9
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015 ISBN: 978-602-7998-92-6 Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Kompos Berdasarkan Kajian Konsentrasi EM4 dan Jumlah Pembalikan Nur Lailatul Rahmah 1* , Rahmad Waris Wahdianto 2 , Nur Hidayat 1 1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UB 2) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UB *email korespondensi: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi EM4 dan jumlah pembalikan yang tepat dari pupuk kompos limbah baglog jamur tiram dan kotoran kambing agar menghasilkan rasio C/N, C, N, P 2 O 5 , K 2 O dan kadar air yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Kompos terdiri dari limbah baglog jamur tiram 10 kg serta kotoran kambing 4 kg yang dicampur hingga merata. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan EM4 (Effective Microorganism 4). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua factor, yaitu mengkaji pengaruh konsentrasi EM4 sebesar 0%, 0,1% dan 0,2% serta jumlah pembalikan 1 kali (3 minggu sekali), 2 kali (2 minggu sekali), dan 3 kali (1 minggu sekali). Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan analisis ragam (ANOVA). Pemilihan perlakuan terbaik didapatkan dengan menggunakan metode Multiple Atribute. Perlakuan terbaik dari penelitian ini berdasarkan rasio C/N, C, N, P 2 O 5 , K 2 O, dan kadar air terdapat pada perlakuan E3W3, yaitu penambahan konsentrasi EM4 0,2% dan jumlah pembalikan 3 kali (1 minggu sekali). Perlakuan E3W3 diketahui memiliki rasio C/N13,38, kandungan C 24,29%, kandungan N 1,82%, kandungan P 2 O 5 1,42%, kandungan K 2 O 4,44%, dan kadar air 48,54%. Kata Kunci: Baglog Jamur Tiram; EM4; Kompos; Kotoran Kambing; Pembalikan ABSTRACT This study had an objective to understand EM4 concentration and amount of reversal that proper on compost from oyster mushroom baglog’s waste and goat manure to produce C/N ratio, C, N, P 2 O 5 , K 2 O and water content in accordance with Indonesia National Standar (SNI). Compost consists of oyster mushroom’s baglog waste 10 kg and goat manure 4 kg that mixed evenly. The composting process can be accelerated with the help of EM4 (Effective Microorganism 4). Randomized Block Design with two factorsis used in this study, the effect of EM4 concentration with the addition 0%, 0,1%, and 0,2% and the number of reversal 1 times (3 weeks), 2 times (2 weeks), and 3 times (1 weeks). Data processing on this study using analysis of variance (ANOVA). Selection of the best treatment is obtained by using Multiple Attribute method. The best treatment on this study is based from C/N ratio, C, N, P 2 O 5 , K 2 O, and water content found in treatment E3W3, that is the addition of EM4 concentration 0,2% and amount of reversal 3 times (1 weeks). E3W3 treatment known to have C/N ratio 13,38, C content 24,29%, N content 1,82%, P 2 O 5 content 1,42%, K 2 O content 4,44%, and the water content 48,54%. Keywords: Oyster Mushroom’s Baglog; EM4; Compost; Goat Manure; Reversal PENDAHULUAN Jamur tiram (Pleurotus sp.) merupakan salah satu dari sekian jenis jamur kayu yang bisa dikonsumsi. Produksi jamur tiram nasional tahun 2011 sebesar 45.854 ton (Kementerian Pertanian RI, 2012). Produksi jamur tiram yang besar tersebut menyebabkan banyaknya limbah dari jamur tiram yaitu baglog. Baglog yaitu media tanam yang dimasukkan ke dalam plastik dan dibentuk menyerupai potongan kayu gelondongan (Wiardani, 2010). Bag log jamur terdiri dari komposisi serbuk gergaji 68,5%, dedak halus 13,5 %, gypsum (CaSO 4 ) 0,5%, kapur (CaCO 3 ) 3,5 %, TSP 0,5 %, pupuk kandang 13,5 %, dan air. Bag log jamur mengandung unsur N dalam bentuk Amonium atau nitrat, N-organik, atau N-atmosfer (Abbas, 2001). Kecamatan Pakis, Malang merupakan salah satu sentra budidaya jamur tiram yang ada di Indonesia. Banyak limbah baglog jamur tiram yang B-156

Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing sebagai Bahan

Pembuatan Pupuk Kompos Berdasarkan Kajian Konsentrasi EM4 dan Jumlah

Pembalikan

Nur Lailatul Rahmah1*

, Rahmad Waris Wahdianto2, Nur Hidayat

1

1)Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UB

2)Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP UB

*email korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi EM4 dan jumlah pembalikan yang tepat dari pupuk

kompos limbah baglog jamur tiram dan kotoran kambing agar menghasilkan rasio C/N, C, N, P2O5, K2O dan

kadar air yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Kompos terdiri dari limbah baglog jamur

tiram 10 kg serta kotoran kambing 4 kg yang dicampur hingga merata. Proses pengomposan dapat dipercepat

dengan bantuan EM4 (Effective Microorganism 4). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok

dengan dua factor, yaitu mengkaji pengaruh konsentrasi EM4 sebesar 0%, 0,1% dan 0,2% serta jumlah

pembalikan 1 kali (3 minggu sekali), 2 kali (2 minggu sekali), dan 3 kali (1 minggu sekali). Pengolahan data

pada penelitian ini menggunakan analisis ragam (ANOVA). Pemilihan perlakuan terbaik didapatkan dengan

menggunakan metode Multiple Atribute. Perlakuan terbaik dari penelitian ini berdasarkan rasio C/N, C, N,

P2O5, K2O, dan kadar air terdapat pada perlakuan E3W3, yaitu penambahan konsentrasi EM4 0,2% dan

jumlah pembalikan 3 kali (1 minggu sekali). Perlakuan E3W3 diketahui memiliki rasio C/N13,38, kandungan

C 24,29%, kandungan N 1,82%, kandungan P2O5 1,42%, kandungan K2O 4,44%, dan kadar air 48,54%.

Kata Kunci: Baglog Jamur Tiram; EM4; Kompos; Kotoran Kambing; Pembalikan

ABSTRACT

This study had an objective to understand EM4 concentration and amount of reversal that proper on compost

from oyster mushroom baglog’s waste and goat manure to produce C/N ratio, C, N, P2O5, K2O and water

content in accordance with Indonesia National Standar (SNI). Compost consists of oyster mushroom’s

baglog waste 10 kg and goat manure 4 kg that mixed evenly. The composting process can be accelerated

with the help of EM4 (Effective Microorganism 4). Randomized Block Design with two factorsis used in this

study, the effect of EM4 concentration with the addition 0%, 0,1%, and 0,2% and the number of reversal 1

times (3 weeks), 2 times (2 weeks), and 3 times (1 weeks). Data processing on this study using analysis of

variance (ANOVA). Selection of the best treatment is obtained by using Multiple Attribute method. The best

treatment on this study is based from C/N ratio, C, N, P2O5, K2O, and water content found in treatment

E3W3, that is the addition of EM4 concentration 0,2% and amount of reversal 3 times (1 weeks). E3W3

treatment known to have C/N ratio 13,38, C content 24,29%, N content 1,82%, P2O5 content 1,42%, K2O

content 4,44%, and the water content 48,54%.

Keywords: Oyster Mushroom’s Baglog; EM4; Compost; Goat Manure; Reversal

PENDAHULUAN

Jamur tiram (Pleurotus sp.) merupakan salah satu dari sekian jenis jamur kayu yang bisa

dikonsumsi. Produksi jamur tiram nasional tahun 2011 sebesar 45.854 ton (Kementerian Pertanian

RI, 2012). Produksi jamur tiram yang besar tersebut menyebabkan banyaknya limbah dari jamur

tiram yaitu baglog. Baglog yaitu media tanam yang dimasukkan ke dalam plastik dan dibentuk

menyerupai potongan kayu gelondongan (Wiardani, 2010). Bag log jamur terdiri dari komposisi

serbuk gergaji 68,5%, dedak halus 13,5 %, gypsum (CaSO4) 0,5%, kapur (CaCO3) 3,5 %, TSP 0,5

%, pupuk kandang 13,5 %, dan air. Bag log jamur mengandung unsur N dalam bentuk Amonium

atau nitrat, N-organik, atau N-atmosfer (Abbas, 2001). Kecamatan Pakis, Malang merupakan salah

satu sentra budidaya jamur tiram yang ada di Indonesia. Banyak limbah baglog jamur tiram yang

B-156

Page 2: Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

belum tertangani dengan baik dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat

dari limbah jamur tiram tersebut yang dapat dipergunakan sebagai kompos.

Pupuk kompos adalah pupuk alami yang terbuat dari bahan-bahan hijauan dan bahan organik

lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses dekomposisi (Apriadji, 2002). Salah

satu bahan organik tersebut adalah kotoran kambing. Kadar hara pada kotoran kambing yaitu C

sebesar 46,51 %, N sebesar 1,41 %, C/N ratio sebesar 32,98, P sebesar 0,54 %, dan K sebesar 0,75

% (Hartatik, 2006). Untuk mempercepat proses pengomposan dibutuhkan adanya bantuan dari

mikroorganisme, yaitu Effective Microorganism (EM4) serta dilakukan pembalikan agar proses

pengomposan lebih merata.

