masa
remaja.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dimana data-
data yang ada berupa kata-kata dan juga gambar. Menurut (Nazir, 2009).
penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan
seluruh gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan (Mukhtar, 2013).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling snowball sampling
dengan populasi remaja di kota Madiun. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan kajian dokumen.
Melakukan teknik analisis data dengan mengumpulkan informasi dari para
11
informan melalui wawancara setelah itu memilah-milah data yang nantinya akan
disajikan melalui sajian data lalu yang terakhir akan ditarik suatu kesimpulan.
HASIL DATA DAN PEMBAHASAN
1. Pembentukan Eksistensi Diri
a) Perception
Perception diartikan bahwa kita menyatu dan berinteraksi dalam dunia
dimana penting untuk kita mengumpulkan informasi dan mempelajari
berbagai kondisi maupun situasi yang akan datang seperti yang dituliskan
oleh (Langle et al., 2003). Hal ini juga merujuk pada bagimana para
informan melakukan suatu perception sebagai dasar pembentukan
eksistensi diri untuk pertama kalinya. Sebelum melakukan suatu tindakan
untuk mencari suatu eksistensi, ada kalanya untuk mencari tahu berbagai
informasi yang terkait dengan pembentukan eksistensi seperti apakah yang
ingin dibuat. Dalam penelitian ini, pencarian eksistensi tertuang dalam
suatu konten yang nantinya akan dilihat oleh banyak orang dan feedback
dari eksistensi itu ialah adanya jumlah followers dan juga likes. Tidak
menutupi kemungkinan akan adanya tawaran job jika eksistensi yang
dimiliki sudah tinggi. Maka dari itu, diperlukan adanya suatu perception
sebagai dasar dari pembentukan eksistensi.
Dari adanya temuan hasil, sebagian besar para informan
mengumpulkan informasi dan referensi untuk konten yang berasal dari Tik
Tok juga. Para informan mengaku bahwa konten yang mereka buat
mengikuti apa yag sedang trending di Tik Tok. Entah itu dari challenge
atapun dari backsound yang digunakan. Adanya sesuatu yang trending ini
membuat para informan berlomba - lomba untuk unjuk skill untuk
mendapatkan atau memperlihatkan ke-eksis-annya.
b) Recognition of Values
12
Poin kedua masih tetap merujuk pada konsep pembentukan eksistensi
diri oleh (Langle et al., 2003). Recognition of Values mempunyai arti yang
mana manusia diharapkan mampu memahami hubungan antara objek yang
ditemui dengan diri manusia itu sendiri. Hal ini dilandasi oleh pengenalan
individu terhadap reaksi - reaksi dalam menerima dan meng-imajinasikan
objek. Dalam penelitian ini, hubungan yang ada antara obyek dan diri
manusia bisa dihubungkan seperti Tik Tok dan juga eksistensi. Reaksi
yang di dapat dengan adanya penggunaan dari Tik Tok itu ialah
pencapaian suatu eksistensi. Dengan mengenali, memahami dan mengerti
bagaimana penggunaan Tik Tok yang benar maka orang tersebut akan
mendapatkan suatu eksistensi. Eksistensi bagi setiap orang mempunyai
perbedaan persepsi namun secara umum eksistensi bisa dikatakan jika
orang tersebut terkenal. Tidak ada perbedaan yang jauh dari keenam
informan dalam pandangan akan hal dasar dari eksistensi di Tik Tok.
Terkait hal tersebut, beberapa informan sudah menganggap bahwa diri
mereka juga sudah mendapatkan ke-eksistensian tersebut dai Tik Tok.
Umumnya, bagi para keenam informan, dasar eksistensi seseorang di
Tik Tok dapat dilihat dari seberapa banyak likes dan followers yang
mereka miliki. Hal ini mereka sepakat beranggapan seperti itu karena
menururt mereka bahwa jika sudah memilik banyak views dan followers
artinya orang tersebut sudah terkenal karena konten – konten yang
dibawakan.
