Upload
letuyen
View
296
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
1
1
TESIS
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION
INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK
BERLEBIH
ELISABETH SUSANA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2012
i
i
TESIS
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION
INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK
BERLEBIH
ELISABETH SUSANA
NIM 0990761010
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2012
ii
ii
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK
BERLEBIH
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
ELISABETH SUSANA NIM 0990761010
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2012
iii
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 26 April 2012
Pembimbing I Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And NIP 19440201 196409 1 001
Pembimbing II Prof dr I Gusti Made Aman SpFK NIP 19410320 196801 1001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana
ProfDrdrWimpie I PangkahilaSp AndFAACS NIP 19461213 197107 1001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana ProfDrdrAARaka Sudewi SpS(K) NIP 195902151985102001
iv
iv
Tesis ini Telah Diuji Pada
Tanggal 26 April 2012
Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144UN144HK2012
Tanggal 16 Januari 2012
Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And
Anggota
1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK
2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes
4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK
v
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat
rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION
MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan
Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang
dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana
Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini
perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada
1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine
Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini
vi
vi
3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing
akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian
memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh
hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang
sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan
penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan
saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis
dalam menyusun tesis ini
8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi
dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-
teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine atas doa semangat dan dorongannya
vii
vii
9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh
dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan
dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya
sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
berkat dan rahmatNya
Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang
berkepentingan
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin
Denpasar April 2012
Elisabeth Susana
viii
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIH
Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia
Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
i
i
TESIS
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION
INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK
BERLEBIH
ELISABETH SUSANA
NIM 0990761010
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 2012
ii
ii
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK
BERLEBIH
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
ELISABETH SUSANA NIM 0990761010
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2012
iii
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 26 April 2012
Pembimbing I Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And NIP 19440201 196409 1 001
Pembimbing II Prof dr I Gusti Made Aman SpFK NIP 19410320 196801 1001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana
ProfDrdrWimpie I PangkahilaSp AndFAACS NIP 19461213 197107 1001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana ProfDrdrAARaka Sudewi SpS(K) NIP 195902151985102001
iv
iv
Tesis ini Telah Diuji Pada
Tanggal 26 April 2012
Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144UN144HK2012
Tanggal 16 Januari 2012
Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And
Anggota
1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK
2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes
4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK
v
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat
rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION
MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan
Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang
dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana
Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini
perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada
1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine
Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini
vi
vi
3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing
akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian
memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh
hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang
sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan
penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan
saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis
dalam menyusun tesis ini
8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi
dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-
teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine atas doa semangat dan dorongannya
vii
vii
9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh
dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan
dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya
sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
berkat dan rahmatNya
Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang
berkepentingan
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin
Denpasar April 2012
Elisabeth Susana
viii
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIH
Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia
Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
ii
ii
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN PELATIHAN FISIK
BERLEBIH
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik
Program Pascasarjana Universitas Udayana
ELISABETH SUSANA NIM 0990761010
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2012
iii
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 26 April 2012
Pembimbing I Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And NIP 19440201 196409 1 001
Pembimbing II Prof dr I Gusti Made Aman SpFK NIP 19410320 196801 1001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana
ProfDrdrWimpie I PangkahilaSp AndFAACS NIP 19461213 197107 1001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana ProfDrdrAARaka Sudewi SpS(K) NIP 195902151985102001
iv
iv
Tesis ini Telah Diuji Pada
Tanggal 26 April 2012
Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144UN144HK2012
Tanggal 16 Januari 2012
Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And
Anggota
1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK
2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes
4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK
v
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat
rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION
MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan
Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang
dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana
Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini
perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada
1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine
Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini
vi
vi
3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing
akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian
memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh
hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang
sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan
penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan
saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis
dalam menyusun tesis ini
8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi
dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-
teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine atas doa semangat dan dorongannya
vii
vii
9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh
dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan
dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya
sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
berkat dan rahmatNya
Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang
berkepentingan
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin
Denpasar April 2012
Elisabeth Susana
viii
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIH
Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia
Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
iii
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 26 April 2012
Pembimbing I Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And NIP 19440201 196409 1 001
Pembimbing II Prof dr I Gusti Made Aman SpFK NIP 19410320 196801 1001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Udayana
ProfDrdrWimpie I PangkahilaSp AndFAACS NIP 19461213 197107 1001
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana ProfDrdrAARaka Sudewi SpS(K) NIP 195902151985102001
iv
iv
Tesis ini Telah Diuji Pada
Tanggal 26 April 2012
Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144UN144HK2012
Tanggal 16 Januari 2012
Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And
Anggota
1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK
2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes
4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK
v
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat
rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION
MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan
Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang
dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana
Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini
perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada
1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine
Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini
vi
vi
3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing
akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian
memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh
hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang
sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan
penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan
saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis
dalam menyusun tesis ini
8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi
dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-
teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine atas doa semangat dan dorongannya
vii
vii
9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh
dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan
dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya
sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
berkat dan rahmatNya
Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang
berkepentingan
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin
Denpasar April 2012
Elisabeth Susana
viii
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIH
Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia
Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
iv
iv
Tesis ini Telah Diuji Pada
Tanggal 26 April 2012
Panitia Penguji tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No 0144UN144HK2012
Tanggal 16 Januari 2012
Ketua Prof Dr dr J Alex PangkahilaMSc Sp And
Anggota
1 ProfdrI Gusti Made Aman SpFK
2 ProfDrdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS
3 Dr dr Ida Sri Iswari SpMK MKes
4 Profdr N Agus Bagiada SpBIOK
v
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat
rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION
MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan
Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang
dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana
Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini
perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada
1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine
Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini
vi
vi
3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing
akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian
memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh
hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang
sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan
penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan
saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis
dalam menyusun tesis ini
8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi
dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-
teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine atas doa semangat dan dorongannya
vii
vii
9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh
dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan
dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya
sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
berkat dan rahmatNya
Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang
berkepentingan
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin
Denpasar April 2012
Elisabeth Susana
viii
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIH
Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia
Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
v
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas berkat
rahmat dan karuniaNya tugas akhir dengan judul ldquoPEMBERIAN GLUTATION
MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIHrdquo ini dapat diselesaikan
Tulisan ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir studi yang
dijalani Penulis untuk memperoleh Gelar Master pada Program Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana
Selama penyusunan tulisan ini Penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan masukan yang berharga dari berbagai pihak Di mana pada kesempatan ini
perkenankanlah Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada
1 Prof Drdr Wimpie Pangkahila SpAnd FAACS selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine
Universitas Udayana dan penguji yang telah memberikan banyak
masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
2 ProfDrdr J Alex Pangkahila MSc SpAnd selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan dorongan semangat masukan dan bimbingan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini
vi
vi
3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing
akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian
memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh
hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang
sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan
penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan
saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis
dalam menyusun tesis ini
8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi
dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-
teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine atas doa semangat dan dorongannya
vii
vii
9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh
dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan
dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya
sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
berkat dan rahmatNya
Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang
berkepentingan
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin
Denpasar April 2012
Elisabeth Susana
viii
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIH
Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia
Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
vi
vi
3 Prof dr I Gusti Made Aman SpFK selaku pembimbing II pembimbing
akademik dan Kepala Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dengan penuh perhatian
memberikan dorongan semangat dan bimbingan kepada penulis selama
mengikuti program magister dan penyusunan tesis ini
4 Prof dr N Agus Bagiada SpBIOK selaku penguji yang dengan sepenuh
hati membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini
5 Dr dr Ida Sri Iswari MKes SpMK selaku penguji yang banyak sekali
membimbing dan memberi masukan yang kritis serta pengajaran yang
sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis selama penyusunan tesis ini
6 Bapak I Gede Wiranatha selaku staf di Departemen Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah membantu selama melakukan
penelitian di laboratorium Farmakologi FK Universitas Udayana
7 Drs I Ketut Tunas MSi yang telah membantu memberikan masukan dan
saran ilmiah terutama dalam statistik yang sangat berguna bagi penulis
dalam menyusun tesis ini
8 dr I Made Oka Negara beserta staf bagian Ilmu Kedokteran Andrologi
dan Seksologi (dr Pram Ibu Eni Ibu Agnes dan Bapak Edy) serta teman-
teman mahasiswa Program Magister Biomedik kekhususan Anti Aging
Medicine atas doa semangat dan dorongannya
vii
vii
9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh
dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan
dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya
sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
berkat dan rahmatNya
Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang
berkepentingan
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin
Denpasar April 2012
Elisabeth Susana
viii
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIH
Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia
Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
vii
vii
9 Keluarga besar tercinta suami (Berlianto Tjahjadi) anak-anak (Henokh
dan Khezia) dan orang tua atas doa pengertian kasih sayang dan
dorongan serta masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini
10 Juga kepada para dosen pengajar dan rekan-rekan yang tidak dapat saya
sebut satu persatu kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
berkat dan rahmatNya
Akhir kata Penulis berharap tulisan tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis pribadi dan bagi Program Pendidikan Magister Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Kekhususan Anti Aging Medicine Program
Pasca Sarjana Universitas Udayana serta bagi puhak-pihak lain yang
berkepentingan
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua amin
Denpasar April 2012
Elisabeth Susana
viii
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIH
Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia
Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
viii
viii
ABSTRAK
PEMBERIAN INJEKSI GLUTATION INTRAPERITONEAL MENURUNKAN KADAR MDA PADA TIKUS WISTAR DENGAN
PELATIHAN FISIK BERLEBIH
Menurut Kedokteran Anti Penuaan penuaan dapat diperlakukan seperti suatu penyakit sehingga prosesnya dapat kita atasi bahkan dapat kita lsquoreversersquo atau dirsquokembalikanrsquokan menjadi seperti kondisi saat lsquomudarsquoSetiap saat kita melakukan suatu aktifitas terjadi proses oksidasi di dalam tubuh kitadi mana 2-5 dari oksigen yang kita hirup tereduksi menjadi radikal bebas Hal ini merupakan suatu kondisi fisiologis Produksi tersebut meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet polusi merokok konsumsi alkohol berlebihan stress menyebabkan kerusakan sel terjadi penuaan dini Pelatihan Fisik berlebih menyebabkan radikal bebas meningkat kondisi ini membutuhkan antioksidan yang mampu untuk mengatasi radikal bebas sehingga kerusakan lebih lanjut dapat dicegah Tujuan penelitian untuk mengetahui efektivitas Glutation dalam mengatasi peningkatan radikal bebas yang diakibatkan oleh pelatihan fisik berlebih yang dapat diketahui dari menurunnya kadar MDA Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pre test-post test control group design yang dilakukan di Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada bulan Januari- Maret 2012 Penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor tikus putih yang dibagi menjadi 2 kelompokKelompok 1 adalah kelompok kontrol yang diberikan pelatihan fisik berlebih (berenang) dan diberikan suntikan intraperitoneal aquabidesKelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang diberikan pelatihan fisik berlebih dan suntikan intraperitoneal Glutation dengan dosis 37mgkg BB hariKedua kelompok diberikan pelatihan fisik berlebih selama 35 hari di mana pelatihan fisik ini dibagi atas 2 yaitu 7 hari pertama hanya diberikan pelatihan fisik berlebih saja 28 hari berikutnya diberikan pelatihan fisik berlebih + perlakuan berupa pemberian injeksi Glutation placebo Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan kadar MDA dari 518plusmn028mmollt menjadi 552plusmn029mmollt sedangkan pada kelompok perlakuan kadar MDA menurun dari 778plusmn023 mmollt menjadi 444plusmn017 mmollt Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terdapat penurunan MDA secara bermakna pada kelompok perlakuan (plt005) Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian suntikan Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA pada tikus putih yang diberikan pelatihan fisik berlebih Disarankan untuk melakukan penelitian in vivo lanjutan pada beberapa jenis hewan percobaan dan pada manusia
Kata kunci glutation kadar MDA pelatihan fisik berlebih tikus
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
ix
ix
ABSTRACT
INTRAPERITONEAL ADMINISTRATION OF GLUTATHIONE INJECTION DECREASE MDA LEVEL ON
OVERTRAINING RAT
According to Anti-Aging Medicine aging can be treated as a diseaseageing process can be overcome so that we can even reverse Every time we do an activity a process of oxidation occurs in our bodies 2-5 of the oxygen we consumed is reduced to free radicals This is a physiological condition This production is increased in conditions such ultraviolet rays exposure pollution smoking excessive alcohol consumption stress causing cells damage occurs premature aging Overtraining causes an excess of free radicals this condition requires an antioxidant that is able to overcome free radicals so further damage can be prevented The aim of this study was to determine the effectiveness of Glutathione in dealing with excess free radicals caused by excessive physical training which can be determined from the decreasing levels of MDA
This study was an experimental study with Pre test-Post test control group design conducted at the Department of Pharmacology Faculty of Medicine University of Udayana in January-March 2012 This study used 20 albino rats randomly divided into two groups Group 1 control group was given physical overtraining (swimming) and aquabidest intraperitoneal injections Group 2 was given physical overtraining and Glutathione intraperitoneal injection at a dose of 37mgbwday Both groups were given overtraining for 35 days in which overtraining is divided into two the first 7 days are given only overtraining course the next 28 days are given overtraining + Glutathione injection placebo The results showed that in the control group there were elevated levels of MDA of 518 plusmn 028 mmol l to 552plusmn 029 mmoll while in the treated group there were decreased levels of MDA of 778 plusmn 023 mmol l to 444 plusmn 017 mmoll Based on statistical tests there is a significant decrease in in the treated group (plt005)
This study concluded that administration of intraperitoneal Glutathione injections decreasing levels of MDA in mice given physical overtraining It is recommended to conduct further studies in vivo in several species of experimental animals and in humans Key words Glutathione MDA level physical overtraining rat
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
x
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam i
Pemberian Gelar ii
Lembar Pengesahan iii
Penetapan Panitia Penguji iv
Ucapan Terima Kasih v
Abstrak viii
Abstract ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xiv
DAFTAR GAMBARhelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xv
DAFTAR LAMPIRAN helliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphelliphellip xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang 1
12 Rumusan Masalah 6
13 Tujuan Penelitian 6
14 ManfaatPenelitian 7
141 Manfaat Keilmuan 7
142 Manfaat Praktis 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan 8
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
xi
xi
211 Teori Wear and Tear 9
212 Teori Radikal Bebas 9
213 Teori Kontrol Genetika 11
214 Teori Neuroendokrin 11
22 Radikal Bebas 12
221 Definisi Radikal Bebas 12
222 Sifat- sifat Radikal Bebas 12
223 Peranan Radikal Bebas Dalam Proses Penuaan 15
23 Stress Oksidatif 15
231 Keadaan Yang Menyebabkan Stress Oksidatif 15
24 Pelatihan Fisik 16
241 Olahraga 16
242 Pelatihan Fisik Berlebih 21
25 Antioksidan 28
26 Glutation sebagai Antioksidan 29
261 Fungsi Glutation 31
262 Suplementasi Glutation 33
263 Glutation Precursor 37
264 Sumber Glutation dari makanan 38
BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir 40
32 Konsep Penelitian 41
33 Hipotesis Penelitian 42
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
xii
xii
BAB IV METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian 43
42 Tempat dan Waktu Penelitian 44
43 Populasi Sampel 44
431 Populasi 44
432 Kriteria Sampel 45
4321 Kriteria Inklusi 45
4322 Kriteria Drop Out 45
433 Besar Sampel 45
434 Teknik Pengambilan Sampel 46
44 Variabel Penelitian 47
441 Klasifikasi Variabel 4
442 Definisi Operasional Variabel 48
45 Bahan dan Alat Penelitian 49
451 Bahan Penelitian 49
452 Alat Penelitian 49
46 Prosedur Penelitian 50
461 Alur Penelitian 51
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium 51
47 Pengolahan dan Analisis Data 52
BAB V HASIL PENELITIAN
51 Uji Normalitas Data 53
52 Uji Homogenitas Antar Kelompok 54
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
xiii
xiii
53 Kadar MDA 54
531 Uji Komparabilitas 54
532 Analisa Efek Perlakuan 55
533 Analisa Komparasi Sebelum dan Sesudah Perlakuan 57
BAB VI PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian 59
62 Efek Aktifitas Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA 59
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan 63
72 Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
xiv
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation 39
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing
Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 52 Hasil uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA
Sebelum dan Sesudah Perlakuan 54
Tabel 53 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberikan Perlakuan 55
Tabel 54 Hasil Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 56
Tabel 55 Analisis Komparasi Kadar MDA antara Sebelum dan
Sesudah Perlakuan helliphelliphelliphellip 57
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG 30
Gambar 22 GSH Redox 31
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydoxyperoxides di usus halus 32
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation 34
