14
Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017 67 PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA Jati Widagdo Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara [email protected] ABSTRACT The Indonesian nation has traditionally known natural coloring to cloth, food, cosmetics and handicraft materials. Natural dyes are very popular because they produce a beautiful and distinctive color effect that cannot be obtained from synthetic dyes. Therefore, it becomes a very valuable aesthetic support for exclusive products and high artistic value. In addition, it has a power to gain a certain market segment. The reasons of why natural dye is not popular among people because they do not know how to make natural color from plantsand what particular plants are compatible to make natural colors. By making natural colors from some parts of plants, Indonesia has a special feature such as speciality and uniqueness produced by Indonesian people. The method used in this research is an experimental method. Experimental research can be interpreted as a systematic, objective and controlled study to predict as well as to control phenomena. The biodiversity of Indonesia can be used as natural substances to make natural color maximally if it is exploreddeeply. Then, Indonesia people independently produce natural color substance and they can reduce import of chemical color substance from other countries. Besides, by establishing entrepreneurship in natural coloring means many opportunities are open for Indonesia people in this field. In other words, unemployment can be reduced and human resources can be increased. Keywords: batik, dye, synthetic, natural, coloring ABSTRAK Bangsa Indonesia secara turun-temurun telah mengenal zat pewarna alam untuk memberi pewarnaan pada pakaian atau sandang, makanan, kosmetik dan bahan-bahan kerajinan. Pewarna zat alam sangat digemari karena menghasilkan efek warna yang indah dan khas yang tidak dapat diperoleh dari zat pewarna sintetis, sehingga menjadi daya dukung estetis yang sangat berarti bagi produk eksklusif dan bernilai seni tinggi sehingga mempunyai daya untuk mendapatkan sekmen pasar tertentu. Namun kurang dikenalnya bahan pewarna alami ini karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui bagaimana membuat bahan pewarna alami buatan dan bagian tanaman apa saja yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami Dengan dibuatnya bagian tanaman sebagai bahan pewarna alami maka akan membuat warna yang unik, identik dan menjadi ciri dari warna-warna yang hanya mampu dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian eksperimental bisa diartikan studi yang sistematis, objektif dan terkontrol untuk memprediksi ataupun mengontrol fenomena. Keragaman hayati Indonesia apabila dieksplorasi lebih dalam mampu dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan zat pewarna alami apabila digunakan secara maksimal maka ketergantungan bangsa terhadap impor zat pewarna kimia dapat dikurangi. Dengan adanya usaha di bidang pembuatan warna alami juga akan membuka lapangan kerja, sehingga mampu meningkatkan SDM dan dapat mengurangi pengangguran. Kata kunci: batik, pewarna, sintetis, alami PENDAHULUAN Jauh sebelum mengenal warna sintetis, Bangsa Indonesia secara turun-temurun telah menggenal zat pewarna alam untuk memberi pewarnaan pada pakaian atau sandang, makanan, kosmetik dan bahan bahan kerajinan.

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

67

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jati Widagdo

Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara

[email protected]

ABSTRACT

The Indonesian nation has traditionally known natural coloring to cloth, food, cosmetics and handicraft

materials. Natural dyes are very popular because they produce a beautiful and distinctive color effect

that cannot be obtained from synthetic dyes. Therefore, it becomes a very valuable aesthetic support

for exclusive products and high artistic value. In addition, it has a power to gain a certain market

segment. The reasons of why natural dye is not popular among people because they do not know

how to make natural color from plantsand what particular plants are compatible to make natural

colors. By making natural colors from some parts of plants, Indonesia has a special feature such as

speciality and uniqueness produced by Indonesian people. The method used in this research is an

experimental method. Experimental research can be interpreted as a systematic, objective and

controlled study to predict as well as to control phenomena. The biodiversity of Indonesia can be used

as natural substances to make natural color maximally if it is exploreddeeply. Then, Indonesia people

independently produce natural color substance and they can reduce import of chemical color

substance from other countries. Besides, by establishing entrepreneurship in natural coloring means

many opportunities are open for Indonesia people in this field. In other words, unemployment can be

reduced and human resources can be increased.