Beberapa faktor sangat berpengaruh dalam kematangan kompos antara lain pH, suhu,

kelembaban, ukuran bahan, dan besar konsentrasi. Kadar pH yang semakin tinggi pada kompos

dapat mempercepat proses penguraian bahan baku (Tombe dan Sipayung, 2010). Semakin tinggi

suhu yang bisa dicapai akan semakin cepat pula proses pengomposan. Apabila ketersediaan karbon

terbatas (C/N terlalu rendah) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan

mikroorganisme untuk mengikat nitrogen bebas (Fitria, 2008). Pengomposan disebut baik jika

persenyawaan kalium dan fosfor berubah menjadi zat yang mudah diserap tanaman (Tombe dan

Sipayung, 2010). Dari berbagai faktor tersebut selanjutnya menjadi acuan untuk mendapatkan

kompos dengan rasio C/N, C, N, P2O5, K2O dan kadar air yang sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia (SNI) berdasarkan pengaruh besarnya konsentrasi EM4 dan jumlah pembalikan.

METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pisau untuk pengecilan ukuran baglog

jamur tiram, keranjang bambu sebagai tempat fermentasi pupuk kompos, serta plastik dan terpal

sebagai penutup keranjang kayu. Alat yang dipergunakan untuk analisis adalah soil tester merk

SR300B 4 in 1 Multifunctional soil ph meter.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baglog jamur tiram didapatkan di

sentra industri jamur tiram di desa Asrikaton, kotoran kambing yang didapatkan dari peternakan

milik masyarakat di desa Asrikaton, aktivator EM4 yang dapat diperoleh di toko bahan kimia dan

air.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 2 faktor, yaitu penambahan konsentrasi EM4 (Effective Microorganism 4) 0% v/b, 0,1%

v/b dan 0,2% v/b, serta jumlah pembalikan 1 kali (setiap 3 minggu sekali), 2 kali (setiap 2 minggu

sekali), dan 3 kali (setiap 1 minggu sekali). Ulangan yang dilakukan sebanyak 2 kali. Penelitian ini

terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap persiapan bahan baku dan tahap pembuatan pupuk kompos.

Persiapan Bahan Baku

Pada tahap ini limbah baglog jamur tiram dikeringkan terlebih dahulu hingga kadar air

kurang lebih 30%. Selanjutnya dihaluskan untuk mempermudah proses dekomposisi kompos.

Dilanjutkan penimbangan limbah baglog jamur tiram sebesar 10000 gram.

Kotoran kambing pada tahap ini dikeringkan terlebih dahulu hingga kadar air kurang lebih 30%.

Selanjutnya dihaluskan untuk mempermudah proses dekomposisi kompos. Dilanjutkan

penimbangan kotoran kambing sebesar 4000 gram.

Pada pembuatan larutan stok EM4 1%, EM4 dipipet 10 ml. Selanjutnya EM4 tersebut

diencerkan dengan air hingga 1000 ml. Larutan tersebut difermentasi secara anaerob selama 24

jam.

Pembuatan Pupuk Kompos

Bahan awal pupuk kompos yaitu limbah baglog jamur tiram dan kotoran kambing masing-

masing ditimbang 10000 gram dan 4000 gram dicampur hingga merata. Setelah tercampur

selanjutnya ditimbang lagi bahan campuran tersebut 10000 gram. Selanjutnya EM4 (0% v/b, 0,1%

v/b, 0,2% v/b) dituang pada campuran pupuk kompos tersebut lalu diaduk hingga merata.

Campuran bahan awal pupuk kompos dianalisis awal rasio C/N, C, N, P2O5, K2O, dan kadar air.

Campuran pupuk kompos tersebut dimasukkan ke dalam keranjang bambu.

B-157

Page 3: Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Proses pembalikan pupuk kompos dilakukan dengan cara mengaduk tumpukan kompos

lapisan atas ke lapisan tengah, lapisan tengah ke lapisan bawah dan lapisan bawah ke lapisan atas

hingga merata (Musnamar, 2003). Proses pembalikan dilakukan dengan cara membaliknya 1 kali

(setiap 3 minggu sekali), 2 kali (setiap 2 minggu sekali), dan 3 kali (setiap 3 minggu sekali). Hasil

pembuatan pupuk kompos dianalisis akhir rasio C/N, C, N, P2O5, K2O, dan kadar air.