Gambar 31 Kerangka Konsep Kadar MDA pada Tikus yang
diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+Placebo dan Pelatihan
Fisik Berlebih+Glutation 41
Gambar 41 Rancangan Penelitian 42
Gambar 42 Bagan Hubungan antar Variabel 47
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian 51
Gambar 51 Perubahan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan 57
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
xvi
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Normalitas Data 68
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antar Kelompok Kontrol
dan Perlakuan 69
Lampiran 3 Perbandingan Luas Permukaan Tubuh Hewan Percobaan
untuk Konversi Dosis 70
Lampiran 4 Foto Penelitian 71
Foto Glutation (Tationil Teofarma) 71
Lampiran 5 Data Hasil Penelitian 72
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
xvii
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CoQ10 Coenzym Q10
DNA Deoxyribonucleic Acid
GSH Px Glutation Peroksidase
GSH Glutation
GSSG Rx Glutation Reduktase
GSSG Glutation Disulfide
MDA Malondialdehyde
NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide
NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate
O2 Oksigen
RNA Ribonucleic Acid
ROS Reactive Oxygen Species
SOD Super Oxide Dismutase
TBARS Thiobarbituric Acid Reactive Substances
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
1
BAB I
PENDAHULUAN
11 LATAR BELAKANG
Proses penuaan menurut Kedokteran Anti Penuaan dapat diperlakukan
seperti suatu penyakit dalam arti proses ini dapat diatasi dapat dirsquoreversersquo atau
dirsquokembalikanrsquo menjadi kondisi seperti saat muda Penyakit yang muncul seiring
dengan bertambahnya usia seperti hipertensi diabetes mellitus osteoartritis dan
lain-lain membuat kualitas hidup menurun pada usia lanjut Ilmu Kedokteran
Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam mengatasi proses penuaan Ilmu
ini memberikan solusi untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri
deformitas dan kesedihan di masa tua sehingga kualitas hidup meningkat
Modifikasi gaya hidup dengan cara mengatur pola makan pola tidur pola
olahraga pola hidup manajemen hormon dapat meningkatkan kualitas hidup
Terbentuknya radikal bebas oksigen dalam tubuh sebenarnya merupakan
sesuatu yang fisiologis Oksigen yang kita hirup berperan dalam metabolisme
sebagian kecil (2-5) tereduksi membentuk radikal bebas Radikal bebas oksigen
dikelompokkan dalam senyawa Reactive Oxygen Species (ROS) ROS merupakan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Arief 2010) Bila produksi tersebut
menjadi semakin meningkat dalam kondisi seperti terpapar sinar ultraviolet
polusi merokok konsumsi alkohol dalam jumlah banyak stress menyebabkan
kerusakan pada sel-sel terjadi penuaan
1
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
2
Teknologi yang berkembang dengan pesatnya memberikan kita banyak
fasilitas kemudahan dalam menjalani hidup kita Akhirnya dalam apapun yang
akan kita perbuat atau lakukan kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan mau yang
mudah atau yang sulit Menjamurnya makanan instant fast food yang disebut
juga makanan junk food karena memang tidak kurang kandungan gizi yang kita
perlukan Makanan ini tidak mengandung nilai gizi hanya mementingkan rasa
yang penting enak gurih karena banyak mengandung lemak tinggi karbohidrat
dan cepat saji karena semakin sibuknya manusia Selain itu karena kesibukan
kita menjadi kurang sekali dalam berolahraga selain kesibukan juga sudah lelah
Akibatnya kita menjadi gemuk semakin gemuk semakin malas beraktifitas
semakin mudah lelah yang lama kelamaan menjadi kelelahan kronis depresi
mudah muncul
Gaya hidup manusia yang mempunyai tingkat stress yang tinggi ditambah
kurangnya aktifitas berolahraga meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung
low back pain adult-onset diabetes obesity yang disebut hypokinetic diseases
(Sharkey 2003 ) Meningkatnya insidensi kelebihan berat badan menjadi masalah
kesehatan di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Misnadiarly 2007) Kelebihan
berat badan menyebabkan terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan dalam
tubuh dan berpotensi memicu banyak penyakit yang mematikan Beberapa
penyakit tersebut dikategorikan sebagai penyakit yang terjadi karena metabolism
yang melambat dan penumpukan lemak sering disebut sebagai Sindroma
Metabolik(hipertensi hiperlipidemia diabetes mellitus) Sebaliknya sebuah gaya
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
3
hidup yang sehat dan seimbang memainkan peranan yang besar dalam mencegah
banyak penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
Pada sisi lain manusia juga selalu dituntut untuk memiliki tubuh sehat
penampilan yang menarik Masalah muncul pada saat manusia memilih jalan
pintas berolahraga berlebihan (overtraining) diet ketat berlebihan
mengkonsumsi obat-obatan penekan nafsu makan obat-obat pembakar lemak
suplemen secara berlebihan dan tanpa informasi yang benar tanpa pengawasan
dokter dengan tujuan untuk memperoleh tubuh ramping dalam waktu secepatnya
Bukan tubuh sehat yang didapat tetapi malah menjadi sakit yang tidak mustahil
dapat mengarah ke kematian
Tubuh sehat ideal dalam arti tidak mudah sakit mempunyai hidup yang
berkualitas penampilan yang prima dan mempunyai postur tubuh yang
proporsional (Misnadiarly 2007) Gaya hidup yang sehat seimbang adalah kunci
untuk mencapai kesehatan dan bentuk badan yang lebih bagus dan hanya akan
tercapai melalui aktifitas olahraga pengaturan pola makan istirahat yang teratur
dan proporsional
Olahraga yang berlebihan tidak memberikan efek yang baik untuk tubuh
tetapi latihan yang tepat meningkatkan kebugaran aerobik Frekuensi yang lebih
sering durasi yang lebih panjang intensitas yang meningkat meningkatkan
kebugaran fisik Hal yang penting kita harus memperhatikan waktu pemulihan
Apabila tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan bukan
meningkatkan kebugaran tetapi malah menimbulkan cedera atau penyakit melalui
supresi sistem kekebalan (Sharkey 2003) Olahraga yang teratur dapat
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
4
meningkatkan produksi molekul anti oksidan endogen termasuk glutathioneurate
coenzyme Q10 (Cadenas 2002) Dengan meningkatnya kadar antioksidan
endogen maka kadar MDA tubuh akan menurun
Teori Radikal Bebas menjelaskan bahwa radikal bebas merusak sel-sel
tubuh manusia (Goldmanamp Klatz 2003) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
terbentuknya radikal bebas Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara
menarik elektronnya sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan
sampai kematian sel (Suryohudoyo 2000) Pelatihan fisik berlebih menyebabkan
penuaan terjadi lebih cepat
Gaya hidup yang tidak sehat meningkatkan produksi radikal bebas
Beruntung tubuh mempunyai mekanisme pertahanan melawan oksidasi yang
terjadi tersebut Tubuh memproduksi enzim dan molekul khusus yang dapat
menangkap dan melenyapkan radikal bebas (superoksid dismutase katalase
glutation alfa lipoic acid CoQ10) yang disebut juga antioksidan endogen dan
yang berasal dari makanan seperti vitamin C dan E beta karoten polifenol
selenium seng (antioksidan esensial) yang disebut juga antioksidan eksogen
Antioksidan endogen maupun eksogen sangat penting buat tubuh karena
mampu meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan cara menangkap
dan mengeliminirnya Antioksidan eksogen efektif diperlukan untuk mencegah
terjadinya stress oksidatif Antioksidan endogen merupakan mekanisme
pertahanan preventif dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal
bebas atau dengan cara menangkapnya (Winarsi 2007)
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
5
Bila jumlah antioksidan lebih sedikit dibanding jumlah radikal bebas
terjadi gangguan keseimbangan yang disebut redox state (Cadenas 2002) Dalam
kondisi seperti ini semakin banyak molekul normal yang ditarik elektronnya
molekul menjadi tidak stabil molekul ini akan merusak molekul sehat lainnya
sehingga terjadilah penyakit (Winarsi 2007)
Pemberian antioksidan yang cukup dan optimal dapat meningkatkan
kebugaran meningkatkan kemampuan tubuh dalam melakukan pelatihan fisik
menurunkan kadar stress oksidatif dalam tubuh mencegah terjadinya penuaan
dini (Pangkahila 2007) Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya ke molekul yang kehilangan elektronnya (radikal bebas) sehingga
membentuk radikal bebas tidak reaktif relatif stabil proses kerusakan sel dapat
dihambat
Ada beberapa macam antioksidan salah satunya adalah Glutation
Glutation merupakan antioksidan endogen yaitu antioksidan yang dapat dibuat
oleh tubuh kita sendiri Glutation juga dikenal sebagai master antioksidan
antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain (Goldman 2003)
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik Normalnya sekali suatu
antioksidan memakan radikal bebas antioksidan ini menjadi teroksidasi sendiri
dan menyerang sel yang sehat yang disebut sebagai pro oksidan Glutation
dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang teroksidasi tersebut menjadi
bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali dalam memakan radikal bebas
(Sellman 2009) Sehingga dengan pengertian di atas glutation dapat membantu
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
6
dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh kita lebih banyak
dibandingkan dengan antioksidan lain
MDA adalah metabolit komponen sel yang dihasilkan oleh radikal bebas
Kadar MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel
Apabila terdapat antioksidan yang tinggi dalam tubuh maka kadar MDA akan
menurun (Winarsi 2007)
Pelatihan fisik berlebih akan menyebabkan meningkatnya kerusakan
oksidatif Glutation menghambat kerusakan oksidatif Parameter yang digunakan
dalam penelitian ini adalah produk peroksidase lipid yaitu malondialdehid (MDA)
menurut metoda Willis
12 Rumusan Masalah
Apakah pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan
kadar MDA tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
13 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat
menurunkan kadar MDA pada tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat Keilmuan
Dapat menambah pengetahuan bahwa olahraga berlebih meningkatkan
MDA pemberian antioksidan Glutation dalam upaya mencegah terjadinya stress
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
7
oksidatif berkelanjutan yang dapat menjadi salah satu penyebab proses penuaan
penyakit metabolisme dan kemungkinan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut
142 Manfaat Praktis
Pengetahuan tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat luas
untuk lebih bijaksana dalam mengkonsumsi antioksidan dan dalam melakukan
pelatihan fisik
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
21 Penuaan
Penuaan sampai saat ini masih dianggap sebagai sesuatu yang alamiah
terjadi demikian juga penyakit yang muncul pada masa tuaSeseorang yang
berumur 50 tahun dengan penyakit Diabetes Mellitus dipandang sebagai sesuatu
yang umum karena memang sudah tua Sejak tahun 1950 penelitian penyebab
penuaan mulai diteliti faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hidup
sehingga meskipun usia bertambah tua tetapi tetap berkualitas Beberapa cara
modifikasi gaya hidup terus dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik seperti mengatur pola makan pola tidur pola olahraga pola hidup untuk
mencapai kualitas hidup yang baik di usia lanjutPenelitian memberi kesimpulan
bahwa pemberdayaan diri membudayakan pola hidup sehat dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Franklin 2009)
Dewasa ini seiring dengan percepatan perubahan teknologi meningkatnya
persaingan hidup orang berlomba-lomba mengkonsumsi produk dan berbagai
metode yang mengklaim bisa menghambat penuaan atau bersifat Anti Aging Ilmu
Kedokteran Anti Penuaan memberikan paradigma baru dalam menangani proses
penuaan Ilmu Kedokteran Anti Penuaan ini menjanjikan dapat memberikan solusi
untuk mengatasi ketidakmampuan penyakit nyeri deformitas dan kesedihan di
masa tua dengan cara meningkatkan kualitas hidup masa tua (Goldman dan Klatz
8
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
9
2003) Menurut Pangkahila penuaan bisa dicegah diobati dan bahkan dapat
dikembalikan ke keadaan semula (Pangkahila 2007)
Proses penuaan dapat dijelaskan dalam empat teori utama yang walaupun
tidak dapat menjelaskan dengan lengkap tetapi teori tersebut melengkapi satu
dengan yang lain
211 Teori Wear and Tear
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Dr August Weisman seorang
ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882 Teori ini menyatakan bahwa tubuh dan
sel akan rusak karena penggunaan dan disalahgunakan baik penggunaan secara
alami apalagi penyalahgunaan Kerusakan terjadi dalam sel sampai organ Pada
usia muda kerusakan yang terjadi dapat diatasi dikompensasi karena sistem
perbaikan dan pemeliharan yang masih baik tetapi seiring dengan bertambahnya
umur tubuh mulai kehilangan kemampuan tersebut Teori ini juga meyakini
pemberian suplemen dan merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel
212 Teori Radikal Bebas
Teori ini diperkenalkan oleh Dr Denham Harman pada tahun 1956
Radikal Bebas adalah molekul tidak stabil yang sangat reaktif karena mempunyai
elektron tidak berpasangan pada orbit luarnya dapat bereaksi dengan molekul
lain menimbulkan reaksi berantai yang sangat destruktif (Goldman dan Klatz
2003)
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
10
Radikal Bebas dihasilkan dari pembakaran gula dan lemak yang kita
konsumsi untuk memberikan energi pada tubuh kita Radikal bebas merusak
membran sel kode DNA enzim protein dan akhirnya terjadi kerusakan pada