Keywords: batik, dye, synthetic, natural, coloring

ABSTRAK

Bangsa Indonesia secara turun-temurun telah mengenal zat pewarna alam untuk memberi

pewarnaan pada pakaian atau sandang, makanan, kosmetik dan bahan-bahan kerajinan. Pewarna

zat alam sangat digemari karena menghasilkan efek warna yang indah dan khas yang tidak dapat

diperoleh dari zat pewarna sintetis, sehingga menjadi daya dukung estetis yang sangat berarti bagi

produk eksklusif dan bernilai seni tinggi sehingga mempunyai daya untuk mendapatkan sekmen

pasar tertentu. Namun kurang dikenalnya bahan pewarna alami ini karena masih banyak masyarakat

Indonesia yang belum mengetahui bagaimana membuat bahan pewarna alami buatan dan bagian

tanaman apa saja yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami Dengan dibuatnya bagian

tanaman sebagai bahan pewarna alami maka akan membuat warna yang unik, identik dan menjadi

ciri dari warna-warna yang hanya mampu dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian eksperimental bisa diartikan studi yang

sistematis, objektif dan terkontrol untuk memprediksi ataupun mengontrol fenomena. Keragaman

hayati Indonesia apabila dieksplorasi lebih dalam mampu dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan

zat pewarna alami apabila digunakan secara maksimal maka ketergantungan bangsa terhadap impor

zat pewarna kimia dapat dikurangi. Dengan adanya usaha di bidang pembuatan warna alami juga

akan membuka lapangan kerja, sehingga mampu meningkatkan SDM dan dapat mengurangi

pengangguran.

Kata kunci: batik, pewarna, sintetis, alami

PENDAHULUAN

Jauh sebelum mengenal warna sintetis,

Bangsa Indonesia secara turun-temurun telah

menggenal zat pewarna alam untuk memberi

pewarnaan pada pakaian atau sandang,

makanan, kosmetik dan bahan bahan

kerajinan.

Page 2: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

68

Pewarna dengan zat warna alam

diperoleh dengan ekstrasi/pembusaan dari

tanaman yang banyak tumbuh di lingkungan

kehidupan masyarakat atau lingkungan

hidupnya. Bagian tanaman yang merupakan

zat pewarna alam adalah kayu, kulit, ranting,

daun, akar, bunga , biji dan getah dari kayu itu

sendiri.

Pewarna zat alam sangat digemari

karena menghasilkan efek warna yang indah

dan khas yang tidak dapat diperoleh dari zat

pewarna sintetis, sehingga menjadi daya

dukung estetis yang sangat berarti bagi produk

eksklusif dan bernilai seni tinggi sehingga

mempunyai daya untuk mendapatkan sekmen

pasar tertentu. Baik di dalam negeri maupun

luar negeri misalnya produk batik, kerajinan

dan lainnya. Namun pada pewarnaan dengan

zat pewarna alam juga mempunyai kelemahan

di antaranya pewarnaan dengan warna alami

memakan waktu yang cukup lama sehingga

memerlukan kesabaran, ketekunan dalam

pengerjaannya.

Pewarnaan alami memakan waktu yang

cukup lama dikarenakan dari penyiapan bahan

baku yang bersifat alami, biasanya belum di

budidayakan sehingga sangat berpengaruh

terhadap sumberdaya alam yang ada, tenaga

pengumpul, kondisi lingkungan bahan alami itu

tumbuh serta pengaruh musim. Proses

ekstraksi untuk pengambilan zat warna baik

secara panas maupun secara dingin

tergantung jenis bahannya kadang-kadang

proses ekstrasi disertai fermentasi untuk zat

pewarna tertentu. Zat pewarna alam pada kain

batik maupun kerajinan kayu untuk mencapai

warna yang dikehendaki pencelupan harus

dilakukan berulang-ulang pada suhu kamar,

pencelupan bisa dilakukan dari 8-10 kali

selama satu minggu.

