Upload
lexuyen
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING
DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS SISWA
(Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika pada Kompetensi Dasar Listrik Dinamik di SMA N 6 Madiun Tahun Pelajaran 2012-2013)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Fisika
Oleh:
NUNUNG NURLAILA NIM S 831108046
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING
DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS SISWA
(Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika pada Kompetensi Dasar Listrik Dinamik di SMA N 6 Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS Disusun Sebagai Salah Satu Syarat mencapai Derajat Magister
Program Studi Sains Minat Utama : Fisika
Disusun Oleh : NUNUNG NURLAILA
NIM S 831108046
Telah Disetujui Oleh Dosen Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing 1 Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. NIP. 10520915 197603 2 001
Pembimbing 2 Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Dr. M. Masykuri , M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING
DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS SISWA
(Studi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika pada Kompetensi Dasar Listrik Dinamik di SMA N 6 Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS
Oleh:
NUNUNG NURLAILA NIM S 831108046
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Dr. M. Masykuri, M.Si.
NIP. 19681124 199403 1 001 ........................... ...............2013
Sekretaris Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si. NIP. 19690901 199403 1 002
........................... ................2013
Anggota : Penguji
Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. NIP. 10520915 197603 2 001
........................... ............... 2013
Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001
........................... ................2013
Telah dipertahankan di depan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat Pada tanggal ... . ...............2013
Mengetahui, Direktur PPs UNS
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 19610717 198601 1 001
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul; PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL
MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING
DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS SISWA ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas
plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah
ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-
undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum
ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai
author dan PPs UNS sebagai instansinya. Apabila dalam waktu
sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan
tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan
tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs UNS berhak
mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh PPs
UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi
ini, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Pebruari 2013 Mahasiswa,
Nunung Nurlaila S831108046
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmatNya Pembelajaran Fisika
dengan PBL menggunakan Problem Solving dan Problem Posing ditinjau dari
Kreativitas dan Keterampilan Berp yang dilaksanakan di
SMA N 6 Madiun, kelas XI semester 1 Tahun Pelajaran 2012-2013 dapat di
selesaikan dengan lancar.
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai
derajad Magister Pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
2. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains.
3. Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Sains.
4. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. sebagai Dosen Pembimbing I.
5. Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing II.
6. Seluruh Dosen Pendidikan Sains Minat Fisika.
7. Suamiku tercinta Sigit Pamudji Hadisutrisno, S.Pd., M.Pd. dan anakku
tersayang Noor ALifa Amalia Pamudji
8. Drs. Didik Wahyu Widayat, M.Si. selaku Kepala SMA N 6 Madiun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
9. Teman-teman seangkatan Program Studi Pendidikan Sains, minat Fisika,
angkatan September 2011.
10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan ini.
Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, mohon kritik dan
saran demi sempurnanya karya tulis ini.
Surakarta, Februari 2013
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Nunung Nurlaila, 2013. PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PBL MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Pembelajaran Fisika Materi Listrik Dinamik Kelas XI IPA Semester I SMA 6 Madiun Tahun Pelajaran 2012-2013). TESIS, Pembimbing: 1) Dra. Suparmi, M.A, Ph.D. 2) Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas, keterampilan berpikir kritis, dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2x2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 6 Madiun tahun pelajaran 2012-2013. Sampel diperoleh dengan teknik cluster random sampling terdiri dari 2 kelas XI A2 dan XI A3. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk prestasi belajar kognitif, angket untuk mengukur kreativitas, keterampilan berpikir kritis, afektif dan psikomotor. Data dianalisis menggunakan anava tiga jalan dengan SPSS 18.
Dari analisis data disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran PBL menggunakan problem solving dan problem posing berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotorik, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar afektif; (2) kreativitas berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik; (3) keterampilan berpikir kritis berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik; (4) Ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif, tetapi tidak ada interaksi pada kognitif dan psikomotorik; (5) Ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif, tetapi tidak ada interaksi pada afektif dan psikomotorik; (6) ada interaksi antara kreativitas dan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi tidak ada interaksi pada psikomotorik; (7) ada interaksi antara antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas, keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar psikomotorik, tetapi tidak ada interaksi pada kognitif dan afektif.
Kata Kunci : Problem Solving, Problem Posing, Kreativitas, Keterampilan Berpikir Kritis, Listrik Dinamik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Nunung Nurlaila, 2013. PHYSICS LEARNING BY USING PBL PROBLEM SOLVING AND PROBLEM POSING VIEWED FROM CREATIVITY AND CRITICAL THINKING SKILLS OF STUDENT. (Learning Physics on Material Dynamic Power Class XI IPA Semester I at SMA N 6 Madiun Academic Year 2012-2013). THESIS. 1st advisor: Dra. Suparmi, M.A, Ph.D., 2nd
advisor. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. Post graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.
ABSTRACT The aim of the research is to determine the effect of learning methods and problem posing problem solving, creativity, critical thinking skills, and their interaction on student achievement. The method of the research used quasi experimental using 2x2x2 factorial experimental design. Populations were all students of class XI Science SMAN 6 Madiun school year 2012-2013. Samples obtained by cluster random sampling technique consists of two class XI A2 and Xl A3. Data collection techniques for the achievement of cognitive tests, questionnaires to measure creativity and critical thinking skills and test performance in the form of practical/ laboratory work or psychomotor tests. Data were analyzed using a three-way Anova with SPSS 18.
From the analysis of the data, it can be concluded that: (1) using the PBL learning problem solving and problem posing effect on cognitive learning achievement and psychomotor students, but it does not affect student achievement in the affective aspect; (2) creative influence on cognitive achievement, affective, and psychomotor students; (3) critical thinking skills influence on cognitive performance, affective, and psychomotor students; (4) There is interaction between learning problem solving and problem posing with creativity on student achievement in affective aspect, but there is no interaction on cognitive aspects and psychomotor; (5) There is interaction between learning problem solving and problem posing with critical thinking skills on student achievement on cognitive aspects, but there is no interaction on affective aspects and psychomotor; (6) there is an interaction between creativity and critical thinking skills on student achievement on cognitive aspects and affective, but there is no interaction on psychomotor aspects; (7) there is interaction between the learning and problem solving problem posing, creativity, critical thinking skills on student achievement on aspects of psychomotor, but there is no interaction on cognitive aspects and affective.
Keywords: Problem Solving, Problem Posing, Creativity, Critical Thinking Skills, Dynamic Power.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
i
PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................................
PENGESAHAN PENGUJI .......................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ...........................
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
ABSTRAK .................................................................................................
ABSTRACT ...............................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
viii
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 12
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 13
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 13
E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 14
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 17
A. Kajian Teori .................................................................................... 17
1. Teori Belajar ................................................................................... 17
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2. Teori-teori ............................... 19
3. Problem Based Learning (PBL) .................................................... 23
4. Metode Problem Solving ................................................................ 28
5. Metode Problem Posing ................................................................. 31
6. Kreativitas ...................................................................................... 32
7. Keterampilan Berpikir Kritis .......................................................... 38
8. Prestasi Belajar ............................................................................... 42
9. Hakikat Fisika ........ 44
10. Materi Listrik Dinamik ....... 45
B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 64
C. Kerangka Berpikir .......................................................................... 69
D. Hipotesis ......................................................................................... 74
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 76
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 76
B. Metode Penelitian............................................................................ 76
C. Populasi dan Sampel........................................................................ 77
D. Rancangan Penelitian ..................................................................... 77
E. Variabel Penelitian ....... 78
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 81
G. ....... 82
H. Uji Coba Instrumen ........................................................................ 83
I. Teknik Analisis Data....................................................................... 89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
A. Deskripsi Data Prestasi Belajar.......................................................
1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan
Model Pembelajaran .......................................................................
2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan
Kreativitas .......
3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis ......................................................
B. Uji Prasyarat Analisis .....................................................................
1. Uji Normalitas ................................................................................
2. Uji Homogenitas ............................................................................
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................
1.
2. ......
D. Pembahasan Hasil Analisis .............................................................
E. Keterbatasan Penelitian ..................................................................
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...............................
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Implikasi Hasil Penelitian ...............................................................
C. Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN .........................................................................
93
94
95
100
106
106
110
112
114
119
136
148
150
150
153
154
156
160
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Data Nilai Rata-rata Pelajaran Fisika Semester 1 Kelas XI
5
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis
Masalah M. Nur..................................................................
Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Penelitian..............................................................................
26
27
Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian 78
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Ranah
Kognitif ...............................................
84
Tabel 3.3 Hasil Uji Taraf Kesukaran Butir Soal 88
Tabel 3.4 89
Tabel 4.1 Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Metode PBL dengan
Problem Solving dan Problem Posing
94
Tabel 4.2 Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan
Kreativitas ........
95
Tabel 4.3 Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas
...............................................................................................
97
Tabel 4.4 Sebaran Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas
............................
98
Tabel 4.5 Sebaran Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Kreativitas ......... 99
Tabel 4.6 Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Keterampilan
Berpikir Kritis .........
100
Tabel 4.7 Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis ........................................
102
Tabel 4.8 Sebaran Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis ....................
103
Tabel 4.9 Sebaran Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis ............
105
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek
Kognitif
107
Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek
Afektif
108
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
.............................
109
Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif
110
Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek
Afektif
111
Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
.............................
112
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek
Kognitif .........
113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek
Afektif
115
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek
Psikomotor .........
117
Tabel 4.19 Estimated Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan
Metode PBL
120
Tabel 4.20 Estimated Marginal Means of Prestasi: Keterampilan
Berpikir Kritis dan Metode PBL ... ..................................
123
Tabel 4.21 Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan
Keterampilan Berpikir Kritis..... ...
126
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Amperemeter dan Cara Pemasangannya .................. 48
Gambar 2.2 Voltmeter dan Cara Pemasangannya 49
Gambar 2.3 Multimeter 49
Gambar 2.4 Simbol Rangkaian Seri Sumber Tegangan 52
Gambar 2.5 Simbol Rangkaian Seri Resistor 53
Gambar 2.6 Simbol Rangkaian Paralel Sumber Tegangan 54
Gambar 2.7 Simbol Rangkaian Paralel Resistor 55
Gambar 2.8 Susunan Rangkaian Delta .. 56
Gambar 2.9 Transformasi Delta Bintang .. 56
Gambar 2.10 Rangkaian Resistor yang Cukup Rumit 57
Gambar 2.11 Pengukuran Hambatan dengan Metode
Jembatan Wheatstone .........................................................
58
Gambar 2.12 Tegangan Jepit 59
Gambar 2.13 Arus yang Mengalir dalam Percabangan ........................... 61
Gambar 2.14 Rangkaian Listrik Tertutup (loop) Tunggal ... 62
Gambar 2.15 Rangkaian Listrik Tertutup (loop) majemuk .. 63
Gambar 4.1 Histogram Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan
Metode PBL Problem Solving dan PBL Problem Posing
.............................................................................
94
Gambar 4.2 Histogram Rata-rata Prestasi Belajar berdasarkan
Kreativitas ..........
96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Gambar 4.3 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Kreativitas .........
97
Gambar 4.4 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Kreativitas .........
98
Gambar 4.5 Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan
Kreativitas
99
Gambar 4.6 Histogram Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis .........
101
Gambar 4.7 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis .........
102
Gambar 4.8 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis ..........
104
Gambar 4.9 Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan
Keterampilan Berpikir Kritis .........
105
Gambar 4.10 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi:
Kreativitas dan Metode PBL .
119
Gambar 4.11 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi:
Keterampilan Berpikir Kritis dan Metode PBL.. .
122
Gambar 4.12 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas
dan Metode PBL .
125
Gambar 4.13 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan
Keterampilan Berpikir Kritis (tinggi dan rendah) dan
Kreativitas (tinggi dan rendah)............................................
129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Gambar 4.14 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan
Keterampilan Berpikir Kritis (tinggi dan rendah) dan
Kreativitas (tinggi dan rendah
130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadual Pelaksanaan Penelitian.......................................... 159
Lampiran 2 160
Lampiran 3 175
Lampiran 4 LKS 209
Lampiran 5 Kisi-kisi dan Instrumen Tes Kreativitas . 222
Lampiran 6 Kisi-kisi dan Instrumen Angket keterampilan Berpikir
Kritis
230
Lampiran 7 Kisi- 240
Lampiran 8 Kisi-kisi dan Instrumen Angket Penilaian Afektif . 266
Lampiran 9 Kisi-kisi dan Instrumen Angket Penilaian Psikomotor 271
Lampiran 10 Data Menta ..... 278
Lampiran 11 Hasil Uji Coba Instrumen 281
Lampiran 12 284
Lampiran 13 291
Lampiran 14 299
Lampiran 15 Tabel Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan
Keterampilan Berpikir Kritis (tinggi dan rendah) dan
Kreativitas (tinggi dan rendah).........................................
324
Lampiran 16 Foto-f 328
Lampiran 17 335
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Lampiran 18 Surat Keterangan Pelaksanaan Uji Coba
336
Lampiran 19 337
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya manusia
Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-
sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya. Sumber daya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan
pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi
persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada
kini dan masa depan.
Untuk mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana,
dan juga tidak dapat dicapai dalam waktu singkat. Hal itu memerlukan dukungan
seluruh komponen bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang,
berkelanjutan, serta berlangsung seumur hidup. Ini berarti bahwa untuk
menciptakan manusia Indonesia yang utuh dan berkualitas melalui pendidikan
dibutuhkan seperangkat prasarana dan sarana pendukung yang memadai. Dalam
sistem pendidikan, kurikulum merupakan komponen esensial dan utama yang
perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintah, pengembangan
kurikulum, dan para guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum
dimaksud.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan, jika tahun lalu pendidikan Indonesia berada pada
urutan 65, tahun ini merosot di peringkat 69 dari 127 negara (Kompas, 03 Maret
2011). Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru,
penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan
yang memadai.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti.
Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas.
Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga
pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma
baru dengan metodologi pembelajaran. Pembaharuan pendidikan juga harus terus
selalu dilakukan agar tercipta dunia pendidikan yang selalu dapat mengikuti
perkembangan jaman. Di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
( UUSPN ) No. 20 tahun 2003 disebutkan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Begitu juga dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 tahun 2003, Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang merumuskan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka, mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Disebutkan pula dalam Permendiknas No. 23 tahun 2006 bahwa:
Standar kompetessi mata pelajaran fisika pada sekolah menengah atas adalah: Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum, Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal, fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta penerapannya dalam mesin kalor. Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi. Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi.
Sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional dan Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Fisika maka pembelajaran Fisika hendaknya melibatkan siswa secara
aktif, melatih siswa menyelesaikan suatu masalah, dan memilih metode yang
sesuai dengan karakter materi mata pelajaran. Mengajar bukan semata persoalan
menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi
ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa
sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan dapat melatih siswa
berpikir kritis. Pendekatan Pembelajaran yang bisa membuahkan hasil belajar agar
siswa dapat berpikir kritis, diantaranya adalah pembelajaran dengan Inquiry,
learning cycle, discovery, berbasis masalah dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
SMAN 6 Madiun adalah salah satu SMA Negeri di Kota Madiun yang
lokasinya di sentral pendidikan Kota Madiun. Sekolah ini menjadi pilihan
masyarakat Madiun karena perkembangan baik akademik maupun non akademik
cukup pesat, ditandai dengan seringnya mendapat kejuaraan baik di bidang
akademik maupun non akademik. Didalam pengelolaan sekolah, motivasi
pengembangan pendidikan cukup tinggi, dengan terus ditambahnya buku buku
referensi perpustakaan, alat-alat laboratorium dan semua sarana prasarana sekolah
untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Difasilitasi pula dengan area bebas
internet, agar siswa mudah mengakses untuk mendapatkan informasi melalui
teknologi.
Siswa SMA N 6 Madiun dibimbing oleh guru-guru yang sudah 40 %
berlatar belakang pendidikan S-2 dan selalu diikutkan dalam kegiatan diklat/
workshop untuk mendapatkan pembaharuan dalam pendidikan. Input siswa
cukup tinggi dengan nilai NUN terendah tahun pelajaran 2012-2013 adalah 8,25.
Motivasi belajar siswa cukup tinggi, delapan puluh persen lulusan SMA N 6
melanjutkan ke Perguruan Tinggi dan 40 % di terima Perguruan tinggi Negeri.
Motivasi siswa untuk mengikuti tambahan belajar cukup, lima puluh persen
mengikuti tambahan belajar diluar kegiatan intrakurikuler, motivasi siswa dalam
menambah informasi melalui internet cukup tinggi lebih dari 75 % siswa
mengumpulkan tugas dari internet tepat waktu.
Siswa SMA 6 Madiun cukup aktif, dari hasil wawancara 80 % siswa
menjawab senang jika pembelajaran dilakukan dengan melibatkan secara aktif
siswa, dan 60 % siswa menjawab bosan jika diberi pembelajaran hanya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ceramah. Lima puluh persen siswa menganggap pelajaran fisika sulit sehingga
kurang antusias dalam pembelajaran fisika.
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMA N 6 Madiun terus
dilakukan, khususnya dalam pembelajaran Fisika diantaranya dengan terus
menambahnya buku referensi perputakaan, alat-alat laboratorium Fisika, namum
belum semua dimanfaatkan secara maksimal oleh guru. Meskipun difasilitasi
dengan area bebas internet belum semua guru memanfaatkan secara maksimal.
Pembelajaran Fisika banyak metode yang dapat digunakan diantaranya: ceramah,
diskusi, demontrasi, eksperimen, proyek, inkuiri, berbasis masalah dll, namun
belum semua guru menerapkan metode yang sesuai dengan karakter materi.
Akibatnya hasil yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan.
Nilai rata-rata mata pelajaran fisika semester 1 tiga tahun terakhir tertuang pada
tabel 1.1.
Tabel 1.1 Data Nilai Rata-Rata Pelajaran Fisika Semester 1 Kelas XI IPA Tiga
Tahun Terakhir Tahun Pelajaran Nilai Rata-Rata KKM
2009-2010 75,20 75
2010-2011 75,35 75
2011-2012 75,40 75
Meskipun dari data di atas menunjukkan nilai rata-rata telah mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal, namun masih ada beberapa siswa yang nilainya
belum memenuhi KKM dan pembelajaran cenderung diorientasikan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
prestasi belajar kognitif siswa saja, sementara aspek afektif dan psikomotor belum
diperhatikan oleh guru.
Karakteristik mata pelajaran fisika ada yang sulit dan ada yang mudah,
ada yang konkrit dan ada yang abstrak, sehingga tidak semua materi dapat
dipahami oleh siswa yang hanya dengan membaca, mendengar dan
memperagakan. Pembelajaran fisika yang harus dilakukan adalah siswa
membangun sendiri konsep-konsep dengan pengalaman yang dilakukan sendiri
agar konsep lebih kuat dalam ingatan siswa.
Proses pembelajaran Fisika menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Fisika yang merupakan cabang
dari Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar.
Sesuai dengan perkembangannya, Fisika tidak hanya merupakan
sekumpulan fakta, prinsip, maupun hukum-hukum, tetapi juga terkandung
pengembangan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dengan kata lain Fisika meliputi
2 hal, yakni (1) produk Fisika berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, model,
dan sebagainya; serta (2) proses Fisika berupa metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Siswa yang sedang mempelajari Fisika akan menyadari dan menemukan
adanya berbagai gejala dan masing-masing gejala mengandung problem-problem
yang perlu dipecahkan. Kesadaran tentang sulitnya menemukan suatu konsep,
prinsip, pengertian, dan cara memecahkan suatu problem.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Dari sekian banyak metode pembelajaran yang bisa diterapkan untuk
melaksanakan pembelajaran materi pembelajaran listrik dinamik antara lain
ceramah, diskusi, demontrasi, eksperimen, proyek, inkuiri, problem based
learning (berbasis masalah).
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah kegiatan
pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri dengan penuh percaya diri.
Kelebihan dari metode berbasis masalah, menurut Saiful dan Aswan
(2006) antara lain: melatih siswa mendesaian suatu penemuan, melatih siswa
berpikir dan bertindak kreatif, melatih siswa memecahkan masalah yang di hadapi
secara realitis, melatih siswa mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan,
melatih siswa menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang
perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan cepat, membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dunia kerja.
Sedangkan kelemahannya antara lain: menentukan masalah yang tingkat
kesulitannya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa sangat diperlukan keterampilan
guru, pembelajaran menggunakan metode ini memerlukan waktu yang cukup
panjang, mengubah kebiasaan siswa dalam belajar yang membutuhkan banyak
berpikir memecahkan permasalahan sendiri.
Pembelajaran dengan berbasis masalah diantaranya adalah dengan
eksperimen, proyek, diskusi, problem Solving, problem Posing, dll. Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dengan Problem Solving/pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain
oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau
pertanyaan yang sesuai dengan materi yang di berikan sedang siswa mendesain
sendiri cara pemecahannya. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi
siswa agar dapat menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses
pemecahannya. Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya
terjangkau oleh kemampuan siswa.
Sedangkan pembelajaran dengan Problem Posing adalah suatu
pembelajaran yang siswanya diminta untuk merumuskan, membentuk dan
mengajukan pertanyaan atau soal dari situsi yang disediakan, situasi dapat berupa
gambar, cerita, atau informasi lain yang berkaitan dengan materi pelajaran, dan
selanjutnya siswa sendiri yang harus mendesain cara penyelesaiannyan. Fungsi
guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar dapat menerima tantangan
dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya.
Problem Solving dan Problem Posing mendasarkan proses
pembelajarannya kepada masalah dalam pembelajaran Fisika. Pada Problem
Solving, guru mengorientasikan siswa pada suatu permasalahan Fisika. Kemudian
siswa menyelesaikan permasalahan tersebut secara berkelompok melalui
percobaan dan pengamatan. Pada Problem Posing, siswa mengajukan masalah
untuk dipelajari lebih lanjut sehingga siswa mampu memodifikasi masalah yang
diajukan untuk diselesaikan dan dikomunikasikan. Selanjutnya, siswa merancang
suatu alat sebagai hasil pemecahan masalah yang diamati untuk dikomunikasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Persamaan dari kedua pembelajaran tersebut adalah pada metodenya yaitu
berbasis masalah dan perbedaannya adalah: pada problem solving
diberikan oleh guru sedangkan problem posing ,
keduanya penyelesaian didesain oleh siswa sendiri.
Kreativitas adalah kemampuan dalam menggunakan pikiran (cognitive)
untuk menemukan sesuatu yang baru dan memecahkan masalah dengan cara-cara
yang berbeda dari yang sudah ada. Kreativitas menuntun pada penemuan tingkat
ilmiah, gerakan baru pada bidang seni, penciptaan baru, dan program-program
baru.