seluruh organ Kerusakan terjadi mulai dari lahir dan terus berlanjut hingga
meninggal Pada usia muda dampak penggantian sel yang masih berfungsi baik
Seiring dengan usia bertambah akumulasi kerusakan akibat radikal bebas akan
mengganggu metabolisme sel terjadilah mutasi sel yang mengakibatkan
timbulnya kanker dan kematian
Age Spot merupakan salah satu bentuk kerusakan pada membrane sel
yang disebabkan oleh Radikal Bebas Kerusakan membran ini menghasilkan
produk sisa yang dikenal sebagai lipofuscin Jumlah lipofuscin yang tinggi dalam
tubuh memberikan warna gelap pada daerah tertentu yang disebut Age spot
Lipofuscins mengganggu sintesis DNA dan RNA mempengaruhi sintesis protein
(menurunkan energi dan menghambat pembentukan massa otot) merusak enzim
seluler yang diperlukan untuk proses kimia vital dalam tubuh (Goldman dan
Klatz 2003)
Radikal bebas mempengaruhi peroksidasi lipid yang menyebabkan
produksi MDA (malondialdehyde) yang mengikat protein dan menyebabkan
gangguan fungsi biologik protein tersebut Radikal Bebas berkaitan dengan
penyakit usia lanjut seperti aterosklerosis Parkinson penyakit Alzheimer dan
gangguan fungsi kekebalan tubuh (Pangkahila 2007)
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
11
213 Teori Kontrol Genetika
Teori terfokus pada kode genetik yang ada dalam DNA meskipun seluruh
aspek diwariskan dalam gen tiap individu waktu jam biologis tergantung pada
pola hidup penuaan masing-masing individu Tiap individu memiliki jam biologis
yang telah diatur waktunya Berhentinya jam biologis menandakan proses
penuaan dan meninggal (Goldman dan Klatz 2003)
Ilmu Kedokteran Anti Penuaan melakukan upaya mencegah dan
memperbaiki kerusakan yang terjadiTerapi Gen diharapkan dapat memberikan
solusi dalam menghadapi takdir genetika terhadap beberapa penyakit keturunan
214 Teori Neuroendokrin
Teori yang menyangkut peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh
diperkenalkan oleh Vladimir DilmanPhD
Hormon mengatur dan memperbaiki fungsi tubuh Pada usia muda
berbagai hormone masih berfungsi baik dalam mengendalikan berbagai fungsi
organ tubuh Ketika manusia menjadi tua produksi hormon menurun fungsi
tubuh menjadi terganggu Contoh Growth Hormone yang membantu
pembentukan massa otot testosteron dan hormone tiroid akan menurun tajam
pada usia tua Ditandai dengan rasio lemak dan otot yang meningkat Terapi sulih
hormone dapat membantu masalah tersebut dan mengembalikan fungsi hormone
tubuh sehingga memperlambat proses penuaan
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
12
22 Radikal Bebas
221 Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul (kumpulan atom) yang memiliki elektron
yang tidak berpasangan Oksidan adalah senyawa penerima elektron yaitu
senyawa yang dapat menarik elektron Kedua jenis senyawa ini memiliki aktifitas
yang sama dan memberikan akibat yang hampir sama tetapi dengan proses yang
berbeda (Winarsi 2007) Radikal Bebas digolongkan dalam oksidan namun tidak
setiap oksidan adalah radikal bebas (Suryohudoyo 2000)
Sumber oksidan berasal dari
Tubuh sendiri yaitu berasal dari proses fisiologis namun oleh suatu sebab
jumlahnya menjadi banyak
Proses peradangan
Luar tubuh seperti polutan obat-obatan
Radikal bebas lebih berbahaya dibanding senyawa oksidan non radikal
222 Tahapan Terbentuknya Radikal Bebas dan Sifatnya
Tahapan terbentuknya radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme
reaksi
1 Tahap Inisiasi yaitu tahap yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas
Cu
RH + O2 R + H2O
2 Tahap Propagasi yaitu tahap dimana radikal bebas cenderung bertambah
banyak dengan membuat reaksi rantai dengan molekul lipid lain
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
13
R + O2 RO2
RO2 + RH R + ROOH
3 Tahap Terminasi yaitu apabila terjadi reaksi antara radikal bebas dengan
radikal bebas lain atau antara radikal bebas dengan suatu senyawa pembasmi
radikal bebas (scavenger)
R1 + R2 R 1 R 2
Reduksi oksigen memerlukan pengalihan empat electron (electrotransfer)
Pengalihan ini tidak dapat sekaligus tetapi dalam empat tahapan yang setiap
tahapan hanya melibatkan pengalihan satu elektron Kendala yang mengharuskan
oksigen hanya dapat menerima satu elektron setiap tahap menyebabkan
terjadinya dua hal yaitu kurang reaktifnya oksigen dan terbentuknya senyawa-
senyawa oksigen reaktif seperti O2 (radikal superoksida) H2O2 (hydrogen
peroksida) OOH (radikal peroksil) dan OH (radikal hidroksil)
Radikal Bebas memiliki 2 sifat yaitu
1 Reaktifitas tinggi karena cenderung menarik elektron
2 Mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal
Elektron dari Radikal Bebas berikatan dengan senyawa yang berikatan
kovalen seperti lipid protein dan DNA akan sangat berbahaya karena ikatan
digunakan bersama-sama pada orbit luarnya Dibanding senyawa oksigen reaktif
radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling berbahaya karena reaktifitasnya
yang sangat tinggi
Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis senyawa penting yang berfungsi
untuk mempetahankan integritas sel yaitu
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
14
1 Asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid
penyusun membran
2 DNA pembawa genetik sel
3 Protein memegang berbagai peran penting seperti enzim reseptor antibodi
sitoskeleton
Dari ketiga senyawa tersebut yang paling rentan adalah senyawa asam
lemak tak jenuh ganda pada membran sel yang mengakibatkan rapuhnya dinding
sel Senyawa oksigen reaktif ini juga merusak dinding bagian dalam pembuluh
darah sehingga mengakibatkan pengendapan koleserol dan menyebabkan
aterosklerosis Apabila senyawa oksigen reaktif ini merusak basa DNA akan
terjadi kekacauan sistem info genetika berlanjut pada pembentukan sel kanker
Jaringan lipid yang rusak memicu munculnya penyakit degeneratif
Fosfolipid glikolipid dan kolesterol merupakan komponen terpenting
membran sel Komponen fosfolipid dan glikolipid mengandung asam lemak tak
jenuh (asam linoleat linolenat arakidonat) sangat rawan terhadap serangan
radikal hidroksil yang dapat menimbulkan reaksi rantai yang dikenal sebagai
Lipid peroxidation
Peroksidase lipid
LH + OH --- H + H2O
Asam lemak Radikal Bebas
L + O2 -- LOO
Radikal peroksilipid
LOO + LH --- L + L OOH dan seterusnya
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
15
Hasil akhir dari proses ini adalah terputusnya rantai asam lemak menjadi
berbagai senyawa yang bersifat toksik terhadap sel antara lain berbagai macam
aldehid seperti Malondealdehyde (MDA)
223 Peranan Radikal Bebas dalam proses penuaan
Pada usia muda keseimbangan antara radikal bebas dan pertahanan
antioksidan berfungsi dengan baik seiring dengan pertambahan usia
keseimbangan terganggu karena cadangan antioksidan berkurang dan radikal
bebas berlebih (Saxena dan Lan 2006)
Akibat ketidakseimbangan ini terjadi kerusakan oksidatif (Arief 2010)
Kerusakan ini disebabkan oleh radikal bebas dan merusak 3 komponen utama
yang mempertahankan integritas sel seperti fosfolipid (penyusun membrane sel)
DNA (perangkat genetik) protein (enzim reseptor antibodi) (Fouad 2007)
Ketidakseimbangan antara antioksidan dan senyawa oksigen reaktif
menghasilkan stress oksidatif penyebab kanker penuaan aterosklerosis cedera
iskemik peradangan dan penyakit degeneratif (Parkinson Alzheimer)
(Pangkahila 2007)
23 Stress Oksidatif
231 Keadaan yang menyebabkan stress oksidatif
Pada saat jumlah antioksidan tubuh kurang dari yang diperlukan untuk
meredam efek buruk dari radikal bebas keadaan ini disebut Stress oksidatif Bila
terjadi dalam waktu yang lama akan terjadi penumpukan hasil kerusakan
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
16
oksidatif di dalam sel dan jaringan yang mengakibatkan hilangnya fungsi sel
jaringan dan akhirnya mati Hal ini merupakan penyebab utama proses penuaan
(Bagiada 2001)
Keadaan yang menyebabkan Stress Oksidatif ini salah satunya adalah
pelatihan fisik berat atau berlebih (Hersh 2004) Stress oksidatif dapat
dikendalikan antara lain dengan membiasakan untuk menerapkan pola hidup sehat
dan mengkonsumsi antioksidan diharapkan akan memacu kerja antioksidan
dalam tubuh
MDA merupakan hasil dari proses peroksidasi lipid meningkatnya MDA
menunjukkan adanya suatu kondisi Stress Oksidatif menurunnya MDA
menunjukkan adanya perbaikan dari kondisi Stress tersebut sehingga MDA dapat
dipakai sebagai biomarker Stress oksidatif
24 Pelatihan Fisik
241 Olahraga
Pelatihan fisik atau olahraga merupakan satu kegiatan yang penting bagi
kehidupan manusia Olahraga merupakan alternatif kegiatan yang dapat
meningkatkan derajat kebugaran fisik seseorang apabila dilakukan dengan dosis
takaran yang benar Menurut Sharkey olahraga dapat meningkatkan pengeluaran
energi dan tingkat pengeluaran tersebut berkaitan dengan intensitas dan durasi
aktifitas yang dilakukan (Sharkey 2003) Latihan fisik atau olahraga yang
memperhatikan frekuensi intensitas tipe dan waktu mendukung dalam
mendapatkan hasil yang maksimal dan menurunkan resiko cedera Latihan fisik
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
17
yang benar memberikan dampak perbaikan pada sistem fungsional paru dan
jantung sehingga terjadi hipertropi otot jantung penurunan detak jantung
istirahat peningkatan stroke volume peningkatan volume darah dan hemoglobin
menambah jumlah pembuluh darah kapiler serta berfungsi dalam proses
pembakaran energi (Fox 1998) Frekuensi latihan yang dianjurkan adalah 3-4x
seminggu dengan intensitas 72-87 dari denyut jantung maksimal (220-umur)
dengan variasi 10 denyut per menitTipe latihan yang dianjurkan adalah
pemanasan 15 menit kombinasi latihan aerobik dan latihan otot dalam waktu 30-
60 menit diakhiri pendinginan 10 menit (Pangkahila 2009)
Sumber energi yang dibutuhkan untuk pelatihan fisik aerobik yang
dominan didapat dari pembakaran simpanan karbohidrat lemak dan sebagian
kecil (5) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk
menghasilkan ATP (adenosine triphospate) ATP yang terdapat dalam jaringan
otot terbatas kebutuhan ATP dipertahankan oleh creatinin phosphate (CP) dan
glikogen yang tersimpan dalam otot (Hernawati 2009) Terdapat 3 jalur untuk
memberikan ATP tambahan sesuai yang dibutuhkan selama kontraksi otot
meliputi 1 Pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatinin fosfat ke ADP 2)
Fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dari sistem transportasi elektron) 3)
glikolisis (Sherwood 2001) Sedangkan pada aktifitas yang bersifat anaerobik
energi diperoleh dari hidrolisis phosphocreatine serta melalui glikolisis glukosa
secara anaerobik Proses ini dapat terjadi tanpa adanya oksigen (O2) Metabolisme
anaerobik ini menghasilkan asam laktat yang apabila terakumulasi dapat
menyebabkan rasa nyeri pada otot menimbulkan stress fisik Hal ini
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
18
menyebabkan latihan aerobik terasa lebih menyenangkan (Hernawati 2009)
Metabolisme aerobik jauh lebih efisien daripada anaerobik karena menghasilkan
38 molekul ATP per molekul glukosa versus hanya 2 molekul melalui jalur
anaerob
Pelatihan fisik atau olahraga yang teratur selain memberikan manfaat
perbaikan pada mental fisik dan fisiologis juga mempengaruhi hormon tubuh
kita antara lain (Sharkey2003)
1 Growth Hormone
Stimulasi sintesis protein (muscle tone development) dan kekuatan tulang
tendon ligament dan tulang rawan Penurunan penggunaan glukosa dan
peningkatan penggunaan lemak sebagai bahan bakar selama olahraga
Membantu mengurangi lemak tubuh dan mempertahankan glukosa darah pada
level normal sehingga membantu melakukan olahraga selama periode waktu
yang lebih lama Dilepaskannya Growth Hormone oleh kelenjar pituitari di
otak meningkat dengan meningkatnya waktu latihan aerobik
2 Endorphins
Opioid endogen dari kelenjar pituitary yang memblok rasa sakit menurunkan
nafsu makan membuat perasaan senang mengurangi tekanan dan kecemasan
Pada saat olahraga endorfin dalam darah meningkat sampai lima kali selama
aktifitas olahraga lebih dari 30 menit Endorfin membuat kita dapat melakukan
aktifitas latihan menjadi lebih tahan lama
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
19
3 Testosteron
Hormon yang penting untuk wanita dan pria dalam mempertahankan tonus
volume kekuatan otot meningkatkan angka rata metabolisme basal
menurunkan lemak tubuh dan merasa lebih percaya diri Diproduksi oleh
ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki Testosteron pada wanita hanya
sepersepuluh kadar testosteron pada laki-laki Pada wanita testosteron
berperan pada pengaturan libido dan orgasme Produksi pada wanita menurun
saat menjelang menopause sedangkan pada pria pada usia memasuki usia 40
tahun Kadar testosteron darah mulai meningkat setelah 20 menit olahraga
baik pada wanita maupun pria dan tetap tinggi sampai 1-3 jam setelah
olahraga
4 Estrogen
Estrogen secara biologis aktif adalah 17 beta estradiol meningkatkan
pemecahan lemak dari lemak tubuh sehingga dapat digunakan sebagai sumber
tenaga meningkatkan rata-rata metabolisme basal meningkatkan mood
meningkatkan libido Hormon ini disekresi oleh ovarium meningkat saat
olahraga dan tetap meningkat sampai 1-4 jam setelah olahraga
5 Thyroxine (T4)
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid meningkatkan metabolisme
hampir semua sel dalam tubuh Peningkatan metabolisme ini membantu kita
merasa lebih energik dan juga menyimpan kalori penting untuk penurunan
berat badan Kadar tiroksin dalam darah meningkat sekitar 30 selama
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
20
olahraga dan tetap meningkat sampai beberapa jam sesudahnya Olahraga
yang teratur juga meningkatkan level tiroksin saat istirahat
6 Epinephrine
Hormon yang diproduksi oleh medulla adrenal yang meningkatkan jumlah
darah yang dipompa oleh jantung dan mengarahkan aliran darah ke tempat