Indonesia sebagai negara yang banyak

memiliki keragaman hayati belum

memaksimalkan keragaman hayatinya untuk

digunakan sebagai bahan pewarna alami,

sehingga negara Indonesia masih sangat

bergantung terhadap penggunaan bahan

pewarna kimia, yang selain mudah didapatkan

juga lebih murah harganya. Padahal bahan

kimia selain tidak ramah terhadap lingkungan

juga merupakan bahan impor yang jelas akan

membebani devisa negara. Namun apabila

masyarakat Indonesia lebih kreatif sebenarnya

banyak sekali keragaman hayati di Indonesia

yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna

alami, bahkan kalau kita mau jujur

mengakuinya bahan pewarna alami selain

ramah lingkungan juga memiliki nilai lebih

dibanding dengan pewarna buatan. Namun

kurang dikenalnya bahan pewarna alami ini

karena masih banyak masyarakat Indonesia

yang belum mengetahui bagaimana membuat

bahan pewarna alami buatan dan bagian

tanaman apa saja yang dapat digunakan

sebagai bahan pewarna alami, dan dengan

dibuatnya bagian tanaman sebagai bahan

pewarna alami maka akan membuat warna

yang unik, identik dan menjadi ciri dari warna-

warna yang hanya mampu dihasilkan oleh

bangsa Indonesia. Hal ini terjadi karena

banyak sekali tumbuhan yang hanya tumbuh

di Indonesia. Penggunaan bahan alami yang

dibuat oleh orang Indonesia juga akan

mengurangi ketergantungan terhadap bahan

pewarna impor.

“Penggunaan warna zat alami yang

dihasilkan oleh bangsa Indonesia dapat

menyeimbangkan nilai ketergantungan

terhadap penggunaan pewarna zat kimia yang

dihasilkan oleh industri besar maupun oleh zat

pewarna impor.”

Pengenalan zat pewarna alami kepada

masyarakat Indonesia diharapkan menambah

pengetahuan tentang pemanfaatan zat

pewarna alam sehingga masyarakat mau

memakai dan membuat zat pewarna alami

yang diambil dari tumbuhan disekitar mereka.

Dengan dikenalnya zat pewarna alam oleh

masyarakat diharapkan masyarakat mau

membuat sendiri zat pewarna alami sehingga

mampu untuk menjadi lapangan pekerjaan

Page 3: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

69

dan mampu mengurangi tingkat pengangguran

dalam masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Zat warna alami adalah zat warna

yang diperoleh dari alam/tumbuh-tumbuhan

baik secara langsung maupun secara tidak

langsung. Setiap tanaman dapat digunakan

sebagai zat pewarna alam, karena

menggandung pigmen alam. Potensi sumber

zat warna alam ditentukan oleh intensitas

warna yang dihasilkan serta sangat tergantung

pada jenis coloring matter yang ada.

Coloring matter adalah subtansi yang

mengarah/menentukan arah zat warna alam,

merupakan senyawa organik yang terkandung

dalam sumber zat warna alam tersebut. Dalam

satu jenis tumbuh-tumbuhan dapat terkandung

lebih dari satu jenis coloring matter.

Zat pewarna alam terdapat pada

bagian tumbuh-tumbuhan seperti: daun, akar,

batang, kulit, bunga, buah, getah dan

sebagainya. Dengan kadar coloring matter

yang cukup bervariasi, berdasarkan jenis

coloring matter, zat pewarna alam dibagi

menjadi 4 (empat) golongan yaitu:

1. Zat Alam Mordan

Zat alam mordan (alam), kebanyakan yat

pewarna alam tergolong zat pewarna

mordan. Agar zat pewarna alam dapat

menempel dengan baik, proses

pewarnaanya harus melalui

penggabungan dengan komplek oksida

logam membentuk zat pewarna yang

tidak larut. Zat pewarna alam yang dapat

sangat tahan lama, misalnya zat pewarna

dari kulit akar pace (moridin).

2. Zat Pewarna Direk

Zat pewarna direk melekat pada serat

berdasarkan ikatan hitrogen sehinnga

ketahanannya rendah, misal yat warna

yang berasal dari kunyit (cucumin).

3. Zat Warna Asam/Basa.

Zat warna asam mempunyai jenis gugus

kombinasi asam dan basa, tepat untuk

diterapkan pada serat sutra atau wool,

namun tidak mampu memberikan warna

yang permanen pada kain katun, misalnya

flavouroit Pigmen.

4. Zat Warna Bejana.

Zat pewarna bejana digunakan untuk

mewarnai serat melalui proses reduksi-

oksidasi (redok) dikenal sebagai pewarna

alam yang paling tua di dunia, dengan

ketahanan yang paling unggul dibanding

dengan pewarna zat alam mordan, zat

pewarna direk, zat warna asam, zat

pewarna bejana berasal dari daun tom

(indigo).

