Upload
benedictus-yohanes
View
98
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Referat
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi dan Fisiologi MataBola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter anteroposterior
sekitar 24,5 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih
tajam sehingga terdapat bentuk dengan dua kelengkungan yang berbeda.
Bagian-bagian dari organ mata yaitu:
Kelopak Mata
Palpebra ( kelopak mata ) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutupi dan melindungi bola mata bagian anterior. Pada palpebra terdapat tepian yang di bagi
menjadi dua yaitu tepi palpebra anterior dan tepi palpebral posterior. Punctum lacrimale terdapat
di ujung medial tepian posterior palpebra yang berfungsi menghantarkan air mata menuju saccus
lacrimalis.
Terdapat beberapa kelenjar yang terletak pada kelopak mata diantaranya:
3
-Kelenjar meibom: disebut juga kelenjar tarsal dan merupakan kelenjar sebasea yang
termodifikasi. Kelenjar ini mensekresikan lapisan minyak yang terdapat pada lapisan air mata.
-Kelenjar zeis: kelenjar ini juga merupakan kelenjar sebasea yang terletak pada folikel
bulu mata.
-Kelenjar moll: merupakan kelenjar keringat yang termodifikasi dan terletak dekat
dengan folikel rambut di daerah mata.
-Kelenjar wolfring: merupakan kelenjar lakrimal aksesorius.
Aparatus lakrimalis
Aparatus lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal utama, kelenjar lakrimal aksesorius, dan
jalur lakrimal yang terdiri dari pungtum lakrimal, kanalikuli, sakus lakrimalis dan duktus
nasolakrimalis. Kelenjar lakrimalis berfungsi untuk mengeluarkan air mata. Kelenjar lakrimal
utama terdiri atas :
a. Bagian orbita, terletak di dalam fossa glandula lakrimalis di segmen temporal atas
anterior orbita yang dipisahkan dari bagian palpebra oleh kornu lateralis muskulus levator
palpebra.
b. Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat diatas segmen temporal forniks
konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimal, yang bermuara pada sekitar 10 lubang kecil,
menghubungkan bagian orbita dan palpebra kelenjar lakrimal dengan forniks konjungtiva
superior.
Kelenjar lakrimal aksesorius:
a. Kelenjar Krause
Terletak dibalik konjungtiva palbebra, antara fornix dengan ujung dari tarsal
b. Kelenjar Wolfring
Terletak dekat batas atas dari permukaan tarsal superior dan sepanjang batas bawah tarsal
inferior.
Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat
membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu:
4
1. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus
2. Konjungtiva bulbi menutupi sclera
3. Konjungtiva forniks yang merupakan peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi.
Secara histologi, konjungtiva terdiri dari tiga lapisan , mulai dari luar kedalam terdiri dari
lapisan epitel, lapisan adenoid dan lapisan fibrosa. Terdapat dua jenis kelenjar yang terletak
dikonjungtiva yaitu:
- Kelenjar penghasil musin, diantaranya adalah sel goblet (terletak di lapisan epitel dan
paling tebal di bagian inferonasalis) dan kelenjar manz (terletak pada konjungtiva bulbar
tepatnya konjungtiva daerah limbus).
- Kelenjar lakrimal aksesorius. Terdiri dari kelenjar krause dan wolfring dan telah
dijelaskan dibagian atas.
Sklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang hampir
seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta berbatasan dengan
kornea di sebelah anterior dan duramater nervus opticus di posterior. Permukaan luar sklera
anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis jaringan elastik halus, episklera, yang mengandung
banyak pembuluh darah yang mendarahi sclera.
Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan
lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Berfungsi sebagai pelindung dan media
refraksi, dan terdiri atas 5 lapisan, yaitu:
a. Epitel
b. Membran bowman
c. Stroma
d. Membrane descemet
e. Endotel
5
Traktus Uvealis
Bagian ini merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan
sclera. Struktur ini ikut mendarahi retina. Bagian ini terdiri atas:
• Iris
• Corpus Siliare
• Koroid
Iris
Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris berupa permukaan pipih dengan aperture
bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa,
memisahkan bilik mata depan dari dari bilik mata belakang, yang masing-masing berisi aqueous
humor.