yang diharapkan Stimulasi pemecahan glikogen (karbohidrat yang disimpan)
dalam otot yang aktif dan hati untuk digunakan sebagai sumber tenaga
Menstimulasi pemecahan lemak (lemak yang disimpan dalam otot yang aktif)
dan digunakan sebagai sumber tenaga Sejumlah epinefrin yang dilepaskan
berhubungan dengan intensitas dan durasi latihan
7 Insulin adrenalin
Hormon yang penting dalam mengatur gula darah dan asam lemak (lemak)
dan asam amino (protein) dalam sel Sekresi insulin oleh pancreas meningkat
sehubungan dengan respon meningkatnya kadar gula darah dan protein yang
biasa terjadi setelah makan Semakin banyak gula sederhana yang dikonsumsi
semakin tinggi respon insulin Meningkatnya insulin menyebabkan produksi
lemak sehingga insulin sering disebut sebagai hormon lemak atau fat
hormone Pada orang dengan berat badan berlebih terjadi resistensi insulin
sehingga diperlukan insulin dalan jumlah yang lebih besar untuk didapatkan
efek yang sama sehingga didapatkan kadar insulin darah yang lebih tinggi dan
latihan aerobik setiap hari Kadar insulin darah mulai menurun 10 menit saat
olahraga dan terus menurun sekitar 70 menit olahraga Olahraga yang teratur
juga meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin dalam keadaan istirahat
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
21
8 Glucagon
Hormon yang diproduksi oleh pankreas tugasnya meningkatkan kadar gula
darah Saat gula darah rendah glukagon disekresi dan menyebabkan simpanan
karbohidrat di dalam hati dilepaskan ke aliran darah untuk meningkatkan
kadar gula mencapai kadar normal Glukagon juga menyebabkan
dipecahkannya lemak sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar atau
sumber tenaga Glukagon mulai disekresi pada 30 menit awal olahraga ketika
gula darah mulai menurun
242 Pelatihan Fisik Berlebih
Pelatihan fisik berlebih menimbulkan gangguan pada sistem endokrin
terjadi peningkatan kadar kortisol dan penurunan kadar testosteron (Maffetone
2007) peningkatan ACTH penurunan LH plasma
Sindrom pelatihan fisik berlebih dalam jangka panjang mengakibatkan
terjadinya inflamasi infeksi yang lebih lanjut dapat mempengaruhi kesehatan
secara umum Aktifitas berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena
terjadi peningkatan konsumsi O2 oleh aktifitas otot skeletal Meskipun oksigen
dibutuhkan oksigen juga bersifat toksik yang dapat memicu peningkatan ROS
Pada organ yang tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup akan
menimbulkan keadaan iskemik dan kerusakan mikrovaskular Keadaan ini disebut
sebagai Reperfusion Injury yang memicu terjadinya kerusakan jaringan dan
peningkatan Radikal Bebas
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
22
Pelatihan fisik berlebih meningkatkan terbentuknya Radikal Bebas
(Adiputra 2008) Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh untuk
melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam organ dan
pembuluh darah (Giriwijoyo 2004) Apabila berlebih menyebabkan kerusakan
sel dengan 3 cara (Kumar et al2005 Ebenhardt 2001)
1 Kerusakan DNA mengakibatkan mutasi DNA bahkan kematian sel
2 Peroksidasi lipid membrane sel dan sitosol menyebabkan terjadinya proses
reduksi asam lemak sehingga mengakibatkan kerusakan membran dan organel
sel
3 Modifikasi protein teroksidasi oleh karena cross linking protein
Bila radikal bebas bertemu dengan asam lemak tak jenuh ganda daalam
membrane sel terjadi reaksi peroksidasi lipid membran sel menyebabkan
peningkatan fluiditas membran gangguan integritas membran dan inaktivasi
ikatan membran dengan enzim dan reseptor Tahap akhir dibebaskan aldehyde
seperti malondealdehyde pentane etana conjugated diane yang bersifat merusak
tubuh (Murray et al2000)
Pelatihan fisik berlebih menyebabkan terjadinya peningkatan lekosit atau
lekositosis peningkatan isoprostan dalam urin protein carbonil (73) catalase
(96) glutation peroksidase serta glutation teroksidasi (25) Dapat
disimpulkan pelatihan fisik berlebih merangsang respon biomarker stres oksidatif
(Murray et al 2000) Proses penuaan mengakibatkan penurunan sistem imun
sehingga meningkatkan resiko infeksi Menurut teori aktifitas sedang dapat
menangkal efek proses penuaan yang diakibatkan penurunan sistem imun Studi
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
23
yang dilakukan Shepard dan Shek menunjukkan bahwa aktifitas sedang dapat
ditoleransi dengan baik oleh individu lanjut usia dan menunjukkan penurunan
stimulasi proliferasi limfosit
Gejala ndash gejala yang dirasakan apabila melakukan pelatihan fisik berlebih
(overtraining) (Maffetone 2007)
1 Sering mengalami kegagalan dalam melakukan latihan yang biasanya kita
lakukan Kondisi fisik menjadi semakin lemah dan semakin lambat terjadi
kemunduran
2 Kehilangan otot dan terjadi penimbunan lemak Latihan fisik berlebih
meyebabkan rasio testosteron kortisol yang seharusnya positif yang berarti
lebih banyak otot dan lebih sedikit lemak menjadi negatif yang berarti cortisol
lebih tinggi dibanding testosteron yang berarti terjadi peningkatan resistensi
insulin dan penimbunan lemak
3 Merasa lemas mudah tersinggung sulit tidur
4 Persendian tulang dan anggota tubuh terasa sakit
Terjadinya DOMS (delayed onset muscle soreness) menunjukkan teknik
latihan yang salah atau postur saat latihan yang tidak tepat DOMS merupakan
respon alami yang akan hilang dalam waktu sehari atau 2 hari tetapi apabila
nyeri berkepanjangan menunjukkan adanya overtraining
5 Sering tiba-tiba jatuh sakit
Latihan fisik berlebih menurunkan sistem imun tubuh kita sehingga menjadi
lebih mudah sakit
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
24
Latihan fisik berat jangka panjang berkaitan dengan cedera serat
ototKerusakan yang terjadi berhubungan dengan intensitas durasi dan tipe
latihan Ketika cell death terbentuk jaringan nekrotik dibuang oleh sel fagosit
sel satelit teraktivasi menuju ke area yang cedera menjadi myoblast dan
selanjutnya menjadi serat otot Enzim otot yang dilepaskan tidak sepenuhnya
merefleksikan kerusakan struktural yang diperkirakan oleh analisis histologis
Perubahan penanda biologis cedera otot (seperti aktifitas kreatin kinase (CK)
lactate dehydrogenase (LDH) atau konsentrasi malondialdehyde di plasma
(MDA)) sering diperiksa selama overtraining Serum aktivitas CK dan
konsentrasi MDA plasma dapat gagal meningkat saat overtraining perubahan
parameter biokimia hanya merefleksikan otot dengan beban berlebih Setelah
olahraga yang lama pro-inflammatory cytokines diproduksi lokal pada otot
skeletal
Tanda dan gejala fisik latihan fisik berlebih (overtraining)
- Denyut jantung atau nadi yang meningkat saat istirahat
- Tidak toleransi terhadap latihan
- Penampilan yang menurun
- Penurunan berat badan berkurangnya massa otot tidak nafsu makan
- Kelelahan chronic fatigue lethargy
- Nyeri dan kerusakan otot nyeri sendi
- Mudah terserang flu pembengkakan kelenjar getah bening di leher
selangkangan dan ketiak
- Konstipasi atau diare
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
25
- Gangguan haid gangguan makan gangguan tidur
- Sakit kepala gangguan pencernaan
- Pemulihan yang berlangsung lambat setelah latihan
- Sendi otot tendon terasa kaku dan sakit
Tanda dan gejala psikologis
- Lelah capek kekurangan tenaga
- Insomnia sakit kepala tidak mampu untuk beristirahat
- Depresi gelisah cemas apatis
- Menurunnya kepercayaan diri
- Menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
- Mudah stress
Efek biokimia dari Latihan Fisik Berlebih
- Meningkatnya serum kortisol dan SHBG
- Menurunnya serum total dan free testosterone rasio testosteron kortisol
- Menurunnya glikogen otot
- Menurunnya serum hemoglobin besi dan ferritin
Faktor yang mempengaruhi terjadinya overtraining
- Jetlag
- Bekerja terlalu keras
- Menstruasi
- Nutrisi gaya hidup yang buruk
- Kurang istirahat
- Terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
26
- Kurangnya kemampuan mengatasi stress
Penanganan overtraining atau Latihan Fisik berlebih
- Massage
Massage pada jaringan dalam dapat melepaskan otot yang tegang
mempertahankan keseimbangan sistem muskulo-skeletal Pemijatan atau
massage yang teratur dapat membantu mencegah cedera yang mungkin
terjadi karena overuse
- Menggunakan roller busa
Penggunaan roller busa memungkinkan kita dapat melakukan massage
atau pemijatan sendiri Kita dapat juga memakai yang berbentuk bola atau
bola tenis untuk membantu menghilangkan rasa sakit Pemijatan ini dapat
dilakukan di tungkai lutut hamstring bahu punggung atau otot atau sendi
manapun
- Terapi suhu kontras
Air pancuran hangat dan dingin bergantian menstimulasi tubuh untuk
pulih lebih cepat Otot membawa impuls yang terasa pada kulit bagian
dalam tubuh di mana terjadi stimulasi sistem imun memperbaiki sirkulasi
dan pencernaan mempengaruhi produksi hormon stress meningkatkan
aliran darah mengurangi sensitivitas nyeri
- Pengaturan makanan
Membantu proses pemulihan penting untuk mengkonsumsi makanan
tinggi karbohidrat protein dan lemak sehat seperti Omega 3 omega 6
omega 9 asam lemak esensial Karbohidrat memberikan sumber tenaga
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
27
pada tubuh dan otak asam lemak esensial membantu mengurangi depresi
memperbaiki pemulihan protein akan membangun kembali otot yang
mengalami overtraining
- Mengkonsumsi vitamin
Ketika terjadi overtraining suplementasi sangat menguntungkan Vitamin
dan suplementasi mineral sebaiknya dikonsumsi pagi hari bersama dengan
makanan untuk penyerapan yang lebih baik
Defisiensi Vitamin yang biasa terjadi
- Vitamin A (Beta-Caroten)
- Vitamin B kompleks vitamin B12
- Vitamin C D E K
- Asam Folat
Defisiensi Mineral yang biasa terjadi
- Calcium
- Chromium
- Copper Iodine Iron
- Magnesium Fosfor
- Potassium
- Sodium
- Sulfur
- Zinc
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
28
25 Antioksidan
Radikal Bebas merupakan senyawa reaktif yang secara alami diproduksi
oleh tubuh manusia Radikal Bebas memberikan efek positif atau efek negatif
Untuk membatasi efek negatif tersebut dibutuhkan kompleks proteksi ndash sistem
antioksidan Sistem ini terdiri dari enzim antioksidan (katalase glutation
peroksidase superoksid dismutase) dan antioksidan non enzimatik ( vitamin E-
tokoferol vitamin A- retinol vitamin C- asam askorbat) Keseimbangan antara
produksi radikal bebas dan pertahanan antioksidan menunjukkan tingkat stress
oksidatif yang mungkin terlibat dalam proses penuaan dan pada beberapa
patologi (misalnya kanker Parkinson) (Winarsi 2007)
Latihan fisik juga meningkatkan stress oksidatif dan menyebabkan
gangguan homeostasis Latihan memberikan efek positif dan efek negatif
tergantung dari beban latihan spesifikasi latihan dan tingkat basal latihan Stress
oksidatif terlibat dalam terjadinya muscular fatigue dan mengarah ke
overtraining
Definisi antioksidan menurut Cadenas adalah suatu senyawa yang apabila
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding senyawa yang teroksidasi
secara signifikan dapat menunda atau mencegah proses oksidasi senyawa tersebut
(Cadenas 2002) Secara kimia antioksidan adalah senyawa pemberi electron
Secara biologis antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal dan
meredam dampak negative oksidan dalam tubuh Antioksidan mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa oksidan tersebut dapat
dihambat (Winarsi 2007)
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
29
Penting sekali keseimbangan antara oksidan dan antioksidan karena
berfungsi menjaga integritas dan berfungsinya membrane lipid protein sel dan
asam nukleat Senyawa asam lemak tak jenuh penyusun membrane lipid sangat
sensitive terhadap perubahan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan
Menurut mekanisme kerjanya antioksidan dikelompokkan atas 3 yaitu
1 Antioksidan primer SOD katalase glutation peroksidase (GSH-Px)
Bekerja pembentukan senyawa radikal bebas yang telah terbentuk menjadi
molekul yang kurang aktifSedangkan antioksidan primer yang dapat
ditambahkan dari luar seperti glutation asam lipoat SOD melatonin
2 Antioksidan sekunder vitamin E vitamin C beta karoten flavonoid asam
urat albumin (Soewoto 2001)
Merupakan antioksidan eksogenous atau non enzimatis (Winarsi 2007)
Bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
atau dengan cara menangkapnya
3 Antioksidan tertier meliputi system enzim DNA-repair dan metionin
sulfoksida reduktase Berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak
akibat reaktivitas radikal bebas
26 Glutation sebagai antioksidan
Glutation merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glutamat
sistein dan glisin (Cadenas 2002)Ikatan glutamat ndash sistein merupakan ikatan
isopeptida antara grup γ-karboksil dari glutamat dan grup α amino dari
sisteinIkatan unik ini membuat gluation tahan terhadap degradasi oleh proteases
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
30
dan peptidases yang berfungsi pada peralihan proteinMerupakan suatu
antioksidan yang mencegah kerusakan komponen seluler oleh reactive oxygen
species seperti radikal bebas dan peroksidGlutation bukan nutrisi esensial karena
disintesa di dalam tubuh dari asam amino L-sistein L-glutamic acid dan glycine
Gambar 21 Struktur GSH dan GSSG
Glutation terdapat pada sebagian besar sel tubuh tetapi terbanyak terdapat
di dalam hati Grup thiol (SH) dari sistein berfungsi sebagai donor proton dan
bertanggungjawab untuk aktifitas biologis glutation Provisi asam amino ini
merupakan faktor yang terbatas dalam sintesis glutation oleh sel karena sistein
relatif jarang pada makanan Apabila dilepaskan sebagai asam amino bebas
sistein adalah toksik dan secara spontan dikatabolisasi di saluran pencernaan dan
plasma darah
Glutation disintesis dalam 2 tahap
1 Gamma-glutamylcysteine disintesa dari L-glutamate dan sistein melalui enzim