Pengujian Data Pupuk Kompos

Pupuk kompos yang telah dibuat kemudian diuji untuk mengetahui kualitasnya yaitu dengan

melakukan pengujian kimia antara lain rasio C/N, C, N, P2O5, K2O dan kadar air. Data yang telah

didapat dilanjutkan dengan uji keragaman data (ANOVA). Jika terdapat interaksi antar perlakuan

dilanjutkan dengan uji DMRT. Selanjutnya dilakukan uji perlakuan terbaik dari seluruh faktor

untuk mendapatkan nilai perlakuan terbaik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Bahan Baku

Bahan baku dari penelitian ini terdiri dari baglog jamur tiram, kotoran kambing, serta EM4. Data

hasil analisis bahan baku pupuk kompos disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Hasil Analisis Bahan Baku

No Parameter Nilai

1

2

3

4

5

6

Rasio C/N

C (%)

N (%)

P2O5 (%)

K2O (%)

Kadar Air (%)

24,43

28,10

1,15

1,60

1,21

56,06

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa analisis awal bahan baku memiliki rasio C/N sebesar 24,43.

Nilai tersebut telah masuk kriteria rasio C/N bahan baku kompos yang baik untuk dilakukan proses

pengomposan yaitu 20-40 (Rynk, dkk, 1992). Nilai P2O5 sebesar 1,60% dan nilai K2O 1,21% telah

berada diatas batas minimal untuk proses pengomposan, yaitu masih dibawah kadar N sebesar

0,1% (Etika, 2007). Pada analisis bahan baku diketahui kadar air sebesar 56,06%. Nilai tersebut

telah masuk dalam kriteria kadar air bahan baku kompos yang ideal. Nilai rentangan kadar air

untuk bahan baku kompos yang ideal adalah 40%-60% (Rynk, dkk, 1992; Syafira, 2012).

Rasio C/N Kompos

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai rerata rasio C/N berkisar antara 11,03%

hingga 17,26%. Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa faktor konsentrasi EM4 dan

jumlah pembalikan tidak berpengaruh nyata pada α=0,05. Analisis ragam juga menunjukkan

interaksi faktor konsentrasi EM4 dan jumlah pembalikan tidak berpengaruh nyata pada α=0,05.

Rerata rasio C/N pada perlakuan jumlah pembalikan dan penambahan konsentrasi EM4 dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata Rasio C/N

Nama Perlakuan Penambahan Konsentrasi

EM4 (%)

Jumlah Pembalikan

(Kali) Rerata Rasio C/N

E1W1

E2W1

E3W1

E1W2

E2W2

E3W2

E1W3

E2W3

E3W3

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

1

1

1

2

2

2

3

3

3

13,53

14,99

11,03

13,65

14,40

16,51

16,88

17,26

13,38

B-158

Page 4: Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Interaksi antara penambahan konsentrasi EM4 dan jumlah pembalikan pada penelitian ini

tidak berpengaruh nyata terhadap rasio C/N. Hal ini diduga bahwa banyaknya mikroorganisme

pada EM4 yang terlibat pada proses pengomposan memiliki kemampuan yang sama dalam

perombakan karbon atau nitrogen. Begitu pula jumlah pembalikan sebanyak satu hingga tiga kali

juga memberikan supplai udara yang cukup pada tumpukan bahan kompos pada proses

pengomposan. Namun demikian, rasio C/N pada penelitian ini telah sesuai dengan petunjuk SNI

19-7030-2004 ditetapkan standar untuk rasio C/N adalah 10-20. Artinya, terdapat penurunan rasio

C/N dari bahan menjadi kompos. Pupuk kompos yang baik adalah yang mengutamakan banyaknya

kandungan C sehingga dapat menghasilkan nilai rasio C/N yang rendah (Setyorini dkk, 2006).

Syaifrudin (2007) menyatakan, bahwa rasio C/N mengalami penurunan hingga mencapai rasio C/N

tanah selama proses pengomposan. Proses pengomposan juga menyebabkan CO2 menguap sebagai

hasil perombakan bahan-bahan organik yang terdapat pada bahan pupuk kompos, sehingga dengan

terpakainya C maka terjadi penurunan pada rasio C/N.