Reaksi antara obyek dan juga manusia yang dituliskan oleh (Langle et
al., 2003) dapat dibuktikan dari analisa diatas yang menggambarkan selalu
adanya suatu pencapaian eksistensi dari penggunaan Tik Tok saat ini yang
hanya bisa dilihat melalui followers atau likes seseorang karena menurut
para informan saat ini Tik Tok adalah platform yang sangat terbuka bagi
orang – orang untuk meng-eksplore segala ide yang dituangkan dalam
konten dan Tik Tok memberikan kesempatan kepada siapapun agar konten
yang kreatif dapat masuk ke dalam FYP orang lain sehingga kesempatan
13
para pengguna Tik Tok untuk unjuk kebolehan sangatlah besar agar bisa
masuk ke dalam FYP. Dari sajian data yang telah dituliskan diatas, para
informan pun melakukan berbagai cara agar konten mereka bisa dapat
masuk ke FYP orang lain. Adanya suatu keinginan untuk show off ke
public akan ide – ide dan juga skill juga bisa dijadikan suatu motivasi
untuk pencarian eksistensi.
Masih membicarakan tentang recognition of values, yang bisa
didapat dari adanya penggunaan Tik Tok dalam pencapaian eksistensi
adalah adanya tawaran endorsement ataupun pekerjaan. Di jaman
sekarang ini, tawaran endorsement adalah salah satu kegiatan yang bisa
dijadikan pekerjaan sampingan ataupun tetap untuk menghasilkan uang
hanya dengan me-review atau mempekenalkan product dalam sebuah
konten. Tawaran endorsement-pun selain mendapatkan uang, seseorang
yang di endorse-pun dapat mencoba atau mendapatkan product secara
gratis. Inilah yang membuat endorsement diinginkan oleh banyak
orang. Selain mudah untuk dilakukan untuk mendapatkan uang,
seseorang juga dapat dikatakan mempunyai eksistensi jika sudah
mendapatkan tawaran endorsement. ini. Adanya pencapaian eksitensi
juga berpengaruh terhadap lingkup relasi seseorang. Jika pengguna Tik
Tok dapat benar – benar fokus dengan platform tersebut, maka
memungkinkan juga untuk mendapatkan suatu relasi baru dari ada
hubungan dengan Tik Tok.
c) Freedom
Freedom dalam (Langle et al., 2003) merujuk pada skill yang dimiliki
oleh seseorang untuk menentukan bagaimana menjalani kehidupan di
dunianya termasuk menentukan suatu tindakan untuk mencapai hal - hal
yang diinginkan untuk mecapai tujuan dalam hidupnya. Dalam penelitian,
bisa dikaitkan dengan skill atau ide apa yang akan ditujukan kepada
khalayak ramai agar pembuat konten dapat menarik perhatian banyak
14
orang dan mendapatkan ekssistensinya. Terkadang, seseorang akan saling
unjuk kebolehan dirinya untuk dijadikan konten dan dari situ feedback
yang didapat adalah eksistensi. Tidak hanya tentang konten saja, namun
juga dengan tindakan apa yang dilakukan dalam pembuatan konten dan hal
– hal di balik layar lainnya agar konten yang dibuat bisa mendapatkan
banyak views dan mendatangkan followers baru. Dalam poin freedom ini
juga ada beberapa sub poin yang mengarah pada sebuah Teori Dramaturgis
yang diungkapkan oleh (Naegele & Goffman, 1956) bahwa ada suatu front
stage dan juga back stage saat seseorang ingin memainkan suatu peran
dalam suatu panggung. Hal ini merujuk pada pembentukan ekistensi para
informan untuk memainkan perannya pada konten yang telah mereka buat.