gamma-glutamylcysteine sintetase (glutamate cysteine ligase GCL)
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
31
2 Glisin ditambahkan pada C-terminal dari gamma-glutamylcysteine melalui
enzim glutation sintetase
261 Fungsi Glutation
Glutation terdapat dalam bentuk tereduksi (GSH) dan teroksidasi (GSSG)
Grup thiol dari sistein mampu memberikan donor elektron ke molekul lain yang
tidak stabil seperti Reactive Oxygen Species (ROS) Pada saat mendonorkan
elektronnya glutation menjadi reaktif dan segera bereaksi dengan glutation reaktif
lainnya membentuk glutation disulfide (GSSG)Reaksi mungkin terjadi apabila
terdapat konsentrasi yang cukup tinggi di sel (sampai 5mm di hati) GSH dapat
terbentuk kembali dari GSSG oleh enzim glutation reduktase Pada sel atau
jaringan yang sehat terdapat lebih 90 dari total simpanan glutation terdapat
dalam bentuk tereduksi (GSH) dan kurang dari 10 dalam bentuk disulfide
(GSSG)
GSH ---- GSSG
Eliminasi ROS Menjaga protein thiols Antioxidant
dalam bentuk reduksi pools
Gambar 22 GSH Redox (Cadenas 2002)
GSH Redox merupakan indikator sentral keseimbangan antara stress
oksidatif dan system antioksidan GSH Redox berkaitan dengan detoksifikasi
Reactive Oxygen Species (ROS) berfungsi dalam mempertahankan tersedianya
antioksidan mempertahankan protein thiol dalam bentuk reduksi Rasio
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
32
GSHGSSG sering dipakai untuk mengekspresikan keseimbangan redox ini
Peningkatan rasio GSH-GSSG merupakan indikasi adanya Stress Oksidatif
(Goldman 2003)
Glutation mempunyai beberapa fungsi (Winarsih 2007)
- Sebagai antioksidan endogen mayor yang diproduksi oleh sel berpartisipasi
langsung pada netralisasi radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif
mempertahankan antioksidan eksogen seperti vitamin C dan E pada bentuk
tereduksi (aktif)
- Pengaturan siklus nitric oxide yang sangat penting untuk kehidupan tetapi
dapat menjadi masalah apabila tidak teregulasi Digunakan untuk reaksi
metabolism dan biokimia seperti sintesis dan perbaikan DNA sintesis protein
sintesis prostaglandin transport asam amino dan aktivasi enzim Tiap sistem
di dalam tubuh kita dapat dipengaruhi oleh sistem glutation khususnya sistem
imun sistem saraf sistem gastrointestinal dan paru
Gambar 23 Detoksifikasi Lipid Hydroxyperoxides di usus halus
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
33
GSH yang ditransportasikan kedalam lumen digunakan untuk detoksifikasi
peroksid yang terbentuk dari makanan oleh glutation peroksidase (GSH Px)
Proses ini membutuhkan peroksid dan glutation yang tersedia di sel epitel GSSG
yang terbentuk direduksi kembali menjadi GSH oleh GSSG reduktase (GSSG
Rx) menggunakan NADPH sebagai reduktan
262 Suplementasi Glutation
Meningkatkan level GSH melalui suplementasi glutation langsung sulit
Penelitian terakhir menyatakan bahwa secara oral tidak diabsorpsi baik melalui
saluran pencernaan Studi mengenai konsumsi oral akut glutation dengan dosis
sangat besar 3 gram Witschi dan tim menemukan lsquoadalah tidak mungkin
meningkatkan glutation yang bermanfaat secara klinis dengan dosis tunggal 3
gram glutationrsquo
Glutation terdapat pada makanan sehari-hari sampai 150mghari dapat
diabsorpsi melalui intak di usus halus Individu sehat dengan asupan sulfur asam
amino (1-2 gramhari) jumlah GSH mungkin tidak cukup untuk mendapatkan
efek penting secara sistemik Individu dengan asupan sulfur asam amino yang
terbatas suplementasi GSH diperlukan untuk mempertahankan suplai GSH
sistemik dengan memperbaiki keseimbangan sulfur asam amino (Cadenas 2002)
Glutation hanya diabsorpsi di sel epitel oral dan traktus gastrointestinal
dan memberikan keuntungan kesehatan spesifik pada jaringan tersebut(Cadenas
2002)
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
34
SUPLAI HILANG
Makanan suplemen Degradasi
GSH
Empedu LUMINAL Uptake
Epitel Reaksi Detoksifikasi
Gambar 24 Supply dan Removal Glutation dalam lumen usus halus (Cadenas 2002) Glutation (GSH) disuplai ke dalam lumen intestinal melalui konsumsi oral
empedu dan sekresi epitel intestinal Jumlah yang disuplai dari empedu cukup
untuk mempertahankan jumlah 200microM pada tikus tetapi tidak cukup pada
manusia yang mengalami degradasi di duktus kantung empedu Jumlah yang
dikonsumsi melalui makanan bervariasi dan secara umum kurang dari 200 microM
Jumlah yang diberikan melalui epitel hanya sekitar 10 atau kurang
dibandingkan dengan yang disediakan oleh empedu Hilangnya Glutation karena
degradasi oleh γ-glutamyltranspeptidase dan dipeptidases pada permukaan sel
epitel ditransportasikan ke dalam sel oleh mekanisme sodium-dependent dan
sodium-independent konjugasi dengan elektrofil reaktif dikatalisasi oleh
glutathione-S transferase mucus (Cadenas 2002)
Vitamin D meningkatkan level glutation di otak dan tampaknya sebagai
katalis untuk produksi glutation Sejumlah vitamin D aktif di otak berikatan
dengan seberapa besar vitamin D3 baik melalui suplemen atau dibentuk di kulit
melalui paparan matahariHal ini menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin D
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
35
dan atau mendapat cukup paparan matahari meningkatkan produksi glutation
(Sellman 2009)
Konsentrasi glutation di plasma dan hati dapat ditingkatkan dengan
mengkonsumsi suplemen tertentu yang disebut GSH precursors N-asetilsistein
atau NAC glutation precursor yang paling memungkinkan Suplemen lain S-
adenosilmetionin (SAMe) dan whey protein juga dapat meningkatkan glutation
dalam sel (Sellman 2009)
NAC tersedia dalam bentuk obat dan sebagai suplemen generik Alpha
lipoic acid juga dapat mempertahankan glutation intraselular Melatonin dapat
menstimulasi enzim yang berkaitan glutation peroksidase dan silimarin ekstrak
dari biji tanaman milk thistle (Silybum marianum) juga mempunyai kemampuan
memperbarui level glutation
Glutation diatur dengan ketat di intraseluler dan dibatasi produksinya oleh
feedback negative inhibisi sintesisnya sendiri melalui enzim gamma-
glutamilsistein sintetase sehingga meminimalisir kemungkinan terjadinya
overdosis Penambahan glutation menggunakan precursor atau glutation intravena
adalah strategi untuk mengatasi defisiensi glutation stress oksidatif tinggi
defisiensi imun
Glutation yang rendah menunjukkan adanya pembuangan dan
keseimbangan negatif nitrogen seperti pada kanker AIDS sepsis trauma
terbakar dan bahkan atlet overtraining Suplementasi glutation dapat
memperbaiki proses ini dan contohnya pada AIDS memberi hasil adanya
perbaikan survival rates Bagimanapun studi mengenai kondisi ini belum dapat
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
36
membedakan glutation rendah sebagai akibat secara akut (pada pasien sepsis) atau
secara kronis (HIV) meningkatkan stress oksidatif dan peningkatan patologi
sebagai akibat defisiensi yang sudah ada sebelumnya
Skizofrenia dan gangguan bipolar berhubungan dengan glutation yang
rendah Stress oksidatif mungkin salah satu faktor dasar patofisiologi gangguan
bipolar gangguan depresif mayor dan skizofrenia Glutation (GSH) adalah
pemakan radikal bebas mayor di otakTidak adanya GSH meningkatkan
kerentanan sel terhadap stress oksidatif ditandai asetilsistein dapat mengurangi
gejala kedua gangguan tersebut
Glutation merubah level stress oksidatif pada sel yang diisolasi di
laboratorium sehingga dapat mengurangi perkembangan kanker Tes ini tidak
dilakukan pada manusia
Glutamat yang berlebihan di sinaps yang dapat dilepaskan pada kondisi
seperti cedera otak dapat menghambat pengambilan sistein senyawa pembentuk
glutation yang pentingTanpa proteksi dari cedera oksidatif oleh glutation sel-sel
dapat rusak atau mati (Sellman 2009)
Glutation juga mempunyai fungsi lain sebagai berikut (Sellman 2009)
Mencerahkan kulit
Mencegah menghilangkan jerawat dan bekas jerawat
Menghilangkan noda hitam
Anti aging dan anti kerut
Memberi nutrisi kulit
Membantu pemulihan luka
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
37
Membuat kulit menjadi halus segar dan bersinar
Kondisi kesehatan yang berhubungan dengan defisiensi glutation
Peningkatan proses penuaan
Kesulitan dalam keseimbangan
Gangguan mental
Masalah koordinasi
Gangguan sistem saraf
Akhir-akhir ini dipercaya sebagai penyebab lesi otak
Kanker HIV Katarak Diabetes Mellitus
Jumlah sperma yang rendah
263 Glutation Precursor (Sellman 2009)
Glutation Precursor disebut juga sebagai building-block dari glutation
yaitu N-asetilsistein atau NAC dan whey protein tidak terdenaturasi
Nasetilsistein adalah obat farmasi yang biasa digunakan bertahun-tahun untuk
mengobati overdose asetaminofen Hal ini sangat efektif ketika diberikan dalam
dosis besar di ruang darurat ketika seseorang akan mengalami gagal hati karena
overdosis asetaminofen komposisi aktif dari Tylenol
Efek sampingnya adalah bercak-bercak kemerahan bersin mual
anafilaksis reaksi alergi yang berupa kesulitan bernafas karena bronkospasme
tekanan darah menurun angioedema muntah kram diare Walaupun jarang
kematian pernah dilaporkan karena N-asetilsistein Beberapa orang mendapatkan
rasa dan bau yang tidak dapat diterima karena kandungan sulfur di dalamnya
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
38
Pengggunaan teratur untuk menaikkan kadar glutation tidak direkomendasikan
untuk anak-anak dan bayi Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan keamanan N-asetilsistein untuk penggunaan jangka panjang
Whey protein tidak terdenaturasi merupakan nutraceutical atau medicinal
foodSenyawa ini memberikan ikatan sistein ke sel-sel di mana glutation dapat
terbentuk di tempat tersebut
Beberapa kondisi yang tidak dapat mengkonsumsi whey protein
- Pasien dengan alergi protein susu
- Pasien dengan diet rendah protein
- Pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif
Efek sampingnya adalah kembung perut kram urtikaria Efek samping
karena overdosis tidak terjadi karena sel hanya membuat sebatas yang dibutuhkan
apabila berlebih kelebihan disimpan di hati dan ginjal sampai suatu saat kalau
dibutuhkan
264 Sumber Glutation dari makanan
Sumber glutation dari makanan yang disarankan adalah asparagus bayam
brokoli bawang putih kale bawang watercress kol Brussel sprout beberapa
bumbu seperti kunyit kayu manis semangka alpukat anggur peach jeruk
walnut granola daging kalkun dan daging ayam keju cottage dan yoghurt
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
39
Tabel 21 Makanan yang mengandung Glutation (Cadenas2002)
GSH Food Group mg100 g mgsaji Buah segar Apel 33 46 Pisang 41 48 Anggur 79 146 Jeruk 73 106 Semangka 66 283 Sayuran segar Asparagus dimasak 283 263 Alpukat 277 313 Brokoli dimasak 91 78 Wortel mentah 79 59 Tomat 90 109 Daging Hamburger 175 149 Ham rebus 233 13 Ayam digoreng 131 134 Sereal biji-bijian Cornflakes 00 00 Roti whole wheat 12 06 Roti putih 00 00 Nasi putih enriched dimasak 16 21 Produk Susu Susu whole 00 00 Keju Amerika 00 00 Yoghurt plain lowfat 00 00 Es krim 10 lemak 00 00
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
40
BAB III
KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
31 Kerangka Berpikir
Faktor penyebab penuaan antara lain faktor internal dan faktoreksternal
Faktor internal meliputi radikal bebas glikosilasi metilasi hormon yang
berkurang apoptosis system kekebalan tubuh yang menurun genetik Faktor
eksternal meliputi gaya hidup tidak sehat polusi lingkungan stress kemiskinan
kebiasaan yang salah olahraga berlebihan (overtraining) Berbagai faktor di atas
menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan terjadilah penuaan
Kerangka konsep penelitian berdasarkan teori bahwa salah satu penyebab
penuaan adalah radikal bebas Bila jumlah radikal bebas melebihi jumlah
antioksidan di dalam tubuh terjadilah stress oksidatif Radikal bebas dapat
merusak membran sel protein DNA dan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup
sel jaringan Stress oksidatif yang berlangsung lama akan mengakibatkan
terjadinya penumpukan hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan
selanjutnya sel dan jaringan tersebut akan kehilangan fungsinya dan akhirnya
mati
Olahraga berlebih meningkatkan stress oksidatif karena terdapat
peningkatan konsumsi O2 oleh aktivitas otot skeletal Oksigen juga dapat bersifat
toksik yang dapat memicu peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS)Organ
yang tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi menjadi iskemik dan terjadi
kerusakan mikrovaskular (Reperfusion Injury) memicu peningkatan radikal
40
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
41
bebas Dengan pemberian antioksidan Glutation yang merupakan antioksidan
master diharapkan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan oleh
radikal bebas dengan cara melindungi sel dari Reactive Oxygen Species (ROS)
dan dapat dilihat melalui parameter MDA yang mengalami penurunan
32 Konsep Penelitian
Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Gambar 31 Konsep Kadar MDA pada tikus yang diberikan Pelatihan Fisik Berlebih+ Placebo dan Pelatihan Fisik Berlebih + Glutation
FAKTOR INTERNAL
- Jenis Kelamin
- Usia
- Genetik
- Hormon
- Psikologis
FAKTOR EKSTERNAL
- Makanan
- Cuaca iklim
- Penyakit
- Exercise
GLUTATION
TIKUS
KADAR MDA
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
42
33 Hipotesis
Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal dapat menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
41 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksterimental dengan rancangan
randomized pre test-post test control group design (Poccock et al 2008)
Subyek terdiri dari 2 kelompok yaitu
1 Kelompok 1 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+ Placebo
2 Kelompok 2 Kelompok dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
