Upload
dangcong
View
234
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PEMANFAATAN MUSEUM MISI MUNTILAN
SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
Erza Setiana Sirait
131314057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PEMANFAATAN MUSEUM MISI MUNTILAN
SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh :
Erza Setiana Sirait
131314057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk :
1. Tuhan Yesus.
2. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Hisar Sirait dan Ibu Nurhanah), tiada kata
dan tindakan yang mampu membalas semua kasih sayang, doa, dan perhatian
kepadaku.
3. Keempat saudara kandungku (Abang Hilton, Ira, Kenedy, dan David).
4. Teman-teman dan sahabatku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Diberkati orang yang mengadalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada
Tuhan! (Yeremia 17:7)
Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak.
(Albert Einstein)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya mengatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Juli 2017
Penulis
Erza Setiana Sirait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMISI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Erza Setiana Sirait
Nomor Mahasiswa : 131314057
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PEMANFAATAN MUSEUM MISI MUNTILAN SEBAGAI SUMBER
BELAJAR SEJARAH
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk perangkat data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 18 Juli 2017
Yang menyatakan
(Erza Setiana Sirait)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PEMANFAATAN MUSEUM MISI MUNTILAN
SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH
Erza Setiana Sirait
131314057
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) latar belakang
berdirinya Museum Misi Muntilan, (2) koleksi yang ada di Museum Misi
Muntilan, (3) kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan, (4)
pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah.
Jenis penelitian yang digunakan deskripsi kualitatif dengan menggunakan
metode studi kasus. Informan dalam penelitian ini adalah pengelola, guru dan
pengunjung Museum Misi Muntilan yang dipilih menggunakan teknik purposive
sampling dan dikembangkan dengan teknik snowball sampling. Pengumpulan
data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis
data dilakukan secara deskriptif analitis.
Hasil penelitian menunjukkan : (1) Berdirinya Museum Misi Muntilan
dilatarbelakangi oleh pertimbangan historis yaitu Muntilan merupakan tempat
berkembangnya karya misi di Jawa khususnya untuk Keuskupan Agung
Semarang. (2) Koleksi yang ada Museum Misi Muntilan beraneka ragam yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah. (3) Kegiatan edukasi yang
diadakan di museum ini berkaitan dengan kegiatan pendampingan pengunjung
dan rekoleksi. (4) Museum Misi Muntilan dapat menjadi alternatif pembelajaran
di luar kelas melalui kunjungan ke museum yang dapat menumbuhkan rasa cinta
Tanah Air dan menghargai warisan budaya bangsa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
UTILIZATION OF MUSEUM MISI MUNTILAN
AS A SOURCE OF HISTORY LEARNING
Erza Setiana Sirait
131314057
This research aims to describe: (1) the background of the establishment of
Museum Misi Muntilan, (2) the existing collections in the Museum Misi
Muntilan, (3) educational activities available in the Museum Misi Muntilan, and
(4) the utilization of the Museum Misi Muntilan as a source of historical learning.
The method of this research is qualitative with case study methods. The
participants are managers, teachers and visitors of the Museum Misi Muntilan.
They are selected by using purposive sampling technique and developed by
snowball sampling technique. The data of the research is collected through
observation, documentation and interview. The technique of the data analysis is
descriptive analysis.
The result of the research shows the following. First, the establishment of
the Museum Misi Muntilan is based on historical considerations in which
Muntilan is the site of work mission in Java especially for Semarang archdiocese.
Second, the existing collections of the Museum Misi Muntilan is diverse that can
be used as a source of historical learning. Third, the Educational activities have
undertaken in this museum are related to the visitors’ assistances and the
recollection activities. Fourth, visiting the museum is one of the learning
resources as an alternative learning outside the classroom through visitors will
have a sense of love of the homeland and will appreciate the cultural heritage of
the nation.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
Maha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya dan anugerah-Nya, skripsi yang
berjudul Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah
dapat tersusun dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu prasyarat yang
harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Pendidikan
Sejarah, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ignantius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini dan dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini dan dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Drs. S. Adisusilo J. R., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik
(DPA) yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis.
6. Seluruh dosen Prodi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu dan
didikan kepada penulis selama menempuh studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang selalu sabar dan
telaten memberikan pelayanan dan administrasi kepada penulis.
8. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Hisar Sirait dan Ibu Nurhanah), tiada
kata dan tindakan yang mampu membalas semua kasih sayang, doa, dan
perhatian kepadaku.
9. Keempat saudara kandungku (Abang Hilton, Ira, Kenedy,dan David) yang
memberikan semangat sekaligus doa.
10. Teman-teman angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas
Sanata Dharma yang selalu mendukung dan memberi semangat untuk
mengerjakan skripsi.
11. Semua pihak yang memberikan dukungan, bimbingan, bantuan, serta
motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi
lebih baik, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 26 Juli 2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUAN PUBLIKASI ............................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori .................................................................................................. 7
1. Museum..................................................................................................... 7
2. Misi ......................................................................................................... 13
3. Museum Misi Muntilan........................................................................... 18
4. Sumber Belajar........................................................................................ 23
5. Belajar Sejarah ........................................................................................ 27
B. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 35
C. Sumber Data ................................................................................................ 36
D. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 36
E. Instrumen Pengumpulan Data...................................................................... 39
F. Teknik Sampling .......................................................................................... 40
G. Validitas Data .............................................................................................. 41
H. Analisis Data ................................................................................................ 44
I. Sistematika Penulisan .................................................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................................ 48
B. Hasil Penelitian ........................................................................................... 51
1. Latar Belakang Berdirinya Museum ...................................................... 51
2. Koleksi yang Ada di Museum Misi Muntilan ........................................ 59
3. Kegiatan Edukasi yang Ada di Museum Misi Muntilan ........................ 64
4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah 70
C. Pembahasan ................................................................................................ 81
1. Latar Belakang Berdirinya Museum ...................................................... 81
2. Koleksi yang Ada di Museum Misi Muntilan ........................................ 87
3. Kegiatan Edukasi yang Ada di Museum Misi Muntilan ........................ 91
4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar ............ 96
Sejarah
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 106
B. Saran ......................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 110
LAMPIRAN ...................................................................................................... 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian...................................................................................... 36
Tabel 2. Daftar Koleksi Museum Peruangan ......................................................... 60
Tabel 3. Data Pengunjung Museum Misi Muntilan ............................................. 68
Tabel 4. Kesan Data Pengunjung Museum Misi Muntilan Tahun 2016 ................ 72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ....................................................... 25
Gambar II. Kerangka Pikir ................................................................................... 33
Gambar III. Teknik Analisi Data Model Miles dan Huberman ............................ 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Observasi Museum ................................................................................ 114
Lembar Pengamatan Dokumen ........................................................................... 115
Data Dokumen .................................................................................................... 116
Kisi-kisi Wawancara ........................................................................................... 117
Lembar Wawancara Pengunjung, Guru dan Pengelola Museum Misi Muntilan 118
Daftar Narasumber .............................................................................................. 120
Catatan Lapangan 1 ............................................................................................. 121
Catatan Lapangan 2 .............................................................................................. 123
Catatan Lapangan 3 .............................................................................................. 126
Catatan Lapangan 4 .............................................................................................. 134
Catatan Lapangan 5 .............................................................................................. 136
Catatan Lapangan 6 .............................................................................................. 138
Catatan Lapangan 7 .............................................................................................. 144
Catatan Lapangan 8 .............................................................................................. 146
Catatan Lapangan 9 .............................................................................................. 148
Catatan Lapangan 10 ............................................................................................ 151
Catatan Lapangan 11 ............................................................................................ 153
Catatan Lapangan 12 ............................................................................................ 155
Catatan Lapangan 13 ............................................................................................ 158
Catatan Lapangan 14 ............................................................................................ 160
Dokumentasi Wawancara..................................................................................... 162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Silabus .................................................................................................................. 167
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................... 180
Surat Izin ............................................................................................................. 186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Museum dan benda-benda sejarah adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, museum
merupakan bangunan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan, merawat
benda-benda yang mempunyai nilai tertentu, seperti nilai sejarah, seni, dan
budaya.1 Museum bukan sekedar sebagai tempat menyimpan dan merawat benda-
benda yang memiliki nilai sejarah, tetapi museum didirikan untuk pelestarian dan
pengembangan warisan budaya dalam rangka persatuan dan peradaban bangsa.
Setiap daerah atau negara sebaiknya harus memiliki museum. Museum
merupakan tempat yang mewakili kita untuk mengenal dan memahami sejarah
yang kita miliki, sehingga siapapun dari kita dapat mengerti peradaban suatu
bangsa. Oleh karena itu, museum bukan hanya sebagai sarana menyimpan benda-
benda, tetapi juga dapat digunakan sebagai sumber belajar.
Walaupun museum tidak menjadi bagian dari sistem pembelajaran yang
dilembagakan, namun hubungan dengan pembelajaran telah erat sejak lama.2
Museum merupakan tempat atau wadah yang sangat baik untuk mengembangkan
imajinasi peserta didik. Museum merupakan sumber belajar yang sangat tepat
untuk mengembangkan imajinasi peserta didik. Akan tetapi, masih banyak
masyarakat, termasuk lembaga pendidikan, yang memandang museum sebagai
1 Piter Salim dan Yenny Salim , Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern English
Press, 1991, hlm. 235. 2 Schouten, Pengantar Didaktif Museum, Jakarta : Proyek Pembinaan Museum Jakarta, 1991,
hlm. 69.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
tempat menyimpan dan memelihara benda-benda peninggalan sejarah serta
menjadi sebuah gedung penghias kota. Akibatnya, masyarakat malas untuk
mengunjungi museum karena mereka menganggap museum sebagai tempat yang
kuno. Untuk itu, museum harus mengubah persepsi masyarakat umum sebagai
suatu bangunan yang membuat orang betah, nyaman dan mau mengunjunginya.3
Jika semua masyarakat mempunyai waktu untuk menikmati dan mencoba
memahami makna yang terkandung dalam setiap benda yang dipamerkan, maka
setiap masyarakat akan mengerti tentang warisan budaya yang dimiliki suatu
bangsa.
Dalam pendidikan sejarah, museum sangat erat hubungannya dengan
peninggalan sejarah. Museum merupakan tempat atau wadah yang digunakan
untuk meneliti benda-benda yang memiliki nilai sejarah. Oleh karena itu,
museum merupakan tempat yang cocok untuk mengasah keingintahuan
mahasiswa, peserta didik, maupun masyarakat umum dalam proses mengamati,
mencatat dan mendengar informasi yang diperoleh dari pengelola museum.
Informasi yang didapat akan menjadi sumber belajar baru bagi peserta didik.
Selain itu, masyarakat juga akan memiliki wawasan baru dalam menjawab dan
mendeskripsikan suatu temuan baru yang mereka lihat sendiri.
Beragam koleksi yang dimiliki museum dapat dimanfaatkan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Koleksi-koleksi museum merupakan sarana
utama yang harus ada dalam museum, di mana koleksi yang ada dijadikan sebuah
wadah untuk mengenal dan belajar mengenai kehidupan suatu bangsa. Sebagai
3 Ibid., hlm. 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
wadah pembelajaran, museum menjadi salah satu lembaga pendidikan non-
formal4 yang sangat cocok digunakan untuk siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa
dan masyarakat umum karena koleksi-koleksi yang ada memiliki nilai sejarah
yang cukup beragam. Koleksi-koleksi yang cukup beragam ini sangat cocok untuk
dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Selama ini pembelajaran sejarah di sekolah kurang begitu diminati oleh
peserta didik. Peserta didik jenuh dengan pembelajaran yang hanya di dalam
kelas. Oleh karena itu, pembelajaran sejarah akan lebih menarik jika sekali-kali
siswa diajak untuk keluar dari kebiasan selama ini yaitu berada di dalam kelas.
Peserta didik dapat diajak ke berbagai tempat sejarah yang dapat mengasah
kreativitas dan berpikir kritis siswa, seperti ke candi, monumen, museum dan lain-
lain. Sebagai salah satu tempat sejarah, museum merupakan salah satu tempat
yang cocok untuk belajar sejarah.
Sumber belajar sejarah di sini tidak hanya untuk anak sekolah, tetapi juga
untuk mahasiswa yang memanfaatkannya untuk pembelajaran, seperti mahasiswa
pendidikan sejarah Universitas Sanata Dharma dalam mata kuliah Sejarah Gereja
dan juga untuk masyarakat umum di mana mereka dapat memanfaatkan koleksi-
koleksi yang memiliki nilai sejarah sebagai sumber belajar untuk mengenal agama
Katolik di Indonesia. Di Muntilan sendiri, terdapat sebuah museum yang sangat
cocok digunakan sebagai salah satu sumber belajar sejarah yaitu Museum Misi
Muntilan. Museum Misi Muntilan menyajikan koleksi atau peristiwa masa lampau
4 Amir Sutaarga, Studi Museologia, Jakarta : Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, 1991, hlm.
63.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pada masa kini dan sekaligus menjadikan peristiwa sejarah sebagai dasar yang
kokoh untuk membangun masa depan.
Peserta didik maupun mahasiswa dapat mengamati beberapa benda koleksi
yang ada di museum untuk digunakan sebagai sumber belajar sejarah. Melalui
kunjungan ke objek sejarah secara langsung, peserta didik maupun mahasiswa
akan memiliki pemahaman bahwa belajar sejarah tidak selalu harus di dalam
kelas, tetapi juga bisa di luar kelas. Ketika peserta didik diajak keluar maka dapat
membuka wawasan pengetahuan baru mengenai sejarah. Oleh karena itu,
keberadaan Museum Misi Muntilan penting bagi dunia pendidikan, sehingga
Museum Misi Muntilan dapat menjadi salah satu sumber belajar.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian dengan judul “Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber
Belajar Sejarah”. Harapannya hasil penelitian ini dapat menjadi satu alternatif
yang dapat digunakan sekolah untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan?
2. Apa saja koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan?
3. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan?
4. Bagaimana pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan
2. Mendeskripsikan koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan
3. Mendeskripsikan kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan
4. Menjelaskan pemanfaatan museum bagi sumber belajar sejarah
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi universitas,
penulis, guru, pengelola museum dan masyarakat dengan uraian sebagai berikut :
1. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk bahan kajian
penulis dalam penulisan karya tulis maupun artikel dan memberikan
pemahaman baru mengenai pentingnya museum bagi kehidupan kita.
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis tentang
pentingnya museum sebagai sumber belajar sejarah.
3. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan para guru tentang
pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah. Hasil penelitian ini juga
dapat dijadikan evaluasi tentang cara mengatasi kebosanan saat pembelajaran
berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
4. Bagi Pengelola Museum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar museum dapat
semakin dikembangkan sebagai sumber belajar sejarah bagi masyarakat pada
umumnya dan untuk pembelajaran khususnya di sekolah.
5. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong minat masyarakat untuk
datang berkunjung ke museum dan mengenalkan kepada masyarakat
mengenai sejarah dan peninggalan yang berkaitan dengan Agama Katolik dan
Keuskupan Agung Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Museum
a. Pengertian Museum
Museum berasal dari kata muze, yang oleh orang-orang Yunani klasik
diartikan sebagai kumpulan sembilan dewi perlambang ilmu dan kesenian.
Kesembilan dewi muze itu, sebagai anak Zeus, dewa utama dalam pantheon
Yunani klasik, yang di jadikan lambang pelengkap pemujaan manusia terhadap
agama dan ritual yang ditunjukan kepada Zeus (secara ethimologis, kata Zeus
berkaitan dengan arti kata deos, dewa dan theo= Tuhan), ini tidak berarti bahwa di
luar dunia peradaban Barat, tidak terdapat pusat atau lambang kesenian dan ilmu
pengetahuan.5
Berdasarkan asal usul kata dan sejarahnya, museum merupakan sebuah
lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
perkembangannya terbuka untuk umum, yang bertugas merawat, mengumpulkan,
melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan dan memamerkan warisan sejarah
kemanusiaan yang berwujud benda, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan
hiburan.6 Dalam kegiatan pendidikan museum mampu memberikan pengetahuan
tambahan kepada masyarakat umum mengenai koleksi-koleksi yang dipamerkan
di dalam museum, sehingga setiap masyarakat umum bahkan peserta didik dapat
memahami budaya serta warisan yang dimiliki bangsanya.
5 Amir Sutaarga, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 17. 6 Schouten, op.cit, hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
b. Koleksi Museum
Koleksi museum adalah semua jenis benda material hasil budaya manusia,
alam, dan lingkungan yang disimpan dalam museum dan mempunyai nilai bagi
pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan teknologi serta
kebudayaan. Dalam pengumpulan berbagai benda yang akan dijadikan koleksi
museum, baik berupa benda asli (realita) ataupun tidak asli (replika). Pengadaan
koleksi dapat dilakukan dengan cara (1) hibah (hadiah atau sumbangan); (2)
titipan; (3) pinjaman; (4) tukar menukar dengan museum lain; (5) hasil temuan
(dari hasil survei, ekskavasi, atau sitaan); dan (6) imbalan jasa (pembelian dari
hasil penemuan atau warisan).7
Koleksi museum merupakan syarat mutlak dan roh dalam sebuah museum,
maka persyaratan sebuah benda menjadi koleksi, antara lain (1) memiliki nilai
sejarah (termasuk nilai estetika); (2) dapat diidentifikasikan mengenai bentuk,
tipe, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk
biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk benda alam); (3)
harus dijadikan dokumen, yang nantinya dapat digunakan sebagai penelitian
ilmiah; (4) unik, merupakan benda-benda yang memiliki ciri khas tertentu bila
dibandingkan dengan benda-benda yang sejenis; (5) Hampir punah dan langka
merupakan benda yang sulit ditemukan. 8
c. Jenis Museum
Menurut jenis koleksi yang ada di museum, pada tahun 1971 Direktorat
Permuseuman mengelompokkan museum menurut jenis koleksi. Ketika itu,
7 Direktorat Museum, Pengelolaan Koleksi Museum, Jakarta, 2007, hlm 4.
8 Direktorat Museum, op.cit, hlm 5-6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
dikenal tiga jenis museum yaitu Museum Umum, Museum Khusus dan Museum
Lokal. Pada tahun 1975, pengelompokan tersebut diubah menjadi Museum
Umum, Museum Khusus dan Museum Pendidikan. Pada tahun 1980,
pengelompokan itu disederhanakan lagi menjadi Museum Umum dan Museum
Khusus. Berdasarkan tingkat kedudukannya, Direktorat Permuseuman
mengelompokkan lagi Museum Umum dan Museum Khusus menjadi Museum
Tingkat Nasional, Museum Tingkat Regional (Propinsi), dan Museum Tingkat
Lokal (Kodya/Kabupaten).9
Berdasarkan Rencana Peraturan Pemerintah (RPP), jenis museum dibagi
menjadi 4 yaitu :10
1) Museum Umum
Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan
bukti material manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan berbagai cabang
seni, disiplin ilmu, dan teknologi. Contohnya : Museum Indonesia di TMII,
Museum Nasional.
2) Museum Sejarah
Museum sejarah adalah museum yang mencakup pengetahuan sejarah dan
kaitannya dengan masa kini dan masa depan. Beberapa di antara museum tersebut
memiliki benda koleksi yang sangat beragam, mulai dari dokumen, artefak dalam
berbagai bentuk benda sejarah yang terkait dengan event kesejarahan.11
9Tjahjopurnomo, Sejarah Permuseuman di Indonesia, Jakarta: Direktorat Permuseuman,
Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011,
hlm. 30. 10
Kemendikbud,2017,Cagarbudaya,(http.kemdikbud.go.id/regmus/index.php/public/…/RPP-
Tentang-Museum), diakses 21 April 2017. 11
Wikipedia, 2017, Museum, (https://id.wikipedia.org/wiki/Museum), diakses 21 April 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Contohnya : Museum Sangiran, Museum Benteng Vredeburg, Museum Fatahila,
Museum Konferensi Asia Afrika, Museum Misi Muntilan,dan Museum
Kebangkitan Nasional.
3) Museum Seni
Museum seni adalah museum yang memberikan sebuah ruang untuk
pameran seni, biasanya merupakan seni visual, dan biasanya terdiri dari lukisan,
ilustrasi, dan patung. Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak
dipamerkan di dinding, akan tetapi diletakkan di ruang khusus. Contohnya :
Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Affandi, Museum Batik Danar Hadi,
Museum House of Sampoerna, Museum Puri Lukisan, Museum Seni Agung Rai,
dan Museum Wayang.
4) Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Museum ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan museum yang
koleksinya terdiri dari berbagai jenis ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
diciptakan. Contohnya : Museum PP Iptek, Museum Telekomunikasi, Museum
Listrik dan Energi Baru, Museum Transportasi, Museum Minyak dan Gas, dan
Museum Geologi Bandung.
d. Fungsi Museum
Museum memiliki 4 fungsi, antara lain:12
1) Fungsi Edukatif dan Akademik
Museum berfungsi sebagai wahana pendidikan, sarana membagi
pengetahuan (baik baru maupun lama) dan juga tempat melakukan studi. Museum
12
Khidir Marsanto P, 2012, “Revitalisasi Museum”, Basis, Nomor 07-08, hlm. 28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
tidak hanya dituntut untuk pembelajaran umum, namun harus juga mampu
menyokong perkembangan ilmu pengetahuan selayaknya pusat studi dan pusat
kajian universitas. Museum juga menjadi tempat penelitian atau bekal sejarawan
untuk mendapatkan sumber sejarah berupa dokumen, foto, dan lain-lain.
2) Fungsi Sosio Kultural
Museum dan monumen menjadi “pengingat” peristiwa yang dialami
manusia. Museum bisa menjadi sarana pameran dari hasil kebudayaan pada masa
lalu agar tidak hilang dan dilupakan, sehingga kita sebagai generasi bangsa dapat
mengenal peninggalan sejarah zaman dahulu.
3) Fungsi Rekreasi dan Ekonomi
Museum dapat digunakan sebagai tempat rekreasi yang memberikan
inspirasi kepada masyarakat umum mengenai peninggalan-peninggalan sejarah
yang dimiliki sebuah bangsa.
4) Fungsi Politik
Dalam misi politik kebudayaan, museum diperlukan utuk melegitimasi
atau mengklaim hal-hal yang simpang siur dan terlupakan, karena narasi besar
tentang identitas berada di wilayah abu-abu. Oleh karena itu, identitas perlu
dibentuk dalam wacana yang tegas dan dikukuhkan melalui aktivitas di museum.
e. Pengunjung Museum
Dari fungsi di atas, kita dapat mengetahui bahwa fungsi museum tidak
hanya untuk pendidikan tetapi juga terkait dalam bidang sosial, ekonomi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
politik. Selain fungsi museum yang dibedakan, berdasarkan empat kategori,
pengunjung museum juga dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yakni :13
1) Pengunjung Pelaku Studi
Pengunjung pelaku studi ialah mereka yang menguasai bidang studi
tertentu berkaitan dengan koleksi tertentu untuk menambah wawasannya
mengenai museum. Pengunjung pelaku studi mengamati koleksi yang ada dan
merekam beberapa keterangan yang ada, untuk keperluan penelitian. Pengunjung
pelaku studi tidak hanya memanfaatkan museum sebagai tempat penelitian, tetapi
juga bekal untuk mereka mengenal lebih dalam mengenai koleksi yang ada di
museum.
2) Pengunjung Bertujuan Tertentu
Pengunjung bertujuan tertentu ialah mereka yang datang ke museum
karena ada kegiatan atau acara tertentu yang akan dilaksanakan di museum seperti
pameran, pertunjukan budaya dan lain-lain.
3) Pengunjung Pelaku Rekreasi
Pengunjung pelaku rekreasi ialah pengunjung yang ingin memanfatkan
museum untuk tujuan rekreasi. Mereka hanya melihat-lihat benda yang
dipamerkan dan mengamati seluruh objek pameran dengan sekilas tanpa
pengamatan yang lebih detail. Misalnya kelompok sekolah berkecenderungan
memanfaatkan museum untuk rekreasi dari pada sebagai pengunjung terarah.
13
Schouten, op.cit, hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2. Misi
a. Pengertian Misi
Kata misi adalah istilah bahasa Indonesia untuk kata Latin mission yang
berarti perutusan. Kata mission adalah bentuk substantif dari kata kerja mittere
(mitto, missi, missum) yang mempunyai beberapa pengertian dasar : (1)
membuang, menembak, membentur; (2) mengutus; mengirim; (3) membiarkan
pergi, melepaskan pergi; (4) mengambil/menyadap, membiarkan mengalir
(darah). Kalangan Gereja pada dasarnya menggunakan kata mittere dalam
pengertian mengutus, mengirim.14
Isilah misi tidak hanya dipakai dalam lingkup keagamaan tetapi juga di
dunia profane seperti misi diplomatis, misi politis, misi ilmu pengetahuan, misi
kebudayaan, misi dalam dunia kemiliteran. Berdasarkan asal usul kata itu sendiri,
misi berarti diutus untuk melakukan tugas tertentu, namun juga bisa berarti tugas
yang ditunjuk atau diemban sendiri. Dewasa ini, kata misi tampaknya menyingkap
satu komponen ganda yaitu diutus dan melakukan sesuatu. Dalam hal ini Misi
Gereja, berarti melaksanakan tugas, untuk itu Gereja diutus.15
Di dalam Gereja
istilah misi digunakan baik untuk menunjukkan kegiatan yang lebih luas dan
umum, yakni menyangkut semua kegiatan gerejawi, maupun untuk karya khusus
perawatan dan penyebaran iman Kristen. Pengutusan para misionaris untuk
memperkenalkan dan meyebarkan iman Kristen kepada orang-orang yang belum
pernah mendengar tentang injil, yakni kepada orang-orang yang beragama lain
14
Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi, Yogyakarta : Kanisius, 2002, hlm 13-14. 15
Francis X. Clark SJ,Gereja Katolik di Asia “Sebuah Pengantar”, Maumere : LPBAJ, 2001, hlm.
210.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
atau yang tidak beragama.16
Sehingga mereka dapat mengenal Kristus sebagai
penyelamat umat manusia.
Istilah misi dengan arti penyebaran iman baru mulai dipakai pada
pertengahan kedua abad ke-16. Pada masa sebelumnya Gereja memakai ungkapan
lain untuk menunjukkan kegiatan perawatan injil, penyebaran iman Kristen,
pembangunan jemaat baru. Kata misi baru digunakan secara umum di dalam
Gereja sejak permulaan abad ke-7. Misi dapat diartikan sebagai (a) penyebaran
iman, (b) perluasan pemerintahan Allah, (c) pertobatan orang-orang kafir, dan (d)
pendirian jemaat baru.17
b. Perlunya Misi
Sejak konsili Vatikan II, di mana Gereja mengembangkan pemahaman
yang positif tentang keberadaan dan peranan agama-agama non-Kristen dalam
rencana dan karya penyelamatan Allah. Dalam karya penyelamatan ini penilaian
yang positif terhadap agama-agama non-Kristen dapat mempunyai dampak
negatif, yakni memperlemah semangat misioner di dalam Gereja. Oleh karena itu,
para Bapa Konsili merasa perlu untuk memberikan sikap yang jelas dan tentang
perlunya karya misi Gereja demi keselamatan manusia. Sebagai dimensi Gereja
yang hakiki, karya misi merupakan pelaksanaan diri Gereja yang dalam
keseluruhan karya keselamatan Allah berperan sebagai sakramen.
Pertanyaan mengenai perlunya misi berjalan seiring dengan pertanyaan
tentang perlunya gereja sebagai sarana penyelamatan Allah. Gereja terus-menerus
mengutus perwataan-perwataan, sampai gereja-gereja baru terbentuk untuk
16
Edmund Woga, op.cit, hlm. 14-15. 17
Ibid., hlm.16-17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
melanjutkan karya Kristus, karena misi merupakan sifat hakiki sebuah Gereja.18
Alasannya misi sebagai perutusan kepada bangsa-bangsa non-Kristen adalah
kehendak penyelamatan Allah yang bersifat universal dan integral. Misi dilihat
sebagai pemahaman baru terhadap Gereja. Pemahaman tersebut membuat misi itu
ada dan perlu demi kemuliaan Allah.
Pertanyaan tentang misi adalah pertanyaan tentang cara Allah
melaksanakan rencana penyelamatan-Nya yang universal. Misi itu perlu karena
Allah berkehendak memanggil segala bangsa untuk datang kepada-Nya. Misi
adalah sarana yang digunakan oleh Allah atau rahmat yang dianugerahkan oleh
Allah untuk menjadi satu keluarga Allah. Sehingga semua umat dapat mengenal
karya keselamatan yang Allah berikan kepada umatnya. Misi menjadi antisipasi
dari tujuan penciptaan seluruh mahluk, yakni supaya Allah dimuliakan dan
seluruh ciptaan disatukan. Tujuan dan motivasi ini jelas dalam tugas pelaksanaan
tugas misioner Putra Allah yang datang ke dunia untuk mewartakan injil tentang
Kerajaan Allah dan menghadirkannya agar seluruh umat manusia disatukan
kembali ke dalam kekuasaan Allah.19
c. Karya Misi di Muntilan
Pada masa pemerintahan VOC tidak ada kebebasan beragama di
Indonesia. Kebebasan baru ada setelah bergemanya semangat revolusi Perancis
yaitu kebebasan, kesamaan dan persaudaraan. Kebebasan ini mulai muncul ketika
masa pemerintahan Gubernur Jendral Daendles (1808-1811). Mulai tahun 1808
18
Tom Jacobs SJ, Gereja Menurut Vatikan II, Yogyakarta : Kanisius, 1987, hlm. 78. 19
Edmund Woga, op.cit, hlm. 206-208.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
berdatangan iman-iman ke Indonesia untuk mewartakan injil.20
Karya misi
kemudian dimulai ke beberapa daerah yang ada di Indonesia. Sesungguhnya
sudah lama para iman ingin memulai karya misinya di Pulau Jawa, khususnya
Pater Yesuit, ingin mewartakan injil di antara orang Jawa. Namun, terbentur pada
beberapa rintangan di antaranya, jumlah tenaga masih sedikit, tidak ada pastor
yang bisa berbahasa jawa, pekerjaan makin banyak diberbagai daerah, masih
diragukan apakah kerasulan diantara orang Jawa akan berhasil karena karya
Zending (sebutan Misi Kristen-Protestan) juga belum memperlihatkan banyak
buah.21
Lambat laun karya misi di Jawa sudah mengalami kemajuan, hal ini dapat
kita lihat dari kelahiran umat Katolik yang ditandai dengan pembaptisan 171
orang Jawa di Sumber Semanggung (Sendangsono). Peristiwa sejarah ini
dianggap sebagai saat kelahiran Gereja Keuskupan Agung Semarang. Pada bulan
Desember 1895 dipermandikan 12 orang Jawa di Magelang dan 18 di Muntilan.
Kemudian para misionaris juga mulai belajar bahasa Jawa untuk mendukung
karya misi mereka di Jawa. Di Muntilan Pastor van Lith melihat bahwa pengertian
umat tentang agama di sana amat dangkal. Oleh karena itu, Pastor van Lith tinggal
di Kampung Semampir di tengah orang-orang Jawa, untuk memperkenalkan
kepada umat mengenai karya keselamatan Allah, di mana sedikit demi sedikit
akan dibangun kompleks misi Muntilan.22
Romo van Lith menggunakan
pendidikan sebagai sarana dalam perkembangan misi Jawa Tengah.
20
Kareel Steenbrink, Orang-Orang Katolik di Indonesia Jilid 1, Maumere : Ledalero, hlm. 384 21
Tim. KAS, Garis-Garis Besar Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Agung Semarang, Semarang :
KAS, 1992, hlm.16-17. 22
Ibid.,hlm. 18-20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Karya misi di Jawa dalam perkembangannya dipusatkan kepada
pendidikan di Muntilan, karena akar segala kekurangan ialah bahwa para
misionaris kurang mahir dalam bahasa dan adat Jawa, maka segala tenaga
dipusatkan kepada studi dan kontak kepada lapisan masyarakat di Muntilan dan
sekitarnya. Sampai sekitar tahun 1900 Muntilan terbuka bagi anak-anak pribumi
yang ingin belajar dan sekolah karena mereka tidak diterima di sekolah-sekolah
Eropa yang mahal.23
Orang-orang yang belajar ini kemudian sedikit demi sedikit
ditanamkan cara hidup Kristus. Romo van Lith banyak menggunakan metode
bercerita sejarah untuk mengajak anak menelaah sejarah yang membuka
prespektif ke masa depan.
Pada tahun 1902, Romo van Lith mendirikan tiga kelembagaan:
perkumpulan pribumi untuk badan hukum urusan umat, rumah sakit, dan sekolah
dengan sistem asrama. Akan tetapi, menyadari situasi bangsa Jawa yang tertindas
karena penjajahan Belanda dan gejolak kebangkitan nasional, Romo van Lith
memilih bidang pendidikan sebagai landasan karya misinya. Pendidikan yang
diperjuangkan oleh Romo van Lith berbeda dengan pendidikan yang dibuat oleh
pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu pemerintah Nederland sedang
melancarkan politik etis untuk membalas budi penderitaan orang pribumi dengan
tiga progam: irigasi, transmigrasi, dan edukasi.24
Di dalam program edukasi, dibukalah sekolah-sekolah untuk orang
pribumi agar dapat menjadi pegawai pemerintah Hindia Belanda. Contohnya
sekolah OSVIA yaitu sekolah pelatihan untuk para pejabat pribumi, calon-calon
23
Ibid. hlm. 29. 24
Tim Edukasi MMM PAM, Pendidikan Katolik Model van Lith, Muntilan : Yayasan Pustaka
Nusatama, 2008, hlm. 34-35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
muridnya tidak lagi harus berasal dari kalangan elite bangsawan. Karena
berhubungan dengan masalah pembiayaan, maka yang dapat bersekolah tentu
hanya kaum ningrat dan pengusaha kaya. Romo van Lith memang akan
memperjuangkan agar anak, remaja dan kaum muda menjadi terdidik tanpa
memandang golongan miskin atau pun kaya. Tetapi lebih dari itu, karya
pendidikan tidak terutama untuk mencetak calon-calon pegawai. Bagi Romo van
Lith karya pendidikan menjadi sarana untuk perwujudan iman. Istilah perwujudan
iman berarti tekanan kepada pengalaman atau tindakan hidup yang cocok dengan
nilai-nilai iman kristiani.