- Pembuatan Konten
Terkait pembuatan konten, sebagian besar informan hanya
membuat konten berdasarkan apa yang sedang trending di Tik
Tok. Hal ini merujuk pada konsep freedom yang diungkapkan oleh
(Langle et al., 2003) untuk menentukan tindakan untuk mencapai
tujuannya. Menurut mereka sendiri, dengan membuat konten yang
sedang trending, maka yang sedang ramai untuk dicari adalah
konten tersebut. Dalam Tik Tok sendiri, video yang sedang
trending dapat terlihat dari FYP. Oleh karena itu, para informan-
pun pembuatan konten juga sebatas mengiktui atau yang biasa di
sebut re-create konten yang sedang viral. Konten seperti ini juga
bisa dijadikan challenge terhadap para pengguna Tik Tok untuk
unjuk bakat. Selain mengikuti trending, beberapa informan juga
membuat konten menurut idenya sendiri
- Intensitas Pembuatan Konten
Pada poin intensitas pembuatan konten juga merujuk pada konsep
dari (Langle et al., 2003) dimana adanya suatu kebebasan tindakan
untuk menentukan jalan yang dibuat oleh para informan untuk
15
menuju suatu tujuan. Setelah melakukan suatu tindakan untuk
pembuatan konten maka adanya suatu intensitas pembuatan
konten, keenam informan yang diteliti menunjukan jawaban yang
sama yaitu mereka tidak ada intensitas pembuatan konten yang
terjadwal karena mereka dalam pembuatan konten bergantung dari
mood dan terkadang untuk mengisi waktu saat ada waktu luang.
- Pengelolaan Konten
Salah satu cara yang para informan gunakan untuk mencapai
tujuan untuk mendapatkan suatu eksistensi yaitu dengan cara
melakukan pengelolaan konten. Konsep ini masuk ke dalam poin
freedom seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya karena adanya
suatu tindakan yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan
suatu tujuan yang dituliskan oleh (Langle et al., 2003).
Pengelolaan konten dalam penelitian ini merujuk pada bagaimana
cara para informan agar konten yang telah dibuat bisa masuk ke
dalam FYP atau bisa trending. Ini merujuk pada poin back stage
jika dikaitkan dengan teori dramaturgis oleh Erving Goffman.
Adanya suatu kegiatan yang dilakukan di belakang panggung agar
panggung dapat berjalan sesuai keinginan. Dari ini disimpulkan
bahwa adanya suatu kegiatan yaitu pengelolaan konten agar
konten yang dibuat oleh para inroman dapat terdistribusi dengan
baik dan menjadi viral. Tidak banyak yang berbeda dari jawaban
para informan. Mereka menjawab untuk konten di Tik Tok
semuanya bergantung dari konten itu sendiri. Jika menarik, kreatif
ataupun mengikuti yang sedang trending maka konten tersebut
akan dibantu oleh pihak Tik Tok itu sendiri untuk bia masuk ke
dalam FYP. Menurut para informan, penggunaan hashtag tidak
terlalu penting dalam Tik Tok karena bagi beberapa infroman
tidak selalu yang menggnakan hashtag mendapatkan views yang
tinggi.
16
- Pemilihan Tempat
Untuk pemilihan tempat dalam teori dramaturgis, hal ini merujuk
pada yang diungkapkan oleh (Naegele & Goffman, 1956) poin
settting dalam front stage dimana informan memperlihatkan
background tempat dari konten yang dibuatnya. Beberapa dari
informan mementingkan pemilihan setting untuk kontennya
namun ada juga yang tidak terlalu mempedulikan hal tersebut
karena dibuat secara have fun saja
- Penggunaan Alat
Penggunaan alat dalam teori dramaturgis merujuk pada poin
setting dalam (Naegele & Goffman, 1956) yang membahas
tentang berbagai alat, dekorasi ataupun furniture yang digunakan
untuk menunjang informan dalam pembuatan konten. Keenam
informan membuat jawaban yang sama saat ditanyai alat yang
digunakan untuk pembuatan konten. Mereka mengandalkan
handphone mereka untuk pengambilan gambar. Namun, ada
beberapa informan yang juga menambah alat lainnya sebagai
pendukung untuk konten mereka yaitu penggunaan ring light dan
juga tripod.
- Pemilihan outifit dan atribut
Terdapat jawaban yang berbeda – beda pada poin ini. Dalam poin
ini, mengacu pada teori dramaturgis dalam poin personal stage
dalam front stage yang dijelaskan oleh (Naegele & Goffman,
1956) yaitu dimana adanya sutu penampilan yang akan
ditunjukkan entah itu berupa outfit, aksesoris ataupun barang
lainnya.