Semua kelompok sebelum perlakuan diberikan pre test (O1 O3) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Setelah perlakuan semua kelompok diberikan post test (O2 O4) dan
dihitung rerata untuk masing-masing kelompok
Kemudian dihitung perbedaan rerata antara pre test dan post test dari
masing-masing kelompok lalu hasil perbedaan tersebut dibandingkan secara
statistik
Gambar 41 Rancangan Penelitian
P S
43
R R
O1 P1 O2
O3 P2 O4
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
44
Keterangan
P = populasi
S = sampel
R = random
O1 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah mendapatkan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan placebo (pre test)
O2 = observasi data MDA kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan
fisik berlebih setelah diberikan placebo (post test)
O3 = observasi data MDA kelompok perlakuan setelah diberikan
pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan Glutation (pre test)
O4 = observasi data MDA kelompok perlakuan diberikan pelatihan fisik
berlebih setelah diberikan Glutation (post test)
P1 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih+ placebo
P2 = perlakuan dengan pelatihan fisik berlebih + Glutation
42 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana pada bulan Januari ndash Maret 2012 Pemeriksaan MDA darah
tikus dikerjakan di bagian Program Antar Unit Universitas Gajah Mada
Jogyakarta
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
45
43 Populasi dan Sampel
431 Populasi
Subyek penelitian adalah tikus jantan dewasa galur Wistar yang berusia 2-
25 bulan dan dalam kondisi fisik sehat
432 Kriteria Sampel
4321 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi yang ditetapkan sebagai sampel adalah sebagai berikut
a Tikus jantan dewasa galur Wistar
b Umur 2-25 bulan
c Berat badan plusmn200 gram
d Sehat
e MDA ge 5mmollt
4322 Kriteria Drop Out
Adalah sampel yang mati pada waktu penelitian
433 Besar Sampel
Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
rumus Poccock (2008)
Angka μ1 (5) dan μ2 (12) didapatkan dari penelitian sebelumnya (Ji 1998)
n=
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
46
= asymp 7
Keterangan
n = jumlah sampel
σ = standar deviasi kelompok perlakuan dengan pemberian
glutation (15)
f ( ) = besarnya didapat dari tabel (Poccock 2008)
μ1 = rerata hasil MDA pada kelompok perlakuan sesudah
pemberian glutatioacuten (5)
μ2 = rerata hasil MDA pada kelompok pre test (12)
Jadi jumlah sampel (n) = 675 dan ditambah 3 ekor tikus untuk masing-
masing kelompok sebagai cadangan Jadi total 20 ekor tikus dengan 10
ekor tikus untuk masing-masing kelompok
434 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel ini bersifat homogen yaitu tikus jantan yang memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi diambil secara acak
sederhana untuk mendapatkan jumlah sampel Sampel yang dipilih dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok dengan pelatihan fisik berlebih+placebo kelompok
dengan pelatihan fisik berlebih + glutation
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
47
44 Variabel Penelitian
441 Klasifikasi Variabel
Variabel penelitian dibedakan menjadi
1 Variabel Bebas dosis pemberian glutation
2 Variabel Tergantung kadar MDA
3 Variabel Terkendali varian tikus jantan (galur wistar) jenis
kelamin umur berat badan lingkungan
(pencahayaan suhu kelembaban nutrisi
kandang)
Gambar 42 Bagan Hubungan Antar Variabel
VARIABEL BEBAS
- Pelatihan fisik berlebih
- Glutation 37mg kgBBhari
VARIABEL TERGANTUNG
KADAR MDA
VARIABEL TERKENDALI
Varian tikus
Jenis kelamin umur berat badan
Pencahayaan suhu kelembaban nutrisi kandang
Makanan minuman
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
48
442 Definisi Operasional Variabel
1 Pelatihan fisik berlebih pada tikus adalah pelatihan yang berlebihan
yang diukur berdasarkan kemampuan maksimal berenang tikus pada
ember berdiameter 35 cm dengan kedalaman air 20 cm yang
dilakukan 60 menithari selama 35 hari pada waktu yang sama pada
suhu 32 derajat (Binekada 2002 dan Pepe2011)
2 Glutation yang diberikan adalah Glutation Teofarma injeksi sediaan
600mg 4 ml Dosis pemberian Glutation adalah pemberian sediaan
antioksidan Glutation dalam bentuk suntikan intraperitoneal yang
diberikan 1x sehari dan diberikan 6 jam sebelum pelatihan fisik
berlebih Dosis pemberian Glutation mengacu pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Ji L L yaitu 37mgkgBBhari yang
dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril secara intraperitonial
3 MDA merupakan salah satu biomarker kerusakan oksidatif pada
membran sel dan merupakan hasil peroksidasi lipid yang disebabkan
oleh radikal bebas Pengukuran kadar MDA menggunakan metode
Thiobarbituraic Acid Reactive Substances (TBARS) Pembacaan hasil
dengan menggunakan spektrofotometer Satuan MDA dalam mmoll
4 Cahaya suhu dan kelembaban merupakan kondisi lingkungan yang
dialami tikus jantan dewasa Pada penelitian ini kondisi lingkungan
selama percobaan dibuat sama
5 Berat badan tikus adalah berat badan yang ditimbang dengan
timbangan gram
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
49
6 Umur tikus adalah umur yang ditentukan dengan melihat tanggal
kelahiran yang dicatat pada kandang percobaan
7 Kondisi peneliti yang meliputi kesehatan fisik dan psikis peneliti
Penelitian dilaksanakan saat kondisi peneliti dalam keadaan baik
sehingga pengaruhnya terhadap hasil penelitian dapat diabaikan
45 Bahan dan Alat Penelitian
451 Bahan Penelitian
Glutation injeksi
Tikus jantan
Makanan tikus berupa pellet dan air minum dari air ledeng
Aquades steril
EDTA (Ethylenediamine tetraacetic acid)
Reagensia untuk pengukuran kadar MDA
452 Alat Penelitian
Alat yang dipakai dalam pengambilan data penelitian ini adalah
- Kandang tikus terbuat dari besi yang di dalamnya terdapat sekam dan
botol minuman
- Ember berdiameter 35 cm dan kedalaman air 20 cm
- Stopwatch
- Timbangan
- Spuit injeksi 1 ml
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
50
- Sarung tangan
- Kapas dan alkohol 70
- Tabung Evendorf
- Mikropipet
- Pipet kapiler
- Sentrifugasi
46 Prosedur Penelitian
1 Tikus jantan dewasa (Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan
berat badan plusmn200gram dilakukan aklimatisasi selama 2 minggu di
tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan
2 Semua sampel tikus diberi perlakuan yang sama yaitu diberikan
pelatihan fisik berlebih dengan cara berenang sampai kelelahan pada
hari ke 7 kedua kelompok tersebut dilakukan pemeriksaan MDA
3 Mulai hari ke 8 ndash 35 sampel tikus yang berjumlah 20 ekor dibagi atas 2
kelompok di mana kelompok 1(kontrol) diberikan pelatihan fisik
berlebih + injeksi aquabidest intraperitoneal enam jam sebelum
perlakuan aktifitas berlebih kelompok ke 2 (perlakuan) diberikan
pelatihan fisik berlebih + injeksi intraperitoneal glutation 37
mgkgBBhari yang sudah dilarutkan dalam 025 ml aquabidest steril
4 Pada hari ke 35 dilakukan pemeriksaan kadar MDA pada masing-
masing tikus setelah bulu tikus kering
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
51
5 Selama penelitian hewan coba diberikan makanan dan minuman secara
teratur kebersihan dan kenyamanan kandang dijaga
461 Alur Penelitian
TIKUS ADAPTASI 2 MINGGU
PELATIHAN FISIK BERLEBIH 1 MINGGU
MDA
KELOMPOK 1 KELOMPOK 2
PELATIHAN FISIK BERLEBIH PELATIHAN FISIK BERLEBIH
+ AQUABIDEST (28 hari) +GLUTATION 37mgkgBBhari
28 HARI 28 HARI
MDA
Gambar 43 Bagan Alur Penelitian
462 Pemantauan Keselamatan Tikus di Laboratorium
Pemantauan keselamatan tikus jantan (galur Wistar) di laboratorium
(Smith et al1988 Ngatidjan 2006) adalah sebagai berikut
1 Kandang tikus jantan harus cukup kuat tidak mudah rusak teratur dibersihkan
(1x seminggu) mudah dipasang kembali hewan tidak mudah lepas tahan
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
52
gigitan hewan kelihatan jelas dari luar Alas tempat tidur terbuat dari serbuk
gergaji atau sekam padi agar mudah menyerap air
2 Luas lantai yang memadai untuk tikus jantan dengan berat badan plusmn200 gram
adalah 60cm persegi dan tinggi 20 cm
3 Diciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai keperluan fisiologi tikus
jantan di mana kelembaban suhu pertukaran udara yang ekstrim harus
dihindari
4 Hewan coba hendaknya diperlakukan dengan kasih sayang
47 Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
1 Analisis Deskriptif
2 Uji normalitas data dilakukan dengan tes Shapiro-Wilk Distribusi data
normal dengan nilai pgt005
3 Uji homogenitas dilakukan dengan Lavenersquos Test Data dinyatakan
homogen dengan nilai pgt005
4 Karena data berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji
komparabilitas dipakai
- Uji t independent untuk membandingkan rerata kadar MDA antar
kelompok
- Uji Paired T- Test untuk membandingkan rerata kadar MDA pre
dan post masing-masing kelompok
- Analisis data menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
dinyatakan berbeda bila plt005
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
53
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 20 ekor tikus jantan dewasa
(Galur Wistar) sehat berumur 2-25 bulan dengan berat badan plusmn200 gram sebagai
sampelyang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor
yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dankelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) Dalam penyajian hasil ini diuraikan
uji normalitas data uji homogenitas data uji komparabilitas dan uji efek
perlakuan
51 Uji Normalitas Data
Data Kadar MDA baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan
pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (pgt005)
disajikan pada Tabel 51
53
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
54
Tabel 51 Hasil Uji Normalitas Data Kadar MDA masing-masing Kelompok Sebelum
dan Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Perlakuan n p Keterangan
Kadar MDA kontrol pre
Kadar MDA perlakuan pre
Kadar MDA kontrol post
Kadar MDA perlakuan post
10
10
10
10
0965
0550
0975
0697
Normal
Normal
Normal
Normal
52 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Kadar MDA antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenersquos test
Hasilnya menunjukkan data homogen (pgt005) disajikan pada Tabel 52
Tabel 52 Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan
Variabel F p Keterangan
Kadar MDA pre
Kadar MDA post
0016
0592
0901
0452
Homogen
Homogen
53 Kadar MDA
531 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
55
glutation Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada
Tabel 53 berikut
Tabel 53
Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
518
529
028
029
089 0386
Tabel 53 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 518028mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 529029mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 089 dan nilai
p = 0386 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya tidak berbeda secara
bermakna (p gt 005)
532 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar MDA antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
56
Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 54
berikut
Tabel 54 Rerata Kadar MDAantar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata
Kadar MDA
SB T P
Aktivitas berlebih dan
placebo
Aktivitas berlebihdan
glutathion
10
10
778
444
023
017
3672 0001
Tabel 54 di atas menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok
kontrol (aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata
kelompok aktifitas berlebih dan glutation adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3672 dan nilai
p = 0001 Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan
berupa aktifitas berlebih dan glutation rerata kadar MDAnya berbeda secara
bermakna (p lt 005)
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
57
Gambar 51 Perbedaan Kadar MDA antar 2 Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan
533 Analisis Komparasi Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata kadar MDA antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan berupa aktifitas berlebih dan glutation Hasil
analisis kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 55 berikut
Tabel 55 Analisis KomparasiKadar MDA antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Kelompok Beda Rerata
pre ndash post p Keterangan
Aktivitas berlebih dan placebo
Aktivitas berlebih dan
glutathion
260
085
0001
0001
Meningkat
Menurun
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
58
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar MDA
pada kelompok perlakuan secara bermakna sebesar 085mmoll sedangkan pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan secara bermakna sebesar 260mmoll
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
59
BAB VI
PEMBAHASAN
61 Subyek Penelitian
Untuk menguji efek pemberian glutation terhadap penurunan kadar MDA
maka dilakukan penelitian terhadap 20 ekor tikus jantan dewasa (Galur Wistar)
sebagai sampel yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah
10 ekor yaitu kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) dan
kelompok perlakuan (pelatihan fisik berlebih dan glutation)
62 Efek Pelatihan Fisik Berlebih dan Glutation terhadap Kadar MDA
Hasil penelitian dan analisis data terhadap kadar MDA darah pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan bahwa hasil uji
normalitas (Uji Shapiro Wilk) dan homogenitas (Levenersquos test) pre-test dan post-
test masing-masing kelompok berdistribusi normal dan homogen (p gt 005)
Uji perbandingan 1 minggu pelatihan fisik berlebih sebelum diberikan
injeksi antara kedua kelompok menggunakan uji t-independent Rerata kadar
MDA kelompok kontrol (pelatihan fisik berlebih dan placebo) adalah
518028mmoll dan rerata kelompok pelatihan fisik berlebih dan glutation
adalah 529029mmoll Analisis kemaknaan dengan uji t-independent
