Upload
rumbi-rizky
View
31
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
life tabble
Citation preview
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai pola aktivitas dan jarak
edar harian hewan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan
terhadap aktivitas edar Achatina fulica. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 2
Mei 2015 pukul 09.00 WIB hingga hari Minggu tanggal 3 Mei 2015 pukul 09.00 WIB di
halaman FKIP gedung 3 Universitas Jember. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini
diantaranya tali rafia, pasak ukuran 30 cm, bendera dari kertas manila berwarna sesuai warna
dari masing-masing kelompok, neraca, jangka sorong, penggaris, soil tester, thermo-higrometer,
meteran, dan ember. Sementara bahan yang digunakan adalah bekicot (Achatina fulica) sebanyak
10 ekor. Hewan yang diamati menggunakan Achatina fulica karena hewan ini mudah didapat,
memiliki ukuran tubuh yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil serta pergerakannya lambat
sehingga mudah diamati. Hewan ini merupakan hewan nokturnal yang hampir seluruh
aktivitasnya dilakukan pada malam hari, termasuk makan dan bereproduksi. Pada siang hari
hewan ini akan meminimalisasi aktivitasnya, bahkan tak jarang mereka menghabiskan siang hari
dengan tidur dan berlindung dari sinar matahari di tempat-tempat yang teduh. Aktivitas ini
sangat berkaitan dengan struktur morfologinya, misalnya adanya lendir pada permukaan
tubuhnya yang memerlukan kondisi lingkungan dengan kelembaban tinggi.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas hewan tersebut secara signifikan
adalah suhu udara, kelembaban udara, suhu tanah, kelembaban tanah, derajat keasaman tanah,
dan intensitas cahaya. Faktor-faktor tersebut memiliki efek yang khas terhadap pola aktivitas
hewan yang pada akhirnya akan menunjukkan aktivitas tertentu yang selanjutnya disebut dengan
jam biologi. Mekanisme ini merupakan aktivitas periodik hewan dalam kesehariannya. Adapun
metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu metode pengukuran aktivitas Achatina fulica
dan metode pengukuran jarak tempuh atau jarak edar dan arah edar Achatina fulica.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan secara berkala menurut selang waktu tertentu
dan meliputi rentang waktu yang relative lebih lama di lapangan. Rentang waktu yang diperlukan
dalam percobaan ini adalah sehari yakni 24 jam dan interval waktu pengamatannya 2 jam.
Adapun langkah kerja pada praktikum ini pertama memilih 10 ekor bekicot yang memiliki
ukuran tubuh yang relatif sama dari sekian banyak bekicot yang telah disediakan oleh asisten.
Kemudian untuk hasil yang lebih valid, 10 bekicot tersebut di timbang 1 per satu. Dari hasil
pengukuran berat bekicot tersebut maka dapat ditentukan rentangan berat bekicot yang akan
dipakai dalam praktikum kali ini. Pada kelompok kami, menggunakan rentangan berat antara 20
gr sampai 23 gr. Setelah itu juga dilakukan pengukuran panjang bekicot menggunakan jangka
sorong. Dimana dilakukan pengukuran berat dan panjang cangkang bekicot ini berfungsi untuk
mengetahui adakah hubungan antara berat dan panjang cangkang bekicot terhadap jarak edar
bekicot. Selain itu hal ini dilakukan karena dalam kurun waktu 24 jam berat tubuh dapat
mengalami perubahan, yang disebabkan oleh adanya masukan berupa makanan dan keluaran
berupa tinja atau feses ataupun telur setelah terjadi ovoposisi. Sehingga, pada awal dan akhir
periode pengamatan, dilakukan penimbangan berat tubuh untuk mengetahui selisih berat yang
ada. Sedangkan perubahan (penambahan) panjang cangkang pada bekicot berbeda dengan berat
tubuh, karena dalam kurun waktu 24 jam frekuensi pamanjangan cangkang kecil sekali (kurang
dari 1 mm). Pengukuran panjang cangkang dilakukan dengan menggunakan jangka sorong
(kaliper) hingga ketelitian 1 mm, mulai dari ujung tiang spiral cangkang hingga apeks (puncak)
cangkang. Kemudian melakukan penandaan nomor pada cangkang bekicot menggunakan tipe-x,
untuk mengenali individu-individu bekicot yang menjadi obyek pengamatan. Penandaan nomor
yang dilakukan sepeti A.8.1, yang berarti menunjukkan bahwa bekicot tersebut milik kelas A,
kelompok 8, dan merupakan bekicot yang pertama. Kemudian meletakkan bekicot-bekicot yang
sudah ditandai pada tempat teduh (di bawah naungan pohon) yang telah ditentukan bersama
dengan kelompok lain. Sedangkan pengukuran berat dan panjang cangkang terakhir dilakukan
segera setelah pengamatan mengenai aktivitas dan pengukuran mengenai jarak tempuh selesai.
Pada pukul 09.00 WIB hari Sabtu tanggal 2 Mei 2015 kami mulai melepas bekicot dan
membiarkan bekicot-bekicot tersebut melakukan aktivitas. Pengukuran aktivitas secara
kuantitatif dapat dinyatakan prosentase lamanya waktu selama 24 jam untuk melakukan aktivitas
tersebut. Pengamatan ini dilakukan dalam waktu 2 jam sekali. Dilakukan juga pengkodean
terhadap aktivitas bekicot misalnya A.Ab, I.Id, Abf, dll. Kemudian melakukan pengukuran jarak
edar yang ditempuh bekicot tersebut dengan interval waktu 2 jam selama 24 jam. Sehinggga
posisi hewan pada waktu sebelumnya harus diketahui yang dilakukan dengan penandaan berupa
pasak bendera yang sudah disediakan. Pengukuran jarak antara kedua pasak bendera setiap 2 jam
diselesaikan dalam satu periode pegamatan. Jarak tempuh per 2 jam dan jarak edar tersebut di
atas hanya didasarkan atas rentang jarak horizontal, yaitu meliputi penjelajahan bekicot di dalam
tanah. Dalam praktikum ini, rentang jarak vertikal, misalnya naik ke batang pohon dan
sebagainya, dan hal tersebut tidak diperhitungkan (diabaikan). Meskipun demikian, pemanfaatan
pohon, patok yang dipanjati bekicot diperlukan juga untuk melengkapi informasi mengenai
aktivitas hewan tersebut, sehingga perlu mencatat obyek yang dipanjat (misal. spesies pohon,
dll). Kemudian, membuat peta sederhana menurut skala dari lokasi pengamatan pada kertas
milimeter block.
Selama praktikum ini berlangsung kami melakukan pengamatan dan mendapatkan hasil
yaitu hewan Achatina fulica atau bekicot ini merupakan hewan nocturnal (hewan yang aktif saat
malam hari) terbukti dengan hasil pengamatan kami yang menunjukan pada saat siang hari
sekitar pukul 11.00 hingga 19.00 WIB aktivitas Achatina fulica sebagian besar tidak terlalu aktif,
pergerakannya lambat dengan jarak edar atau berpindah tidak terlalu jauh dan terlihat jarang
melakukan aktivitas makan, sedangkan sekitar pukul 21.00 hingga 05.00 WIB aktivitas Achatina
fulica terlihat lebih aktif, pergerakannya cepat dengan jarak edar / perpindahan lebih jauh dan
terlihat sebagian besar melakukan aktivitas makan dan kopulasi.
Pada percobaan kali ini dilakukan pengukuran berat tubuh dan panjang cangkang bekicot
sebanyak dua kali, yaitu sebelum pengamatan dan sesudah pengamatan. Hal ini disebabkan
karena dalam kurun waktu 24 jam berat tubuh dan panjang cangkang dapat mengalami
perubahan, yang disebabkan oleh adanya masukan berupa makanan dan keluaran berupa tinja
atau feses ataupun telur setelah terjadi ovoposisi. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
kelompok kami diperoleh data sebagai berikut : untuk bekicot 1 berat awalnya 23,41 gr dan berat
akhirnya 24,98 gr; dengan selisih 1,57 gr; untuk bekicot 2 berat awalnya 21,97 gr dan berat
akhirnya 22,91 gr; dengan selisih 0,94 gr. Bekicot 3 berat awalnya 22,21 gr berat akhirnya 22,22
gr; dengan selisih 0,01 gr; bekicot 4 berat awalnya 22,04 gr dan berat akhirnya 25,67 gr; dengan
selisih 3,63 gr. Untuk bekicot 5 berat awalnya 21,26 gr dan berat akhirnya 22,94 gr; dengan
selisih 1,68 gr. Bekicot 6 berat awalnya 22,01 gr dan berat akhirnya 24,01 gr; dengan selisih 2 gr.
Bekicot 7 berat awalnya 22,08 gr dan berat akhirnya 22,09 gr; dengan selisih 0,61 gr. Bekicot 8
berat awalnya 23,48 gr dan berat akhirnya 23,57 gr; dengan selisih 0,09 gr. Bekicot 9 berat
awalnya 20,01 gr dan berat akhirnya 21,39 gr; dengan selisih 1,38 gr. Sedangkan bekicot 10
berat awalnya 20,57 gr dan berat akhirnya24,48. gr; dengan selisih 3,91 gr. Sementara untuk
hasil pengukuran panjang cangkang bekicot diperoleh data bahwa untuk bekicot 1 panjang awal
5,04 cm dan panjang akhir 6,3 cm; bekicot 2 panjang awal 5,06 cm dan panjang akhir 6,07 cm;
bekicot 3 panjang awal 5,04cm dan panjang akhir 6,09cm; bekicot 4 panjang awal 5,04 cm dan
panjang akhir 6,12 cm, bekicot 5 panjang awal 5,52 cm dan panjang akhir 6,11 cm; bekicot 6
panjang awal 6,03 cm dan panjang akhir 5,8 cm; bekicot 7 panjang awal 5,06 cm dan panjang
akhir 6,61 cm; bekicot 8 panjang awal 5,06 cm dan panjang akhir 6,2 cm; bekicot 9 panjang awal
4,07 cm dan panjang akhir 5,81 cm; dan bekicot 10 panjang awal 5,02 cm dan panjang akhir 6,02
cm. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa berat badan bekicot masing-masing
mengalami pertambahan dan penurunan berat. Hal ini dikarenakan aktivitas bekicot satu dengan
yang lainnya berbeda, ada bekicot yang sedikit beraktifitas dan ada bekicot yang banyak
melakukan aktivitas dan metabolisme. Panjang cangkang bekicot juga mengalami penambahan
panjang dan penurunan panjang cangkang, penurunan panjang cangkang bekicot tersebut
mungkin dapat dikarenakan bibir cangkang bekicot yang patah karena aktivitas bekicot yang
bersembunyi di bawah rumput-rumput dan bahkan sampai di tanah. Penambahan berat dan
panjang cangkang bekicot dapat juga disebabkan karena bekicot-bekicot tersebut melakukan
aktivitas seperti makan dan minum. Sedangkan penurunan berat dan panjang cangkang bekicot
ini disebabkan aktivitas mengeluarkan feses bekicot tersebut terlalu besar. Selain itu juga dapat
disebabkan karena faktor kurangnya ketelitian praktikan dalam mengukur berat dan panjang
cangkang tersebut. sehingga menyebabkan perbedaan hasil yang diperoleh.
Dari tabel 4.1.1 untuk membuktikan adanya hubungan jarak edar pada bekicot dengan
faktor – faktor waktu, suhu, kelembaban udara, pH tanah, kelembaban tanah dan kecepatan
angin. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata nilai jarak edar adalah 109.2385 dengan
standar deviasi sebesar 119.71075. Untuk rata-rata nilai berat awal yaitu 21.9040 gr dengan
standar deviasi 1.03802. Untuk pH tanah nilai rata-ratanya adalah 6.3154 dengan standar deviasi
sebesar 0.31951. Untuk Kelembaban tanah (Rh tanah) rata-ratanya adalah 3.1785 dengan
standar deviasi sebesar 1.69761. Untuk suhu rata-ratanya adalah 32.8308 dengan standar deviasi
sebesar 19.37762. Sedangkan untuk kelembaban udara (RH udara) rata-ratanya adalah 82.5538
dengan standar deviasi sebesar 27.41407.
Dari tabel 4.1.2 untuk membuktikan adanya hubungan antara jarak edar pada bekicot
dengan faktor-faktor lingkungan seperti waktu, suhu, kelembaban udara, pH tanah, kelembaban
tanah dan kecepatan angin. Pada tabel Correlations dengan uji Pearson Correlations
menunjukkan bahwa besar korelasi (Pearson Corelation) antara jarak edar Bekicot (Faktor
Dependent) terhadap dirinya sendiri (Jarak Edar) adalah sebesar 1.000, karena diproyeksikan
terhadap dirinya sendiri, sementara berat awal berkorelasi terhadap jarak edar dimana berat awal
relative memberikan pengaruh secara tidak signifikan terhadap jarak edar bekicot dengan Psig
=0.253 r=0.059 artinya besar koefisien korelasi sebesar 0,059. Dengan kata lain, berat awal
bekicot berkorelasi sebesar 5,9 % terhadap jarak edar bekicot. Selanjutnya data mengenai
hubungan jarak edar bekicot dengan pH tanah. Pearson Correlations menunjukkan bahwa pH
tanah berpengaruh secara tidak signifikan terhadap jarak edar bekicot dengan Psig =0.199,
r=0.075 artinya pH tanah berkolerasi sebesar 7,5% terhadap jarak edar Bekicot. Untuk hubungan
jarak edar dengan faktor kelembaban tanah yaitu hasil uji menunjukkan Pearson Correlations
menunjukkan bahwa kelembaban tanah (RH tanah) memberikan pengaruh secara tidak signifikan
terhadap jarak edar bekicot dengan Psig =0.433. r = -0.015 artinya besar koefisien korelasi
sebesar -0.015. Dengan kata lain, kelembaban tanah berkorelasi sebesar 1,5 % terhadap jarak
edar bekicot. Selanjutnya data mengenai hubungan jarak edar bekicot dengan suhu, Pearson
Correlations menunjukkan bahwa suhu relatif memberikan pengaruh secara tidak signifikan
terhadap jarak edar bekicot dengan Psig =0.454. r = -0,10 artinya besar koefisien korelasi sebesar
-0,10. Dengan kata lain, suhu berkorelasi sebesar 1 % terhadap jarak edar bekicot. Sementara
untuk hubungan jarak edar dengan faktor kelembaban udara yaitu hasil uji menunjukkan Pearson
Correlations menunjukkan bahwa kelembaban udara (RH udara) memberikan pengaruh secara
tidak signifikan terhadap jarak edar bekicot dengan Psig =0.124. r = 0,102 artinya besar koefisien
korelasi sebesar 0,102. Dengan kata lain, kecepatan angin berkorelasi sebesar 10.2% terhadap
jarak edar bekicot.
Dari hasil pengamatan, menunjukkan bahwa ketika suhu tinggi (pukul 09.00 WIB –13.00
WIB), jarak edar bekicot menurun dan ketika suhu relatif rendah (pukul 21.00 WIB – 03.00
WIB), jarak edar bekicot meningkat pesat. Hal ini berarti suhu mempengaruhi jarak edar
bekicot, sedangkan suhu dipengaruhi oleh waktu (dengan proporsi cahaya matahari yang
menentukan waktu siang atau malam), semakin malam maka suhu semakin turun / dingin dan
semakin siang maka suhu semakin naik / panas. Dalam hasil pengamatan, dapat dibuktikan
bahwa sebagai hewan nocturnal, bekicot pada pukul 19.00 hingga pukul 03.00 tersebut
mengalami peningkatan jarak edar sebab pada referensi dijelaskan semakin malam maka
aktivitas hewan nocturnal semakin meningkat, karena pada jam tersebut kondisi suhu lingkungan
turun dan menyebabkan bekicot bergerak aktif saat jam tersebut untuk mencari makanan.
Kemudian pada pukul 11.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB terjadi penurunan jarak edar bekicot,
hal ini sesuai dengan literatur bahwa hewan bekicot sebagai hewan nocturnal tidak aktif lagi saat
siang hari, karena waktu siang digunakan untuk lebih banyak beristirahat setelah malam harinya
mencari makanan. Untuk faktor suhu juga mempengaruhi jarak edar bekicot karena berkaitan
dengan waktu (siang dan malam/ ada tidaknya cahaya matahari). Suhu akan terus menurun
sesuai dengan semakin malamnya waktu.