Karbon (C) Kompos

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai rerata kandungan C berkisar antara

16,67% hingga 30,03%. Analisis ragam menunjukkan interaksi faktor konsentrasi EM4 dan jumlah

pembalikan tidak berpengaruh nyata pada α=0,05. Namun berdasarkan uji BNT, diketahui bahwa

faktor konsentrasi EM4 dan faktor jumlah pembalikan berpengaruh nyata pada α=0,05. Rerata

kandungan C pada perlakuan jumlah pembalikan dan penambahan konsentrasi EM4 dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata Kandungan Karbon (C)

Nama

Perlakuan

Penambahan Konsentrasi

EM4 (%)

Jumlah Pembalikan

(Kali)

Rerata Nilai C

(%)

E1W1

E2W1

E3W1

E1W2

E2W2

E3W2

E1W3

E2W3

E3W3

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

1

1

1

2

2

2

3

3

3

19,73

23,75

16,67

18,18

23,73

18,70

25,24

30,03

24,29

Interaksi antara jumlah pembalikan dan penambahan konsentrasi EM4 pada penelitian ini

tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan C. Diduga ketersedian bahan yang tidak jauh berbeda

satu sama lain, sehingga kandungan karbon pada tiap-tiap perlakuan tidak jauh berbeda juga. Selain

itu, selama proses pengomposan kandungan C juga mengalami penurunan hingga nilai rasio C/N

pada rentangan 10-20. Apabila imbangan rasio C/N sudah mencapai angka 10-20, artinya proses

dekomposisi sudah mencapai tingkat akhir atau pupuk kompos sudah matang (Simamora, 2006).

Hal ini didukung oleh pernyataan Jurgens (1997), konsentrasi total C-organik turun secara bertahap

selama pengomposan. Namun demikian kandungan C pada penelitian ini telah sesuai dengan

petunjuk SNI 19-7030-2004 ditetapkan standar untuk kandungan C sebesar 9,80% - 32%.

Nitrogen (N) Kompos

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai rerata kandungan N berkisar antara 1,14%

hingga 1,82%. Analisis ragam menunjukkan interaksi faktor konsentrasi EM4 dan jumlah

pembalikan berpengaruh nyata pada α=0,05. Rerata kandungan N pada perlakuan jumlah

pembalikan dan penambahan konsentrasi EM4 dapat dilihat pada Tabel 4.

Interaksi antara jumlah pembalikan dan penambahan konsentrasi EM4 pada penelitian ini

berpengaruh nyata terhadap kandungan N. Dari data tersebut diketahui bahwa pada perlakuan

untuk semua konsentrasi EM4, dan jumlah pembalikan diketahui kandungan N meningkat seiring

dengan tingginya kadar EM4. Hal ini diduga karena meningkatnya populasi bakteri

Rhodopseudomonas sp. yang terdapat pada EM4 yang beraktivitas mengikat nitrogen bebas.

Menurut Buckman (1982), bahan organik sumber nitrogen yaitu protein yang pertama-tama akan

B-159

Page 5: Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

mengalami peruraian oleh mikroorganisme menjadi asam-asam amino, selanjutnya oleh sejumlah

besar mikroba heterofik mengurai menjadi amonium yang dikenal sebagai proses amonifikasi.

Pada jumlah pembalikan 2 kali (2 minggu sekali) dengan variasi penambahan EM4 0,2%, terdapat

perbedaan yang signifikan dibandingkan perlakuan lainnya. Diduga ketika proses pengomposan

maupun ketika proses pembalikan berlangsung pupuk kehilangan unsur N dalam bentuk NH3 yang

menguap di udara. Siburian (2008) menyatakan, bahwa penurunan nilai N disebabkan karena

pengaruh metabolisme sel yang mengakibatkan nitrogen terasimilasi dan hilang melalui volatilisasi

(hilang di udara bebas) sebagai amoniak. Berdasarkan petunjuk SNI 19-7030-2004 ditetapkan

standar untuk kandungan N adalah lebih dari 0,40%, sehingga kandungan N pada perlakuan

penelitian ini telah memenuhi standar SNI.

Tabel 4. Rerata Kandungan Nitrogen (N)

Nama Perlakuan Penambahan

Konsentrasi EM4 (%)

Jumlah

Pembalikan (Kali) Rerata Nilai N (%)

E1W1

E2W1

E3W1

E1W2

E2W2

E3W2

E1W3

E2W3

E3W3

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

1

1

1

2

2

2

3

3

3

1,45b

1,58b

1,51bc

1,34c

1,66a

1,14d

1,50bc

1,74a

1,82a

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata pada α=0,05

Fosfor (P2O5) Kompos

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai rerata kandungan P2O5 berkisar antara

1,12% hingga 2,13%. Analisis ragam menunjukkan interaksi faktor konsentrasi EM4 dan jumlah

pembalikan berpengaruh nyata pada α=0,05. Rerata kandungan P2O5 pada perlakuan jumlah

pembalikan dan penambahan konsentrasi EM4 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rerata Kandungan Fosfor (P2O5)

Nama Perlakuan Penambahan Konsentrasi

EM4 (%)

Jumlah

Pembalikan (Kali)

Rerata Nilai

P2O5 (%)

E1W1

E2W1

E3W1

E1W2

E2W2

E3W2

E1W3

E2W3

E3W3

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

1

1

1

2

2

2

3

3

3

1,37bc

2,13a

1,33bc

1,19c

1,19c

1,60b

1,12c

1,35bc

1,42bc

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata pada α=0,05

Interaksi antar perlakuan pada penelitian ini berpengaruh nyata terhadap kandungan P2O5.