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar MDA darah antara
kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan ( p gt 005) Hal ini berarti bahwa
kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan injeksi rerata kadar MDAnya tidak
59
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
60
berbeda secara bermakna
Uji perbandingan setelah pemberian placebo dan glutation antara kedua
kelompok menggunakan t-independent Rerata kadar MDA kelompok kontrol
(aktifitas berlebih dan placebo) adalah 778023mmoll dan rerata kelompok
perlakuan (aktifitas berlebih dan glutation) adalah 444017mmoll Analisis
kemaknaan dengan uji t-independent antara kedua kelompok sesudah diberikan
placebo dan glutation menunjukkan perbedaan kadar MDA secara bermakna
(plt005) Hal ini berarti bahwa kelompok yang diberikan perlakuan berupa
placebo dan glutation 6 jam sebelum diberikan pelatihan fisik berlebih dengan
cara merenangkan selama 60 menit hari selama 35 hari rerata kadar MDA
berbeda secara bermakna Sejumlah tertentu radikal bebas diperlukan oleh tubuh
untuk melawan radang membunuh bakteri mengatur tonus otot polos dalam
organ dan pembuluh darah (Giriwijoyo 2004)
Peningkatan kadar MDA sesudah diberikan pelatihan fisik berlebih pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan disebabkan karena pelatihan fisik
berlebih dapat meningkatkan stress oksidatif karena terjadi peningkatan konsumsi
oksigen oleh aktifitas otot skeletal Stress oksidatif memicu peningkatan senyawa
oksigen reaktif Pada pelatihan fisik berlebih juga terjadi Reperfusion Injury yang
memicu terjadinya kerusakan jaringan dan peningkatan radikal bebas (Adiputra
2008) Radikal bebas merusak molekul sehat dengan cara menarik elektronnya
sehingga terjadi kerusakan yang berlanjut pada gangguan sampai kematian sel
(Suryohudoyo 2000)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa sesudah diberikan pelatihan fisik
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
61
berlebih dan placebo terjadi peningkatan kadar MDA sebesar 5024 Kadar
MDA meningkat menunjukkan adanya proses oksidasi membran sel (Winarsi
2007) Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pepe
(2011) bahwa pelatihan fisik berlebih meningkatkan kadar MDA Lebih lanjut
Murray et al (2000) juga menyatakan bahwa pelatihan fisik berlebih merangsang
respon biomarker stres oksidatif Sedangkan pada kelompok perlakuan yang
diberikan aktifitas berlebih dan glutation terjadi penurunan kadar MDA sebesar
1607 Terjadinya penurunan kadar MDA pada kelompok yang diberikan
glutation 6 jam sebelum melakukan pelatihan fisik berlebih disebabkan karena
pemberian antioksidan meredam dampak negatif oksidan dalam tubuh dengan
cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa oksidan sehingga senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat (Winarsi 2007) Glutation merupakan antioksidan
endogen yaitu antioksidan yang dapat disintesa dalam tubuh dari asam amino L-
sistein L-glutamat dan glisin (Cadenas 2002) yang juga sebagai master
antioksidan yaitu antioksidan yang lebih penting dibanding antioksidan yang lain
Hal ini karena antioksidan yang lain bergantung pada adanya antioksidan
Glutation ini untuk dapat berfungsi dengan baik (Hersh 2004) Glutation
merupakan salah satu antioksidan yang tidak dapat menjadi pro oksidan (Cadenas
2002) Normalnya sekali suatu antioksidan memakan radikal bebas antioksidan
ini menjadi teroksidasi sendiri dan menyerang sel yang sehat yang disebut
sebagai pro oksidan Glutation dengan mudah dapat mengubah antioksidan yang
teroksidasi tersebut menjadi bentuk reduksi sehingga dapat berfungsi kembali
dalam memakan radikal bebas (Sellman 2009) Sehingga dengan demikian
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
62
glutation dapat membantu dalam menurunkan angka radikal bebas di dalam tubuh
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Urso
(2003) bahwa suplementasi antioksidan dapat mengatasi kondisi stress oksidatif
yang terjadi pelatihan fisik berlebih
Uji perbandingan antara data MDA pre dan post masing-masing kelompok
digunakan uji t-paired test Berdasarkan uji ini didapatkan hasil pada kelompok
perlakuan terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna sebesar 085 mmollt
sedangkan pada kelompok kontrol terjadi peningkatan kadar MDA secara
bermakna sebesar 260mmollt Terjadi penurunan kadar MDA pada kelompok
perlakuan menunjukkan pemberian antioksidan Glutation intraperitoneal dosis
37mgkgBBhari dapat mengatasi kondisi stress oksidatif yang terjadi pada
pelatihan fisik berlebih Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Urso (2003)
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
71 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan simpulan sebagai
berikut Pemberian injeksi Glutation intraperitoneal menurunkan kadar MDA
tikus yang mendapatkan pelatihan fisik berlebih
72 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah
1 Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja glutation
yang lebih detail
2 Memperhatikan takaran latihan supaya tidak berlebihan yang justru akan
meningkatkan kerusakan sel
3 Perlu dilakukan uji klinis pada manusia
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra N 2008Kesehatan Olah Raga Available from httpwwwbalihesgorgindexphpoption=com Accessed 2011 Oct 5th
Anonim 2011 Glutathione Available at
httpenwikipediaorgwikiGlutathione Accessed 2011 Oct 5th Anonim 2011 Overtraining Available at
httpwwwmarksdailyapplecomovertraining Accessed 2011 Oct5th
Asikin N 2001Antioksidan Endogen dan Penilaian Status Antioksidan InKursus Penyegaran dan Pelatihan Radikal bebas dan Antioksidan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta Fakultas Kedokteran UI
Bagiada NA 2001 Proses Penuaan dan Penanggulangannya Denpasar
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Hal 22 Banerjee AK Mandal A Chanda D Chahraboti S 2003 Oxidant
Antioxidant and Physical ExerciseAvailable from httpwwwncbinlmnihgovpubmed14619981 accesed 2011 Sept 2nd
Binekada MC 2002 ldquoPelatihan Fisik Berlebih Menurunkan Konsentrasi dan
Motilitas Spermatozoa Mencitrdquo(tesis) Denpasar Universitas Udayana
Cadenas E Jones PD 2002Bioavailability of Glutathione In Cadenas E
Packer L editorsHandbook of Antioxidants2nd Ed New York Marcel DekkerInc p549-564
Catala A 2006Lipid PeroxidationInt J Biochem Cell Biol 38 1482-1495 Dalle-DonneI Rossi R ColomboR Giustarini D Milzani
A2006Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease Available from httpwwwredorbitcomnewsscience473334biomarkersof oxidative damage in human diseaseindexhtmlaccessed2011 Sept 5th
Fouad T 2007 Free radicals Types Sources and Damaging Reaction
Relations Available from
64
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
65
wwwhttpSinglet_Oxygen_Free_Radicals_Types_in_Human_Body_TheDoctorsLoungehtml accessed 2011 June 15th
Gambelunghe C Rossi R 2001 Physical Exercise Intensity can be Related To Plasma Glutathione Levels Available from httpwwwncbinlmnihgovpubmed11579999 accessed 2011 Sept30th
Giriwijoyo S 2004 Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia pada OlahragaFakultas Pendidikan Olahraga KesehatanUniversitas Indonesia p 98- 112
Goldman R 2003 Theories of AgingIn Goldman R Klatz Reditors
ChicagoA4M Publications p19-32 Halliwell B 2002Food-Derived Antioxidants How to Evaluate Their
Importance in food and in Vivo 2nd Edition New York Marcel DekkerInc p 57-69
Hernawati2009 Produksi Asam Laktat pada Exercise Aerobik dan
Anaerobik Available from httpfileupieduaiphpdir=DirektoriD20-20FPMIPAJUR20PEND20BIOLOGI19700331199702220-20HERNAWATIampfile=FILE202pdfaccessed2010 Sept 24th
Hersh 2004 Glutathione The Bodyrsquos Own Anti Aging Protectant In Klatz
R Goldman R editors Anti Aging Therapeutics Vol IIIChicago A4M Publications p 151-155
Ji LLLeeuwenburgh C 1998 Glutathione and Glutathione Ethyl Ester
Supplementation of Mice Alter Glutathione Homeostasis During Exercise Available at httpjnnutritionorgcontent128122420fullsid=11d8dc46-aef4-4c63-bf14-b5a697c39216accesed2011August 20th
Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala
T Woo S L Y 2003 In Kjar M Krogsgaard M Magnusson P Engebretsen L Roos H Takala T Woo S L Y editors Textbook of Sports Medicine Basic Science and Clinical Aspects of Sports Injury and Physical Activity 1stEd India Thomson Press p 30-40 49-57 189-200
Kumar V Robbins LS Cotran SR 2007Cellular Injury Adaptation and
Death In Robbins LS Cotran SR editors Robbins Basic Pathology8th Ed Philadelphia Saunders
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
66
Laksmi D 2011 Glutathione Increases the Quality of Tubule Seminiferous On Mice Having Physical Exercise(tesis) Denpasar Universitas Udayana
LiuQS WangJH Cui J Yang ZH Du GH2009A Novel Acute Anemia
Model for Pharmacological Research in Mice by Compelled Acute Exercise Acta Pharmacologica Sinica(2009) Vol 30 p 1643 ndash 1647
Maffetone P 2007 The Training Syndrome Available from
httpwwwphilmaffetonecomAccessed 2011 Sept24th Misnadiarly(2007) Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit
Cetakan I Jakarta Pustaka Obor Populer Murray RK Granner DK Rodwell VW 2000 In Murray RK
Granner DK Rodwell VW editorsHarperrsquos Biochemistry 25th EdNew York McGraw-Hillp 124 156- 157 618 ndash 620
Ngatidjan 2006 Metode Laboratorium Dalam Toksikologi Metode Uji
Toksisitas Hal 86-135 Pangkahila AJ 2009Pelatihan Fisik Menurunkan Proses PenuaanNaskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar24 Februari 2009
Pangkahila W 2007Anti Aging Medicine Memperlambat Penuaan
Meningkatkan Kualitas Hidup Upaya Menghambat Penuaan Kompas Gramedia p106- 132
Pepe H 2011 The Effects of Gender and Exercise on Malondialdehyde
Nitric Oxide and Total Glutathione Levels in Rat Lever African Journal of Pharmacy and Pharmacology Vol 5(4) 515-521
Pocock SJ 2008 Clinical Trials A Practical Approach London Wiley
Medical Publicationsp 123-141
Sadikin M 2001 ldquoPelacakan Dampak Radikal Bebas terhadap Makromolekulrdquo dalam Kumpulan Makalah Penelitian ldquoRadikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatanrdquo Jakarta FK UI
Sellman S 2009Glutathione- The Miracle Molecule for LongevityAvailable
from httpwhatwomenmustknowcomaccessed 2011 September 29th Sharkey BJ 2003Kebugaran dan Kesehatan Jakarta Pustaka Obor Populer
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
67
Sherwood L 2007 Human Physiology From Cells to Systems 6th EdUSA Thomson BrooksCole
Soewoto H 2001 Antioksidan Eksogen Lini Pertahanan Kedua dalam
Menanggulangi Peran Radikal Bebas Dalam Materi Kursus Penyegar Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan Alam Jakarta FK-UI
Suryohudoyo P 2002 Oksidan Antioksidan dan Radikal Bebas Dalam
Makalah Kongres Nasional IV Himpunan Kimia Klinik Indonesia Surabaya
Suryohudoyo 2000 Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler Perpustakaan
Nasional RI Jakarta Penerbit CV Sagung Seto Hal 31-47
Urso ML Clarkson PM 2003 Oxidative Stress Exercise and Antioxidant
Supplementation Available from httpwwwncbinlmgovpubmed12821281accessed 2011Sept10th
Winarsi H 2007 Antioksidan Alam dan Radikal Bebas Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan 5th Ed Yogyakarta Kanisiusp 11-19 26-30 79-81 100-105
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
68
Lampiran 1 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig Statistic df Sig Pre Kontrol 109 10 200 980 10 965
Perlakuan 134 10 200 940 10 550 Post1 Kontrol 091 10 200 982 10 975
Perlakuan 201 10 200 952 10 697 Post2 Kontrol 155 10 200 957 10 753
Perlakuan 133 10 200 962 10 804 a Lilliefors Significance Correction This is a lower bound of the true significance
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
69
Lampiran 2 Uji t-independent Kadar MDA antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std Deviation Std Error Mean Pre Kontrol 10 51750 28104 08887
Perlakuan 10 52880 28786 09103 Post1 Kontrol 10 77750 22814 07215
Perlakuan 10 44380 17473 05525 Post2 Kontrol 10 66450 16635 05260
Perlakuan 10 42500 23348 07383
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig t df
Sig (2-
tailed)
Mean Differe
nce
Std Error
Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Pre Equal variances assumed 016 901 -888 18 386 -11300 12722 -38028 15428
Equal variances not assumed
-888 17990 386 -11300 12722 -38029 15429
Post1
Equal variances assumed 592 452 367
22 18 000 333700 09087 314608 352792
Equal variances not assumed
36722 16855 000 333700 09087 314515 352885
Post2
Equal variances assumed 906 354 264
19 18 000 239500 09066 220454 258546
Equal variances not assumed
26419 16265 000 239500 09066 220307 258693
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
70
Lampiran 3 Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan untuk konversi dosis
(Laurence amp Bacharach 1964)
2g mencit 20g tikus 400g marmot
l5Kg kelinci
20Kg kucing
40Kg kera
120Kg anjing
70Kg manusia
20g mencit 10 70 1229 278 297 641 1242 3879
200g tikus 014 10 174 33 42 92 178 560
400 g marmot
008 057 10 225 24 52 102 315
l5Kg kelinci
004 025 044 10 106 24 45 142
20Kg kucing
003 023 042 092 10 22 41 130
40Kg kera 0016 011 019 042 045 10 19 61
120Kg anjing
0008 006 010 0022 024 052 10 31
70Kg manusia
00026 0018 0031 007 0013 016 032 10
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
71
Lampiran 4
Foto Penelitian
Foto Glutation Injeksi (Tationil Teofarma)
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463
72
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian
Kelompok Kontrol
Pre test Post test Pre test Post Test
752 647 769 694
779 670 773 664
745 660 803 653
769 643 817 677
783 653
786 684
Kelompok Perlakuan
Pre Test Post test
412 391
436 412
442 425
425 401
453 436
466 442
432 405
456 432
470 453
476 463