- Pemakaian makeup
17
- Bagi perempuan, pemakaian makeup adalah hal wajib jika keluar
dari rumah atau jika show off ke public. Sama dengan para
informan, perempuan dalam peneltiian ini, mereka tidak ada yang
tidak menggunakan makeup saat pembuatan konten. Dalam teori
dramatugis oleh (Naegele & Goffman, 1956), pemakaian makeup
mengacu pada front stage dimana adanya suatu penampilan dan
gaya yang ingin diperlihatkan dalam panggung (konten). Jawaban
dari ke para informan perempuan ini mayoritas harus
menggunakan lipstick dan alis agar tidak terlihat pucat saat berada
dalam konten. Jika ingin dan sedang ada mood, mereka akan
memakai makeup secara full untuk konten mereka.
- Penggunaan backsound
Pemilihan backsound dalam teori dramaturgis berkaitan dengan
back stage dalam (Naegele & Goffman, 1956) dimana adanya
persiapan untuk konten sebelum di publish. Mayoritas jawaban
untuk penggunaan backsound juga sama. Untuk pemilihan
backsound, para informan sepakat untuk menggunakan lagu yang
sedang viral di Tik Tok. Karena pencarian referensi konten yang
dibuat para pengguna Tik Tok saat trending juga dari lagu yang
dipakai saat itu. Sehingga, salah satu cara main Tik Tok adalah
dengan dari lagu yang dijadikan backsound untuk konten – konten
yang sedang trending
- Proses Pengeditan
Video yang nantinya akan dijadikan konten pastinya harus
melewati proses editing terlebih dahulu agar lebih menarik
perhatian penonton. Hal ini juga merujuk pada teori Goffman
dalam dramaturgis (Naegele & Goffman, 1956)yaitu adanya suatu
back stage untuk menyiapkan panggung agar terlihat menarik.
Dalam hal ini, ada suatu proses pengeditan agar konten yang
18
dibawakan semakin menarik. Beberapa informan juga tidak hanya
melakukan proses editing dan bermain filter hanya di Tik Tok
saja, mereka juga menggunakan aplikasi lainnya sebagai
penunjang. Namun, untuk masalah filter mereka lebih
mempercayakan pada Tik Tok.
d) Responsibility
Responsibility berkaitan degan goals dari adanya suatu hal yang
sudah diwujudkan. Hal ini merujuk pada konsep pembentukan
eksistensi diri oleh (Langle et al., 2003). Selain itu juga berkaitan
dengan bagaimana para informan mewujudkan rencana tersebut. Goals
dari adanya penggunaan Tik Tok dapat terlihat dari pemenuhan
eksistensi yang berujung pada keinginan untuk menjadi content creator
dimana konten yang dibuat mengarah pada pencapaian eksistensi. Bagi
beberapa informan, mereka semua mengaku ingin menjadi seorang
content creator di Tik Tok namun bagi beberapa informan hal tersebut
masih susah untuk dilakukan. Para informan melakukan berbagai cara
untuk menjadi terkenal dan mempunyai eksistensi yang tinggi. Mereka
lakukan itu dengan pembuatan konten yang mengarah pada eksistensi.
Walaupun ada beberapa informan yang menganggap bahwa konten
mereka tidak dijadikan sebagai pencarian eksistensi, namun mereka
mengungkapkan bahwa ingin memiliki banyak followers dan juga likes
agar semakin dikenal oleh banyak orang. Hal tersebut menandakan
adanya suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan followers
dan likes untuk pencapaian eksistensi tersebut seperti yang sesuai
dengan teori dramaturgy dimana adanya suatu panggung belakang
untuk menyiapkan panggung dimana panggung ini ialah konten
tersebut. Sehingga dengan adanya pemilihan backsound yang sedang
viral agar kemungkinan untuk mendapatkan banyak views juga
semakin besar.
