Upload
fariza-andriyawan
View
33
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBAHASAN KASUS SUKHOI
Menurut pendapat saya, Pembahasan tragedi kecelakaan Sukhoi Superjet 100, Senin
(28/5), berjalan maraton dari pukul 10.00 hingga 22.00. Komisi V DPR akhirnya memutuskan
akan memperdalam persoalan ini ke tingkat panitia kerja (panja).Komisi V menganggap banyak
pertanyaan dan perdebatan yang belum dapat dijawab dengan tegas oleh pemerintah.Demikian
kesimpulan Rapat Dengar Pendapat Komisi V DPR. Rapat tersebut dipimpin Ketua Komisi V
DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional Yasti Soepredjo Mokoagow.Hadir dalam rapat, antara
lain, Menteri Perhubungan EE Mangindaan; Ketua Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal
Madya Daryatmo; Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi;
Ketua Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sri Woro; serta Direktur Utama
PT Angkasa Pura II Tri Sunoko.Dalam rapat, anggota DPR bertubi-tubi mempertanyakan
legalitas diterbangkannya pesawat Sukhoi di Indonesia. Menhub menjawab, legalitas mengacu
pada undang-undang di Indonesia. Terbangnya Sukhoi sudah diawali permintaan dari PT Indo
Asia Ground Utama. ”Sesuai ketentuan,” ujarnya.
Dalam UU Penerbangan, menurut Menhub, memang tidak ada terminologi joy flight.”Tapi,
menurut kami, itu bukan demo flight, bukan test flight, dan sudah disertifikasi. Ini sudah
disertifikasi European Air Safety Agency (EASA) dan Interstate Aviation Committee Aviation
Register (IAC-AR). Kami memberikan izin khusus demonstrasi,” ujarnya.Validasi sertifikasi,
kata Menhub, baru akan dikerjakan setelah ada pengajuan dari maskapai. ”Ini baru tahap
perkenalan dari Sukhoi,” ungkapnya.Ke depan, kata Menhub, akan dirumuskan istilah joy flight.
Namun, Menhub menegaskan, pihaknya sedang menimbang hal itu. Sebelum ini, produsen
pesawat Bombardier pernah mengadakan joy flight di Indonesia dan tanpa masalah. Pesawat
Bombardier dipesan Garuda Indonesia.Anggota DPR kembali mempertanyakan perbedaan
nomor registrasi pesawat yang datang dengan yang diberi izin (clearance).Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Herry Bakti S Gumay mengatakan, yang diajukan Sukhoi beregistrasi
97005, tetapi yang datang 97004.”Sudah ditanyakan ke Sukhoi, tetapi dikatakan ini sama. Total
ada 6 Sukhoi. Sebanyak 4 Sukhoi yang terbang, 2 pesawat di darat. Sukhoi 97004 dan 97005
memang untuk penumpang,” ujar Herry.
Sukhoi sudah menyusun flight plan dengan registrasi 97004. Dengan tujuan demo flight dengan
rute Halim-Palabuhanratu-Halim. Penerbangan dengan Sukhoi 97004 itu kemudian disetujui
flight briefing.Terkait soal navigasi, Wakil Ketua Komisi V DPR dari Fraksi Partai Demokrat
Mulyadi menegaskan, pemerintah harus memberi batas waktu tegas kapan navigasi dialihkan ke
pemerintah. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas navigasi di Indonesia.”Pendapatan dari
navigasi juga harus diinvestasikan untuk peralatan dan pengendalian sumber daya manusia,” ujar
Mulyadi. Pendapatan dari navigasi melalui pengaturan lalu lintas udara, menurut dia, tak boleh
dimasukkan untuk pendapatan perusahaan. Namun, Tri Sunoko pun menjelaskan, navigasi saat
ini sebenarnya dalam kondisi aman. ”Itu terlalu didramatisir. Kami setuju kita harus waspada.
Namun, maskapai Singapore Airlines, misalnya, selalu mengajukan tambahan penerbangan,”
ujarnya.
Mencari bagian tubuh
Tim search and rescue (SAR) gabungan, Selasa (29/5) pagi, kembali mencari bagian tubuh
korban pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Hal ini disebabkan adanya laporan
masyarakat yang menemukan sejumlah potongan tubuh manusia yang diduga penumpang
Sukhoi, sekitar 600 meter dari Puncak Salak I.
”Tim gabungan itu terdiri dari TNI, kepolisian, petugas kami, dan dari Wanadri. Mereka akan
berangkat (Selasa) pagi,” kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak Agus
Priambudi saat dikonfirmasi, kemarin.
ANALISIS PERMASALAHAN
Komisi V DPR berencana memanggil pihak terkait kasus kecelakaan Sukhoi SuperJet 100 di Gunung
Salak, Bogor. Pemanggilan ini dilakukan untuk mengetahui proses perizinan joy flight Sukhoi termasuk
mendalami dugaan penyebab kecelakaan yang menewaskan 45 orang tersebut. DPR rencananya akan
memanggil Kementerian Perhubungan, PT Sky Aviation, PT Trimarga Rekatama termasuk Komite
NasionalKeselamatanTransportasi (KNKT). "Setelah penyerahan semua jenazah korban ke keluarga,
secepatnya dilakukan rapat gabungan," kata Wakil Ketua Komisi V DPR, Muhidin Mohamad Said saat
dihubungi detikcom, Minggu (20/5/2012) malam. Komisi yang mengurusi bidang perhubungan ini
mengaku terus memantau perkembangan proses evakuasi, identifikasi termasuk pengurusan asuransi bagi
korban. Selain itu, Komisi V juga memberi perhatian khusus terhadap perizinan uji coba pesawat
komersilSukhoidiBandaraHalimPerdanakusuma,JakartaTimur.
"Komisi kembali mendesak pemerintah melalui Kemenhub agar asuransi para korban disesuaikan dengan
SK Kemenhub yakni Rp 1,250 miliar. Kami terus mencermati perkembangan penanganan kasus Sukhoi,"
imbuh Muhidin. Sukhoi Superjet 100 mengalami kecelakaan Rabu 9 Mei. Pesawat itu membawa 45 orang
rinciannya 8 warga Rusia, 1 warga AS, 1 warga Prancis, lainnya WNI. Pabrikan Sukhoi menjanjikan
asuransi senilai US$ 50 ribu/penumpang (sekitar Rp 464 juta). Sedangkan PT Jasa Raharja memberi
santunan atas dasar kemanusiaan Rp 50 juta/penumpang. PT Trimarga Rekatama masih berusaha melobi
Sukhoi untuk memberikan santunan Rp 1,25 miliar/penumpang sesuai Peraturan Menteri Perhubungan.
Selain itu PT Jamsostek juga menyiapkan dana asuransi bagi korban yang tercatat sebagai peserta
Jamsostek. Berdasarkan data sementara ada 15 korban yang menjadi peserta.
Ahli waris korban akan menerima asuransi dan santunan di antaranya jaminan kematian yakni 48 kali
gaji, santunan berkala Rp 200 ribu/bulan selama 2 tahun, biaya pemakaman Rp 2 juta dan jaminan hari
tua sesuai saldo terakhir yang dimiliki.
DASAR HUKUM
Menurut pendapat saya ,-Demo terbang pesawat Sukhoi Super Jet 100 dinilai telah melanggar
UU No.1 tahun 2009 tentang Penerbangan. Menurut anggota Komisi V DPR RI Yudi Widiana
Adia, sesuai dengan pasal 38 UU Penerbangan, semua pesawat yang akan melakukan uji terbang
harus mendapatkan izin dan sertifikat kelaikudaraan dari pemerintah. "Pernyataan Kemenhub
yang menegaskan belum mengeluarkan sertifikat layak terbang standar Indonesia bagi pesawat
Sukhoi Super Jet 100 membuktikan ada pelanggaran dalam pelaksanaan UU Penerbangan yang
dilakukan penyelenggara 'joy flight' Sukhoi Super Jet 100 ini," ujar Yudi, Kamis (10/5).
Pemerintah dalam hal ini Kemenhub selaku pembina penerbangan, dinilai Yudi, juga lalai karena
membiarkan hal ini terjadi. Lebih lanjut anggota DPR itu mengatakan bahwa berdasarkan pasal
38 UU itu, sertifikat kelaikudaraan khusus diberikan untuk pesawat udara yang penggunaannya
khusus secara terbatas (restricted), percobaan (experimental), dan kegiatan penerbangan yang
bersifat khusus. "Hal ini dipertegas dalam penjelasan pasal 38 ayat C yang berbunyi penggunaan
pesawat udara untuk kegiatan penerbangan yang bersifat khusus adalah izin terbang khusus yang
diterbitkan untuk pengoperasian pesawat udara untuk keperluan perbaikan atau perawatan,
pengiriman atau ekspor pesawat udara, uji terbang produksi (production flight test), evakuasi
pesawat dari daerah berbahaya atau demonstrasi terbang," ujarnya.