Muntilan makin berkembang dan amat mengesan kepada semua
masyarakat yang ingin belajar mengenai iman Katolik. Hal inilah yang kemudian
menjadi pertimbangan Pastor van Lith untuk menyebarkan misi di tanah Jawa.
Karya misi ini dilakukan agar semua orang Jawa dapat mengerti mengenai ajaran
agama Katolik dan karya Allah bagi umat manusia.
3. Museum Misi Muntilan
Museum Misi Muntilan merupakan museum khusus yang menekankan
pada pengembangan nilai-nilai karya misi Keuskupan Agung Semarang (KAS)
rintisan Pater Frans van Lith, SJ., serta lembaga pastoral KAS yang merupakan
konsursium Keuskupan Agung Semarang, Sarekat Yesus Provinsi Indonesia, dan
Konggregasi Bruder FIC Provinsi Indonesia. Museum Misi Muntilan sekaligus
pemersatu dari jaringan gerakan-gerakan missioner untuk menumbuh
kembangkan Gereja lokal. Museum Misi Muntilan menyajikan koleksi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
peristiwa masa lampau pada masa kini dan sekaligus menjadikan peristiwa sejarah
sebagai dasar yang kokoh untuk membangun masa depan.25
Peringatan 50 tahun Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS) pada
tahun 1990 memiliki empat macam program: 1) pendataan; 2) musyawarah
pastoral; 3) penulisan sejarah; dan 4) pendirian museum. masing-masing program
terlaksana dengan aneka dinamika. Dalam hal pendirian museum, sejak tahun
1992 sudah dirintis terjadinya suatu museum Gereja KAS dengan
dilaksanakannya penataan benda-benda koleksi peninggalan karya misi
KAS.Tempat presentasi benda-benda koleksi ini berada di Wisma Uskup KAS,
Jalan Pandanaran 13 Semarang. Namun ternyata keberadaan museum KAS di
Wisma Uskup kurang mendapatkan perhatian umat.26
Rapat-rapat Dewan Konsultor KAS pada tanggal 3 Februari, 6 April, dan 1
Juni 1998 memutuskan untuk memindahkan Museum KAS dari Semarang ke
Muntilan. Kota Muntilan dipilih karena berbagai pertimbangan, di antaranya
adalah pertimbangan historis. Di kota Muntilan inilah karya misi KAS
berkembang secara amat signifikan. Guna merealisasikan upaya pemindahan
tempat museum KAS tersebut pada tanggal 13 Juni 1998 Romo F. Suryaprawata,
MSF (Sekjen KAS) dan Romo A. Gustawan, SJ., (Ekonomi KAS) mengundang
delapan orang untuk membahas keberadaan Museum KAS. Kedelapan orang
inilah yang kemudian ditunjuk menjadi Panitia Museum Sejarah Gereja
Keuskupan Agung Semarang.27
25
Pedoman Museum Misi Muntilan, 2009, hlm. 5. 26
Ibid., hlm. i. 27
Ibid., hlm.i-ii.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Tim kerja dari kedua program ini kemudian mengadakan pertemuan-
pertemuan tersendiri dan membangun jaringan karya dengan berbagai pihak
dalam rangka perkembangan karya museum KAS. Dinamika ini membawa ke
pemahaman bahwa rencana permuseuman Muntilan tidak sekedar terbatas pada
gedung yang akan dibangun.28
Dari satu sisi museum di Muntilan akan
berhubungan dengan konteks sejarah karya misi KAS. Dari sisi lain basis fisik
karya museum di Muntilan adalah kawasan Muntilan sebagai situs karya misi.
Tim kerja program pembangunan gedung bergerak dalam dua tahapan: 1)
memproses pembangunan dan penggalian dana untuk gedung pastoran baru, yang
sedianya akan diserahkan kepada Paroki Santo Antonius Muntilan; 2) merenovasi
gedung Pastoran Antonius Muntilan menjadi gedung museum. melalui proses
penegasan bersama gedung yang dibangun pada tahap pertama diputuskan
menjadi gedung museum.29
Sementara itu, tim kerja konteks sejarah menyiapkan diri dengan dua
kegiatan: 1) belajar paradigma ilmu sejarah, dokumen Evangelii Nuntiandi, dan
tulisan Mgr. I. Suharyo “Refleksi Perjalanan dan Arah Ke Depan Keuskupan
Agung Semarang”, 2) membuat kegiatan-kegiatan pendalaman nilai-nilai
missioner dari peninggalan karya misi KAS seperti mengisi momen Jumat
Pertama di Kerkof Muntilan dan rekoleksi. Program kerja panitia Museum Sejarah
Gereja KAS, yang dijalankan melalui gerakan kedua tim kerja ini mendorong
munculnya Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Uskup Agung Semarang,
28
Ibid., hlm. ii. 29
Ibid., hlm. iii.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Romo Provinsial SJ., dan Bruder Propinsial FIC No. 752/A/VIII/19/99 Perihal:
Museum Misi Muntilan.30
Hadirnya SKB tersebut meneguhkan kesepakatan tak tertulis yang telah
berjalan. Konggregasi Serikat Yesus Provinsi Indonesia menyediakan aset tanah
bagi pembangunan Museum Misi Muntilan (MMM), Konggregasi Bruder FIC
membuka kamar yang pernah dipakai Romo R. Sandjaja, Pr., dan kapel di
dekatnya untuk kepentingan ziarah rohani, sedangkan pihak Keuskupan Agung
Semarang menjadi pengelola karya museum lewat panitia yang ditunjuknya.
Pemakaian aset tanah Serikat Jesuit di kompleks misi Muntilan untuk karya
permuseuman mendapat persetujuan Pater Jendral Serikat Yesus.
Karya permuseuman memuat tiga bidang karya, yakni bidang koleksi,
bidang preparasi konservasi, dan bidang edukasi. Bidang koleksi adalah bagian
karya MMM PAM yang mencari, mengumpulkan, menafsirkan nilai-nilai
misionernya, dan menata dalam sajian beberapa benda koleksi berdasarkan
konsep-konsep missioner dari bidang edukasi MMM PAM. Bidang preparasi
konservasi adalah bagian karya MMM PAM yang mengelola pemeliharaan dan
pengembangan gedung serta sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan untuk.31
Uskup Agung Semarang sejak awal dirintisnya karya permuseuman di
KAS telah menggambarkan terjadinya suatu museum yang hidup, bukan sekedar
gudang mahal tempat mengumpulkan dan menjaga benda dari masa lampau.
Dalam hal mewujudkan gambaran “museum yang hidup”, Mgr. I. Suharyo sejak
30
Ibid., hlm. iv. 31
Ibid., hlm.v.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
awal telah menekankan pentingnya peran dan fungsi bidang Edukasi. Bidang
edukasi inilah yang akan menjadi “nyawa” bagi MMM.
Dalam rangka mewujudkan gagasan “museum yang hidup” dengan
menempatkan bidang edukasi sebagai “nyawa” bagi MMM patut dicatat
kehadiran Lembaga Pelayanan Pendampingan Penggembalaan Jemaat Keuskupan
Agung Semarang (P3J KAS). P3J KAS sejak awal diharapkan menjadi tenaga
pokok Bidang Edukasi MMM. Tim P3J KAS adalah tim kerja yang dipakai oleh
Komisi Karya Misioner (KKM) KAS untuk menjalankan program gerakan
missioner. P3J KAS didirikan pada tahun 1981. Pada awalnya terbatas melayani
anggota Dewan Paroki. Di dalam perkembangannya P3J KAS melayani pula
kader fungsionaris Dewan Paroki termasuk pendampingan iman anak sebagai
sarana pembinaan calon anggota dewan paroki.32
Kemudian tim P3J KAS berubah menjadi tenaga pokok Tim Kerja Bidang
Edukasi. Dampak langsung dari perubahan ini adalah kantor dan tenaga harian
P3J KAS berubah menjadi kantor dan tenaga harian MMM. Sasaran pelayanan
Tim P3J KAS setelah menjadi Tim kerja Bidang Edukasi diperluas dengan
memberikan tekanan pada pengembangan semangat missioner sebagai mana
dikemukan dalam MMM.33
Pada permulaan bulan Januari 2002 MMM mulai berkantor di Jalan
Kartini 3 Muntilan. Pelayanan MMM terutama untuk ikut ambil bagian dalam
pengembangan Gereja Lokal yang bermakna bagi warganya. Beberapa kegiatan
MMM menekankan proses pendampingan agar peserta pendamping termasuk para
32
Ibid., hlm.v. 33
Ibid., hlm.vi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pengunjung berkembang jiwa missioner terutama bagi orang zaman ini menjadi
wujud pemaknaan dari harapan Uskup agung Semarang agar MMM menjadi
Pusat Animasi Misioner. Pada saat gedung museum diberkati tanggal 12
Desember 2004, Mgr. I. Suharyo menetapkan nama museum ini Museum Misi
Muntilan Pusat Animasi Misioner (MMM PAM).
Tugas tim kerja bidang edukasi dalam buku pedoman museum pasal 15, di
antaranya (1) menentukan konsep missioner MMM PAM berdasarkan semangat
missioner; (2) menggali nilai-nilai missioner benda-benda koleksi dan
menentukan tempatnya dalam kerangka konsep missioner MMM PAM; (3)
mendampingi pengunjung untuk merasakan dinamika perkembangan missioner
lewat melihat benda-benda koleksi MMM PAM; (4) menumbuhkan dan
mengembangkan semangat missioner lewat gerak-gerak missioner dan pelayanan-
pelayanan pendampingan; (5) menerbitkan buku-buku yang sesuai dengan konsep
missioner MMM PAM; (6) mengelola sosialisasi MMM PAM; (7)
menyelenggarakan penyegaran bagi para fungsionaris yang terlibat bersama
MMM PAM.34
4. Sumber Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang berlangsung sepanjang hayat yang
dilakukan dengan menggunakan metode tertentu untuk mengubah perilaku dan
sumber belajar. Sumber belajar memberikan pengalaman belajar kepada setiap
34
Ibid., hlm.16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
orang.35
Sumber belajar mencakup segala sesuatu, baik yang dibuat secara khusus
untuk keperluan belajar maupun untuk keperluan lain yang dapat digunakan untuk
keperluan belajar. Dengan menggunakan sumber belajar setiap orang akan lebih
memahami sesuatu yang sedang dikerjakan.
Sumber belajar merupakan salah satu komponen dalam dalam kegiatan
belajar yang memungkinkan individu memperoleh pengetahuan, kemampuan,
sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan. Sumber belajar memberikan pengalaman
belajar dan tanpa sumber belajar maka tidak mungkin dapat terlaksana proses
belajar dengan baik. Edgar Dale dalam Sitepu, menjelaskan bahwa sumber belajar
dapat dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mendukung dan
memudahkan terjadinya proses belajar.36
Seorang guru akan selalu berusaha agar materi pengajaran yang
disampaikan/disajikan harus mampu diserap/dimengerti dengan mudah oleh
peserta didik. Untuk memudahkan peserta didik menerima materi pengajaran
tersebut perlu diusahakan agar peserta didik dapat menggunakan sebanyak
mungkin alat indera yang dimiliki. Makin banyak alat indera yang digunakan
untuk mempelajari sesuatu, makin mudah di ingat apa yang dipelajari. Ada
peribahasa asing yang berbunyi : I hear, I forget, I see, I remember, I do, I
understand/ I know. Artinya bila saya dengar, saya lupa, bila saya lihat, saya
ingat, bila saya melakukan, saya mengerti.37
35
Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014, hlm. 17 36
Ibid., hlm. 18. 37
John D. Latuheru, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar-Mengajar Masa Kini, Jakarta :
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988, hlm. 15-16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Makna dari peribahasa tersebut bagi masalah-masalah pendidikan
khususnya dalam PMB, ialah bila peserta didik menerima pengajaran yang
disajikan oleh guru hanya dengan cara ceramah semata sulit bagi mereka untuk
mengingat. Akan tetapi, apabila materi tersebut ditambah dengan memperlihatkan
gambar, foto, sketsa, atau grafik maka akan lebih mudah materi tersebut di
mengerti. Tentang kemampuan manusia memperoleh ilmu pengetahuan dengan
menggunakan alat indera yang dimiliki Edgar Dale menjelaskan melalui kerucut
pengalaman. Berikut ini gambar Edgar Dale dalam buku John D. Latuheru “Media
Pembelajaran Dalam Proses Belajar-Mengajar Masa Kini”.38
Gambar I. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
a. Pengalaman langsung, pada tahap ini peserta didik perlu berhubungan
langsung dengan keadaan dan kejadiaan yang sebenarnya. Dengan demikian
mereka boleh melihat sendiri, meraba/memegang, mengalami sendiri apa yang
sedang mereka hadapi, dan yang terutama agar mereka dapat mampu
memecahkan masalah sendiri.
38
Ibid., hlm. 17.
Verbal
Simbol Visual
Radio, Audio Tape, Gambar Diam
Film
Televisi
Pameran
Karya Wisata
Demontrasi
Pengalaman DRomotisasi
Pengalaman Tiruan
Pengalaman Langsung
SYMBOLIC
ICONIC
ENACTIVE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
b. Pengalaman melalui benda tiruan, pada tahap ini kejadian atau peristiwa yang
sebenarnya sulit diperoleh atau terlalu besar untuk dibawa ke dalam kelas
maka dapat dibuat benda tiruan yang rupanya sama.
c. Pengalaman melalui dramatisasi, pada tahap ini materi pengajaran disajikan
dalam bentuk drama. Dalam penyajian ini perlu diperhatikan mulai dari
pakaian, mimik suara, sampai pada sikap maupun sifat-sifat khas dari
seseorang dan lain-lain.
d. Pengalaman melalui demonstarasi, dalam hal ini materi pengajaran yang
disajikan pada tahap ini perlu di demonstrasikan.
e. Pengalaman melalui karyawisata, dalam hal tertentu pengalaman yang
diperoleh peserta didik melalui karyawisata ini sangat berarti, dalam hal
memperkaya dan memperluas pengalaman belajar peserta didik. Peserta didik
dapat mencatat, mengadakan observasi, tanya jawab dan membuat laporan
mengenai segala sesuatu yang dilihat dan dilakukan selama berkaryawisata.
f. Pengalaman melalui pameran, peserta didik dapat memperlihatkan dan
memamerkan kemampuan serta kemajuan mereka secara individu, kelas
maupun sekolah.
g. Pengalaman melalui televisi, televisi dalam program pendidikan masa kini
merupakan suatu medium yang baik, karena menarik minat peserta didik, di
mana mereka dapat memperoleh informasi yang otentik dari sebuah peristiwa.
h. Pengalaman melalui gambar hidup, peserta didik dapat memperoleh
pengalaman melalui penyajian materi pengajaran yang menggunakan gambar
hidup atau filim.
i. Pengalaman melalui gambar, peserta didik juga dapat memperoleh
pengalaman belajar bila suatu pengajaran disajikan dengan memvisualisasikan
benda-benda yang berdimensi dua, misalnya lukisan, sketsa, karikatur.
j. Pengalaman melalui lambang visual, misalnya dalam sebuah penyajian materi
pengajaran, guru menggunakan grafik, poster, peta, diagram.
k. Pengalaman melalui lambang kata, pada tahap ini peserta didik sudah mapu
memperoleh pengalaman belajar, atau sudah mampu memperoleh
pengetahuan hanya melalui lambang kata, yang diperoleh dengan membaca
buku, majalah, koran, dan lain-lain.39
Dari kerucut pengalaman Edgar Dale dapat diketahui bahwa museum
sebagai sumber belajar masuk ke dalam pengalaman melalui karyawisata. Dari
proses karyawisata ini peserta didik dapat mencatat, mengadakan observasi, tanya
jawab, dan membuat laporan. Di sini dapat kita katakan bahwa dalam belajar yang
terjadi diluar lingkungan sekolah akan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik
39
Ibid., hlm.17-20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tentang benda-benda koleksi yang ada di museum serta menumbuhkan keaktifan
siswa dalam mencari informasi.
5. Belajar Sejarah
a. Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Proses belajar dimulai dari bayi, anak-anak
hingga kita bertumbuh menjadi dewasa. Belajar memberikan kita pengetahuan
tentang berbagai hal yang akan kita lakukan. Kemampuan manusia untuk belajar
merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan mahluk
hidup lainnya. Manusia memiliki akal yang diguanakan untuk berpikir dan
melakukan segala aktivitas. Belajar merupakan kebutuhan utama manusia, karena
manusia akan lebih paham akan sesuatu hal.
Hilgra dan Bower dalam Baharuddin, belajar memiliki pengertian
memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman atau
menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman,
dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan adanya aktivitas atau
kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.40
Gagne dalam Eveline dalam
Baharuddin mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang
relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari
pembelajaran yang bertujuan/direncanakan.
40
Baharuddin dan Esa, 2015, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, hlm
15-16 .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Menurut Slameto, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.41
Dari beberapa definisi di atas, setidaknya belajar memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti, bahwa
hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan
tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi
terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat
mengetahui hasil belajar yang telah dicapai.
2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan secara bertahap
mengikuti kemampuan yang ia miliki.
3) Perubahan tingkah laku harus segera dapat diamati pada saat proses belajar
sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. Nantinya
akan membuahkan suatu perubahan.
4) Perubahan tingkah laku merupakan latihan atau pengalaman untuk siswa dapat
mengenali dirinya menjadi lebih baik.
5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.42
Di dalam melaksanakan tugas belajar mengajar, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar di antaranya sebagai berikut :
1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.
Untuk itulah siswa yang harus bertindak aktif.
2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannnya.
3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4) Penguasaan sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab
dan kepercayaan penuh atas belajarnya.43
41
Slamento, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2010,
hlm 2. 42
Ibid., hlm 18-19. 43
Ibid., hlm 19-20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
b. Sejarah
Kata sejarah diambil dari bahasa Arab Syajaratun yang artinya pohon atau
keturunan atau asal usul,44
dalam bahasa Inggris history. Kata sejarah, berarti (1)
silsilah, asal usul, (2) kejadian, peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau, (3) ilmu, pengetahuan, cerita, pelajaran tentang kejadian dan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau.45
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa sejarah adalah kejadian-kejadian atau peristiwa pada masa
lampau yang terkait dengan kehidupan manusia.
Masa lampau merupakan rangkaian kejadian yang sudah terlewati tetapi
masa lampau bukan merupakan sesuatu yang final, terhenti dan tertutup. Masa
lampau bersifat terbuka dan berkesinambungan, sehingga dalam sejarah masa
lampau merupakan hubungan dari apa yang terjadi pada masa lampau dengan
gambaran pada masa sekarang untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.46
Menurut pandangan Kuntowijoyo, sejarah dimaksudkan sebagai
rekonstruksi masa lalu dan yang direkonstruksi sejarah adalah apa saja yang sudah
dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami manusia. Bagi kalangan
sejarawan dan pemerhati sejarah, suatu peristiwa harus diterangkan secara lebih
jauh dan lebih mendalam mengenai bagaimana terjadinya, latar belakang kondisi
sosial, ekonomi, politik, dan juga kulturnya sehingga dapat dimengerti.47
44
Widja, Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan, Semarang: Satya
Wacana. 1988, hlm.6. 45
Dien Madjid dan Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah: Sebuah Pengatar, Jakarta : Prenada Media
Group, 2014, hlm. 20. 46
Ibid., hlm. 8. 47
Kuntowijoyo, Pengatar Ilmu Sejarah, Yogyakarta :Yayasan Bentang Budaya, 1994, hlm.18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dari sejarah kita akan memperoleh pengalaman yang dialami atau belajar
dari pengalaman orang lain baik berupa keberhasilan maupun kegagalan dari
generasi sebelumnya. Melalui sejarah, manusia dapat mengembangkan segenap
potensinya sekaligus menghindar dari kesalahan masa lalu, baik yang dilakukan
orang lain maupun kesalahan yang pernah dilakukannya sendiri. Mempelajari
sejarah akan menghindarkan diri dari mengulangi kesalahan masa lalu.48
Oleh karena itu, pembelajaran menjadi sangat penting dalam sebuah
pendidikan. Untuk itu tujuan pembelajaran sejarah dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a) Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan.
b) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala
lapangan.
c) Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya
sebagai bagian dari sejarah dunia.
d) Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-Undang
Pendidikan) serta perjungan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu
sepanjang masa.49
c. Kesadaran Sejarah
Kesadaran sejarah merupakan kesadaran yang diperlukan agar siswa dapat
menemukan makna pentingnya sejarah bagi bangsanya, bagi perkembangan
kehidupan di masa sekarang dan mendatang. Dengan demikian, kesadaran sejarah
tidak tidak lain dari pada kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat
penghayatan pada makna dan hakekat sejarah bagi masa kini dan bagi masa yang
akan datang, menyadari dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah dalam
proses kehidupan.
48
Ibid., hlm.12-13. 49
Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran),
Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2014, hlm.57-58.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Mempelajari sejarah akan membangkitkan masyarakat untuk mengerti
sesamanya, seperti halnya pada suatu bangsa. Dengan kesadaran, maka kita akan
menerima keberagaman sebagai suatu kenyataan. Perbedaan yang ada tidak
dipandang sebagai suatu masalah, tetapi bisa dilihat sebagai suatu potensi. Dari
kisah sejarah kita dapat mengambilnya sebagai inspirasi, untuk meneladani nilai-
nilai dari kisah kepahlawanan maupun cerita-cerita sejarah yang berupa tragedi.
Semuanya itu dalam rangka menciptakan kehidupan yang lebih baik pada masa
mendatang.
B. Kerangka Pikir
Museum merupakan bangunan atau gedung yang digunakan untuk
menyimpan, merawat benda-benda yang mempunyai nilai tertentu, seperti nilai
sejarah, seni, dan budaya. Museum Misi Muntilan merupakan museum khusus,
yang menekankan pengembangan nilai-nilai karya misi Keuskupan Agung
Semarang (KAS) rintisan Pater Frans van Lith, SJ. Beragam koleksi-koleksi yang
ada di museum merupakan sarana utama dalam museum, di mana koleksi yang
ada dijadikan sebuah wadah untuk mengenal dan belajar mengenai kehidupan
suatu bangsa.
Selain koleksi, kegiatan yang ada di museum ini juga dapat memberikan
manfaat untuk para pengunjung yang datang. Kegiatan edukasi yang ada di
Museum Misi Muntilan yaitu kegiatan edukasi di mana kegiatan edukasi yang ada
merupakan kegiatan pendampingan pengunjung yang datang ke museum. Setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pengunjung yang datang didampingi untuk memudahkan para pengunjung
memahami setiap koleksi yang ada di museum.
Benda-benda koleksi yang ada di museum dapat dijadikan sebagai sumber
belajar. Sumber belajar tidak hanya diperoleh dari guru, buku-buku, internet,
video, dan benda-benda di sekitar kita, tetapi koleksi-koleksi yang ada di museum
juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah, khususnya untuk mengatasi
peserta didik yang bosan dengan pembelajaran di dalam ruangan.
Pengalaman yang diperoleh dari pengamatan di museum akan memberikan
imajinasi positif kepada peserta didik, mahasiswa dan masyarakat umum
mengenai koleksi-koleksi yang ada di museum. Imajinasi yang timbul nantinya
akan memberikan kesadaran baru kepada peserta didik, mahasiswa dan
masyarakat umum bahwa dengan datang berkunjung ke museum akan
memberikan sumber belajar baru khususnya untuk sejarah. Sehingga mereka
dapat mengambil makna dari setiap koleksi yang ditampilkan, seperti para tokoh,
gambar, foto, jubah dan peninggalan lainnya yang dapat memberikan manfaat
bagi pembelajaran. Setiap tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan
memberikan teladan bagi setiap orang yang berkunjung ke museum.
Nilai-nilai yang mereka dapat saat berkunjung ke museum ini, nantinya
akan memberikan wawasan baru kepada peserta didik, mahasiswa dan masyarakat
umum untuk mencintai keanekaragaman sejarah dan budaya yang dimiliki bangsa.
Sehingga warisan budaya yang dimiliki harus terus dijaga untuk mengenalkan
kepada peserta didik dan masyarakat umum tentang kekayaan budaya yang kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
miliki. Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan skema kerangka pikir
sebagai berikut :
Gambar II. Alur Kerangka Pikir Penelitian
Museum Misi Muntilan
Koleksi
Pengguna (Peserta didik,
mahasiswa, dan masyarakat umum)
Kegiatan
Sumber Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori,
tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan saat penelitian di lapangan.Fakta-
fakta tersebut dapat dilihat dari benda-benda koleksi, foto, literatur dan dokumen
jumlah pengunjung yang datang ke museum. Dari fakta yang ada akan diketahui
pemanfaatan museum untuk sumber belajar.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong, mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.50
Kata-kata dan
perilaku orang yang diamati, diwawancarai dan didokumentasi merupakan sumber
utama dan dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video atau tape,
pengambilan foto, atau film.51
Dan secara umum Moleong, menyimpulkan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.52
50
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006,
hlm.1. 51
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung : Transito, 1988, hlm. 112. 52
Ibid., hlm.6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Penelitian studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian dari penelitian
kualitatif. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu, dan
tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau
individu.53
Data yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah data
pengalaman individu. Data pengalaman individu dimaksud adalah bahan
keterangan mengenai apa yang dialami oleh individu sebagai warga masyarakat
tertentu yang menjadi objek penelitian. Data pengalaman pribadi ini sungguh-
sungguh sarat dengan unsur-unsur subjektif sehingga kadang-kadang tidak sesuai
dengan realita keadaan masyarakat yang menjadi objek penelitian. Walaupun
demikian, subjektivitas tersebut dapat dipakai sebagai bagian dari realita
masyarakat yang diteliti dan bukan dimaksud untuk menerangkan realita
masyarakat yang diteliti.54
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner.
Museum Misi Muntilan jalan Kartini 3, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017 dengan uraian
sebagai berikut :
53
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 291. 54
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
Lainnya, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 104.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Table 1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Mar Apr Mei Jun Jul
1. Penyusunan Proposal √
2. Perizinan √
3. Pengumpulan data √ √
4. Analisis Data √
5. Penulisan Laporan √ √
C. Sumber Data
Sumber data adalah subyek asal data yang diperoleh. Sumber data dalam
penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan metode penulisan data55
. Menurut Lofland dan Lofland dalam
Moleong sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan selebihnya ialah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.56
Dalam
penelitian ini sumber data berupa tempat atau lokasi penelitian, koleksi-koleksi
museum, dokumen data pengunjung, literatur yang ada dan pengelola museum.
D. Motode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data.57
Tanpa mengetahui metode pengumpulan
data, maka peneliti tidak mendapatkan data yang memenuhi standar.58
Untuk
mendapatkan informasi yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka yang
dijadikan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut :
55
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian –Pendekatan Praktis dalam
Penelitian, Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2010, hlm.169. 56
Moleong, op.cit, hlm. 157. 57
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, hlm. 100. 58
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta, 2014, hlm. 62.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
1. Observasi
Observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh
melalui observasi.59
Dalam menggunakan metode observasi,cara yang paling
efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrumen. Format disusun berdasarkan item-item tentang kejadian atau tingkah
laku yang digambarkan akan terjadi.60
Observasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasi partisipasi pasif, di mana dalam hal ini peneliti datang di
tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut.61
Peneliti menggunakan pedoman observasi untuk melakukan observasi
mengenai lingkungan fisik, sarana dan prasarana yang ada di Museum Misi
Muntilan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.62
Dokumentasi dapat dipahami sebagai setiap catatan tertulis yang berhubungan
dengan suatu peristiwa masa lampau, baik yang dipersiapkan maupun yang tidak
dipersiapkan untuk suatu penelitian.63
Dokumentasi bisa berupa catatan, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, agenda, dan lain-lain. Dokumentasi dalam
penelitian ini adalah data pengunjung, benda-benda koleksi, foto-foto, gambar
yang ada di museum dan literatur yang ada di museum.
59
Ibid., hlm. 64. 60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktek”,Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya, 2002, hlm. 204. 61
Sugiyono, op.cit, hlm. 66. 62
Ibid., hlm. 82. 63
M.Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2014, hlm 199.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.64
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin menemukan permasalahan yang harus diteliti atau ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam.65
Wawancara yang digunakan dalam
penelitian bermacam-macam yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan
tidak terstruktur. Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara semi
terstruktur.
Wawancara semi terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.66
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, di mana pihak yang diajak diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat
apa yang dikemukakan oleh informan.67
Wawancara akan dilakukan kepada pihak
pengunjung, guru sejarah di sekitar museum, dan pengelola Museum Misi
Muntilan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai pemanfaatan
Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah di Museum Misi
Muntilan.Dalam melakukan wawancara, peneliti menggunakan media recorder
64
Lexy J. Moleong, op.cit, hlm. 186. 65
Sugiyono, op.cit, hlm 72. 66
Lexy J. Moleong, op.cit, hlm.188. 67
Sugiyono, op.cit, hlm. 73.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
yang berfungsi merekam hasil wawancara, kamera dan handphone (HP) yang
digunakan untuk mengambil gambar dan video wawancara.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis,68
sehingga peneliti memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan peneliti. Instrumen pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Observasi
Instrumen observasi adalah pedoman observasi yang akan digunakan
sebagai pedoman ketika peneliti melakukan observasi. Untuk mencatat hasil
observasi peneliti menggunakan lembar pengamatan dengan mencheck list data
yang sesuai dengan pengamatan langsung. Chek list adalah pedoman observasi
yang berisikan daftar aspek yang akan diamati.69
(selengkapnya lihat lampiran)
2. Dokumentasi
Instrumen dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang
berupa data pengunjung, data kegiatan museum, foto, gambar, literatur yang ada
di museum, brosur, dan katalog. Untuk mengetahui kelengkapan dokumen yang
terkumpul, maka peneliti menggunakan instrumen yang berupa cek list. (lihat
lampiran)
68
Suharsimi Arikunto, op.cit, hlm. 100. 69
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode, dan Prosedur, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013, hlm. 274.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3. Wawancara
Instrumen wawancara berupa pedoman wawancara yang akan digunakan
sebagai pedoman ketika peneliti melakukan wawancara. Instrumen wawancara ini
digunakan peneliti sebagai alat untuk menggali informasi dari pengelola dan
pengunjung museum. (lihat lampiran)
F. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh informasi yang mendalam mengenai fokus
penelitian. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian
kualitatif ini, terdapat beberapa bagian teknik sampling yang digunakan.70
Teknik
sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability
Sampling dan Nonprobability Sampling. Nonprobability Sampling meliputi,
sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling,
sampling jenuh, dan snowball sampling. Nonprobability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur
dari populasi untuk dipilih menjadi sampel.71
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dengan teknik snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,72
sedangkan snowball sampling
(penarikan sampel secara bola salju). Penarikan sampel pola ini dilakukan dengan
menentukan sampel pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan
70
Sugiyono, op.cit, hlm. 52. 71
Ibid., hlm. 53. 72
Idem.
Sumber Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
informasi dari sampel pertama, sampel ketiga ditentukan berdasarkan informasi
dari sampel kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin besar, seolah-
olah terjadi efek bola salju.73
Untuk mendapat informasi lebih mendalam maka dipilihlah informan yang
lebih mengetahui Museum Misi Muntilan. Informan yang dipilih yakni
pengunjung, guru dan pengelola museum.
G. Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan atara yang dilaporkan penelitian dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif terdapat
beberapa macam cara untuk menguji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap
data hasil penelitian, anatara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketentuan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negatif, dan member check.74
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji
keabsahan atau kredibilitas data dengan triangulasi, meningkatkan ketekunan, dan
diskusi teman sejawat.
1. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
73
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan (Teori Konsep Dasar dan Implementasi),
Bandung : Alfabeta, 2014, hlm. 45. 74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, Bandung : Alfabeta, 2011, hlm.
270.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pembanding terhadap data yang ditemukan.75
Dengan demikian terdapat beberapa
triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
waktu.
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti membandingkan (mencek ulang) informasi
yang diperoleh melalui beberapa sumber.76
Dalam penelitian ini peneliti
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.77
Dalam
peneliti ini peneliti melakukan observasi, mengecek dokumen data pengunjung
dan wawancara.
c. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhui kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari saat narasumber masih segar,
akan memberikan data yang valid sehingga lebih kredibel. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian datanya.78
Dalam penelitian ini waktu yang
digunakan mengikuti pengunjung yang datang.
75
Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm330. 76
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2013, hlm. 219. 77
Sugiyono, op.cit, hlm 127. 78
Idem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
d. Triangulasi Teori
Fakta harus diperiksa derejat kepercayaannya menggunakan satu atau lebih
teori untuk menghasilkan data lebih akurat. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa teori mengenai museum, misi, sumber belajar, belajar
sejarah, dan beberapa teori mengenai Museum Misi Muntilan.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan
meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali
apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak.79
Dalam penelitian ini, peneliti
meningkatkan ketekunan dengan melakukan pengamatan secara cermat dan
berkesinambungan terkait dengan proses evaluasi pembelajaran.
3. Diskusi Teman Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Dengan
demikian pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang
sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat
me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan.80
Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan sejawat dengan teman-teman yang
79
Sugiyono, op.cit, hlm. 370-371. 80
Lexy J. Moleong, op.cit., hlm 332-334.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
juga melakukan penelitian yang sama seperti peneliti. Selain itu, peneliti juga
melakukan diskusi dengan dosen.
H. Analisis Data
Analisi data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan catatan-catatan
(dokumentasi) yang dapat diinformasikan kepada orang lain.81
Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan membuat kesimpulan.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.82
Namun dalam
penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan
bersama pengumpulan data.
1. Analisis sebelum di lapangan
Analisis penelitian kualitatif dilakukan sebelum peneliti memasuki
lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Analisis
sebelum dilapangan akan dilakukan dengan melihat dokumen yang ada di
Museum Misi Muntilan
2. Analisis selamadi lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu,
81
Sugiyono, op.cit, hlm 88. 82
Ibid., hlm. 89.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
serta pada saat analisis jawaban diwawancarai. Miles dan Huberman dalam
Sugiono mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.83
Tahap
analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.84
Berikut ini adalah gambaran analisis data Miles dan Huberman dalam
Idrus85
:
Gambar III. Teknik Analisi Data Model Miles dan Huberman
1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal. Proses
pengumpulan data harus melibatkan informan, aktivitas, latar atau konteks
terjadinya peristiwa. Data penelitian kualitatif bukan hanya sekedar terkait
dengan kata-kata, tetapi sesungguhnya adalah segala sesuatu yang diperoleh dari
83
Ibid., hlm. 91. 84
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Op. Cit., hlm 199. 85
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta : Penerbit Erlangga, 2009, hlm. 147-
152.
Pengumpulan
Data
Penyajian
Data
Reduksi
Data
Penarikan
Kesimpulan
/ Verivikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
yang dilihat, didengar, dan diamati. Dengan demikian, data dapat berupa catatan
lapangan, sebagai hasil amatan, deskripsi wawancara, catatan harian/pribadi, foto,
pengalaman pribadi, jurnal, cerita sejarah, riwayat hidup, dan lainnya. Dalam hal
ini, peneliti mengumpulkan data dari observasi, wawancara, dan dilengkapi
dengan dokumen atau dokumentasi.
2. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Dengan
begitu, proses reduksi data dimaksudkan untuk lebih menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan,
serta mengorganisasikan data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan
kesimpulan. Dalam hal ini, peneliti melakukan reduksi data dari data-data yang
diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumen atau dokumentasi. Data
yang direduksi, yakni hasil wawancara pengunjung, guru, dan pengelola museum.
3. Penyajian Data
Display data atau penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti lebih mudah memahami
apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Data yang peneliti sajikan
berupa hasil penelitian atau temuan dan tabel.
4. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Verifikasi dan penarikan kesimpulan dimaknai sebagai penarikan arti data
yang telah ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Dengan melakukan verifikasi, peneliti
kualitatif dapat mempertahankan dan menjamin validitas dan reliabilitas hasil
temuannya. Peneliti melakukan verifikasi data-data yang telah terkumpul dari
hasil temuan atau penelitian.
I. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dalam menyusun skripsi ini,
penyusunan dibagi menjadi lima bab.
Bab I Pendahuluan, berisi pokok bahasan utama yang menjadi latar belakang
penelitian ini. Bab ini mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang kajian teori, dan kerangka pikir. Kajian teori
mencakup museum, misi, Museum Misi Muntilan, sumber belajar, dan
belajar sejarah.
Bab III Metodologi Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, instrument
pengumpulan data, teknik sampling, validitas data, analisis data dan
sistematika penulisan.
Bab IV Hasil Penelitian, mencakup deskripsi latar, hasil penelitian, dan
pembahasan.
Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Museum Misi Muntilan Pusat Animasi
Misioner di JL.Kartini 3, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Muntilan merupakan
kawasan misi, perkembangan Agama Katolik di Jawa yang meliputi, Gereja Sato
Antonius Muntilan, kerkof, bruderan, susteran dan beberapa sekolah Katolik.
Museum Misi Muntilan merupakan museum khusus yang menekankan pada
pengembangan nilai-nilai karya misi Keuskupan Agung Semarang (KAS) rintisan
Pater Frans Van Lith, SJ., serta lembaga pastoral KAS yang merupakan
konsursium Keuskupan Agung Semarang, Sarekat Yesus Provinsi Indonesia, dan
Konggregasi Bruder FIC Provinsi Indonesia.86
Museum Misi Muntilan
menyajikan koleksi atau peristiwa masa lampau pada masa kini dan sekaligus
menjadikan peristiwa sejarah sebagai dasar yang kokoh untuk membangun masa
depan.
1. Visi dan Misi Museum Misi Muntilan
Visi dan misi Museum Misi Muntilan dapat diuraikan sebagai berikut :87
a. Visi Museum Misi Muntilan
Museum Misi Muntilan sebagai Pusat Animasi Missioner yang
mengobarkan semangat misi berdasarkan misi Romo van Lith untuk menumbuh
kembangkan Gereja Keuskupan Agung Semarang.
86 Pedoman MMM PAM, op.cit, hlm. 5. 87
Brosur MMM PAM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Misi Museum Misi Muntilan
Ikut ambil bagian dalam pengembangan Gereja yang bermakna bagi
warganya dan masyarakat dengan:
1) Pengembangan iman umat pada umumnya (propagation of faith)
2) Pengembagan iman anak dan remaja (missionary childhood)
3) Pengembangan panggilan imam dan hidup bakti (Saint Peter The Apostle)
2. Tujuan, Fungsi dan Wewenang Museum Misi Muntilan
Berikut ini beberapa hal mengenai Museum Misi Muntilan yaitu :88
a. Tujuan Museum Misi Muntilan
Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner bertujuan untuk ikut
ambil bagian menjamin berkembangnya Gereja Lokal Keuskupan Agung
Semarang (KAS) sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Tuhan
Yesus Kristus.
b. Fungsi Museum Misi Muntilan
1) Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner berfungsi sebagai fasilitas
Keuskupan Agung Semarang untuk merefleksikan, memusyawarahkan, dan
mengembangkan gerakan missioner di Keuskupan Agung Semarang.
2) Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner berfungsi menjaga dan
mengembangkan kawasan situs misi Muntilan.
c. Wewenang Museum Misi Muntilan
Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner berwenang mengambil
keputusan mengenai pilihan gerakan missioner untuk pengembangan Gereja
88
Pedoman MMM PAM, op.cit,hlm. 10-11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lokal dalam konsultasi yang terus-menerus dengan Dewan Karya Pastoral
Keuskupan Agung Semarang.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting yang harus ada
dalam sebuah museum. Sebuah museum yang baik harus memiliki beberapa
fasilitas untuk menunjang kenyamanan saat pengunjung berada di museum.
Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh Museum Misi Muntilan, antara lain:89
a. Kantor pimpinan, karyawan Museum Misi Muntilan
Museum memiliki satu buah kantor yang di dalamnya terdapat meja
pimpinan museum dan karyawan. Kantor digunakan untuk mendata berbagai
macam tugas di antaranya koleksi, pengunjung, keuangan, dan kegiatan yang ada
di museum.
b. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu pendukung yang ada di museum yang
dapat dimanfaatkan untuk mencari buku-buku mengenai ajaran Agama Katolik,
Keuskupan Agung Semarang dan buku-buku pengetahuan umum.
c. Aula pertemuan
Aula pertemuan digunakan untuk ruang rapat dan ruang pertemuan untuk
memutarkan video sebelum masuk untuk melihat koleksi museum.
d. Alat Pengaman CCTV
Alat pengaman digunakan untuk memastikan koleksi-koleksi yang dipajang
tidak hilang atau rusak karena ulah pengunjung.
89
Hasil observasi pada tanggal 27 April 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
e. Pengatur Suhu
Pengatur suhu digunakan untuk mengatur koleksi yang ada di museum
sehingga koleksi yang ada tidak rusak.
f. Tempat Parkir
g. Toilet
h. Pos Keamanaan
i. Ruang Doa
j. Gereja
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan data-data yang didapatkan oleh peneliti, maka hasilnya akan
dijabarkan dalam 4 bagian yaitu : latar belakang berdirinya Museum Misi
Muntilan, koleksi yang terdapat di Museum Misi Muntilan, kegiatan dan
pemanfaatannya untuk sumber belajar sejarah. Berikut ini adalah penjelasaan hasil
penelitian:
1. Latar Belakang Berdirinya Museum
Berdasarkan hasil wawancara mengenai latar belakang berdirinya Museum
Misi Muntilan, salah satu pendiri museum mengatakan bahwa museum ini
didirikan untuk mengetahui sejarah awal mulanya Keuskupan Agung Semarang
dan perkembangannya dari masa ke masa. Selain itu, museum didirikan untuk
kepentingan orang-orang yang ingin memahami, mendalami spiritualitas atau pola
dasar penghayatan iman di Keuskupan Agung Semarang. Terutama yang paling
pokok untuk kepentingan sejarah, sehingga setiap orang bisa paham mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
sejarah Keuskupan Agung Semarang. Hal pertama yang beliau lakukan adalah
belajar mengenai hakekat sejarah, karena beliau bukan dari orang yang berlatar
belakang sejarah. Menurut beliau, sejarah itu bukan mengenai masa lampau, tetapi
sejarah itu belajar untuk memahami situasi kongkret yang terjadi saat sekarang ini
(CL.12).90
Sementara itu, pengelola museum saat ini mengatakan bahwa Museum Misi
Muntilan didirikan oleh Keuskupan Agung Semarang. Tim persiapan sudah mulai
ada sekitar tahun 1990, pada waktu itu Keuskupan Agung Semarang berulang
tahun ke 50. Pada saat ulang tahun ke 50 ada beberapa program yang dibuat oleh
Keuskupan dan programnya mengarah ke umat semua, salah satunya membuat
museum. Museum dibuat sebagai ucapan syukur kepada Tuhan dan mengingatkan
umat serta anak-anak muda mengenai sejarah karya misi Keuskupan Agung dan
Agama Katolik di Indonesia, sehingga akan timbul rasa mencintai dan menghargai
warisan budaya. Setelah itu, tahun 1990 Keuskupan Agung Semarang
memberikan gagasan untuk membuat museum.
Tahun 1998 mulailah dibentuklah Panitia Persiapan yaitu Panitia Museum
Misi Muntilan Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang. Orang yang ditunjuk
menjadi pengelola panitia pembuatan museum saat itu bukanlah dari orang-orang
sejarah, melainkan pastor penggerak umat, salah satunya Romo Bambang. Selain
panitia yang ditunjuk dalam persiapan pemabangun Museum Misi Muntilan
dilibatkan pula beberapa ahli pendidikan dan sejarawan, seperti Ibu Sumini dan
90
Hasil wawancara dengan Romo Bambang, 17 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Romo Hasto Rosarianto, SJ., aristek bangunan dari Universitas Katolik
Soegijapranata dan Bapak Marsudi sebagai praktisi museum (CL.3).91
Dalam perkembangannya, ada gagasan dari Mgr. Ignatius Suharyo agar
museum yang dibangun berbeda dengan museum yang lain, di mana museum
dapat menarik minat orang-orang untuk berkunjung. Hal ini dikarenakan pada saat
itu, ada anggapan bahwa museum hanyalah merupakan gudang bagi benda-benda
penting dan mahal. Oleh sebab itu, Mgr. Ignatius Suharyo dan para panitia ingin
mengubah pemikiran bahwa museum bukan hanya sebagai tempat menyimpan
benda-benda bersejarah, tetapi juga sebagai tempat untuk mempelajari apa yang
sudah terjadi dan untuk mempertimbangkan rencana-rencana tindak lanjut
kedepan (CL.3).
Mgr. Ignatius Suharyo berpikir supaya museum yang didirikan menjadi
museum yang hidup, museum yang bisa menjadi sarana edukasi dan museum
yang tetap ada hubungan dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu,
ditunjuklah Romo Bambang bersama tim P3J (Pelayanan, Pendampingan, dan
Pengembalaan Jemaat Keuskupan Agung Semarang) untuk mengolah Museum
Misi Muntilan menjadi museum yang hidup. Contohnya sepeda ontel dapat
digunakan sebagai sarana transportasi yang membantu proses pengembangan
karya misi. Secara historis, tahun 1998 terbentuk panitia yang terbagi dalam dua
bidang. Bidang pertama yang mengurusi benda-benda peningalan, bangunan dan
situasi sekitar. Bidang kedua, mengurusi edukasi mengenai kegiatan yang ada di
91
Hasil wawancara dengan Pak. Sena, 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Museum Misi Muntilan dan ditunjuklah Ibu Sumini berserta teman-teman dari
Museum Benteng Vrederbug. (CL.3).
Berkaitan dengan pemilihan Muntilan sebagai tempat dibangunnya
museum, tim edukasi mengatakan bahwa awalnya museum dibangun di kompleks
keuskupan, tetapi kurang begitu diminati oleh beberapa umat. Beberapa umat
memiliki anggapan bahwa museum hanya dijadikan sebagai tempat menyimpan
benda-benda mahal. Oleh karena itu, tidak ada yang orang yang mengunjunginya.
Akhirnya tahun 1998, Mgr. Ignatius Suharyo menunjuk Romo Bambang sebagai
pelaksana pembuatan museum yang hidup di Muntilan. Selain itu, muntilan
dipilih karena pertimbangan historis, di mana dulunya Muntilan dianggap sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya karya misi di Pulau Jawa atau yang dikenal
sebagai Betlehem Van Java (CL.2).92
Tim edukasi juga mengatakan bahwa pada awalnya, Museum Wisma Uskup
didirikan di Semarang, museum ini kurang mendapat perhatian dari umat. Oleh
sebab itu, beberapa pengurus museum Keuskupan Agung Semarang membuat
keputusan bersama untuk memindahkan museum ke Muntilan. Pemindahan ini
dilatar belakangi oleh pertimbangan historis yang mengatakan bahwa Muntilan
merupakan Betlehem Van Java atau tempat lahir Tuhan di Jawa (CL.12).93
Di pihak lain pengelola museum juga memperkuat anggapan sebelumnya
mengenai Muntilan dipilih karena pertimbangan historis. Hal ini dapat dilihat dari
bukti peninggalan sejarah yang ada di Muntilan, seperti para tokoh yang menjadi
pelopor karya misi di Jawa yaitu Romo van Lith, Romo Sandjaja dan Muntilan
92
Hasil wawancara dengan Pak. Puji, 27 April 2017 93
Hasil wawancara dengan Romo Bambang, 17 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dijadikan sebagai kompleks karya misi di antaranya pasturan, Gereja Antonius
Muntilan, susteran, bruderan, kerkof dan beberapa sekolah yang ada di Muntilan.
Berkaitan dengan tujuan khusus didirikan Museum Misi Muntilan, tim
edukasi mengatakan bahwa dibalik tujuan yang sudah tertera dalam buku
pedoman museum, tujuan didirikannya museum pada umumnya yaitu museum
didirikan sebagai tempat menyimpan benda-benda peninggalan sejarah, tetapi saat
sekarang ini museum juga bisa digunakan sebagai tempat pembelajar yang
bernilai sejarah. Oleh karena itu, tujuan didirikan Museum Misi Muntilan ini salah
satunya untuk pembelajaran, di mana pengunjung yang datang diajak untuk
belajar dari koleksi-koleksi yang ada. Sehingga saat pengunjung pulang mereka
akan memperoleh pengetahuan tambahan dari setiap koleksi yang sudah mereka
lihat dan akan menumbuhkan rasa bangga, mencitai dan menghargai warisan
budaya yang dimiliki bangsanya (CL.2).94
Sementara pengelola museum
mengatakan bahwa museum ini dibangun sebagai sarana belajar untuk umat
mengenai Sejarah Keuskupan Agung Semarang dan misi keKatolikan di Indonesia
khususnya Pulau Jawa (CL.3).95
Berkaitan dengan kendala yang dihadapi dalam mendirikan Museum Misi
Muntilan pengelola museum mengatakan bahwa ada beberapa kendala yang
dihadapi dalam mendirikan Museum Misi Muntilan di antaranya: pengurus
museum bukanlah dari orang-orang yang memiliki latar belakang sejarah
melainkan mereka merupakan pastor penggerak umat. Oleh karena itu, para
94
Hasil wawancara dengan Pak. Puji, 27 April 2017 95
Hasil wawancara dengan Pak Sena, 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
pengurus museum banyak belajar dan bertanya kepada ahli sejarah untuk
memudahkan mereka membuat sebuah museum yang menarik.
Selain itu, ada juga kendala lain yang dihadapi dalam hal pemahaman
mengenai museum, banyak dari mereka menganggap museum hanyalah tempat
untuk meyimpan benda-benda yang memiliki nilai sejarah, untuk itu kami sebagai
pengelola museum harus bisa mengubah pandangan orang mengenai museum
yang hanya digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda yang bernilai
sejarah. Selanjutnya dalam hal pendanaan untuk pembangunan museum, beberapa
orang beranggapan museum ini dibangun untuk kepentingan beberapa pihak,
sehingga banyak dari mereka ragu untuk memberikan sumbangan dana. Akan
tetapi, lambat laun anggapan itu pun berubah karena mereka menyadari bahwa
museum dibangun untuk kepentingan bersama, yakni agar umat memahami
mengenai karya misi Keuskupan Agung Semarang dan perkembangan Agama
Katolik di Indonesia, khususnya di Jawa (CL.3).96
Kendala lain yang dihadapi berkaitan dengan kunjungan ke museum,
pengelola museum mengalami kendala yaitu saat pengunjung yang datang tidak
memberikan informasi terlebih dahulu kepada pihak pengelola. Hal ini
dikarenakan jumlah pengelola terbatas dan pengelola museum sendiri sudah
memiliki jadwal mengenai pengunjung yang sudah memberikan konfirmasi
terlebih dahulu. Selain itu, kendala lain yang dihadapi yaitu pengelola harus
mampu menyinergikan antara museum, sekolah, gereja, dan kerkof agar
pengunjung yang datang bisa mendapatkan pengetahuan yang maksimal. Selain
96
Ibid., 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
itu, dari sisi kelembagaan tantangannya tidak mudah, di mana museum ini
didirikan dengan menyatukan berbagai lembaga di antaranya Serikat Yesus
Propinsi Indonesia, lembaga pastoral Keuskupan Agung Semarang, dan Bruder
FIC yang memiliki pemahaman berbeda-berbeda mengenai museum (CL.3).97
Senada dengan pendapat di atas salah satu pendiri museum mengatakan
bahwa kendala yang dihadapi, yakni mengenai kepemilikan tanah. Di mana tanah
yang digunakan untuk pembuatan museum adalah tanah milik Konggregasi Jesuit,
sementara beberapa pihak mengatakan bahwa tanah yang akan digunakan untuk
pembuatan museum merupakan tanah milik Paroki Muntilan. Oleh sebab itu,
dibuatlah keputusan untuk membangun sebuah tempat tinggal baru untuk para
romo dan pastoran digunakan sebagai tempat museum. Akan tetapi, banyak pihak
yang tidak setuju bila pastoran digunakan sebagai museum, sehingga diambillah
keputusan bersama untuk menggunakan pastoran baru sebagai tempat berdirinya
museum, karena pada awalnya museum ini dibangun atas program kerjasama
antara Keuskupan Agung Semarang, Serikat Jesuit, dan Bruder FIC untuk itu
segala sesuatu harus diputuskan secara bersama (CL.12).98
Di lain pihak, direktur museum sekarang mengatakan bahwa kendala yang
dihadapi dalam pemabangunan museum, yakni kendala teknis. Masih banyak
anggapan yang menyatakan bahwa museum ini dibangun sebagai tempat
menyimpan benda-benda yang bernilai sejarah. Oleh sebab itu, banyak kalangan
yang menitipkan barang-barang yang mereka miliki, seperti buku-buku, orgen
yang tidak dipakai lagi, mereka beranggapan bahwa koleski yang mereka miliki
97
Ibid., 2 Mei 2017 98
Hasil wawancara dengan Romo Bambang, 17 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
seumuran dengan Gereja Keuskupan Agung Semarang. Akan tetapi, pihak
museum menjelaskan bahwa koleksi yang ditempat di museum ini bukan
merupakan koleksi sembarangan, tetapi koleksi yang memiliki nilai sejarah bagi
Keuskupan Agung Semarang dan karya misi di Indonesia (CL.6).99
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik benang merah mengenai latar
belakang berdirinya Museum Misi Muntilan, yakni museum ini dibangung karena
museum yang lama tidak mendapat perhatian dari umat. Untuk itu museum
dipindahkan ke Muntilan karena pertimbangan historis, di mana Muntilan
merupakan tempat berkembangnya karya misi di Jawa. Hal ini dapat kita lihat dari
tokoh Romo van Lith yang menjadi peletak dasar berkembangnya karya misi yang
ada di Pulau Jawa. Dari kisah Romo van Lith ini akan memberikan teladan bagi
kita untuk memperjuangkan sebuah pendidikan, sehingga kita tidak ketinggalan
dengan bangsa lain.
Selain itu, latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan yaitu ingin
membuat sebuah museum yang hidup. Museum yang hidup yaitu museum yang
mampu memberikan wawasan kepada para pengunjung mengenai benda koleksi
yang dipajang, sehingga akan timbul imajinasi dalam diri mereka mengenai
tokoh-tokoh yang banyak memberikan karyanya untuk perkembangan Indonesia
dan menjadi teladan dalam diri mereka untuk bisa melakukan hal yang sama.
Dalam diri mereka juga akan timbul rasa bangga, kagum dan menghargai warisan
budaya yang dimiliki bangsanya.
99
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, 8 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2. Koleksi yang Ada di Museum
Berkaitan dengan koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan, ada beberapa
hal yang akan dibicarakan. Salah satunya mengenai cara melakukan pengumpulan
benda-benda agar menjadi koleksi di Museum Misi Muntilan. Semua pengurus
museum berpendapat bahwa koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan ini
diperoleh dari Wisma Uskup, Keuskupan Agung Semarang. Ada juga beberapa
koleksi yang diperoleh dengan mengganti benda koleksi yang sama, yakni
Lonceng Prenthaler karena lonceng ini merupakan salah satu peninggalan Romo
JB. Prenthaler , SJ yang didatangkan dari Belanda. Lonceng ini digunakan sebagai
sarana untuk mengingatkan umat mengenai waktu berdoa Angelus/Doa Malaikat
Tuhan setiap jam 6 pagi, 12 siang dan 6 sore. Selain itu, juga digunakan sebagai
sarana komunikasi warga masyarakat, seperti mengumpulkan warga yang
meninggal dan lain-lain.
Sementara pengelola museum mengatakan bahwa selain dari Wisma Uskup,
koleksi yang ada juga berasal dari berbagai macam Ordo/Tarekat, seperti Serikat
Yesuit, Suster-Suster yang ada di Muntilan, Gereja Keuskupan Agung Semarang
dan peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya mimbar, kursi, dan altar yang dipakai
saat Misa Paus Paulus Yohanes II tanggal 10 Oktober 1989 di Yogyakarta.
Sementara tim edukasi mengatakan bahwa koleksi yang ada di Museum Misi
Muntilan ini hampir sebagian besar diperoleh dari hibah (CL.2).100
Pengelola museum mengatakan bahwa benda-benda koleksi yang
ditempatkan di Museum Misi Muntilan merupakan benda yang memiliki
100
Hasil wawancara dengan Pak Puji, 27 April 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
hubungan dengan karya misi Keuskupan Agung Semarang. Jumlahnya sekitar 821
koleksi dan bentuknya ada jubah, patung, gambar, foto, beberapa naskah, panji,
dan lain-lain (CL.3).101
Dalam perkembangannya museum ini dikatakan sebagai
museum yang kaya, karena benda-benda koleksi yang ada merupakan benda-
benda asli dari Keuskupan Agung Semarang, para romo, suster, bruder yang
pernah tinggal dan menetap di Muntilan. Berikut ini beberapa daftar benda-benda
koleksi yang ada di ruangan museum.
Tabel 2. Daftar Koleksi Museum Perruangan102
No. Ruangan Jenis Koleksi
1. 18 dan 19 Gong dan perlengkapannya peninggalan Mgr.
Soegijapranata
Panji IHS
Kursi tahta peninggalan Mgr. Alb. Soegijapranata, SJ
2. 17 Patung Maria “St Claver Bond Nymegen Eigendum”
Patung Hati Kudus Yesus di Candi Ganjuran
Sepeda Ontel milik Mbah Darmo
3. 16 Buku Breviarium (Buku doa harian untuk
Biarawan/Biarawati menggunakan bahasa Latin)
Buku Anthiponarius (Buku doa dalam bahasa Latin
digunakan para biarawan OCSO, Temanggung)
Foto Ibu Agnes Maria Emmy Miryam, PRK
Peninggalan para misionaris dari berbagai kesusteran
Mesin ketik peninggalan Suster OSF di Muntilan
4. 15 Lonceng Angelus
Lukisan Sendangsono
Foto Romo van Lith
Foto Romo PJ. Hoevenaars, SJ
Foto Romo Johannes Baptis Prenthaler , SJ
5. 14 Kamus “Kramen Nieu Engisewoordendoek” milik
Romo R. Sandjaja
Foto Darmaatmadja bersama Paus Yoh. Paulus II dan
Uskup Asia
Surat ucapan selamat yang diberikan oleh presiden
Soekarno kepada Mgr. Alb. Soegijapranata sebagai
Uskup Agung di Indonesia
101
Hasil wawancara dengan Pak. Sena, 2 Mei 2017 102
Katalog Koleksi Benda Museum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
6. 13 Peninggalan milik Romo Sandjaja
Peningalan Romo Mangunwidjaya
7. 12 Meja Altar
Mimbar
Kursi saat Misa Paus Yoh. Paulus II tanggal 10
Oktober 1989 di Yogyakarta
Relikui
Dll
Selanjutnya berkaitan dengan pengkategorian koleksi-koleksi yang ada di
museum, para pengelola museum mengatakan bahwa koleksi yang ada di museum
tidak memiliki kategori, seperti museum-museum pada umumnya. Kategori yang
ada di Museum Misi Muntilan, yakni berdasarkan kategori alur penjelasan dari
ruangan ke ruangan. Pengelola museum menambahkan bahwa alur penjelasan di
mulai dari ruangan yang menampilkan tentang sejarah pra misi KAS, ruangan
untuk orang awam, ruangan untuk mengenal Biarawan/Biarawati, para Uskup,
kemudian kembali lagi mengenai KAS, Lonceng Prenthaler, ruangan kematiran,
dan yang terakhir mengenai gereja universal yang menampilkan mimbar, altar,
dan kursi yang pernah dipakai Paus Paulus Yohanes II tanggal 10 Oktober 1989 di
Yogyakarta. Setiap koleksi tidak sembarangan diletakan di ruangan, tetapi dicari
tahu dulu sejarah dari masing-masing koleksi yang akan ditampilkan (CL.3).103
Berkaitan dengan koleksi yang digunakan sebagai sumber belajar sejarah
sebagian besar mengatakan bahwa semua koleksi yang ada di Museum Misi
Muntilan ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran sejarah, karena setiap
koleksi memiliki nilai sejarah yang dapat digali lebih lagi untuk sumber belajar.
Sementara pengunjung edukasi mengatakan bahwa koleksi-koleksi yang ada di
103
Ibid., 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
museum semuanya dapat memberikan manfaat untuk pembelajaran, khususnya
untuk mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma. Koleksi-
koleksi yang ada sangatlah relevan dengan pembelajaran yang sedang diterapakan
di mata kuliah Sejarah Gereja (CL.9).104
Pengelola museum mengatakan bahwa koleksi yang sering digunakan
untuk pembelajaran, di antaranya koleksi yang berkaitan dengan tokoh Romo.Van
Lith dan Romo. Sandjaja karena mereka memiliki kisah yang sangat menarik
untuk dipelajari. Selain itu, mengenai sejarah Keuskupan Agung Semarang, dan
lukisan Sendangsono. Lukisan ini menggambarkan mengenai kisah Romo van
Lith yang membaptis 171 orang di Sendangsono. Untuk itu tempat ini dijadikan
kompleks peziarahan Gua Maria (CL.3).105
Sementara direktur museum sekarang mengatakan bahwa koleksi yang
sering digunakan untuk pembelajaran, yakni semua koleksi mengenai Sejarah
Keuskupan Agung Semarang, di mana setiap koleksi-koleksi memiliki nilai
sejarah. Semua koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan, akan menimbulkan
perhatian orang untuk mencari tahu mengenai sejarah dari masing-masing benda
yang dipajang, sehingga setiap koleksi dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Setiap koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan dapat ditarik hubungannya
dengan Keuskupan Agung Semarang, misalnya sepeda milik Mbah Darmo dan
celengan. Sepeda milik Mbah Darmo dipajang untuk menerangkan bahwa
Keuskupan Agung Semarang dalam sejarah juga selalu memberi ruang dan tempat
untuk perkembangan orang awam. Mbah Darmo adalah guru SD yang sangat
104
Hasil wawancara dengan Theresia April Lindawati, 10 Mei 2017 105
Hasil wawancara dengan Pak. Sena, 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
getol mengajarkan Agama Katolik dengan menggunakan sepeda. Selain itu juga
ada beberapa koleksi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar, yakni
celengan dari kaleng yang ada di ruangan (CL.6).
Sementara celengan dipajang untuk mengingatkan kita bahwa sejak awal
perkembangannya Sejarah Keuskupan Agung Semarang selalu menanamkan
solidaritas missioner dengan iklas memberi dana, derma, kolekte, urunan, dan
pengorbanan untuk orang banyak. Oleh karena itu, pengunjung selalu diarahkan
untuk mempelajari Sejarah Keuskupan Agung Semarang melalui koleksi-koleksi
yang memiliki nilai sejarah yang ada di museum (CL.6).106
Di pihak lain, guru
mata pelajaran sejarah mengatakan bahwa koleksi yang dapat digunakan untuk
pembelajaran sejarah yaitu koleksi yang berhubungan dengan catatan-catatan
sejarah, dan buku-buku. Akan tetapi, koleksi mengenai buku-buku yang ada di
Museum Misi Muntilan sangat kurang, kebanyakan buku-buku diletakan di
Kolsani (CL.7).107
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan berasal dari Wisma Uskup,
Keuskupan Agung Semarang, hibah dan mengganti dengan benda yang sama.
Benda koleksi yang diperoleh dari hibah berasal dari berbagai macam
Ordo/Tarekat, Serikat Yesuit, suster-suter yang ada di Muntilan dan berbagai
peristiwa tertentu yang memiliki nilai sejarah. Semua benda-benda koleksi yang
ada di Museum Misi Muntilan dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah,
karena setiap koleksi memiliki nilai sejarah yang dapat digali lebih lagi untuk
106
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, 8 Mei 2017 107
Hasil wawancara dengan Bruri, 9 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pembelajaran. Koleksi-koleksi yang ada juga akan memberikan rasa banga kepada
generasi sekarang untuk menghargai warisan budaya yang dimiliki bangsanya.
3. Kegiatan Edukasi yang Ada di Museum
Berkaitan dengan kegiatan edukasi yang dilaksanakan di Museum Misi
Muntilan, sebagian besar mengatakan bahwa kegiatan edukasi yang dilakukan di
museum ini berkaitan dengan rekoleksi dan pendampingan pengunjung.
Pengunjung yang datang harus dipandu untuk memudahkan mereka mengenal
koleksi yang ada di museum. Pengunjung diajak untuk meyaksikan sejarah
Keuskupan Agung Semarang, karya misi dan perkembangan Gereja Katolik di
Indonesia. Sementara salah satu pendiri museum mengatakan bahwa siapapun
yang terlibat di dalam museum harus bisa menguasai edukasi yang ada. Hal ini
dilakukan karena keterbatasan pengelola museum dan juga untuk mengatisipasi
bila pengunjung yang datang jumlahnya banyak, sehingga setiap pengelola
museum dapat mendampingi pengunjung yang datang. Bila pengunjung yang
datang banyak mereka akan membaginya dalam beberapa kelompok, untuk itu
semua pengurus diwajibkan menguasai sejarah dari masing-masing koleksi
(CL.12).108
Sementara itu, pengelola museum mengatakan bahwa pendampingan
pengunjung dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendampingan singkat dan
pendampingan panjang. Pendampingan singkat waktunya 1-2 jam. Pendampingan
singkat yaitu rombongan yang terdiri dari banyak orang ditempatkan dalam
108
Hasil wawancara dengan Romo Bambang, 17 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
rangkaian kegiatan ziarah biasanya berasal dari Semarang, Surabaya, Jakarta,
Yogyakarta, Magelang dan kota lain-lain. Oleh karena itu, pengunjung yang
datang diberikan pengantar melalui film yang ditampilkan, selanjutnya diajak
untuk berkeliling melihat koleksi-koleksi yang ada di museum, kemudian
dilakukan proses tanya jawab sembari menjelaskan koleksi yang ada. Biasanya
museum akan ramai pada bulan-bulan Mei, Oktober, dan liburan (CL.3).109
Pendampingan panjang sekitar 4 jam sampai weekend, dalam istilah rohani
disebut rekoleksi, di mana pengunjung yang datang bukan hanya wisata untuk
mengunjungi museum melainkan pengunjung diajak untuk lebih mendalami
koleksi yang ada di museum. Misalnya mengenai foto Mgr. Albertus
Soegijapranata, SJ., yang mempunyai semboyan “100% Katolik 100% Indonesia”.
Pengunujung diberikan kesempatan untuk merefleksikan semboyan Mgr. Albertus
Soegijapranata, SJ., yaitu “100% Katolik, 100% Indonesia”. Setelah itu,
ditanyakan manfaat yang diperoleh dari rekoleksi yang telah dilakukan dan setiap
pengunjung ditanamkan nilai kerohanian dalam diri mereka setelah melihat
koleksi-koleksi yang ada di museum (CL.3).
Direktur museum sekarang mengatakan bahwa kegiatan edukasi yang
berkaitan dengan rekoleksi harus memberikan refleksi-refleksi yang berkaitan
dengan hidup orang Katolik khususnya untuk pengunjung yang beragama Katolik.
Tidak hanya itu, pengunjung pun diarahkan untuk melihat dan mengamati peran
Gereja Keuskupan Agung Semarang dalam perkembangannya bagi masyarakat
dan bangsa Indonesia. Selain itu, kegiatan edukai yang ada di Museum Misi
109
Hasil wawancara dengan Pak. Sena, 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Muntilan, yakni mengadakan kerjasama-kerjasama, misalnya beberapa kali ada
orang yang menulis tentang Sejarah Keuskupan Agung Semarang yang
bekerjasama dengan Museum Misi (CL.6).110
Tim edukasi mengatakan bahwa kegiatan edukasi yang ada di museum ini
tidak hanya mengantarkan pengunjung, tetapi ada juga kegiatan lain, di antaranya
mengadakan kerjasama dengan pengurus Kerkof setiap malam Selasa Kliwonan
dengan mengadakan pengajian memakai musik tradisional dan khotbah. Hal ini
sebagai salah satu saran untuk mendekatkan Museum Misi Muntilan dengan
masyarakat sekitar. Tampilan ini merupakan proses edukasi karena hampir semua
yang menangani adalah pengelola museum. Selain itu, mengunjungi kelompok-
kelompok tertentu untuk memperkenalkan Museum Misi Muntilan, sehingga
mereka dapat mengenal Museum Misi Muntilan bukan hanya menjadi gudang
tempat penyimpanan benda, tetapi menjadi museum yang hidup dengan
peninggalan-peninggalan yang ada (CL.2).111
Berkaitan dengan kegiatan rutin yang dilakukan di Museum Misi Muntilan,
pengelola museum mengatakan bahwa kegiatan rutin yang dilakukan, yakni
mendampingi sekolah-sekolah yang ada di lingkungan sekitar museum, seperti
SMP Kanisus yang memanfaatkan museum setiap hari Jumat untuk mengenal
Museum Misi, sedangkan SMA van Lith mewajibkan setiap siswa baru untuk
mengenal Museum Misi Muntilan. Selain itu, Selasa Kliwononan yang dilakukan
dengan masyarakat sekitar untuk mengenalkan Museum Misi. Hal ini dilakukan
untuk menumbuhkan toleransi antar umat beragama dan membuka sekat-sekat
110
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, 8 Mei 2017 111
Hasil wawancara dengan Pak. Puji, 27 April 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
yang ada (CL.3).112
Sementara direktur museum sekarang mengatakan bahwa
kegiatan rutin yang dilakukan di Museum Misi Muntilan, yakni kegiatan
perawatan, konsulidasi atau pembicaraan-pembicaraan ditingkat staf dalam hal
kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sepanjang hari khususnya dalam hal
pendampingan pengunjung (CL.6).113
Berkaitan dengan kegiatan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar
terutama sejarah di Museum Misi Muntilan direktur museum mengatakan bahwa
kegiatan yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar terutama sejarah yaitu
kegiatan pendampingan. Pengunjung yang datang didampingi untuk menjelaskan
mengenai koleksi-koleksi yang ada, sehingga pengunjung yang datang dapat
memiliki wawasan pengetahuan yang baru mengenai sejarah karya misi
Keuskupan Agung Semarang dan perkembangan Agama Katolik di Indonesia.
Semua pengunjung yang datang diajak untuk merefleksikan tentang manfaat yang
diperoleh dari kunjungannya ke museum (CL.6).114
Berkaitan dengan pengunjung yang datang ke museum sebagian kecil
pengurus mengatakan bahwa pengunjung yang datang kebanyakan umat Katolik.
Hal ini dikarenakan koleksi-koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan ini
berkaitan dengan karya misi Keuskupan Agung Semarang dan sejarah Agama
Katolik di Indonesia terutama Pulau Jawa. Sementara Romo Nugroho mengatakan
bahwa pengunjung yang datang meliputi anak-anak TK, pelajar (SD, SMP, SMA),
mahasiswa, dan umat umum. Profesinya bermacam-macam ada pejabat Gereja,
Biarawan/Biarawati, guru dan lain-lain. Ada pula beberapa wisatawan
112
Hasil wawancara dengan Pak. Sena, 2 Mei 2017 113
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, 8 Mei 2017 114
Ibid, 8 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Mancanegara yang dibawa oleh biro perjalanan untuk mengunjungi tempat-tempat
bersejarah. Selain itu, dari beberapa Komunitas Penggemar Museum dan
Komunitas Pencita Sejarah yang datang berkunjung untuk melihat koleksi-koleksi
yang ada di museum beserta dengan sejarah dari setiap koleksi yang ditampilakn
(CL.6). Semua kalangan mengunjungi dan memanfaatkan museum untuk
keperluan pendidikan, rekreasi dan beberapa hal yang berkaitan dengan museum.
Senada dengan pendapat di atas, pengelola museum juga mengatakan bahwa
tidak hanya pengunjung dari umat Katolik sendiri, tetapi dalam perkembangnya
juga mulai ada beberapa kelompok lintas iman yang berkunjung ke Museum Misi
Muntilan, di antaranya ANSOR, NU, dan beberapa mahasiswa yang ingin menulis
skripsi. Misalnya mahasiswa IAIN yang menyusun tugas akhir mengenai
perbandingan Romo Van Lith dengan Sunan Kalijaga dan mahasiswa UNY yang
tertarik mengenai sejarah Gereja yang ada di Museum Misi Muntilan (CL.3).115
Macam-macam kalangan memanfaatkan museum ini. Mgr. Pujasumarta dalam
Surat Gembala menyebut bahwa umat Katolik Keuskupan Agung Semarang
didorong untuk datang ke Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner untuk
belajar menganai sejarah Agama Katolik di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa
dan mengenai Keuskupan Agung Semarang. Berikut ini data pengunjung Museum
Misi Muntilan tahun 2016.
Tabel 3. Data Pengunjung MMM116
Januari - Desember 2016
No Jenis Pengunjung Jumlah
1. Pengunjung Pelaku Studi 1.451
2. Pengunjung Bertujuan Khusus 39
3. Pengunjung Rekreasi 3.632
115
Hasil wawancara dengan Pak. Sena, 2 Mei 2017 116
Buku kesan dan kesan pengunjung tahun 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Berkaitan dengan kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan
edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan, pengelola museum mengatakan
bahwa kendala yang dihadapi dalam kegiatan edukasi, yakni bila pengunjung
yang datang tidak memberikan informasi terlebih daluhu kepada pihak museum,
karena pihak museum sudah memiliki program yang harus dikerjakan seperti
mendampingi pengunjung yang sudah memberikan konfirmasi sebelumnya.
Selain itu, kendala yang dihadapi yaitu dalam hal manajemen waktu, pihak
museum sendiri memiliki jumlah staf yang terbatas. Oleh sebab itu, pengunujung
yang datang sebaiknya memberikan kabar terlebih dahulu sebelum datang ke
museum, sehingga dapat terlayani dengan baik (CL.3).117
Sementara itu, direktur museum mengatakan bahwa kendala yang kami
hadapi yaitu dalam inovasi penyelenggaraan. Di mana kolekis-koleksi yang
ditampilkan hanya begitu-begitu saja. Mereka ingin memberikan pengertian yang
mudah ditangkap oleh anak-anak, remaja bahkan orang dewasa mengenai sejarah
dan misi dari setiap benda koleksi yang ada sehingga pengunjung yang datang
tertarik mengenai sejarah koleksi-koleksi yang ditampilkan. Selain itu, kendala
lain yang kami hadapi yaitu banyak diantara umat yang ingin menyumbangkan
koleksi yang mereka miliki di rumah untuk diletakan di Museum Misi Muntilan.
Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa koleksi yang sudah cukup tua dapat
ditempatkan begitu saja di Museum karena selama ini banyak anggapan yang
mengatakan bahwa museum digunakan sebagai tempat menyimpan benda-benda
tua dan bernilai sejarah, untuk itu kami memberi pemahaman kepada para
117
Ibid., 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pengunjung megenai koleksi yang dapat dipajang di museum, yakni koleksi yang
memiliki nilai sejarah mengenai Sejarah Keuskupan Agung Semarang (CL.6).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan edukasi
yang ada di Museum Misi Muntilan, di antaranya kegiatan pendampingan
pengunjung, rekoleksi, Selasa Kliwonan, pembuatan buku-buku sejarah mengenai
koleksi-koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan. Kegiatan pendampingan dan
rekoleksi dilakukan untuk memudahkan pengunjung menangkap informasi
mengenai koleksi-koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan. Selain itu, ada
kegiatan rekoleksi yang merupakan kegiatan menggali informasi yang mereka
peroleh setelah melihat benda-benda koleksi yang ada di museum, sehingga
nantinya akan menumbuhkan rasa menghargai warisan budaya yang dimiliki
bangsa Indonesia.
Kegiatan lain yaitu Selasa Kliwonan yang dilakukan dengan mengadakan
pengajian memakai musik tradisional dan khotbah. Hal ini sebagai salah satu
saran untuk mendekatkan Museum Misi Muntilan dengan masyarakat sekitar.
Nantinya Selasa Kliwonan ini akan menimbulkan toleransi antar umat beragama
dan membuka sekat-sekat yang ada. Oleh karena itu, kegiatan edukasi yang ada di
museum tidak sekedar untuk umat Katolik, tetapi juga untuk masyarakat di sekitar
Museum Misi Muntilan.
4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah
Dalam penelitian ini, peneliti memilih beberapa informan untuk ditanyakan
mengenai pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Sebelum mewawancari informan terkait dengan pemanfaatan Museum Misi
Muntilan sebagai sumber belajar sejarah, terlebih dahulu peneliti menggali
pemahaman informan mengenai museum secara umum. Ketika peneliti bertanya
kepada pengunjung tentang pernahkah berkunjung ke museum dan museum mana
yang pernah dikunjungi. Hampir semua pengunjung menjawab pernah berkunjung
ke museum. Museum yang rata-rata mereka kunjungi adalah Museum Benteng
Vredeburg, Museum Merapi, Museum Geologi, Museum Kereta Api. Sementara
sebagian kecil pengunjung mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya dia
berkunjung ke museum (CL.1).118
Berkaitan dengan aktivitas yang sering mereka lakukan saat berkunjung ke
museum sebagian besar mengatakan bahwa kegiatan yang sering mereka lakukan
yaitu mengamati, melihat dan mecari tahu nilai sejarah dari masing-masing benda
koleksi yang di museum. Sementara pengunjung pelaku studi mengatakan bahwa
tidak hanya melihat, membaca sejarah koleksi-koleksi yang tertera di label, tetapi
juga berfoto dengan koleksi yang ada (CL.10).119
Berkaitan dengan kesan yang mereka dapatkan saat berkunjung ke Museum
Misi Muntilan pengunjung pelaku rekreasi mengatakan bahwa kesan yang
diperoleh saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan yaitu museum ini
memperlihatkan bagaimana Agama Katolik di Indonesia dalam perjalanannya
terus berkembang. Dalam perkembangannya banyak tokoh yang tetap bertahan
118
Hasil wawancara dengan Yuni Irwanto, 22 April 2017 119
Hasil wawancara dengan Donita Sari, 15 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dalam menyembarkan misi, meskipun banyak hal sulit yang terjadi di tempat
mereka melayani, misalnya Romo van Lith (CL.1).120
Sementara itu, pengunjung pelaku studi mengatakan bahwa kesan diperoleh
saat berkunjung ke museum ini adalah bangga, karena di Muntilan sebagai kota
yang kecil ternyata banyak melahirkan tokoh-tokoh sejarah atau para misionaris
yang menyebarkan Agama Katolik di Pulau Jawa khususnya Romo van Lith
(CL.10). Beberapa pengunjung mengatakan bahwa kesan mereka dapatkan saat
berkunjung ke Museum Misi Muntilan mereka merasa nyaman dan tenang.
Guru matapelajaran sejarah mengatakan bahwa kesan yang diperoleh saat
berkunjung ke museum yaitu museum ini dibuat untuk mengenal jasa-jasa Romo
van Lith dan sejarah Gereja Katolik (CL.7).121
Sementara mahasiswa UGM
mengatakan bahwa kesan yang didapatkan saat berkunjung ke Museum Misi
Muntilan yaitu penasaran mengenai koleksi yang ada. Sebetulnya dia sudah
memiliki gambaran mengenai cerita tentang museum ini, tetapi isi di dalamnya
belum ada gambaran (CL.14).122
Berikut ini beberapa data mengenai kesan
pengunjung yang pernah datang ke Museum Misi Muntilan di antaranya:
Tabel 4. Kesan Data Pengunjung Museum Misi Muntilan Tahun 2016
No Tanggal Nama Asal Kesan
1. 05-07-2016 SMA Pangudi
Luhur
Muntilan Menambah
pengetahuan dan
keingintahuan
mengenai penyebaran
Agama Katolik yang
dilakukan oleh Romo
van Lith.
120
Hasil wawancara dengan Yuni Irwanto, 22 April 2017 121
Hasil wawancara dengan Bruri, 9 Mei 2017 122
Hasil wawancara dengan Riyan, 18 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
2. 11-08-2016 Kel. Editha dan
Ibu Maria
Lembang,
Jawa Barat
Sangat menarik
mempelajari sejarah
perkembangan Agama
Katolik (merupakan
museum yang hidup).
3. 13-08-2016 Keluarga besar
SMP Perdana
Semarang
Semarang Sangat menarik dan
menambah ilmu
pengetahuan sejarah.
4. 16-08-2016 Pendidikan Agama
Katolik USD
Yogyakarta Keren, kagum,
menambah wawasan
dan semakin semangat
untuk mewartakan.
5. 19-08-2016 Liza Ariesta,
Rizki, Aan
Rukmana, M.
Saleh
Kemendikbud Pekerjaan yang
dilakukan dengan hati
akan sampai ke hati
dan mempengaruhi
seluruh kehendak hati.
6. 21-08-2016 PRMK FSM
UNDIP
Semarang Inspirasi iman dan
perwataan yang
mengagumkan.
7. 31-08-2016 TK Pangudi Luhur
Muntilan
Muntilan Luar biasa.
8. 11-09-2016 Prodiakon Paroki
St. Maria
Annuntiata
Sidoarjo Menambah
pengetahuan dan
penguatan iman untuk
melaksanakan misi
sebagai umat Katolik
dalam kehidupan
berlingkungan dan
bermasyarakat.
Selanjutnya berkaitan dengan pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai
sumber belajar, sebagian besar mengatakan museum ini dapat digunakan sebagai
sumber belajar sejarah. Mereka memiliki alasan masing-masing mengenai
museum yang dapat digunakan untuk sumber belajar di antaranya siswa SMA
Pangudi Luhur van Lith yang mengatakan bahwa museum ini cocok sekali
dijadikan sebagai sumber belajar karena kita dapat belajar mengenai sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Muntilan sampai disebut Betlehem van Java (CL.10).123
Sementara itu, siswa
SMA Pangudi Luhur van Lith lain mengatakan bahwa museum ini cocok
dimanfaatkan sebagai sumber belajar karena koleksi-koleksi yang ada dapat
memberikan manfaat sendiri dalam pembelajaran (CL.11).124
Sementara mahasiswa Universitas Sanata Dharma mengatakan bahwa
museum ini sangat cocok digunakan sebagai sumber belajar sejarah, meskipun
koleksi yang ada sangat condong ke arah Agama Katolik. Akan tetapi, dalam
sebuah pembelajaran kita harus bisa mengaitkan beberapa ilmu yang kita peroleh,
karena dalam pembelajaran sejarah, sejarah tidak bisa hidup sendiri melainkan
membutuhkan ilmu bantu lain. Sebagai salah satu sumber belajar sejarah, hal ini
sesuai dengan mata kuliah yang sedang diambil mengenai Sejarah Gereja. Banyak
koleksi yang dapat dijadikan contoh kongkret mengenai perkembangan Gereja
Katolik di Indonesia (CL.9).125
Sementara pengunjung pelaku rekreasi mengatakan bahwa museum ini
sangat cocok dimanfaatkan untuk sumber pengetahuan, di mana fasilitas yang ada
di museum ini sudah sangat memadai. Sebelum kita memasuki ruang museum,
kita disediakan tempat untuk menonton video mengenai Museum Misi Muntilan.
Setelah itu, kita akan diajak ke ruangan museum dan pengelola museum akan
menjelaskan satu persatu mengenai koleksi yang ada di museum (CL.13).126
Selanjutnya Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum SMA Pangudi Luhur van
Lith mengatakan bahwa museum ini sangat cocok digunakan sebagai sumber
123
Hasil wawancara dengan Donita Sari, 15 Mei 2017 124
Hasil wawancara dengan Theresia Donal Cristian, 15 Mei 2017 125
Hasil wawancara dengan Theresia April Lindawati, 10 Mei 2017 126
Hasil wawancara dengan F.X.Agung Prabowo, 18 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
belajar sejarah, tetapi belum ada materi sejarah yang berkaitan dengan Museum
Misi Muntilan. Namun untuk pengetahuan sejarah secara umum, museum ini
cocok digunakan untuk menambah wawasan dalam pengenalan mengenai sejarah
Gereja Katolik dan Romo van Lith (CL.5).127
Senada dengan pendapat di atas, guru matapelajaran sejarah mengatakan
bahwa Museum Misi Muntilan sangat cocok digunakan sebagai sumber belajar
sejarah, terutama untuk anak-anak van Lith karena visi misi yang dimiliki sangat
relevan dengan museum. Selain itu, anak-anak juga dapat belajar mengenai
sejarah Romo van Lith. Caranya belajar yaitu anak-anak diajak untuk berkunjung
ke museum. Akan tetapi, pada kurikulum pendidikan kita saat ini, khususnya
dalam mata pelajaran sejarah belum didapati materi mengenai proses masuknya
Agama Kristen dan Katolik yang baru ada masuknya Agama Hindu, Buddha,
Islam sekalipun sedikit disinggung namun belum dibahas secara mendalam.
Untuk materi yang hampir mendekati, yaitu perkembangan kolonialisme di
Indonesia, itupun hanya sekilas misalnya tentang gold, glory, gospel, dan latar
belakang penjelajahan (CL.7).128
Sementara itu, mahasiswa UGM mengatakan bahwa museum ini cocok
digunakan sebagai sumber belajar sejarah, tetapi masih banyak data-data
mengenai koleksi-koleksi yang masih kurang cerita sejarahnya. Seperti pada
waktu itu ada sekelompok anggota yang ingin mencari data mengenai Lonceng
Angelus, tetapi museum hanya memiliki data sebatas lonceng ditemukan dan
127
Hasil wawancara dengan Robertus Balok, 8 Mei 2017 128
Hasil wawancara dengan Bruri, 9 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
digunak belum mengetahui sejarahnya secara mendalam (CL.14).129
Dipihak lain,
mahasiswi Universitas Sanata Dharma mengatakan bahwa Museum Misi
Muntilan kurang cocok digunakan untuk sumber belajar sejarah karena koleksi-
koleksi yang ada di museum itu belum memiliki kejelasan sudah ditampilkan
(CL.8).130
Menurut pengamatan peneliti pengunjung ini memang tidak memiliki
ketertarikan mengenai Museum Misi Muntilan, sehingga ia menjawab bahwa
museum ini tidak cocok kalau digunakan sebagai sumber belajar terutama sejarah.
Berkaitan dengan kunjungan ke Museum Misi Muntilan sebagian besar
pengunjung mengatakan bahwa kunjungan yang mereka lakukan ini berdasarkan
tugas sekolah, kuliah dan juga rekreasi. Pengunjung pelaku rekreasi mengatakan
bahwa kunjungan yang dilakukan bersama teman-temannya merupakan rekreasi
yang diadakan oleh Komunitas Anak Muda Katolik Universitas Surabaya. Di
komunitas ini kami melakukan ziarah ke tempat-tempat yang bernilai religus dan
juga belajar mengenai sejarah perkembangan Agama Katolik di Indonesia
(CL.1).131
Senada dengan pengunjung di atas, pengunjung pelaku rekreasi lain
mengatan bahwa kunjungan yang mereka lakukan ke Museum Misi muntilan
dalam rangka rekreasi untuk menambah pengetahuan tentang Agama Katolik
(CL.13).132
Sementara siswa SMA Pangudi Luhur van Lith (CL.10, CL.11) mengatakan
bahwa dalam melakukan kunjungan ini mereka diajak oleh sekolah untuk
mengenal Musuem Misi Muntilan. Setiap awal tahun ajaran baru mereka diajak
129
Hasil wawancara dengan Riyan, 18 Mei 2017 130
Hasil wawancara dengan Indri, 10 Mei 2017 131
Hasil wawancara dengan Yuni Irwanto, 22 April 2017 132
Hasil wawancara dengan F.X. Agung Prabowo, 18 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
untuk mengenal museum secara lebih dekat dengan datang berkunjung ke sana.
Mahasiswi Universitas Sanata Dharma (CL.8, CL.9) mengatakan bahwa dalam
melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini dilakukan berdasarkan tugas
kuliah, di mana mereka diajak untuk melihat beberapa hal yang dapat digunakan
untuk bahan Pengembangan Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Berkaitan dengan cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai
sumber belajar sejarah, sebagian besar mengatakan bahwa cara memanfaatkannya
dengan mendampingi para pengunjung untuk melihat koleksi-koleksi yang ada di
museum serta menjelaskan setiap koleksi yang ada dan diajak untuk menggali
wawasan mereka mengenai benda yang mereka lihat sendiri. Sementara direktur
museum mengatakan bahwa setelah ada pendampingan diharapkan ada studi-studi
khusus yang dibuat berkaitan dengan koleksi, keberadaan, maupun tujuannya
yang dimiliki museum. Studi-studi tersebut setidaknya dapat membantu
merefleksikan dan memperdalam wawasan mengenai koleksi yang mereka lihat.
Misalnya dalam bentuk karya tulis, dan jurnal yang sangat berperan dalam tujuan
pembuatan museum (CL.6).133
Sementara itu, salah seorang anggota tim edukasi mengatakan bahwa cara
memanfaatk museum sebagai sumber belajar yaitu dengan membuat buku-buku
mengenai sejarah dari koleksi-koleksi yang ditampilkan. Biasanya digunakan
untuk souvenir, sehingga mereka dapat menggali lagi sejarah dari setiap koleksi
yang sudah diterangkan dengan membaca buku yang ada (CL.2).134
Selain itu,
pengelola museum mengatakan bahwa caranya dengan datang berkunjung,
133
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, 8 Mei 2017 134
Hasil wawancara dengan Pak. Puji, 27 April 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
melihat, dan membantu pengunjung untuk berefleksi dan mempertimbangkan lagi
keberadaan dirinya setelah melihat koleksi masa lampau mengenai kenyataan
dirinya selama ini. Dengan pengamatan yang diperoleh, nantinya akan mendorong
mereka membuat aksi, baik sendiri maupun secara bersama-sama. Inilah metode
atau cara yang ditempuh untuk membantu pelajar, mahasiswa, masyarakat, umat
untuk mengembangkan karakter, sehingga didapat hasil yang memuaskan untuk
hidupnya dan sesama (CL.3).135
Sementara guru matapelajaran yang ada disekitar museum mengatakan
bahwa cara memanfaatkan museum sebagai sumber belajar yaitu dengan datang
berkunjung ke Musuem Misi Muntilan, sehingga siswa yang diajak dapat
memperoleh pengetahuan umum mengenai Agama Katolik dan penyebaran karya
misi di Indonesia.
Berkaitan dengan kendala yang dihadapi untuk menjadikan Museum Misi
Muntilan sebagai sumber belajar sejarah, pihak museum mengatakan bahwa
kendala yang mereka hadapi yakni dalam hal penyedian data mengenai koleksi
yang ada di Museum Misi Muntilan, masih banyak data yang belum jelas
mengenai sejarahnya. Sementara itu, dari guru mata pelajaran sejarah kendala
yang dihadapi dalam hal catatan-catatan sejarah. Masih banyak koleksi yang
belum memiliki keterangan mengenai sejarah kolekisi tersebut, sehingga membuat
mereka kesulitan dalam menerangkan koleksi kepada siswa. Sementara guru SMP
Kanisus mengatakan bahwa tidak ada kendala yang dihadapi karena kita
mempunyai kompleks yang sama dengan Museum Misi, sehingga kapan saja
135
Hasil wawancara dengan Pak. Sena, 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
datang ke museum mereka terbuka dan menerima dengan senang hati (CL.4).136
Menurut peneliti, informan kurang begitu memahami mengenai pertanyan yang
sedang diajukan, hal ini dikarenakan informan tersebut tidak memanfaatkan
museum tersebut sebagai seumber belajar, karena menurut dia tidak ada materi
yang cocok digunakan untuk memanfaatkan museum sebagai sumber belajar
khususnya sejarah. informan mengatakan pembelajaran yang cocok yaitu Agama
Katolik.
Sementara dari pengunjung sendiri kendala yang dihadapi untuk
menjadikan museum ini sebagai sumber sejarah yaitu masih banyak koleksi-
koleksi yang belum begitu jelas nilai sejarahnya. Sementara Theresia April
Lindawati mengatakan bahwa kendala yang dihadapi untuk menjadikan Museum
Misi Muntilan sebagai sumber belajar yaitu museum ini kurang begitu di ekspos
oleh masyarakat. Banyak orang kurang mengetahui kalau di Muntilan sendiri
punya sebuah museum yang tidak kalah dengan museum lainnya yang ada di
Indonesia (CL.9).137
Pengunjung pelaku studi mengatakan bahwa kendala yang dihadapi untuk
mejadikan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah, yakni dalam
hal pendampingan. Kebanyakan orang kadang malas untuk mengikuti sebuah
pendampingan sampai selesai dan menurutnya beberapa koleksi-koleksi yang ada
di museum harus ditampilkan secara visual untuk memudahkan orang melihat
koleksi-koleksi yang ada di museum (CL.1).138
Selanjutnya siswa SMA Pangudi
Luhur van Lith mengatakan bahwa kendala yang dihadapi untuk menjadikan 136
Hasil wawancara dengan Pak. Joko, 8 Mei 2017 137
Hasil wawancara dengan Theresia April Lindawati, 10 Mei 2017 138
Hasil wawancara dengan Yuni Irwanto, 22 April 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
museum sebagai sumber belajar yaitu masih banyak orang yang beranggapan
kalau Museum Misi cocoknya digunakan hanya untuk pelajaran agama saja.
Padahal di dalamnya terdapat banyak sumber belajar yang dapat dihubungkan
dengan pembelajaran sejarah (CL.10).139
Di lain pihak, pengunjung pelaku rekreasi mengatakan bahwa menurutnya
tidak ada kendala yang dihadapi untuk menjadikan museum ini sebagai tempat
belajar, karena koleksi yang ada sudah cukup beragam dan sangat memberi
pengetahuan bagi setiap pengunjung yang datang ke Museum Misi Muntilan
(CL.13).140
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai cara
memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar yaitu dengan
datang berkunjung dan melihat koleksi yang ada, tidak sekedar melihat tetapi
mencari tahu mengenai sejarah dari setiap koleksi yang dilihat, sehingga dapat
menambah wawasan pengetahuan mengenai setiap koleksi yang ada di museum,
seperti halnya mengenai sejarah karya misi Keuskupan Agung Semarang dan
Agama Katolik di Indonesia. Dalam perkembangnya museum ini dirasa sangat
cocok digunakan sebagai salah satu sumber belajar baru selain pembelajaran di
kelas, karena mereka bisa belajar secara langsung dengan melihat koleksi-koleksi
yang ada. Dengan melihat langsung koleksi yang ada di museum akan
menumbuhkan rasa ingin tahu mengenai koleksi yang ada, sehingga setiap dari
mereka akan menghargai dan mencintai warisan budaya yang di miliki bangsa
Indonesia.
139
Hasil wawancara dengan Donita Cristian, 15 Mei 2017 140
Hasil wawancara dengan F.X. Agung Prabowo, 18 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
C. Pembahasaan
1. Latar Belakang Berdirinya Museum Misi Muntilan
Berdasarkan hasil penelitian, para pengelola museum mengatakan bahwa
latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan, sudah mulai ada sekitar tahun
1990. Pada waktu itu Keuskupan Agung Semarang berulang tahun ke 50. Pada
saat ulang tahun ke 50 ada beberapa program yang dibuat oleh keuskupan salah
satunya membuat museum. Museum ini didirikan untuk mengetahui sejarah awal
mulanya Keuskupan Agung Semarang dan perkembangannya dari masa ke masa.
Selain itu, museum didirikan untuk kepentingan orang-orang yang ingin
memahami, mendalami spritualitas atau pola dasar penghayatan iman di
Keuskupan Agung Semarang. Oleh sebab itu, dibangunlah sebuah museum di
Semarang, tetapi museum ini kurang mendapat perhatian dari umat, sehingga
museum dipindahkan ke Muntilan.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh teori mengenai latar belakang berdirinya
Museum Misi Muntilan pada buku pedoman museum. Pada saat peringatan 50
tahun Gereja Keuskupan Agung Semarang (KAS) pada tahun 1990 memiliki
empat macam program: 1) pendataan; 2) musyawarah pastoral; 3) penulisan
sejarah; dan 4) pendirian museum. Masing-masing program terlaksana dengan
aneka dinamika. Dalam hal pendirian museum, sejak tahun 1992 sudah dirintis
terjadinya suatu museum Gereja Keuskupan Agung Semarang dengan
dilaksanakannya penataan benda-benda koleksi peninggalan karya misi
Keuskupan Agung Semarang. Tempat presentasi benda-benda koleksi ini berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
di Wisma Uskup Keuskupan Agung Semarang, Jalan Pandanaran 13 Semarang.
Namun, keberadaannya kurang mendapatkan perhatian dari umat.141
Kemudian muncul gagasan dari Mgr. Ignatius Suharyo agar museum yang
dibangun sekarang berbeda dengan Wisma Uskup dan museum lain, di mana
museum yang dibangun harus dapat menarik minat orang-orang untuk
berkunjung. Hal ini dikarenakan pada saat itu, ada anggapan bahwa museum
hanyalah merupakan gudang bagi benda-benda penting dan mahal, sehingga pada
saat itu tidak ada umat yang berkunjung ke Wisma Uskup. Oleh sebab itu, Mgr.
Ignatius Suharyo dan para panitia ingin mengubah pemikiran umat bahwa
museum bukan hanya sebagai tempat menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi
juga sebagai tempat untuk mempelajari apa yang sudah terjadi dan untuk
mempertimbangkan rencana-rencana tindak lanjut kedepan. Beliau berpikir
supaya museum yang didirikan menjadi museum yang hidup, museum yang bisa
menjadi sarana edukasi, museum yang tetap ada hubungan dengan perkembangan
zaman.
Dari pernyataan di atas diperkuat dengan teori mengenai kesadaran sejarah.
Di mana dalam diri panitia museum Keuskupan Agung Semarang sudah nampak
mengenai pentingnya sejarah bangsanya, bagi perkembangan kehidupan di masa
sekarang dan mendatang. Dengan demikian, kesadaran sejarah tidak tidak lain
dari pada kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna
141
Pedoman MMM PAM, op.cit,hlm. i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dan hakekat sejarah bagi masa kini dan bagi masa yang akan datang, menyadari
dasar pokok bagi berfungsinya makna sejarah dalam proses kehidupan.142
Sementara itu, museum yang hidup bukan sekedar gudang mahal sebagai
tempat mengumpulkan dan menjaga benda dari masa lampau, tetapi museum yang
mampu membuat setiap orang yang datang ke sana memiliki rasa bangga dan
kagum mengenai warisan budaya yang di miliki bangsanya. Guna mewujudkan
gambaran “museum yang hidup”, Mgr. Ignatius Suharyo sejak awal telah
menekankan pentingnya peran dan fungsi bidang edukasi. Bidang edukasi inilah
yang akan menjadi “nyawa” bagi MMM,143
karena saat para pengunjung datang
dan melihat koleksi yang ada akan menumbuhkan imajinasi dari tokoh-tokoh yang
ditampilkan, sehingga menumbuhkan semangat cinta tanah air dalam dirinya.
Berkaitan dengan pemilihan Muntilan sebagai lokasi didirikan museum para
pengelola mengatakan bahwa pemilihan lokasi museum didasarkan atas
pertimbangan historis.144
Di mana dulunya Muntilan merupakan tempat
berkembangnya karya misi di Jawa. Dari hasil observasi juga dapat dilihat bahwa
Muntilan memiliki nilai historis yang cukup kental. Hal ini dibuktikan dari
beberapa situs sejarah misi yang ada di Muntilan, seperti kerkof, bruderan,
susteran, dan beberapa sekolahan. Banyak dari pengunjung tidak hanya
berkungjung ke museum melainkan mereka juga berziarah ke makam-makam para
romo yang ada di Kerkof Muntilan, seperti Romo van Lith, dan Romo Sandjaja.
Pertimbangan historis lain juga diperkuat dengan teori mengenai sejarah
Romo van Lith saat menyebarkan misi di Muntilan. Saat di Muntilan Pastor van 142
Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta : Ombak, 2011, hlm. 140. 143
Ibid., hlm. v. 144
Ibid., hlm.i.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lith melihat bahwa pengertian umat tentang agama di sana sangat dangkal. Oleh
karena itu, Pastor van Lith tinggal di Kampung Semampir di tengah orang-orang
Jawa, untuk memperkenalkan kepada umat mengenai karya keselamatan Allah.145
Romo van Lith menggunakan pendidikan sebagai sarana dalam perkembangan
misi di Jawa Tengah. Karya misi di Jawa dalam perkembangannya dipusatkan
kepada pendidikan di Muntilan, karena akar segala kekurangan ialah bahwa para
misionaris kurang mahir dalam bahasa dan adat Jawa, maka segala tenaga
dipusatkan kepada studi dan kontak kepada lapisan masyarakat di Muntilan dan
sekitarnya.
Pada tahun 1902, Romo van Lith mendirikan tiga kelembagaan:
perkumpulan pribumi untuk badan hukum urusan umat, rumah sakit, dan sekolah
dengan sistem asrama. Akan tetapi, menyadari situasi bangsa Jawa yang tertindas
karena penjajahan Belanda dan gejolak kebangkitan nasional, Romo van Lith
memilih bidang pendidikan sebagai landasan karya misinya. Dengan kerangka
berpikir seperti itu, pendidikan yang diperjuangkan oleh Romo van Lith berbeda
dengan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada masa itu
pemerintah Nederland sedang melancarkan politik etis untuk membalas budi
penderitaan orang pribumi dengan tiga progam: irigasi, transmigrasi, dan
edukasi.146
Di dalam program edukasi, dibukalah sekolah-sekolah untuk orang pribumi
agar dapat menjadi pegawai pemerintah Hindia Belanda. Karena berhubungan
dengan masalah pembiayaan, maka yang dapat bersekolah tentu hanya kaum
145
Tim. KAS, op.cit, hlm.18-20. 146
Tim Edukasi MMM PAM, op.cit, hlm. 34-35.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
ningrat dan pengusaha kaya. Romo van Lith memang memperjuangkan agar anak,
remaja dan kaum muda menjadi terdidik tanpa memandang golongan miskin atau
pun kaya. Tetapi lebih dari itu, karya pendidikan tidak terutama untuk mencetak
calon-calon pegawai. Bagi Romo van Lith karya pendidikan menjadi sarana untuk
perwujudan iman. Istilah perwujudan iman berarti tekanan kepada pengalaman
atau tindakan hidup yang cocok dengan nilai-nilai iman kristiani.
Dalam diri mereka sosok Romo van Lith merupakan tokoh yang berjasa
bagi perkembangan karya misi di Jawa. Sementara itu, tujuan utama Museum
Misi Muntilan yaitu ikut ambil bagian menjamin berkembangnya Gereja Lokal
Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-
murid Tuhan Yesus Kristus.147
Para pengelola menyadari bahwa tujuan umum
tersebut harus dijabarkan bukan hanya menjamin berkembangnya Gereja Lokal
Keuskupan Agung Semarang, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran yang
bernilai sejarah di mana pengunjung yang datang diajak untuk belajar dari
koleksi-koleksi yang ada. Sehingga pengunjung yang datang tidak pulang dengan
tangan kosong, tetapi mendapat ilmu dari koleksi-koleksi yang mereka lihat
sendiri. Nantinya akan menimbulkan rasa kagum dan bangga terhadap benda-
benda peninggalan sejarah, sehingga mereka akan lebih lagi menghargai warisan
budaya yang di miliki bangsanya. Kemudian sebagai sarana belajar untuk umat
mengenai Sejarah Keuskupan Agung Semarang dan misi Kekatolikan di Indonesia
khususnya Pulau Jawa.
147
Pedoman MMM PAM, op.cit,hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Sementara untuk masalah kendala yang dihadapi dalam mendirikan
Museum Misi Muntilan, para pengelola mengatakan bahwa kendala yang dihadapi
yaitu selama ini mereka bukanlah dari orang-orang yang memiliki latar belakang
yang cukup memadai untuk membuat sebuah museum yang besar seperti museum
yang ada di Indonesia. Mereka adalah Lembaga Pelayanan Pendampingan
Penggembalaan Jemaat Keuskupan Agung Semarang (P3J KAS) yang mengurusi
mengenai umat. Hal ini diperkuat oleh pengelola yang menyatakan bahwa dalam
pembuatan museum dilibatkan pula beberapa ahli, seperti ahli pendidikan dan
sejarawan yaitu Ibu Sumini, Romo Hasto Rosarianto, SJ., aristek bangunan
museum dari Universitas Katolik Soegijapranata dan Bapak Marsudi sebagai
praktisi museum (CL.12). Dilibatkanya beberapa ahli untuk mendukung tim P3J
KAS dalam membuat sebuah museum.
Hal ini juga diperkuat dengan teori yang mengatakan bahwa P3J KAS sejak
awal diharapkan menjadi tenaga pokok bidang edukasi Museum Misi Muntilan.
Tim P3J KAS adalah tim kerja yang dipakai oleh Komisi Karya Misioner (KKM)
Keuskupan Agung Semarang untuk menjalankan program gerakan missioner. P3J
KAS didirikan pada tahun 1981, pada awalnya terbatas melayani Dewan Paroki.
Dalam perekembangannya P3J KAS melayani pula kader fungsionaris Dewan
Paroki termasuk pendampingan iman anak sebagai sarana pembinaan calon
anggota dewan paroki.148
Senada dengan hal tersebut masalah lain yang menjadi kendala dalam
pembuatan museum yaitu soal kepemilikian tanah, karena tanah yang digunakan
148
Ibid, hlm. v-vi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
untuk membuat museum adalah tanah milik Konggergasi Jesuit. Awalnya gedung
Pastoral Antonius Muntilan menjadi gedung museum. Sementara pastoral
dibuatkan gedung baru, tetapi banyak pertentangan timbul. Melalui Surat
Keputusan Bersama (SKB) antara Uskup Agung Semarang, Romo Provinsial SJ.,
dan Bruder Propinsial FIC No. 752/A/VIII/19/99 Perihal: Museum Misi Muntilan.
Meneguhkan kesepakatan tak tertulis yang telah berjalan. Konggregasi Serikat
Yesus Provinsi Indonesia menyediakan aset tanah bagi pembangunan Museum
Misi Muntilan (MMM). Pemakaian aset tanah Serikat Jesuit di kompleks misi
Muntilan untuk karya permuseuman mendapat persetujuan Pater Jendral Serikat
Yesus.149
2. Koleksi yang Ada di Museum Misi Muntilan
Dalam pengumpulan berbagai benda yang akan dijadikan koleksi museum,
baik berupa benda asli (realita) ataupun tidak asli (replika). Pengadaan koleksi
dapat dilakukan dengan cara (1) hibah (hadiah atau sumbangan); (2) titipan; (3)
pinjaman; (4) tukar menukar dengan museum lain.150
Berdasarkan hasil penelitian
tentang pengumpulan benda koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan. Semua
pengurus museum berpendapat bahwa koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan
ini diperoleh dari hibah (hadiah atau sumbangan). Hibah atau sumbangan ini
diperoleh dari Wisma Uskup, Keuskupan Agung Semarang.
Hal ini juga diperkuat oleh direktur museum (CL.6) yang menyatakan
bahwa koleksi yang ada juga berasal dari berbagai macam Ordo/ Tarekat, seperti
149
Ibid, hlm. iv. 150
Direktorat Museum, op. cit, hlm 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Serikat Yesuit, Suster-Suster yang ada di Muntilan, Gereja Keuskupan Agung
Semarang dan peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya mimbar, kursi, dan altar
yang dipakai saat Misa Paus Paulus Yohanes II tanggal 10 Oktober 1989 di
Yogyakarta.
Selain itu, koleksi yang ada di museum didapat dari tukar menukar dengan
museum lain. Tukar menukar di sini bukan dari museum lain, melainkan dari
Gereja Boro. Di mana koleksi yang dimiliki Gereja Boro yaitu Lonceng
Prenthaler ditukar dengan lonceng baru. Lonceng Prenthaler ini merupakan salah
satu peninggalan Romo JB. Prenthaler, SJ., yang didatangkan dari Belanda.
Lonceng ini digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan umat mengenai waktu
berdoa Angelus/Doa Malaikat Tuhan setiap jam 6 pagi, 12 siang dan 6 sore.
Selain itu, juga digunakan sebagai sarana komunikasi warga masyarakat, seperti
mengumpulkan warga yang meninggal dan lain-lain.151
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis museum di antaranya Museum
Umum, Museum Sejarah, Museum Seni dan Museum Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.152
Setiap museum memiliki kategori sendiri mengenai koleksi yang
mereka miliki. Berdasarkan wawancara (CL.3) mengenai pengkategorian koleksi
yang ada di museum, pengelola museum mengatakan bahwa alur penjelasan di
mulai dari ruangan yang menampilkan tentang sejarah pra misi Keuskupan Agung
Semarang, ruangan untuk orang awam, ruangan untuk mengenal
Biarawan/Biarawati, mengenal Uskup, kemudian kembali lagi mengenai
Keuskupan Agung Semarang, Lonceng Prenthaler, ruangan kematiran, dan yang
151
Katalog Museum Misi Muntilan, hlm. 3 152
Kemendikbud,2017,Cagarbudaya,(http.kemdikbud.go.id/regmus/index.php/public/…/RPP-
Tentang-Museum), diakses 21 April 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
terakhir mengenai gereja universal yang menampilkan mimbar, altar, dan kursi
yang pernah dipakai Paus Paulus Yohanes II tanggal 10 Oktober 1989 di
Yogyakarta. Setiap koleksi tidak sembarangan diletakan di ruangan, tetapi dicari
tahu dahulu sejarah dari masing-masing koleksi yang akan ditampilkan, sehingga
nantinya jelas akan diletakan di ruangan mana. Hal ini juga diperkuat dari hasil
observasi yang dilakukan tanggal 27 April 2017, di mana setiap koleksi
dikategorikan menurut alur penjelasan seperti yang diungkapkan pengelola
museum.
Koleksi menjadi bagian terpenting yang harus ada dalam setiap museum.
Koleksi museum adalah semua jenis benda material hasil budaya manusia, alam,
dan lingkungan yang disimpan dalam museum dan mempunyai nilai bagi
pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan teknologi serta
kebudayaan. Setiap koleksi yang ada di museum dapat digunakan sebagai sumber
belajar terutama sejarah.153
Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan ini dapat
digunakan untuk pembelajaran sejarah karena disetiap koleksi memiliki nilai
sejarah yang dapat digali lebih lagi untuk sumber belajar terutama sejarah.
Koleksi yang ditampilkan Museum Misi Muntilan memiliki kekhasan
tersendiri, di mana koleksi-koleksi yang ada di museum mengenai sejarah
Keuskupan Agung Semarang dan karya misi di Jawa. Sama halnya dengan
Museum Sangiran yang merupakan museum arkelogi, museum ini juga memiliki
kekhasan tersendiri dari setiap koleksi yang ditampilkan. Koleksinya berhubungan
dengan kehidupan pra sejarah yang di dalamnya berisi fosil-fosil manusia purba
153
Ibid., hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dan peningalannya. Kekhasan ini juga dibuktikan dari observasi yang dilakukan,
di mana koleksi-koleksi yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan semuanya
berhubungan dengan karya misi Agama Katolik dan Gereja Keuskupan Agung
Semarang.
Setiap koleksi yang ada memberikan manfaat tersendiri untuk setiap
pembelajaran. Tergantung kita memanfaatkannya dan melihat manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan pengunjung (CL.9) bahwa
koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan dapat dijadikan sebagai salah sumber
belajar sejarah, seperti pada mata kuliah sejarah Gereja di Prodi Pendidikan
Sejarah,Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Di mana, koleksi yang ada dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran dengan menghubungkan koleksi-koleksi
yang ada untuk pembelajaran di kampus.
Sementara berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah
bidang kurikulum SMA Pangudi Luhur van Lith mengenai manfaat Museum Misi
Muntilan sebagai sumber belajar beliau (CL.5), mengatakan bahwa Museum Misi
memberikan manfaat bagi siswa SMA Pangudi Luhur van Lith. Museum
memberikan manfaat untuk memperkenalkan pendiri sekolah yaitu Romo van Lith
kepada para siswa baru dan memperkenalkan perkembangan karya misi di
Muntilan. Hal ini diperkuatkan oleh pengola yang meyatakan bahwa koleksi-
koleksi yang sering digunakan untuk pembelajaran, di antaranya koleksi yang
berkaitan dengan tokoh-tokoh yang mengembangkan karya misi di Muntilan,
seperti Romo.Van Lith dan Romo. Sandjaja. Tokoh-tokoh ini memiliki kisah yang
sangat menarik untuk dipelajari dan dijadikan teladan bagi kehidupan kita saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dan masa yang akan datang. Seperti halnya kisah Romo van Lith yang membaptis
171 orang di Sendangsono.154
Hal ini membuktikan bahwa karya misi dapat
berkembang khususnya di Muntilan sebagai tempat awal berkembangnya Agama
Katolik di Jawa.
3. Kegiatan Edukasi yang Ada di Museum Misi Muntilan
Bidang edukasi adalah bidang karya Museum Misi Muntilan Pusat
Animasi Misioner yang menghidupkan Museum Misi Muntilan Pusat Animasi
Misioner dengan merumuskan dan mengembangkan konsep missioner
berdasarkan sejarah karya misi Keuskupan Agung Semarang dan pegangan
pengembangan iman, yaitu kitab suci, tradisi magisterium, dan tanda-tanda
zaman.155
Berdasarkan teori tersebut kegiatan edukasi yang dilaksanakan di
Museum Misi Muntilan, sebagian besar mengatakan bahwa kegiatan edukasi yang
dilakukan di museum ini berkaitan dengan rekoleksi dan pendampingan
pengunjung. Pengunjung yang datang harus dipandu untuk memudahkan mereka
mengenal koleksi yang ada di museum. Pengunjung diajak untuk meyaksikan
sejarah Keuskupan Agung Semarang, karya misi dan perkembangan Gereja
Katolik di Indonesia. Setelah melihat koleksi yang ada di museum, nantinya akan
menumbuhkan wawasan baru bagi dirinya dan akan menimbulkan rasa
menghargai warisan budaya yang di miliki bangsa Indonesia.
Selain kegiatan di atas ada kegiatan edukasi lain yang dilakukan di
Museum Misi Muntilan, di antaranya mengadakan kerjasama dengan pengurus
154
Tim Edukasi MMM PAM, op.cit, hlm. 31. 155
Pedoman MMM PAM, op.cit, hlm. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Kerkof setiap malam Selasa Kliwonan dengan mengadakan pengajian memakai
musik tradisional dan khotbah. Hal ini natinya akan menimbulkan toleransi antar
umat beragama dan membuka sekat-sekat yang ada. Kegiatan edukasi yang ada di
Muntilan tidak hanya untuk umat Katolik, tetapi juga untuk masyarakat di sekitar
Museum Misi Muntilan. Selain itu, mengunjungi kelompok-kelompok tertentu
untuk memperkenalkan museum, sehingga mereka dapat mengenal Museum Misi
Muntilan bukan hanya menjadi gudang tempat penyimpanan benda-benda mahal
dan bernilai sejarah, tetapi menjadi museum yang hidup dengan peninggalan-
peninggalan yang ada.
Ketika ditanya tentang kegiatan rutin yang dilakukan Museum Misi
Muntilan, para pengelola menjawab bahwa kegiatan rutin yang dilakukan, yaitu
mendampingi pengunjung. Pengunjung yang datang didampingi untuk
memperkenalkan koleksi yang ada sehingga mereka dapat menggali nilai sejarah
dari setiap koleksi. Kegiatan pendampingan (Rekoleksi) dengan sekolah-sekolah
yang ada di lingkungan sekitar museum. Seperti SMP Kanisus yang
memanfaatkan museum setiap Jumat untuk mengenal Museum Misi, tetapi mulai
sekarang hal ini jarang dilakukan. Sementara, SMA van Lith mewajibkan setiap
siswa baru untuk mengenal Museum Misi Muntilan.
Kegiatan edukasi tersebut sesuai dengan teori mengenai tugas tim kerja
bidang edukasi dalam buku pedoman museum pasal 15, di antaranya (1)
Menentukan konsep missioner Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner
berdasarkan semangat missioner; (2) Menggali nilai-nilai missioner benda-benda
koleksi dan menentukan tempatnya dalam kerangka konsep missioner Museum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner; (3) Mendampingi pengunjung untuk
merasakan dinamika perkembangan missioner lewat melihat benda-benda koleksi
Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner; (4) Menumbuhkan dan
mengembangkan semangat missioner lewat gerak-gerak missioner dan pelayanan-
pelayanan pendampingan; (5) Menerbitkan buku-buku yang sesuai dengan konsep
missioner Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner; (6) Mengelola
sosialisasi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner; (7)
Menyelenggarakan penyegaran bagi para fungsionaris yang terlibat bersama
Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner.156
Dari teori tersebut dapat kita
lihat bahwa kegiatan pendampingan menjadi kegiatan pokok dan utama yang ada
dalam Musuem Misi Muntilan.
Museum berfungsi sebagai wahana pendidikan, sarana membagi
pengetahuan (baik baru maupun lama) dan juga tempat melakukan studi. Museum
tidak hanya dituntut untuk pembelajaran umum, namun harus juga mampu
menyokong perkembangan ilmu pengetahuan selayaknya pusat studi dan pusat
kajian universitas. Museum juga menjadi tempat penelitian atau bekal sejarawan
untuk mendapatkan sumber sejarah berupa dokumen, foto, dan lain-lain.157
Untuk
itu dalam penyelenggaranya kami memiliki kendala untuk bisa membuat museum
berfungsi sebagai sumber belajar sejarah.
Sementara dalam hal kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan
kegiatan edukasi yang ada di museum para pengelola menjawab bahwa kendala
yang dihadapi dalam kegiatan edukasi yaitu dalam inovasi penyelenggaraan. Di
156
Ibid., hlm. 16. 157
Khidir Marsanto P, op.cit., hlm. 28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
mana barang-barang yang ada di museum hanya ditampilkan begitu-begitu saja,
untuk itu mereka ingin memberikan pengertian yang mudah kepada anak-anak,
remaja bahkan orang dewasa, sehingga mereka dapat mengerti maksud dari setiap
penjelasan yang sudah disampaikan. Mereka ingin menyampaikan nilai sejarah
dan misi dari setiap benda koleksi yang ada sehingga pengunjung yang datang
tertarik dengan sejarah Keuskupan Semarang dan karya misi di Pulau Jawa.
Kendala lain yaitu dalam hal kunjungan yang mendadak, kami kesulitan
untuk mengelola waktu saat ada pengunjung yang belum membuat janji,
sedangkan di museum sendiri sudah ada program dan janji dengan pengunjung
lain yang sudah memberikan konfirmasi terlebih dahulu, karena jumlah staf yang
ada sangat terbatas. Oleh karena itu, setiap staf yang terlibat di Museum Misi
Muntilan diharapakan mampu mengusai bidang edukasi.
Pengunjung juga menjadi hal utama yang harus ada bagi sebuah museum.
Pengunjung museum juga dapat dibedakan menjadi tiga kategori, di antaranya
pengunjung pelaku studi, pengunjung bertujuan tertentu dan pengunjung pelaku
rekreasi.158
Pengunjung pelaku studi ialah mereka yang menguasai bidang studi
tertentu berkaitan dengan koleksi tertentu untuk menambah wawasannya
mengenai museum. Pengunjung pelaku studi mengamati koleksi yang ada dengan
merekam beberapa keterangan yang ada untuk keperluan penelitian.
Pengunjung pelaku studi tidak hanya memanfaatkan museum sebagai
tempat penelitian, tetapi juga bekal untuk mereka mengenal lebih dalam mengenai
koleksi yang ada di museum. Pengunjung bertujuan tertentu ialah mereka yang
158
Schouten, op.cit., hlm. 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
datang ke museum karena ada kegiatan atau acara tertentu yang akan dilaksanakan
di museum, seperti pameran, pertunjukan budaya dan lain-lain. Pengunjung
pelaku rekreasi ialah pengunjung yang ingin memanfatkan museum untuk tujuan
rekreasi. Mereka hanya melihat-lihat benda yang dipamerkan serta mengamati
objek pameran secara sekilas tanpa pengamatan yang lebih detail.
Pengunjung yang datang ke Museum Misi Muntilan kebanyakan berasal
dari umat Katolik karena koleksi-koleksi yang ada kebanyakan mengenai
Keuskupan Agung Semarang dan sejarah agama Katolik di Indonesia terutama
Pulau Jawa. Pengunjungnya meliputi anak-anak TK, pelajar (SD, SMP, SMA),
mahasiswa, dan umat umum. Profesinya juga macam-macam ada pejabat gereja,
Biarawan/Biarawati. Namun dalam perkembangnya mulai ada beberapa kelompok
lintas iman yang berdatangan, hanya untuk melihat atau juga belajar. Misalnya
ANSOR, NU, dan beberapa mahasiswa yang ingin menulis skripsi. Misalnya
mahasiswa IAIN yang menyusun tugas akhir mengenai perbandingan Romo Van
Lith dengan Sunan Kalijaga dan mahasiswa UNY yang tertarik mengenai sejarah
Gereja yang ada di Museum Misi Muntilan. Dari sini dapat kita lihat bahwa
Museum Misi Muntilan dapat menumbuhkan toleransi antara umat beragama,
dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk sekedar melihat ataupun
belajar mengenai sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang dan perkembangan
karya misi di Indonesia.
Dari data pengunjung di atas dapat kita kelompokkan ke dalam kategori
pengunjung yang datang ke Museum Misi Muntilan. Pengunjung pelaku studi
yaitu para mahasiswa yang memanfaatkan museum untuk membuat laporan tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
akhir atau skripsi, anak-anak TK, SD, SMP, dan SMA. Mereka memanfatkan
koleksi yang ada untuk mencari tahu mengenai sejarah dari koleksi yang mereka
lihat. Pengunjung bertujuan tertentu adalah mereka yang datang ke Museum Misi
Muntilan karena ada kegiatan yang diadakan di sana, seperti pameran dan buka
puasa bersama, di antaranya ANSOR dan NU. Pengunjung rekreasi yaitu mereka
yang memanfaatkan museum untuk belajar dan sekaligus rekreasi, di antaranya
Suster, Pater, Romo, Paroki-paroki yang ada di Indonesia, misdinar, keluarga,
umat Katolik dan masih banyak lagi.
4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah
Museum merupakan sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari
keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum,
yang bertugas merawat, mengumpulkan, melestarikan, meneliti,
mengkomunikasikan dan memamerkan warisan sejarah kemanusiaan yang
berwujud benda, untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan hiburan.159
Museum
merupakan salah satu tempat yang pernah dikunjungi oleh setiap lapisan
masyarakat. Seperti halnya pengunjung yang datang ke Museum Misi Muntilan.
Berkaitan dengan museum yang ada di Indonesia sebagaian pengunjung
mengatakan pernah datang ke beberapa museum di antaranya Museum Benteng
Vredeburg, Museum Merapi, Museum Geologi, Museum Kereta Api dan masih
banyak museum lain yang ada di Indonesia. Di Indonesia sendiri ada beberapa
jenis museum di antaranya Museum Umum, Museum Sejarah, Museum Seni dan
159
Ibid., hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.160
Museum umum merupakan
museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan
lingkungan yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu, dan
teknologi. Contohnya: Museum Indonesia di TMII, Museum Nasional.
Sementara Museum sejarah merupakan museum yang mencakup
pengetahuan sejarah dan kaitannya dengan masa kini dan masa depan. Museum
seni merupakan museum yang memberikan sebuah ruang untuk pameran seni,
biasanya merupakan seni visual, dan biasanya terdiri dari lukisan, ilustrasi, dan
patung. Selanjutnya Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan
museum yang koleksinya terdiri dari berbagai jenis ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah diciptakan.
Dari data di atas, dapat kita lihat bahwa museum yang ada di Indonesia
cukup banyak dan beragam. Kegiatan yang dilakukan di museum pun beragam,
ketika para pengunjung ditanya tentang kegiatan yang sering dilakukan saat
berkunjung ke museum sebagian besar menjawab mengamati, melihat dan mecari
tahu nilai sejarah dari masing-masing benda koleksi yang di museum. Selain
melihat, mereka juga membaca dan berfoto dengan koleksi-koleksi yang ada di
museum.
Selain kegiatan tersebut, setiap pengunjung pasti memiliki kesan yang
berbeda-beda saat datang ke museum. Berdasarkan wawancara dapat ditarik
kesimpulan bahwa kesan yang mereka dapat dari kunjungan ke Museum Misi
Muntilan yaitu museum ini memperlihatkan bagaimana Agama Katolik di
160
Kemendikbud,2017,Cagarbudaya,(http.kemdikbud.go.id/regmus/index.php/public/…/RPP-
Tentang-Museum), diakses 21 April 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Indonesia dalam perjalannya terus berkembang. Dalam perkembangannya banyak
memperlihatkan para tokoh-tokoh yang terus berjuang untuk tetap kuat dalam
melaksanakan pelayanannya, meskipun banyak hal sulit yang terjadi di Muntilan,
seperti halnya Romo van Lith. Di lain pihak mereka menjawab bahwa kesan yang
mereka dapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan, mereka merasa nyaman
dan tenang. Sementara yang lain mengatakan bahwa kesan yang di dapatkan saat
berkunjung ke museum ini yaitu penasaran dengan koleksi yang ada di museum.
Sebelumnya sudah ada gambaran mengenai cerita tentang museum ini, tetapi
mengenai isi koleksi di dalamnya belum ada gambaran.
Dari data di atas, mengenai kesan pengunjung dapat kita kaitan dengan
teori mengenai fungsi museum menurut ICOM (Internasional Council of
Museum) di antaranya pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya,
dokumentasi dan penelitian ilmiah, pengenalan dan penghayatan kesenian,
pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa, visualisasi warisan alam
dan budaya, cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, dan pembangkit rasa
bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.161
Dari fungsi tersebut,
museum ingin menumbuhkan kesan kagum kepada setiap pengunjung yang
datang ke museum. caranya dengan menampilkan koleksi-koleksi yang dapat
memberi pengaruh bagi pengunjung yang datang. Melalui koleksi tersebut,
nantinya akan menimbulkan sikap cinta tanah air yaitu dengan menjaga warisan
budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.
161
Amir Sutaarga, op.ci., hlm 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Berkaitan dengan pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai sumber
belajar, sebagian besar mengatakan bahwa museum ini cocok digunakan untuk
sumber belajar sejarah. Sumber belajar merupakan salah satu komponen dalam
kegiatan belajar yang memungkinkan individu memperoleh pengetahuan,
kemampuan, sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan. Sumber belajar memberikan
pengalaman belajar dan terlaksananya proses belajar dengan baik.162
Ketika
ditanya mengenai pemanfaatan museum untuk sumber belajar para pengunjung
menjawab museum ini cocok sekali dijadikan sebagai sumber belajar sejarah,
karena dari museum ini kita dapat mengetahui sejarah Muntilan sampai disebut
Betlehem van Java dan sejarah Keuskupan Agung Semarang.
Dalam perjalannya museum ini dirasa sangat memberi manfaat untuk
sumber belajar sejarah, di mana koleksi-koleksi yang dihadirkan sangat erat sekali
dengan kehidupan sehari-hari. Khususnya untuk Mahasiswa Prodi Pendidikan
Sejarah Universitas Sanata Dharma yang mengambil mata kuliah Sejarah Gereja.
Museum Misi Muntilan ini dapat memberikan manfaat dalam pembelajaran
karena implementasinya sangat sesuai dengan pembelajaran. Koleksi-koleksi yang
ada dapat memberikan banyak pengetahuan untuk mengenal sejarah Keuskupan
Agung Semarang dan masuknya Agama Katolik di Indonesia khususnya Pulau
Jawa.
Sementara itu, beberapa guru mengatakan bahwa pemanfaatan Museum
Misi Muntilan sebagai sumber belajar sangat cocok, tetapi belum ada materi
sejarah dalam kurikulum yang sesuai dengan koleksi yang ada di Museum Misi
162
Sitepu, op.cit.,hlm. 18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Muntilan. Di kurikulum pendidikan kita saat ini khususnya dalam mata pelajaran
sejarah, belum didapat materi mengenai proses masuknya Agama Kristen Katolik
yang ada baru masuknya Agama Hindu, Buddha, Islam sekalipun sedikit
disinggung belum dibahas secara mendalam. Untuk materi yang hampir
mendekati, yaitu mengenai perkembangan kolonialisme di Indonesia itupun hanya
sekilas misalnya tentang gold, glory, gospel, dan latar belakang penjelajahan.
Mengaitkan sebuah materi dengan materi lain dalam pembelajaran sangat
diperlukan. Apalagi materi yang dikaitkan langsung kelihatan dan relevan dengan
kehidupan. Seperti halnya sejarah, sejarah tidak bisa hidup sendiri tanpa ilmu
bantu lain, sama halnya dengan pembelajaran. Untuk itu, dalam sebuah
pembelajaran seorang guru akan selalu berusaha agar materi pengajaran yang
disampaikan/disajikan mampu diserap/dimengerti dengan mudah oleh peserta
didik. Untuk memudahkan peserta didik menerima materi pengajaran tersebut
perlu diusahakan agar peserta didik dapat menggunakan sebanyak mungkin alat
indera yang dimiliki. Makin banyak alat indera yang digunakan untuk
mempelajari sesuatu, makin mudah di ingat apa yang dipelajari.163
Berkaitan dengan kunjungan yang mereka lakukan ke Museum Misi
Muntilan sebagian besar menjawab bahwa kunjungan yang mereka lakukan ini
berdasarkan tugas sekolah, kuliah dan juga rekreasi. Hal ini didukung dengan teori
mengenai kategori pengunjung museum, yakni pengunjung pelaku studi,
pengunjung bertujuan tertentu dan pengunjung pelaku rekreasi. Kunjungan yang
mereka lakukan kebanyakan masuk ke dalam pengunjung pelaku studi dan
163
John D. Latuheru, op. cit., hlm. 15-16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pengunjung pelaku rekreasi. Pengunjung pelaku studi ialah mereka yang
menguasai bidang studi tertentu berkaitan dengan koleksi museum untuk
menambah wawasan dalam pembelajaran. Sementara pengunjung pelaku rekreasi
ialah pengunjung yang ingin memanfatkan museum untuk tujuan rekreasi.164
Berdasarkan data di atas beberapa pengunjung menjawab, bahwa
kunjungan yang mereka lakukan bersama teman-teman merupakan kunjungan
rekreasi yang diadakan oleh inisiatif sendiri, seperti Komunitas Anak Muda
Katolik Universitas Surabaya dan Kodam IV Diponegoro Semarang. Sementara
itu, beberapa pengunjung lain menjawab bahwa kunjungan yang mereka lakukan
dari sekolah ataupun kampus dalam rangka menggunakan museum sebagai
sumber pembelajaran. Salah satunya SMA van Lith yang mengajak peserta didik
baru untuk berkunjung dan mengenal museum secara lebih dekat setiap awal
tahun ajaran. Sementara ada beberapa mahasiswa yang melakukan kunjungan
berdasarkan tugas kuliah, di mana mereka diajak untuk melihat beberapa benda
koleksi yang ada di museum untuk dijadikan sebagai bahan Pengembangan
Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Berkaitan dengan wawancara, pengelola museum mengatakan bahwa cara
memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar yaitu dengan
pendampingan. Pengunjung yang datang didampingi untuk memudahkan mereka
mengetahui jenis koleksi yang ada di museum, sehingga nantinya dapat
menambah wawasan mengenai benda yang mereka lihat sendiri. Kemudian
pengunjung diajak untuk merefleksikan dan memperdalam apa yang sudah
164
Schouten, op.cit., hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
mereka lihat. Salah satunya yang dibuat oleh teman-teman dalam bentuk karya
tulis, jurnal, dan tulisan-tulisan kecil yang sangat berperan dalam tujuan
pembuatan museum. Nantinya hal ini akan mendorong mereka untuk membuat
aksi, baik individual maupun bersama-sama dengan beberapa hal yang sudah
dilihat di museum. Mereka akan lebih lagi mencintai warisan budaya yang
dimiliki bangsa Indonesia dan meneladi para tokoh-tokoh yang berjasa dalam
menyebarkan Agama Katolik.
Hal ini sesuai dengan teori mengenai tugas tim kerja bidang edukasi dalam
pasal 15 yang salah satunya kegiatanya adalah mendampingi pengunjung untuk
merasakan dinamika perkembangan missioner lewat melihat benda-benda koleksi
Museum Misi Muntilan.165
Sehingga nantinya pengunjung yang datang mendapat
manfaat dari kunjungan yang telah dilakukan.
Sementara para guru mengatakan bahwa cara memanfaatkan Museum
Misi Muntilan sebagai sumber belajar yaitu dengan datang berkunjung langsung
ke museum. Hal ini dilakukan untuk memudahkan siswa menangkap langsung
pengetahuan yang didapat melalui pengamatan. Pembelajaran yang dilakukan di
luar kelas akan mengurangi kebosanan siswa. Dengan pembelajaran di luar kelas
siswa akan mudah menangkap pengetahuan dari setiap benda yang diamati,
seperti gambar, foto, sketsa, atau grafik yang nantinya akan menumbuhkan sikap
kritis dalam menanggapi setiap hal yang disampaikan baik di kelas maupun di luar
kelas.
165
Pedoman MMM PAM, op.cit., hlm. 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Dalam kerucut pengalaman Edgar Dale museum dapat dimasukan dalam
pengalaman melalui karyawisata. Pengalaman yang diperoleh peserta didik
melalui karyawisata ini sangat berarti, dalam hal memperkaya dan memperluas
pengalaman belajar peserta didik. Peserta didik dapat mencatat, mengadakan
observasi, tanya jawab dan membuat laporan mengenai segala sesuatu yang dilihat
dan dilakukan selama berkaryawisata. Sehingga diperoleh pengetahuan yang akan
selalu diingat karena mereka merasakan sendiri dari pengalaman melihat secara
langsung.166
Museum merupakan sumber belajar yang sangat tepat untuk
mengembangkan imajinasi peserta didik. Akan tetapi, masih banyak masyarakat,
termasuk lembaga pendidikan, yang memandang museum sebagai tempat
menyimpan dan memelihara benda-benda peninggalan sejarah serta menjadi
sebuah gedung penghias kota. Akibatnya, masyarakat malas untuk mengunjungi
museum karena mereka menganggap museum sebagai tempat yang kuno. Untuk
itu, museum harus dapat mengubah presepsi masyarakat umum sebagai suatu
bangunan yang membuat orang betah, nyaman dan mau mengunjunginya.167
Dari data di atas dapat kita kaitkan dengan kendala yang dihadapi untuk
menjadikan Museum Misi Muntilan ini sebagai sumber belajar sejarah.
Kendalanya, masih banyak orang yang kadang malas mengikuti sebuah
pendampingan sampai ceritanya berakhir. Kebanyakan dari mereka hanya sebatas
mendengarkan penjelasan dari petugas museum. Untuk itu ada pendapat yang
mengatakan bahwa koleksi-koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan harus
166
John D. Latuheru, op. cit., hlm 17-20. 167
Schouten, op.cit., hlm. 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
ditampilkan secara visual sehingga memudah orang melihat koleksi-koleksi yang
ada di museum. Saat museum ditampilkan dengan konsep yang menarik
pengunjung yang datang akan tertarik, kagum dan membuat mereka akan kembali
lagi berkunjung ke museum.
Selain itu, masih banyak orang yang beranggapan kalau Museum Misi
hanya cocok digunakan untuk sumber belajar agama. Padahal di dalamnya
terdapat banyak sumber pengetahuan yang dapat dihubungkan dengan
pembelajaran sejarah. Karena mempelajari sejarah akan membangkitkan
masyarakat untuk mengerti sesamanya, seperti halnya pada suatu bangsa. Dengan
kesadaran, maka kita akan menerima keberagaman sebagai suatu kenyataan.
Perbedaan yang ada tidak dipandang sebagai suatu masalah, tetapi bisa dilihat
sebagai suatu potensi. Dari kisah sejarah kita dapat mengambilnya sebagai
inspirasi, untuk meneladani nilai-nilai dari kisah kepahlawanan maupun cerita-
cerita sejarah yang berupa tragedi. Semuanya itu dalam rangka menciptakan
kehidupan yang lebih baik pada masa mendatang.168
Mahasiswa UGM mengatakan bahwa ada beberapa data mengenai koleksi
yang ada di Museum Misi Muntilan masih kurang dalam cerita sejarahnya, seperti
koleksi Lonceng Angelus yang masih perlu dicari lagi datanya (CL.14). Hal ini
juga diperkuat oleh pengelola yang menyatakan bahwa kendala yang mereka
hadapi salah satunya sama seperti yang diungkapkan oleh mahasiswa UGM,
mengenai penyediakan data koleksi yang masih kurang cerita sejarahnya. Selain
itu, guru mata pelajaran sejarah juga mengatakan pendapat yang sama mengenai
168
Kuntowijoyo,op.cit., hlm.12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
beberapa koleksi yang masih harus didata kembali mengenai cerita sejarahnya,
sehingga nantinya akan diperoleh data yang akurat mengenai koleksi yang
ditampilkan.
Hal tersebut juga dirasakan oleh peneliti yang melakukan observasi
tanggal 27 April 2017, berdasarkan hasil observasi masih banyak data mengenai
koleksi yang masih kurang dalam cerita sejarahnya. Oleh sebab itu, untuk
menjadikan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah memang
memerlukan waktu, karena dalam mencari data mengenai sejarah dari setiap
koleksi membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dibutuhkan banyak pihak untuk
membantu mencari informasi mengenai data-data yang belum jelas cerita
sejarahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Latar belakang dibangunnya Museum Misi Muntilan, karena museum yang
lama tidak mendapatkan perhatian dari umat. Untuk itu museum dipindahkan
ke Muntilan karena pertimbangan historis, di mana Muntilan merupakan
tempat berkembangnya karya misi di Jawa. Hal ini dapat kita lihat dari tokoh
Romo van Lith yang menjadi peletak dasar berkembangnya karya misi yang
ada di Pulau Jawa. Di mana kisah Romo van Lith memberikan teladan bagi
kita untuk memperjuangkan sebuah pendidikan, sehingga kita tidak
ketinggalan dengan bangsa lain. Selain itu, latar belakang berdirinya Museum
Misi Muntilan yaitu ingin membuat sebuah museum yang hidup. Museum
yang hidup yaitu museum yang mampu memberikan wawasan kepada para
pengunjung mengenai benda koleksi yang dipajang, sehingga mereka akan
memiliki rasa bangga, kagum dan menghargai warisan budaya yang dimiliki
bangsa.
2. Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan beraneka macam, seperti jubah,
foto, lukisan, patung, wayang dan lain-lain. Sebagian besar koleksi diperoleh
dari Wisma Uskup, Keuskupan Agung Semarang, hibah dan ada beberapa
yang mengganti dengan benda yang sama. Benda koleksi yang diperoleh dari
hibah berasal dari berbagai macam Ordo/Tarekat, Serikat Yesuit, suster-suter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
yang ada di Muntilan dan berbagai peristiwa tertentu yang memiliki nilai
sejarah. Semua benda-benda koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan
dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah, karena setiap koleksi
memiliki nilai sejarah yang dapat digali lebih lagi untuk pembelajaran.
Koleksi-koleksi yang ada juga akan memberikan rasa bangga kepada generasi
sekarang untuk menghargai warisan budaya yang dimiliki bangsa.
3. Kegiatan edukasi yang ada di museum misi muntilan, di antaranya kegiatan
pendampingan pengunjung, rekoleksi, Selasa Kliwonan, pembuatan buku-
buku sejarah mengenai koleksi-koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan.
Kegiatan pendampingan dan rekoleksi dilakukan untuk memudahkan
pengunjung menangkap informasi mengenai koleksi-koleksi yang ada di
Museum Misi Muntilan. Selain itu, kegiatan rekoleksi merupakan kegiatan
menggali informasi yang mereka peroleh setelah melihat benda-benda koleksi
yang ada di museum, sehingga nantikan akan menumbuhkan rasa menghargai
warisan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Kegiatan lain yaitu Selasa
Kliwonan yang dilakukan dengan mengadakan pengajian memakai musik
tradisional dan khotbah. Hal ini sebagai salah satu saran untuk mendekatkan
Museum Misi Muntilan dengan masyarakat sekitar. Nantinya Selasa Kliwonan
ini akan menimbulkan toleransi antar umat beragama dan membuka sekat-
sekat yang ada. Oleh karena itu, kegiatan edukasi yang ada di museum tidak
sekedar untuk umat Katolik, tetapi juga untuk masyarakat di sekitar Museum
Misi Muntilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
4. Museum merupakan salah satu sumber belajar yang dapat menjadi alternatif
pembelajaran di luar kelas. Cara memanfaatkannya yaitu dengan datang
langsung berkunjung ke museum. Museum Misi Muntilan merupakan tempat
yang dirasa cocok digunakan sebagai sumber belajar yaitu dengan melihat
koleksi yang ada, tidak sekedar melihat tetapi mencari tahu mengenai sejarah
dari setiap koleksi yang diamati, sehingga nantinya dapat menambah wawasan
pengetahuan mengenai setiap koleksi yang ada di museum, seperti halnya
mengenai sejarah karya misi Keuskupan Agung Semarang dan Agama Katolik
di Indonesia. Melalui kunjungan ke museum, pengunjung akan memiliki rasa
cinta Tanah Air dan menghargai warisan budaya bangsa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Bagi pengurus museum diharapkan dapat mengemas pendampingan yang
menarik sehingga pengunjung tidak bosan atau sekedar mendengar penjelasan
yang disampaikan tetapi mendapat makna dari setiap koleksi yang sudah
diterangkan.
2. Koleksi yang ada di museum diharapkan dapat dilengkapi sumber datanya,
sehingga saat ada pengunjung yang ingin menayakan sebuah informasi
mengenai benda koleksi tersebut didapat data yang pasti dan jelas.
3. Bagi pengunjung baik pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum diharapkan
dapat mengubah pandangan mereka mengenai museum yang hanya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
digunakan sebagai tempat menyimpan, merawat benda-benda bernilai sejarah
dan mahal, melainkan museum dapat digunakan sebagai sumber belajar
sejarah. Setiap pengunjung juga dapat mengambil manfaat dari benda-benda
koleksi yang ada di museum, seperti tokoh-tokoh yang ditampilkan dapat
membentuk karakter siswa menjadi lebih baik lagi dalam menghargai warisan
budaya yang dimiliki bangsa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
DAFTAR PUSTAKA
Amir Sutaarga. 1991. Studi Museologia, Jakarta : Proyek Pembinaan
Permuseuman Jakarta.
Baharuddin dan Esa. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media.
Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Clark, Francis X. 2001. Gereja Katolik di Asia “Sebuah Pengantar”. Maumere.
LPBAJ.
Dien Madjid dan Wahyudhi Johan. 2014. Ilmu Sejarah: Sebuah Pengatar. Jakarta
: Prenada Media Group.
Direktorat Museum. 2007. Pengelolaan Koleksi Museum. Jakarta
Etta Mamang Sangadji danSopiah. 2010. Metodologi Penelitian –Pendekatan
Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Teori Konsep Dasar dan
Implementasi). Bandung : Alfabeta.
Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi
Pembelajaran). Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Jacobs, Tom. 1987. Gereja Menurut Vatikan II. Yogyakarta : Kanisius.
Khidir P.Marsanto. “Revitalisasi museum”. Basis, Nomor 07-08-2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Latuheru, John D. 1988. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar-Mengajar
Masa Kini. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Muhammad Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Transito.
Piter Salim dan Yenny Salim.1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.
Jakarta : Modern English Press.
Schouten. 1991. Pengantar Didaktif Museum.Jakarta : Proyek Pembinaan
Museum Jakarta.
Sitepu. 2014. Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Steenbrink, Kareel. Orang-Orang Katolik di Indonesia Jilid 1. Maumere:
Ledalero.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung :
Alfabeta.
-----------. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktek”.
Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Tim Edukasi MMM PAM. 2008. Pendidikan Katolik Model van Lith. Muntilan :
Yayasan Pustaka Nusatama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Tim. KAS. 1992. Garis-Garis Besar Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Agung
Semarang. Semarang : KAS
Tjahjopurnomo, R. 2011. Sejarah Permuseuman Di Indonesia. Jakarta: Direktorat
Permuseuman, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Widja. 1988. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan.
Semarang: Satya Wacana.
Woga, Edmund. 2002. Dasar-Dasar Misiologi. Yogyakarta : Kanisius.
Sumber Internet :
Wikipedia. 2017. Museum. (https://id.wikipedia.org/wiki/Museum). Diakses 21
April 2017.
Kemendikbud.2017.Cagarbudaya.(http.kemdikbud.go.id/regmus/index.php/publi
c/…/RPP-Tentang-Museum). Diakses 21 April 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
LEMBAR OBSERVASI MUSEUM
Nama Museum : Museum Misi Muntilan
Waktu Pelaksanaan : 27 April 2017
No Obyek yang diamati Hasil
Ya Tidak
1. Lokasi museum strategis √
2. Museum memiliki bangunan pokok (permanen tetap, permanen
temporer, auditorium, kantor, laboratorium, konservasi,
perpustakaan, bengkel, preparasi, dan ruang penyimpanan
Koleksi)
√
3. Museum memiliki bangunan penunjang (lobby, tempat parkir,
toilet dan pos keamanan)
√
4. Koleksi museum memiliki nilai-nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah √
5. Koleksi museum dijelaskan secara historis dan funginya √
6. Museum memiliki alat pengamanan (CCTV) √
7. Museum memiliki pengaman yang ketat terhadap koleksi √
8. Ruang penataan koleksi museum terjaga kebersihannya √
9. Museum memiliki pengaturan suhu ruangan untuk menjaga
koleksi
√
10. Pencahayaan ada di setiap ruang koleksi di museum √
11. Museum memiliki ruang penyimpanan koleksi yang luas √
12. Museum memiliki daftar inventaris koleksi yang diperbaharuhi
secara rutin
√
13. Museum memiliki curator √
14. Museum memiliki tim edukasi √
15. Museum memiliki tenaga administrasi √
16. Museum memiliki sarana promosi (FB, Instagram, Email, Katalog
dan Brosur)
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
LEMBAR PENGAMATAN DOKUMEN
No. Obyek yang diamati
Hasil
Ya Tidak
1. Dokumen data pengunjung √
2. Museum Misi Muntilan memiliki brosur √
3. Museum Misi Muntilan memiliki katalog √
4. Buku pedoman mengenai Museum Misi Muntilan √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
DATA DOKUMEN
Dokumen Data Pengunjung Museum Misi Muntilan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Brosur Museum Misi Muntilan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Katalog Museum Misi Muntilan
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
KISI-KISI PERTANYAAN WAWANCARA
Kisi-Kisi Wawancara Pengunjung
No Butir-Butir Pertanyaan
1 Kunjungan ke museum
2 Kesan saat berkunjung ke museum
3 Pemanfaatan museum sebagi sumber belajar sejarah
4 Pemanfaatan koleksi-koleksi Museum Misi Muntilan
5 Tujuan kunjungan
6 Kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan Museum Misi Muntilan
Kisi Kisi Wawancara Guru Sejarah
No Butir-Butir Pertanyaan
1 Pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah
2 Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah
3 Pemanfaatan koleksi-koleksi yang ada di museum
4 Kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan museum sebagai sumber
belajar
Kisi-Kisi Wawancara Pengunjung
No Butir-Butir Pertanyaan
1 Latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan
2 Koleksi-koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan
3 Kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan
4 Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lembar Wawancara Pengunjung, Guru, dan Pengelola
Museum Misi Muntilan
A. Wawancara Terhadap Pengunjung
1. Apakah Anda sering berkunjung ke museum? Museum mana yang pernah
Anda kunjungi?
2. Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum?
3. Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan?
4. Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber belajar
terutama sejara?
5. Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat
untuk sumber belajar, khususnya sejarah?
6. Apakah Anda, dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini
berdasarkan tugas kuliah/sekolah/rekreasi?
7. Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai
seumber belajar?
B. Wawancara Terhadap Guru
1. Apakah Bapak/Ibu guru pernah menggunakan museum sebagai sumber
belajar?
2. Apakah menurut Bapak/Ibu guru Museum Misi Muntilan ini cocok digunakan
untuk sumber belajar sejarah?
3. Apakah Bapak/Ibu guru mengetahui jenis koleksi yang terdapat di Museum
Misi Muntilan?
4. Jenis koleksi apakah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar
terutama sejarah?
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru memanfaatkan Museum Misi Muntilan
sebagai sumber belajar sejarah kepada siswa?
6. Kendala apa saja yang dihadapi Bapak/Ibu guru untuk memanfaatkan Museum
Misi Muntilan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
C. Wawancara Terhadap Pengelola Museum
1. Mengenai latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan
a. Bagaimana latar belakang berdirnya Museum Misi Muntilan?
b. Mengapa Muntilan dijadikan sebagai tempat berdirinya museum?
c. Adakah tujuan khusus dibangunnya Museum Misi Muntilan?
d. Apakah kendala yang dihadapi dalam dalam mendirikan museum di Muntilan?
2. Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan
a. Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda-benda agar menjadi koleksi
Museum Misi Muntilan?
b. Adakah pengkategorian untuk koleksi-koleksi yang ada di museum?
c. Berapa jumlah dan jenis koleksi yang ada di awal museum dibangun?
d. Adakah kreteria dalam pemajangan koleksi-koleksi yang ada di museum?
e. Adakah makna dari pembagian setiap ruang yang ada di museum?
f. Koleksi mana yang digunakan sebagai sumber belajar sejarah?
3. Kegiatan yang ada di Museum Misi Muntilan yang dapat dijadikan sebagai
sumber belajar
a. Apa saja kegiatan edukasi yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan?
b. Adakah yang menjadi Kegiatan favorit yang ada di museum?
c. Siapa saja yang terlibar dalam kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi
Muntilan?
d. Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut?
Bagaiman menghadapi kendala tersebut?
e. Kegiatan apa saja yang ada di Museum Misi Muntilan yang dapat dijadikan
sumber belajar terutama sejarah?
f. Siapa saja yang pengunjung yang datang ke Museum Misi Muntilan?
g. Kegitaan yang berhubungan dengan sejarah?
4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah
a. Apakah Museum Misi Muntilan ini cocok digunakan untuk sumber belajar
sejarah?
b. Bagaimana cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber
belajar, khususnya sejarah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
DAFTAR NARASUMBER
Pengunjung
1. Yuni Irwanto (Mahasiswa Universitas Surabaya)
2. Donita Sari (XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Van Lith)
3. Thresiana Donal Cristiani (X IPS 2 SMA Pangudi Luhur Van Lith)
4. Theresia April Lindawati (Mahasiswa Universitas Sanata Dharma)
5. Indri Prasanti (Mahasiswa Universitas Sanata Dharma)
6. Fransicus Saferius Agung Prabowo (Kodam IV Diponegoro)
7. Riyan Saputra (Mahasiswa UGM)
Guru
1. Robertus Balok Nugroho (SMA Pangudi Luhur van Lith)
2. Albertus Joko Suryanto (SMP Kanisius)
3. Bruri (SMP Stela Duce)
Pengelola Museum Misi Muntilan
1. Rm. Demonicius Bambang Sutrisno, Pr
2. Romo. Yosep Nugroho Trisumartono
3. Antonius Tri Usada Sena
4. Pak Muji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
CATATAN LAPANGAN 1
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Yuni Irwanto ( Mahasiswa Ekonomi, Universitas Surabaya)
Hari, Tanggal : Kamis, 22 April 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah anda sering berkunjung ke museum? Museum mana yang pernah
Anda kunjungi?
I : Saya belum pernah berkunjung ke museum. Ini adalah museum pertama
yang baru saya kunjungi.
P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi
Muntilan?
I : Kesan yang saya dapat dari Museum Misi Muntilan yaitu museum ini
memperlihatkan bagaimana agama Katolik di Indonesia dalam
perjalannya terus berkembang. Dalam perkembangannya banyak
memperlihatkan para tokoh-tokoh yang terus berjuang untuk tetap kukuh,
meskipun sulit berada di daerah Muntilan saat itu.
P : Adakah manfaat Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar?
I : Ada, manfaatnya terkusus untuk orang-orang yang beragama Katolik
atau untuk orang yang non-Katolik, karena bisa memperlihatkan
perkembangan agama Katolik di Indonesia. Supaya orang Katolik sadar
bahwa Katolik itu ada dan dalam perjalannya sungguh banyak sejarah
yang di dapat dan banyak mengispirasi orang banyak untuk membangun
Indonesia menjadi lebih baik.
P : Apakah anda pernah memanfaatkan museum sebagai sumber belajar?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
I : Belum, selama ini saya memanfaatkan museum hanya untuk liburan atau
rekreasi bersama keluarga.
P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat
untuk sumber belajar dan koleksi mana yang dapat dijadikan sebagai
sumber belajar, khususnya sejarah?
I : Iya, koleksi-koleksi yang ada memiliki nilai sejarah masing-masing. Dari
koleksi-koleksi yang ada dapat dijadikan bahan untuk meneliti sejarah
masing-masing benda yang ada di museum. sedangkan untuk koleksi
yang dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah yaitu koleksi
mengenai orang-orang awam yang menjadi Katolik dan menyebarkan
misi bagi sekelilingnya. Contohnya Barnabas SarikRomo.
P : Apakah anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan ini
berdasarkan tugas kuliah/sekolah/rekreasi?
I : Tidak, dalam melakukan kunjungan ini kami bukan berdasarkan tugas
kuliah, tetapi dari komunitas anak muda katolik yang kami buat.
Komunitas kami ini melakukan ziarah ke tempat-tempat yang bernilai
religus dan juga belajar mengenai sejarah perkembangan agama Katolik
di Indonesia.
P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum
sebagai seumber belajar?
I : Kalau menurut saya orang kadang malas untuk mengikuti sebuah
pendampingan sampai cerita berakhir. Kalau menurut saya koleksi-
koleksi yang ada di museum harus ditampilkan juga secara visual untuk
memudah orang melihat koleksi-koleksi yang ada di museum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
CATATAN LAPANGAN 2
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Pak Muji (Pernah menjabat sebagai penilik guru agama se-DIY)
Hari, Tanggal : Kamis, 27 April 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
1. Mengenai latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan
P : Latar belakang Museum Misi Muntillan didirikan?
I : Awalnya Mgr. Ignatius Suharyo menginginkan membuat museum yang
hidup. Supaya ada pembelajaran dari umat mengenai dinamika hidup
gereja. Umat diajak untuk mengenal perkembangan awal sejarah agama
Katolik dan mengenai Sejarah Keuskupan Agung Semarang.
P : Mengapa Muntilan dijadikan sebagai tempat berdirinya museum?
I : Sebetulnya museum ini dulunya ada di Semarang di Kompleks
keuskupan, tetapi agaknya di sana tidak berkembang maka museum
hanya dijadikan sebagai gudang tempat menyimpan benda-benda sejarah,
tidak ada yang mengunjungi, kurang ada yang mengurusi. Lalu Mgr.
Ignatius Suharyo tahun 1998 menunjuk Romo Bambang Sutrisno untuk
membuat museum di Muntilan. Romo Bambang Sutrisno diminta untuk
membuat museum yang hidup di Muntilan. Mengapa di Muntilan?
karena Muntilan memiliki nilai historis. Secara historis Muntilan
dianggap sebagai tempat awal tumbuh dan berkembangnya jemaat
Katolik Pulau Jawa yang sering disebut Betlehem Van Java. Maka
museum diletakkan di Muntilan. Pada tahun 1998 mulai merintis
membuat museum yang bekerjasama dengan Keuskupan dan Serikat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Jesiut. Tahun 2000 mulai beroperasi dan pengunjung yang datang mulai
didata. Tahun 2004 diberkati dan diresmikan oleh Mgr. Pujasumarta.
P : Adakah tujuan khusus dibangunnya Museum Misi Muntilan?
I : Museum kita ketahui pada umummnya digunakan sebagai tempat
menyimpan benda-benda peninggalan sejarah, tetapi sekarang ada paham
baru yaitu museum menjadi tempat pembelajaran yang bernilai sejarah.
Oleh karena itu, tujuan didirikan museum ini salah satunya untuk
pembelajaran. Di mana pengunjung yang datang diajak untuk belajar dari
koleksi-koleksi yang ada. Sehingga pengunjung yang datang tidak pulang
dengan tangan kosong tetapi, mendapat ilmu dari koleksi-koleksi yang
mereka lihat sendiri.
2. Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan
P : Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda-benda agar menjadi
koleksi Museum Misi Muntilan?
I : Pengumpulan Koleksi didapat dari
o Koleksi langsung dari Keuskupan Agung Semarang
o Beberapa kelompok-kelompok religus yang mengirim data-data
historis
o Menjemput koleksi-koleksi yang memiliki nilai sejarah. Hampir
semua koleksi diserahkan secara hibah. Koleksi yang ada di museum
sangat banyak dan masih banyak yang disimpan di gudang.
P : Adakah pengkategorian untuk koleksi-koleksi yang ada di museum?
I : Pengkategorian koleksi-koleksi didasarkan atas pendekatan proses dan
tokoh. Pertama kita tampilkan tokoh-tokoh, lalu di ruang tertentu proses
bagaiman perkembangan Gereja dari awal Gereja Batavia sampai
perkembanganya, tokoh awan, tokoh-tokoh biarawan-biarawati, tokoh-
tokoh uskup, tokoh-tokoh yang berkarisma. Tidak sembarang meletakan
benda koleksi yang ada di ruangan tetapi, setiap ruang mempunyai
maksud tertentu.
3. Kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan
P : Apa saja kegiatan edukasi yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
I : Dalam bidang edukasi yaitu semua pengunjung harus dipandu. Pemandu
bertugas menjelaskan koleksi yang ada di museum. Kedua, mengadakan
kerjasama dengan pengurus Kerkof setiap malam selasa kliwonan
mengadakan pengajian memakai musik tradisional dan khotbah.
Tampilan ini adalah proses edukasi karena hampir semua yang menangai
pengelola museum. Mengunjungi kelompok-kelompok tertentu untuk
memperkenalkan museum, sehingga mereka dapat mengenal Museum
Misi Muntilan bukan hanya menjadi gudang tempat penyimpanan benda
tetapi, menjadi museum yang hidup dengan peninggalan-peninggalan
para Romo terdahulu.
P : Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan edukasi yang ada di Museum
Misi Muntilan?
I : Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan edukasi yaitu pihak museum
dan juga jaringan-jaringan kerja misalnya kelompok Paroki Sato
Antonius Muntilan dan semua lingkungan sekitar, tenaga-tenaga relawan
yang pernah bekerja sama dengan Museum Misi Muntilan.
4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah
P : Bagaimana cara memanfaatkan museum untuk sumber belajar sejarah?
I : Cara memanfaatkan museum sebagai sumber belajar sejarah yaitu setiap
pengunjung yang datang selalu dipandu. Kami membuat buku-buku
untuk souvenir, sehingga mereka dapat membaca sendiri. Membuat
berbagai macam tulisan untuk memudahkan mereka mengenal Museum
Misi Muntilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
CATATAN LAPANGAN 3
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Antonius Tri Usada Sena (Pengelola Museum )
Hari, Tanggal : Selasa, 2 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
1. Mengenai latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan
P : Bagaimana latar belakang berdirnya Museum Misi Muntilan?
I : Museum Misi Muntilan didirikan oleh Keuskupan Agung Semarang.
Tim persiapan sudah mulai ada sekitar tahun 1990, pada waktu itu
Keuskupan Agung Semarang berulang tahun ke 50. Pada saat ulang
tahun ke 50 ada beberapa program yang dibuat oleh Keuskupan dan
programnya mengarah ke umat semua, salah satunya membuat museum.
Mgr. Ignatius Suharyo membentuk museum sebagai ucapan syukur dan
satu sisi untuk mengingatkan anak-anak muda dan umat dengan melihat
sejarah umat akan tertantang untuk menyumbang apa. Tahun 1990
memulai gagasanya dari Keuskupa Agung Semarang untuk membuat
museum. Tahun 1998 dibentuklah Panitia Persiapan yaitu Panitia
Museum Misi Muntilan Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang.
Nah, entah bagaimana yang ditunjuk menjadi pengelola panitia
pembuatan museum itu bukan dari orang-orang sejarah malah Romo
Bambang, dia adalah pastor penggerak umat. Memang ada beberapa ahli
sejarah yang dilibatkan yaitu Bu. Sumini yang menjadi pendamping dari
sisi sejarah, juga ada Romo Hasto. Sisi bangunan dari Universitas
Katolik Suegijapranata. Memang ada praktisi museum yaitu Pak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Marsudi, beliau adalah orang pemerintah yang bekerja dibidang
kebudayaan bagian MUSKALA (Museum dan Benda Purbakala).
Kemudian ada keanehan di mana dalam membentuk museum malah
orang-orangnya bukan dari kalangan sejarah. Dalam perkembangan
waktu, ada gagasan dari Mgr. Ignatius Suharyo supaya museum yang
dibangun tidak sama dengan museum-museum yang lain. Di mana
museum pada waktu itu, belum seperti sekarang sebuah museum ada
bangunan, ada benda-benda penting, benda-benda mahal, seperti gudang
mahal jadi orang beranggapan datang ke museum hanya untuk melihat-
lihat. Mgr. Ignatius Suharyo berpikir supaya museum yang didirikan
menjadi museum yang hidup, museum yang bisa menjadi menjadi sarana
edukasi. Museum yang tetap ada hubungan degan perkembangan zaman.
Maka ditunjuklah Romo Bambang Surisno yang punya tim namanya P3J
(Pelayanan, Pendampingan, dan Pengembalaan Jemaat Keuskupan
Agung Semarang). Tim inilah yang mengolah bagaimana sebuah benda
mati bisa berbicara untuk orang hidup zaman sekarang. Contohnya
sepeda ontel merupakan benda mati, di mana sepeda otel ini dapat
memancing orang zaman sekarang yang mempunyai kendaraan dan
sering menggunakannya sebagai sarana transportasi yang dapat
digunakan menjadi berkah bagi orang lain. Secara historis, tahun 1998
terbentuk panitia dan dua bidang. Satu bidang yang mengurusi benda-
benda yang kelihatan yaitu bangunan, pemajangan, situasi sekitar dan
yang tidak kalah pentingnya sisi isinya yang nantinya memikirkan
edukasinya. Bagian wadah banyak ditangai oleh orang-orang dari
Semarang. Sisi edukasi Ibu Sumini dan juga kemudian bergabung teman-
teman dari Museum Benteng Vrederbug. Tahun 2000 kemudian
dibangunlah museum.
P : Mengapa Muntilan dijadikan sebagai tempat berdirinya museum?
I : Alsannya pada waktu tim ini rapat menemukan jejak bahwa kekatolikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
itu kalau direpresentasikan secara historis Muntilanlah tempatnya, karena
dulunyala Romo van Lith yang menjadi peletak dasar Sejarah Gereja
Keuskupan Agung Semarang, tinggal dan menjalankan aksinya.
Alasanya pertimbangan historis karena Romo van Lith pernah tinggal di
sini dan ada jejak-jejak Pasturan, Gereja Antonius, maka dipilihlah
Muntilan sebagai tempat pembangunan museum.
P : Adakah tujuan khusus dibangunnya Museum Misi Muntilan?
I : Salah satu tujuan khusus didirikan museum ini adalah sebagai sarana
belajar untuk umat mengenai Sejarah Keuskupan Agung Semarang dan
misi ke Katolikan di Indonesia khususnya Pulau Jawa.
P : Apakah kendala yang dihadapi dalam dalam mendirikan museum di
Muntilan?
I : Kendalanya yang dihadapi yaitu tentang pemahaman permuseuman itu
sendiri. Ada yang memahami museum dari sisi sejarah saja. Pendanaan,
karena kepentinganya tidak kelihatan. Umat yang belum bisa memahami
museum ini seperti apa. Tantangan internal sendiri kami bukan dari orang
sejarah. Sehingga kami harus belajar dari ahli-ahli sejarah. Mengatur
jadwal untuk kunjungan karena banyak orang yang mulai berkunjung ke
museum. kemudian cara menata bagaimana sinergi antara museum,
sekolah, Gereja, Kerkof. Dari sisi kelembangaan tantangan tidak mudah
juga. Museum ini didirikan dengan menyatukan berbagai lembaga. Yang
menjalankan museum ini faktanya dari awal adalah tim P3J KAS
(Pelayanan, Pendampingan, dan Pengembalaan Jemaat Keuskupan
Agung Semarang). Tim ini kerjanya mengurusi umat dan tidak ada
hubungannya dengan sejarah dan museum. Kemudian untuk
menyatukannya tidak mudah.
2. Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan
P : Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda-benda agar menjadi
koleksi Museum Misi Muntilan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
I : Pada tahap awal koleksi museum didapat dari Wisma Uskup, KAS.
Bentuknya ada jubah, patung, gambar, foto, beberapa naskas, dan panji.
Dalam perkembangannya museum ini dikatakan kaya karena benda-
benda di sini adalah benda-benda asli. Koleksi-koleksi yang ada di
museum adalah hadiah atau hibah. Yang pernah kami ganti atau
membelinya yaitu Lonceng Prenthaler di mana lonceng ini memiliki
nilai sejarah. Koleksi yang lain kebanyakan Hibah dari orang-orang yang
datang ke museum. Benda-benda yang bisa masuk ke museum adalah
benda yang ada hubungan dengan karya misi dan mempunyai nilai untuk
umat KAS.
P : Adakah pengkategorian untuk koleksi-koleksi yang ada di museum?
I : Pada waktu museum ini dibangun, kami mendapat pemahaman mengenai
benda yang bergerak dan benda yang tak bergerak. Benda yang tak
bergerak itu yang saya tangkap bangunannya. Benda bergerak yaitu
patung, pakaian, dan lain-lain. Suatu benda yang memiliki nilai bagi
KAS. Belum ada pengkategorian yang pasti mengenai koleksi-koleksi
yang ada di museum ini.
P : Berapa jumlah dan jenis koleksi yang ada di awal museum dibangun?
I : Jumlahnya sekitar 821 koleksi. Jenisnya ada jubah, patung, foto,
gambar, lukisan dan benda-benda peninggalan Romo-Romo terdahulu.
P : Adakah kreteria dalam pemajangan koleksi-koleksi yang ada di museum?
I : Ada, kreteria ini berkaitan dengan sejarah KAS. Di mana setiap ruang
memiliki cerita sejarahnya. Kemudian ada pergantian koleksi setiap 5
tahun sekali supaya pengunjung yang datang tidak bosan, tetapi yang
terjadi saat ini kalau sudah ditata yang tetap seperti itu. Penataan saat ini
yaitu model tematis di mana setiap ruang memiliki kategorinya. Pertama
menampilkan tentang sejarah pra misi KAS, ruangan untuk orang awam,
ruangan untuk mengenal Biarawan/Biarawati, mengenal Uskup, kembali
lagi mengenai KAS, Lonceng Prenthaler, ruangan kematiran, Gereja
Universal yang menampilkan mimbar, altar, kursi yang pernah dipakai
Paus Paulus Yohanes II yang pernah datang ke Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
P : Koleksi yang cocok digunakan untuk sumber belajar terutama sejarah?
I : Kalau pertokohan Romo van Lith dan Romo. Sandjaja karena kisahnya
menarik untuk dipelajari. Secara umum mengenai sejarah KAS,
sedangkan peristiwa yaitu mengenai lukisan Sendang Sono. Hal ini
banyak dijadikan untuk pembelajaran bahkan membuat Skripsi.
3. Kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan
P : Apa saja kegiatan edukasi yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan?
I : Kegiatan yang ada di Museum Misi Munilan yaitu ada kegiatan yang
berkaitan dengan koleksi, mencari, mengumpulkan, mendata, mencatat,
mempelajari dan memajang. Kedua itu kegiatan preparasi konservasi
yaitu merawat gedung, kebersihan, keindahan, kenyamanan, keamanan.
Berkaitan dengan kegiatan edukasi mulai dari yang berkaitan dengan
sosialisasi, presentasi koleksi, menggali informasi, menyampaikan
informasi, meneliti benda-benda koleksi, menambah penjangkauan
benda-benda koleksi tidak hanya di sini. Kegiatan yang berkaitan dengan
edukasi secara kongkret yaitu pendampingan pengunjung. Dibedakan
antara pendampingan singkat dan pendampingan panjang. Pendampingan
singkat waktunya 1-2 jam. Penadampingan singkat yaitu rombongan
yang terdiri dari banyak orang ditempatkan dalam rangkaian kegiatan
ziarah yang datang dari Semarang, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta,
Magelang yang punya waktu 2 jam yang kita lakukan adalah
mengantarkan mereka ke tempat presentasi filim(memberikan pengantar)
dan mengajak berkunjung, dijelaskan dan proses tanyajawab mengenai
koleksi museum. Biasanya Romoi pada bulan-bulan Mei, Oktober, dan
liburan. Pernah juga mengalami pendampingan yang panjang sekitar 4
jam sampai weekend dalam istilah rohani disebut rekoleksi bukan hanya
wisata untuk mengunjungi museum tetapi ada waktu bagi pengunjung
untuk lebih mendalami koleksi yang ada di museum. Misalnya ada foto
mengenai Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ yang mempunyai Semboyan
100% Katolik 100% Indonesia. Orang diberikan kesempatan untuk
merefleksikan seperti yang diseboyankan Mgr. Albertus Soegijapranata,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
SJ yaitu 100% Katolik, 100% Indonesia. Setelah itu ditanyakan apa
manfaat yang di dapat dari rekoleksi ini. Semua edukasi yang dilakukan
di museum dalam pendampingan pengunjung tidak hanya menunjukan
koleksi tetapi juga menanamkan nilai kerohanian dalam diri mereka.
Kegiatan edukatif tidak hanya menunjukan koleksi tetapi menjelaskan
mengenai karya misi dari setiap koleksi yang ada di museum.
P : Kegiatan rutin yang ada di Museum Misi Muntilan?
I : Kegiatan rutin yang dilakukan yaitu pengunjung yang datang didampingi
untuk memperkenalkan koleksi yang ada sehingga mereka dapat
menggali nilai sejarah dari setiap koleksi. Kegiatan pendampingan
(Rekoleksi) dengan sekolah-sekolah yang ada di lingkungan sekitar
museum. Seperti SMP Kanisus yang memanfaatkan setiap jumat ada
pembinaan untuk mengenal Museum Misi. SMA van Lith Setiap kali
siswa baru diwajibkan untuk mengenalkan Museum Misi Muntilan.
Selasa kliwononan kepada masyarakat sekitar yang titik tolaknya pada
Museum Misi.
P : Adakah yang menjadi Kegiatan favorit yang ada di museum?
I : Pendampingan pengunjung, menyelenggarakan kegitan pagelaran budaya
dalam rangka ulang tahun, mengadakan seminar tentang museum,
pelatihan jurnalistik mengenai benda koleksi yang ada di museum untuk
dijadikan tulisan dalam sebuah artikel.
P : Siapa saja yang terlibar dalam kegiatan edukasi yang ada di Museum
Misi Muntilan?
I : Semua staf terlibat dalam semua kegiatan edukasi, terutama dalam
pendampingan pengunjung untuk melihat dan menjelaskan koleksi yang
ada.
P : Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
tersebut? Bagaiman menghadapi kendala tersebut?
I : Kendala yang dihadapi dalam kegiatan edukatif yaitu kalau ada
kunjungan mendadak sementara di sini sudah ada program yang harus
dikerjakan, kedalanya dalam manajemen waktu, keterbatas untuk melayani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
orang karena kalau terlalu banyak membutuhkan tenaga yang banyak
sedangkan staf yang ada di museum jumlahnya terbatas.
P : Siapa saja pengunjung Museum Misi Muntilan?
I : Pada tahap awal dan sampai sekarang kebanyakan umat Katolik karena
koleksi-koleksi yang ada mengenai Keuskupan Agung Semarang dan
sejarah agama Katolik di Indonesia terutama Pulau Jawa. Kalau jenisnya
anak-anak, pelajar, mahasiswa, dan umat umum. Propesinya juga
macam-macam ada pejabat Gereja, Biarawan/Biarawati. Namun dalam
perkembangnya juga mulai ada beberapa kelompok lintas iman yang
berdatangan, hanya untuk melihat atau juga belajar. Misalnya ANSOR,
NU, mahasiswa IAIN yang menyusun tugas akhir mengenai
perbandingan Romo Van Lith dengan Sunan Kalijaga, beberapa
mahasiswa UNY bagian sejarah yang juga belajar sejarah tentang Gereja
yang ada di Museum Misi Muntilan. Macam-macam kalangan yang
memanfaatkan museum ini. Mgr. Pujasumarta dalam Surat Gembala
menyebut bahwa umat Katolik Keuskupan Agung Semarang di dorong
untuk datang ke Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner untuk
belajar menganai Katolik. Museum juga didatanggi wisatawan
Mancanegara yang berwisata yang di bawa oleh agen yang ingin melihat
Sejarah Gereja yang ada di Muntilan.
P : Kegitaan yang berhubungan dengan sejarah?
I : Kegiatan yang berhubungan dengan sejarah yaitu pendampingan
pengunjung yaitu dengan menjelaskan tetang sejarah dari masing-masing
koleksi. Membuat buku mengenai sejarah Kerkof bekerjasama dengan
tim sejarah.
4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah
P : Bagaimana cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber
belajar, khususnya sejarah?
I : Caranya dengan datang berkunjung, melihat, mencoba merasa-rasakan
mengenai koleksi yang ada di museum. Membantu orang untuk
berrefleksi. Mempertimbangkan lagi keberadaan dirinya setelah melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
zaman lampau, mengenai kenyataan diriku selama ini. Lalu mendorong
orang untuk membuat aksi, baik individual maupun bersama-sama mulai
dengan melihat, merefleksikan keberadaan dirinya, lalu
mempertimbangkan konteks yang dihidupi, kemudian didorong untuk
membuat asksi. Itulah metode atau cara yang kami tempuh untuk
membantu pelajar, mahasiswa, masyarakat, umat untuk mengembangkan
karakter. Istilahnya dengan sipiral dan pastural yaitu mencermati secara
sungguh situasi pokoknya. Mempertimbangkan sisi imannya, membuat
refleksi dan membuat aksi. Aski itu akan menjadi sebuah kenyataan yang
harus direfleksikan lagi sesuai zamannya. Inilah pendidikan terus
menurus dan tidak bisa berhenti, bukan sebuah aksi refleksi, tetapi
mempertimbangkan lagi sisi iman. Melihat, merefleksikan, membuat aksi
nyata.
P : Kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan Museum Misi Muntilan
sebagai sumber belajar sejarah?
I : Kemampuan kami sendiri untuk membantu pengunjung yang datang,
misalnya penyediaan data, kami sangat terbatas pada data-data otentik
yang bisa digali lebih lanjut, sehingga bisa dibahasakan untuk orang luar.
Misalnya data mengenai Mgr. Ignatius Suharyo, selama ini kami hanya
melihat dari buku-buku saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
CATATAN LAPANGAN 4
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Albertus Joko Suryanto (Guru PKN dan IPS SMP Kanisius
Muntilan)
Hari, Tanggal : Senin, 8 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah Bapak/Ibu guru mengetahui jenis koleksi yang terdapat di
Museum Misi Muntilan ?
I : Secara keseluran saya tidak paham, tetapi sebagian besar bicara tentang
peninggalan2 Romo terdahulu, yang bisa dikatakan bahwa awal dari
penyebaran agama Katolik. Peninggalan Romo sanjaya dan Romo van
Lith.
P : Apakah Bapak/Ibu guru sering mengunjungi Museum Misi Muntilan ?
I : Tidak. Karena tidak ada materi yang berkaitan dengan sejarah Museum
Misi, tetapi ada kalanya untuk dijadikan tempat refresing terkusus untuk
yang beragama Kristen dan Katolik, sehingga saat ditanya orang tentang
sejarah dan perkembangan agama Katolik di Muntilan dan peninggalan-
penilangan yang ada. Kalau dikatakan sering tidak, karena tidak ada
kaitannya dengan pembelajaran IPS.
P : Apakah Bapak/Ibu guru memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai
sumber belajar dalam materi pelajaran sejarah di kelas?
I : Kalau dalam sumber pembelajaran sejarah tidak pernah, tetapi untuk
sumber pengetahuan umum sering digunakan untuk mengetahui sejarah
gereja, makam di Kerkof dan masih ada kaitannya dengan masa
penjajahan Belanda dulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
P : Bagaimana cara Bapak/Ibu guru memanfaatkan Museum Misi Muntilan
sebagai sumber belajar sejarah kepada siswa ?
I : Cara memanfaatkanya Museum yaitu dengan berkunjung, sehingga siswa
yang diajak dapat memperoleh pengetahuan umum mengenai agama
Katolik.
P : Kendala apa saja yang dihadapi Bapak/Ibu guru dalam memanfaatkan
Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah?
I : Kendalanya tidak ada, karena kita mempunyai wilayah satu kompleks
dengan Museum Misi yang berdekatan kalau datang ke sana mereka
menerima dengan senang hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
CATATAN LAPANGAN 5
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Robertus Balok Nugroho (Wakil Kepala Sekolah bidang
Kurikulum SMA Pangudi Luhur Van Lith)
Hari, Tanggal : Senin, 8 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah Bapak pernah memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai
sarana pembelajaran?
I : Pernah. Kami pernah memanfaatkannya pada awal semester baru untuk
memperkenalkan peserta didik baru mengenai sejarah Romo van Lith
dan Sejarah Gereja Katolik.
P : Apakah Museum Misi Muntilan ini cocok digunakan untuk sumber
belajar ?
I : Kalau menurut saya cocok, tetapi belum ada materi sejarah yang
berkaitan dengan Museum Misi Muntilan. Namun untuk pengetahuan
sejarah secara umum, museum ini cocok digunakan untuk menambah
wawasan dalam pengenalan mengenai sejarah Gereja Katolik dan Romo
van Lith
P : Apakah Bapak/Ibu guru sering mengunjungi Museum Misi Muntilan ?
I : Kalau sering tidak, tetapi kalau kunjungan kami ada meskipun tidak
masuk ke dalam pelajaran sejarah. Kunjungan yang kami lakukan ke sana
otomatis di dalamnya ada pelajaran sejarah yang inklutnya dalam
kunjungan tersebut kami punya acara yang bernama Katolik Sitas. Katolik
Sitas yang kami lakukan di damping Guru Agama Katolik Universitas
Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
P : Jenis koleksi apakah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar
sejarah?
I : Jenis koleksi yang dapat digunakan untuk sumber belajar sejarah yaitu
koleksi-koleksi yang menjelaskan tentang lahirnya agama Katolik di
Indonesia khususnya Pulau Jawa. Terutama mengenai tokoh Romo van
Lith.
P : Bagaimana cara Bapak/Ibu guru memanfaatkan Museum Misi Muntilan
sebagai sumber belajar sejarah kepada siswa ?
I : Cara memanfaatkanya Museum yaitu dengan berkunjung, sehingga siswa
yang diajak dapat memperoleh pengetahuan umum mengenai agama
Katolik dan ditontonkan sebuah video awal untuk memudahkan siswa
menangkap pesan yang ingin di sampaikan mengenai Museum Misi
Muntilan.
P : Kendala apa saja yang dihadapi Bapak/Ibu guru dalam memanfaatkan
Museum Misi Muntilan sebagai sumber belajar, khususnya sejarah?
I : Kendala. Kami tidak memiliki kendala yang berarti tentang agenda
belajar-mengajar kami. Kami menggunakan Kurikulum 2013, di mana
anak harus belajar aktif, kita gunakan sebagai sumber literasi yang dapat
menambah wawasan, karena di perpustakan kami sendiri mempunyai
refrensi-refrensi yang sifatnya lebih mengenai Museum Misi. Setiap
rekoleksi atau setiap kali kegiatan kami menayangkan film Betlehem Van
Java meskipun secara keseluruhan kami langsung datang langsung ke
sana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
CATATAN LAPANGAN 6
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Romo. Yosep Nugroho Trisumartono (Direktur Museum Misi
Muntilan 2014-2018)
Hari, Tanggal : Senin, 8 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
1. Mengenai latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan
P : Bagaimana latar belakang berdirnya Museum Misi Muntilan?
I : Latar belakang berdirinya Museum Misi Muntilan tepatnya pada waktu
Itu, Keuskupan Agung Semarang berusia 50 tahun yang mempunyai
kesadaran baru mengenai Sejarah Keuskupan. Lalu dari pertemuan-
pertemuan itu dipirkkan untuk membuat tempat atau lembaga yang
memelihara benda-benda bernilai sejarah mengenai para Romo,
misonaris, dokumen-dokem sejarah yang selama ini di simpan di Wisma
Uskup, Keuskupan Agung Semarang. Mereka juga mulai mengubah
pemikiran bahwa museum bukan hanya sebagai tempat menyimpan
benda-benda bersejarah, tetapi juga sebagai tempat untuk mempelajari
apa yang sudah terjadi dan untuk memperimbangkan rencana-rencana
tindak lanjut kedepan. Itulah gagasan awal untuk membuat museum.
P : Mengapa Muntilan dijadikan sebagai tempat berdirinya museum?
I : Muntilan amat kental dengan nuasansa sejarah karena Muntilan disebut
sebagai Betlehemnya Keuskupan Agung Semarang dan juga
Bethlehemnya Keuskupan di Jawa karena kisah sejarah yang terjadi di
Muntilan ini menjadi perekembangan sejarah untuk Keuskupan Agung
Semarang. Terutam kehadiran Romo Sandjaja, Romo van Lith, para
tokoh yang dimakamkan di Kerkof Muntilan (Mereka adalah tokoh-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
tokoh yang besar perkembangnya untuk Gereja Keuskupan Agung
Semarang), sekolah Romo van Lith, kehadiran Suster-Suster dan lain-
lain. Itulah yang membuat Muntilan dipilih sebagai tempat dibuatnya
museum. Tetapi tanpa mengurangi semangatnya dan nilainya sebagai
museum Mgr. Ignatius Suharyo memberi nama museum ini sebagai Pusat
Animasi Misioner. Sehingga tempat ini diharapkan dapat menjadi tempat
di mana benda-benda peninggalan itu terus menurus dihidupkan
semangatnya, dihidupkan rohnya untuk tempat pembelajaran semua
orang. Itu kemudian yang terus menerus menjadi semangat atau menjadi
visi seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan.
P : Apakah kendala yang dihadapi dalam dalam mendirikan museum di
Muntilan?
I : Kendala yang dihadapi yaitu kendala teknis, tentu saja karena kita selama
ini juga tidak memiliki latar belakang yang cukup memandai untuk
penyelenggaran museum yang besar-besar seperti museum lainnya yang
ada di Indonesia. Masih banyak anggapan orang yang menganggap
museum sebagai tempat menyimpan benda-benda bernilai sejarah. Maka
beberapa kali para paroki yang tua-tua itu kadang-kadang bertanya kalau
saya mempunyai buku-buku tua, orgen tua yang tidak dipakai bisa tidak
dimasukakan dalam museum. kemudian para petugas museum bertanya
apakah ada nilai sejarahnya dan mereka beranggapan nilai sejarahnya
terletak dari umur benda-benda yang mereka miliki seumuran dengan
Gereja Keuskupan Agung Semarang. Lalu kami membagi kesadran
kepada umat bahwa semua peninggalan yang ada di sini berkaitan
dengan Keuskupan Agung Semarang. Jadi, benda-benda yang disimpan
di sini yang memiliki nilai sejarah mengenai keuskupan Agung
Semarang. Kedua, berkaitan dengan penyelenggaraannya museum ini
tidak hanya menjadi lembaga museum saja tetapi juga menjadi rumah
untuk Komisi Karya Misioner Keuskupan Agung Semarang dan
Keuskupan Agung Indonesia. Dengan aneka macam tugas karyanya dan
pernah museum ini dipahami sebagai alat saja untuk menyelenggarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
karya-karyanya. Tetapi lambat laun tempat ini mulai dibuah sesuai
dengan fungsinya sebagai museum dengan mengirim teman-teman yang
ada di museum untuk belajar dan berbagi informasi dengan museum-
museum lainnya.
2. Koleksi yang ada di Museum Misi Muntilan
P : Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda-benda agar menjadi
koleksi Museum Misi Muntilan?
I : Koleksi museum ini berasal dari berbagai tempat. Awalnya dari Wisma
Uskup, Keuskupan Agung Semarang. Selanjutnya ada dari berbagai
macam ordo tarekat serikat Yesuit, Susteran-Susteran, dari Gereja-Gereja
tertentu dan juga peristiwa-peristiwa tertentu. Misalnya mimbar, kursi
yang dipakai Paus Paulus Yohanes II yang berkunjung ke Indonesia saat
itu. Relikui peninggalan dari orang-orang kudus.
P : Adakah pengkategorian untuk koleksi-koleksi yang ada di museum?
I : Selama ini lebih kekategori alur penjelasan dari ruangan ke ruangan.
Kategori peruangan ada kategori penjelasan mulai dari sejarah, lembaga-
lembaga edubakti, peninggalan para misionaris, peninggalan para Uskup,
peninggalan-peninggalan secara umum itu merupakan kategori-kategori
yang ada di setiap ruang. Kategori bentuk bendanya, ada yang berupa
peninggalan yang berkaitan dengan peninggalan para Romo dan Uskup
yaitu stola dan jubah. Berkaitan dengan karya-karya, ordo konggeregasi
tertentu misal ada mesin ketik, alat gilingan yang dipakai oleh
Konggergasi PRK, buku doa. Yang bisa dilihat langsung
pengkategoriannya adalah kategori peruangan.
P : Adakah kreteria dalam pemajangan koleksi-koleksi yang ada di museum?
I : Selama ini atau sejauh saya mengamati sejak tahun 2013-2017, tidak ada
penggantian yang signifikan untuk koleksi-koleksi itu meskipun dulu
ditulis dalam pedoman museum untuk mengadakan penyegaran disple
secara rutin tetapi dalam prakteknya belum. Mengapa belum? Karena
untuk menyususn sebuah cerita historis tertentu tidak sekedar memajang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
pakaian kemudian digantikan pakaian tetapi ada paparan edukatif
tertentu. Hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama karena tidak
mudah untuk menyusun sebuah cerita baru.
P : Koleksi mana saja yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar terutama
sejarah?
I : Kalau yang dimaksud mengenai Sejarah Keuskupan Agung Semarang.
Semua benda koleksi mengarahkan orang yang melihat untuk
mempelajari Sejarah Keuskupan Agung Semarang karena benda-benda
yang dipajang di sini memiliki kriteria yang berkaitan dengan Sejarah
Keuskupan Agung Semarang. Apapun itu akan ditarik hubungan dengan
Sejarah Keuskupan Agung Semarang. Seperti, sepeda Mbah Darmo
kenapa dipajang di situ? karena ingin menekankan bahwa Keuskupan
Agung Semarang dalam sejarah juga selalu memberi ruang dan tempat
untuk perkembangan orang awam. Celengan dari kaleng yang ada di
bagian atas, kenapa ditempatkan? Untuk mengingatkan bahwa sejak awal
perkembangannya Sejarah Keuskupan Agung Semarang ini yang
namanya soladiritas missioner itu sudah dibentuk sejak awal kesadaran
itu dengan dana dengan derma, kolekte, urunan, dan dengan pengorbanan
banyak orang. Oleh karena itu, pengunjung selalu diarahkan untuk
mempelajari Sejarah Keuskupan Agung Semarang melalui koleksi-
koleksi yang memiliki nilai sejarah yang ada di museum.
3. Kegiatan edukasi yang ada di Museum Misi Muntilan
P : Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan ?
I : Kunjungan dari orang-orang yang melihat koleksi-koleksi, pendalaman-
pendalaman. Pendalaman bisa dalam bentuk doa, lagu-lagu, film,
dinamika permainan yang diarahkan untuk membangun semangat misi.
Rekoleksi-rekoleksi yaitu pendalaman yang bersifat lebih rohani artinya
ada tarikan-tarikan atau refleksi-refleksi yang berkaitan dengan hidup
orang Katolik. Khususnya untuk pengunjung yang beragama Katolik,
kalau yang tidak diarahkan untuk melihat dan mengamati peran Gereja
Keuskupan Agung Semarang dalam perkembangan untuk masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
dan bangsa. Kemudian pengembangan yang lain adalah kerjasama-
kerjasama. Misalnya beberapa kali ada orang yang menulis tentang
Sejarah Keuskupan Agung Semarang yang bekerjasama dengan Museum
Misi.
P : Apa saja kegiatan rutin yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan?
I : Kegiatan rutinnya yaitu kegiatan perawatan, konsulidasi atau
pembicaraan-pembicaraan ditingkat staf. Menyelenggarakan kegiatan
edukatif yang ada di sekitar museum yaitu mengadakan kegiatan novena
jumat kliwon yang ada di Kerkof. Cita-citanya untuk menjaga semangat
yang diwariskan oleh pendahulu yang sekarang menjadi novena selasa
kliwonan.
P : Kegiatan apa saja yang ada di Museum Misi Muntilan yang dapat
dijadikan sumber belajar terutama sejarah?
I : Mendampingi pengunjung yang datang ke museum, dengan menjelaskan
koleksi-koleksi yang ada di museum. Kemudian ditanyakan nilai apa
yang didapat dari berkunjung ke museum.
P : Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan edukasi?
I : Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan edukasi yaitu dari staf
museum, guru-guru di sekitar museum dan bekerjasama dengan orang-
orang muda katolik
P : Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
tersebut? Bagaiman menghadadapi kendala tersebut?
I : Kendalanya dalam inovasi penyelenggaraan. Barang-barang yang ada
hanya begitu-begitu saja. Unuk itu bagaimana menyampaikan semangat
sejarah dan misi itu sehingga dapat ditangkap oleh anak-anak, remaja,
dan orang-orang dewasa yang dalam arti tertentu tidak tertarik dengan
sejarah. Mereka harus disegarkan dan diberi tahu mengenai sejarah yang
ada. Semakin lama museum ini dikenal makin banyak orang yang ingin
menyumbang benda koleksi. Sementara, koleksi yang ada di sini saja
sudah sedemikian rupa, belum yang masih ada di ruang penyimpanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Dalam menghadapi kendala tersebut hal yang kami lakukan adalah
mengadakan pembelajaran terus-menerus.
P : Siapa saja pengunjung Museum Misi Muntilan ?
I : Pengunjung museum terdiri dari banyak kalangan sebagian besar dari
umat Katolik. Kategori sekolah yaitu TK, SD, SMP, SMA. Kategori
paroki yaitu kelompok Misdinar, Sekolah Minggu, Komuni Pertama.
Mahasiswa, Keluarga, Lingkungan, Suster-Suster, Bruder, Romo-Romo.
Kemudian kelompok di luar agama Katolik yaitu dari NU, Komunitas
Penggemar Museum, Komunitas Pencita Sejarah, dan dari luar negeri.
4. Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar Sejarah
P : Bagaimana cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber
belajar, khususnya sejarah?
I : Dengan kunjungan-kunjungan orang sudah belajar yang kami harapkan
selanjutnya adalah ada studi-studi khusus yang dibuat berkaitan dengan
koleksi, keberadaan, maupun tujuannya itu sendiri yang perlu
ditingkatkan. Studi-studi itu yang membantu merefleksikan dan
memperdalam apa yang sudah terselenggara. Misalnya yang dibuat
teman-teman dalam karya tulis, tulisan-tulisan kecil, jurnal yang sangat
berperan dalam tujuan pembuatan museum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
CATATAN LAPANGAN 7
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Bruri (Guru Sejarah SMP Stela Duce)
Hari, Tanggal : Selasa, 9 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah Anda pernah berkunjung ke museum? Museum mana yang
pernah Anda Kunjungi?
I : Pernah. Museum yang pernah saya kunjungi adalah Museum Benteng
Vredbrug, Museum Sono Budoyo, Museum Nasional, Museum Sangiran
dan masih banyal lagi museum lainnya.
P : Bagaiman kesan pertama ketika Anda mengunjungi Museum Misi
Muntilan?
I : Museum ini dibuat untuk mengenal jasa-jasa Romo van Lith dan sejarah
Gereja Katolik.
P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok digunakan untuk sumber belajar
dan koleksi apa saja yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar
terutama sejarah?
I : Kalau menurut Museum Misi Muntilan sangat cocok digunakan untuk
sumber belajar, terutama untuk anak-anak van Lith karena sangat
relevan. Di mana visi dan misi sangat cocok dengan museumnya. Selain
sebagai acuan, anak-anak juga belajar dari Romo van Lith. Caranya
belajar anak-anak diajak untuk berkunjung ke museum. Akan tetapi, di
kurikulum kita saat ini belum ada proses Kristenisasi yang ada baru
masuknya Agama Islam, Hindu, Buddha, yang untuk Katolik ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
secara mendalam dibahas dalam kurikulum saat ini. Untuk materi yang
hampir mendekati, yaitu perkembangan Kolonialisme di Indonesia itupun
hanya sekilas misalnya tentang gold, glory dan gospel, latar belang
penjelajahan. Meskipun antara Pastor jaman dahulu dengan Belanda
tidak ada kaitanya tetapi bisa dikait-kaitkan. Sementara koleksi yang
dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah menurut saya tokoh
Romo van Lith, karena dia merupakan Romo yang memperjuangan
pendidikan untuk kamum pribumi.
P : Kedala yang dihadapi untuk memanfaatkan Museum Misi Muntilan
sebagai sumber belajar?
I : Kendalanya dalam hal catan-catan. Kalau guru mau mengajarkan
mengenai koleksi-koleksi yang ada di museum ini masih harus bertanya
lagi mengenai penjelasan-penjelasan yang ada sehingga di dapat bukti
yang real mengenai koleksi yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
CATATAN LAPANGAN 8
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Indri Prasanti (Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Prodi
Pendidikan Sejarah)
Hari, Tanggal : Rabu, 10 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah kamu pernah berkunjung ke Museum? Museum mana yang
pernah kamu kunjungi?
I : Pernah, museum yang pernah saya kunjungi diantaranya Museum
Gunung Merapi, Museum Benteng Vrederbug, dan Museum Purbakala.
P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum?
I : Melihat benda-benda bersejarah yang ada di museum dan juga mencari
tahu cerita dibalik koleksi yang ada.
P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi
Muntilan?
I : Kesan yang saya dapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan yaitu
nyaman dan tenang.
P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber
belajar terutama sejara? Jelaskan?
I : Kalau menurut saya tidak cocok karena benda-benda yang ada di
museum itu belum pasti kejelasnya sudah ditampilkan dan benda-benda
yang biasa juga sudah ditampilkan, yang belum jelas sejarahnya juga
sudah ditampilkan.
P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan
ini berdasarkan tugas kuliah/sekolah/rekreasi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
I : Dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan, berdasarkan
tugas kuliah. Kami diajak melakukan penelitian untuk dijadikan tugas
Pengembangan Kreativitas Mahasiswa (PKM).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
CATATAN LAPANGAN 9
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Theresia April Lindawati (Mahasiswa Pendidikan Sejarah
Universitas Sanata Dharma)
Hari, Tanggal : Rabu, 10 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah kamu pernah berkunjung ke Museum? Museum mana yang
pernah kamu kunjungi?
I : Pernah, museum yang pernah saya kunjungi diantaranya Museum
Merapi, Museum Benteng Vrederbug, dan Museum Geologi.
P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum?
I : Melihat benda-benda bersejarah yang ada di museum dan juga mencari
tahu nilai sejarah dari setiap koleksi yang ada di museum.
P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi
Muntilan? Bedanya Museum Misi Muntilan dengan museum lain yang
pernah Anda kunjungi?
I : Kesan yang saya dapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan yaitu
adem, di mana tempatnya sangat nyaman dan sejuk. Bedanya Museum
Misi Muntilan dengan museum yang lain yaitu kalau di Museum Misi
Muntilan banyak menampilkan benda-benda yang memiliki nilai sejarah
dari para Romo-Romo yang pernah menjabat sebagai Keuskupan Agung
Semarang dan juga peninggalan-peninggalan lain yang ingin
memperkenalkan Agama Katolik
P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber
belajar terutama sejara? Jelaskan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
I : Iya, sangat cocok. Meskipun Museum Misi Muntilan sangat condong
kearah agama khususnya agama Katolik. Akan tetapi kalau kita belajar
dalam sebuah pendidikan tidak boleh mencampur adukan dengan agama,
tetapi menjadikan sesuatu yang ada disekiling kita sebagai sumber
belajar. Khususnya untuk kami Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Prodi Pendidikan Sejarah yang mengambil Kuliah Sejarah Gereja.
Museum Misi Muntilan ini dapat memberikan manfaat dalam
pembelajaran karena implementasinya sangat nyambung. Koleksi-koleksi
yang ada dapat memberikan banyak pengetahuan untuk kita mengenal
masuknya agama Katolik di Indonesia khususnya Pulau Jawa.
P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat
untuk sumber belajardan koleksi manakah yang dapat dijadikan sebagai
sumber belajar, khususnya sejarah?
I : Koleksi-koleksi yang ada di museum semuanya dapat memberikan
manfaat untuk pembelajaran. Khususnya saya yang kuliah di Pendidikan
Sejarah Universitas Sanata Dharma. Di mana ada mata kuliah sejarah
Gereja yang sangat relevan dengan koleksi-koleksi yang ada di museum.
Implementasinya sangat cocok untuk digunakan sebagai sumber belajar.
Koleksi yang dapat digunakan untuk sumber belajar khususnya sejarah
yaitu koleksi mengenai Romo van Lith.
P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan
ini berdasarkan tugas kuliah/sekolah/rekreasi?
I : Kunjungan ke Museum Misi Muntilan dilakukan berdasarkan tugas
kuliah. Kalau dari kampus tidak mengajak saya tidak akan tahu kalau ada
museum di Muntilan yang menampilkan berbagai macam koleksi
mengenai agama Katolik.
P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum
sebagai seumber belajar?
I : Kendala yang dihadapi untuk menjadikan Museum Misi Muntilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
sebagai sumber belajar yaitu museum ini kurang begitu di ekspos.
Banyak orang kurang mengetahui kalau di Muntilan punya sebuah
museum yang tidak kalah dengan museum lainnya yang ada di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
CATATAN LAPANGAN 10
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Donita Sari (XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Van Lith)
Hari, Tanggal : Senin, 15 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah Anda pernah berkunjung ke museum? Museum mana yang
pernah Anda kunjungi?
I : Pernah. Museum yang pernah saya kunjungi adalah Museum Kereta
Api, dan Museum Afandi.
P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum?
I : Kegiatan yang saya lakukan ketika berada di museum yaitu melihat atau
mengamati benda-benda koleksi yang ada di museum. Membaca sejarah
mengenai koleksi-koleksi yang ada dan mengabadikan dalam bentuk foto
P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi
Muntilan?
I : Kesan yang saya dapat saat berkunjung ke museum ini adalah bangga,
karena di Muntilan sendiri sebagai kota yang kecil ternyata banyak lahir
tokoh-tokoh sejarah atau para misionaris yang menyebarkan Katolik di
Pulau Jawa. Museum memiliki koleksi-koleksi yang berbeda dari
museum yang pernah saya kunjungi. Koleksi-koleksi yang ada
menambah wawasan baru mengenai sejarah agama Katolik.
P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber
belajar terutama sejara? Jelaskan?
I : Kalau menurut saya cocok sekali karena dari museum ini kita dapat
mengetahui sejarah Muntilan sampai disebut Betlehem van Java.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat
untuk sumber belajar dan koleksi mana yang dapat digunakan untuk
sumber belajar khususnya sejarah?
I : Iya, koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat
untuk sumber belajar karena di setiap koleksi memiliki nilai sejarah yang
dapat digali lebih lagi untuk sumber belajar. Sedangkan untuk koleksi
yang dapat digunakan untuk sumber belajar yaitu koleksi yang
menceritakan tentang orang-orang yang pernah berkarya di tanah Jawa.
mereka memiliki semangat dalam menyebarkan misi di tanah jawa ini.
P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan
ini berdasarkan tugas kuliah/sekolah/rekreasi?
I : Dalam melakukan kunjungan ini saya diajak oleh sekolah. Saat
melakukan kunjungan pertama saya merasa kagum melihat bahwa di
Muntilan ada sebuah museum yang memiliki koleksi yang bagus.
P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum
sebagai seumber belajar?
I : Kendala yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber
belajar yaitu masih banyak orang yang beranggapan kalau Museum Misi
cocoknya digunakan hanya untuk pelajaran agama saja. Pada hal di
dalamnya terdapat banyak sumber yang dapat dihubungkan dengan
pembelajaran sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
CATATAN LAPANGAN 11
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Teresiana Donal Cristiani (X IPS 2 SMA Pangudi Luhur Van
Lith)
Hari, Tanggal : Senin, 15 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah Anda pernah berkunjung ke museum? Museum mana yang
pernah Anda kunjungi?
I : saya pernah berkunjung ke museum. Museum yang pernah saya kunjungi
adalah Museum Kereta Api.
P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum?
I : Kegiatan yang saya lakukan kalau berada di museum yaitu melihat atau
mengamati benda-benda koleksi yang ada di museum.
P : Bagaimana kesan yang didapat saat Anda berkunjung ke Museum Misi
Muntilan?
I : Kesan yang saya dapatkan saat berkunjung ke museum ini yaitu museum
ini sangat keren, karena museum ini berisi peninggalan para pendahulu
kita.
P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber
belajar terutama sejara? Jelaskan?
I : Kalau menurut saya cocok untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar
karena koleksi-koleksi yang ada dapat memberikan manfaat sendiri
dalam pembelajaran.
P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
untuk sumber belajar dan koleksi mana yang dapat digunakan untuk
sumber belajar, khususnya sejarah?
I : Iya, koleksi yang ada sangat memberikan manfaat khususnya untuk
pemebelajaran sejarah karena belajar sejarah tidak hanya bersumber pada
satu benda saja, tetapi bisa dari beberapa koleksi yang ada. Sementara
koleksi yang dapat memberikan manfaat untuk sumber belajar sejarah
yaitu patung Romo van Lith. Menurut saya Romo van Lith dapat
memberikan suatu perubahan untuk bangsa ini dalam hal pendidikan.
P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan
ini berdasarkan tugas kuliah/sekolah/rekreasi?
I : Kunjungan dilakukan berdasarkan tugas sekolah. Setiap awal tahun
ajaran baru kami diajak untuk mengenal museum secara lebih dekat.
P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum
sebagai seumber belajar?
I : Banyak benda koleksi yang belum begitu kelihatan sejarahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
CATATAN LAPANGAN 12
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Romo Demonicius Bambang Sutrisno, Pr (Imam Projo
Keuskupan
Agung Semarang)
Hari, Tanggal : Rabu, 17 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Bagaimana latar belakang berdirnya Museum Misi Muntilan?
I : Latar belakang berdirinya museum dulunya dibangun untuk konteksnya
sejarah. Istilahnya dulu dalam rangka untuk mengetahui awal mulanya
Keuskupan Agung Semarang. Untuk mengetahui perkembangannya dari
masa ke masa. Kemudian museum ini untuk kepentingan orang-orang
yang memahami, mendalami spritualitas atau pola dasar penghayatan
iman di Keuskupan Agung Semarang. Yang pokok untuk kepentingan
sejarah, supaya setiap orang bisa paham. Hal pertama yang kami pelajari
yaitu mengenai hakekat sejarah. Karena kami bukan orang yang berlatar
belakang sejarah. Sejarah itu bukan mengenai masa lampau. Sejarah itu
untuk memahami situasi konkret sekarang.
P : Mengapa Muntilan dijadikan sebagai tempat berdirinya museum?
I : Pada waktu itu museum dibangun di Semarang yang diberi nama Wisma
Uskup. Dalam perkembangannya museum ini kurang mendapat perhatian
dari umat. Kemudian dari beberapa pengurus di Keuskupan Agung
Semarang, memindahkan museum ke Muntilan. Hal ini dilakukan karena
Muntilan disebut sebagai Betlehem Van Java tempat lahirnya Tuhan
Yesus di Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
I : Kami adalah orang lapangan dan pelaksana dari utusan tingkat
tinggi. Kendalanya yaitu soal kepemilikian tanah, karena tanah yang
digunakan untuk membuat museum adalah tanah milik Konggergasi
Jesuit. Programnya orang melihat itu adalah utusan Keuskupan Agung
Semarang. Orang umum mengatakan bahawa ini tanah ini milik Paroki
Muntilan. Maka museum ini menempati tanah milik Jesuit yang
kemudian untuk Paroki Muntilan, kemudian ada yang merasa dirugikan.
Oleh karena itu dibuatlah tempat pastoran baru, tetapi tempat pasturan
baru ini tidak jadi ditempati karena banyak pihak yang tidak setuju yang
akhirnya tempat pastoran baru ini yang menjadi museum. karean
Program museum adalah program kerjasama antara Keuskupan agung
Semarang, Serikat Jesuit, dan Bruder FIC yang menyangkut situs
missioner di Muntilan. Oleh karena itu mereka menggap banguan lama
lebih. Kendala lain yaitu kami bukan dari orang-orang mengerti tentang
museum.
P : Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda-benda agar menjadi
koleksi Museum Misi Muntilan?
I : Koleksi pertama dari Wisma Uskup di Keuskupan Agung Semarang.
Kemudian dari beberapa umat yang mempunyai barang-barang penigalan
dari para Romo, dari Pasturan-Pasturan dan ada yang kami harus
mengeluarkan biaya untuk mengganti Lonceng Prenthaler dari Boro.
P : Apa saja kegiatan edukasi yang dilakukan di Museum Misi Muntilan?
I : Kegiatan edukasi yaitu pendampingan, rekoleksi. Kegiatan
pendampingan ini dimulai dari pengatar. Pengunjung diajak untuk
meyaksikan sejarah Muntilan sebagai Bethlehem van Java dan mengenai
Museum Misi Muntilan. Siapapu yang terlibat dalam museum harus bisa
menguasai edukasi yang ada di museum. Semua pengunjung yang datang
dipandu. Untuk didampingi, sehingga mereka dapat mengenal koleksi
yang ada secara jelas. Kalau yang datang rombongan dibagi ke dalam
beberapa kelompok. Ada yang masuk ke dalam ruang aula dulu untuk
diberi pengatar, kemudia baru dipandu untuk melihat koleksi. Museum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
ini masuk ke dalam misiologi yaitu museum yang menekankan kepada
pewarisan nilai-nilai.
P : Apakah Museum Misi Muntilan dapat digunakan sebagai sumber belajar
terutama untuk sejarah?
I : Museum Misi Muntilan dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah
terutama untuk materi sejarah Gereja, memang kerangka pertama
pembentukan museum ini adalah sejarah. Ini cocok untuk belajar sejarah
dalam arti tertentu. Sejarah untuk memahami realitas sekarang dan
menjadi daya dorong untuk maju. Untuk belajar memahami bagaiman
pendidikan jaman dulu, perkembangan gereja dulu, munculnya gerakan-
gerakan dulu. Memang hal masa lamapu tetapi dipakai untuk masa kini.
Seperti tulisan Sartono Kartodirjo tulisan-tulisan itu berbau mengenai
sejarah lokal suatu daerah.
P : Bagaimana cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan sebagai sumber
belajar, khususnya sejarah?
I : Cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan ini sebagai sejarah yaitu
dengan mendampingi para pengunjung untuk melihat koleksi-koleksi
yang ada di museum serta menjelaskan setiap koleksi yang ada dan
diajak untuk menggali wawasan mereka mengenai benda yang mereka
lihat sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
CATATAN LAPANGAN 13
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Fransicus Saferius Agung Prabowo (Kodam IV Diponegoro)
Hari, Tanggal : Kamis, 18 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah bapak pernah berkunjung ke Museum? Museum mana saja yang
pernah bapak kunjungi?
I : Pernah, museum yang pernah saya kunjungi diantaranya Museum Jogja
Kembali, Museum Ambara, Museum Kereta Api, Museum Nasional,
Museum Persenjataan dan masih banyak lagi museum-museum lainnya
yang biasanya berkaitan dengan kemiliteran.
P : Apa yang sering bapak lakukan saat berkunjung ke Museum?
I : Melihat benda-benda bersejarah yang ada di museum dan juga mencari
tau nilai sejarah dibalik koleksi-koleksi yang dipajang.
P : Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung ke Museum Misi
Muntilan?
I : Kesan yang saya dapat saat berkunjung ke Museum Misi Muntilan yaitu
museum ini sangat bagus, sudah tertata rapi, pelayanannya juga sudah
sangat memuaskan dan menambah pengetahuan yang sebelumnya belum
pernah kami ketahui. Bedanya museum ini dengan museum lainnya yaitu
dari koleksi-koleksi yang ditampilkan semuanya bernuasa agama Katolik
dan jarang ditemui di tempat lain.
P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber
belajar terutama sejarah? Jelaskan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
I : Iya, museum ini sangat cocok dimanfaatkan untuk sumber pengetahuan,
dimana fasilitas yang ada di museum ini sudah sangat memadai.
Disediakan tempat untuk menonton video sebelum masuk ke tempat
koleksi dan didampingi pemandu yang menjelaskan satu persatu
mengenai koleksi yang ada di museum.
P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum semuanya dapat
memberikan manfaat untuk pembelajaran dan koleksi mana yang dapat
dijadikan sebagai sumber belajar?
I : Menurut saya koleksi-koleksi yang ada di museum ini rata-rata sangat
memberikan manfaat untuk pembelajaran. Kemudian untuk mendapatkan
koleksi-koleksi yang ada di museum ini sangat susah dan tidak mudah.
Saya sangat terkesan dengan koleksi-koleksi yang ada di sini dan sangat
jarang dijumpai di tempat lain. Koleksi yang dapat dijadikan sumber
belajar sejarah menurut saya koleksi sepeda otel milik Mbah Darmo,
karena sepeda ontel menggambarkan penyembaran ajaran agama Katolik
masih sangat sederhana.
P : Apakah bapak dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan
ini berdasarkan tugas kantor/rekreasi?
I : Saya dan teman-teman melakukan kunjungan dalam rangka rekreasi
untuk menambah pengetahuan tentang agama Katolik.
P : Menurut bapak, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum
sebagai sumber belajar?
I : Menurut saya tidak ada kendala yang dihadapi untuk menjadikan
museum ini sebagai tempat belajar, karena koleksi yang ada sudah cukup
beragam dan sangat memberi pengetahuan untuk setiap orang yang
datang berkunjung ke museum ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
CATATAN LAPANGAN 14
WAWANCARA
Judul/ Topik : Pemanfaatan Museum Misi Muntilan sebagai Sumber Belajar
Sejarah
Nama Peneliti : Erza Setiana Sirait
Responden : Riyan Saputra (Mahasiswa Universitas Gajah Mada Fakultas Ilmu
Budaya, Jurusan Arkeologi)
Hari, Tanggal : Kamis, 18 Mei 2017
Keterangan P : Peneliti
I : Informan
P : Apakah Anda pernah berkunjung ke museum? Museum mana yang
pernah Anda kunjungi?
I : Iya saya sering berkunjung ke museum. Museum yang saya kunjungi
yaitu Museum Sono Budoyo, Museum Benteng Vredebrug, Museum
Nasional dan masih banyak lagi.
P : Apa yang sering Anda lakukan saat berkunjung ke Museum?
I : Kegiatan yang saya lakukan kalau berada di museum yaitu melihat atau
mengamati koleksi-koleksi yang ada di museum untuk menambah
wawasan pengetahuan.
P : Bagaimana kesan yang didapat saat Anda berkunjung ke Museum Misi
Muntilan?
I : Kesan yang saya dapatkan saat berkunjung ke museum ini yaitu saya
penasaran tentang koleksi yang ada di museum. Sebetulnya saya punya
gambaran cerita tentang museum ini, tetapi apa isinya belum ada
gambaran. Walapun saya sudah bekerja di museum.
P : Apakah Museum Misi Muntilan cocok dimanfaatkan sebagai sumber
belajar terutama sejara? Jelaskan?
I : Cocok, tetapi masih banyak data-data mengenai koleksi-koleksi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
masih kurang dalam cerita sejarahnya. Seperti pada waktu itu ada
sekelompok anggota yang ingin mencari data mengenai Lonceng Agelus,
tetapi data yang di miliki museum masih kurang.
P : Apakah koleksi-koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat
untuk sumber belajar, khususnya sejarah?.
I : Iya, hal ini sangat memberikan manfaat khususnya untuk pemebelajaran
Sejarah dan koleksi yang cocok digunakan untuk sumber belajar sejarah
yaitu koleksi mengenai sejarah Gereja Katolik di Indonesia.
P : Apakah Anda dalam melakukan kunjungan ke Museum Misi Muntilan
ini berdasarkan tugas kuliah/sekolah/rekreasi?
I : Dalam melakukan kunjungan ini berdasarkan tugas kuliah. Di mana Saya
punya kesempatan untuk magang di museum ini. Kegiatan yang saya
lakukan yaitu meneliti koleksi-koleksi yang ada dan perawatannya.
P : Menurut Anda, kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum
sebagai seumber belajar?
I : Banyak benda koleksi yang belum begitu kelihatan asal usul sejarahnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
DOKUMENTASI WAWANCARA
A. Dokumentasi Pengelola Museum Misi Muntilan
Wawancara dengan Antonius Tri Usada Sena tanggal 2 Mei 2015
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Wawancara dengan Romo. Yosep Nugroho tanggal 8 Mei 2017
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Wawancara dengan Rm. Bambang Sutrisno, Pr tanggal 17 Mei 2017
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
B. Dokumentasi Guru
Wawancara dengan Robertus Balok Nugroho tanggal 8 Mei 2017
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Wawancara dengan Albertus Joko Suryanto tanggal 8 Mei 2017
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
C. Dokumentasi Pengunjung
Wawancara dengan Theresia April Lindawati tanggal 10 Mei 2017
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Wawancara tanggal dengan Donita Sari dan Donal Cristiani 15 Mei 2017
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Wawancara dengan F.X Agung Prabowo tanggal 18 Mei 2017
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
SILABUS
MATA PELAJARAN SEJARAH KELOMPOK PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL
Satuan Pendidikan : SMA Kelas : XI Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
1.1 Menghayati nilai-nilai peradaban
dunia yang menghargai perbedaan sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
2.1 Mengembangkan sikap jujur, rasa ingin tahu, tanggung jawab, peduli, santun, cinta damai dalam mempelajari peristiwa sejarah sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.2 Menunjukan sikap cinta tanah air, nilai-nilai rela berkorban dan kerja sama yang dicontohkan para pemimpin pada masa pergerakan nasional, meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
3.1 Menganalisis sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha yang berpengaruh pada
Kerajaan-Kerajaan Besar Indonesia pada Masa Kekuasaan Hindu-Buddha dan Islam
Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
Mengamati:
Membaca buku teks tentang sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada
Tugas: Membuat laporan tertulis hasil analisis mengenai sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada
4 mg x 4 jp Buku Paket Sejarah kelas XI
Buku-buku lainya
Sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
3.2 Menganalisis sistem
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Islam di Indonesia yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
4.1 Menyajikan warisan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, dalam bentuk tulisan dan media lain.
4.2 Menyajikan hasil identifikasi warisan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Islam di Indonesia yang berpengaruh
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Islam di Indonesia yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Menanya:
Menanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi, penjelasan dan perluasan bahan analisis mengenai sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Mengeksplorasikan:
Mengumpulkan data dan informasi lanjutan terkait dengan pertanyaan mengenai sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, melalui bacaan dan sumber lain yang tersedia.
Mengasosiasikan:
Menganalisis informasi dan data yang di dapat dari bacaan dan sumber lain yang terkait mengenai sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Observasi: Mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan. Portofolio: Menilai laporan tertulis hasil analisis mengenai sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Tes: Menilai kemampuan peserta didik dalam menganalisis sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
lain yang tersedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini, dalam bentuk tulisan dan media lain.
masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
Mengomunikasikan:
Membuat laporan hasil analisis dalam bentuk tulisan dan atau media lain mengenai sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
3.3 Menganalisis keterkaitan antara pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini.
4.3 Membuat karya tulis tentang
pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain:
Peristiwa di Eropa Yang Berpengaruh terhadap Kehidupan Ummat Manusia
Pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa
Mengamati:
Membaca buku teks tentang pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini.
Menanya:
Menanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi dan pendalaman pemahaman tentang pemikiran dan
Tugas: Membuat karya tulis tentang pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini.
4 mg x 4 jp
Buku Paket Sejarah kelas XI
Buku-buku lainya
Sumber/ media lain yang tersedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri yang berpengaruh bagi Indonesia dan dunia.
lain di dunia pada masa itu dan masa kini.
peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini.
Mengeksplorasikan:
Mengumpulkan data dan informasi lanjutan terkait dengan pertanyaan dan materi tentang pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini, melalui bacaan dan sumber-sumber lainya yang terkait
Mengasosiasikan:
Menganalisis informasi dan data yang di dapat dari bacaan dan sumber lain yang terkait mengenai pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan
Observasi : Mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan. Portofolio: Menilai karya tulis peserta didik tentang pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini. Tes: Menilai kemampuan peserta didik dalam menganalisis tentang pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
masa kini. Mengomunikasikan:
Membuat karya tulis mengenai pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini.
Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini.
3.4 Menganalisis keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini.
4.4 Menyajikan hasil analisis tentang
revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) serta pengaruhnya terhadap kehidupan umat manusia dalam bentuk tulisan dan media lain.
Revolusi Besar Dunia dan Pengaruhnya Terhadap Ummat Manusia
Revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini.
Mengamati:
Membaca buku teks mengenai keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini.
Menanya:
Menanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi dan pendalaman pemahaman mengenai keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini.
Mengeksplorasikan:
Tugas: Membuat tulisan dan atau media lain mengenai keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini. Observasi: Mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan. Portofolio:
5 mg x 4 jp
Buku Paket Sejarah kelas XI
Buku-buku lainnya
Gambar Revolusi-revolusi besar dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Mengumpulkan data dan informasi lanjutan terkait dengan pertanyaan dan materi mengenai keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini, melalui bacaan dan sumber-sumber lainnya yang terkait.
Mengasosiasikan:
Menganalisis informasi dan data yang di dapat dari bacaan dan sumber lain yang terkait mengenai keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini, melalui bacaan dan sumber-sumber lainnya yang terkait.
Mengomunikasikan:
Membuat laporan dalam bentuk tulisan dan media lain mengenai keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini, melalui bacaan dan sumber-sumber lainnya yang terkait.
Menilai tulisan dan atau media lain mengenai keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini. Tes: Menilai kemampuan peserta didik dalam menganalisis keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
3.5 Menganalisis hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.
4.5 Menyajikan hasil analisis tentang hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika dalam bentuk tulisan dan media lain.
Ideologi, Perang Dunia dan Pengaruhnya terhadap Gerakan Kemerdekaan di Asia dan Afrika.
Perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.
Mengamati:
Membaca buku teks mengenai hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.
Menanya:
Menanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi dan pendalaman pemahaman mengenai hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.
Mengeksplorasikan:
Mengumpulkan data dan informasi lanjutan terkait dengan pertanyaan dan materi mengenai hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.
Mengasosiasikan:
Tugas: Membuat tulisan dan atau media lain mengenai hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini. Observasi: Mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan. Portofolio: Menilai tulisan dan atau media lain mengenai hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.
3 mg x 4 jp
Buku Paket Sejarah kelas XI
Buku-buku lainya
Sumber lain yang tersedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Menganalisis informasi dan data yang di dapat dari bacaan dan sumber lain yang terkait mengenai hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.
Mengomunikasikan:
Membuat laporan dalam bentuk tulisan dan atau media lain mengenai hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.
Tes: Menilai kemampuan peserta didik dalam menganalisis hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.
3.6 Menganalisis pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional.
4.6 Menyajikan hasil analisis tentang pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional
Perang Dunia dan Kelembagaan Dunia
Pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional.
Mengamati:
Membaca buku teks mengenai pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional.
Menanya:
Menanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi dan pendalaman pemahaman mengenai pengaruh PD I dan
Tugas: Membuat tulisan dan atau media lain mengenai pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional. Observasi:
3 mg x 4 jp
Buku Paket Sejarah kelas XI
Buku-buku lainya
Sumber/ media lain yang tersedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
(LBB, PBB ), pergerakan nasional dan regional dalam bentuk tulisan dan media lain.
PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional.
Mengeksplorasikan:
Mengumpulkan informasi lanjutan terkait dengan pertanyaan dan materi mengenai pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional, melalui bacaan dan sumber-sumber lain yang terkait.
Mengasosiasikan:
Menganalisis informasi dan data yang di dapat dari bacaan dan sumber lain yang terkait untuk menyimpulkan keterkaitan pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional.
Mengomunikasikan:
Menyajikan dalam bentuk tulisan dan atau media lain mengenai pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB,
Mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan. Portofolio: Menilai tulisan dan atau media lain mengenai pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional. Tes: Menilai kemampuan peserta didik dalam menganalisis pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB), pergerakan nasional dan regional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
PBB).
3.7 Menganalisis pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat di Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial- budaya, pendidikan dan agama serta perlawanan kerajaan Indonesia terhadap imperialisme dan kolonialisme Barat.
3.8 Menganalisis peran Sumpah Pemuda bagi kehidupan kebangsaan di Indonesia pada masa itu dan masa kini.
3.9 Menganalisis kehidupan sosial, ekonomi, budaya, militer dan pendidikan di Indonesia pada zaman pendudukan Jepang.
3.10 Menganalisis akar-akar nasionalisme Indonesia pada masa kelahirannya dan pengaruhnya bagi masa kini.
4.7 Menyajikan hasil evaluasi tentang
Kebangkitan Heroisme dan Kesadaran Kebangsaan
Pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat di Indonesia
Sumpah Pemuda
Pendudukan meliter Jepang di Indonesia.
Akar-akar nasionalisme yang terkandung dalam Sarekat Islam, Indische Partij, dan Budi Oetomo
Mengamati:
Membaca buku teks dan mengamati sumber lain mengenai Imperialisme dan kolonialisme Barat, Sumpah Pemuda, pendudukan militer Jepang dan akar-akar nasionalisme.
Menanya:
Menanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi dan pendalaman pemahaman mengenai Imperialisme dan kolonialisme Bartat, Sumpah Pemuda, pendudukan militer Jepang dan akar-akar nasionalisme.
Mengeksplorasikan:
Mengumpulkan data/inormasi lanjutan melalui bacaan dan sumber-sumber lain yang terkait mengenai Imperialisme dan kolonialisme Barat, Sumpah Pemuda, pendudukan militer Jepang dan akar-akar nasionalisme.
Mengasosiasikan:
Menganalisis dan menyimpulkan pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat di
Tugas: Membuat tulisan dan atau media lain mengenai Imperialisme dan kolonialisme Barat, Sumpah Pemuda, pendudukan militer Jepang dan akar-akar nasionalisme. Observasi: Mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan. Portofolio: Menilai tulisan dan atau media lain mengenai Imperialisme dan kolonialisme Barat, Sumpah Pemuda, pendudukan militer Jepang dan akar-akar nasionalisme. Tes: Menilai kemampuan peserta
6 mg x 4 jp
Buku Paket Sejarah kelas XI
Buku-buku lainya
Sumber/ media lain yang tersedia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat di Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial- budaya, pendidikan dan agama serta perlawanan kerajaan Indonesia dalam bentuk tulisan dan media lain.
4.8 Menyajikan hasil evaluasi penerapan semangat Sumpah Pemuda dalam kehidupan generasi muda Indonesia dan dalam kehidupan bernegara bangsa Indonesia masa kini, dalam bentuk tulisan atau media lain.
4.9 Membuat kliping tentang kehidupan sosial, ekonomi, budaya, militer dan pendidikan di Indonesia pada zaman pendudukan Jepang.
4.10 Menyajikan berbagai peristiwa
yang menunjukkan akar-akar nasionalisme Indonesia seperti Sarekat Islam, Indische Partij, Budi Utomo, dalam bentuk tulisan dan media lain.
Indonesia, peran Sumpah Pemuda bagi kehidupan kebangsaan di Indonesia, kehidupan sosial, ekonomi, budaya, militer dan pendidikan di Indonesia pada zaman pendudukan Jepang, serta akar-akar nasionalisme Indonesia
Mengomunikasikan:
Menyajikan dalam bentuk tulisan dan atau media lain tentang imperialisme dan kolonialisme Barat, Sumpah Pemuda, pendudukan militer Jepang dan akar-akar nasionalisme.
didik dalam menganalisis mengenai Imperialisme dan kolonialisme Barat, Sumpah Pemuda, pendudukan militer Jepang dan akar-akar nasionalisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
3.11 Menganalisis peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini.
4.11 Menyajikan gambaran peristiwa-
peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bentuk media visual.
Proklamasi Kemerdekaan sebagai Penegakan Hak Bangsa Indonesia
Peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini.
Mengamati:
Membaca buku teks dan mengamati sumber lain mengenai peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini.
Menanya:
Menanya dan berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi dan pendalaman pemahaman mengenai peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini.
Mengeksplorasikan:
Mengumpulkan data dan ifnormasi lanjutan melalui bacaan dan sumber-sumber lain yang terkait mengenai peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini.
Mengasosiasikan:
Menganalisis dan menyimpulkan mengenai peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu
Tugas: Membuat media gambar mengenai peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini. Observasi: Mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, analisis data dan pembuatan laporan. Portofolio: Menilai media gambar karya peserta didik tentang peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini. Tes: Menilai kemampuan peserta didik dalam menganalisis materi peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17
8 mg x 4 jp
Buku Paket Sejarah kelas XI
Buku-buku lainya
Internet (jika tersedia)
Gambar-gambar peristiwa proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
dan masa kini.
Mengomunikasikan:
Menyajikan dalam bentuk media gambar peristiwa-peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini.
Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA Pangudi Luhur
Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan
Kelas/ Semester : XI/2
Materi Pokok : Pengaruh Imprealisme dan Kolonialisme Belanda dalam
Bidang Agama Khususnya di Museum Misi Muntilan
Alokasi Waktu : 2x 45 menit
A. Kompetensi Inti
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
3.7 Menganalisis pengaruh
imperialisme dan kolonialisme Barat
di Indonesia dalam bidang politik,
ekonomi, sosial- budaya, pendidikan
dan agama serta perlawanan
kerajaan Indonesia terhadap
imperialisme dan kolonialisme
Barat.
3.7.1 Menjelaskan pengaruh
penyebaran Agama
Katolik di Jawa.
3.7.2 Menjelaskan
perkembangan Gereja
Katolik di Jawa.
4.7 Menyajikan hasil evaluasi tentang
pengaruh imperialisme dan
kolonialisme Barat di Indonesia
dalam bidang politik, ekonomi,
sosial- budaya, pendidikan dan
agama serta perlawanan kerajaan
Indonesia dalam bentuk tulisan dan
media lain.
4.7.1 Membuat artikel
karyawisata ke Museum
Misi Muntilan tentang
perkembangan Gereja
Katolik di Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui kegiatan diskusi, siswa mampu menjelaskan mengenai pengaruh
penyebaran Agama Katolik di Jawa.
2. Melalui kegiatan diskusi, siswa mampu menjelaskan mengenai perkembangan
Gereja Katolik di Jawa.
3. Melalui kegiatan membuat laporan, siswa dapat menjelaskan perkembangan
Gereja Katolik di Jawa.
D. Materi Ajar
1. Pengaruh penyebaran Agama Katolik di Jawa.
2. Perkembangan Gereja Katolik di Jawa.
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran : scientific learning
2. Strategi pembelajaran : Cooperative learning
3. Metode pembelajaran : karyawisata
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Alokasi Waktu
Pendahuluan Guru memberikan salam.
Menanyakan kehadiran siswa.
Mengadakan tanya jawab mengenai
materi sebelumnya.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
melalui power point.
10 Menit
Kegiatan Inti MENGAMATI
Guru meminta siswa mencermati
kemabali temuan lapangan yang
diperoleh saat karyawisata ke Museum
Misi Muntilan
Siswa mencermati kemabali temuan
lapangan yang diperoleh saat karyawisata
ke Museum Misi Muntilan.
MENANYA
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya mengenai temuan
lapangan yang diperoleh saat karyawisata
15 menit
15 menit
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
ke Museum Misi Muntilan.
Siswa bertanya mengenai temuan
lapangan yang diperoleh saat karyawisata
ke Museum Misi Muntilan.
MENGUMPULKAN INFORMASI
Guru membagi siswa ke dalam 2
kelompok, masing-masing kelompok
membahas tentang :
a. Pengaruh penyebaran Agama Katolik
di Jawa.
b. Perkembangan Gereja Katolik di
Jawa.
Siswa mendiskusikan materi yang
diberikan guru
MENGASOSIASI
Siswa dalam kelompoknya
mengasosiasikan materi yang diberikan
guru.
MENGKOMUNIKASIKAN
Guru meminta siswa mempresentasikan
hasil diskusi kelompok.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
Guru meminta peserta didik untuk
menanggapi hasil presentasi kelompok.
Siswa memberikan tanggapan terhadap
diskusi kelompok.
Penugasan : Siswa menyusun hasil
karyawisata dalam bentuk artikel
10 menit
20 menit
Penutup Guru memberikan penguatan materi.
Peserta didik ditanyakan apakah sudah
memahami materi tersebut.
Siswa menyampaikan nilai-nilai yang
diperoleh hari ini.
peserta didik untuk mengambil manfaat
dan makna positif dari kedatangan
10 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
bangsa asing di Indonesia.
Guru memberikan tugas
Guru menutup pelajaran dengan berdoa
G. Media, Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Media Pembelajaran : Power point, Gambar
2. Alat Pembelajaran : Laptop, LCD
3. Sumber Pembelajaran :
Habib Mustopo, dkk. 2014. Sejarah Indonesia 2 untuk SMA Kelas XI
Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Yudistira.
Museum Misi Muntilan
H. Penilaian Pembelajaran, Remedial dan Pengayaan
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian sikap
1) Observasi
b. Penilaian Pengetahuan
1) Tes
2) Tanya Jawab
3) Observasi terhadap kegiatan diskusi
2. Instrumen Penilaian
a. Penilaian sikap diskusi dan presentasi kelompok
No Nama Mengkomu-
nikasikan
Mende-
ngarkan
Berargu-
mentasi
Berkon-
tribusi Jumlah
1
2
3 dst.
Keterangan Penilaian:
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria;
Baik Sekali : 4
Baik : 3
Cukup : 2
Kurang : 1
∑
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
b. Instrumen Penilaian Pengetahuan
Setiap soal memiliki bobot yang sama = 25
Skor Maksimal = 50
∑
Soal Tes Uji Kompetensi
1. Jelaskan pengaruh penyebaran Agama Katolik di Jawa!
2. Analisis perkembangan Gereja Katolik di Jawa!
Kunci jawaban :
1. Pengaruh penyebaran Agama Katolik di Jawa dapat dilihat dari beberapa
lembaga yang didirikan di anataranya badan hukum urusan umat, rumah sakit,
dan sekolah dengan sistem asrama. Dibukalah sekolah-sekolah untuk orang
pribumi agar dapat menjadi pegawai pemerintah Hindia Belanda. Para
misionaris memang memperjuangkan agar anak, remaja dan kaum muda
menjadi terdidik tanpa memandang golongan miskin atau pun kaya. Tetapi
lebih dari itu, karya pendidikan tidak terutama untuk mencetak calon-calon
pegawai.
2. Di pulau jawa pertumbuhan dan perkembangan agama kristen terjadi terutama
pada abad ke-19. Seperti dalam proses penyebaran agama islam, penyebaran
Agama Kristen dipulau jawa melalui pusat-pusat penyebaran. Pusat
penyebaran pertama adalah di Jawa Timur. Desa-desa kristen itu dijadikan
model percontohan oleh missionaris sampai awal abad ke-20. Semarang dan
sekitarnya merupakan pusat penyebaran kristen kedua. Di Semarang bekerja
tiga orang missionaris Belanda ialah Bruckner, Hoezoo, dan Jansz. Penyebaran
Agama Kristen di Jawa tengah lebih berhasil dibagian Selatan dari pada
dibagian Utara. Di jawa tengah, Agama Kristen tumbuh di Salatiga, Purworejo,
Probolinggo, Banyumas, Magelang, Ambarawa, Cilacap, Wonosobo, dan
kebumen. Pertumbuhan agama kristen di Jawa tengah diperkuat dengan adanya
permukiman-permukiman bangsa Belanda. Orang-orang Belanda pengusaha
swasta, pegawai pemerintah atau militer mempunyai pemukiman di kota-kota
di Jawa tengah bagian Selatan. Seperti halnya di Muntilan menjadi pusat
perkembangan Agama Katolik di Pulau Jawa.
c. Psikomotorik
1) Teknik Penilaian : Penugasan
2) Bentuk Instrumen : Lembar Tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
3) Instrumen :
Soal : Buatlah artikel tentang perkembangan Gereja Katolik di Jawa
menggunakan metode karyawisata ke Museum Misi Muntilan.
No.
Peserta
didik
Indikator
Jumlah
Skor Rele-
vansi
(1-4)
Keleng-
kapan
(1-4)
Pemba-
hasan
(1-4)
Kete-
patan
waktu
(1-4)
1.
2.
3. dst.
Petunjuk penyekoran:
Peserta didik memperoleh nilai :
Baik Sekali : apabila memperoleh skor 13-16
Baik : apabila memperoleh skor 9-12
Cukup : apabila memperoleh skor 5-8
Kurang : apabila memperoleh skor 1-4
d. Pembelajaran Remidial dan Pengayaan
Pembelajaran remidial dilaksanakan segera setelah diadakan penilai bagi
peserta didik yang mendapat nilai di bawah 75 dengan mengerjakan kembali
soal uji kompetensi.
Pengayaan dilaksanakan peserta didik yang mendapatkan nilai di atas 75
dengan memberikan tugas membuat analisis mengenai pengaruh imprealisme
dan kolonialisme Belanda dalam bidang agama khususnya di Museum Misi
Muntilan
Yogyakarta, 10 Mei 2017
Peneliti,
Erza Setiana Sirait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI