Upload
rockgambler
View
18
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Cara Membangun Perbatasan, Pembangunan secara Menyeluruh
Citation preview
PEMBANGUNAN DAN KEAMANAN MASYARAKAT PERBATASAN
Oleh : Moh Abu Bakar/Abim Pribumi (06260140)
A.PENDAHULUAN
Belakangan ini Kalimantan Barat memiliki 5 kabupaten yang berbatasan dengan Sarawak baik
melalui jalan darat, air dan udara. Kelima Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Sanggau,
Kapuas Hulu, Bengkayang, Sintang dan Sambas. Kawasan perbatasan antar negara ini
merupakan kawasan yang sangat strategis, sebagai titik pertumbuhan dan perkembangan
perekonomian regional maupun nasional. Melalui kawasan ini kegiatan ekonomi antar negara
dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan murah yang tentunya dapat meningkatkan aktivitas
dan produktivitas masyarakat, pendapatan masyarakat serta kesejahteraan masyarakat.
Adapun kenyataanya, implementasi pembangunan sumber daya alam dan sumber daya manusia
di kawasan perbatasan Kalimantan Barat terlihat masih sangat lambat, sehingga kawasan yang
sepatutnya menjadi potensi nasional, pada saat ini malah sering terjadi masalah sosial yang
bersifat nasional, transnational bahkan international dengan munculnya isu-isu seperti
penyelundupan, illegal logging, human trafficking, illegal fishing, illegal trading, deforestasi dan
degradasi hutan, ketidakseimbangan pendapatan dan konflik sosial.
Salah satu penyebab terpinggirnya masyarakat dan pembangunan di perbatasan karena masih
adanya anggapan pada masa lampau bahwa kawasan perbatasan merupakan kawasan yang
“menakutkan” tak boleh “disentuh” sehingga perlu dipantau secara lebih ketat karena
dikhawatirkan akan menjadi sarang persembunyian para perampok, teroris, pemberontak dan
penyelundup, sehingga pandangan tersebut memicu kepada arah berkembangnya paradigma
pembangunan di kawasan ini yang lebih mengutamakan pada pendekatan keamanan (security
approach) daripada pendekatan kesejahteraan (prosperity approach).
Sehubungan dengan itu sebagai implikasi dari berbagai masalah sosial yang terjadi di kawasan
perbatasan membuat penduduk di kawasan perbatasan memiliki loyaliti yang sangat lemah
kepada negaranya sendiri bahkan secara etnis, emosi, dan ekonomi, mereka seringkali merasakan
bagian dari yang lain yakni sebaga entitas bukan-negara. Semua ini karena mereka memiliki
suatu pandangan bahwa mereka memiliki hubungan sosial ekonomi yang lebih rapat dengan
masyarakat di kawasan perbatasan dibandingkan dengan pusat pemerintahan yang jauh dari
kawasan mereka, hal inilah yang menghasilkan perasaaan lemah dalam hal rasa memiliki (feel of
belonging) dan penghayatan identitas nasional (internalization of national identity).
Selain itu masyarakat di perbatasan juga memiliki kecenderungan untuk memelihara hubungan
ekonomi transnasional walaupun mereka harus melanggar hukum nasional, dalam banyak
kejadian, mereka hanya memiliki sedikit pilihan karena pemerintah gagal mengintegrasikan
kawasan perbatasan ke dalam ekonomi nasional yang lebih besar (Baud and Schendel 1997:229).
Masyarakat perbatasan kemudian memperlihatkan kecenderungan untuk menghindari, mengelak
atau melawan hukum yang mereka lihat sebagai campur tangan atas kepentingan mereka dan
cara hidup mereka yang khas dan unik. Hukum kaku yang mengatur interaksi di perbatasan ini
juga akan mengakibatkan konflik yang luas dan serta mengabaikan hukum (Martinez 1994b:12).
Lebih jauh, perasaan ‘lain’ kepada negara seperti yang dialami oleh masyarakat perbatasan
meningkat karena kepentingan mereka sangat berbeda bahkan kadang-kala bertentangan dengan
kepentingan nasional. Mereka melihat diri mereka sebagai kelompok yang terpinggirkan dari
kesatuan nasional yang besar, bahkan banyak masyarakat perbatasan seringkali merasakan
bahwa pusat politik yang jauh, tidak mengerti dinamika keunikan dan kehidupan khas mereka di
perbatasan.
Meskipun demikian ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam proses
pembangunan, faktor ekonomi ternyata belum cukup untuk melaksanakan pembangunan, artinya
faktor ekonomi hendaknya dapat diikuti oleh faktor non-ekonomi seperti faktor sosial- budaya,
politik, psikologi serta pertahanan dan keamanan yang sama pentingnya dengan faktor ekonomi.
Selanjutnya faktor keamanan juga mesti mendapat perhatian yang besar dalam pelaksanaan
pembangunan baik pembangunan ekonomi maupun pembangunan sosial.Keamanan yang
dimaksud disini adalah keamanan bagi manusia berupa adanya kepastian dan jaminan
mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, karena keamanan manusia tersebut merupakan pra-
syarat untuk mencapai tujuan akhir pembangunan yakni mencapai kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat serta meningkatkan stabilitas pertahanan dan keamaman nasional.
Konsep keamanan yang ada selama ini telah berkembang sejak pasca perang dingin dan berlanjut
pada era globalisasi dewasa ini. Konsep diperluas tidak hanya menekankan aspek militer tetapi
berkembang mengarah kepada berbagai aspek seperti pelestarian lingkungan, hak asasi manusia,
perluasan perdagangan dan investasi pemberantasan kejahatan transnational dan perdagangan
barang terlarang. Oleh karena itu konsep keamanan perbatasan ini perlu dipahami tidak hanya
berhubungan dengan konsep pertahanan darat dan laut terhadap ancaman militer dari negara lain
tetapi juga mencakup ancaman non- militer seperti pelestarian lingkungan, jalur perdagangan dan
pemberdayaan manusia. Oleh karena itu perbatasan darat maupun laut memberikan pengaruh
yang kuat kepada aspek keamanan, strategis dan kerjasama regional.
Menjaga keutuhan pertahanan dan keamanan kawasan perbatasan dari ancaman adalah menjadi
tanggung jawab nasional bahkan secara international. Dalam hal ini menurut penulis reformasi
dalam sektor pertahanan dan keamanan adalah penting, kerana berkaitan dengan tuntutan
masyarakat mengenai transparansi, dan pertanggungjawaban institusi negara. Pemerintah harus
mampu memberikan rasa aman, kepastian dan jaminan dalam mensosialisasikan program
pemberdayaan masyarakat serta memberikan pelayanan masyarakat, sehingga masyarakat dapat
terhindar dari ancaman bersifat internal baik berupa kemiskinan, kebodohan dan wabah penyakit
maupun ancaman external seperti kejahatan, teror maupun kekerasan.
Meskipun pembangunan perbatasan sudah bersifat otonom dengan adanya pelimpahan
kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola kawasan mereka namun, pelaksanaan
pembangunan masih jauh dari yang diharapkan dan masih kurang tepat sasaran. Masyarakat
lokal (sekitar kawasan perbatasan) masih dalam keadaan yang miskin, marginal dan jauh dari
hasil pembangunan karena yang mengecap hasil pembangunan dan terlibat langsung dalam
pembangunan perbatasan adalah masyarakat pendatang baik yang datang dari Pontianak dan juga
dari daerah lain (Jawa, Sumatera dan daerah lainnya). Orientasi kebijakan pembangunan di
perbatasan selama ini lebih bersifat pembangunan untuk kawasan perbatasan bukan
pembangunan untuk masyarakat perbatasan, artinya pembangunan lebih banyak terfokus kepada
pembangunan ekonomi dengan upaya untuk mengelola sumber daya alam yang ada dan kurang
menekankan pembangunan sumber daya manusianya, sehingga masyarakat lokal yang berada
disekitar kawasan perbatasan tetap menjadi penonton tidak terlibat secara aktif dan represantativ
dalam proses implementasi pembangunan , maka mereka masih tetap miskin, marginal dan
kurang terjamin dan diberdayakan kehidupannya. Hai ini terjadi karena masih minimnya
pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki sehingga mereka kurang mampu memiliki daya
saing dan produktivitas yang tinggi. Maka perlu dikaji lebih mendalam bagaimana strategi
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di perbatasan sehingga memberikan implikasi
konstruktif terhadap keamanan masyarakat, khususnya masyarakat lokal atau masyarakat yang
menetap disekitar kawasan perbatasan.
B. Pembahasan
1. Konsep Keamanan Manusia Sen (1998) menyatakan keamanan manusia disini maksudnya
berhubungan dengan berkurangnya atau mungkin hilangnya ketidakamanan yang mengganggu
kehidupan manusia “ human security is concerned with reducing and when possible-removing
the insecurities that plague human lives”.
Selain itu makna keamanan dapat dipahami sebagai freedom from fear yang memberi makna
lebih kepada keamanan nasional, yakni tidak adanya ancaman terhadap kedaulatan negara.
Sedangkan makna freedom from want lebih kepada pertumbuhan ekonomi atau pembangunan
untuk memenuhi keperluan asas hidup manusia. Dalam pernyataan ini penulis tambahkan kepada
freedom from dehumanization yakni adanya kebebasan dari perlakuan yang tidak
berprikemanusiaan atau dehumanisasi serta adanya jaminan dalam memenuhi keperluan hidup
mereka, kepastian untuk menjalani identitas budaya kelompok suatu atau etnik serta kebebasan
dalam mengekspresikannya. Karena kebanyakan konflik dan kekerasan yang terjadi disebabkan
oleh rendahnya pemahaman dan penghayatan keanekaragaman yang ada, perbedaan agama,
etnik, dan juga gender.
Rendahnya pemahaman dan penghayatan perbedaan dan keanekaragaman ini kemudian memicu
kepada tindakan yang desktruktif seperti deskriminasi, prasangka dan stereotype bahkan
berkembang menjadi konflik kekerasan seperti penghapusan suatu etnik (ethnic cleansing). Maka
tujuan utama keamanan masyarakat adalah bebas dari ketakutan, keinginan, serta bebas untuk
mendapatkan kehidupan yang bermartabat, serta bebas untuk mengekspresikan identitas budaya
yang ada.
Dengan demikian dalam kajian ini konsep keamanan yang penulis maksud adalah development
of community security (pembangunan keamanan masyarakat). Maksudnya dalam proses
pelaksanaan pembangunan baik itu pembangunan ekonomi maupun sosial hendaknya dapat
menjadikan faktor keamanan manusia (human security) sebagai prioritas, oleh karena itu
keamanan masyarakat perlu dikaitkan dengan pembangunan masyarakat karena keamanan
masyarakat merupakan pra-syarat tercapainya matlamat pembangunan masyarakat yakni
mencapai kesejahteraan masyarakat dengan menekankan kepada aspek perlindungan, partisipasi
dan pemberdayaan.
Searah dengan penjelasan diatas konsep community security adalah bagian daripada human
security sebagaimana dijelaskan Human Development Report (UNDP 1994 dalam Shahrbanou
Tadjbakhs & Anuradha M. Chenoy 2007:16)
Community security, where the threat is the integrity of cultural diversity, requires security from
oppressive traditional practices, threating women harshly, discriminating against ethnic or
indigenous groups and refugees, group rebellion and armed conflicts.
Keamanan masyarakat dipahami sebagai adanya ancaman dalam keanekaragaman budaya yang
menuntut adanya keamanan daripada penindasan, kekerasan perempuan, deskriminasi etnik,
orang asli dan para pelarian, kelompok pemberontak serta konflik senjata.. Keamanan
masyarakat juga dipahami bagaimana menjaga dan menjamin terselenggaranya keamanan hak
asasi manusia dan kelompok minoritas dari ancaman hilangnya kearifan lokal dan nilai-nilai
murni identitas budaya masyarakat terutama bagi masyarakat yang multikultur dan multietnik.
Pembangunan keamanan masyarakat ini mencakup bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia serta memberikan jaminan
keberlanjutan akses sosial ekonomi masyarakat serta keperluan dasar manusia dengan
meningkatkan modal ekonomi (economic capital), modal manusia (human capital), modal
kemasyarakatan (societal capital ) dan modal keamanan/jaminan (security capital) yang
dilakukan secara terpadu, berkelanjutan dan berkesinambungan.
2. Strategi Pemerintah dalam Meningkatkan Keamanan Masyarakat.
Seperti yang dijelaskan diatas ada beberapa perbedaan yang cukup signifikan antara
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi biasanya lebih
menekankan kepada perubahan indikator ekonomi seperti pelaksanaan perubahan pada sistem
pertanian, pembangunan infrastruktural, pasar dan sebagainya. Sedangkan pembangunan
ekonomi dapat meliputi masalah perubahan struktur masyarakat, sikap dan perilaku, nilai,
kemajuan teknologi, penyempurnaan sistem administrasi pemerintahan dan sebagainya dimana
pada dasarnya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi tadi.
Berdasarkan pernyataan tersebut, pembangunan ekonomi ternyata berkaitan erat dengan
pembangunan sosial dan manusia, sehingga dapat dipahami bahwa penyebab gagalnya suatu
pembangunan, salah satunya adalah karena tidak adanya kesinambungan dan keberlanjutan
hubungan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan sosial, sebagaimana yang
dijelaskan dalam diagram berikut:
Diagram 1. Model Pembangunan Konvensional dan Pembangunan Sosial
Dengan mengadakan perawatan masyarakat dan pengembangan manusia maka pertumbuhan
ekonomi akan dapat diwujudkan secara optimal dan berkelanjutan. Dan apabila pertumbuhan
ekonomi ini diibaratkan sebagai kepala manusia maka pengembangan manusia dan perawatan
masyarakat diibaratkan kaki yang menopang kepala tersebut. Oleh karena itu dalam hal ini untuk
membangun dan memberdayakan kawasan dan masyarakat perbatasan , pemerintah perlu
mengkombinasikan pendekatan pembangunan konvensional dengan pembangunan sosial dan
lebih lanjut lagi pembangunan yang mengutamakan masyarakat sebagai aktor pembangunan itu
sendiri, sehingga mereka mampu menjadi masyarakat yang mandiri dan produktif, yang penulis
maksud dalam pendekatan keamanan manusia (human security) .
Menurut penulis upaya yang tepat untuk menciptakan keamanan masyarakat adalah dengan
menggunakan pendekatan pendidikan dan pengajaran yang tidak hanya bersifat formal bahkan
juga non-formal. Pendidikan ini sangat penting terutama dalam upaya mewujudkan
kesamarataan hak pendidikan sebagai dasar kesamarataan elemen pembangunan manusia, seperti
kesamarataan pendapatan, kesehatan, pertumbuhan ekonomi dan kehidupan yang lebih baik.
Pendidikan ini dapat menghasilkan dan meningkatkan keterampilan, pengetahuan yang
diperlukan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Pendidikan juga berhubungan rapat
dengan demokrasi karena pendidikan mengajarkan kesadaran masyarakat keatas hak-hak asasi
mereka baik di bidang ekonomi, social, politik dan juga budaya.
Searah dengan penjelasan tersebut aspek pendidikan adalah amat penting untuk ditingkatkan
sebagai proses untuk meningkatkan sumber daya manusia dan apabila sumber daya manusia ini
telah cukup mendapatkan keterampilan dan pengetahuan maka mereka dapat mengelola sumber
daya alam yang ada dan kemudian dapat membantu meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
mereka. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan memiliki peran yang signifikan
tidak hanya sebagai proses pengalihan nilai-nilai dan pengetahuan (transformation of knowledge)
dari pendidik kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu pendidikan merupakan suatu proses untuk
meningkatkan kesadaran manusia agar memiliki kemampuan kritis, menghilangkan rasa
ketakutan terhadap sesuatu serta meningkatkan kemampuan kreatifitas masyarakat.
C. Kesimpulan
Dengan demikian, berdasarkan paradigma keamanan manusia, maka pada umumnya
pembangunan dapat memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan dan keamanan
masyarakat, dengan adanya keseimbangan fokus pembangunan baik pembangunan ekonomi dan
juga pembangunan sumber daya manusia yang ada sebagai objek dan aktor pembangunan itu
sendiri. Dalam hal ini ada dua komponen utama dalam keamanan manusia (1) aman dari
ancaman (2) perlindungan dari ancaman.
Fokus utama keamanan manusia tidak hanya berupa tindakan untuk mengatasi ancaman, namun
juga berupa tindakan pencegahan terjadinya kembali ancaman tersebut dengan memberikan
perlindungan dan jaminan kehidupan dan kesehateraan masyarakat yang berkelanjutan, yang
tentunya dimainkan oleh peranan pemerintah dalam membentuk jaringan keamanan manusia
baik berupa jaringan sosial maupun ekonomi serta membentuk payung hukum untuk melindungi
kepastian berlanjutnya keamanan manusia tersebut.