Corpus Ciliare
Corpus ciliare yang secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,
membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris. Corpus ciliare terdiri atas zona
anterior yang berombak-ombak yaitu pars plicata dan zona posterior yang datar yaitu pars
plana.Processus ciliares dan epitel siliaris pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aqueous
humor.
Sedangkan Musculus ciliaris merupakan otot yang mengubah tegangan pada kapsul lensa
sehingga lensa dapat mempunyai berbagai focus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang
berjarak jauh dalam lapangan pandang.
Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sclera. Koroid tersusun atas
tiga lapisan pembuluh darah koroid yaitu besar, sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh
terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Sebelah posterior koroid melekat erat dengan
tepi-tepi nervus opticus, sedangkan sebelah anteriornya koroid bergabung dengan corpus ciliare.
Kumpulan pembuluh darah koroid mendarahi bagian luar retina yang menyokongnya.
6
Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan
sempurna. Lensa tergantung pada Zonula Zinn di belakang iris; Zonula Zinn menghubungkannya
dengan corpus ciliare. Tebalnya sekitar 4 mm dengan diameter 9 mm. Sebelah anteriornya
terdapat aqueous humor, sedangkan di sebelah posterior terdapat vitreous humor. Fungsi lensa
adalah untuk membiaskan cahaya sehingga dapat difokuskan pada retina.
Retina
Retina merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima rangsangan
cahaya. Berfungsi untuk menangkap cahaya yang masuk sehingga kita dapat melihat dalam
keadaan tereang maupun kurang cahaya. Retina melapisi dua pertiga dinding bagian dalam bola
mata. Retina terdiri dari 10 lapisan dimulai dari sisi dalam keluar sebagai berikut:
1. Membran limitans retina
2. Lapisan serat saraf
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiform dalam
5. Lapisan nukleus dalam; terbentuk dari badan dan nukleus sel-sel bipolar
6. Lapisan pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
7. Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang
8. Membran limitan eksterna
9. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapisan yang terdiri dari sel batang dan sel
kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini mengandung badan sel batang dan
kerucut. Sel batang merupakan sel khusus yang ramping. Jumlah sel batang lebih banyak
dibandingkan sel kerucut dan terdiri dari segmen luar yang berbentuk silindris dengan panjang
28 mikrometer mengandung fotopigmen rhodopsin dan suatu segmen dalam yang sedikit lebih
panjang yaitu sekitar 32 mikrometer. Keduanya mempunyai ketebalan 1,5 mikrometer. Inti
selnya terletak di dalam lapisan inti luar. Ujung segmen luar tertanam dalam epitel pigmen.
Segmen luar dan dalam dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan mikroskop
electron segmen luar tampak mengandung banyak lamel-lamel membran dengan diameter yang
seragam dan tersusun seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk
7
suatu simpul akhir yang mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang
disebut sferul batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan cahaya
redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu sinyal dari
satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya terang (bright
light) dan juga tidak peka terhadap warna.
10. Epitelium pigmen retina, merupakan suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke
arah ora serrata bentuk selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan
sitoplasmanya kaya akan butir-butir melanin.
Fungsi epitel pigmen adalah :
1. Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.
2. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
3. Penimbunan dan pelepasan vitamin A
4. Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin
8
Lapisan (Film) Air Mata
Lapisan atau film air mata normal dari luar ke dalam terdiri dari lapisan lipid, lapisan
aqueous, lapisan mukus.
a. Lapisan lipid. Lapisan ini merupakan lapisan terluar yang dihasilkan dari kelenjar
meibomian, zeis, dan moll. Lapisan ini mencegah air mata yang berlebihan, menghambat
terjadinya evaporasi dan melubrikasi kelopak mata saat bergerak.
b. Lapisan aqueous. Lapisan ini merupakan penghasil terbesar film air mata yang
mengandung air mata yang berasal dari kelenjar lakrimal utama dan kelenjar aksesorius dan
berfungsi untuk menyediakan nutrisi bagi kornea yang avaskular, membantu dalam
menyingkirkan kotoran ataupun debris dan melindungi permukaan bola mata dari bakteri
ataupun antigen lainnya. Air mata mengandung air dan sejumlah kecil sodium klorida, gula,
urea, protein, alkalin. Selain itu juga mengandung antibakterial seperti lisozim, betalysin, dan
laktoferrin.
c. Lapisan mukus (musin). Lapisan ini dihasilkan oleh sel goblet yang terletak di
lapisan epitel konjungtiva bulbaris. Mukus juga dihasilkan kelenjar Manz yang terletak di lapisan
epitel sekitar limbus. Lapisan ini berfungsi untuk membentuk lapisan pelindung hidrofilik tipis
bagi permukaan kornea, membasahi permukaan bola mata, dan mencegah mata permukaan bola
mata menjadi kering.
Fisiologi Mata Berkaitan Dengan Xeroftalmia
Fungsi utama mata adalah untuk memfokuskan berkas cahaya dari lingkungan ke sel-sel
batang dan kerucut, sel fotoreseptor retina. Fotoreseptor kemudian mengubah energi cahaya
menjadi sinyal listrik untuk disalurkan ke SSP.
Bagian saraf dari retina terdiri atas 3 lapisan:
1. Lapisan paling luar mengandung sel batang dan sel kerucut
2. Lapisan tengah neuron bipolar
3. Lapisan bagian dalam sel ganglion
Akson sel ganglion menyatu membentuk saraf optikus. Titik di retina tempat keluarnya saraf
optikus dan tempat lewatnya pembuluh darah adalah diskus optikus, dimana sering disebut bintik
buta karena daerah ini tidak mengandung sel batang dan kerucut.
9
Cahaya harus melewati lapisan ganglion dan bipolar sebelum mencapai fotoreseptor di
semua daerah retina kecuali di fovea yang terletak tepat di tengah retina. Pada daerah ini
ganglion dan lapisan bipolar tertarik ke samping, sehingga cahaya secara langsung mengenai
fotoreseptor. Di tempat ini hanya terdapat sel kerucut yang mempunyai ketajaman atau
kemampuan diskriminatif lebih besar daripada sel batang sehingga fovea merupakan titik
penglihatan tajam.
Foto reseptor terdiri dari 3 bagian:
Sebuah segmen luar (berbentuk batang dan kerucut) terdiri dari tumpukan lempeng-
lempeng membranosa pipih yang banyak mengandung molekul fotopigmen. Fotopigmen
ini mengalami perubahan kimiawi apabila diaktifkan oleh cahaya.
o Fotopigmen terdiri dari protein enzimatik yaitu opsin yang berikatan dengan
retinen yang merupakan suatu turunan dari vitamin A.
Segmen dalam mengandung perangkat metabolik sel.
Terminal sinaps untuk menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor ke sel-sel
berikutnya pada jalur penglihatan.
Terdapat 4 jenis fotopigmen, satu di sel batang dan satu di masing-masing dari ketiga jenis sel
kerucut. Opsin fotoreseptor sedikit berbeda satu sama lain sehingga fotoreseptor dapat menyerap
berbagai panjang gelombang cahaya.
Dalam kasus Xeroftalmia, rodopsin yang merupakan fotopigmen sel batang adalah yang
paling penting untuk diperhatikan. Rodopsin tidak dapat membedakan berbagai panjang
gelombang spektrum cahaya. Pigmen ini menyerap semua panjang gelombang cahaya. Dengan
demikian, sel batang hanya memberi gambaran bayangan abu-abu apabila mendeteksi berbagai
intensitas cahaya. Sedangkan fotopigmen di tiga jenis sel kerucut (sel kerucut merah, hijau, dan
biru) berespon secara spesifik terhadap berbagai panjang gelombang sehingga penglihatan
waarna dapat terjadi.
Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu protein yang tersusun
dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A. Penyerapan cahaya ini
akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin dari ikatannya dengan aldehida
vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin bentuk aktif kemudian memfasilitasi pengikatan
guanosin triphosphate (GTP) dengan protein transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian
mengaktifkan enzim cyclic guanosin monophosphate phosphodiesterase suatu ensim yang
10
berperan dalam pembentukan senyawaan cyclic guanosin monophosphate (cGMP). Siklik
guanosin monophosphate (cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal natrium di dalam
plasmalema sel batang dan menyebabkan masuknya natrium dari segmen luar sel batang menuju
ke segmen dalam sel batang. Keadaan ini akan menyebabkan hiperpolarisasi di segmen dalam sel
batang dan merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel bipolar.
Oleh sel bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan diteruskan
menuju ke sel ganglion untuk dikirim ke otak.
Sel-sel batang dan kerucut dilapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsang cahaya
menjadi impuls saraf yang dihantarkan lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus hingga
akhirnya kekorteks penglihatan. Pada retina perifer, makula pada retina berfungsi umtuk
penglihatan sentral dan warna (fotopik) sedangkan bagian lainnya yang sebagian besar terdiri
dari fotoreseptor batang, digunakan untuk penglihatan perifer dan malam (skotopik). Penglihatan
siang hari diperantarai oleh fotoreseptor kerucut, pada waktu senja kombinasi sel kerucut dengan
batang dan penglihatan malam hari diperantarai oleh fotoreseptor batang.
Sewaktu pergi dari sinar matahari yang terang menuju ke ruangan gelap, pada awalnya
tidak akan dapat melihat apapun tetapi secara bertahap akan dapat melihat benda-benda di
sekeliling, ini dinamakan adaptasi gelap. Penguraian fotopigmen selama pemajanan sinar
matahari yang terang sangat menurunkan kepekaan fotoreseptor. Fotopigmen sel batang yang
telah terurai oleh cahaya terang tidak lagi mampu berespon terhadap cahaya. Pada keadaan
gelap, fotopigmen yang terurai selama pemajanan sinar secara bertahap dibentuk kembali. Hanya
sel batang yang kepekaannya tinggi dan telah mengalami pemulihan yang dapat “dinyalakan”
oleh cahaya. Saat sebagian fotopgimen dengan cepat terurai oleh cahaya yang kuat, kepekaan
mata berkurang dan kekontrasan normal kembali dapat diteksi, ini dikenal sebagai adaptasi
terang.
Karena retinen, salah satu komponen fotopigmen merupakan turunan dari vitamin A, zat
gizi ini harus tersedia dalam jumlah yang adekuat agar resintesis fotopigmen dapat terus
berlangsung. Jika terjadi kekurangan vitamin A, akan terjadi kekurangan rodopsin, sehingga saat
keadaan gelap, sel batang tidak dapat lagi berfungsi. Individu dapat melihat pada siang hari
menggunakan sel kerucut tetapi tidak dapat melihat pada malam hari karena sel-sel batang tidak
lagi berfungsi.
11
Rods Cones
120 millions per retina 6 millions per retina
More in periphery Concentrated in fovea
High sensitivity Low sensitivity
Night vision Day vision
Vision in shades of gray Color vision
Much convergence inRetinal pathway
Little convergence in retinal pathway
Metabolisme Vitamin A
Vitamin A (Retinol) adalah vitamin yang larut dalam lemak. Terdapat beberapa senyawa
yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol, retinil palmitat, dan retinil
asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali disebut sebagai senyawa retinol dibandingkan
dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh.
Aktivitas vitamin A dalam makanan dinyatakan dalam International Unit (IU). Sumber vitamin
A dari makanan ada 2 macam:
1. Preformed Vitamin A (sumber vitamin A yang aktif); berasal dari hewani dimana hati
merupakan sumber yang paling kaya akan senyawa ini.
2. Provitamin karotenoid (beta karoten) ; berasal dari sayur-sayuran.
Beta karoten dalam usus akan mengalami oksidasi dengan bantuan oksigen, garam
empedu dan enzim karoten oksidase menjadi retinaldehid (vitamin A aldehid). Retinaldehid
selanjutnya mengalami reduksi yang membutuhkan NADPH dan enzim retinaldehid reduktase
menjadi retinol.
Retinol yang telah diabsorpsi oleh dinding usus akan terikat dengan kilomikron, masuk
ke sirkulasi limfe, lalu ke sirkulasi darah dan akhirnya disimpan di dalam parenkim hati dalam
bentuk retinil ester. 90% vitamin A dalam tubuh disimpan oleh hati. Kerusakan hati bisa
menyebabkan defisiensi vitamin A. Bila vitamin A di dalam parenkim hati akan ditranspor, maka
akan diubah terlebih dahulu menjadi bentuk alkohol dan dikonjugasikan dengan Retinol Binding
Protein (RBP). Kemudian ikatan ini dikeluarkan dari hati ke dalam sirkulasi darah untuk
dikonjugasikan lagi dengan prealbumin yang ada di dalam plasma untuk digunakan oleh
jaringan.
12
Fungsi Vitamin A Bagi Manusia
Vitamin A memiliki banyak fungsi beragam pada tubuh manusia. Fungsi-fungsi tersebut
adalah:
1. Fungsi Penglihatan
2. Fungsi Imun
3. Transkripsi gen
4. Reproduksi dan perkembangan embrional
5. Metabolisme tulang
6. Haematopoiesis
7. Kesehatan kulit
8. Aktivitas antioksidan
Berikut ini akan dijelaskan mengenai peranan vitamin A pada mata.
Peranan Vitamin A Pada Mata
Peranan vitamin A adalah dalam proses penglihatan. Proses penglihatan yang
dipengaruhi oleh vitamin A adalah penglihatan cahaya lemah yang dilakukan oleh sel-sel batang
dalam retina. Di dalam sel-sel batang terdapat rodopsin. Rodopsin terdiri dari bagian protein
yang disebut opsin dan bagian non-protein yang disebut retinen. Retinen adalah vitamin A
aldehid (retinal). Dalam mata, 11-cis-retinal terikat kepada rhodopsin (rods) dan iodopsin (kon).
Jika suatu berkas sinar jatuh pada retina yang teradaptasi oleh kegelapan maka rodopsin
dalam sel batang akan merubah formasinya dari bentuk 11-cis-retinal menjadi bentuk cis-retinal.
Selisih energi ini diubah menjadi energi biolistrik yang merangsang saraf penglihtan sehingga
terjadilah persepsi cahaya.
Peranan lain vitamin A dalam mata adalah untuk kesempurnaan fungsi dan struktur epitel
konjungtiva dan kornea untuk pertahanan primer terhadap infeksi, menstimulasi sel-sel epitel
basal untuk membentuk mukus. Selain itu, pada ibu nifas akan meningkatkan mutu vitamin A
pada ASI sehingga bayi akan mendapatkan vitamin A yang cukup dari ASI.
Xeroftalmia
Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada
mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang
13
berakibat kebutaan. Kata Xeroftalmia (bahasa Latin) berarti “mata kering”, karena terjadi
kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
Etiologi
Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari konsumsi
makanan sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh :
1. Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A untuk
jangka waktu yang lama.
2. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif
3. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi
lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam
tubuh.
4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada penyakit-
penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang Energi Protein (KEP) dan
lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat.
5. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik, menyebabkan
gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre-albumin yang penting
untuk penyerapan vitamin A.
6. Kebutuhan vitamin A yang meninggi dalam tubuh seperti pada ibu hamil.
Patogenesis
Apabila terkena sinar, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A.
pembentukan lembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap, dan untuk itu memerlukan waktu
yang disebut adaptasi gelap. Rodopsin merupakan salah satu struktur protein yang akan stabil
bila dikombinasikan dengan vitamin A sehingga jika kita kekurangan vitamin A maka rodopsin
tidak dapat berfungsi dengan baik.
Efek lain dari vitamin A pada mata secara tidak langsung adalah pada epitel kornea dan
konjungtiva. Vitamin A dibutuhkan untuk memelihara susunan epitel yang normal. Jika terjadi
defisiensi vitamin A makaakan terjadi metaplasia dan keratinisasi dalam berbagai organ. Sel-sel
goblet pada konjungtiva akan menghilang dan pada tempat terjadi keratinisasi sering terdapat
organisme-organisme saprofit.
14
Dibawah lapisan keratinisasi terdapat penebalan sel-sel yang berbentuk pipih dan di
sebelah dalamnya terdapat penonjolan sel-sel granuler. Pada keratomalasia menunjukan adanya
nekrosis kornea disertai fragmentasi dan larutnya jaringan stroma.
Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan kelainan di mata sebagai berikut:
Stadium I
Kalau mata terkena cahaya yang redup, rodopsin di sel batang retina diubah menjadi retinin.
Dan retinin ini harus diubah lagi menjadi rodopsin, supaya sel batang dapat berdaya kembali
terhadap cahaya redup. Perubahan ini dapat terjadi dengan bantuan vitamin A dan dilakukan di
dalam sel epitel pigmen. Kalau vitamin A tidak ada, rodopsin tidak terbentuk kembali dan sel
batang tidak dapat bereaksi lagi terhadap cahaya redup (rabun senja)
Stadium II
Hemeralopia, ditambah dengan xerosis (kekeringan) konjungtiva dan kornea, berdasar
hiperkeratinisasi. Kornea tidak mengkilat, tampak kering, untuk kemudian menjadi keruh, lebih
kering terbentuk infiltrat, vaskularisasi, erosi epitel, ulserari untuk menuju ke keratomalasi.
Stadium III
Stadium I + II + keratomalasi (melemahnya kornea), sehingga dapat perforasi. Kornea
menjadi keruh disertai dengan kerusakan epitel. Kalau disertai infeksi sekunder dapat berakhir
dengan panoftalmi.
Tanda dan Gejala Klinis
Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan epitel dari
organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain, akan tetapi gambaran
yang karakteristik langsung terlihat pada mata. Kelainan kulit pada umumnya tampak pada
tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik
seperti sisik ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena
kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP)
tingkat berat atau gizi buruk. Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami
KVA yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita
penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
15
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID
UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :
XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia)
XIA : xerosis konjungtiva
XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
X2 : xerosis kornea
X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.
X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar)
XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti cendol.
XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan
yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati karena
dalam beberapa hari bisa berubah menjadi X3. X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi
dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan)
pada kornea cukup luas sehingga menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).
1. Buta senja = Rabun Senja = Rabun Ayam= XN
Tanda-tanda :
Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.
Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang remang-remang
setelah lama berada di cahaya terang
Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat di lingkungan
yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.
Untuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :
- Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/ menabrak benda
didepannya, karena tidak dapat melihat.
- Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja.
Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di dudukkan ditempat kurang
cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan di depannya.
2. Xerosis konjungtiva = XIA
Tanda-tanda :
16
Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit
kering,berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.
Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna kecoklatan.
3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot = X1B
Tanda-tanda :
Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak bitot yaitu bercak putih
seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar.
Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan tanda khas
pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai kriteria penentuan prevalensi
kurang vitamin A dalam masyarakat.
Dalam keadaan berat :
Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.
Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut.
Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik
4. Xerosis kornea = X2
Tanda-tanda :
Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.
Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.
17
Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita, penyakit infeksi dan
sistemik lain)
5. Keratomalasia dan ulcus kornea = X3A, X3B
Tanda-tanda :
Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.
Tahap X3A : bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.
Tahap X3B : Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3 permukaan kornea.
Keadaan umum penderita sangat buruk.
Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah)
Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps jaringan isi bola
mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat
memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap
awal xeroftalmia.
X3A X3B
6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea
Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada
kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut.
Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi
cangkok kornea.
18
7. Xeroftalmia Fundus (XF)
Dengan opthalmoscope pada fundus tampak noda-noda putih kecil menyebar di seluruh
fundus perifer.
Diagnosis Xeroftalmia
Untuk mendiagnosis xeroftalmia dilakukan :
1. Anamnesa, dilakukan untuk mengetahui faktor risiko tinggi yang menyebabkan sesorang
rentan menderita xeroftalmia
2. Keluhan Penderita
a. Keluhan Utama
Keluhan seperti tidak bisa melihat pada sore hari (buta senja) atau ada kelainan pada
mata.
b. Keluhan Tambahan
Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan kapan terjadinya ?
Upaya apa yang telah dilakukan untuk pengobatannya ?
3. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya
Apakah pernah menderita Campak dalam waktu < 3 bulan ?
19
Apakah anak sering menderita diare dan atau ISPA ?
Apakah anak pernah menderita Pneumonia ?
Apakah anak pernah menderita infeksi cacingan ?
Apakah anak pernah menderita Tuberkulosis ?
4. Kontak dengan pelayanan kesehatan
Tanyakan apakah anak ditimbang secara teratur mendapatkan imunisasi, mendapat
suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan memeriksakan kesehatan baik di posyandu atau
puskesmas (cek dalam buku KIA/KMS anak).
5. Riwayat pola makan anak
Apakah anak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?
Apakah anak mendapatkan MP-ASI setelah umur 6 bulan ?
Sebutkan jenis dan frekuensi pemberiannya
Bagaimana cara memberikan makan kepada anak : Sendiri / Disuapi.
6. Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukan diagnosis serta
pengobatannya, terdiri dari :
a. Pemeriksaan umum
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung maupun tidak
langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi buruk, penyakit infeksi, dan kelainan fungsi
hati.
Yang terdiri dari :
- Antropometri: Pengukuran berat badan dan tinggi badan
- Penilaian Status gizi
- Periksa matanya apakah ada tanda-tanda xeroftalmia.
- Kelainan pada kulit : kering, bersisik.
b. Pemeriksaan Khusus
20
Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan senter yang terang.
(Bila ada, menggunakan loop.)
Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)
Apakah ada bercak bitot (X1B)Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)
Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/X3B)
Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)
Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan opthalmoscope (XF).
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa kekurangan vitamin A, bila
secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun hasil pemeriksaan lain
menunjukkan bahwa anak tersebut risiko tinggi untuk menderita KVA.
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila ditemukan serum retinol
< 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA sub klinis.
Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit lain yang dapat
memperparah seperti pada :
pemeriksaan darah malaria
pemeriksaan darah lengkap
pemeriksaan fungsi hati
pemeriksaan radiologi untuk mengetahui apakah ada pneumonia atau TBC
pemeriksaan tinja untuk mengetahui apakah ada infeksi cacing serta
pemeriksaan darah yang diperlukan untuk diagnosa penyakit penyerta.
Penatalaksanaan
1. Jadwal dan Dosis Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak penderita
Xeroftalmia
21
2. Pemberian Obat Mata :
Pada bercak Bitot tidak memerlukan obat tetes mata, kecuali ada infeksi yang menyertainya.
Obat tetes/salep mata antibiotik tanpa kortikosteroid (Tetrasiklin 1%, Khloramfenikol 0.25-1%
dan Gentamisin 0.3%) diberikan pada penderita X2, X3A, X3B dengan dosis 4 x 1 tetes/hari dan
berikan juga tetes mata atropin 1 % 3 x 1 tetes/hari.
Pengobatan dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari sampai semua gejala pada mata
menghilang. Mata yang terganggu harus ditutup dengan kasa selama 3-5 hari hingga peradangan
dan iritasi mereda. Gunakan kasa yang telah dicelupkan kedalam larutan Nacl 0,26 dan gantilah
kasa setiap kali dilakukan pengobatan. Lakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan dengan
sangat berhati-hati. Selalu mencuci tangan pada saat mengobati mata untuk menghindari infeksi
sekunder, Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk mendapat pengobatan lebih lanjut.
3. Terapi Gizi Medis
Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan kondisi atau penyakit kronis
dan luka-luka serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai intervensi yang
diberikan agar klien serta keluarganya dapat meneruskan penanganan diet yang telah disusun.
Tujuan :
Memberikan makanan yang adekuat sesuai kebutuhan untuk mencapai status gizi normal.
22
Memberikan makanan tinggi sumber vit. A. untuk mengoreksi kurang vitamin A.
Syarat :
a. Energi
Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein menjadi sumber energi dan untuk
penyembuhan. Pada kasus gizi buruk, diberikan bertahap mengikuti fase stabilisasi, transisi dan
rehabilitasi, yaitu 80-100 kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB dan 200 kalori/ kg BB.
b. Protein
Protein diberikan tinggi, mengingat peranannya dalam pembentukan Retinol Binding Protein
dan Rodopsin. Pada gizi buruk diberikan bertahap yaitu : 1 - 1,5 gram/ kg BB / hari ; 2 - 3 gram/
kg BB / hari dan 3 - 4 gram/ kg BB / hari.
c. Lemak
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal. Pemberian minyak kelapa yang
kaya akan asam lemak rantai sedang (MCT=Medium Chain Tryglycerides). Penggunaan minyak
kelapa sawit yang berwarna merah dianjurkan, tetapi rasanya kurang enak.
d. Vitamin A
Diberikan tinggi untuk mengoreksi defisiensi. Sumber vitamin A yaitu ikan, hati, susu, telur
terutama kuning telur, sayuran hijau (bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung), buah
berwarna merah, kuning, jingga (pepaya, mangga dan pisang raja ), waluh kuning, ubi jalar
kuning, Jagung kuning.
e. Bentuk makanan
Mengingat kemungkinan kondisi sel epitel saluran cerna juga telah mengalami gangguan,
maka bentuk makanan diupayakan mudah cerna.
4. Pengobatan penyakit infeksi atau sistemik yang menyertai
Anak-anak yang menderita xeroftalmia biasanya disertai penyakit berat antara
lain: infeksi saluran nafas, pnemonia, campak, cacingan, tuberkulosis (TBC),diare dan mungkin
dehidrasi. Untuk semua kasus ini diberikan terapi disesuaikan dengan penyakit yang diderita.
5. Pemantauan dan Respon Pengobatan dengan kapsul vitamin A
23
XN : Reaksi pengobatan terlihat dalam 1-2 hari setelah diberikan kapsul vitamin A
XIA & XIB : Tampak perbaikan dalam 2-3 hari, dan gejala-gejala menghilang dalam waktu 2
minggu
X2 : Tampak perbaikan dalam 2-5 hari, dan gejala-gejala menghilang dalam waktu 2-3
minggu
X3A & X3B: Penyembuhan lama dan meninggalkan cacat mata. Pada tahap ini penderita harus
berkonsultasi ke dokter spesialis mata Rumah Sakit/BKMM agar tidak terjadi kebutaan
Rujukan
Anak segera dirujuk ke puskesmas bila ditemukan tanda-tanda kelainan XN, X1A, X1B,
X2
Anak segera dirujuk ke dokter Rumah Sakit/ Spesialis Mata/BKMM bila ditemukan
tanda-tanda kelainan mata X3A, X3B, XS
6. Pembedahan
Konjungtival flap dapat dilakukan pada ulkus kornea perifer yang mengancam
terjadi perforasi.
Bercak bitot yang tidak respon terhadap vitamin A dapat dieksisi.
Transplantasi kornea dapat dilakukan pada kekeruhan kornea bagian sentral yang
mengganggu visus.
24
Pencegahan
Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi kebutuhan vitamin A yang
cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama diare dan campak. Selain itu perlu
memperhatikan kesehatan secara umum. Untuk mencegah xeroftalmia dapat dilakukan:
1. Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor sosial budaya
dan lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor individu)
2. Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini
3. Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik, yaitu untuk bayi
diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus (100.000 SI), untuk anak balita
diberikan enam bulan sekali secara serentak pada bulan Februari dan Agustus dengan dosis
200.000 SI.
4. Mengobati penyakit penyebab atau penyerta
5. Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk
6. Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A / provitamin A
secara terus menerus.
7. Memberikan ASI eksklusif
8. Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 SI
25
9. Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi
Agar xeroftalmia tidak terjadi ulang diperlukan penyuluhan untuk masyarakat dan keluarga,
karena kejadian xeroftalmia tidak lepas dari lingkungan, keadaan sosial ekonomi, pendidikan dan
pengetahuan orang tua (terutama ibu). Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan sehubungan
dengan hal tersebut diatas adalah :
a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) atau Promosi
b. Suplementasi vitamin A
c. Fortifikasi
Prognosis
Dari mereka yang menderita xeroftalmia berat dan tetap hidup, 25% menderita kebutaan
total, 50% buta sebagian, dan 15-20% sembuh tanpa cacat. Kematian biasanya dijumpai pada
anak-anak. Setengahnya meninggal karena kekurangan makanan atau pneumonia, sisanya
menghabiskan umur dalam keadaan buta. Infeksi dan defisiensi gizi yang menyeluruh
merupakan faktor yang berperan pada angka kematian yang tinggi.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. Human Physiology: From Cells to Systems. Ed 2th. West. USA.
1996.
2. Braunwald, et all. Harrison’s Principles of Interal Medicine. Ed 15th. McGraw-Hill. New
York, USA. 2001.
3. Vaughan Daniel G, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Widya Medika. 2000. Jakarta.
4. Ilyas, Sidharta : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2005. Jakarta.
5. Ansstas George. Vitamin A Deficiency. 2012. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article
6. Heiting Gray. Vitamin A and Beta Carotene: Eye benefits. Diunduh dari:
http://www.allaboutvision.com/nutrition/vitamina.htn
7. Buku Pegangan Bagi Tenaga Kesehatan. Deteksi Dini Xeroftalmia Depkes RI. Jakarta.
2002.
8. Vitamin A Functions. 2013. Diunduh dari: http://www.news-medical.net/health/Vitamin-
A-Functions.aspx
27