Kondisi pengomposan yang kekurangan oksigen serta konsentrasi penambahan EM4 sangat

berpengaruh pada kandungan P2O5, dimana konsentrasi EM4 yang lebih tinggi cenderung memiliki

kandungan P2O5 yang tinggi. Pada perlakuan jumlah pembalikan 1 kali (3 minggu sekali) dan

penambahan konsentrasi EM4 0,1% diketahui memiliki kandungan P2O5 yang paling tinggi. Hal ini

diduga karena dengan semakin sedikitnya jumlah pembalikan, maka dapat mempertahankan kadar

air pada perlakuan tersebut (65,04%) yang menyebabkan udara sulit untuk masuk. Dari data

tersebut diketahui semakin sering dilakukan pembalikan maka kandungan P2O5 cenderung semakin

kecil, hal ini diduga interaksi bakteri Lactobacillus yang merupakan bakteri anaerob fakultatif.

Sehingga semakin banyaknya pembalikan yang merupakan proses memasukkan udara (aerob)

secara merata dapat menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Selain itu meningkatnya

B-160

Page 6: Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

kandungan P2O5 disebabkan bakteri proteolitik yang terdapat pada EM4 mampu merombak protein

pada bahan baku kompos menjadi asam amino. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Subagyo

dan Setyati (2012), bakteri proteolitik memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim protease

yang disekresikan ke lingkungan. Enzim proteolitik ekstraseluler bekerja menghidrolisis senyawa

bersifat protein menjadi oligopeptida, peptida rantai pendek dan asam amino. Hal tersebut

menyebabkan fosfat yang terikat dalam rantai panjang akan larut dalam asam organik yang

dihasilkan oleh bakteri pelarut fosfor. Berdasarkan petunjuk SNI 19-7030-2004 ditetapkan standar

untuk kandungan P2O5 adalah lebih dari 0,10%, sehingga kandungan P2O5 pada perlakuan

penelitian ini telah memenuhi standar SNI.

Kalium (K2O) Kompos

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai rerata kandungan K2O berkisar antara 2,13%

hingga 2,87%. Analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi faktor konsentrasi EM4 dan jumlah

pembalikan berpengaruh nyata pada α=0,05. Rerata kandungan K2O pada perlakuan jumlah

pembalikan dan penambahan konsentrasi EM4 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rerata Kandungan Kalium (K2O)

Nama Perlakuan Penambahan

Konsentrasi EM4 (%)

Jumlah

Pembalikan (Kali)

Rerata

Nilai K2O (%)

E1W1

E2W1

E3W1

E1W2

E2W2

E3W2

E1W3

E2W3

E3W3

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

1

1

1

2

2

2

3

3

3

2,22bc

2,72a

2,28bc

2,43bc

2,27bc

2,87a

2,13c

2,46bc

2,34bc

Keterangan: Notasi yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata pada α=0,05

Interaksi antar perlakuan menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan konsentrasi EM4,

maka kandungan K2O semakin tinggi pula. Hal ini diduga karena aktivitas metabolisme mikroba,

sehingga terjadi proses perombakan pada saat pengomposan berlangsung. Kalium merupakan

senyawa yang dihasilkan oleh metabolisme bakteri, dimana bakteri menggunakan ion-ion K+ bebas

yang ada pada bahan pembuat pupuk untuk keperluan metabolisme, sehingga kalium akan

meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah bakteri yang ada pada pupuk (Amanillah, 2011).

Secara umum rerata kandungan K2O pupuk kompos mengalami peningkatan dibandingkan dengan

rerata kandungan K2O pada bahan baku (Tabel1), hal ini diduga karena oksigen yang dibutuhkan

mikroorganisme selama proses pembalikan tercukupi. Menurut Amanah (2012), pembalikan

dilakukan untuk memberikan suplai udara bagi aktifitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan

organik yang juga berfungsi dalam pengaturan temperatur dan kelembaban. Hal ini juga didukung

oleh pernyataan Musnamar (2003), proses pengomposan dipengaruhi banyak faktor salah satunya

ialah proses pembalikan atau pengadukan. Karena melalui pengadukan dapat tercipta udara

dibagian timbunan, sehingga proses penguraian berlangsung merata.