19
2. Motif Penggunaan Tik Tok
Penggunaan Tik Tok pastinya disebabkan karena adanya kebutuhan
yang timbul dari lingkungan luar dan juga dari pemenuhan kebutuhan
sehingga ada beberapa motif yang dapat dicari dari adanya penggunaan Tik
Tok ini. Untuk menjabarkan analisis data pada poin motif, hal ini akan
merujuk pada buku McQuail dalam Teori Komunikasi Massa yang membagi
motif penggunaan media oleh seseorang ke dalam empat kelompok.
a) Motif Informasi (Information Seeking)
Motif informasi merujuk pada poin pertama yang diungkapkan oleh
(McQUail, 2011) yang dalam penelitian ini ditunjukkan dari adanya
pemakaian Tik Tok untuk dapat mengetahui berbagai informasi yang
terdapat di dalam Tik Tok. Bagi para informan yang telah diteliti, mereka
menurutkan bahwa Tik Tok dalam pendistribusian infromasi sangatlah
cepat dibandigkan dengan media yang saat ini juga banyak digunakan
seperti Instagram, Facebook, Twitter. Informasi apapun yang sedang
trending selalu ada semua di Tik Tok sama seperti televisi. Mereka
beranggapan bahwa platform ini sangat up to date terhadap berbagai
kejadian. Dalam pencarian informasi, hampir semua infroman sering
mencari atau mendapatkan informasi dari Tik Tok. Beberapa infroman
mengungkapkan hal yang berbeda beda untuk hal pencarian infromasi.
b) Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)
Motif identitas pribadi bisa dikaitkan dengan adanya suatu alasan
menggunakan media untuk suatu kebutuhan dari setiap informan. Adanya
kebutuhan tersendiri dalam pemakaian suatu media ini merujuk pula pada
konsep yang diutarakan oleh (McQUail, 2011). Dalam hal pemenuhan
kebutuhan, para informan mayoritas ingin mendapatkan followers dan
likes yang banyak agar akun mereka dapat terkenal. Tidak menutup
kemungkinan juga bisa mendatangkan suatu pekerjaan karena di jaman ini
20
semua bergerak dalam secara online sehingga pekerjaan dalam media juga
sangat menguntungkan contohnya dengan adanya suatu endorsement yang
datang. Eksistensi yang terdapat dalam Tik Tok bisa mendatangkan
tawaran endorsement sehingga dua hal tersebut berkaitan.
Selain tawaran pekerjaan, keinginan terbesar dari para informan dalam
penggunaan Tik tok adalah pencarian eksistensi dari banyaknya followers
dan likes
c) Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Social Integration and
Interaction)
Motif integrasi dan interaksi sosial berkaitan dengan adanya suatu
terbentuknya suatu relasi social dengan orang lain masih sama seperti
yang diungkapkan oleh (McQUail, 2011) pada poin ketiga dalam
bukunya yang menejlaskan motif dari adanya penggunaan media.
Dalam hal ini, beberapa informan merasa dengan bermain Tik Tok
dapat mencari teman online baru sehingga memperluas relasi dan
mereka mempunyai keinginan utnuk bergabung dengan komunitas Tik
Tok. Selain teman online, ada beberapa informan pula yang kerap
saling bertemu di real life untuk sekedar nongkrong bersama ataupun
hanya bersilahturahmi dan membuat konten bersama.
d) Motif Hiburan (Entertainment)
Poin terakhir dari motif penggunaan media oleh (McQUail, 2011)
adalah adanya suatu motif hiburan. Motif hiburan berkaitan dengan
penggunaan Tik Tok untuk mendapatkan suatu hiburan untuk melepas
penat dan bosan. Ditambah, mayoritas informan mengunduh Tik Tok di
saat awal pandemi. Dengan Tik Tok, mereka dapat mengusir rasa bosan
karena variatifnya konten yang ada di Tik Tok. Menurut para informan,
dengan bermain Tik Tok bisa dapat membunuh waktu bosannya dan bisa
menjadi lupa waktu jika sudah memegang Tik Tok, baginya Tik Tok
21
adalah platform yang benar – benar bisa mengusir rasa sedih, capek dan
bosan karena berbagai konten yang tersedia di Tik Tok.
Para infroman juga mengungkapkan bahwa mereka menggunakan Tik
Tok di waktu luang sebagai bahan pencari hiburan. Selain itu, para
infroman merasa bahwa Tik Tok mempunyaia algoritma yang berebeda
dari media lainnya karena konten yang disuguhkan juga berdasarkan
referensi kesukaan pengguna tersebut
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa data dan sajian data dalam penelitian ini, maka
dapat disimpulkan:
1. Dalam poin perception adalah dimana adanya pencarian informasi para
informan terhadap konten yang akan dibuat. Sebagian besar informan
melakukan pencarian referensi konten dari aplikasi Tik Tok berdasarkan
konten yang sedang trending dan masuk FYP karena jika membuat
konten – konten yang sedang trending di FYP maka kemungkinan untuk
mendapatkan views banyak akan menjadi besar. Selain itu juga
berdasarkan dari hobi dan ketertarikan oleh informan itu sendiri.
2. Berdasarkan poin recognition of values dari adanya pembentukan
eksistensi yaitu timbul adanya suatu eksistensi dari adanya penggunaan
Tik Tok. Para informan menyebutkan eksistensi dalam Tik Tok yaitu
sebagian besar berdasarkan jumlah likes dan followers, tawaran
endorsement, ikon centang biru pada username, skill public speaking dan
relasi dalam komunitas Tik Tok.
3. Point freedom yang mana membahas tentang pembuatan konten dan juga
tindakan – tindakan seperti adanya intensitas pembuatan konten,
pengelolaan konten, pemilihan tempat, penggunaan alat, atribut dan
makeup, penggunaan backsound dan juga adanya suatu proses
pengeditan yang dilakukan oleh para informan agar konten yang dibuat
bisa menarik penonton agar mendapatkan suatu eksistensi.
22
4. Responsbility mengacu pada keinginan para informan untuk menjadi
content creator. Maka dari itu, para informan melakukan pencarian
eksisensi dari konten yang dibuat untuk mendapatkan banyak followers
dan juga likes agar eksistensi yang didapat semakin besar.
5. Motif penggunaan Tik Tok yaitu sebagai motif informasi, identitas
pribadi untuk memenuhi kebutuhan tersendiri, hiburan dan juga integrasi
dan interaksi social untuk menambah relasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya.
Goffman, E. (1956). The Presentation of Self in Everyday Life. University of
Edinburgh.
Hall, C. S., & Lindzey, G. (1993). Psikologi Kepribadian: Teori-Teori
Psikodinamik (Klinis).
Hurlock, E. (2010). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Hidup (Terjemahan). In Erlangga. Erlangga.
Iqbal, M. (2020). Jadi Aplikasi Tepopuler di Planet Bumi, Tik Tok Pakai Sihir?
CNBC INDONESIA.
Langle, A., Orgler, C., & Kundi, M. (2003). The Existence Scale. European
Psychotherapy, 4(1).
Loonstra, B., Brouwers, A., & Tomic, W. (2007). Conceptualization, Construction
and Validation of the Existential Fulfilment Scale. European Psychotherapy,
7(1), 5–18.
https://dspace.ou.nl/bitstream/1820/1231/1/CONCEPTUALIZATION%2C
CONSTRUCTION AND VALIDATION OF THE EXISTENTIAL
FULFILMENT SCALE.pdf
McQuail, D. (1997). Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. In Jakarta:
Erlangga. Erlangga.
McQUail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Salemba Humanika.
Mukhtar. (2013). Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif. GP Press Group.
Naegele, K. D., & Goffman, E. (1956). The Presentation of Self in Everyday Life.
24
In American Sociological Review (Vol. 21, Issue 5). University of
Edinburgh. https://doi.org/10.2307/2089106
Nasrullah, R. (2017). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan.
Sosioteknologi. Remaja Rosdakarya.
Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia.
Pertiwi, W. (2020). TikTok Uji Coba Video Durasi Tiga Menit. KOMPAS.Com.
Purwanto, N. (1996). Psikologi Pendidikan Remaja. Remaja Rosda Karya.
Sarwono. (2011). Psikologi Remaja Putri. In Psikologi Remaja. PT. Raja
Grafindo.
Sjafirah, N. A., & Prasanti, D. (2016). Penggunaan Media Komunikasi dalam
Eksistensi Budaya Lokal bagi Komunitas Tanah Aksara. Jurnal Ilmu Politik
Dan Komunikasi, Volume 6(2), 39–50.
https://jipsi.fisip.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/volume-vi-no-2/4.nuryah-ditha-
penggunaan-media-komunikasi-dalam-komunitas-tanah-aksara-
1.pdf/pdf/4.nuryah-ditha-penggunaan-media-komunikasi-dalam-komunitas-
tanah-aksara-1.pdf
25