TUMBUH-TUMBUHAN SUMBER ZAT ALAM

No Nama Bahan Gambar Bagian Warna

1 Tom nila

Daun/buah Biru

Page 4: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

70

No Nama Bahan Gambar Bagian Warna

2 Tinggi

Kulit Coklat

3 Tegeran

Tangkai Kuning

4 Jambal /kulit

singkong

Kulit Coklat

muda

5 Putri malu

Bunga

daun

Kuning

hijau

6 Potro Monggolo

Bunga

daun

Hijau

Page 5: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

71

No Nama Bahan Gambar Bagian Warna

7 Nangka buah

Tangkai

batang

Kuning

8 Jati

Daun muda Merah

coklat

9 Bawang merah

Buah/

bungkul

Coklat

10 Mahoni

Batang

daun

Coklat

11 Mengkudu

Kulit dan

akar

Merah

12 Kembang Telang

Bunga

daun

Abu-abu

Page 6: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

72

No Nama Bahan Gambar Bagian Warna

13 Secang

Batang Merah

14 Kembang palu

Tepung sari Kuning

orange

15 Apucat

Daun kulit

buah

Coklat

hijau

16 Pacar kuku/Inai

Daun Orange

17 Kesumba

Kelopak

buah

Orange

18 Kenikir sayur

Daun Kuning

Page 7: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

73

No Nama Bahan Gambar Bagian Warna

19 Pinang

Buah Coklat

20 Bunga sepatu

Bunga Violet

21 Sapu angin

Bunga Ping/

Violet

22 Sari kuning

Bunga Kuning

23 Gambir

Getah Coklat

24 Ketapang kebo

Daun

bunga

Hijau

kuning

Page 8: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

74

No Nama Bahan Gambar Bagian Warna

25 Mangga

Kulit kayu Hijau

26 Kepel

Daun Coklat

27 Jalawe

Biji Hitam

28 Lobi-

lobi/talok/karsen

Buah Grey

29 Kibedali

Daun

bunga

Hijau

30 Srigading

Bunga Merah

unggu

Merah

Page 9: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

75

No Nama Bahan Gambar Bagian Warna

31 Randu

Daun Lembayu

ng

32 Combrang

rias/honje

Bunga Hijau

gelap

33 Teh-tehan merah

Daun grey

gelap

34 Jambu biji

Daun Hijau

kekuninga

n

35 Pulutan

Daun Hijau

kehitama

n

36 Trengguli

buah Coklat

kehitama

n

Page 10: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

76

No Nama Bahan Gambar Bagian Warna

37 Puring

Daun Kuning

kemeraha

n

38 Andong

Daun Merah

hati

39 Combrang sayur

Bunga Merah

muda

38 Ulin/ bulian

Kayu Daun Merah

kehitama

n

39 Bugenfil

Bunga Merah

muda

40 Senggani

Daun buah Merah

keputihan

Page 11: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

77

No Nama Bahan Gambar Bagian Warna

41 Rhizophora

(bakau)

Kulit batang Merah

Ada empat puluh jenis tumbuhan yang

penulis sampaikan meskipun masih banyak

lagi tumbuh-tumbuhan yang belum mendapat

perhatian. Daerah tertentu menggunakan

tumbuh-tumbuhan dengan metode lain serta

membuat warna bervariasi dengan tehnik

campuran dari bahan tertentu sehingga

menghasilkan warna tertentu pula.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimental.

penelitian eksperimental bisa diartikan studi

yang sistematis, obyektif dan terkontrol untuk

memprediksi ataupun mengontrol fenomena.

Selain itu penelitian eksperimen memiliki

tujuan untuk menyelidiki keterkaitan sebab-

akibat dengan langkah mengekspos 1 atau

lebih kelompok eksperimental maupun kondisi

eksperimen dan hasilnya akan dibandingkan

satu sama lain.

PEMBAHASAN

Proses ekstrasi (pengambilan zat

warna alam dari sumbernya) zat warna alam

diperoleh dari atau proses ekstrasi (baik

dengan suhu tinggi maupun dengan suhu

rendah) dari bagian tanaman yang merupakan

sumbernya, dengan cara menggunakan media

pelarut berupa air, dengan cara melarutkan

dengan air zat warna alam yang diambil cukup

bervariasi tergantung jenis sumber zat warna

alam, sebagai contoh untuk sumber zat warna

akar yang berupa kayu dapat terambil sekitar

6,5% masa yang dapat mewarnai. Berikut

contoh zat warna dari beberapa sumbernya:

1. Kulit Akar Pace

Kulit Akar Pace (Morinda citrifolia),

arah warna merah, cara

pembuatan warna alam dengan

menggunakan kulit akar pace

adalah:

a. Siapkan air khusus untuk

merebus akar pace dengan air

abugosok, air abu gosok

sendiri dibuat dengan cara

merendam abu gosok

sebanyak 700 gram abu gosok

kedalam air 10 liter air, lalu di

diamkan selama satu malam,

b. Edapan air dan abu gosok

dibuang, sedangkan air yang

jernih saja yang dipakai untuk

merebus akar pace

c. 1 kg akar pace direbus dengan

10 liter air hasil campuran

dengan abu gosok dengan

pH=7,5 (Vlot=1:10) selama

kurang lebih satu jam atau

kadar air turun 40% = 6 liter.

d. Setelah proses perebusan

telah dilakukan maka pisahkan

akar pace dengan ekstrak akar

pace, ekstrak akar pace dapat

digunakan untuk mewarnai

baik dalam keadan panas

maupun dalam keadaan dingin,

yang perlu diperhatikan adalah

bahwa sisa pencelupan

ekstrak akar pace masih dapat

digunakan kembali.

Page 12: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

78

2. Daun nila

Daun nila (Indigoferatinctoria l),

arah warna biru. Cara pembuatan

warna alam dengan menggunakan

Daun, nila adalah:

a. 1 kg daun nila direndam

kedalam 5 liter air, agar daun

dapat terengam dengan

sempurna sebaiknya daun

direndam dengan cara di beri

perendam.

b. Setelah kurang lebih 10 jam

perendaman, mulai terjadi

proses peragian yang ditandai

dengan adanya gelembung-

gelembung gas dan larutan air

mulai berwarna biru/hijau.

Proses peragian selesai

apabila gelembung-gelembung

gas tidak lagi timbul (air

berwarna kuning kehijauan

bening), biasanya proses

peragian memakan waktu

kurang lebih 24-48 jam.

c. Setelah proses peragian

selesai maka pisahkan air

dengan daun nila dengan cara

menyaring, sehinga didapatkan

air daun nila tanpa ampas.

d. Proses selanjutnya dengan

mengaduk air larutan daun nila

selama kurang lebih setengah

jam sampai merata.

e. Setelah diaduk selama

setengah jam lalu dilanjutkan

dengan memasukkan 20-30

gram bubuk kapur, kemudian

aduk kembali sampai merata

kurang lebih setengah jam.

f. Indikasi daun nila sudah

mengendap ialah dengan cara

mengetes sedikit cairan (sudah

berwarna coklat) kedalam

tabung reaksi, amati apakah

ada butiran-butiran yang

bergerak turun.

g. Jika sudah terjadi

penggendapan maka, cairan

didiamkan selama selama 1

malam agar pengendapan

berjalan sempurna, buang

cairan di atasnya (berwarna

kuning jerami), dengan

membuang cairan yang

terdapat diatas maka akan

didapati pasta indigo, pasta

indigo akan bertahan dalam

penyimpanan dalam waktu

satu tahun, asal dalam

penyimpanan tertutup rapat.

3. Bunga Srigading.

Bunga srigading (Nyctanthes

arbortristis) arah warna kuning.

Cara pembuatan warna alam

dengan menggunakan bunga

srigading adalah:

a. Bunga srigading kering direbus

dalam 5 liter air sampai airnya

tinggal 80% atau sekitar 4 liter

(vlot 1:50)

b. Setelah proses perebusan

pisahkan antara ekstrak

dengan bunga srigading

dengan cara menyaringnya.

c. Setelah ekstrak dipisahkan dari

bunga srigading maka zat

pewarna alam dari bunga

srigading dapat digunakan baik

dalam keadan panas maupun

dalam keadaan dingin,

kelebihan dari zat pewarna

alam dari bunga srigading

adalah pewarna alam dari

bunga srigading dapat

digunakan untuk mewarnai

batik pada media kayu.

4. Warna soga jawa

Warna Soga Jawa (coklat)

diperoleh dengan campuran kayu

Page 13: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

79

tageran (Maclura cochinchinensis

lour), kulit tinggi (Ceriops tagal

PERR) dan kulit jambal

(Peltaphorum pterocarpum DC).

Cara pembuatan warna alam soga

jawa adalah:

a. Campurkan kulit kayu tinggi,

kulit kayu jambak dan

kayutegeran dengan

perbandingan 4:2:1 (atau

sesuaikan dengan warna yang

dikehendaki), lalu campurkan

bahan bahan tersebut dengan

air dengan perbandingan (1:10)

sampai air tinggal 50% atau

lima liter.

b. Saring air ekstak sehingga

ekstrak siap digunakan

sebagai zat pewarna alam

warna sogo

c. Ekstrak siap digunakan baik

secara panas maupun di

gunakan secara dinggin.

d. Sisa dari bahan/residu masih

dapat di ekstrak lagi dengan

dengan dosis pelarut/air

dengan perbandingan 1:5.

5. Biji Kesumo

Biji kesumo (Bixaorellana l) Arah

warna kuning jingga. Cara

pembuatan warna alam dengan

menggunakan biji kesumo adalah:

a. Rebus biji kesumo 200 gram

menggunakan air sebanyak 3

liter, lama perebusan kurang

lebih selama 1 jam (sampai

setengahnya).

b. Saring air ekstrak biji kesumo

sehingga tinggal airnya saja.

c. Zat pewarna alam

menggunakan biji kusumo

dapat digunakan dalam

keadaan panas maupun dalam

keadaan dingin.

d. Zat pewarna alam biji kesumo

juga dapat digunakan

mewarnai batik nontextil.

Pada pewarna zat pewarna alam

sebaiknya masih harus diperkuat lagi ikatan

antara zat warna alam yang sudah terikat oleh

serat garam logam, seperti tawas

(KAL(SO4)2), Kapur (Ca(OH)2), Tunjung

(FeSO4). Di samping memperkuat ikatan,

garam logam juga berguna untuk merubah

warna zat warna alam, sesuai dengan jenis

garam logam yang mengikatnya. Pada

kebanyakan warna alam, tawas akam

memberikan warna sesuai dengan warna

aslinya, sedangkan tunjung akan memberikan

warna lebih gelap/tua, sedangkan dodid yang

baik adalah 7% untuk tawas 5% untuk

kapur,2% untuk tunjung.

Pada umumnya zat warna alam

mempunyai ketahanan warna (luntur) akibat

terkena sinar matahari, sehingga produk

dengan zat warna alami membutuhkan

perawatan khusus sesuai dengan kelemahan

yang dimiliki, seperti tidak menjemur langsung

dibawah sinar matahari. Sedangkan untuk

ketahanan luntur terhadap gosokan maupun

pencucian, warna yang menggunakan

indigofera umumnya lebih unggul dibanding

dengan pewarna yang lain.

KESIMPULAN

Keragaman hayati Indonesia apabila di

eksplorasi lebih dalam mampu dimanfaatkan

sebagai bahan pembuatan zat pewarna alami

dimana apabila diguanakn secara maksimal

maka ketergantungan bangsa terhadap impor

zat pewarna kimia dapat dikurangi. Dengan

adanya usaha di bidang pembuatan warna

alami juga akan membuka lapangan kerja,

sehingga mampu meningkatkan SDM dan

dapat mengurangi pengangguran.

Page 14: PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI BAHAN PEWARNA

Jurnal DISPROTEK Volume 8 No. 1 Januari 2017

80

DAFTAR PUSTAKA

Andorosko RJ.Natural Dyes and Home Dyeing

(Copyright of original edition,

Doverpublication,inc., New York,

1971)

De Boer Janet, Dyeing For Fibres and Fibries,

First Published by Kangaroo Pressty

Ltd. 3Whitehalt Road, Kenthrust

NSW. 2156, Australia, 1987

Dona Z Meilach, Contemporary Batik and Tie

Dye Methods, Inspiration, Dyes,

Crown Publisher Inc.,New York.

1973

Hetty Wickens, Natural Dyeing For Spinners &

Weavers, A Batsford Craft

Paperback, BT Batsford Limited,

London

Liles, JN. The Art and Craft of Natural Dyeing,

Traditional Recipes for Modern Use

First edition, The Univercity of

Tennesse Press, Knoxville. USA.

1990

Prosea, Plant Resourcer of South East Asia 3,

Dte and Tanin Producing Plants,

Prosea Foundation, Bogor,

Indonesia. 1991

Sandberg Gosta, The Red Dyes, Cochineal,

Madder and Murex Purple, A world

Tour of Textile Techniques, Publised

by Lark Books, 50 College Street.

Asheville, NC 28801,1997

Articles of Seminar Revival of Natural Indigo

Dyes in Chiang May Collection.

September 1998