Kadar Air Kompos

Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan nilai rerata kadar air berkisar antara 41,30%

hingga 65,04%. Analisis ragam menunjukkan interaksi faktor konsentrasi EM4 dan jumlah

pembalikan berpengaruh nyata pada α=0,05. Rerata kadar air pada perlakuan jumlah pembalikan

dan penambahan konsentrasi EM4 dapat dilihat pada Tabel 7.

Interaksi antar perlakuan baik jumlah pembalikan maupun penambahan konsentrasi EM4

menunjukkan perbedaan yang signifikan, sehingga perlakuan pada penelitian ini berpengaruh nyata

terhadap kadar air. Hal ini diduga karena proses pembalikan yang menyebabkan proses penguapan

air terjadi. Pada jumlah pembalikan 1 kali (3 minggu sekali) cenderung memiliki kadar air yang

lebih besar, dikarenakan kurangnya udara yang masuk pada perlakuan tersebut. Hal yang

sebaliknya terjadi pada jumlah pembalikan 1 minggu sekali yang cenderung memiliki kadar air

yang lebih rendah. Angin mempengaruhi proses penguapan, semakin kencang angin bertiup

B-161

Page 7: Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

semakin tinggi penguapan (Handayani, 2009). Selain itu diduga masuknya udara menyebabkan

oksigen yang dibutuhkan mikroba selama proses pengomposan terpenuhi. Proses pembalikan

timbunan bahan dimaksudkan agar tercipta aerasi pada pupuk selama proses dekomposisi

berlangsung, sehingga pasokan oksigen yang sangat dibutuhkan dan berguna bagi aktivitas mikroba

terpenuhi (Setyorini, dkk, 2003).

Kadar air tetap berada dikisaran bahan kompos yang baik tidak terlalu tinggi dan tidak

terlalu rendah yaitu 40%-65%, sehingga aktivitas mikroorganisme pada kompos tetap berjalan

dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sundberg dan Jonsson (2008), apabila keadaan

kadar air yang rendah aktivitas mikroorganisme akan terhambat atau terhenti sama sekali,

sedangkan kadar air pada yang tinggi pengomposan akan berjalan secara anaerobik dan akan

menyebabkan timbulnya bau busuk. Berdasarkan petunjuk SNI 19-7030-2004 pada jumlah

pembalikan 3 kali (1 minggu sekali) seluruh variasi penambahan konsentrasi EM4 0%, 0,1%

maupun 0,2% telah sesuai dengan standar SNI yaitu kadar air tidak lebih dari 50%, sehingga

diduga karena pembalikan yang lebih sering menyebabkan proses penguapan air oleh udara.

Tabel 7. Rerata Kadar Air

Nama

Perlakuan

Penambahan

Konsentrasi EM4 (%)

Jumlah

Pembalikan (Kali)

Rerata

Kadar Air (%)

E1W1

E2W1

E3W1

E1W2

E2W2

E3W2

E1W3

E2W3

E3W3

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

0

0,1

0,2

1

1

1

2

2

2

3

3

3

55,97cd

65,04a

57,39c

46,01f

62,90b

52,80d

48,54ef

41,30g

48,54e

Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan berpengaruh nyata pada α=0,05

Pemilihan Perlakuan Terbaik

Berdasarkan hasil pengujian yang terbaik dengan menggunakan metode Multiple Atribute,

yaitu dengan menghitung nilai galat dan nilai L minimumnya dengan menetapkan rasio C/N, nilai

C, N,P2O5, K2O, dan kadar air sebagai nilai idealnya. Dari perhitungan tersebut diperoleh perlakuan

terbaik pada pupuk kompos E3W3 dengan perlakuan penambahan konsentrasi EM4 0,2% dan

jumlah pembalikan 3 kali (1 minggu sekali). Pada perlakuan ini diperoleh nilai rasio C/N 13,38,

nilai kandungan C 24,29%kandungan N 1,82%, kandungan P2O51,42%, kandungan K2O 4,44%,

dan nilai kadar air 48,54%. Rasio C/N, kandungan C, N, P2O5, K2O, dan kadar air pupuk kompos

yang dihasilkan dalam penelitian ini telah sesuai dengan SNI 19-7030-2004. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Pupuk Kompos pada Perlakuan Terbaik

Parameter Pupuk Kompos Kualitas Pupuk Organik (SNI) Keterangan

C/N

C (%)

N (%)

P2O5(%)

K2O(%)

Kadar Air (%)

13,38

24,29

1,82

1,42

4,44

48,54

10-20

9,80-32

0,40

0,10

0,20

50

-

-

Minimum

Minimum

Minimum

Maksimum

B-162

Page 8: Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

KESIMPULAN

Penambahan konsentrasi EM4 dan jumlah pembalikan terbaik ditinjau dari nilai rasio C/N, C, N,

P2O5, K2O, dan kadar air yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), terdapat pada

perlakuan E3W3 yaitu penambahan konsentrasi EM4 0,2% dan jumlah pembalikan 3 kali (1

minggu sekali), dengan nilai rasio C/N 13,38, kandungan C 24,29%, kandungan N 1,82%,

kandungan P2O5 1,42%, kandungan K2O 4,44%, dan kadar air 48,54%.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pertanian RI. 2012. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat

Jenderal Hortikultura TA. Jakarta

Abbas, S.D. dan Djarijah, N.M. 2001. Budi Daya Jamur Tiram, Pembibitan, Pemeliharaan dan

Pengendalian Hama-Penyakit. Kanisius. Yogyakarta

Amanah, F. 2012. Pengaruh Pengadukan dan Komposisi Bahan Kompos Terhadap Kualitas

Kompos Campuran Tinja. Skripsi. Program Studi Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik.

Universitas Indonesia. Depok

Amanillah, Z. 2011. Pengaruh Konsentrasi EM4 pada Fermentasi Urin Sapi Terhadap

Konsentrasi N, P, dan K. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya.

Malang

Apriadji, W.H. 2002. Memproses Sampah. Penebar Swadaya. Jakarta

Buckman, H. 1982. The Nature and Properties of Soil. McMillan Company. New York

Etika, Y.V. 2007. Pengaruh Pemberian Kompos Kulit Kopi, Kotoran Ayam dan Kombinasinya

Terhadap Ketersediaan Unsur N, P, dan K pada Inceptisol. Skripsi. Jurusan Tanah.

Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang

Fitria, Y. 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri Perikanan

Menggunakan Asam Asetat dan M (Effective Microorganisme 4). IPB. Bogor.

Handayani, N. 2009. Buku Kantong Biologi SMA. Pustaka Widyatama. Yogyakarta

Hartatik, W. dan Widowati, L.R. 2006. Pupuk Kandang, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor

Jurgens, R. 1997. Membuat, Menjual, dan Menerapkan, Inilah Era Baru Kompos Pertanian.

BioCycle. 38(35): 89-101

Musnamar, E. 2003. Pupuk Organik: Cair dan Padat, Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.

Jakarta

Rynk, R., Kamp, M.V.D., Wilson, G.B., Richard, T.L., Kolega J.J., Gouin F.R., Laliberty, L., Kay,

D., Murphy, D.W., Hoitink, H.A.J., dan Brinton, W.F. 1992. On-farm Composting

Handbook. Northeast Regional Agricultural Engineering Service, U.S. Department of

Agriculture. Ithaca

Setyorini, D., Saraswati, R., dan Anwar, E.K. 2006. Kompos, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Bogor

Siburian, R. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Kimia

Kompos. Bumi Lestari. 8(1): 1-15

Simamora, S. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. AgroMedia Pustaka. Depok

Subagiyo dan Setyati. 2012. Isolasi dan Seleksi Bakteri Penghasil Enzim Ekstraseluler (proteolitik,

amilolitik, lipolitik dan selulolitik) yang Berasal dari Sedimen Kawasan Mangrove. Jurnal

Ilmu Kelautan, 17 (3): 164-168

Sundberg, C. dan Jonsson, H. 2008. Higher pH and Faster Decomposition in Biowaste Composting

by Increased Aeration. Waste Manage. 28(3): 518-526

Syafira, L.I. 2012. Pembuatan Pupuk Bokashi Dari Limbah Organik dan Analisis Kandungan

Unsur Nitrogen, Karbon, Fosfor, dan Kalium. UNIMED Library. Medan

B-163

Page 9: Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram dan Kotoran Kambing ...tip.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/B156-B164-Nur... · menyerupai potongan kayu ... Bag log jamur terdiri dari

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

ISBN: 978-602-7998-92-6

Syaifrudin, B. Z. 2007. Pengomposan Limbah Teh Hitam Dengan Penambahan Kotoran Kambing

Pada Variasi yang Berbeda Dengan Menggunakan Starter EM4 (Effective Microorganism-

4). Jurnal Teknik. 28(2): 125-131

Tombe, M. dan Sipayung, H. 2010. Kompos Biopestisida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Wiardani, I. 2010. Budidaya Jamur Konsumsi. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

B-164