Kreativitas mengandung unsur-unsur: (a) kemampuan membuat
modifikasi dari sesuatu yang baru dan asli yang sudah ada; (b) merupakan proses
mental yang unik untuk memproduksi sesuatu yang baru, berbeda, dan asli serta
menekankan pada proses, bukan produk. Kemampuan-kemampuan ini jelas tidak
dimiliki oleh semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan
kreatif. Kreativitas merupakan suatu proses, aktivitas, dan modifikasi yang baru,
sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti
maknanya.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa tidak semua siswa mempunyai
faktor internal tingkat kreativitas yang sama, sehingga di dalam pembelajaran
perlu diperhatikan faktor internal siswa, dalam hal ini tingkat kreativitas siswa.
Dalam menentukan metode pembelajaran guru perlu memperhatikan faktor
internal kreativitas yang selama ini belum diperhatikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan individu dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan
interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias
dari argumen, dan interpretasi logis. DePorter dan Hernacki (2007) menjelaskan
berpikir kritis berarti berlatih atau memasukkan penilaian yang cermat, seperti
menilai kelayakan suatu gagasan atau produk.
Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi
dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Ennis dalam Hassoubah
(2007), menyebutkan ada lima aspek berpikir kritis, yaitu a) memberi penjelasan
dasar (klarifikasi), b) membangun keterampilan dasar, c) menyimpulkan, d)
memberi penjelasan lanjut, dan e) mengatur strategi dan taktik. Menurut Swartz
dan D. N. Perkins dalam Hassoubah (2007), berpikir kritis berarti: 1) bertujuan
untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan diterima dan
dilakukan dengan alasan yang logis, 2) memakai standar penilian sebagai hasil
dari berpikir kritis dalam membuat keputusan, 3) menerapkan berbagai strategi
yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar
tersebut, dan 4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk
dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian. Berpikir kritis merupakan faktor internal yang masing-masing siswa
memiliki tingkat berpikir kritis yang berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan
oleh guru dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan. Namun
belum semua guru dalam menentukan metode pembelajaran memperhatikan
faktor internal berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Prestasi belajar secara umum terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Aspek prestasi belajar menurut taksonomi Bloom terdiri
dari ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Penelitian
ini juga melihat pengaruh variabel moderator dengan kategori kreativitas dan
keterampilan berpikir kritis.
Kreativitas sangat diperlukan dalam belajar listrik dinamik, Karena dalam
belajar listrik dinamik selain memahami konsep juga harus kreatif dalam
menyusun rangkaian listrik. Demikian pula keterampilan berpikir kritis siswa,
merupakan keterampilan yang harus dikembangkan setiap siswa untuk
memecahkan masalah yang lebih kompleks yang akan di temuinya kelak dan
mampu mengembangkan dalam aplikasi kehidupan sehari hari. Namun kedua
variabel tersebut selama ini belum diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran
fisika di SMAN 6 Madiun.
Berdasar uraian mengenai problem solving dan problem posing tersebut
dengan memperhatikan faktor internal siswa yaitu kreativitas dan keterampilan
berpikir kritis, di duga siswa yang kreativitasnya tinggi akan memperoleh prestasi
belajar yang tinggi jika diberikan pembelajaran dengan problem solving, dan
siswa yang keterampilan berpikirnya tinggi akan memperoleh prestasi belajar
yang tinggi jika diberikan pembelajaran dengan problem posing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
B. Identifikasi Masalah
Berikut ini beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagaimana telah
diuraikan dalam latar belakang.
1. Pembelajaran yang dapat di lakukan guru cukup berfariatif, antara lain:
metode ceramah, metode eksperimen, metode demonstrasi, metode proyek,
metode berbasis masalah, inquiry, discovery, dll, namun masih banyak guru
SMA N 6 yang belum menerapkannya.
2. SMA N 6 Negeri Madiun di fasilitasi area bebas internet dan siswa kelas XI
IPA cukup aktif dalam mencari pengetahuan sendiri melalui internet, namun
belum semua guru memanfaatkan sarana tersebut secara maksimal dalam
pembelajaran.
3. Nilai rata-rata KKM dalam 3 tahun terakhir menunjukkan adanya kenaikan,
namun masih ada siswa yang nilai nya belum mencapai KKM.
4. Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran yang monoton sehingga prestasi
belajar belum mencapai hasil yang maksimal.
5. Pembelajaran lebih diorientasikan untuk meningkatkan prestasi belajar
kognitif siswa, sementara prestasi belajar afektif dan psikomotor belum di
perhatikan.
6. Masih banyak guru yang belum memperhatikan faktor internal siswa.
7. Kreativitas siswa berbeda-beda, hal ini belum diperhatikan oleh guru.
8. Keterampilan berpikir kritis setiap siswa berbeda-beda, hal ini belum di
perhatikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
9. Materi Fisika di Kelas X Semester 2 antara lain: (1) suhu dan kalor, (2) alat-
alat optik, (3) listrik dinamik. Materi-materi tersebut kurang menantang dan
membosankan menurut siswa karena dalam pelaksanaan pembelajaran masih
belum menggunakan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik materi.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
Problem Based Learning (PBL).
2. Metode pembelajaran yang di gunakan dengan PBL problem solving dan
PBL problem posing.
3. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Negeri 6 Madiun pada
semester 1 tahun pelajaran 2012-2013.
4. Materi Pelajaran Fisika yang digunakan dan penelitian ini adalah Listrik
Dinamik.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan, maka di
rumuskan masalah penelitian sebagai berikut,
1. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL
problem posing terhadap prestasi belajar siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Apakah ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa?
3. Apakah ada pengaruh keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar
siswa?
4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL
problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa?
5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL
problem posing dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar
siswa?
6. Apakah ada interaksi antara kreativitas dengan keterampilan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar siswa?
7. Apakah ada interaksi antara pembelajaran PBL problem solving dan PBL
problem posing, kreativitas, keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar siswa?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem
posing terhadap prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa.
3. Pengaruh keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
4. Interaksi antara metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL
problem posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa.
5. Interaksi antara metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL
problem posing dengan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar
siswa.
6. Interaksi antara kreativitas dengan keterampilan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar siswa.
7. Interaksi antara metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem
posing dengan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Adapun maksud dilaksanakan penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan wawasan untuk mengembangkan metode pembelajaran
fisika agar lebih berfariatif.
b. Menambah wawasan mengenai permasalahan-permasalahan yang terkait
dengan pembelajaran fisika.
c. Sebagai bahan masukan untuk kepentingan penelitian berikutnya.
d. Sebagai acuan dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan kreativitas, keterampilan berpikir kritis, dan prestasi
belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran Fisika.
b. Guru lebih terampil dalam mengajar sehingga siswa dapat terlibat
sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Teori Belajar
Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan
pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat
perubahan pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris dan
Ormorod, 2000).
Belajar sebagai suatu proses berfokus pada yang terjadi ketika belajar
berlangsung. Penjelasan tentang sesuatu yang terjadi merupakan teori-teori
belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan cara orang dan hewan
belajar, sehingga membantu dalam memahami proses kompleks inheren
pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori
belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori
belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek
objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk
menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Pandangan konstruktivisme belajar
sebagai sebuah proses siswa aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau
konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini
lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori Belajar kognitivisme mulai berkembang pada abad terakhir sebagai
protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model
kognitif ini memiliki perspektif bahwa para siswa memproses infromasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang
telah ada. Model ini menekankan pada sistem informasi diproses.
Teori Belajar Konstruktivisme, konstruksi berarti bersifat membangun,
dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu
upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme
merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil
dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berpikir
untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan
lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membangun pengetahuan
baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua
situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat
lebih lama semua konsep.
2. Teori teori Belajar Kontruksivisme
a. Teori Pembelajaran Piaget
Landasan pokok yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses
balajar pertama kali oleh Jean Piaget dan Vygotsky (Paul Suparno, 1997). Piaget
menemukan teori konstruktivisme psikologis personal sedangkan Vygotsky
menemukan konstruktivisme sosial. Piaget dalam Paul Suparno (1997)
mengemukakan bahwa seorang anak membangun pengetahuan kognitifnya,
seorang anak secara pelan-pelan membentuk pengetahuannya sendiri, membentuk
skema, mengembangkan skema dan mengubah skema.
Piaget dalam Paul Suparno (1997) menyebutkan, menurut filsafat
konstruktivisme, pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) sendiri yang sedang
menekuninya. Bila yang sedang menekuni adalah siswa maka pengetahuan itu
adalah bentukan siswa sendiri.
Belajar pengetahuan menurut Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono
(2002) ada tiga fase antara lain: 1) fase eksplorasi dimana siswa mempelajari
gejala dengan bimbingan; 2) fase pengenalan konsep dimana siswa mengenal
konsep yang ada hubungannya dengan gejala; 3) fase aplikasi konsep dimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut. Secara singkat
Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2002) menyarankan agar dalam
pembelajaran guru memilih masalah yang berciri kegiatan prediksi,
eksperimentasi dan eksplanasi.
dasar, yaitu asimilasi, akomodasi dan equilibration
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru dalam
njut, Paul Suparno (1997) menjelaskan akomodasi
adalah membentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru
atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan yang baru.
Pada tahap selanjutnya, diperlukan adanya keseimbangan antara asimilasi dan
akomodasi. Paul Suparno (1997) berpendapat tercapainya keseimbangan asimilasi
dan akomodasi inilah yang disebut equilibration.
Piaget dalam Surya (2004), mengemukakan bahwa perkembangan kognitif
merupakan pertumbuhan berpikir logis dari bayi hingga dewasa, yang
berlangsung melalui empat peringkat yaitu: 1) sensorymotor usia 1 tahun sampai
dengan 1,5 tahun, pada peringkat ini anak hanya mampu melakukan pengenalan
lingkungan dengan melalui alat indra dan pergerakannya; 2) peringkat pre-
operasional usia 1,5 tahun sampai dengan 6 tahun, pada peringkat ini anak sudah
dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan
simbul; 3) concrete operasional usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun, pada
peringkat ini anak sudah memberikan kecakapan yang berkenaan dengan konsep-
konsep klasifikasi, hubungan dan kuantitas; 4) formal operasional usia 12 tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
keatas, pada peringkat ini anak sudah bisa berpikir secara hipotesis dan berbeda
dengan fakta, memahami konsep abstrak.
Berdasarkan peringkat perkembangan kognitif individu diatas, siswa SMA
kelas XI rata-rata berusia 15 tahun sehingga termasuk dalam peringkat
operasional formal, yang telah memiliki kemampuan berpikir abstrak, yang dapat
digunakannya untuk memecahkan permasalahan. Sehingga penerapan metode
pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah dalam hal ini metode
problem solving dan problem posing sangat tepat diterapkan pada siswa SMA
karena siswa telah memiliki kemampuan berpikir abstrak, yang dapat
digunakannya untuk memecahkan permasalahan.
b. Teori Pembelajaran Vygotsky
Lain halnya dengan Piaget dalam Paul Suparno (1997) menyebutkan
ygotsky
menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang
punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang
dengan baik, dan serta dialog dan dan komunikasi verbal dengan orang dewasa
dalam perkembangan pengertian anak. Dalam interaksi verbal dengan orang
dewasa anak ditantang untuk lebih mengerti pengertian ilmiah dan
Penerapan teori pembelajaran Vygotsky dalam penelitian ini bertolak pada
pentingnya interaksi sosial dengan orang-orang lain terlebih yang punya
pengetahuan lebih baik yaitu siswa yang belajar dalam kelompok kecil dapat
mengkonstruksikan gagasan-gagasan dalam memecahkan permasalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dihadapi. Para siswa da;lam tahap ini diharapkan dapat bertukar pendapat atau
pemikiran selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga akan diperoleh
solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Penerapan metode problem solving dan problem posing dalam penelitian
ini dilakukan secara berkelompok. Slavin (2008) berpendapat penerapan
pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil memiliki kelebihan tersendiri,
yaitu siswa dapat saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran, saling mendiskusikan dan saling berargumentasi, menutup kesenjangan
dalam pemahaman masing-masing. Hal ini tentunya dapat memotivasi siswa
untuk lebih giat belajar. Penerapan problem solving dan problem posing dalam
penelitian ini adalah siswa bekerja memecahkan masalah dalam kelompok-
kelompok kecil.
c. Teori Pembelajaran Ausubel
Belajar menurut Ausubel dalam Ratna (1989) diklasifikasikan kedalam
dua dimensi, yaitu dimensi pertama yang berkaitan dengan cara informasi atau
materi pelajaran diberikan pada siswa dan dimensi ke-dua yang berkaitan dengan
cara siswa mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang sudah ada. Lebih
berpendapat bahwa belajar bermakna hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri
belajar dengan menjelaskan hubungan antara
konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa, dapat disebut sebagai belajar
bermakna.
Belajar bermakna menurut Ausubel dalam Ratna (1989) memiliki tiga
kelebihan. Penjelasan mengenai kelebihan dari belajar bermakna adalah sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berikut: 1) informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat; 2)
memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip; dan 3)
memudahkan belajar hal-
Penerapan teori pembelajaran Ausubel dalam penelitian ini berdasarkan
pada klasifikasi Ausubel mengenai belajar kedalam dua dimensi, yaitu: siswa
dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang sudah ada dan
menjelaskan hubungan antara konsep-konsep dari materi pelajaran yang telah
dipelajari. Para siswa dalam penelitian ini di harapkan dapat mengalami belajar
bermakna melalui pemecahan masalah selama proses pembelajaran berlangsung.
Dengan demikian siswa dapat menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dengan cara mengaitkan informasi yang diperoleh
melalui pengamatan dan referensi pada struktur kognitif yang sudah ada, dan
menjelaskan hubungan antara konsep-konsep dari materi yang telah dipelajari.
Berdasarkan uraian mengenai belajar bermakna dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang bermakna terdiri atas tiga hal, antara lain: 1) siswa mampu
mengaitkan konsep lama dengan konsep baru; 2) belajar tidak sekedar hafalan;
dan 3) siswa mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Problem Based Learning (PBL)
Pendekatan dalam proses pembelajaran banyak model diantaranya: CTL
(Contextual Learning), LC (Learning Cycle), Inquiry, Experiment, dan PBL
(Problem Based Learning)/ Pembelajaran Berbasis Masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
masalah merupakan suatu kelompok strategi yang
dirancang untuk mengajarkan skill-skill pemecahan masalah (problem solving)
dan penelitian (inquiry)
berdasarkan masalah diterapkan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam
situasi berorientasi masalah, termasuk cara belajar (Ibrahim dan Nur, 2000).
Peran guru dalam pembelajaran ini adalah menyajikan masalah, mengajukan
pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi, guru
melakukan scaffolding sebagai suatu kerangka dukungan yang memperkaya
inkuiri dan pertumbuhan intelektual siswa. PBL tidak terjadi tanpa guru
mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide
secara terbuka.
Ciri khas pembelajaran berdasarkan masalah (Mohamad Nur, 2008)
adalah: (1) Mengajukan pertanyaan atau masalah. Proses belajar mengajar
menekankan pada mengorganisaikan pembelajaran di sekitar pertanyaan-
pertanyaan atau masalah-masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara
pribadi bagi siswa. Pelajaran diarahkan pada situasi kehidupan nyata, menghindari
jawaban sederhana, dan memperbolehkan adanya keragaman solusi yang
kompetitif beserta argumentasinya; (2) Berfokus pada interdisiplin. Meskipun
suatu pelajaran berdasarkan masalah dapat berpusat pada mata pelajaran tertentu,
masalah nyata sehari-hari dan otentik itulah yang diselidiki karena solusinya
menghendaki siswa melibatkan banyak mata pelajaran; (3) Penyelidikan otentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki siswa menggeluti penyelidikan
otentik dan berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan nyata terhadap masalah-
masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan), membuat
inferensi, dan membuat simpulan. Selain itu siswa dapat menggunakan metode
penyelidikan khusus bergantung pada sifat masalah yang sedang diselidiki; (4)
Menghasilkan karya nyata dan memamerkan. Pembelajaran berdasarkan masalah
menghendaki siswa menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan
memamerkannya. Produk ini mewakili solusi-solusi mereka. Produk ini dapat
berupa laporan, model fisik, rekaman video, atau program komputer. Karya nyata
dan pameran dirancang siswa untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak
terkait apa yang telah mereka pelajari. Karya nyata dan pameran ini merupakan
salah satu ciri inovatif pembelajaran berbasis masalah; (5) Kolaborasi. Seperti
pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah juga ditandai oleh siswa
yang bekerja sama dengan siswa lain, seringkali dalam pasangan-pasangan atau
kelompok kecil.
Tahap-tahap pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah menurut
Mohamad Nur (2008), tersaji dalam Tabel 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel 2.1 Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase atau Tahap Perilaku Guru
Fase 1:
Mengorientasikan siswa
kepada masalah.
Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran,
mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan
memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan
masalah yang mereka pilih sendiri.
Fase 2:
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar.
Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah itu.
Fase 3:
Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok.
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.
Fase 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
serta memamerkannya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan
model, serta membantu mereka berbagi karya mereka.
Fase 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan
dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Mohamad Nur, 2008)
Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah yang
dilaksanakan pada penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 2.2 Tahap-tahap Pelaksanan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Penelitian
Fase atau Tahap Perilaku Guru
Fase 1:
Mengorientasikan siswa
kepada masalah.
Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran,
mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan
memotivasi siswa dengan menunjukkan 2 rangkaian berbeda
yang dipakai sebagai objek untuk merumuskan masalah yang
harus dipecahkan oleh siswa sendiri.
Fase 2:
Mengorganisasikan siswa
untuk belajar.
Guru membantu siswa membentuk kelompok dan mengatur
tugas-tugas belajar yang terkait dengan cara pemecahan
masalah.
Fase 3:
Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok.
Guru membimbing siswa mengumpulkan informasi yang
sesuai, pelaksanaan eksperimen untuk memecahkan masalah.
Fase 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
serta memamerkannya.
Guru membimbing siswa menyusun laporan eksperimen untuk
dipresentasikan.
Fase 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Guru membimbing siswa melakukan refleksi untuk
memperoleh kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. Metode Problem Solving
Manusia selalu dihadapkan pada masalah. Manusia akan belajar menjadi
lebih dewasa dalam berpikir dan bijak dalam mengambil keputusan. Masalah
menurut Jonnasen (2003) didefinisikan menjadi dua. Pertama, masalah adalah
sesuatu yang tidak diketahui dalam beberapa konteks (perbedaan antara penentuan
tujuan dan keadaan sekarang). Kedua, masalah adalah temuan atau pemecahan
untuk sesuatu yang tidak diketahui harus mempunyai nilai sosial, budaya atau
intelektual.
Pemecahan masalah menurut Jonnasen (2003) memiliki dua sifat kritis
sebagai berikut; 1) pemecahan masalah membutuhkan gambaran mental dari
masalah atau konteks masalah tersebut; 2) keberhasilan dalam memecahkan
masalah membutuhkan aktifitas siswa untuk memanipulasi dan menguji solusi
pemecahan masalah mereka. Lebih lanjut Jonnasen (2003) menjelaskan dalam
memecahkan masalah terjadi hubungan timbal balik antara pengetahuan dan
aktivitas berpikir. Oleh sebab itu guru perlu memperhatikan kedua sifat kritis
tersebut dalam pembelajaran menggunakan pemecahan masalah.
Masalah merupakan komponen utama dalam metode ini, oleh sebab itu
masalah yang di sajikan harus merangsang keingintahuan siswa. Masalah yang
digunakan berupa masalah yang ada di dunia nyata, atau dapat ditemui siswa
dalam kehidupatan sehari-hari.
Kelebihan dari metode berbasis masalah, menurut Saiful dan Aswan
(2006) antara lain: 1) melatih siswa mendesaian suatu penemuan; 2) melatih siswa
berpikir dan bertindak kreatif ; 3) melatih siswa memecahkan masalah yang di
hadapi secara realitis; 4) melatih siswa mengidentifikasi dan melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
penyelidikan; 5) melatih siswa menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan;
6) merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan cepat; 7) membuat pendidikan sekolah lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan dari metode berbasis masalah menurut Saiful dan Aswan
(2006) antara lain: 1) menetukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan
tingkat kesulitan siswa, sangat diperlukan keterampilan guru; 2) Pembelajaran
menggunakan metode ini memerlukan waktu yang cukup panjang; 3) mengubah
kebiasaan siswa dalam belajar yang membutuhkan banyak berpikir memecahkan
permasalahan sendiri. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan keingintahuan
dengan sifat kritis dalam pengajaran menggunakan pemecahan masalah atau
problem solving.
problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan
2007). Sehubungan dengan hal tersebut Saiful dan Aswan (2006) mengemukakan
metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir. Hal ini disebabkan dalam penerapan metode
ini, diawali dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Penerapan metode problem solving dalam kegiatan pembelajaran akan
melatih siswa menghadapi berbagi masalah, baik inti masalah perseorangan
maupun masalah kelompok. Dengan demikian, siswa akan belajar
mengembangkan sikap keingintahuan dan imajinasi siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pelaksanaan problem solving di dalam kelas terdiri atas lima langkah. Ke
lima langkah pelaksanaan metode problem solving menurut Sofan Amri dan Iif
Khoiru Ahmadi (2010) antara lain: 1) Memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas
pemecahan masalah yang di pilih; 2) Mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah; 3) membimbing mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk pemecahan masalah; 4) membimbing menyiapkan hasil
laporan; 5) membimbing untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dalam proses penyelesaian masalah.
Berdasarkan langkah-langkah tersebut diatas, dapat diketahui bahwa
masalah merupakan komponen utama dari metode problem solving. Oleh sebab
itu, masalah yang yang disajikan harus dapat merangsang keingintahuan siswa
dan mampu melatih siswa untuk berpikir kreatif.
Langkah-langkah penerapan problem solving dalam penelitian ini, antara
lain: 1) mengorientasikan siswa pada masalah: guru mengajukan permasalahan
dengan mengacu pada indikator kompetensi pembelajaran; siswa mengemukakan
jawaban atau opini yang tidak perlu dijawab oleh guru; 2) mengorganisasikan
siswa untuk belajar: siswa mengumpulkan alat dan bahan yang diperlukan dalam
pemecahan masalah; siswa membentuk kelompok-kelompok kecil; siswa
menetukan prosedur pemecahan masalah; siswa melakukan diskusi; 3)
membimbing penyelidikan individu atau kelompok: selama siswa mendiskusikan
pemecahan masalah, guru membimbing siswa seminimal mungkin dalam
menganalisis data/informasi yang telah dianalisis: siswa membuat solusi yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi; 4) mengembangkan dan menyajikan
hasil pemecahan masalah (presentasi); 5) menganalisis dan mengevaluasi proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pemecahan masalah: guru memberikan penguatan kepada siswa yang dapat
berupa aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari.
5. Metode Problem Posing
Problem posing problem
pose
dan Shadily, 1995). Paul Suparno (2007) menyatakan bahwa metode problem
posing adalah metode pembelajaran berbasis masalah baik secara pribadi maupun
bersama kelompok, siswa yang diajak belajar menyusun permasalahan, guru
mengumpulkan permasalahan, mengidentifikasi, dan akhirnya siswa sendiri yang
harus memecahkan permasalahan tersebut.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan problem posing menurut
Paul Suparno (2007) adalah: 1) guru menjelaskan secara ringkas topik yang ingin
dibahas dalam pelajaran; 2) siswa dalam kelompok atau sendiri-sendiri diminta
untuk membuat beberapa permasalahan berkaitan dengan topik yang dipelajari.
Persoalan dapat dikaitkan dengan penggunaan dan situasi nyata masyarakat; 3)
masing-masing kelompok mengungkapkan persoalannya; 4) guru menuliskan di
papan kemudian menngklasifikasikan, persoalan yang sama disatukan; 5) siswa
diminta dalam kelompok mencari pemecahan persoalan yang sudah diurutkan
oleh guru; 6) siswa diminta mempresentasikan hasil pemecahan masalah.
Langkah-langkah penerapan problem posing dalam penelitian ini antara
lain: 1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, menjelaskan
topik yang akan dipelajari secara singkat; 2) guru membentuk kelompok siswa
secara heterogen antara 5-6 siswa tiap kelompok; 3) tiap kelompok diminta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
menyusun permasalahan yang sesuai dengan topik yang dibicarakan; 4) guru
bersama siswa mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang diajukan oleh
tiap-tiap kelompok; 5) permasalahan yang sudah teridentifikasi dikembalikan
kepada kelompok untuk dipecahkan bersama anggota kelompoknya; 6) siswa
melakukan eksperimen untuk mendapatkan pemecahan masalah dan guru
membimbingnya; 7) tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil pemecahan
masalahnya.
6. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah cara mengapresiasikan diri terhadap suatu masalah
dengan menggunakan berbagai cara yang datang secara spontanitas yang
merupakan hasil dari pemikiran. Kreativitas bisa disalurkan dengan berbagai cara,
diantaranya dengan membuat karya-karya seni yang mengandung nilai-nilai
estetika atau keindahan. Kreativitas bisa muncul karena adanya dorongan di dalam
diri untuk berkarya.
Kreativitas (creativity) adalah penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang
pengalaman yang berlainan untuk ide-ide yang baru dan lebih baik. Ide-ide baru
dan yang lebih baik akan terlahir dengan serangkaian faktor yang dapat diukur.
Maka hasil dari suatu kreativitas dapat ditingkatkan. Upaya untuk
menumbuhkembangkan kreativitas, berarti upaya mengoptimalkan belahan otak
kanan (Anik Pamilu, 2005).
Andrei G. Aleinikov (2005) menyatakan bahwa kreativitas adalah
kebaruan yang dihasilkan dari inovasi dan inovasi adalah kebaruan yang
ditransfer. Kebaruan yang begitu mendasar dibutuhkan untuk kreativitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
inovasi, tidak pernah menjadi subjek pelajaran. Mempelajari, menjabarkan, dan
mengklasifikasi kebaruan membawa pada kreasi atas sebuah ilmu baru.
Pembelajaran yang berlangsung secara alami bukanlah kreativitas, tetapi
mempercepat proses pembelajaran secara artificial (program-program yang telah
didesain, sekolah, lembaga pendidikan) adalah kreativitas, yaitu kreativitas
pendidikan.
Kemampuan untuk menciptakan ide dan gagasan yang baru memang tidak
dimiliki oleh semua orang, tetapi berwawasan luas adalah sebuah posisi yang
kuat, sesuatu yang akan membawa setiap individu pada tingkat kreativitas dan
kesuksesan yang lebih tinggi.
John W. Sandtrock (2005) mengatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan dalam menggunakan pikiran (cognitive) untuk menemukan sesuatu
yang baru dan memecahkan masalah dengan cara-cara yang berbeda dari yang
sudah ada. Kreativitas menuntun pada penemuan tingkat ilmiah, gerakan baru
pada bidang seni, penciptaan baru, dan program-program baru.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditunjukkan bahwa
kreativitas mengandung unsur-unsur: (a) kemampuan membuat modifikasi dari
sesuatu yang baru dan asli yang sudah ada; (b) merupakan proses mental yang
unik untuk memproduksi sesuatu yang baru, berbeda, dan asli serta menekankan
pada proses, bukan produk. Kemampuan-kemampuan ini jelas tidak dimiliki oleh
semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan kreatif.
Kreativitas merupakan suatu proses, aktivitas, dan modifikasi yang baru, sehingga
dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti maknanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Kepribadian Orang Kreatif
Orang kreatif adalah mereka yang mempunyai kemampuan luar biasa
untuk menyesuaikan diri dalam segala situasi dan dengan keterampilannya ia
mampu melaksanakan pekerjaan untuk mencapai yang mereka inginkan. Sebagian
besar ilmuwan terkenal terlihat tertarik pada sejumlah peristiwa dan mengadakan
eksperimen pada masa kecil mereka. Andrei G. Aleinikov (2005) menyampaikan
bahwa Einstein, Archimedes, Edison, Rontgen, Socrates adalah orang-orang
jenius dan kreatif.
Ciri-ciri kepribadian yang kreatif adalah: (a) individu yang kreatif
memiliki energi fisik yang besar yang memungkinkan bekerja berjam-jam; (b)
individu yang kreatif cerdas dan cerdik. Suatu saat memiliki kebijakan, tetapi juga
bisa seperti anak-anak. Ia mampu berpikir secara konvergen dan divergen; (c)
individu yang kreatif memiliki kombinasi antara sikap bermain dan disiplin.
Kreativitas memerlukan kerja, keuletan, ketekunan untuk menyelesaikan masalah,
dengan mengatasi masalah yang sering dihadapi; (d) individu yang kreatif dapat
memiliki salah satu alternatif antara lain fantasi dan kenyataan. Kedua hal tersebut
dibutuhkan untuk memisahkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan masa
sekarang tanpa menghilangkan sentuhan masa lalu; (e) individu yang kreatif
menunjukkan kecenderungan yang berbeda dalam merangkaikan hal-hal yang
bersifat introversi maupun ekstroversi. Sebagian besar di antara individu
cenderung untuk menjadi salah satu ciri di atas. Sebaliknya individu yang kreatif
mampu mengekspresikan kedua ciri tersebut pada saat yang sama; (f) individu
yang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang
sama; (g) individu yang kreatif menunjukkan kecenderungan andragoni, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender maskulin-feminim; (h)
individu yang kreatif cenderung mandiri; suka menentang; (i) kebanyakan orang
yang kreatif sangat suka dengan pekerjaan mereka, tetapi juga sangat obyektif
dalam penilaian karyanya; (j) sikap terbuka dan sensitif pada individu kreatif
sering membuat menderita dan jengkel jika banyak kritik dan serangan terhadap
hasil jerih payahnya, namun juga dapat menjadikan suatu kegembiraan baginya.
Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Utami Munandar (2004) adalah rasa
ingin tahu yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan
banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan
pendapatnya, mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu
bidang seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang,
mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai rasa imajinasi, dan orisinil dalam
ungkapan gagasan dalam pemecahan masalah.
Segi-segi mental orang kreatif antara lain: hasrat untuk mengubah hal-hal
yang seharusnya menjadi lebih baik, kepekaan bersifat terbuka dan tanggap segala
sesuatu, minat untuk menggali lebih dalam dari yang tampak di permukaan, rasa
ingin tahu dan semangat yang tak pernah berhenti untuk mempertanyakan,
mendalam dalam berpikir sikap yang mengarah untuk pemaksaan yang mendalam
pula, konsentrasi, mampu menekuni sesuatu permasalahan hingga menguasai
seluruh bagiannya, siap mencoba dan melaksanakannya, bersedia mencurahkan
tenaga dan waktu untuk mencari dan mengembangkan, kesabaran untuk
memecahkan permasalahan dalam detailnya, optimisme memerlukan antusiasme
atau kegairahan dan rasa percaya diri, mampu bekerja sama, sanggup berikhtiar
secara produktif bersama orang lain yang memiliki pandangan yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba, senang bermain,
menggunakan pengetahuan yang semua memilikinya dan membuat lompatan
(quantum) yang memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan cara-
cara yang baru.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pribadi
yang kreatif mempunyai ciri-ciri menonjol, antara lain: (a) imajinatif; (b) inisiatif;
(c) rasa ingin tahu; (d) mandiri; (e) penuh energi dan bersibuk diri; (f) berani
mengambil resiko dalam pendirian dan keyakinan. Ciri-ciri tersebut merupakan
modal yang dimiliki siswa yang kreatif yang sangat dibutuhkan dan diharapkan
untuk pengembangan pembelajaran demi keberhasilan proses belajar mengajar.
c. Pengukuran Kreativitas Siswa
Beberapa alat yang digunakan utuk mengukur kreativitas seseorang
masing-masing memiliki ciri dan tujuan tertentu. Utami Munandar (2007)
mengemukakan beberapa tes yang digunakan untuk mengukur kreativitas adalah
sebagai berikut: (a) Tes Kemampuan Berpikir Divergen Guilford. Tes ini menurut
penggunaan kemampuan berpikir lancar, lentur, orisinil, dan terperinci. Tes
berpikir kreatif dari Guilford ini untuk populasi remaja dan orang dewasa; (b) Tes
Berpikir Kreatif-Produksi: menggambar yang dikonstruksi oleh Jellen dan Urban
yang disebut Test for Creative Thingking Drawing Production (TCT-DP).
Responden diminta untuk menyelesaikan gambar yang tidak lengkap; (c) Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif Torrance: Tes Torrance dimaksudkan untuk
memicu ungkapan secara simultan ungkapan beberapa operasi mental kreatif yang
terutama mengukur kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
berpikir ini terdiri dari dua bentuk yaitu verbal dan visual; (d) Tes Berpikir Kreatif
dengan Inventory Kathena-Torrance: Tes ini dengan cara pengamatan diri
seseorang dalam bentuk daftar periksa, kuesioner dan inventori sebagai alat untuk
mengukurnya; (e) Tes Berpikir Kreatif dengan bunyi dan kata: Tes ini produksi
Torrance, Kathena, dan Sounds and Images yang menampilkan rangsang dalam
bentuk suara bunyi dari yang sederhana sampai yang rumit.
Siswa yang memiliki kreativitas mempunyai 4 faktor penting, yaitu: a)
Kelancaran berfikir (fluency of thinking) yang menggambarkan banyaknya
gagasan yang keluar dalam pemikiran seseorang; b) Fleksibilitas (keluwesan)
yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam
mengatasi persoalan; c) Orisinalitas (keaslian) yaitu kemampuan seseorang untuk
mencetuskan gagasan asli; d) Elaborasi yaitu kemampuan untuk mengembangkan
ide-ide dan menguraikan ide-ide tersebut secara terperinci.
Pada penelitian ini, tes kreativitas yang digunakan perpaduan antara
berbagai jenis tes kreativitas yang disebutkan diatas, disusun dalam bentuk tes
kreativitas belajar Fisika yang indikatornya disesuaikan kondisi siswa di SMA 6
Madiun antara lain sebagai berikut: (1) mempunyai inisiatif; (2) tertarik pada
kegiatan kreatif; (3) kaya akan inisiatif; (4) tidak kehabisan cara dalam
memecahkan masalah; (5) peka terhadap lingkungan; (6) terbuka terhadap
pengalaman baru; (7) bebas menyatakan pendapat dan perasaan; (8) toleran
terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (9) tekun dan tidak
mudah bosan; (10) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh
oleh orang lain; (11) percaya diri dan mandiri; (12) mempunyai gagasan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
orisinal; (13) mempunyai rasa ingin tahu yang besar; (14) tertarik pada hal-hal
yang abstrak, kompleks, dan mengundang teka-teki; (15) mempunyai minat yang
luas; (16) kritis terhadap pendapat orang lain; (17) senang mengajukan pertanyaan
yang baik; (18) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa
lalu.
7. Keterampilan berpikir kritis
Sumadi (2005) menjelaskan berpikir adalah proses yang dinamis yang
yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Seseorang yang yang
memiliki cara berpikir yang baik, dalam arti cara berpikirnya dapat digunakan
untuk menghadapi suatu permasalahan baru, akan dapat menemukan pemecahan
dalam menghadapi persoalan dengan baik.
Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan individu dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan
interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias
dari argumen, dan interpretasi logis. DePorter dan Hernacki (2007) menjelaskan
berpikir kritis berarti berlatih atau memasukkan penilaian yang cermat, seperti
menilai kelayakan suatu gagasan atau produk.
Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi
dan mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis. Ennis dalam Hassoubah
(2007), menyebutkan ada lima aspek berpikir kritis, yaitu: a) memberi penjelasan
dasar (klarifikasi); b) membangun keterampilan dasar; c) menyimpulkan; d)
memberi penjelasan lanjut; dan e) mengatur strategi dan taktik. Menurut Swartz
dan D. N. Perkins dalam Hassoubah (2007), berpikir kritis berarti: 1) bertujuan
untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap yang akan diterima dan dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dengan alasan yang logis; 2) memakai standar penilian sebagai hasil dari berpikir
kritis dalam membuat keputusan; 3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun
dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar tersebut; dan
4) mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai
sebagai bukti yang dapat mendukung suatu penilaian. Sedangkan menurut Ennis
dalam Hassoubah (2007) berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan
reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang sesuatu yang harus
dipercayai atau dilakukan.
Berpikir kritis dipengaruhi beberapa faktor, seperti latar belakang
kepribadian, kebudayaan, dan juga emosi seseorang. Berpikir kritis berarti melihat
secara skeptisal terhadap yang telah dilakukan dalam kehidupan. Berpikir kritis
juga berarti usaha untuk menghindarkan diri dari ide dan tingkah laku yang telah
menjadi kebiasaan. Menurut Ennis dalam Hassoubah (2007) terdapat beberapa
bentuk kecendrungan berpikir kritis, antara lain: 1) mencari pernyataan yang jelas
dari setiap pertanyaan; 2) mencari alasan; 3) berusaha mencari informasi dengan
baik; 4) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan menyebutkannya; 5)
memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; 6) berusaha tetap relevan
dengan ide utama; 7) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar; 8) mencari
alternatif; 9) bersikap dan berpikir terbuka; 10) mengambil posisi ketika ada bukti
yang cukup kuat untuk melakukan sesuatu; 11) mencari penjelasan sebanyak
mungkin apabila memungkinkan; 12) bersikap secara sistematis dan teratur
dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah; dan 13) peka terhadap tingkat
keilmuan dan keahlian orang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Menurut Beyer dalam Hassoubah (2007), keterampilan berpikir kritis
adalah keterampilan untuk: 1) menentukan kredibilitas suatu sumber; 2)
membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan; 3) membedakan fakta
dari penilaian; 4) mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak
terucapkan; 5) mengidentifikasi bias yang ada; 6) mengidentifikasi sudut
pandang; dan 7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung
pengakuan.
Berpikir kritis merupakan faktor internal yang masing-masing siswa
memiliki tingkat berpikir kritis yang berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan
oleh guru dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan. Namun
belum semua guru dalam menentukan metode pembelajaran memperhatikan
faktor internal berpikir kritis.
Proses atau jalannya berpikir terdiri atas tiga langkah, yaitu: pembentukan
pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan atau pembentukan
keputusan. Pengertian menurut Sumadi (2005) dibentuk melalui empat tingkat
sebagai berikut: 1) menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis dengan
memperhatikan unsur-unsur dari objek tersebut; 2) membandingkan ciri tersebut
untuk mengetahui ciri-ciri yang sama dan yang tidak sama; dan 3)
mengabstraksikan ciri-ciri tersebut dengan cara menyisihkan ciri-ciri yang tidak
samadan menangkap ciri-ciri yang sama.
Pembentukan pendapat berarti meletakkan hubungan antara dua buah
pengertian atau lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Ketiga jenis
pendapat tersebut dijelaskan oleh Sumadi (2005) sebagai berikut: 1) pendapat
afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang secara tegas menyatakan keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
sesuatu; 2) pendapat negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan
tentang tidak adanya sesuatu hal; dan 3) pendapat modalitas, yaitu pendapat yang
menerangkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal.
Pemecahan masalah melalui proses berpikir akan menghasilkan suatu
keputusan. Keputusan dapat diartikan sebagai hasil perbuatan akal untuk
membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
Keputusan menurut Sumadi (2005) terdiri atas tiga macam sebagaimana berikut
ini: 1) keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat
khusus menuju ke satu pendapat umum; 2) keputusan deduktif ditarik dari hal
yang umum ke hal yang khusus; dan 3) keputusan analogis, yaitu keputusan yang
diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-
pendapat khusus yang telah ada.
Definisi mengenai berpikir kritis itu sendiri telah banyak ditawarkan.
Menurut Martinis (2008) keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan
individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan
memberikan interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis
asumsi dan bias dari argumen, dan interpretasi logis. DePorter dan Hernacki
(2007) menjelaskan berpikir kritis berarti berlatih atau memasukkan penilaian
yang cermat, seperti menilai kelayakan suatu gagasan atau produk.
Pada penelitian ini, tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan ialah
tes keterampilan berpikir kritis belajar Fisika yang indikatornya ditentukan
peneliti sesuai dengan referensi yang ada dengan disesuaikan kondisi siswa di
sekolah sebagai berikut: (1) Menemukan permasalahan pada materi yang
dipelajari; (2) Menemukan masalah dalam kehidupan seari-hari yang terkait
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dengan materi yang dipelajari; (3) Mampu mengambil tindakan yang tepat
berdasarkan data/informasi yang diperoleh untuk digunakan dalam memecahkan
masalah; (4) Mengaitkan fakta, ide, atau pandangan serta mampu mengemukakan
informasi baru berdasarkan data yang telah dikumpulkan untuk memecahkan
permasalahan pada saat diskusi; (5) Mengajukan pertanyaan pada guru mengenai
hal-hal yang kurang dimengerti dalam materi pelajaran dengan baik; (6)
Mengajukan pertanyaan pada guru mengenai hal-hal yang kurang dimengerti
dalam materi pelajaran dengan pertanyaan yang tergolong high order thingking
(analisis, sintesis, dan evaluasi); (7) Menjawab pertanyaan guru atau teman
dengan baik dan benar; (8) Menjawab pertanyaan guru atau teman dengan baik
dan menjelaskan alasannya; (9) Mampu membuat kesimpulan dengan jelas dan
sesuai dengan tujuan kegiatan; (10) Berpikir dengan tingkat keterampilan berpikir
high order thinking (analisis, sintesis, dan evaluasi).
8. Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu
akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh
seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu
dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar
menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu
harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik.
Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu dalam
mengerjakan sesuatu.
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi
lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada
hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut
Poerwodarminto (1991), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan,
dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil
penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan
yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi
belajar Fisika adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara
langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar
mengajar Fisika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
9. Hakekat Fisika
Sains merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam .
Sains didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena
alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang
dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa sains merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan
biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif,
yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-
gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika merupakan ilmu
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip
dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam
metode ilmiah.
Menurut Piaget dalam Paul Suparno (2
dengan mengerjakan atau bertindak dengan inderanya. Pengetahuan fisis ini
didapat dari abstraksi langsung akan suatu objek. Oleh karena itu, untuk
mempelajari fisika dan membentuk pengetahuan tentang fisika diperlukan kontak
langsung dengan objek yang ingin diketahui. Hal inilah yang mendasari
pentingnya penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran fisika, siswa dapat
mengamati, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan.
Fisika sebagai bagian dari sains memiliki dua sisi yaitu sebagai proses dan
sisi lain sebagai produk. Proses merupakan upaya pengumpulan dan penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
bukti untuk menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya
berupa gagasan imajinatif dan gagasan itu akan tetap sebagai gagasan imajinatif
selama belum bisa menyajikan sejumlah bukti. Penggunaan bukti sangat pokok
dalam kegiatan sains termasuk fisika. Oleh karena melalui kegiatan inkuiri siswa
diharapkan dapat menemukan produk sains berupa konsep, teori dan prinsip serta
dapat mengembangkan proses sehingga sikap ilmiah siswa dapat berkembang.
Penemuan konsep juga dapat diperoleh melalui cara berpikir siswa dengan cara
memodifikasi permasalahan yang dihadapi.
10. Materi Listrik Dinamik
Materi listrik dinamik merupakan salah satu materi pelajaran fisika yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran materi listrik dinamik
melibatkan siswa untuk mempelajarinya secara langsung dengan memperhatikan,
mengamati, menyalidiki, dan menganalisis lingkungan di sekitar mereka. Dengan
demikian siswa dapat membangun sendiri konsep mengenai listrik dinamik. Hal
Ini sesuai dengan metode pembelajaran dengan berbasis masalah (Problem Based
Learning) yang menuntut siswa mengatasi/mengambil keputusan dari suatu
permasalahan yang di pelajari. Metode PBL problem solving dan PBL problem
posing digunakan dalam materi ini memungkinkan siswa berlatih untuk
memecahkan masalah yang dipelajari.
a. Besaran-besaran Listrik
1) Kuat Arus Listrik
Konsep listrik tidak akan terlepas dari istilah kuat arus listrik. Kuat arus
listrik disebut juga arus listrik. Besaran arus listrik inilah yang menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
peralatan-peralatan listrik dapat difungsikan. Arus listrik muncul dari muatan
listrik yang ada pada benda. Hubungan kuat arus dan muatan sebagai berikut.
Persamaannya sebagai berikut:
dtdQ
I
Dengan,
I = kuat arus, ampere (A)
Q = muatan listrik, coulomb (C)
t = waktu, sekon (s)
Besarnya muatan listrik (Q) ditulis dalam bentuk persamaan:
Dengan,
Q = muatan listrik, satuan coulomb
ne = jumlah elektron
qe = nilai muatan 1 elektron; 1,6 x 10-19 C
Besar muatan listrik total dari suatu jumlah pembawa muatan (n) yang melewati
sebuah konduktor dengan luas penampang (A) dan konduktor sepanjang (X),
ditulis dalam bentuk persamaan:
Dengan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Qt = muatan listrik total
ne = jumlah pembawa muatan
qe = nilai muatan satu elektron
A = Luas penampang konduktor
X = panjang konduktor
Besar kuat arus rata-rata (Ir) dari suatu jumlah pembawa muatan(n) yang melewati
konduktor dengan penampang (A) sepanjang (X) dapat ditulis dengan persamaan:
Dengan,
t = waktu, sekon
atau dapat ditulis dengan persamaan:
Dengan,
v = kelajuan rata-rata/kelajuan hanyut
2) Tegangan Listrik
Tegangan listrik menggambarkan kemampuan untuk mengalirkan arus
listrik. Tegangan listrik harus dimiliki oleh peralatan sumber tegangan listrik.
Istilah lain dari tegangan listrik yaitu potensial listrik. Besaran ini mempunyai
satuan volt (V). Tegangan listrik dapat berupa DC atau AC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3) Hambatan
Hambatan atau resistansi merupakan besaran yang mampu menghalangi
aliran arus listrik dan nilai tegangan listrik. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat
dipahami bahwa nilai hambatan yang besar di suatu penghantar akan
menyebabkan berkurangnya nilai arus listrik yang melewatinya. Sebaliknya,
semakin kecil nilai hambatan di suatu penghantar, semakin mudah pula arus listrik
melewati penghantar tersebut. Hambatan listrik mempunyai bentuk yang
bermacam-macam. Bentuk hambatan listrik kawat penghantar atau kabel listrik,
4) Alat Ukur Besaran Listrik
Manusia mampu membuat alat yang dapat mengukur nilai besaran-
besaran listrik. Besaran kuat arus listrik dapat diukur menggunakan amperemeter.
Alat ini dipasang secara seri dalam sebuah rangkaian. Salah satu skala pada
amperemeter diperlihatkan seperti Gambar 2.1b.
Gambar 2.1 Amperemeter dan Cara Pemasangannya
Cara membaca arus yang masuk kealat tersebut dicontohkan sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
jangkauanmaksimumnilai
skalapadanilaiarusKuat
skala
mAmA 450500109
Alat ukur tegangan listrik adalah voltmeter. Voltmeter dipasang secara
pararel untuk mengukur tegangan suatu rangkaian.
Gambar 2.2 Voltmeter dan Cara Pemasangannya
Pembacaan skala pada voltmeter analog dengan skala pada amperemeter
Pengukuran selanjutnya dilakukan pada besaran hambatan. Peralatan ukur
hambatan yaitu ohmmeter. Pada saat ini pengukuran hambatan lebih sering
menggunakan alat yang disebut multimeter. Alat ini merupakan gabungan antara
amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter.
Gambar 2.3 Multimeter
Adapun cara membaca skala pada multimeter sama dengan membaca skala
pada ampermeter dan voltmeter.
V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b) Mengenal Rangkaian Listrik
1) Pengertian Rangkaian Listrik
Rangkaian listrik yaitu kumpulan komponen elektronik yang tersusun
dalam suatu jaringan. Setidaknya ada tujuh buah komponen elektronik dalam
suatu rangkaian listrik. Dua di antaranya yaitu sumber tegangan dan resistor. Dua
komponen inilah yang memunculkan besaran tegangan listrik, kuat arus, dan
hambatan.
2) Alat Penghasil Sumber Tegangan
Salah satu komponen penting dalam rangkaian listrik yaitu alat penghasil
sumber tegangan. Di dalam alat ini dapat diciptakan beda tegangan yang akan
menghasilkan arus listrik.
Salah satu jenis tegangan listrik adalah DC (Direct Current). Jenis listrik
ini menghasilkan arus listrik yang konstan. Listrik DC dihasilkan dari sumber
tegangan DC, diantaranya baterai dan aki. Sumber tegangan ini ada yang habis
sekali pakai, ada juga yang dapat diisi ulang. Sumber listrik DC inilah yang kita
maksudkan ketika berbicara mengenai rangkaian listrik sederhana.
3) Hambatan Listrik dan Hukum Ohm
Pengertian mengenai hambatan beserta contohnya dalam suatu rangkaian
telah disampaikan di depan. Di bagian ini akan dipelajari hubungan antara besaran
kuat arus, beda tegangan dengan hambatan listrik. Hubungan ketiganya lebih
suatu penghantar sebanding dengan beda potensial dan berbanding terbalik
p hukum Ohm dapat ditulis dalam bentuk
persamaan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
RV
I
Dengan,
I = kuat arus listrik (ampere)
V = tegangan listrik (volt)
R = hambatan (ohm)
Nilai hambatan pada suatu penghantar ditentukan oleh panjang
penghantar, luas penampang penghantar, serta hambatan jenis dari penghantar.
Persamaan hubungan besaran-besaran tersebut dapat ditulis:
Al
R Dengan,
R = Hambatan pengantar (ohm)
= hambatan jenis penghantar (ohm meter)
l = panjang penghantar (meter)
A = luas penampang penghantar (m2)
4) Resistor
Hambatan dapat berada di seluruh komponen listrik, baik di sumber tegangan,
kawat penghantar, maupun peralatan listrik. Namun, ada benda elektronik yang
bertugas sebagai hambatan, alat ini biasa disebut dengan istilah resistor. Resistor
dapat berupa resistor tetap dan resistor tidak tetap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
5) Metode Susunan Komponen Elektronik
Komponen elektronik seperti sumber tegangan dan resistor mempunyai
metode khusus dalam merangkainya. Metode tersebut sebagai berikut.
a) Susunan Rangkaian Seri
Merangkai seri maksudnya menyambungkan kaki-kaki yang
polaritasnya berbeda dari komponen elektronik.
i) Susunan Seri Sumber Tegangan
Sumber tegangan dapat dirangkai seri. Simbol elektronik untuk
rangkaian seperti gambar berikut.
Gambar 2.4 Simbol Rangkaian Seri Sumber Tegangan
Nilai tegangan dari cara merangkai secara seri merupakan
penjumlahan nilai masing-masing sumber tegangan. Persamaannya
sebagai berikut.
n
n
kkS EEEEE 21
1
Dengan,
Es = nilai tegangan
total seri (volt)
menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
n = jumlah sumber
tegangan
Nilai hambatan dalam total dari masing-masing sumber tegangan
dirumuskan sebagai berikut.
n
n
kkS rrrrr 21
1
Dengan,
rs
n = jumlah sumber tegangan
ii) Susunan Seri Resistor
Resistor dapat dirangkai secara seri.
Gambar 2.5 Simbol Rangkaian Seri Resistor
Nilai hambatan dari hasil rangkaian seri ini disebut hambatan
ekuivalen (Rek) atau hambatan seri (Rs) persamaan dapat ditulis:
n
kksek RRR
1
Pada rangkaian hambatan seri berlaku hal-hal berikut:
nS
ns
VVVV
IIII
...21
21
menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b) Susunan Rangkaian Pararel
Merangkai paralel maksudnya yaitu menyambungkan kaki-kaki yang
polaritasnya sama dari komponen elektronik.
i) Susunan Paralel Sumber Tegangan
menjadi
Gambar 2.6 Simbol Rangkaian Paralel Sumber Tegangan
Nilai susunan paralel dari sumber tegangan mempunyai nilai tegangan
dan hambatan dalam yang sama yaitu :
EE p
Hambatan dalam total bernilai :
rrrrp
1111
ii) Susunan Paralel Resistor
Seperti halnya pada sumber tegangan resistor dapat disusun secara
paralel.
Eprp Er
Er
Er
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 2.7 Simbol Rangkaian Paralel Resistor
Nilai R yang disusun paralel yaitu :
N
k kp RR 1
11
Pada rangkaian hambatan paralel berlaku hal-hal berikut.
np
np
VVVV
IIII
21
21 ...
c) Susunan Resistor Rangkaian Delta
Resistor yang berjumlah lebih dari satu dapat dirangkai baik secara
seri maupun paralel. Selain kedua jenis rangkaian tersebut (seri dan
paralel) ada suatu rangkaian yang dikenal sebagai rangkaian delta seperti
Gambar 2.8.
menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gambar 2.8 Susunan Rangkaian Delta
Rangkaian di atas sangat sulit untuk diselesaikan secara langsung
menggunakan hitungan resistor seri maupun paralel.
Salah satu solusi untuk mencari nilai Rgabungan rangkaian tersebut yaitu
dengan transformasi Delta-Bintang seperti Gambar 2.9. metode Delta-
Bintang memunculkan R1-2, R3-1, R2-3. Nilai tiap-tiap resistor dari
rangkaian tersebut sebagai berikut.
321
2121 RRR
RRR
321
1313 RRR
RRR
321
3232 RRR
RRR
Transformasinya yaitu:
32
1332211 R
RRRR
13
1332212 R
RRRR
21
1332213 R
RRRR
Gambar 2.9
Transformasi Delta Bintang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
d) Susunan Resistor Jembatan Wheatstone
Ada satu lagi susunan resistor yang tidak bias diselesaikan secara
langsung dengan metode seri maupun dengan metode paralel. Susunan
tersebut seperti pada Gambar 2.10.
Gambar 2.10 Rangkaian Resistor yang Cukup Rumit
Rangkaian di atas disebut susunan Jembatan Wheatstone, jika nilai
perkalian dua resistor yang berhadapan sama.
Berdasarkan syarat itu nilai R1R3 harus sama dengan nilai R2R4. Jika
syarat ini terpenuhi, berlakulah susunan Jembatan Wheatstone. Susunan ini
menyatakan bahwa nilai R5 dianggap tidak ada serta tidak dialiri arus
listrik.
Perhitungan susunan ini dapat diselesaikan dengan susunan rangkaian
seri dan paralel. Nilai total rangkaian resistor tersebut menjadi:
3421
111RRRRRtotal
Hambatan sebanding dengan panjang, untuk bahan hambatan dengan
luas penampang sama maka dapat digunakan metode Jembatan
Wheatstone.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar 2.11 Pengukuran Hambatan dengan Metode Jembatan Wheatstone
Persamaannya sebagai berikut.
SSK Rl
lR
R
RR
1
2
1
2
Dengan :
R5
RK
l1,l2= panjang kawat (m)
6) Besaran dalam Rangkaian Listrik
Besaran-besaran dalam rangkaian listrik akan dijelaskan sebagai berikut.
a) Kuat Arus Listrik
Nilai kuat arus listrik menyatakan banyaknya muatan listrik yang
menembus luasan penghantar tiap satuan waktu.
b) Tegangan Listrik
Pada sumber tegangan real, hambatan dalam menyebabkan adanya
perbedaan nilai antara tegangan yag dihasilkan sumber atau ggl dengan
tegangan yang terukur oleh voltmeter. Tegangan ini biasa dinamakan
tegangan jepit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tegangan antara titik A dan B dirumuskan:
rAB IEV
Dengan,
VAB = tegangan jepit (V)
E = sumber tegangan (V)
I = arus listrik (A)
r = hambatan dalam (ohm)
Gambar 2.12 Tegangan Jepit
c) Energi Listrik
Energi listrik tidak dapat dilihat, tetapi dapat diukur. Energi listrik yang
digunakan oleh suatu peralatan listrik dapat diukur dengan persamaan :
PtW
Dengan,
W = energy listrik (joule atau kWh)
t = waktu (sekon)
P = daya listrik (watt)
d) Daya Listrik
Daya listrik merupakan laju energi listrik persatuan waktu. Secara
matematis dinyatakan sebagai berikut.
RV
RIVIP2
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pada sebuah alat yang tertulis P1 dan V1, namun dipasang pada tegangan
V2, maka daya yang digunakan sebesar :
1
2
1
22 P
V
VP
Dengan,
P1 = daya yang tertulis pada peralatan (W)
P2 = daya sesungguhnya yang diserap peralatan
(W)
V1 = tegangan yang tertulis pada peralatan (V)
V2 = tegangan sesungguhnya yang diberikan
kepada peralatan (V)
Hubungan antara watt, joule, dan kilo Watt hour (kWh) dapat dituliskan
sebagai berikut.
1 watt = 1 joule/sekon
1 joule = 1 watt sekon
1 kWh = 3,6 x 106 J
7) Analisis Rangkaian Listrik
Rangkaian listrik merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Bekal
yang harus dipersiapkan yaitu pemahaman tentang hukum Ohm dan hukum
Kirchhoff.
a) Hukum Kirchhoff
Hukum Kirchhoff membahas nilai kuat arus maupun
tegagan dalam suatu rangkaian listrik. Ada dua hukum Kirchhoff
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
yang akan dibahas saat ini, yaitu hukum I Kirchhoff tentang
pembagian arus serta hukum II Kirchhoff tentang tegangan.
Hukum I Kirchhoff digambarkan seperti Gambar 2.13. arus listrik
masuk dan keluar dari suatu percabangan. Nilai arus yang masuk
dan keluar ini dapat dijelaskan dengan konsep hukum I Kirchhoff.
Hukum ini juga disebut (KCL).
Gambar 2.13 Gambar Arus yang Mengalir dalam Percabangan
Hukum I Kirchhoff menjelaskan sebagai berikut:
(titik) percabangan bernilai
Konsep hukum I Kirchhoff ini lalu diterjemahkan dengan
persamaan berikut.
Dengan persamaan di atas, ilustrasi sebaran arus pada Gambar 2.13
dapat dituliskan sebagai berikut.
5422154321 sehingga ,0 IIIIIIIIII
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dari konsep yang sederhana ini dapat membantu memecahkan
berbagai permasalahan yang berhubungan dengan pembagian arus
dalam rangkaian listrik.
Selain permasalahan pembagian arus, hukum Kirchhoff juga
menjelaskan mengenai nilai tegangan pada suatu rangkaian listrik.
Hukum yang menjelaskan nilai tegangan dalam rangkaian listrik
dikenal dengan hukum II Kirchhoff yang berbunyi:
Tegangan yang dimaksud dalam hukum tersebut yaitu tegangan
dari sumber tegagan (E) maupun tegangan pada beban (V). Konsep
di atas dirumuskan sebagai berikut.
N
kk
N
kk VE
11
0
Hukum II Kirchhoff ini disebut juga sebagai
Law (KVL). KVL sering digunakan dalam konsep rangkaian listrik
tertutup (loop/mesh).
b) Rangkaian Listrik Tertutup (Loop) Tunggal
Rangkaian listrik tertutup (loop) dapat dicontohkan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 2.14 Rangkaian Listrik Tertutup (Loop) Tunggal
Beberapa hal yang terkait dengan masalah rangkaian sebagai
berikut:
i) Arah arus listrik di dalam sumber tegangan yaitu dari kutub
negatif ke positif, sedangkan di luar sumber tegangan yaitu dari
kutub positif ke negatif.
ii) Penentuan arah loop bebas, tetapi ada beberapa ketentuannya.
Jika arah loop berarah sama dengan kuat arus listrik, penulisan
kuat arusnya positif (+). Sebaliknya, jika arah loop berlawanan
dengan arah kuat arus listrik, penulisan kuat arusnya negatif (-).
iii) Arah loop juga berpengaruh terhadap penulisan tegangan
listrik. Tegangan bernilai positif jika arah loop pertama kali
menyentuh kutub positif. Sebaliknya, jika arah loop pertama
kali menyentuh kutub negatif, nilai tegangannya negatif.
c) Rangkaian Listrik Tertutup (Loop) Majemuk.
Rangkaian listrik majemuk mirip dengan rangkaian listrik tertutup
(loop) tunggal. Perbedaan terletak pada jumlah loop yaitu lebih
dari satu. Contoh mesh dengan dua loop sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 2.15 Rangkaian Listrik Tertutup (loop) Majemuk
Uraian arus dan tegangan pada dua loop
i) Pada loop I
Menurut hukum I dan II Kirchhoff didapatkan :
ii) Pada loop II
Menurut hukum I dan II Kirchhoff didapatkan :
Dari dua loop tersebut akan didapatkan dua persamaan yang
dapat digunakan untuk mencari nilai arus dalam rangkaian
tersebut. Metode yang digunakan dikenal sebagai eliminasi
substitusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
1. Tantri Mayasari (2008) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah
dengan memperhatikan keterampilan berpikir kritis siswa dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Relevansi penelitian yang dilakukan
Tantri Mayasari (2008) dengan penelitian ini terletak pada variabel
moderator, yaitu: keterampilan berpikir kritis siswa. Perbedaannya adalah
penelitian yang dilakukan Tantri Mayasari (2008) menggunakan variabel
bebas model pembelajaran yang terdiri atas model pembelajaran PBI dan
SSCS, sedangkan penelitian ini menggunakan variabel bebas metode
pembelajaran yang terdiri atas metode PBL problem solving dan PBL
problem posing.
2. Penelitian Akhmad Naparin dan Ratna Yulinda (2008), mencari interaksi
pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah dan pendekatan problem
posing dalam pembelajaran melalui studi pustaka, kemudian menerapkannya
dalam sebuah penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini, proses problem
solving dilakukan dengan pendekatan problem posing, pendekatan
pembelajaran berdasarkan masalah, problem solution, dan komunikasi. Hasil
wa dan pengurangan
dominasi guru dalam pembelajaran. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilaksanakan ialah penggunaan pendekatan
pembelajaran berdasarkan masalah atau lebih dikenal Problem Based
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Learning (PBL) dan pendekatan problem posing. Jika penelitian ini mencari
interaksi antara keduanya, penelitian yang akan dilaksanakan
membandingkan pendekatan tersebut. Jika penelitian Akhmad Naparin dan
Ratna Yulinda merupakan penelitian kualitatif, penelitian selanjutnya ialah
penelitian kuantitatif dengan membandingkan pendekatan PBL dengan
problem solving dan problem posing dengan memperhatikan dua faktor
internal siswa yaitu kreativitas dan keterampilan berpikir kritis.
3. Penelitian Osman Cankoy dan Sitkiye Darbaz (2011) tentang efek problem
posing berdasarkan pembelajaran problem solving dalam memahami
permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penampilan
siswa dalam memahami masalah matematis. Setelah diberi tes pemahaman
awal, siswa dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen diberi perlakuan problem posing berdasarkan pembelajaran
problem solving, sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran
problem solving tradisional. Dalam waktu 10 minggu diberi perlakuan,
kemudian diberi post test pemahaman masalah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa skor pemahaman masalah siswa kelas eksperimen lebih baik daripada
siswa kelas kontrol dalam semua dimensi (mengungkapkan kembali,
memvisualisasikan, dan penjelasan kualitatif). Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilaksanakan ialah penggunaan problem posing
dan problem solving. PBL mengajarkan problem solving dan inquiry.
Penelitian ini membandingkan dua pendekatan tersebut dan menunjukkan
bahwa problem posing memberikan hasil yang lebih baik. Kelemahan
penelitian ini ialah belum diperhatikannya faktor internal siswa yang bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dijadikan sebagai variabel moderator. Dalam penelitian lebih lanjut, akan
dibandingkan pendekatan problem solving dan problem posing dengan
memperhatikan faktor internal siswa berupa kreatifitas dan keterampilan
berpikir kritis.
4. Penelitian Oon-Seng Tan, Stefanie Chye, dan Chua-Tee Teo (2009)
melakukan penelitian pustaka yang dilaksanakan selama 9 tahun (2000-2008)
untuk menjelaskan efektivitas PBL dalam mengembangkan kreativitas siswa.
Hasil eksplorasi pustaka ini menunjukkan indikasi bahwa meskipun ada
sebuah kumpulan tulisan yang mempelajari efek positif PBL, kekakuan
akademik dan kualitasnya dipertanyakan. Perhatian seharusnya kemudian
dilatihkan dalam memproklamasikan PBL sebagai suatu tambahan untuk
kekurangan sistem pendidikan dalam memelihara kreativitas siswa. Dapat
disimpulkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut untuk kemajuan
pengetahuan. Sebagai tindak lanjut penelitian ini, akan dikembangkan sebuah
penelitian lebih lanjut yaitu membandingkan problem solving dengan
problem posing. Jika penelitian ini menunjukkan kaitan PBL dengan
kreativitas, maka untuk penelitian selanjutnya, kreatifitas siswa sebagai faktor
internal siswa akan diperhatikan sebagai variabel moderator. Sedangkan
untuk pendekatan yang ditawarkan lebih lanjut, problem posing, akan
memerlukan keterampilan berpikir kritis sebagai faktor internal yang
diperhatikan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Murdiana (2009) tentang studi komparasi
pembelajaran problem posing dan problem solving. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan prestasi belajar antara metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pembelajaran problem posing dengan metode problem solving. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran problem posing
lebih efektif daripada problem solving. Sebagai tindak lanjut penelitian ini,
akan dikembangkan sebuah penelitian lebih lanjut yaitu membandingkan
problem solving dengan problem posing, jika penelitian ini bertujuan hanya
untuk membandingkan kedua metode, maka pada penelitian yang akan
dilakukan ini juga untuk membandingkan kedua metode tapi dikaitkan
hubungannya dengan faktor internal siswa yaitu kreativitas dan keterampilan
berpikir siswa.
6. Mustapha, R dan Laila (2011) melakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa.
Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji sikap siswa dalam meningkatkan
pemahaman siswa dan membuat pembelajaran yang lebih bermakna. Sikap
siswa menjadi lebih positif berkaitan dengan PBL. Dalam pertanyaan terbuka,
responden mengatakan bahwa mereka menyukai kegiatan kolaboratif dan
pemecahan masalah. Bedanya dengan penelitian yang akan dilakukan
bertujuan untuk menguji pengaruh PBL problem solving dan PBL problem
posing dikaitkan dengan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis terhadap
prestasi belajar siswa.
7. Awang, H dan Ramli (2008) menyajikan makalah pendekatan berpikir kreatif
untuk menerapkan Pembelajaran berbasis masalah dalam Mekanika Struktur
dalam lingkungan Politeknik Malaysia. Dalam proses pembelajaran, siswa
belajar bagaimana menganalisis masalah yang diberikan antar mahasiswa
dan diselasaikan melalui diskusi kelas dan eksperimen. Selanjutnya, melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
penekanan ini tentu saja pada pembelajaran berbasis masalah, siswa
memperoleh keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan profesional
karena mereka harus berpikir kompleks, interdisipliner dan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Setelah ide-ide kreatif yang dihasilkan, ada teknik
tambahan yang berguna untuk ide-ide tender yang akan tumbuh menjadi
sebuah konsep produktif atau solusi. Kombinasi keterampilan kreatif dan
kemampuan teknis akan memungkinkan para siswa untuk siap di terima di
industri ketika mereka lulus. Persamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah pada proses pembelajaran, pembelajaran dilakukan dengan
cara siswa diberi masalah/diminta mengajukan masalah selanjutnya masalah
tersebut harus diselesaikan oleh siswa secara berkelompok dengan desain
sendiri melalui eksperimen.
8. Ramirez (2008) meneliti efek dari aktivitas kreatif dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa pada kemampuan kimia siswa SMA. Enam puluh (60)
siswa ditugaskan secara acak ke dalam kelompok Instruksi dengan Kegiatan
Kreatif (ICA) dan kelompok Instruksi dengan Tidak Kreatif Kegiatan
(INCA). Berbagai kegiatan kreatif dimasukkan ke empat belas pelajaran dari
kelompok (ICA) dalam intervensi yang berlangsung selama sepuluh minggu.
Kelompok Kegiatan Kreatif (ICA) diperkirakan memiliki skor rata-rata yang
lebih tinggi dalam Tes Kimia. Namun, ada perbedaan yang signifikan
ditemukan antara skor posttest rata-rata dari ICA dan INCA dalam
kemampuan kimia. Selain itu, tidak ada perbedaan signifikan yang
ditemukan antara rata-rata skor dari pre-test ke post-test dari kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
kelompok. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
kreativitas dan ketrampilan berpikir kritis merupakan faktor internal siswa
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran dengan PBL problem
solving dan PBL problem posing.
C. Kerangka Berpikir
Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMA N 6 Madiun terus
dilakukan, khususnya dalam pembelajaran Fisika diantaranya dengan terus
mengikutkan diklat, workshop, baik di tingkat kota maupun propinsi untuk
menambah pengetahuan guru, utamanya pada metode pembelajaran.
Meskipun diklat sudah dilakukan oleh guru, namun pembelajaran fisika di
SMA N 6 Madiun masih monoton. Akibatnya siswa tidak suka dengan pelajaran
fisika, siswa bosan, sehingga prestasi yang diperoleh belum sesuai dengan yang
diharapkan.
Proses pembelajaran Fisika khususnya Listrik Dinamik, adalah materi
yang banyak dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari, banyak masalah yang
sering mereka jumpai dalam kehidupan, sehingga siswa perlu dilatih untuk
menyelesaikan dan merumuskan masalah Listrik Dinamik.
Tidak semua siswa mempunyai faktor internal tingkat kreativitas yang
sama, selama ini belum diperhatikan oleh guru. Keterampilan berpikir kritis
merupakan faktor internal yang masing-masing siswa memiliki tingkat berpikir
kritis yang berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan oleh guru dalam
menentukan metode pembelajaran yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasakan hal tersebut, diuraikan kerangka berpikir penelitian ini sebagai
berikut:
1. Pengaruh metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap
prestasi belajar
Materi Listrik Dinamik adalah materi yang abstrak namun efeknya
banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran yang
dilakukan dengan melibatkan siswa dalam bentuk penyelesaian masalah yaitu
dengan PBL problem solving dan PBL problem posing, akan memberikan
pengaruh terhadap prestasi belajarnya. Dengan pemikiran bahwa, PBL problem
solving adalah suatu metode pembelajaran dengan cara siswa diminta untuk
memecahkan masalah dengan eksperimen yang mereka desain sendiri dan
masalah sudah dirumuskan oleh guru. Sedangkan PBL problem posing adalah
suatu metode pembelajaran siswa diminta untuk memecahkan masalah dengan
eksperimen yang mereka desain sendiri dan masalah dirumuskan sendiri oleh
siswa. Pembelajaran dengan PBL problem posing siswa dituntut untuk berpikir
lebih keras untuk merumuskan suatu masalah dan memungkinkan pemikiran
siswa lebih berkembang dan menghasilkan banyak masalah yang diperoleh.
Menurut Piaget siswa SMA tergolong pada fase operasional formal dimana pada
fase ini anak sudah bisa berpikir abstrak, maka diduga pembelajaran dengan PBL
problem posing akan memperoleh prestasi yang lebih tinggi dibanding dengan
pembelajaran dengan PBL problem solving.
2. Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Kreativitas adalah kemampuan dalam menggunakan pikiran (cognitive)
untuk menemukan sesuatu yang baru dan memecahkan masalah dengan cara-cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yang berbeda dari yang sudah ada. Kreativitas menuntun pada penemuan tingkat
ilmiah, gerakan baru pada bidang seni, penciptaan baru, dan program-program
baru.
Ciri-ciri siswa yang kreativitasnya tinggi: (a) kemampuan membuat
modifikasi dari sesuatu yang baru dan asli yang sudah ada; (b) merupakan proses
mental yang unik untuk memproduksi sesuatu yang baru, berbeda, dan asli serta
menekankan pada proses, bukan produk. Kemampuan-kemampuan ini jelas tidak
dimiliki oleh semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan
kreatif. Kreativitas merupakan suatu proses, aktivitas, dan modifikasi yang baru,
sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti
maknanya.
Siswa yang kreativitas tinggi, akan bersikap aktif mencari informasi
terkait dengan materi pelajaran. Sehingga siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi di duga akan mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi.
3. Pengaruh keterampilan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar
Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan individu dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan
interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias
dari argumen, dan interpretasi logis. Siswa dengan keterampilan berpikir kritis
tinggi ditandai dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan baru serta
perbaikan sikap sebagai hasil dari pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut.
Beberapa bentuk kecendrungan berpikir kritis, antara lain: 1) mencari pernyataan
yang jelas dari setiap pertanyaan; 2) mencari alasan; 3) berusaha mencari
informasi dengan baik; 4) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
menyebutkannya; 5) memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; 6)
berusaha tetap relevan dengan ide utama; 7) mengingat kepentingan yang asli dan
mendasar; 8) mencari alternatif; 9) bersikap dan berpikir terbuka; 10) mengambil
posisi ketika ada bukti yang cukup kuat untuk melakukan sesuatu; 11) mencari
penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan; 12) bersikap secara
sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah; dan 13)
peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain. Dari ciri-ciri siswa yang
memiliki keterampilan berpikir kristis diatas, diduga siswa yang mempunyai
keterampilan berpikir kritis tinggi akan mempunyai prestasi belajar yang lebih
tinggi. 4. Interaksi antara kreativitas siswa dengan keterampilan berpikir kritis siswa
terhadap prestasi belajar.
Kreativitas merupakan suatu proses, aktivitas, dan modifikasi yang baru,
sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti
maknanya.
Keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan individu dalam
menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisa argumen dan memberikan
interpretasi berdasakan persepsi yang benar dan rasional, analisis asumsi dan bias
dari argumen, dan interpretasi logis.
Kreativitas dan keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan internal
yang dimiliki siswa, keduanya merupakan faktor internal yang positip. Jika
pembelajaran dilakukan didasarkan pada faktor internal siswa secara optimal
maka diduga yang memiliki kreativitas tinggi dan keterampilan berpikir tinggi
akan memberikan pengaruh yang bersamaan terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
5. Interaksi antara kreativitas siswa dengan metode pembelajaran PBL problem
solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar.
Penerapan metode PBL problem solving dan PBL problem posing yang sama-
sama berbasis masalah, dengan memperhatikan faktor internal masing-masing
siswa diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar. Pembelajaran dengan PBL
problem solving dan PBL problem posing dengan memperhatikan kreatitivitas
siswa, diduga akan memberikan pengaruh yang bersamaan terhadap prestasi
belajar siswa.
6. Interaksi antara keterampilan berpikir kritis dengan metode pembelajaran PBL
problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa.
Penerapan metode PBL problem solving dan PBL problem posing yang
sama-sama berbasis masalah, dengan memperhatikan faktor internal masing-
masing siswa diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar. Pembelajaran dengan
PBL problem solving dan PBL problem posing dengan memperhatikan
keterampilan berpikir kritis siswa, diduga akan memberikan pengaruh yang
bersamaan terhadap prestasi belajar siswa.
7. Interaksi antara kreativitas siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa
dengan metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing
terhadap prestasi belajar
Pembelajaran berbasis masalah dengan metode PBL problem solving dan PBL
problem posing dengan memperhatikan faktor internal siswa diantaranya
kreativitas dan keterampilan berpikir kritis diyakini akan mempengaruhi prestasi
belajar secara bersamaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. ada pengaruh antara metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL
problem posing terhadap prestasi belajar siswa.
2. ada pengaruh antara kreativitas siswa berkategori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa.
3. ada pengaruh antara keterampilan berpikir kritis siswa berkategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa.
4. ada interaksi antara kreativitas siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa
dengan prestasi belajar siswa.
5. ada interaksi antara kreativitas siswa dan pembelajaran dengan PBL problem
solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa.
6. ada interaksi antara keterampilan berpikir kritis siswa dan pembelajaran PBL
problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa.
7. ada interaksi antara kreativitas siswa, keterampilan berpikir kritis siswa dan
pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL problem posing dengan
prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Negeri 6 Madiun,
Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2012-2013 pada
bulan Juli- Agustus tahun 2012.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Penelitian ini melibatkan dua kelompok, yang diasumsikan memiliki
kemampuan dan prestasi belajar yang sama didasarkan pada nilai raport semester
2 tahun pelajaran 2011-2012. Kelompok eksperimen satu diberi perlakuan
pembelajaran Fisika dengan metode PBL problem solving, sedangkan kelompok
eksperimen yang lain diberi perlakuan pembelajaran Fisika dengan metode PBL
problem posing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA tahun
pelajaran 2012-2013. Teknik pengambilan sampel digunakan adalah cluster
random sampling populasi dipandang sebagai kelompok-kelompok. Undian
dilakukan menggunakan koin. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah
sebagai berikut:
1. Mengambil dua kelas secara random acak dengan cara undian untuk
menetukan kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dengan hasil XI IPA
2. dan XI IPA 3.
2. Setelah didapat dua kelas kemudian diundi kembali untuk menentukan kelas
yang diberi perlakuan dengan metode PBL problem solving dan metode PBL
problem posing. Hasil undian diperoleh kelas XI IPA 3 sebagai kelompok
eksperimen penerapan pembelajaran Fisika menggunakan metode PBL
problem solving, sedangkan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen
penerapan pembelajaran Fisika menggunakan metode PBL problem posing.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
faktorial 2 x 2 x 2. Desain faktorial penelitian seperti yang ditunjukkan tabel 3.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 3.1. Desain Faktorial Penelitian
Metode Pembelajaran
A1 A2
Kreatifitas (B) B1 A1B1 A2B1
B2 A1B2 A2B2 Keterampilan berpikir kritis (C) C1 A1C1 A2C1
C2 A1C2 A2C2
E. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang
terdiri atas metode PBL problem solving dan metode PBL problem posing. Kedua
metode pembelajaran tersebut berlandaskan konstruktivisme, keterampilan
memecahkan masalah, dan dapat dikerjakan siswa baik secara individu maupun
berkelompok.
a Definisi operasional
Metode PBL problem solving adalah metode pembelajaran yang
berorientasi pada pemecahan masalah, guru menyediakan permasalahan yang
berkaitan dengan materi listrik dinamik untuk dipecahkan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Metode PBL problem posing adalah metode pembelajaran yang berlandaskan
pada pemecahan masalah, permasalahan yang berkaitan dengan listrik dinamis
diajukan oleh siswa dan dipecahkan oleh siswa sendiri.
b. Skala Pengukuran
Metode pembelajaran berskala nominal dengan kategori metode PBL
problem solving dan PBL problem posing.
c. Indikator
Kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen I dan diberi pembelajaran
menggunakan metode PBL problem solving, sementara kelas XI IPA 2 sebagai
kelas eksperimen II dan diberi pembelajaran menggunakan metode PBL problem
posing.
2. Variabel moderator
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kreativitas dan
keterampilan berpikir kritis siswa. Kreativitas siswa diukur melalui angket
kreativitas siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa diukur menggunakan angket
keterampilan berpikir kritis siswa. Pengukuran melalui angket dilaksanakan
sebelum pemberian perlakuan.
a. Definisi operasional
Kreativitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
dalam menggunakan pikiran untuk menemukan sesuatu yang baru dan
memecahkan masalah dengan cara-cara yang berbeda dari yang sudah ada.
Keterampilan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keterampilan siswa mengidentifikasi masalah, menganalis masalah, keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
bertanya, keterampilan menjawab pertanyaan, tingkat keterampilan berpikir kritis
yang dimiliki siswa, dan menyusun kesimpulan.
b. Skala pengukuran
Kreativitas dan keterampilan berpikir kritis siswa berskala interval dengan
dua kategori, yaitu tinggi dan rendah.
c. Indikator
Kreativitas siswa berkategori tinggi jika skor
skor kreativitas siswa, sedangkan kreativitas siswa berkategori rendah jika skor
kreatifitas siswa < mean skor kreatifitas siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa
ean skor
keterampilan berpikir kritis siswa, sedangkan keterampilan berpikir kritis
berkategori rendah jika skor keterampilan berpikir kritis < mean skor
keterampilan berpikir kritis siswa.
3. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif siswa diukur melalui tes
dengan bentuk soal pilihan ganda. Pengukuran prestasi belajar kognitif
berdasarkan standar ketuntasan minimal mata pelajaran Fisika aspek afektif siswa
diukur melalui pedoman penilaian prestasi belajar afektif siswa. Sedangkan aspek
psikomotor siswa diukur melalui pengamatan pelaksanaan eksperimen cara siswa
menyelesaikan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
a. Definisi operasional
Prestasi belajar adalah skor yang diperoleh siswa melalui tes (prestasi
belajar kognitif siswa) dan melalui pedoman penilaian afektif siswa (prestasi
belajar afektif siswa) serta pengamatan langsung kemampuan merangkai alat-alat
(prestasi belajar psikomotor), yang menggambarkan tingkat penguasaan siswa
terhadap konsep-konsep materi listrik dinamis, setelah siswa diberi pembelajaran
menggunakan metode PBL problem solving dan metode PBL problem posing.
b. Skala pengukuran
Prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor, semuanya berskala
interval.
c. Indikator
Sebaliknya, siswa yang tergolong kelompok bawah jika skor prestasi belajar
siswa < mean prestasi belajar siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
dengan tes dan non tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau
pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh testi (orang yang dites) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
(perilaku) tertentu. Pada penelitian ini menggunakan beberapa bentuk tes yaitu tes
tertulis atau tes prestasi belajar fisika ranah kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Teknik nontes dengan menggunakan angket yang dilakukan sebelum, saat
proses belajar, dan sesudah proses belajar fisika pada materi listrik dinamik
dilakukan. Angket yang dilakukan sebelum proses belajar berlangsung dengan
tujuan untuk mengukur kreativitas dan keterampilan berpikir kritis siswa. Dan
angket pada saat proses belajar berlangsung dengan tujuan untuk mengukur
prestasi belajar fisika ranah psikomotor. Sedangkan angket yang dilakukan
sesudah proses belajar berlangsung dengan tujuan untuk mengukur prestasi
belajar fisika ranah afektif, untuk mendukung data dalam mendeskripsikan dan
melengkapi hasil penelitian ini.
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen pelaksanaan penelitian
Instrumen pelaksanaan penelitian terdiri atas: silabus, rancangan
pelaksanaan pembelajaran, dan LKS menggunakan metode PBL problem solving
dan PBL problem posing.
2. Instrumen pengambilan data
Instrumen pengambilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah angket kreativitas siswa, angket keterampilan berpikir kritis, angket
prestasi belajar afektif siswa, angket prestasi belajar psikomotor siswa, dan
prestasi belajar kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
H. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen penelitian ini mencakup uji validitas, uji reliabilitas, uji
taraf kesukaran, dan uji daya beda sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur yang seharusnya diukur (Sugiyono: 2009). Suatu tes harus dapat
mengukur kemampuan yang sudah dikuasai oleh anak.
Jenis validasi yang digunakan oleh peneliti adalah validitas isi atau content
validity dan validitas konstruksi (construct validity)
a) Validitas Isi
Validitas isi adalah sebuah validitas instrumen yang menunjukkan bahwa isi
dari instrumen yang disusun benar-benar dibuat berdasarkan literatur yang ada
dan mewakili setiap aspek yang akan diukur. Untuk mendapatkan validitas isi,
maka sebelum menyusun instrumen tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya dan
dikonsultasikan kepada orang yang ahli. Orang yang ahli dalam hal ini adalah
dosen pembimbing yang terdiri dari pembimbing 1 dan pembimbing 2, dan
validator Dr. Sarwanto, S.Pd, M.Si. Dosen Pendidikan Sains Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
b) Validitas Konstruksi
Validitas konstruksi adalah validitas sebuah instrumen yang menunjukkan
bahwa bentuk instrumen yang dipilih telah sesuai dengan yang akan diukur.
Untuk mendapatkan validitas konstruksi, dapat dilakukan dengan
mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing setiap langkah penyusunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
instrumen serta mengujicobakan instrumen tersebut sebelum digunakan sebagai
alat ukur.
Uji validitas instrumen tes prestasi belajar ranah kognitif adalah uji butir
soal (item) menggunakan persamaan korelasi product moment (rxy) dari Karl
Pearson, sebagai berikut :
dengan, rxy = Korelasi product moment Pearson
n = jumlah sampel
x = skor tiap item soal (dari subyek uji coba)
y = total skor (dari subyek uji coba)
dilakukan uji validitas item tes prestasi belajar ranah kognitif, maka butir soal
yang tidak valid didrop (tidak digunakan) sebagai instrumen tes.
Setelah dilakukan uji validitas item tes prestasi kognitif dengan jumlah
soal 35 butir diperoleh 25 soal valid dan 10 soal invalid, tersaji dalam tabel
berikut :
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Prestasi Belajar Ranah Kognitif
Uji Validitas Nomor Soal Total
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18,19,22, 23, 26, 30, 31, 32, 33, 25
Invalid 7, 20, 21, 24, 25, 27, 28, 29, 34, 35 10
Jumlah 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Soal tidak valid, tidak digunakan sebagai instrumen tes prestasi belajar, karena
semua indikator sudah terwakili oleh soal nomor 8, 1, 2, 32, 14, 12, 19, 26, 31, 14.
Untuk angket kreativitas setelah diujicobakan dan dianalisisa dari 44 butir
soal didapatkan semua item valid. Demikian pula untuk angket keterampilan
berpikir kritis setelah diuji cobakan dan dianalisa dari 35 butir soal didapatkan
semua item valid.
2.Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui suatu tes bermutu atau tidak salah satunya dapat dilihat
dari tahap reliabilitasnya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila
digunakan untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama
(Sugiyono:2009). Suatu tes dapat dikatakan taraf reliabilitasnya baik jika skor
hasil yang diperoleh tidak menunjukkan penyimpangan yang terlalu besar. Uji
reliabilitas menggunakan format K R. 20, seperti pada persamaan berikut:
dengan,
p = proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = proporsi siswa yang menjawab item dengan salah
N = banyak item
S = standar deviasi tes
Kriteria reliabilitas dengan batasan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
inggi
Setelah dilakukan uji reliabilitas item soal ukur prestasi aspek kognitif
diperoleh r11 = 0,921 ini berarti reliabilitas instrumen prestasi dikategorikan
sangat tinggi.
Untuk uji reliabilitas tes kreativitas, keterampilan berpikir kritis dan tes
afektif siswa menggunakan persamaan berikut ,
dengan,
k = banyaknya butir soal
Si = varians butir
S2 = varians total
Kriteria :
r11 < 0,20 , instrumen dikategorikan rendah.
0,20 < r11< 0,40 instrumen dikategorikan sangat rendah
0,40 < r11 < 0,60 instrumen dikategorikan agak rendah
0,60 < r11 < 0,80 instrumen dikategorikan cukup
0,80 < r11 < 1,00 instrumen dikategorikan tinggi
r11 > 1,00 instrumen dikategorikan sangat tinggi
Setelah diujicobakan dan dianalitas didapatkan hasil untuk angket kreativitas
r11 = 0,940, untuk angket keterampilan berpikir kritis r11 = 0,961, dan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
angket prestasi belajar afektif r11 = 0,920, ini berarti bahwa baik angket
kreativitas, keterampilan berpikir kritis maupun angket prestasi belajar afektif
memiliki reliabilitas tinggi.
3. Uji Taraf Kesukaran Butir Soal
Untuk tes prestasi belajar selain uji validitas dan reliabilitas perlu uji Taraf
hasil perbandingan antara jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu
Taraf kesukaran dapat dicari dengan rumus :
dengan,
B = banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = jumlah seluruh siswa
Kriteria Taraf kesukaran Butir Soal:
Soal dengan P = 0,10 sampai dengan 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P = 0,31 sampai dengan 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,71 sampai dengan 1,00 adalah soal mudah
Setelah dilakukan uji taraf kesukaran pada item soal prestasi diperoleh 8
butir soal mudah, 19 butir soal sedang dan 8 butir soal sukar.
Dari hasil uji taraf kesukaran kognitif item soal yang dipakai dalam
penelitian tersaji dalam Tabel 3.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 3.3. Hasil Uji Taraf Kesukaran Butir Soal
Taraf kesukaran Nomor Soal Total
Mudah 8, 9, 12, 15, 17, 30, 32 7
Sedang 1, 2, 3, 5, 10, 13, 16, 19, 22, 23, 33 11
Sukar 4, 6, 11, 14, 18, 26, 31 7
Jumlah 25
Soal tidak dipakai dalam penelitian, mudah satu nomor yaitu nomor 20,
sedang delapan nomor yaitu nomor 7, 24, 25, 27, 28, 29, 34, 35 dan sukar satu
nomor yaitu nomor 21, karena soal pada nomor tersebut merupakan soal yang
tidak valid dalam uji validitas butir soal dan indikator pada soal nomor tersebut
sudah terwakili.
4. Uji daya Pembeda Butir Soal
Daya Pembeda (D) soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa memiliki kemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang memiliki
kemampuan rendah (kurang pandai). Untuk menghitung daya beda soal pada
penelitian ini digunakan persamaan:
BA BB Dp = - NA NB
dengan,
NA = banyaknya peserta kelompok atas
NB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Kriteria:
DP < 0,20 instrumen dikategorikan jelek
0,20 < DP < 0,40 instrumen dikategorikan Cukup
0,40 < DP < 0,70 instrumen dikategorikan Baik
DP > 0,70 instrumen dikategorikan sangat baik
Setelah dilakukan pengujian daya beda pada item tes prestasi belajar
kognitif diperoleh 14 butir soal baik, 15 butir soal cukup dan 6 butir soal jelek.
Dari hasil uji Daya beda Tes Prestasi Kognitif yang dipakai dalam penelitian
adalah:
Tabel 3.4. Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda Nomor Soal Total
Baik 2, 3, 5, 6, 10, 12, 13, 14, 16, 19, 22, 30, 32, 33 14
Cukup 1, 4, 8, 9, 11, 15, 17, 18, 23, 26, 31 11
Jumlah 25
Soal dengan daya beda jelek tidak dipakai yaitu nomor 7, 20, 24, 29, 34, 35 dan
daya beda cukup tidak dipakai yaitu nomor 21, 25, 27, 28. Karena nomor tersebut
pada uji validitas merupakan soal yang tidak valid. Dan indikator-indikator soal
nomor tersebut sudah terwakili.
I. Teknik Analisis Data
Data Penelitian yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan uji
prasarat analisis dan uji hipotesis penelitian. Uji prasarat analisis, terdiri atas uji
normalitas dan uji homogenitas. Sedangkan uji hipotesis penelitian menggunakan
statistik parametrik dengan anava tiga jalan. Perhitungan uji prasarat analisis dan
uji hipotesis menggunakan Microsoft Excel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
1. Uji Prasarat Analisis
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak maka digunakan uji
Normalitas. Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kolmogorov-
dimana harga P-value data yang diperole
maka Ho diterima atau dikatakan bahwa data tersebut dari populasi normal. Hasil
uji normalitas dapat dilihat pada Bab IV halaman 106.
b. Uji Homogenitas
Dalam teknik analisis varians, selain uji normalitas. Sampel dari populasi
yang terdiri dari tiga varians dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah
varians-varians tersebut sama atau tidak. Jika populasi memiliki varians-varians
yang sama dikatakan populasi-populasi yang homogen. Dalam penelitian ini
menggunakan uji-F dengan bantuan software SPSS 18.00 test L
-value data yang diperoleh lebih besar
berasal dari populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen. Hasil uji
homogenitas dapat dilihat di Bab IV halaman 110.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Anava
Uji hipotesis menggunakan analasis teknik anava 3 jalan yang melibatkan
tiga variabel bebas yaitu metode pembelajaran, kreativitas dan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
berpikir kritis, dengan ketentuan jika p-value > 0,05 maka hipotesis nol diterima,
sedangkan jika p-value < 0,05 maka hipotesis nol ditolak.
Hipotesis penelitian:
H0A : Tidak ada pengaruh antara metode pembelajaran PBL problem
solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa.
H1A : Ada pengaruh antara metode pembelajaran PBL problem solving
dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar siswa.
H0B : Tidak ada pengaruh antara kreativitas siswa berkategori tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar siswa.
H1B : Ada pengaruh antara kreativitas siswa berkategori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar siswa.
H0C : Tidak ada pengaruh pengaruh antara keterampilan berpikir kritis
siswa berkategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
H1C : Ada pengaruh antara keterampilan berpikir kritis siswa berkategori
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
H0AB : Tidak ada interaksi antara kreativitas siswa dan keterampilan
berpikir kritis siswa dengan prestasi belajar siswa.
H1AB : Ada interaksi antara kreativitas siswa dan keterampilan berpikir
kritis siswa dengan prestasi belajar siswa.
H0AC : Tidak ada interaksi antara kreativitas siswa dan pembelajaran
dengan PBL problem solving dan PBL problem posing dengan
prestasi belajar siswa.
H1AC : Ada interaksi antara kreativitas siswa dan pembelajaran dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
PBL problem solving dan PBL problem posing dengan prestasi
belajar siswa.
H0BC : Tidak ada interaksi antara keterampilan berpikir kritis siswa dan
pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan prestasi belajar siswa.
H1BC : Ada interaksi antara keterampilan berpikir kritis siswa dan
pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan prestasi belajar siswa.
H0ABC : Tidak ada interaksi antara kreatifitas siswa, keterampilan berpikir
kritis siswa dan pembelajaran dengan PBL problem solving dan
PBL problem posing dengan prestasi belajar siswa.
H1ABC : Ada interaksi antara kreatifitas siswa, keterampilan berpikir kritis
siswa dan pembelajaran dengan PBL problem solving dan PBL
problem posing dengan prestasi belajar siswa.
Hasil uji anava tiga jalan dapat dilihat di Bab IV halaman 110.
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi jika hasil
variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut anava ini
adalah melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris, dan
pasangan sel sehingga diketahui bagian-bagian yang terdapat rerata berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava model komparasi ganda
dengan Uji Scheffe, menggunakan SPSS 18. Hasil uji lanjut anava bisa dilihat
pada Bab IV halaman119.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Prestasi Belajar
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri atas: (1) kreativitas; (2)
keterampilan berpikir kritis; (3) prestasi belajar yang meliputi ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Data diperoleh dari kelas XI IPA 2 sebagai kelas dengan
metode PBL problem posing dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas dengan metode
PBL problem solving. Adapun deskripsi masing-masing data dipaparkan sebagai
berikut:
Dalam penelitian ini data prestasi belajar siswa diambil ketika
pembelajaran sedang berlangsung (psikomotor) dan setelah kegiatan
pembelajaran (ranah kognitif dan afektif) dengan menggunakan metode
pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing telah selesai. Data
diperoleh dari kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen pertama dengan
menggunakan metode PBL problem posing dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas
eksperimen kedua dengan metode PBL problem solving. Dari penelitian yang
dilakukan diperoleh data rata-rata prestasi belajar yang terbagi atas dua kelompok
belajar yaitu PBL problem solving dan PBL problem posing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Metode Pembelajaran
Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah hasil eksperimen yang
dilakukan dengan metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem
posing. Prestasi belajar ini meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang
tercermin pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Metode PBL Problem Solving dan PBL Problem Posing
Metode Prestasi Belajar
Kognitif Afektif Psikomotor Problem Solving 74,47 78,56 89,71 Problem Posing 77,71 79,41 91,29
Gambar 4.1. Histogram Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Metode PBL Problem Solving dan PBL Problem Posing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 terlihat perbandingan prestasi belajar
pada ranah kognitif metode PBL problem solving 74,47 dan PBL problem posing
77,71. Pada ranah afektif metode PBL problem solving 78,56 sedangkan PBL
problem posing 79,41. Pada ranah psikomotor metode PBL problem solving 89,71
sedangkan PBL problem posing 91,29. Dari ketiga ranah belajar tersebut ternyata
siswa yang belajar dengan menggunakan metode PBL problem posing
memperoleh nilai prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang belajar dengan
menggunakan metode PBL problem solving.
2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Kreativitas
Berikut ini disajikan data rata-rata prestasi belajar berdasarkan
kreativitas.
Tabel 4.2. Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Kreativitas
Kreativitas Prestasi Belajar Kognitif Afektif Psikomotor
Kreativitas Tinggi 81,12 81,94 92,71 Kreativitas Rendah 71,06 76,03 88,29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Gambar 4.2. Histogram Rata-rata Prestasi Belajar berdasarkan Kreativitas
Pada Tabel 4.2 terlihat perbandingan hasil rata-rata prestasi belajar
kelompok kreativitas tinggi dan kreativitas rendah. Pada Tabel tersebut terlihat
bahwa rata-rata prestasi belajar pada kelompok kreativitas tinggi memperoleh
nilai kognitif 81,12, afektif 81,94 dan psikomotor 92,71. Sedangkan pada
kelompok kreativitas rendah mendapatkan nilai kognitif 71,06, afektif 76,03 dan
psikomotor 88,29. Pada Tabel tersebut bisa dikatakan bahwa nilai prestasi belajar
dari kelompok kreativitas tinggi lebih baik dari kelompok kreativitas rendah baik
dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Untuk mengetahui gambaran lebih rinci tentang prestasi belajar
berdasarkan kreativitas, berikut ini ditampilkan tabel tentang sebaran prestasi
belajar baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
a. Prestasi Belajar Kognitif
Tabel 4.3. Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas
Nilai interval
Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah Frekuensi Prosentase (%) Frekuensi Prosentase (%)
56 - 62 1 2,94 8 23,53 63 - 69 2 5,88 9 26,47 70 - 76 8 23,53 11 32,35 77 - 83 6 17,65 2 5,88 84 - 90 12 35,29 3 8,82 91 - 97 5 14,71 1 2,94 Jumlah 34 100 34 100
Gambar 4.3. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kreativitas
Pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 terlihat bahwa pada kelompok kreativitas
tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai 56-62 sebanyak 2,94% atau
1 siswa, interval nilai yang paling banyak diraih kelompok ini adalah 84-90
sebanyak 35,29% atau 12 siswa dan nilai tertinggi pada interval 91-97 sebanyak
14,71% atau 5 siswa. Sedangkan pada kelompok kreativitas rendah mendapatkan
nilai terendah pada interval 56-62 sebanyak 23,53% atau 8 siswa, interval nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
yang paling banyak diraih adalah 70-76 sebanyak 32,35% atau 11 siswa dan nilai
tertinggi pada interval 91-97 diraih 2,94% atau 1 siswa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil prestasi belajar pada ranah kognitif kelompok kreativitas
tinggi lebih baik dari kelompok kreativitas rendah.
b. Prestasi Belajar Afektif
Tabel 4.4. Sebaran Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas
Nilai interval
Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah Frekuensi Prosentase (%) Frekuensi Prosentase (%)
68 - 74 5 14,71 13 38,24 75 - 81 9 26,47 17 50,00
82 - 95 20 58,82 4 11,76
Jumlah 34 100 34 100
Gambar 4.4. Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kreativitas
Pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 terlihat bahwa pada kelompok kreativitas
tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai 68-74 sebanyak 14,71% atau
5 siswa, interval nilai yang paling banyak diperoleh siswa sekaligus menjadi nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
tertinggi yaitu pada interval 82-95 sebanyak 58,82% atau 20 siswa. Sedangkan
pada kelompok kreativitas rendah mendapatkan nilai terendah pada interval 68-74
sebanyak 38,24% atau 13 siswa, interval nilai yang paling banyak diraih pada
kelompok ini adalah 75-81 sebanyak 50% atau 17 siswa dan nilai tertinggi pada
interval 82-95 diraih 11,76% atau 4 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa hasil prestasi belajar pada ranah afektif kelompok kreativitas tinggi lebih
baik dari kelompok kreativitas rendah.
c. Prestasi Belajar Psikomotor
Tabel 4.5. Sebaran Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Kreativitas
Nilai interval
Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah Frekuensi Prosentase (%) Frekuensi Prosentase (%)
80 - 86 5 14,71 13 38,24 87 - 93 14 41,18 15 44,12
94 - 100 15 44,12 6 17,65 Jumlah 34 100 34 100
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Kreativitas Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 terlihat bahwa pada kelompok kreativitas
tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai 80-86 sebanyak 14,71% atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
5 siswa, pada interval 87-93 diraih 41,18% atau 14 siswa dan nilai tertinggi pada
interval 94-100 sebanyak 44,12 % atau 15 siswa. Sedangkan pada kelompok
kreativitas rendah mendapatkan nilai terendah pada interval 80-86 sebanyak
38,24% atau 13 siswa, interval nilai yang paling banyak diraih pada kelompok ini
adalah 87-93 sebanyak 44,12% atau 15 siswa dan nilai tertinggi pada interval 94-
100 diraih 17,65% atau 6 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
prestasi belajar pada ranah psikomotor kelompok kreativitas tinggi lebih baik dari
kelompok kreativitas rendah.
3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Keterampilan
Berpikir Kritis
Data rata-rata prestasi belajar berdasarkan keterampilan berpikir
kritis.tersaji pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Keterampilan Berpikir Kritis Prestasi Belajar Kognitif Afektif Psikomotor
Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi 82,63 83,41 93,78
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah 70,28 75,06 87,58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Gambar 4.6. Histogram Rata-rata Prestasi Belajar Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Pada Tabel 4.6. terlihat perbandingan hasil rata-rata prestasi belajar
kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi dan keterampilan berpikir kritis
rendah. Pada Tabel 4.6. terlihat bahwa rata-rata prestasi belajar pada kelompok
keterampilan berpikir kritis tinggi memperoleh nilai kognitif 82,63, afektif 83,41
dan psikomotor 93,78. Sedangkan pada kelompok keterampilan berpikir kritis
rendah mendapatkan nilai kognitif 70,28, afektif 75,06 dan psikomotor 87,58.
Pada Tabel tersebut bisa dikatakan bahwa nilai prestasi belajar dari kelompok
keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dari kelompok keterampilan berpikir
kritis rendah baik dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Berikut ini ditampilkan tabel tentang sebaran prestasi belajar baik dari
ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
a. Prestasi Belajar Kognitif
Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini juga dilihat dari keterampilan
berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis terbagi menjadi dua yaitu
keterampilan berpikir kritis tinggi dan keterampilan berpikir kritis rendah. Hasil
prestasi belajar kognitif berdasarkan keterampilan berpikir kritis dapat dilihat
pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Nilai interval
Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
Frekuensi Prosentase (%) Frekuensi Prosentase (%)
56 - 62 0 0,00 8 22,22 63 - 69 1 3,13 10 27,78 70 - 76 8 25,00 11 30,56 77 - 83 6 18,75 3 8,33 84 - 90 12 37,50 3 8,33 91 - 97 5 15,63 1 2,78 Jumlah 32 100 36 100
Gambar 4.7. Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Keterampilan
Berpikir Kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.7 terlihat bahwa pada kelompok
keterampilan berpikir kritis tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai
63-69 sebanyak 3,13% atau 1 siswa, nilai yang paling banyak diperoleh siswa
pada interval 84-90 diraih 37,50% atau 12 siswa dan nilai tertinggi pada interval
91-97 sebanyak 15,63 % atau 5 siswa. Sedangkan pada kelompok keterampilan
berpikir kritis rendah mendapatkan nilai terendah pada interval 56-62 sebanyak
22,22% atau 8 siswa, interval nilai yang paling banyak diraih pada kelompok ini
adalah 70-76 sebanyak 30,56% atau 11 siswa dan nilai tertinggi pada interval 91-
97 diraih 2,78% atau 1 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
prestasi belajar pada ranah kognitif kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi
lebih baik dari kelompok keterampilan berpikir kritis rendah.
c. Prestasi Belajar Afektif
Tabel 4.8. Sebaran Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Nilai interval
Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi Keterampilan Berpikir Kritis Rendah Frekuensi Prosentase (%) Frekuensi Prosentase (%)
68 74 1 3,13 17 47,22 75 81 11 34,38 15 41,67 82 95 20 62,50 4 11,11 Jumlah 32 100 36 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Gambar 4.8. Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.8 terlihat bahwa pada kelompok
keterampilan berpikir kritis tinggi mendapatkan nilai terendah pada interval nilai
68-74 sebanyak 3,13% atau 1 siswa, nilai interval yang paling banyak sekaligus
paling tinggi diperoleh siswa pada interval 82-95 diraih 62,50% atau 20 siswa.
Sedangkan pada kelompok keterampilan berpikir kritis rendah mendapatkan nilai
terendah sekaligus nilai interval yang paling banyak diperoleh siswa yaitu pada
interval 68-74 sebanyak 47,22% atau 17 siswa dan nilai tertinggi diperoleh siswa
pada interval nilai 82-95 sebanyak 11,11% atau 4 siswa. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil prestasi belajar pada ranah afektif kelompok
keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dari kelompok keterampilan berpikir
kritis rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
d. Prestasi Belajar Psikomotor
Tabel 4.9. Sebaran Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Nilai interval
Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah
Frekuensi Prosentase (%) Frekuensi Prosentase (%)
80 - 86 4 12,50 16 44,44 87 - 93 12 37,50 15 41,67
94 - 100 16 50,00 5 13,89 Jumlah 32 100 36 100
Gambar 4.9. Histogram Prestasi Belajar Psikomotor Berdasarkan Keterampilan Berpikir Kritis
Hasil prestasi belajar psikomotor pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.9 terlihat
bahwa pada kelompok keterampilan berpikir kritis tinggi mendapatkan nilai
terendah pada interval nilai 80-86 sebanyak 12,50% atau 4 siswa, nilai interval
yang paling banyak sekaligus menjadi nilai paling tinggi diperoleh siswa pada
interval 94-100 diraih 50,00% atau 16 siswa. Sedangkan pada kelompok
keterampilan berpikir kritis rendah mendapatkan nilai terendah dan paling banyak
diperoleh siswa pada interval 80-86 sebanyak 44,44% atau 16 siswa dan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
tertinggi pada interval 94-100 sebanyak 13,89% atau 5 siswa. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hasil prestasi belajar pada ranah psikomotor kelompok
keterampilan berpikir kritis tinggi lebih baik dari kelompok keterampilan berpikir
kritis rendah.
B. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis yaitu apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan variansinya homogen atau tidak. Uji prasyarat analisis
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji prasyarat analisis yang dilakukan
dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 18. Pada Pengujian jika syarat
normal dan homogen maka analisis dapat di teruskan.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas ini
P-Value data yang di peroleh
data tersebut dari populasi normal. Rangkuman hasil uji normalitas prestasi
belajar kognitif, afektif dan psikomotor adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
a). Uji Normalitas Aspek Kognitif
Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif
NO Variabel P-value Keputusan Kesimpulan
1 Metode PBL Posing 0,200* Ho diterima Data normal
2 Metode PBL Solving 0,200* Ho diterima Data normal
3 Kreativitas Rendah 0,200* Ho diterima Data normal
4 Kreativitas Tinggi 0.072 Ho diterima Data normal
5 Keterampilan berpikir kritis Rendah 0,200* Ho diterima Data normal
6 Keterampilan berpikir kritis Tinggi 0,109 Ho diterima Data normal
7 Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Rendah 0,073 Ho diterima Data normal
8 Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Tinggi 0,200* Ho diterima Data normal
9 Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah 0,200* Ho diterima Data normal
10 Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi 0,200* Ho diterima Data normal
11 Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Rendah 0,200* Ho diterima Data normal
12 Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Tinggi 0,200* Ho diterima Data normal
13 Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah 0,200* Ho diterima Data normal
14 Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi 0,200* Ho diterima Data normal
Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek kognitif
baik kelas dengan metode PBL problem solving maupun PBL problem posing
dihasilkan p > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
b). Uji Normalitas Aspek Afektif
Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif
NO Variabel Sig. Keputusan Kesimpulan
1 Metode PBL Posing 0,200* Ho diterima Data normal
2 Metode PBL Solving 0,200* Ho diterima Data normal
3 Kreativitas Rendah 0,200* Ho diterima Data normal
4 Kreativitas Tinggi 0,106 Ho diterima Data normal
5 Keterampilan berpikir kritis Rendah 0,200* Ho diterima Data normal
6 Keterampilan berpikir kritis Tinggi 0,200* Ho diterima Data normal
7 Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Rendah
0,200* Ho diterima Data normal
8 Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Tinggi
0,200* Ho diterima Data normal
9 Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah 0,200* Ho diterima Data normal
10 Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi 0,200* Ho diterima Data normal
11 Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Rendah
0,200* Ho diterima Data normal
12 Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Tinggi
0,138 Ho diterima Data normal
13 Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah 0,200* Ho diterima Data normal
14 Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi 0,200* Ho diterima Data normal
Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek afektif
baik kelas dengan metode PBL problem solving maupun PBL problem posing
dihasilkan p > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
c). Uji Normalitas Aspek Psikomotor
Tabel 4.12. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
NO Variabel Sig. Keputusan Kesimpulan
1 Metode PBL Posing 0,200* Ho diterima Data normal
2 Metode PBL Solving 0,116 Ho diterima Data normal
3 Kreativitas Rendah 0,054 Ho diterima Data normal
4 Kreativitas Tinggi 0,200* Ho diterima Data normal
5 Keterampilan berpikir kritis Rendah 0,103 Ho diterima Data normal
6 Keterampilan berpikir kritis Tinggi 0,056 Ho diterima Data normal
7 Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Rendah
0,200* Ho diterima Data normal
8 Metode PBL Posing * kreativitas rendah * keterampilan berpikir kritis Tinggi
0,200* Ho diterima Data normal
9 Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah
0,150 Ho diterima Data normal
10 Metode PBL Posing * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi
0,200* Ho diterima Data normal
11 Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Rendah
0,200* Ho diterima Data normal
12 Metode PBL solving * kreativitas rendah * Keterampilan berpikir kritis Tinggi
0,175 Ho diterima Data normal
13 Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Rendah
0,200* Ho diterima Data normal
14 Metode PBL solving * kreativitas tinggi * Keterampilan berpikir kritis Tinggi
0,141 Ho diterima Data normal
Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek psikomotor baik
kelas dengan metode PBL problem solving maupun PBL problem posing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
dihasilkan p > 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas, di lampiran 12 halaman
284.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui semua sampel berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji-F dengan bantuan software SPSS 18.00 test L
dengan ting bila harga P-value data yang diperoleh lebih
= 0,05 maka Ho diterima atau dikatakan bahwa data
tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi dari variansi yang homogen. Jika
uji homogenitas terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji analisis variansi (anava).
Rangkuman hasil uji homogenitas pada data prestasi belajar kognitif, afektif, dan
psikomotor adalah sebagai berikut :
a. Uji Homogenitas Kognitif
Tabel 4.13. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif
No Faktor P-v Keputusan Ho Kesimpulan
1 Metode Metote PBL Solving dan Posing
0,326 Ho diterima Homogen
2 Kreativitas 0,325 Ho diterima Homogen
3 Keterampilan berpikir kritis 0,084 Ho diterima Homogen
4 Metode Metote PBL Solving dan Posing * kreativitas
0,106 Ho diterima Homogen
5 Metode Metote PBL Solving dan Posing * Keterampilan berpikir kritis
0,678 Ho diterima Homogen
6 Kreativitas * Keterampilan berpikir kritis
0,099 Ho diterima Homogen
7 Setiap Sel 0,385 Ho diterima Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Dari Tabel 4.13. dapat di jelaskan bahwa data hasil uji homogenitas
prestasi belajar aspek kognitif menghasilkan P-value . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua data berasal dari populasi yang homogen.
b. Uji Homogenitas Afektif
Tabel 4.14. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Afektif
No Faktor P-v Keputusan Ho Kesimpulan
1 Metode Metote PBL Solving dan Posing 0,952 Ho diterima Homogen
2 Kreativitas 0,188 Ho diterima Homogen
3 Keterampilan berpikir kritis 0,448 Ho diterima Homogen
4 Metode Metote PBL Solving dan Posing * kreativitas 0,058 Ho diterima Homogen
5 Metode Metote PBL Solving dan Posing * Keterampilan berpikir kritis 0,793 Ho diterima Homogen
6 Kreativitas * Keterampilan berpikir kritis 0,66 Ho diterima Homogen
7 Setiap Sel 0,911 Ho diterima Homogen
Dari Tabel 4.14. dapat dijelaskan bahwa data hasil uji homogenitas
prestasi belajar aspek afektif menghasilkan P-value . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua data berasal dari populasi yang homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
c. Homogenitas Psikomotor
Tabel 4.15. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotor
No Faktor P-v Keputusan Ho Kesimpulan
1 Metode Metote PBL Solving dan Posing 0,322 Ho diterima Homogen
2 Kreativitas 0,518 Ho diterima Homogen
3 Keterampilan berpikir kritis 0,982 Ho diterima Homogen
4 Metode Metote PBL Solving dan Posing * kreativitas 0,397 Ho diterima Homogen
5 Metode Metote PBL Solving dan Posing * Keterampilan berpikir kritis 0,418 Ho diterima Homogen
6 kreativitas * Keterampilan berpikir kritis 0,109 Ho diterima Homogen
7 Setiap Sel 0,789 Ho diterima Homogen
Dari Tabel 4.15. dapat di jelaskan bahwa data hasil uji homogenitas
prestasi belajar aspek psikomotor menghasilkan P-value . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua data berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji
homogenitas, di lampiran13 halaman 291.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Anava
Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan pengaruh pembelajaran dengan metode PBL problem solving dan PBL
problem posing ditinjau dari kreativitas dan keterampilan berpikir kritis. Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik anava 3 jalan yang melibatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
tiga variabel bebas yaitu metode pembelajaran, kreativitas dan keterampilan
berpikir kritis.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hasil uji hipotesis pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotor, dapat dilihat pada tabel 4.16. Dengan ketentuan
jika p-value > 0,05 maka hipotesis nol diterima, sedangkan jika p-value < 0,05
maka hipotesis nol ditolak.
Tabel 4.16. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Kognitif
No. Yang di Uji F hitung p-value Hipotesis Hasil Uji
1 PBL 7,519 0,008 H0A ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
2 kreativitas 22,617 0,000 H0B ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
3 keterampilan_berpikir_kritis 37,365 0,000 H0c ditolak
ada Perbedaan
(berpengaruh)
4 PBL * kreativitas 1,190 0,280 H0AB Tidak
ditolak /diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
5 PBL * keterampilan_berpikir_kritis
4,444 0,039 H0AC ditolak Ada Interaksi
(berpengaruh)
6 kreativitas * keterampilan_berpikir_kritis
6,337 0,015 H0BC ditolak Ada Interaksi
(berpengaruh)
7 PBL * kreativitas * keterampilan_berpikir_kritis
0,128 0,722 H0ABC Tidak
ditolak /diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects di atas dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Hipotesis 1 (HoA) : diperoleh nilai F hitung = 7,519 dengan probabilitas p-
value = 0,008. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
prestasi belajar kognitif.
b. Hipotesis 2 (HoB): diperoleh nilai F hitung = 22,617 dengan probabilitas
p-value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kognitif.
c. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung = 37,365 dengan p-value = 0,000.
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara
keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kognitif.
d. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 1,190 dengan p-value = 0,280.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti Interaksi antara
Metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan dan kreativitas
tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif.
e. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 4,444 dengan p-value = 0,039.
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara metode
PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan berpikir
kritis memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif.
f. Hipotesis 6 (HoBC) : diperoleh nilai F hitung = 6,337 dengan p-value = 0,015.
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara
kreativitas dan keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar kognitif.
g. Hipotesis 7 (HoABC) : diperoleh nilai F hitung = 0,128 dengan p-value = 0,772
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Metode PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas dan
keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar kognitif.
Rangkuman hasil uji anava pada aspek afektif dapat dilihat pada tabel
4.17.
Tabel 4.17. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Afektif.
No. Yang di Uji F hitung p-value Hipotesis Hasil Uji
1 PBL 1,690 0,199 H0A tidak ditolak/ diterima
Tidak ada Perbedaan
(tidak berpengaruh)
2 kreativitas 27,195 0,000 H0B ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
3 keterampilan_berpikir_kritis 56,650 0,000 H0c ditolak
ada Perbedaan
(berpengaruh)
4 PBL * kreativitas 5,296 0,025 H0AB ditolak Ada Interaksi
(berpengaruh)
5 PBL * keterampilan_berpikir_kritis
3,954 0,051 H0AC Tidak
ditolak /diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
6 kreativitas *keterampilan_berpikir_kritis
7,542 0,008 H0BC ditolak Ada Interaksi
(berpengaruh)
7 PBL * kreativitas * keterampilan_berpikir_kritis
1,595 0,212 H0ABC Tidak
ditolak /diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects di dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung = 1,690 dengan probabilitas
p-value=0,199. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti tidak
ada perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing
terhadap prestasi belajar afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
b. Hipotesis 4 (HoB): diperoleh nilai F hitung = 26,195 dengan probabilitas p-
value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
afektif.
c. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung = 56,650 dengan p-value= 0,000.
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara
keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
afektif.
d. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 4,296 dengan p-value = 0,025.
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti Interaksi antara metode
PBL problem solving dan PBL problem posing dengan dan kreativitas
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif.
e. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 3,954 dengan p-value = 0,051.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
afektif.
f. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung = 7,542 dengan p-value = 0,008.
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara
kreativitas dan keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar afektif.
g. Hipotesis 7 (HoABC): diperoleh nilai F hitung = 1,595 dengan p-value = 0,212
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
metode PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas dan
keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap
prestasi belajar afektif.
Rangkuman hasil uji anava tiga jalan pada prestasi belajar siswa aspek
psikomotor terlihat pada tabel 4.18.
Tabel 4.18. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan untuk Aspek Psikomotor
No. Yang di Uji F hitung p-value Hipotesis Hasil Uji
1 PBL 6,117 0,016 H0A ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
2 kreativitas 11,978 0,001 H0B ditolak ada Perbedaan
(berpengaruh)
3 keterampilan_berpikir_kritis 14,688 0,000 H0c ditolak
ada Perbedaan
(berpengaruh)
4 PBL * kreativitas 0,432 0,514 H0AB Tidak
ditolak /diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
5 PBL * keterampilan_berpikir_kritis
0,151 0,699 H0AC Tidak
ditolak /diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
6 kreativitas* keterampilan_berpikir_kritis
0,295 0,589 H0BC Tidak
ditolak /diterima
Tidak Ada Interaksi
(tidak berpengaruh)
7 PBL * kreativitas *keterampilan_berpikir_kritis
4,448 0,039 H0ABC ditolak Ada Interaksi
(berpengaruh)
Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Hipotesis 1 (HoA): diperoleh nilai F hitung = 6,117 dengan probabilitas
p-value=0,016. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing terhadap
prestasi belajar psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
b. Hipotesis 2 (HoB): diperoleh nilai F hitung = 11,978 dengan probabilitas
p-value = 0,001. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada
perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
psikomotor.
c. Hipotesis 3 (HoC): diperoleh nilai F hitung = 14,688 dengan p-value = 0,000.
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti ada perbedaan antara
keterampilan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
psikomotor.
d. Hipotesis 4 (HoAB): diperoleh nilai F hitung = 0,432 dengan p-value = 0,514.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti Interaksi antara
metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas
tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor.
e. Hipotesis 5 (HoAC): diperoleh nilai F hitung = 0,151 dengan p-value = 0,699.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
psikomotor.
f. Hipotesis 6 (HoBC): diperoleh nilai F hitung = 0,295 dengan p-value = 0,589.
Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor.
g. Hipotesis 7 (HoABC): diperoleh nilai F hitung = 4,448 dengan p-value = 0,039
Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
PBL problem solving dan PBL problem posing, kreativitas dan keterampilan
berpikir kritis memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
psikomotor.
Hasil uji anava, di lampiran 14 halaman 299.
2. Uji Lanjut
Uji anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui
karakteristik pada variabel bebas, variable moderator dan variable terikat. Dalam
penelitian ini uji lanjut anava prestasi belajar dilakukan pada hipotesis 4 sampai 7.
Hipotesis 1, 2 dan 3 tidak perlu dilakukan uji lanjut karena hanya terdapat dua
variabel, sedangkan uji lanjut dilakukan untuk pengujian hipotesis yang terdapat
lebih dari dua variabel.
a. Uji lanjut Hipotesis 4 (HoAB)
Hipotesis H0AB adalah interaksi metode PBL melalui PBL problem
solving dan PBL problem posing dengan kreativitas (tinggi dan rendah) terhadap
prestasi belajar afektif. Profil efek dari pengaruh dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Metode PBL
Pada gambar 4.10 diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan garis
antara metode PBL dengan kreativitas (tinggi dan rendah), dan bila ditarik garis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang menandakan adanya interaksi.
Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui metode PBL problem solving dan PBL
problem posing melalui kreativitas (tinggi dan rendah) yang memiliki pengaruh
signifikan tersaji dalam Tabel 4.19.
Tabel 4.19. Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Metode PBL
Interaksi PBL - Kreativitas Interaksi PBL - Kreativitas
Prestasi Belajar
Afektif
Mean (I-J) Sig.
Posing - Kreativitas Rendah
Posing - Kreativitas Tinggi -5,1868* 0,007
Solving- Kreativitas Rendah 3,4911 0,087
Solving- Kreativitas Tinggi -5,0159* 0,003
Posing - Kreativitas Tinggi
Posing - Kreativitas Rendah 5,1868* 0,007
Solving- Kreativitas Rendah 8,6779* 0
Solving- Kreativitas Tinggi 0,1709 1
Solving- Kreativitas Rendah
Posing - Kreativitas Rendah -3,4911 0,087
Posing - Kreativitas Tinggi -8,6779* 0
Solving- Kreativitas Tinggi -8,5069* 0
Solving- Kreativitas Tinggi
Posing - Kreativitas Rendah 5,0159* 0,003
Posing - Kreativitas Tinggi -0,1709 1
Solving- Kreativitas Rendah 8,5069* 0
Dari Tabel 4.19 dapat diperoleh kesimpulan:
1) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan kreativitas (tinggi
dan rendah) (Mean Difference(I-J))= 5,1868 dan probabilitas (sig) p= 0,007.
karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem posing
dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
2) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan kreativitas
(tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 8,5069 dan probabilitas (sig) p=
0,000. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem
solving dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi afektif.
3) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J))= 3,4911 dan probabilitas
(sig) p= 0,087. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL
problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas (rendah) tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif.
4) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(I-J))= 0,1709 dan probabilitas
(sig) p= 1,000. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL
problem solving dan PBL problem posing dengan kreativitas (tinggi dan
rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif.
5) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-
J))= 8,6779 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p < 0,05 maka
interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi afektif.
6) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dan PBL problem solving
dengan kreativitas (rendah dan tinggi) (Mean Difference(I-J))= 5,0159 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
probabilitas (sig) p= 0,003. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara metode
PBL problem posing dan PBL problem solving dengan kreativitas (rendah dan
tinggi) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif.
3. Uji lanjut Hipotesis 5 (HoAC)
Hipotesis H0AB adalah interaksi metode PBL problem solving dan PBL
problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) terhadap
prestasi belajar kognitif. Profil efek dari pengaruh dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Keterampilan Berpikir Kritis dan Metode PBL Solving dan Posing
Pada Gambar 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan
garis antara metode PBL dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah),
dan bila ditarik garis lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang menandakan
adanya interaksi.
Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui metode PBL problem solving
dan PBL problem posing melalui keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah)
yang memiliki pengaruh signifikan tersaji dalam Tabel 4.20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Tabel 4.20. Estimed Marginal Means of Prestasi: Keterampilan Berpikir Kritis dan Metode PBL
Interaksi PBL - Keterampilan Berpikir Kritis
Interaksi PBL - Keterampilan Berpikir Kritis
Prestasi Belajar
Kognitif
Mean (I-J) Sig.
Posing - Keterampilan Berpikir Kritis
Rendah
Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi -10,0000* 0,001
Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Rendah 5,4444 0,124 Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
-9,2500* 0,002
Posing - Keterampilan Berpikir Kritis
Tinggi
Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Rendah 10,0000* 0,001 Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Rendah 15,4444* 0 Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
0,75 0,992
Solving- Keterampilan Berpikir Kritis
Rendah
Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Rendah -5,4444 0,124 Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
-15,4444* 0 Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
-14,6944* 0
Solving- Keterampilan Berpikir Kritis
Tinggi
Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Rendah 9,2500* 0,002 Posing - Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi
-0,75 0,992 Solving- Keterampilan Berpikir Kritis Rendah 14,6944* 0
Dari Tabel 4. 20 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 10,000 dan
probabilitas (sig) p= 0,001. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara metode
PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif.
2) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 14,6944 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
probabilitas (sig) p = 0,000. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara
metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan
rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif.
3) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) (Mean Difference(I-J)) = 5,444
dan probabilitas (sig) p = 0,124. karena nilai p<0,05 maka interaksi antara
metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi kognitif.
4) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) (Mean Difference(I-J))= 0,7500
dan probabilitas (sig) p= 0,992. karena nilai p > 0,05 maka interaksi antara
metode PBL problem solving dan PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi kognitif.
5) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-
J)) = 15,444 dan probabilitas (sig) p = 0,000. karena nilai p<0,05 maka
interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi kognitif.
6) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dan PBL problem solving
dengan keterampilan berpikir kritis (rendah dan tinggi) (Mean Difference(I-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
J))= 9,2500 dan probabilitas (sig) p = 0,002. karena nilai p < 0,05 maka
interaksi antara metode PBL problem posing dan PBL problem solving
dengan keterampilan berpikir kritis (rendah dan tinggi) memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi kognitif.
4. Uji lanjut Hipotesis 6 (HoBC)
Hipotesis H0AB adalah interaksi keterampilan berpikir kritis (tinggi dan
rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar kognitif
dan afektif. Profil efek dari pengaruh dapat dilihat pada Gambar 4.12.
(a) (b) Gambar 4.12 Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Metode
PBL, (a) Kognitif; (b) Afektif
Pada Gambar 4.12 diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan garis
antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi
dan rendah), dan bila ditarik garis lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang
menandakan adanya interaksi. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui
keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan
rendah) mana yang memiliki pengaruh signifikan tersaji dalam Tabel 4.21.
Tabel 4.21. Estimed Marginal Means of Prestasi: Kreativitas dan Keterampilan Berpikir Kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Interaksi Keterampilan
Berpikir Kritis-Kreativitas
Interaksi Keterampilan Berpikir Kritis-Kreativitas
Prestasi Belajar
Kognitif Afektif Mean (I-J) Sig. Mean
(I-J) Sig.
Keterampilan Berpikir Kritis
Rendah - Kreativitas
Rendah
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Tinggi -10,6421* 0 -2,8027 0,265 Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Rendah -14,1366* 0 -4,9565* 0,007 Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Tinggi -17,7874* 0
-12,5676* 0
Keterampilan Berpikir Kritis
Rendah - Kreativitas
Tinggi
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Rendah 10,6421* 0 2,8027 0,265 Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Rendah -3,4945 0.607 -2,1538 0,587 Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Tinggi -7,1453* 0.043 -9,7650* 0
Keterampilan Berpikir Kritis
Tinggi - Kreativitas
Rendah
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Rendah 14,1366* 0 4,9565* 0,007 Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Tinggi 3,4945 0,607 2,1538 0,587 Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Tinggi -3,6508 0,506 -7,6111* 0
Keterampilan Berpikir Kritis
Tinggi - Kreativitas
Tinggi
Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Rendah 17,7874* 0 12,5676* 0 Keterampilan Berpikir Kritis Rendah - Kreativitas Tinggi 7,1453* 0,043 9,7650* 0 Keterampilan Berpikir Kritis Tinggi - Kreativitas Rendah 3,6508 0,506 7,6111* 0
Dari Tabel 4. 21 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis
(rendah) dengan kretivitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J))=
10,6421 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p<0,05 maka interaksi
antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas
(rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif.
Sedangkan pada aspek afektif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir
kritis (rendah) dengan kretivitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J))=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
2,8027 dan probabilitas (sig) p= 0,265. karena nilai p>0,05 maka interaksi
antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas
(rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
afektif.
2) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis
(tinggi) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J))=
3,4945 dan probabilitas (sig) p= 0,607. karena nilai p>0,05 maka interaksi
antara keterampilan berpikir kritis (tinggi) dengan kretivitas (tinggi dan
rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
kognitif. Sedangkan pada aspek afektif, nilai perbedaan antara keterampilan
berpikir kritis (tinggi) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean
Difference(I-J))= 7,6111 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p<0,05
maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi) dengan kreativitas
(tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
afektif.
3) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis
(tinggi dan rendah) dengan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J))=
14,1366 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p<0,05 maka interaksi
antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas
(rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif.
Sedangkan pada aspek afektif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir
kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (rendah) (Mean Difference(I-J))=
4,9565 dan probabilitas (sig) p= 0,007. karena nilai p < 0,05 maka interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas
(rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif.
4) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis
(tinggi dan rendah) dengan kretivitas (tinggi) (Mean Difference(I-J)) = 7,1453
dan probabilitas (sig) p = 0,043. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara
keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif. Sedangkan
pada aspek afektif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis (tinggi
dan rendah) dengan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(I-J)) = 9,7650 dan
probabilitas (sig) p = 0,043. karena nilai p < 0,05 maka interaksi antara
keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi)
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi afektif.
5) Pada aspek kognitif, nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis
(tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean
Difference(I-J))= 17,7874 dan probabilitas (sig) p = 0,000. karena nilai p <
0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah)
dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi kognitif. nilai perbedaan antara keterampilan berpikir kritis
(tinggi dan rendah) dengan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean
Difference(I-J))= 12,5676 dan probabilitas (sig) p= 0,000. karena nilai p <
0,05 maka interaksi antara keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah)
dengan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
5. Uji lanjut Hipotesis 7 (HoABC)
Hipotesis H0BC adalah interaksi metode PBL dengan kreativitas (tinggi
dan rendah) dan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) terhadap prestasi
belajar psikomotor. Profil efek dari pengaruh dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13. Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan
Keterampilan Berpikir Kritis (Tinggi dan Rendah) dan Kreativitas (Tinggi dan Rendah)
Pada Gambar 4.13 diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan garis
antara PBL melalui PBL problem posing dan PBL problem solving dengan
keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah), dan bila
ditarik garis lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang menandakan adanya
interaksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Gambar 4.14 . Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: PBL dengan
Keterampilan Berpikir Kritis (Tinggi dan Rendah) dan Kreativitas (Tinggi dan Rendah)
Pada gambar 4.14 diketahui bahwa terdapat tidak ada perpotongan garis
antara perpotongan garis antara PBL problem posing dan PBL problem solving
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah),
dan bila ditarik garis lurus suatu saat akan terjadi perpotongan yang menandakan
adanya interaksi. Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui metode PBL melalui
kreativitas (tinggi dan rendah) dengan ketrampilan berpikir kritis (tinggi dan
rendah), tersaji dalam tabel 4.22. Tabel 4.22 dilampiran 15 Halaman 324.
Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir
kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-J)) = 5,2923
dan probabilitas (sig) p = 0,732. karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode
PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas
(tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
1) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kretivitas (rendah) (Mean Difference(I-
J)) = 6,0673 dan probabilitas (sig) p = 0,357. karena nilai p > 0,05 maka
metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan
rendah) dan kreativitas (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi psikomotor.
2) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean
Difference(I-J)) = 7,5673 dan probabilitas (sig) p = 0,113. karena nilai p>0,05
maka interaksi antara metode PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
3) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(I-
J))= 2,2750 dan probabilitas (sig) p = 0,998. karena nilai p > 0,05 maka
interaksi antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir
kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
4) Nilai perbedaan antara metode PBL problem posing dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-
J)) = 1,500 dan probabilitas (sig) p = 1,000. karena nilai p > 0,05 maka
interaksi antara metode PBL problem posing dengan keterampilan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
5) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan
berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean
Difference(I-J)) = 1,7750 dan probabilitas (sig) p = 0,999. karena nilai p >
0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan
berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
6) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah) (Mean
Difference(I-J)) = 1,9000 dan probabilitas (sig) p = 0,999. karena nilai p >
0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (rendah) memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
7) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean
Difference(I-J)) = 10,1000 dan probabilitas (sig) p = 0,007. karena nilai
p<0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dengan
keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi dan
rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
8) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) (Mean Difference(I-
J)) = 8,2000 dan probabilitas (sig) p = 0,164. karena nilai p > 0,05 maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir
kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi psikomotor.
9) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dengan keterampilan
berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) (Mean Difference(I-
J)) = 8,3250 dan probabilitas (sig) p = 0,084. karena nilai p>0,05 maka
interaksi antara metode PBL problem solving dengan keterampilan berpikir
kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi psikomotor.
10) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi dan
rendah) (Mean Difference(I-J)) = 5,2250 dan probabilitas (sig) p = 0,815.
karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan
PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan
kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi psikomotor.
11) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas
(rendah) (Mean Difference(I-J)) = 0,1923 dan probabilitas (sig) p = 1,000.
karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan
PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah)
dan kreativitas (rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
12) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi dan
rendah) (Mean Difference(I-J)) = 7,3750 dan probabilitas (sig) p= 0,341.
karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan
PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan
kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap prestasi psikomotor.
13) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas
(tinggi) (Mean Difference(I-J)) = 7,500 dan probabilitas (sig) p= 0,224.
karena nilai p>0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan
PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah)
dan kreativitas (tinggi) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi psikomotor.
14) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (rendah) (Mean
Difference(I-J)) = 1,7077 dan probabilitas (sig) p = 0,998. karena nilai p>0,05
maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (rendah) tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
15) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi) (Mean
Difference(I-J)) = 5,225 dan probabilitas (sig) p= 0,815. karena nilai p>0,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (rendah) dan kreativitas (tinggi) tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
16) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (rendah) (Mean
Difference(I-J)) = 5,8750 dan probabilitas (sig) p= 0,644. karena nilai p>0,05
maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (rendah) tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
17) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi) (Mean
Difference(I-J)) = 0,8250 dan probabilitas (sig) p = 1,000. karena nilai p>0,05
maka interaksi antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi) dan kreativitas (tinggi) tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi psikomotor.
18) Nilai perbedaan antara metode PBL problem solving dan PBL problem posing
dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) dan kreativitas (tinggi
dan rendah) (Mean Difference(I-J))= 9,2750 dan probabilitas (sig) p = 0,033
karena nilai p > 0,05 maka interaksi antara metode PBL problem solving dan
PBL problem posing dengan keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah)
dan kreativitas (tinggi dan rendah) tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya
pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing
terhadap prestasi belajar, ada atau tidak adanya pengaruh kreativitas tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar, ada atau tidak adanya pengaruh keterampilan
berpikir kritis tinggi rendah terhadap prestasi belajar, dan ada atau tidak adanya
pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing
terhadap prestasi belajar ditinjau dari kreativitas dan keterampilan berpikir kritis
siswa. Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini menghasilkan setidaknya
beberapa temuan antara lain; metode pembelajaran, keterampilan berpikir kritis
dan kreativitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
Secara rinci, pembahasan mengenai hasil pengujian pada masing-masng hipotesis
dapat dilihat dibawah ini.
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama yang diangkat dalam penelitian ini adalah ada
pengaruh metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing
terhadap prestasi belajar siswa. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar kognitif dan psikomotor antara
siswa yang diberi pembelajaran metode PBL problem solving dengan siswa yang
diberi pembelajaran PBL problem posing. Siswa yang diajar dengan metode PBL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
problem posing menghasilkan prestasi belajar kognitif dan psikomotor yang lebih
baik dibandingkan siswa yang diajar dengan metode PBL problem solving.
Melalui pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan pada aspek
kognitif diperoleh harga FHit = 7,519 dengan p-Value = 0,008. Oleh karena harga
p-Value < 0,05; maka H0 ditolak yang berarti ada perbedaan metode PBL problem
solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan
pada aspek afektif harga FHit = 1,690 dengan p-Value = 0,199. Oleh karena harga
p-Value > 0,05; maka H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan metode PBL
problem solving dan PBL problem posing terhadap prestasi belajar afektif dan
pada aspek psikomotor harga FHit = 6,117 dengan p-Value = 0,016. Oleh karena
harga p-Value < 0,05; maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat ada perbedaan metode PBL problem solving dan PBL problem posing
terhadap prestasi belajar psikomotor.
Secara umum kedua model pembelajaran diatas memberikan hasil positif
terhadap prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan tingginya pencapaian
hasil tes prestasi belajar yang diberikan. Adanya kesamaan karakteristik dari
kedua model pembelajaran diduga ikut mempengaruhi secara langsung prestasi
belajar yang diperoleh siswa. Keterlibatan pembelajaran secara aktif dalam
membangun pengetahuan mereka sendiri menjadi poin penting guna mewujudkan
proses belajar mandiri sesuai dengan prinsip-prinsip yang dikandung dalam model
pembelajaran ini.
Hasil dari temuan tersebut tentunya sejalan dengan hasil-hasil penelitian
terdahulu antara lain, penelitian dilakukan oleh Irwan (2011) yang menyimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
bahwa pembelajaran dengan pendekatan problem posing memberikan pengaruh
yang signifikan dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis. Hal
ini disebabkan pada pembelajaran dengan pendekatan tersebut tercipta suasana
pembelajaran yang lebih kondusif, aktivitas dan kerjasama siswa meningkat.
Proses pengajuan masalah memicu siswa untuk lebih aktif dalam belajar yang
pada akhirnya meningkatkan penalaran dalam memahami situasi yang diberikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Murdiana (2009) juga menunjukkan hasil yang
sama bahwa metode pembelajaran problem posing lebih efektif dari pada problem
solving yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai akuntansi jurnal khusus pada
perusahaaan dagang dengan metode problem posing lebih tinggi dibandingkan
dengan problem solving.
Hasil analisis uji lanjut anava dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan PBL problem posing menghasilkan prestasi belajar kognitif, afektif, dan
psikomotrik lebih besar dari pada siswa yang diberi pembelajaran dengan PBL
problem solving, dinilai sebagai suatu kewajaran mengingat salah satu keunggulan
yang dimiliki model tersebut adalah membangun atau membentuk masalah.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua adalah ada perbedaan pengaruh antara kreativitas tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar. Hasil analisis secara deskriptif menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar kognitif, afektif dan
psikomotor antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang
memiliki kreativitas rendah. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
menghasilkan prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor yang lebih baik
dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas rendah.
Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan diperoleh
harga FHit pada aspek kognitif sebesar 22,617 dengan p-Value sebesar 0,000, pada
aspek afektif harga FHit sebesar 27,195 dengan p-Value sebesar 0,000 dan pada
aspek psikomotor harga FHit sebesar 11,978 dengan p-Value sebesar 0,001. Oleh
karena pada semua aspek harga p-Value < 0,05 maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kreativitas tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Temuan ini sejalan dengan penelitian Oon-Seng Tan, Stefanie Chye, dan
Chua-Tee Teo (2009) tentang PBL dan kreativitas. Penelitian ini berupa penelitian
pustaka yang dilaksanakan selama 9 tahun (2000-2008) untuk menjelaskan
efektivitas PBL dalam mengembangkan kreativitas siswa. Hasil eksplorasi
pustaka ini menunjukkan indikasi bahwa meskipun ada sebuah kumpulan tulisan
yang mempelajari efek positif PBL, kekakuan akademik dan kualitasnya
dipertanyakan. Perhatian seharusnya dilatihkan dalam memproklamasikan PBL
sebagai suatu tambahan untuk kekurangan sistem pendidikan kita dalam
memelihara kreativitas siswa. Dapat disimpulkan bahwa diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk kemajuan pengetahuan.
Pada tabel 4.20 terlihat bahwa rerata hasil belajar siswa yang memiliki
kreativitas tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kreativitas rendah, baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi lebih baik dari siswa yeng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
memiliki kreativitas rendah karena siswa yang memiliki kreativitas tinggi. Ciri-
ciri siswa yang kreativitasnya tinggi antara lain: a) kelancaran berfikir (fluency of
thinking) yang menggambarkan banyaknya gagasan yang keluar dalam pemikiran
seseorang; b) Fleksibilitas (keluwesan) yaitu kemampuan untuk menggunakan
bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan; c) Orisinalitas
(keaslian) yaitu kemampuan seseorang untuk mencetuskan gagasan asli; d)
Elaborasi yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide-ide tersebut secara
terperinci. Karena siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki banyak
gagasan dan mampu mengembangkan ide-ide dalam mengatasi persoalan baru
sehingga kelompok ini tidak kesulitan bila menjumpai kasus yang lebih aplikatif.
Dengan demikian siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan lebih mudah
mengerjakan soal yang bersifat penerapan sehingga prestasi belajarnya lebih baik
dari kelompok kreativitas rendah.
Dalam proses pembelajaran Listrik Dinamik dengan PBL Problem
Solving, pada saat guru mengajukan masalah terkait dengan nilai-nilai besaran
pada suatu rangkaian listrik, rangkaian harus didesain oleh siswa, terlihat bahwa
siswa yang kreativitasnya tinggi mampu mendesain dengan benar lebih dari dua
rangkaian. Siswa yang kreativitasnya tinggi lebih banyak bereksperimen untuk
fariasi rangkaian yang berbeda sehingga lebih banyak kesimpulan/pengetahuan
yang mereka peroleh. Siswa yang mampu melakukan banyak eksperimen dengsn
benar mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang hanya
mampu bereksperimen dengan satu rangkaian.
3. Hipotesis Ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Hipotesis ketiga adalah ada perbedaan pengaruh antara keterampilan
berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. Hasil analisis secara
deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar
kognitif, afektif dan psikomotor antara siswa yang memiliki keterampilan berpikir
kritis tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah.
Siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi cenderung menghasilkan
prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotor yang lebih baik dibandingkan
siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah.
Melalui pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan diperoleh
harga FHit pada aspek kognitif sebesar 37,365 dengan p-Value sebesar 0,000, pada
aspek afektif harga FHit sebesar 56,650 dengan p-Value sebesar 0,000 dan pada
aspek psikomotor harga FHit sebesar 14,688 dengan p-Value sebesar 0,000. Oleh
karena pada ketiga aspek harga p-Value < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh keterampilan berpikir kritis tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Sebagai salah satu dari aktivitas berpikir tingkat tinggi, berpikir kritis
memainkan peranan penting dalam membangun kognisi seseorang. Hal ini karena
berpikir kritis sebagai bagian dari sebuah proses aktif dimana seseorang
memikirkan berbagai hal secara mendalam, mengajukan berbagai pertanyaan,
menemukan informasi yang relevan daripada hanya menerima informasi secara
pasif. Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis
apabila mempunyai kesulitan dalam belajar akan berpikir bagaimana
menyelesaikan masalah masalah tersebut berdasar fakta yang terjadi. Sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
suatu kewajaran jika siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis dapat
menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula.
Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Tantri Mayasari (2008) yang menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah dengan memperhatikan keterampilan berpikir
kritis siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi siswa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis yang tinggi akan dapat memperoleh prestasi belajar
yang memuaskan pula, karena seseorang yang yang memiliki cara berpikir yang
baik, dalam arti cara berpikirnya dapat digunakan untuk menghadapi suatu
permasalahan baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi
persoalan dengan baik.
Dalam proses pembelajaran Listrik Dinamik dengan PBL Problem
Posing, guru menunjukkan dua rangkaian yang kelihatannya sama namun
sebenarnya berbeda, ketika guru bertanya kepada siswa mengapa nyala lampu
berbeda? terlihat bahwa siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi
mampu menjawab dengan benar. Selanjutnya ketika guru meminta siswa untuk
mengajukan masalah terkait dengan obyek yang ditunjukkan oleh guru, terlihat
siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih banyak mengajukan
masalah dibanding dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis
rendah, selanjutnya ketika guru meminta menyelesaikan masalah yang mereka
rumuskan, untuk siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi lebih
cepat menyelesaikan dibanding siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis
rendah. Karena siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
mempunyai kemampuan lebih cepat menangkap obyek dan mengaitkan dengan
pengetahuan yang lain sehingga sehingga wajar jika siswa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih baik
dibanding dengan siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis rendah.
4. Hipotesis Keempat
Hasil pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan tentang
interaksi antara metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem
posing dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif diperoleh nilai FHit =
1,190 dengan p-value = 0,280. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima,
berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan
kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
kognitif. Sedangkan pada aspek afektif didapatkan nilai FHit = 5,296 dengan p-
value = 0,025. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi
antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan kreativitas
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif. Sedangkan
interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan
kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor didapatkan nilai FHit = 0,432
dengan p-value = 0,514. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti
interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan
kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
psikomotor.
Temuan yang menyatakan adanya interaksi antara PBL (Problem
Solving dan Problem Posing) dan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
dipahami karena model pembelajaran ini berfokus pada proses berpikir yang
membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pengalaman yang mereka
tahu. Pengalaman yang siswa dapatkan selama pembelajaran adalah bimbingan
guru selama tahapan: 1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memberi
motivasi, menjelaskan topik yang akan dipelajari secara singkat; 2) guru
membentuk kelompok siswa secara heterogen antara 5-6 siswa tiap kelompok; 3)
tiap kelompok diminta menyusun permasalahan yang sesuai dengan topik yang
dibicarakan; 4) guru bersama siswa mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
yang diajukan oleh tiap-tiap kelompok; 5) permasalahan yang sudah
teridentifikasi dikembalikan kepada kelompok untuk dipecahkan bersama anggota
kelompoknya; 6) siswa melakukan eksperimen untuk mendapatkan pemecahan
masalah dan guru membimbingnya; 7) tiap-tiap kelompok mempresentasikan
hasil pemecahan masalahnya.. Kreativitas siswa sangat menentukan keberhasilan
proses pembelajaran mulai dari merumuskan masalah sampai melakukan
percobaan dan sampai akhirnya menemukan sendiri konsep yang tercakup di
dalam materi pembelajaran.
5. Hipotesis Kelima
Hasil pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan tentang
interaksi antara metode pembelajaran PBL (Problem Solving dan Problem
Posing) dan keterampilan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif
diperoleh nilai FHit = 4,444 dengan p-value = 0,039. Oleh karena p-value < 0,05;
maka Ho ditolak, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan
Problem Posing) dan keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada aspek afektif
didapatkan nilai FHit = 3,954 dengan p-value = 0,051. Oleh karena p-value > 0,05;
maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan
Problem Posing) dan keterampilan berpikir kritis tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar afektif. Sedangkan interaksi antara metode
PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan keterampilan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar psikomotor didapatkan nilai FHit = 0,151 dengan p-value
= 0,699. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara
metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing) dan keterampilan berpikir
kritis tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor.
Dari hasil analisis dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan PBL
problem solving dan PBL problem posing secara bersama-sama dengan
keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, tetapi tidak mempengaruhi prestasi
belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotorik. Lebih lanjut dapat disimpulkan
bahwa siswa yang memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan
prestasi belajar kognitif yang lebih baik jika diajar dengan PBL problem posing
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan PBL problem solving.
6. Hipotesis Keenam
Hasil pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan tentang
interaksi antara keterampilan berpikir kritis dan kreativitas terhadap prestasi
belajar kognitif diperoleh nilai FHit = 6,337 dengan p-value = 0,015. Oleh karena
p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi antara keterampilan berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
kritis dan kreativitas memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
kognitif. Sedangkan pada ranah afektif didapatkan nilai FHit = 7,542 dengan p-
value = 0,008. Oleh karena p-value < 0,05; maka Ho ditolak, berarti interaksi
antara keterampilan berpikir kritis dan kreativitas memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi belajar afektif. Sedangkan interaksi antara
keterampilan berpikir kritis dan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor
didapatkan nilai FHit = 0,295 dengan p-value = 0,589. Oleh karena p-value > 0,05;
maka Ho diterima, berarti interaksi antara keterampilan berpikir kritis dan
kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar
psikomotor.
Dari hasil analisis dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama interaksi
antara variabel kreativitas (tinggi dan rendah) dan variabel keterampilan berpikir
kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif, tetapi tidak mempengaruhi prestasi
belajar siswa pada aspek psikomotorik Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa
siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tinggi
memberikan prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih baik dibandingkan
siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis rendah.
Siswa yang memiliki kreativitas tinggi selalu ingin mencoba sesuatu
baru/berbeda dan mereka dengan tekun dan tahan berlama-lama untuk
menemukan sesuatu. Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir
kritis tinggi selalu merasa ingin tahu dan selalu terampil dalam pengajuan
pertanyaan. Dari kedua faktor internal siswa tersebut mendukung untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
prestasi belajar yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget bahwa
siswa yang belajar dengan mengkonstruksi sendiri hasil belajarnya akan lebih
bermakna. Selanjutnya di tegaskan oleh Ausubel bahwa peembelajaran yang
bermakna akan lebih tahan lama dalam ingatan siswa.
7. Hipotesis Ketujuh
Hasil pengujian hipotesis menggunakan anava tiga jalan tentang
interaksi antara metode pembelajaran PBL (Problem Solving dan Problem
Posing), keterampilan berpikir kritis dan kreativitas terhadap prestasi belajar
kognitif diperoleh nilai FHit = 0,128 dengan p-value = 0,722. Oleh karena p-value
> 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving
dan Problem Posing), keterampilan berpikir kritis dan kreativitas tidak
memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan
pada ranah afektif didapatkan nilai FHit = 1,595 dengan p-value = 0,212. Oleh
karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti interaksi antara metode PBL
(Problem Solving dan Problem Posing), keterampilan berpikir kritis dan
kreativitas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar afektif.
Sedangkan interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan Problem Posing),
keterampilan berpikir kritis dan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor
didapatkan nilai FHit = 4,448 dengan p-value = 0,039. Oleh karena p-value < 0,05;
maka Ho ditolak, berarti interaksi antara metode PBL (Problem Solving dan
Problem Posing), keterampilan berpikir kritis dan kreativitas memberikan
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama
interaksi antara variabel penerapan pembelajaran PBL (problem solving dan
problem posing), variabel kreativitas (tinggi dan rendah) dan variabel
keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek psikomotorik, tetapi tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif. Lebih lanjut
dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas dan keterampilan
berpikir kritis tinggi memberikan prestasi belajar psikomotorik yang lebih baik
jika diajar dengan PBL problem posing dibandingkan siswa yang memiliki
kreativitas dan keterampilan berpikir kritis rendah yang diajar dengan PBL
problem solving.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian yang telah dilakukan, peneliti telah berusaha
semaksimal mungkin baik dalam tahap persiapan sampai dengan proses penelitian
berlangsung, akan tetapi peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil yang
diperoleh belum maksimal dan belum mampu memenuhi harapan. Hal ini terjadi
karena beberapa faktor yang membatasi hasil penelitian ini, antara lain:
1. Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengambilan data semuanya
belum merupakan instrumen standar. Karena instrumen tersebut disusun dan
dikembangkan oleh penulis sendiri dan baru di ujicobakan satu kali sehingga
masih memerlukan uji coba dan analisa yang lebih banyak agar benar-benar
standar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
2. Waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas menyesuaikan dengan jam
pelajaran sesuai aturan akademik pada standar isi KTSP. Sehingga pengaruh
perlakuan yang diberikan belum membawa dampak yang signifikan.
3. Dalam penelitian ini, peneliti harus mengajar sekaligus mengambil data
penilaian afektif dan psikomotor. Peneliti sudah berusaha maksimal untuk
melakukan penelitian seobjektif mungkin, namun karena keterbatasan
kemampuan indera peneliti dalam pengamatan dapat menyebabkan data yang
dihasilkan kurang akurat.
4. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 6 Madiun tahun
pelajaran 2012/2013. Penulis berpendapat apabila eksperimen dilakukan pada
subjek lain dapat menghasilkan keputusan yang berbeda. Hal ini wajar terjadi
karena karakteristik yang dimiliki masing-masing sampel berbeda sehingga
hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan secara universal untuk
semua sampel.
5. Sampel penelitian adalah dua kelas yang dianggap seimbang. Data yang
dipakai untuk uji keseimbangan menggunakan nilai raport kelas X semester
genap tahun pelajaran 2011-2012, tetapi tidak dilakukan uji statistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dengan memperhatikan latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian
teori, hipotesis sampai pada pengumpulan data dan pengujian hipotesis, dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan pembelajaran PBL menggunakan problem solving dan problem
posing memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dan
psikomotorik siswa, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada
aspek afektif. Dengan kata lain, terdapat perbedaan prestasi belajar kognitif,
dan psikomotorik antara siswa yang diberi pembelajaran dengan PBL
menggunakan problem solving dengan siswa yang diberi pembelajaran
dengan PBL menggunakan problem posing. Lebih jauh dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar kognitif dan psikomotorik siswa yang diberi
pembelajaran dengan PBL menggunakan problem posing lebih baik
dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran dengan PBL menggunakan
problem solving.
2. Kreativitas memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif, afektif,
dan psikomotorik siswa. Dengan kata lain terdapat perbedaan prestasi belajar
kognitif, afektif, dan psikomotorik antara siswa yang memiliki kreativitas
tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah. Lebih jauh dapat
disimpulkan siswa yang memiliki kreativitas tinggi memperoleh prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
kognitif, afektif, dan psikomotorik yang lebih baik dibandingkan siswa yang
memiliki kreativitas rendah.
3. Keterampilan berpikir kritis memberikan pengaruh terhadap prestasi kognitif,
afektif, dan psikomotorik siswa. Dengan kata lain terdapat perbedaan prestasi
belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik antara siswa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi dengan siswa yang memiliki keterampilan
berpikir kritis rendah. Lebih jauh dapat disimpulkan siswa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis tinggi memperoleh prestasi kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
keterampilan berpikir kritis rendah.
4. Pembelajaran dengan PBL menggunakan problem solving dan problem
posing secara bersama-sama dengan kreativitas memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek afektif, tetapi tidak
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan psikomotorik.
Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi
memberikan prestasi belajar afektif yang lebih baik jika diajar dengan PBL
menggunakan problem posing dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
PBL menggunakan problem solving.
5. Pembelajaran dengan PBL menggunakan problem solving dan problem
posing secara bersama-sama dengan keterampilan berpikir kritis memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif,
tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek afektif dan
psikomotorik. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan prestasi belajar kognitif yang
lebih baik jika diajar dengan PBL menggunakan problem posing
dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan PBL menggunakan problem
solving.
6. Secara bersama-sama interaksi antara variabel kreativitas (tinggi dan rendah)
dan variabel keterampilan berpikir kritis (tinggi dan rendah) memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif
dan afektif, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa pada aspek
psikomotorik Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki
kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan prestasi belajar
kognitif dan afektif yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki
kreativitas dan keterampilan berpikir kritis rendah.
7. Secara bersama-sama interaksi antara variabel penerapan pembelajaran PBL
menggunakan problem solving dan problem posing, variabel kreativitas
(tinggi dan rendah) dan variabel keterampilan berpikir kritis (tinggi dan
rendah) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa
pada aspek psikomotorik, tetapi tidak mempengaruhi prestasi belajar siswa
pada aspek kognitif dan afektif. Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa siswa
yang memiliki kreativitas dan keterampilan berpikir kritis tinggi memberikan
prestasi belajar psikomotorik yang lebih baik jika diajar dengan PBL
menggunakan problem posing dibandingkan siswa yang memiliki kreativitas
dan keterampilan berpikir kritis rendah yang diajar dengan PBL
menggunakan problem solving.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari penelitian ini adalah:
a. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Metode pembelajaran PBL problem solving dan PBL problem posing, efektif
digunakan pada materi yang banyak dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Pembelajaran fisika dengan PBL problem solving, efektif digunakan untuk
meningkatkan kreatifitas siswa.
d. Pembelajaran fisika dengan PBL problem posing efektif digunakan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Implikasi Praktis.
Implikasi praktis dari penelitian ini adalah:
a. Pembelajaran fisika untuk materi Listrik Dinamik sebaiknya guru
menggunakan PBL problem posing.
b. Kreativitas dan keterampilan berpikir kritis perlu mendapatkan perhatian
guna tercapainya prestasi belajar yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Kepada Pejabat Pengambil Keputusan
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
menempatkan siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran
2. Kepada para guru
a. Sebelum melakukan pembelajaran guru menyiapkan LKS dan peralatan
eksperimen dan memastikan bahwa semua peralatan dalam kondisi baik.
b. Sebelum melakukan pembelajaran guru mencoba semua peralatan yang akan
digunakan siswa untuk eksperimen.
c. Guru membentuk kelompok kerja siswa agar anggota kelompoknya
heterogen.
d. Sebelum melakukan pembelajaran guru memberikan angket kreativitas dan
ketrampilan berpikir kritis, siswa yang kreativitas dan ketrampilan berpikir
rendah perlu mendapat perhatian, pelatihan dan bimbingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
3. Untuk peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang
menekankan pada konsep fisika yang abstrak seperti Atom dan Inti Atom Listrik
AC, Gelombang Elektromagnetik dan lain-lain, dengan meninjaunya dari berbagai
variabel lain seperti kemampuan awal, gaya berpikir, motivasi berprestasi agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai dan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi.