Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
0
PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN
INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR
Oleh
DEDI SETIADIB1D 012 064
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS MATARAM
MATARAM2016
1
PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN
INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR
Oleh
DEDI SETIADIB1D 012 064
SKRIPSI
Diserahkan Guna Memenuhi Sebagian Syarat yang DiperlukanUntuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan
Pada Program Studi Peternakan
FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS MATARAM
MATARAM2016
i
2
HALAMAN PENGESAHAN
PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN
INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR
Oleh
DEDI SETIADIB1D 012 064
Menyetujui :
Ir. Sumiati. MPNIP : 19600128 198603 2002
Sukirno, S.Pt., M. Food., StNIP : 1971022 3 200312 1001
Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal : Tanggal :
Mengesahkan :
Fakultas Peternakan Universitas MataramProgram Studi Peternakan
Ketua,
Dr. Ir. M. Ashari, M.Si. NIP. :19611231 198703 1017
ii
3
DEDIKASI
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha muliaYang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat
(QS : Al-Mujadilah 11)Ya Allah,
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang
telah memberi warna-warni kehidupanku. Kubersujud dihadapan Mu,Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai
Di penghujung awal perjuangankuSegala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha
Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia
yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini.
Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita
besarku.
Lantunan Al-fatihah beriring Shalawat dalam silahku merintih, menadahkan doa
dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan sebuah karya
kecil ini untuk Paman dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah hentinya selama ini
memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang
tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,,
Paman,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado keseriusanku untuk membalas semua
pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku kalian ikhlas mengorbankan segala
perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa hingga segalanya..
Maafkan anakmu Ibu,,Paman masih saja ananda menyusahkanmu..
Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam.. seraya tangaku
menadah”.. ya Allah ya Rahman ya Rahim... Terimakasih telah kau tempatkan aku
diantara kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,,
membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus untuk
mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya sengat hawa api nerakamu..
Untukmu Ibu (SUHARNI ISMAIL) Paman (RIFAID ISMAIL) Ayah (ABAKAR)...Terimakasih.... we always loving you... ( ttd.Anakmu)
Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ insyallah atas dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti.
iii
4
Kepada sahabatku (Raffi Salman, Naufal penggemar poker, Dedi Cala plampang, Rizal
Aduhaiii, Arik, Melen dan Amir) semoga kalian semua cepet nyusul buat wisuda . aku
yakin dan sangat yakin kalian semua bissa !! jangan cepat menyerah apapun yang terjadi,
tetap melangkah meski itu sulit’. Letakkan bayangan toga didepan alis mata, target 5cm
itu pasti kalian raih !!,
... i love you all” :* ...
"Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain. "Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbaik”..
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman sejawat Saudara seperjuangan “KELAS A 2012”
“Tanpamu teman aku tak pernah berarti,,tanpamu teman aku bukan siapa-siapa yang
takkan jadi apa-apa”, buat semua saudara sekaligus sahabatku selama Berada di
LOMBOK, suka cita empat tahun kita lalui bersama,, kini giliranku untuk terbang tinggi
mengejar kalian dan mimpi-mimpi yang pernah kita rangkai.
spesial doa untuk kalian semua semoga cepat terkejar target kalian untuk cepat
wisuda.. Amiiin ya robbal’alamin...
Kalian semua bukan hanya menjadi teman dan adik yang baik,
kalian adalah saudara bagiku!!
Spesial buat seseorang !!
Terimakasih Buat seseorang yang berada di relung hati yang masih menjadi rahasia illahi
(Efa Nurmayanti) percayalah bahwa hanya ada satu namamu yang selalu kusebut-sebut
dalam benih-benih doaku, semoga keyakinan dan takdir ini terwujud, insyallah jodohnya
kita bertemu atas ridho dan izin Allah S.W.T.
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan dikejar, untuk
sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna, hidup tanpa mimpi ibarat arus
sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk
menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi.
Never give up!
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”
Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan..
Atas segala kekhilafan salah dan kekuranganku,
kurendahkan hati serta diri menjabat tangan meminta beribu-ribu kata maaf tercurah.
Skripsi ini kupersembahkan. -by” Dedi Setiadi.
Mataram, 29 November 2016
iv
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana peternakan (S.pt) pada Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Penulis skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya
Kepada :
1. Dr. Ir. Maskur, M.Si selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
2. Dr. Ir. Ashari, M.Si selaku Ketua Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan
Universitas Mataram.
3. Ir. Sumiati, MP selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing,
memberi arahan, memotivasi, dan memberi pelajaran berharga bagi penulis.
4. Sukirno, S.Pt., M. Food., St selaku dosen pembimbing kedua yang telah
membimbing dan memberi pelajaran berharga bagi penulis.
5. Rifaid Ismail dan Suharni Ismail, selaku orang tua yang selalu memberi
dukungan materi, moral dan semangat yang tiada henti-hentinya, serta do’a yang
tulus sehingga ananda diberi kemudahan dalam menyelesaikan studi di Fakultas
Peternakan Universitas Mataram.
6. I Nengah Bagiarta, SE selaku pemilik peternakan ayam ras petelur yang
digunakan dalam penelitian.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penelitian hingga selesainya
penyusunan skripsi.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca sekalian.
Mataram, Desember 2016
v
6
PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN
INTERNAL TELUR AYAM RAS PETELUR
ABSTRAK
Oleh
DEDI SETIADIB1D 012 064
Penelitian tentang pemberian tiga jenis konsentrat protein dalam ransum terhadap kualitas eksternal dan internal telur ayam ras petelur telah dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tiga jenis konsentrat protein terhadap kualitas eksternal dan internal telur ayam ras petelur. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam ras petelur berumur 6 bulan sebanyak 45 ekor. Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam ras. Data yang diperoeh dari hasil penelitian di analisis menggunakan analisis of varian (ANOVA) dengan penggunaan masing-masing ransum perlakuan yaitu : (P1) Jagung kuning 40 %, Dedak padi 30 %, Konsentrat RK 24 AA+ 30 % dan (P2) Jagung kuning 40 %, Dedak padi 30 %, Konsentrat KR 55 S 30 % dan (P3) Jagung kuning 40 %, Dedak padi 30 %, Konsentrat KLKS 36 30 %. Variabel yang diukur adalah berat telur, volume telur, berat jenis telur, indeks bentuk telur, indeks albumen, indeks yolk, berat yolk, warna yolk, nilai Haught unit, berat kerabang, tebal kerabang, diameter rongga udara. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata untuk berat telur P1 54,41 g, P2 53,88 g, P3 56,02 g, volume telur P1 49,96 ml, P2 48,51 ml,P3 52,07, berat jenis telur P1 1,09 g/ml, P2 1,11 g/ml P3 1,08 g/ml, indeks bentuk telur P179,27, P2 79,85 P3 79,43, indeks albumen P1 0,09, P2 0,07, P3 0,08, indeks yolk P1 0,46, P2 0,46, P3 0,45, berat yolk P1 11,98 g, P2 12,09 g, P3 13,54 g, warna yolk P1 6,89, P2 6,55, P3 6,85, nilai Haught unit P1 99,84, P2 93,17, P3 92,07, berat kerabang P1 6,34 g, P2 6,32 g, P3 6,50 g, tebal kerabang P1 0,41 mm, P2 0,40 mm, P3 0,42 mm, diameter rongga udara P1 13,98 mm, P2 12,82 mm, P3 13,72 mm. Hasil analisis statistik yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan bahwa pemberian tiga jenis konsentrat protein dalam ransum memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap berat telur, volume telur, berat jenis telur, indeks bentuk telur, indeks albumen, indeks yolk, berat yolk, warna yolk, nilai Haught unit, berat kerabang, tebal kerabang, diameter rongga udara.
Kata kunci : ayam ras, konsentrat protein, telur, kualitas eksternal dan internal
vi
7
THE EFFECT OF FEEDING OF THREE TYPES OF PROTEIN CONCENTRATES ON EXTENAL AND INTERNAL EGG
QUALITY OF LAYING HEN
ABSTRACTBy
DEDI SETIADIB1D 012 064
Research regarding the effect of feeding of three types of protein concentrates on external and internal egg quality hen has been done in the Laboratory of Animal Products Processing Technology, Faculty of Animal Science, University of Mataram. The objective of this study was to determine the effects of three types of protein concentrates on the external and internal quality of egg laying hen. The material used in this study were 45 heads of laying hen aged 6 months.this research was designed with one way completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 3 replications, each replication consisted of five laying hen. The type and percentage quantity of feeding material of the first treatment (P1) consist as follow : yellow corn (40%), rice bran (30%), commercial protein concentrate with brand “RK 24 AA +”( 30%); the second treatmen (P2) consist of : yellow corn (40 %), rice bran (30%), commercial protein concentrated with brand “KR 55 S” (30%); and the third treatment (P3) consist of : yellow corn (40%), rice bran (30%), commercial protein concentrate with brand “KLKS 36 S” (30%). The data obtained in this research was the analize using analysis of variance (ANOVA). The variables measured were egg weight, egg volume, egg density, egg shape index, albumen index, yolk index, yolk weight, yolk color, Haught unit value, eggshell weight, eggshell thickness, and diameter of egg air cell. The results showed that the average of egg weight for P1, P2 and P3 respectively were 54.41 g, 53.88 g, and 56.02 g; egg volume were 49.96 ml, 48.51 ml , and 52.07 respectively; specific gravity of eggswere 1.09 g / ml, 1.11 g /ml, 1.08 g / ml respectively; egg shape index were 79,27,79.85, and 79.43 respectively, albumen index were 0.09, 0.07, and 0.08 respectively, yolk index were 0.46, 0.46, and 0.45 respectively; yolk weight were 11.98 g, 12.09 g,and 13.54 g respectively; yolk color were 6.89, 6,55,and 6.85 respectively; the value of Haught unit were 99.84, 93.17,and 92.07 respectively; eggshell weight were 6.34 g, 6.32 g, and 6.50 g respectivel; eggshell thickness were 0.41 mm, 0.40 mm, and 0.42 mm respectively; the diameter of the egg air cell were 13.98 mm, 12.82 mm,and 13.72 mm respectively; Results of statistical analysis obtained showed that feeding of three different types of protein concentrates have no significant effect (P> 0.05) on egg weight, egg volume, density of eggs, index of egg shape, index ofalbumen, index of yolk, yolk weight, yolk color, value of Haught unit, eggshell weight, eggshell thickness, and diameter of egg air cell.
Keywords: laying, protein concentrate, egg, external and internal quality
vii
8
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
DEDIKASI ...............................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
ABSTRACT ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................. 1
Perumusan Masalah ...................................................................... 4
Tujuan dan Kegunaan Penelitian................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Ayam Ras Petelur.............................................. 5
Konsentrat ................................................................................... 7
Deskripsi Telur ............................................................................ 10
Komposisi Kimia Telur................................................................ 12
Kualitas Telur .............................................................................. 14
viii
i
ii
iii
v
vi
vii
viii
x
xi
xii
1
4
4
5
7
10
12
14
9
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 19
Materi Penelitian......................................................................... 19
Metode Penelitian ....................................................................... 22
Rancangan Penelitian.................................................................. 25
Variabel yang diamati ................................................................. 25
Analisis Data .............................................................................. 26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Eksternal Telur Ayam Ras ........................................... 27
Kualitas Internal Telur Ayam Ras ............................................. 34
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................... 50
Saran ........................................................................................ 50
RINGKASAN.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
LAMPIRAN ...........................................................................................
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………
PEGESAHAN DEWAN PENGUJI ………………………………….
ix
19
19
22
25
25
25
26
35
51
51
52
60
68
105
106
10
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
1. Komposisi Kimia Telur Ayam (%)......................................................14
2. Standar Berat Telur Berdasarkan Berat dan Kelompoknya ..................15
3. Komposisi Zat Gizi Bahan Pakan Penelitian ...................................... 19
4. Susunan Ransum Ayam Penelitian .................................................... 20
5. Rata- rata Kualitas Eksternal Telur Ayam Ras Petelur CV.909...........27
6. Perbandingan Hukum Archimedes dengan Metode Prediksi................27
7. Rata- rata Kualitas Internal Telur Ayam Ras Petelur CV.909 .............34
x
14
15
19
20
26
30
33
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar : Halaman
1. Grafik batang rata-rata berat telur ayam ras strain CV.909 ................ 27
2. Grafik batang rata-rata volume telur ayam ras strain CV.909............ 29
3. Grafik batang rata-rata berat jenis telur ayam ras strain CV.909 ...... 31
4. Grafik batang rata-rata indeks bentuk telur ayam ras strain CV.909... 33
5. Grafik batang rata-rata indeks albumen telur ayam ras strain CV.909….. 35
6. Grafik batang rata-rata indeks yolk telur ayam ras strain CV.909 ...... 37
7. Grafik batang rata-rata berat yolk telur ayam ras strain CV.909......... 39
8. Grafik batang rata-rata warna yolk telur ayam ras strain CV.909....... 41
9. Grafik batang rata-rata nilai Haught unit telur ayam ras strain CV.909.... .42
10. Grafik batang rata-rata berat kerabang telur ayam ras strain CV.909…. 44
11. Grafik batang rata-rata tebal kerabang telur ayam ras strain CV.909...... . 46
12. Grafik batang rata-rata diameter rongga udara telur ayam ras
strain CV.909......................................................................................... . 48
xi
27
29
31
33
35
37
39
41
42
44
46
48
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran : Halaman
1. Menghitung Sidik Ragam Kualitas Ekternal dan Internal Telur .......... 82
2. Menghitung Nilai Haught Unit Telur.................................................... . 108
3. Produksi Telur Ayam Ras Strain CV.909 (butir/minggu) .................. 111
4. Konsumsi Ransum per Minggu Selama Penelitian............................. 111
5. Ransum Yang diberikan, pakan sisa dan pakan yang di konsumsi…..
6. Perbandingan Hukum Archimedes dengan Metode Prediksi………..
7. Dokumentasi Penelitian……………………………………………..
xii
69
93
96
96
97
98
100
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Unggas merupakan salah satu penyumbang protein hewani terbanyak
di Indonesia, salah satunya adalah telur. Telur merupakan sumber protein
hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat indonesia selain memiliki
rasa yang lezat, mudah dicerna, telur juga memiliki nilai gizi tinggi karena
mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
seperti protein dengan asam amino yang lengkap dan seimbang, lemak
vitamin, mineral, dan mempunyai daya cerna yang tinggi, selain itu telur
mudah diperoleh dan harganya murah, ayam ras petelur merupakan salah satu
komoditi ternak yang menghasilkan telur. Untuk menghasilkan telur dalam
jumlah yang banyak dengan kualitas yang baik salah satunya dipengaruhi oleh
pakan yang diberikan (Sirait, 1986).
Dalam pemeliharaan ternak unggas pakan merupakan biaya yang
cukup tinggi kurang lebih 60-70% dari total biaya produksi. Biaya untuk
ransum menempati presentase terbesar dibandingkan dengan biaya lainnya.
Fungsi pakan pada makhluk hidup terutama ternak adalah sebagai penghasil
energi, yang selanjutnya akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya memelihara jaringan tubuh, serta produksi telur dan reproduksi
(Wahyuningsih, 1998).
Ayam ras petelur memerlukan pakan dengan nutrisi yang tepat untuk
dapat menghasilkan produksi yang tinggi, kebutuhan nutrisinya dikhususkan
untuk pertumbuhan dan produksi telur. Menurut Rasyaf (1991), dalam
2
produksi telur ternak membutuhkan pakan, ketenangan, dan kesehatan. Selain
itu produksi telur tergantung pada kemampuan genetis unggas serta kualitas
pakan yang diberikan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan
kualitas telur yang baik maka perlu dimbangi dengan kualitas pakan secara
lengkap. Pakan lengkap merupakan pakan yang mengandung semua unsur
gizi yang dibutuhkan ternak unsur gizi tersebut di antaranya protein, energi,
vitamin, mineral, dan air. Salah satu pakan yang memiliki kandungan gizi
yang seimbang serta memenuhi kebutuhan ternak yaitu konsentrat protein.
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama
bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan
makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai pakan
pelengkap (Hartadi et al., 1991). Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun
dari biji-bijian dan limbah hasil proses industri bahan pangan seperti jagung
giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi.
Peranan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrien yang rendah agar
memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara
sehat. Penambahan konsentrat dalam ransum ternak merupakan suatu usaha
untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh
produksi yang tinggi (Akoso, 1996).
Konsentrat protein adalah campuran bahan pakan yang mengandung
nilai gizi yang tinggi, yang perlu dicampur dengan bahan pakan lain dengan
proporsi tertentu untuk mendapatkan pakan seimbang dengan nilai gizi sesuai
dengan kebutuhan ternak. Jenis konsentrat protein produk industri pakan
ternak untuk ayam ras petelur yang terdapat di poultry shop di Nusa
3
Tenggara Barat khususnya di Kota Mataram adalah konsentrat protein RK 24
AA+, KLK super 36 dan KR 55 S. Konsentrat protein RK 24 AA+ merupakan
konsentrat protein yang diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand, konsentrat
protein KLK super 36 merupakan konsentrat yang diproduksi oleh PT. Japfa
Comfeed Indonesia, sedangkan konsentrat protein KR 55 S adalah konsentrat
protein yang diproduksi PT. Wirifa Sakti. Apabila dijadikan sebagai pakan
komplit untuk ayam ras petelur maka perlu ditambahkan dengan konsentrat
energi seperti jagung kuning, dan dedak padi, sehingga kebutuhan protein,
energi, dan mineral sesuai dengan kebutuhan ternak.
Berdasarkan kandungan nutrisi yang tersedia pada pakan konsentrat
protein dan ketersediaannya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pakan untuk unggas, untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan
mengetahui pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein KLK 36
S, RK 24 AA+ , KR 55 S dan pengaruhnya terhadap kualitas telur ayam ras
dengan harapan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui kualitas
pakan yang akan diberikan. Diharapkan penelitian mengenai konsentrat
protein ini dapat meningkatkan produksi dan kualitas telur pada ayam ras.
Kualitas telur adalah istilah umum yang mengacu pada beberapa
standar yang menentukan baik kualitas internal maupun eksternal. Kualitas
eksternal difokuskan pada kebersihan kulit, bentuk, warna kulit, tekstur
permukaan, dan keutuhan telur. Kualitas internal mengacu pada putih telur
(albumin), ukuran rongga udara, dan kondisi kuning telur. Penurunan kualitas
interior dapat diketahui dengan menimbang bobot telur atau meneropong
ruang udara dan dapat juga dengan memecah telur untuk diperiksa kondisi
4
kuning telur, kekentalan putih telur, warna kuning telur, posisi kuning telur,
dan ada tidaknya noda-noda bintik darah (Nort dan Bell disitasi oleh
Tugiyanti, 2012). Kualitas tersebut dipengaruhi beberapa faktor seperti
bangsa ayam, penyakit, pakan yang diberikan dan perlakuan terhadap telur
tersebut.
Komposisi kimia dan kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya bangsa ayam, umur, musim, penyakit dan lingkungan, pakan yang
diberikan serta sistem pemeliharaan (North dan Belldisitasi oleh Tugiyanti,
2012). Kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan sangat menentukan
terhadap produksi dan kualitas telur baik secara fisik/ekternal maupun secara
kimiawi/internal.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan pemberian tiga
jenis konsentrat protein dalam pakan terhadap kualitas telur ayam ras petelur.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian tiga jenis konsentrat protein terhadap kualitas eksternal dan
interna telur ayam ras petelur.
Kegunaan Penelitian
Adapun Kegunaan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan
informasi mengenai potensi konsentrat protein sebagai bahan pakan
komplit unggas.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Ayam Ras Petelur
Awal mula ayam petelur berasal dari ayam liar yang ditangkap dan
dipelihara karena mampu menghasilkan telur yang banyak. Di awal tahun
1900 an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan
masyarakat dipedesaan. Kemudian pada tahun 1940-an, orang mulai
mengenal ayam yang saat itu dipelihara oleh penduduk Belanda, sehingga
diberi nama ayam Belanda atau ayam negeri. Pada perkembangan selanjutnya,
ayam liar ini disebut ayam lokal atau ayam kampung, sedangkan ayam
Belanda disebut ayam ras (Anonim, 2000).
Ayam domestik termasuk dalam spesies Gallus gallus tetapi terkadang
ditujukan kepada Gallus domesticus. Ayam diklasifikasikan sebagai berikut
(Scanes et al., 2004) :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Superordo : Carinatae
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus
Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini
adalah ayam ras petelur White Leghorn yang kurus dan umumnya setelah
habis masa produktifnya. Pada akhir periode tahun 1990-an mulai merebak
peternakan ayam pedaging yang memang khusus untuk daging, sementara
6
ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai berkembang. Disinilah
masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai
petelur handal dan pedaging yang enak (Anonim, 2000).
Berdasarkan berat badannya, ayam ras petelur dibagi menjadi dua tipe
yakni ayam ras petelur tipe ringan, dan ayam ras petelur tipe medium. Ayam
tipe medium umumnya berwarna coklat dan lebih diminati oleh peternak
ayam petelur. Ayam ras petelur medium tergolong ayam dwiguna, sebab
selain dapat memproduksi telur, juga dapat menghasilkan daging yang banyak
pula. Bobot ayam ini cukup berat, meskipun beratnya masih berada di antara
berat ayam petelur ringan dan ayam pedaging (Anonim, 2000).
Ayam ras petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara
dengan tujuan untuk diambil telurnya. Berbagai seleksi telah dilakukan, salah
satunya diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam
petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan
cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini.
Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik
dipertahankan. Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul
(Anonim, 2000).
Berdasarkan manajemen pemeliharaannya, ayam ras petelur
dikelompokkan dalam 3 fase pertumbuhan, yakni; fase starter, fase grower,
danfase layer. Rahmadi (2009) mengungkapkan bahwa ayam ras petelur fase
layer merupakan ayam yang berumur antara 20 hingga 80 minggu (afkir).
Ayam pada akhir masa produksi tergolong dalam fase layer, yakni
padaumur 50 minggu ke atas. Ayam pada akhir masa produksi biasa disebut
7
ayam tua. Boling et al., (2000) mengemukakan bahwa ayam tua adalah ayam
yang berumur 70 sampai 76 minggu.
Ayam ras petelur yang banyak dikembangkan di pulau Lombok adalah
ayam ras brown legion produksi Charoen Pokphand, mempunyai produksi
telur yang tinggi. kurang lebih 300 butir / tahun. Produksi telur yang tinggi
dapat dicapai apabila diberikan pakan yang sesuai dengan kebutuhan baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya. Selanjutnya Scott (1982) menyatakan
bahwa tingkat produktivitas ternak termasuk produksi telur sangat
dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan. Jenis bahan pakan yang biasa
digunakan dalam meramu pakan ayam ras petelur adalah jagung kuning,
dedak padi dan konsentrat protein buatan pabrik dengan komposisi sesuai
dengan yang tercantum dalam kemasan dari pabrik.
Konsentrat
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama
bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan
makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai pakan
pelengkap (Hartadi et al., 1991). Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun
dari biji-bijian dan limbah hasil proses industri bahan pangan seperti jagung
giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi.
Peranan konsentrat adalah untuk meningkatkan nilai nutrien yang rendah agar
memenuhi kebutuhan normal hewan untuk tumbuh dan berkembang secara
sehat (Akoso, 1996). Penambahan konsentrat dalam ransum ternak
merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan,
sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi (Holcomb et. al., 1984).
8
Konsentrat dibedakan dua kelompok, yaitu konsentrat sumber energi
(carbonaseous concentrate) dan konsentrat sumber protein (proteinaseous
concentrate). Carbonaseous concentrate merupakan konsentrat yang
mengandung energi tinggi, protein rendah dengan protein kasar kurang dari
20 persen dan serat kasar 18 persen, sedangkan proteinaseous concentrate
adalah konsentrat yang mengandung protein tinggi dengan protein kasar lebih
dari 20 persen (Prawirokusumo, 1994).
Konsentrat sumber protein
Semua macam bahan pakan yang mengandung protein kasar >20%.
Penggunaan konsentrat protein terutama ditujukan untuk ternak muda, ternak
tumbuh cepat dan ternak produksi tinggi. Berdasarkan sumbernya, bahan
konsentrat protein berasal dari:
1. Limbah dari ikan laut
2. Hewan darat
3. Tanaman
4. Asam amino sintetik
Konsentrat protein dapat dibuat dengan cara menghilangkan
komponen nonprotein seperti lemak, karbohidrat, mineral, dan air, sehingga
kandungan protein produk menjadi lebih tinggi dibandingkan bahan baku
aslinya (Amoo et al. 2006). Penghilangan komponen nonprotein pada
pembuatan konsentrat protein dapat dilakukan dengan proses ekstraksi.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan menggunakan larutan alkohol atau larutan
asam. Pelarut alkohol yaitu aseton merupakan pelarut organik yang bersifat
9
polar yang memiliki kemampuan untuk memisahkan fraksi gula larut air dan
lemak tanpa melarutkan proteinnya (Amoo et al. 2006).
Konsentrat sumber energi
Semua macam bahan pakan yang merupakan sumber energi dan
memenuhi syarat tertentu (serat kasar < 18%, dinding sel <35% dan protein <
20%). Kegunaannya konsentrat sumber energi yaitu untuk menaikkan jumlah
konsumsi energi atau untuk menaikkan densitas energi di dalam ransum.
Energi yang terkandung di dalam konsentrat energi terutama berasal dari
karbohidrat yang mudah larut ataupun minyak dan lemak bahan pakan yang
tinggi kandungan energinya (DE, ME atau NE) pada umumnya mengandung
protein rendah sampai sedang, walaupun ada beberapa macam yang
mengandung protein tinggi. Ternak lebih mudah mendapat energi dari
konsentrat energi daripada yang berasal forage walaupun energi bruto atau
gross energy (GE) hampir sama (Amoo et al. 2006).
Bahan Konsentrat Energi meliputi:
1. Berbagai macam bahan pakan butiran sebangsa padi termasuk hasil
sampingnya
2. Berbagai macam umbi
3. Berbagai macam tetes dan yang sejenis
4. Berbagai macam minyak dan lemak
Konsentrat protein merupakan hasil industri pakan ternak dan
komponen utama dalam pakan ternak unggas khususnya ayam ras petelur.
Komposisi konsentrat protein dalam pakan unggas mencapai 30% dari total
pakan (Amoo et al. 2006).
10
Jenis konsentrat protein produk industri pakan ternak yang terdapat di
poultry shop di Nusa Tenggara Barat khususnya di Kota Mataram adalah
konsentrat protein RK 24 AA+, KLK super 36 dan KR 55 S. Konsentrat
protein RK 24 AA+ merupakan konsentrat protein yang diproduksi oleh PT.
Charoen Pokphand yang memiliki kandungan nutrisi yaitu kadar air 12%,
protein 34-36%, lemak 3%, serat 8%, abu 30%, kalsium 10%, dan fosfor
1.1%. Konsentrat protein KLK super 36 merupakan yang diproduksi oleh PT.
Japfa Comfeed Indonesia dengan kandungan nutrisi yaitu kadar air 11%,
protein kasar 34-36%, lemak kasar 3-7%, serat kasar 7%, abu 35%, kalsium
11-12%, dan fosfor 1.0-1,5%. Sedangkan konsentrat protein KR 55 adalah
konsentrat protein yang diproduksi PT. Wirifa Sakti dengan kandungan nutrisi
yaitu kadar air 15%, protein kasar 34-35%, lemak kasar 3%, serat kasar 5%,
abu 33%, kalsium 9-12%, dan fosfor 1.0-2%. Apabila dijadikan sebagai
pakan komplit untuk ayam ras petelur maka perlu ditambahkan dengan
konsentrat energi seperti jagung kuning, dan dedak padi, sehingga kebutuhan
protein, energi, dan mineral sesuai dengan kebutuhan ternak.
Deskripsi Telur
Telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas
untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam didalam suatu wadah. Isi
dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh
tiga bagian utama : kulit telur, bagian cairan bening, dan bagian cairan yang
berwarna kuning (Rasyaf, 1990).
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi
tinggi karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh
11
tubuh manusia seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak,
vitamin, mineral, serta memiliki daya cerna yang tinggi, telur merupakan
sumber protein yang baik, kadar protein telur sekitar 14%, lemak 12%, serta
vitamin dan mineral.
Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya, kuning telur
mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti zat
besi, fosfor, sedikit kalsium dan vitamin B kompleks. Jumlah putih telur
sekitar 60% dari seluruh isi telur mengandung protein dan sedikit karbohidrat.
Selain itu telur juga mengandung vitamin B kompleks, serta vitamin A dan D
(dalam kuning telur). Satu butir telur berukuran sedang 50-55 gram akan
memberikan energi sekitar 80 kkal (Nurharisah, 2012).
Ciri-ciri telur yang baik antara lain : kerabang bersih, halus, rongga
udara kecil, kuning telurnya terletak ditengah dan tidak bergerak, putih telur
bagian dalam kental dan tinggi pada bagian putih telur maupun kuning telur
tidak terdapat noda darah maupun daging. Bentuk telur serta besarnya juga
proporsional dan normal (Sudaryani dan Samosir, 1997).
Oleh karena telur mempunyai pelindung yang keras dalam bentuk
kulit telur/kerabang, maka yang terpenting untuk kualitas telur ditentukan dari
sudut internal, yaitu dari komposisi gizinya. Komposisi gizi ini tentu saja
dipengaruhi oleh makanan yang diberikan pada unggas. Faktor eksternalnya
berupa bakteri perusak yang berusaha untuk masuk ke dalam telur melalui
pori-pori pada kerabang telur. Secara internal memang kualitas telur
ditentukan oleh kandungan gizinya dan struktur fisik isi telur itu. Telur yang
baik dilihat dari struktur fisik adalah telur dengan putih telur yang masih
12
kental dan bening. Biasanya putih telur ini masih terbagi atas 2 lapisan yaitu
lapisan yang kental didekat kuning telur dan lapisan yang encer dibagian
terluar kuning telur. Bila semua lapisan telurnya sudah encer maka kualitas
telur itu mulai merosot (Rasyaf, 1996).
Komposisi Kimia Telur
Di dalam telur terkandung zat-zat gizi yang sebetulnya disediakan bagi
perkembangan sel telur. Struktur fisik telur dapat terbagi menjadi tiga bagian
utama berturut-turut dari yang paling luar sampai yang paling dalam adalah
kerabang, putih telur, dan kuning telur (Buckle et al., 1987). Menurut
Romanof (1963), telur ayam terdiri dari atas tiga komponen pokok utama
yaitu kerabang telur sebanyak ± 11%, putih telur ± 57%, dan kuning telur ±
32%. Komponen-komponen fisik telur terdiri dari :
a. Putih Telur (Albumen). Kurang lebih 60% dari berat telur terdiri atas
putih telur cair dan kental, putih telur paling luar ± 23,2% merupakan
putih telur cair terdiri atas mucin fiber cair tidak berwarna, putih telur
di tengah ± 57,3% merupakan putih telur kental terdiri atas mucin
fiber agak kental atau padat berwarna putih, dan putih telur yang
paling dalam ±16,8% merupakan lapisan putih telur cair seperti
lapisan luar terdiri atas mucin fiber cair (Hanartani, 2008).
b. Kuning Telur (Yolk). Kuning telur dibungkus selaput tipis yang
elastis disebut membran vitalina. Kuning telur merupakan inti dari
telur hampir 66% tersusun dari lipopprotein, kuning telur mempunyai
warna yang bervariasi mulai dari kuning pucat sampai jingga. Kuning
telur mengandung zat warna (pigmen) yang umumnya termasuk dalam
13
golongan karotenoid yaitu xantophyll, lutein dan zeasantin serta
sedikit β-karoten dan kriptosantin (Sudaryani, 2003). Kuning telur
merupakan bagian telur terpenting, karena didalamnya terdapat bahan
makanan untuk perkembangan embrio. Kuning telur memiliki
komposisi gizi yang lebih lengkap dibandingkan puith telur, yang
terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral
(Sarwono, 2001).
c. Kerabang Telur. Kerabang ayam tebalnya ± 0,31 mm, komposisi
kerabang terdiri dari atas 98,2% kalsium, 0,9% magnesium, dan 0,9%
fosfor. Tebal kerabang bervariasi tergantung pada hereditas, species,
musim dan makanan P, Ca, Mg dan vitamin D.
d. Pori-Pori Kerabang. Biasanya jumlah pori pada ujung yang tumpul
lebih banyak tergantung bentuk pori. Kerabang telur ayam oval ukuran
0,029 x 0,022 mm - 0,011 x 0,009 mm.
e. Warna Kerabang. Dipengaruhi oleh faktor genetik, asupan nutrisi,
kondisi lingkungan, dan penyakit. Adanya zat warna phorpyrin di
saluran reproduksi ayam menyebabkan warna pada kerabang telur.
f. Ruang Udara (Air Cell). Pada telur yang segar volume ruang udara ±
0,4 cm diameter ± 1,5 cm, semakin lama ruang udara semakin lebar
tergantung temperatur dan kelembaban udra.
14
Komposisi zat gizi telur ayam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Telur Ayam ( % )
Telur ayam
Komponen Telur utuh Putih telur Kuning telur
Protein 13,00 10,30 16,15Lemak 11,59 0,03 34,65Karbohidrat 0,65 0,65 0,60Abu 0,90 0,55 1,10Air 73,70 88,57 48,50
Sumber : Winarno dan Koswara 2002.
Kualitas Telur
Penentuan kualitas dan pengukuran kulitas telur mencakup dua hal
yakni kualitas eksterior dan interior kualitas eksterior meliputi berat telur,
tebal kerabang, warna kerabang, kebersihan, bentuk serta ukuran telur (indeks
telur), sedangkan kualitas interior meliputi haugh unit, indeks putih telur,
indeks kuning telur, dan warna kuning telur (Stadellman dan Cotterill, 1995).
Kualitas eksterior dan interior telur terdiri dari :
1. Kualitas Eksternal Telur
a. Berat Telur
Menurut SNI 06-3926-1995 bahwa untuk telur ayam ras
diklasifikasikan > 60 g ekstra besar, telur besar 56-60 g, telur sedang 51-55 g,
telur kecil 46-50 g dan telur ekstra kecil < 46 g dan telur ayam buras
digolongkan telur ekstra kecil pada telur ayam ras. Berat telur pada unggas
dipengruhi oleh faktor-faktor seperti sifat genetik, tahap dewasa kelamin,
umur, konsumsi pakan beserta zat-zat yang terkandung didalamnya seperti
protein, lemak, karbohidrat dan vitamin (Wahju, 1985). Menurut Anggorodi
15
(1985), bahwa faktor terpenting dalam pakan yang mempengaruhi berat telur
adalah protein terutama kandungan asam-asam amino karena lebih dari 50%
berat kering telur adalah protein. Romanoff dan Romanoff (1963) serta
Buckle et al.,(1985), menyatakan bahwa penyusutan berat telur disebabkan
terjadinya penguapan air selama penyimpanan, terutama pada bagian putih
telur dan sebagian kecil oleh penguapan gas-gas seperti CO2, NH3, dan H2S
akibat degradasi komponen organik telur. Standar berat telur berdasarkan
berat dan kelompoknya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Berat Telur Berdasarkan Berat dan Kelompoknya
No Kelompok Berat perbutir (g)
1 Jumbo Lebih dari 65
2 Extra jumbo 60-65
3 Large 55-60
4 Medium 50-55
4 Small 45-50
5 Peewee Kurang dari 45
Sumber : Anonim, 2013.
b. Tebal Kerabang
Kerabang telur berfungsi untuk pertukaran gas dalam respirasi, dan
berfungsi sebagai perendam getaran, tebal kerabang telur berkisar antara 0,33-
0,35 mm. Tipisnya kulit telur dipengaruhi beberapa faktor yaitu umur, type
ayam, zat-zat makanan, peristiwa faal dari organ tubuh, stress dan komponen
lapisan kulit telur. Kulit yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar,
sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan dan
pembusukan lebih cepat (Sumarni, 2004). Menurut Sudaryani (2008), kualitas
16
telur akan semakin baik jika tekstur kulitnya halus dan keadaan kulit telur utuh
serta tidak retak.
2. Kualitas internal telur
a. Indeks Putih Telur
Indeks putih telur merupakan perbandingan antara tinggi putih telur
dengan diameter rata-rata dari putih telur kental (Wotton, 1978 dalam
Hidayanti 2004). Apabila telur disimpan, makin lama indeks albumen akan
menurun dan semakin kecil, ini disebabkan karena putih telur semakin encer.
Putih telur menurun selama penyimpanan karena pemecahan ovomucin yang
dipercepat naiknya pH (Card and Neishein, 1979). Menurut Romanof dan
Romanof (1963), indeks putih telur ayam yang masih segar sekitar 0,05-0,17
mm pada umumnya sekitar 0,09-0,12 mm.
b. Indeks Kuning Telur
Indeks kuning telur merupakan perbandingan tinggi kuning telur
dengan diameternya yang diukur setelah dipisahkan dari telurnya.Telur segar
mempunyai indeks kuning telur 0,33-0,50 mm dengan rata-rata 0,42 mm.
Semakin tua atau lama umur telur (sejak ditelurkan unggas) indeks kuning
telur akan semakin menurun karena penambahan ukuran kuning telur akibat
perpindahan air (dari putih ke kuning telur).
c. Haugh Unit (HU)
Haugh unit (HU) digunakan untuk menentukan kualitas telur yang
menyatakan hubungan antara berat telur dengan tinggi albumen (Card and
Nieshein, 1975). Penurunan nilai Haugh unit menurut Romanoff dan
Romanoff (1963), disebabkan oleh hilangnya CO2 melalui pori-pori kerabang
17
telur sehinnga menyebabkan turunnya konsentrasi ion bikarbonat dalam putih
telur dan menyebabkan rusaknya sistem buffer sehingga kekentalan putih
telur menurun dan penyusutan berat telur disebabkan terjadinya penguapan air
selama penyimpanan. Nilai haugh unit untuk telur baru ditelurkan nilainya
100, sedangkan telur dengan mutu terbaik nilainya diatas 72 dan telur busuk
nilainya dibawah 50 (Buckle et al., 1985). Penentuan kualitas telur
berdasarkan haugh unit menurut standar United Stated Departement of
Agriculture (USDA) adalah sebagai beikut:
1. Nilai HU kurang dari 31 digolongkan C
2. Nilai HU kurang dari 31-60 digolongkan B
3. Nilai HU kurang dari 60-72 digolongkan A
4. Nilai HU lebih dari 72 digolongkan AA
Rumus Haught Unit:
HU = 100 log ( H + 7,57 –1,7 W 0,37 )
Keterangan :
HU : Haugh Unit
H : Tinggi Putih Telur (mm)
W: Berat Telur (g)
d. Warna Kuning Telur
Penentuan warna kuning telur dapat dilakukan dengan menggunakan
alat pembanding warna yaitu Roche Yolk Colour Fan dimana alat ini
berbentuk seperti kipas yang terdiri dari 15 macam seri warna, biasanya
warna kuning telur sangat bervariasi mulai dari kuning muda sampai kuning
tua. Warna kuning telur juga dipengaruhi oleh bobot, bentuk dan membran
18
vitalin, dan warna kuning telur dipengaruhi oleh zat warna xantofil yang
banyak terdapat dalam golongan hidroksikarotenoid. Zat tersebut
mempengaruhi warna kunig telur, warna kulit, shank, paruh dan pigment ini
akan disimpan di dalam kuning telur (Stadellman dan Cotterill, 1995 disitasi
Hanartani, 2008).
19
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Batu Rujung Kelurahan
Pagutan Barat, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat yang
dilaksanakan selama satu bulan, mulai dari bulan Mei - Juni dan dilanjutkan
dengan uji kualitas eksternal dan internal telur di Laboratorium Teknologi
Pengolahan Hasil Ternak (TPHT) Fakultas Peternakan Univeritas Mataram.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ayam ras petelur strain cv.909 sebanyak 45 ekor dengan umur 19 minggu.
2. Pakan tersusun dari dedak padi, jagung kuning dan konsentrat Protein RK
24 AA+ produki PT. Charoen Pokphand, KR 55 produksi PT. Wirifa
Sakti, dan KLKS 36 produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia.
Adapun komposisi zat gizi dan susunan ransum yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. Komposisi zat gizi bahan pakan penelitian
Bahan pakanPK (%)
ME ( kkal/kg)
Ca (%)
P (%)
1. Dedak padi* 13 2100 0.06 1.52. Jagung kuning* 8.6 3329 0.02 0.283. Konsentrat protein RK 24 AA+** 36 1985 10 1.14. Konsentrat protein KLKS 36*** 35 1826.22 12 25. Konsentrat protein KR 55**** 36 1840 12 1.5
Sumber : * NRC (1994) ** PT. Charoen Pokphand *** PT. Japfa Comfeed Surabaya
\ **** PT. Wirifa Sakti
20
Tabel 4. Susunan ransum ayam penelitian
BahanPerlakuan
P1 P2 P31. Jagung kuning (%) 40 40 402. Dedak padi (%) 30 30 303. Konsentrat protein RK 24AA+ (%) 30 - -4. Konsentrat protein KR 55 S (%) - 30 -5. Konsentrat protein KLKS 36 (%) - - 30Total 100 100 100Komposisi kimia ransumProtein kasar (%) 18.14 18.14 17.84Energi metabolis (kkal/kg) 2557.4 2513.6 2509.5Ca (%) 3.026 3.626 3.626P (%) 0.892 1.012 1.162
Sumber : Data primer diolah (2016)
Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Alat Kandang
a. Menggunakan kandang baterai yang berukuran 40 x 40 cm,
masing-masing kandang baterai diisi 1 ekor ayam dan dilengkapi
dengan tempat minum dan tempat pakan.
b. Sekop untuk mencampur pakan.
c. Ember dan karung untuk menaruh pakan yang sudah dicampur.
d. Ballpoint untuk mencatan hasil penelitian.
e. Timbangan dengan kapasitas 5 kg untuk menimbang bahan pakan,
sisa pakan, dan pakan yang akan diberikan.
f. Buku untuk mencatat produksi telur dan sisa pakan.
21
2. Alat Laboratorium
a. Timbangan analitik untuk menimbang bobot telur.
b. Jangka sorong untuk mengukur lebar telur, panjang telur, rongga
udara.
c. Plat kaca sebagai alas untuk mengukur, indeks kuning telur, warna
kuning telur, dan indeks putih telur yang sudah dipecah.
d. Scalpel atau Pisau untuk memecah telur.
e. Yolk colour fan untuk membandingkan warna kuning telur.
f. Egg separator sebagai tempat memisah kuning telur.
g. Gunting untuk memotong kuning telur.
h. Depth micrometer untuk mengukur tinggi yolk dan albumen telur.
i. Piring alumunium sebagai wadah penyimpanan telur.
j. Gelas ukur untuk mengukur volume telur.
k. Tabung ukur untuk mengukur volume telur.
l. Gelas untuk mengukur volume telur.
m. Kapas untuk membersihkan telur.
n. Pulpen untuk mencatat hasil penelitian.
22
Metode penelitian
Adapun tahap penelitian yang akan dilakukan terdiri dari :
Tahap 1. Persiapan
1. Mempersiapkan kandang.
2. Mempersiapakan ayam ras petelur sebanyak 45 ekor yang dikelompokkan
dalam tiga kelompok perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan setiap
ulangan terdiri dari lima ekor ayam. Semua ayam dari masing-masing
perlakuan dimasukan ke dalam kandang secara acak.
3. Menyiapkan pakan.
Pada tahap ini pakan yang akan digunakan dalam penelitian yaitu terdiri
dari dedak padi, jagung kuning, dan konsentrat protein, disimpan dalam
area kandang . Yang natinya pakan tersebut akan digunakan dalam bahan
penelitian selama satu bulan. Sebelum proses pengambilan data, ayam
yang digunakan dalam penelitian ini dibiasakan mengkonsumsi ketiga
jenis pakan tersebut untuk proses adaptasi.
Tahap II. Pemberian pakan dan air minum
Pemberian pakan pada ayam diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi
hari jam 08.00 wita, dan sore hari jam 15.00 wita, pakan yang diberikan
sesuai dengan perlakuan. Pada tahap ini pakan dan air minum diberikan secra
addlibitum. Sedangkan sisa pakan ditimbang setiap minggu dari tiap
perlakuan selama penelitian. Kemudian menghitung konsumsi pakan tiap
minggu dari tiap perlakuan dihitung dengan rumus : Konsumsi = jumlah
ransum yang diberikan – sisa ransum pada penelitian.
23
Tahap III. Analisis Kualitas Telur
Tahapan yang dilakukan pada analisis telur meliputi :
1. Pengambilan sampel
Pengukuran kualitas telur untuk pengujian eksternal dan internal
dilakukan pada periode produksi awal, tengah dan akhir produksi ,dimana
setiap perlakuan dan ulangan masing-masing 3 butir telur, sehingga jumlah
sampel yang diperoleh adalah 81 butir telur dan setiap telur diberi kode sesuai
perlakuan.
2. Analisis kualitas telur
1. Pengukuran Berat Telur
a. Masing-masing telur diberi kode sesuai perlakuan
b. Telur ditimbang dan dicatat berat telur (g)
2. Pengukur Indeks Putih Telur
a. Telur yang sudah ditimbang kemudian dipecah dan diletakkan di
atas plat kaca
b. Tinggi putih telur diukur menggunakan jangka sorong, bagian putih
telur yang diukur dipilih antara tinggi kuning telur dan putih telur
kental dan diukur rata-rata diameter putih telur
c. Tinggi putih telur dan diameter putih telur diukur kemudian
dihitung dan dicatat hasil perhitungan indeks putih telur yang
diperoleh dari indeks putih telur degan rumus indeks putih
AI = ABKeterangan: AI = Albumin Indeks
A = Tinggi Putih Telur
24
B = Diameter Putih Telur
3. Pengukuran Indeks Kuning Telur
a. Telur yang sudah ditimbang, kemudian dipecah dan diletakkan di
atas plat kaca
b. Tinggi kuning telur diukur menggunakan jangka sorong, bagian
kuning telur yang diukur dipilih bagian tengah dari bagain kuning
telur dan diukur rata-rata diameter kuning telur
c. Tinggi kuning telur degan diameter kuning telur dibandingkan dan
catat hasil pengukuran dangan perhitungkan indeks kuning telur
yang diperoleh dari indeks kuning telur degan rumus indeks kuning
telur menurut Laily dan Suhendra (1979).
YI = ABKeterangan : YI= Yolk Indeks
A = Tinggi Kuning Telur
B = Diameter Kuning Telur
4. Pengukuran Haugh unit (HU)
a. Telur yang sudah ditimbang, kemudian dipecah dan diletakkan di
atas pelat kaca datar
b. Tinggi putih telur diukur dengan Depth micrometer, bagian putih
telur yang diukur diplih diantara tinggi putih telur dan kuning telur
c. Hasil pengukuran berat telur dan ketebalan putih telur dimasukkan
dalam rumus Haugh unit menurut Nesheim et al., (1979).
HU = 100 log ( H + 7,57 –1,7 W 0,37 )
Keterangan : HU : Haugh Unit
25
H : Tinggi Putih Telur (mm)
W: Berat Telur (g)
5. Pengukuran Warna Kuning Telur
a. Telur yang sudah dipecah, dipisahkan antara putih telur dan
kuningnya, kemudian disesuakan warna kuning telur dengan kipas
seri warna (yolk colour fan)
b. Warna kuning telur disesuaikan dengan warna kuning pada kipas
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan
menggunakan 3 perlakuan yaitu:
P1 = jagung kuning, dedak padi, dan konsentrat protein RK 24 AA+.
P2 = jagung kuning, dedak padi, dan konsentrat protein KR 55 S.
P3 = jagung kuning, dedak padi, dan konsentrat protein KLKS 36 S.
Setiap perlakuan terdiri atas 3 ulangan dan masing-masing ulangan
terdiri atas 5 ekor ayam sehingga jumlah ayam yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 45 ekor.
Variabel Yang Diamati
Adapun variable yang diamati dalam penelitian ini yaitu kualitas
eksternal dan internal telur ayam ras petelur.
Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis keragaman
(ANOVA) atas dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila terdapat
perbedaan yang nyata diantara perlakuan, maka akan diuji dengan uji jarak
berganda Duncan.
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian tentang pemberian tiga jenis konsentrat protein
dalam ransum terhadap kualitas eksternal dan internal telur ayam ras petelur
tercantum pada tabel 5 dan 7 :
Kualitas Eksternal Telur Ayam Ras
Tabel 5. Rata- rata Kualitas Eksternal Telur Ayam Ras Petelur CV.909.
VariabelPerlakuan
P1 P2 P31. Berat Telur (g/butir) 54.41a 53.88a 56.02 a
2. Volume Telur (ml) 49.96 a 48.51 a 52.07 a
3. Berat Jenis Telur (g/ml) 1.09 a 1.11 a 1.08 a
4. Indeks Bentuk Telur 79.27 a 79.85 a 79.43 a
Keterangan : Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05).
1. Berat Telur
Rata-rata berat telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat
yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat telur 54,41 g/butir, dan
perlakuan P2 memiliki berat telur 53,88 g/butir, dan perlakuan P3 memiliki
berat telur 56,02 g/butir. Berat telur yang diperoleh dalam penelitian ini
termasuk dalam kategori medium dan large. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Anonin, 2013) yang menyatakan bahwa berat telur kategori medium berkisar
dari 50-55 g/butir dan kategori large berkisar 55-60 g/butir.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat telur
ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1,
P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05),
tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap berat telur dari ketiga perlakuan
ini disebabkan kualitas ransum yang diberikan pada setiap perlakuan relatif
27
sama yaitu iso protein dan iso energi. Selain kualitas pakan yang relatif sama
juga umur ayam yang digunakan dalam penelitian juga sama yaitu umur 6
bulan.
Sesuai dengan pendapat Wahju (1997) yang menjelaskan lebih lanjut
bahwa faktor yang mempengaruhi bobot telur diantaranya adalah besarnya
kandungan protein dalam ransum yang dikonsumsi. Argo (2013) lebih lanjut
menyatakan bahwa berat telur dipengaruhi oleh protein, lemak dan asam
amino esensial yang terkandung dalam ransum. Pengaruh pemberian tiga jenis
pakan konsentrat protein terhadap berat telur ayam ras petelur dapat dilihat
pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik batang rata-rata berat telur ayam ras strain CV.909.
Menurut Anggrodi (1985) berat telur dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti genetik, umur, tingkat dewasa kelamin, obat-obatan, penyakit, dan
umur telur. Lebih lanjut menambahkan bahwa faktor terpenting dalam pakan
yang mempengaruhi berat telur adalah protein dan asam amino, karena kurang
54.41 53.88 56.02
0
10
20
30
40
50
60
P1 P2 P3
Ber
at T
elur
(g)
Perlakuan
28
lebih 50% dari berat kering adalah protein. Penurunan berat telur dapat
disebabkan defisiensi asam amino dan asam linoleat.
2. Volume Telur
Rata-rata volume telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat
yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki volume telur 49,96 ml, dan
perlakuan P2 memiliki volume telur 48,51 ml, dan perlakuan P3 memiliki
volume telur 52,07 ml.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata volume telur
ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1,
P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05)
terhadap volume telur. Tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap volume
telur dari ketiga perlakuan ini disebabkan karena persentase penggunaan
konsentrat protein dalam ransum yang berbeda dari setiap perlakuan memiliki
persentase protein yang relatif sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan konsentrat protein dari ketiga perlakuan tersebut tidak
mempengaruhi volume telur .
Volume telur yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan
metode Hukum Archimedes yang menyatakan sebagai berikut, sebuah benda
yang tercelup sebagian atau seluruhnya kedalam zat cair akan mengalami
gaya keatas yang besarnya sama dengan berat cair yang dipindahkannya..
Besarnya gaya ke atas menurut Hukum Archimedes ditulis dalam persamaan :
FA= p.V.g
Keterangan :
FA = gaya ke atas (N)
29
V= volume benda yang tercelup (m3)
P = masa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (N/kg)
Hukum ini juga bukan suatu hukum fundamental karena dapat
diturunkan dari hukum newton juga. Bila gaya Archimedes sama dengan gaya
berat W maka resultan gaya = 0 dan benda melayang. Bila FA>W maka
benda akan terdorong ke atas akan melayang, jika rapat massa fluida lebih
kecil dari pada rapat massa telur maka agar telur berada dalam keadaan
seimbang, volume zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil dari pada
volume telur. Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan
perkataan lain benda mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair
yang dipindahkan harus sama dengan volume telur dan rapat massa cairan
sama dengan rapat massa benda. Jika rapat massa benda lebih besar dari pada
rapat massa fluida, maka bneda akan mengalami gaya total ke bawah yang
tidak sama dengan nol. Artinya benda akan jatuh tenggelam. Berdasaran
Hukum Archimedes, sebuah benda yang tercelup kedalam zat cair akan
mengalami dua gaya, yaitu gaya gravitasi atau gaya berat dan gaya ke atas
(FA) dari zat cair itu (Hanartani dan Kisworo, 2010). Selain Hukum
Archimedes dalam pengukuran volume telur terdapat pula metode prediksi
volume telur dengan rumus :
V = 0,913 x W
Dimana : (W = Berat Telur (g)) ( Yuwanta, 2010).
30
Berikut ini adalah tabel hasil perbandingan antara volume telur yang
diperoleh dari Hukum Archimedes dan volume telur yang diperoleh
berdasarkan metode prediksi.
Tabel 6. Perbandingan Hukum Archimedes dengan Metode Prediksi
Jumlah Sampel
(n)Nilai
Statistik
Berat Telur
(g/butir)
Volume Telur
HukumArchimedes
(A) (ml)
Volume Telur
Metode Prediksi (P) (ml)
Selisih (A-P) (ml)
Persentase Selisih (A-P) (%)
81 Rata-rata54.77 50.19 50.01 2.92 5.89
81Nilai
Minimum47.50 38.00 43.37 0.14 0.26
81Nilai
Maksimal67.30 69.00 61.44 8.84 23.26
81Standar Deviasi
4.43 6.26 4.05 2.17 4.53
Sumber : Data Primer diolah (2016).
Berdasarkan dari hasil tabel di atas menunjukan bahwa volume rata-
rata telur (n=81) yang diperoleh dengan menggunakan metode Hukum
Archimedes adalah 50,19 ml sedangkan volume rata-rata telur (n=81) dengan
rumus prediksi adalah 50,01 ml dengan selisih dan persentase selisih masing-
masing 2,92 ml dan 5,89 ml. Dengan demikian cara untuk memperoleh
volume telur dengan menggunakan metode Hukum Archimedes dan metode
prediksi menunjukan hasil yang sangat akurat untuk menentukan volume telur.
Selain itu diduga umur ayam merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhinya. Kisaran umur ayam yang digunakan pada saat penelitian
yaitu 19 minggu. Sedangkan menurut Suprijatna dan Natawihardja (2004)
bahwa puncak produksi ayam Ras petelur yaitu umur 44 minggu.
Kemungkinan umur ayam yang digunakan dalam penelitian ini masih dalam
31
produksi awal. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein
terhadap volume telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2.Grafik batang rata-rata volume telur ayam ras strain CV.909.
Menurut Sodak (2011) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap
volume telur ayam adalah umur ayam, suhu lingkungan, strain atau breed,
kandungan nutrisi dalam ransum, berat tubuh ayam dan waktu telur
dihasilkan. Campbell (2003) menyatakan bahwa bobot telur berkaitan erat
dengan komponen penyusunnya yang terdiri atas putih telur (58%), kuning
telur (31%) dan kerabang telur (11%). Menurut Wahyu (1992), faktor
terpenting yang mempengaruhi ukuran telur adalah protein dan asam amino,
karena sekitar 50% bahan kering telur mengandung protein sehingga
penyediaan asam amino dalam sintesis protein sangat diperlukan untuk
memproduksi telur. Globulin merupakan protein yang menentukan kekentalan
putih telur dan mengurangi pencairan buih. Globulin yang kurang dalam putih
telur membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai volume tertentu
(Stadelman dan Cotterill, 1995).
49.96 48.5152.07
0
10
20
30
40
50
60
P1 P2 P3
Vol
ume
Telu
r (
ml )
Perlakuan
32
3. Berat Jenis Telur
Rata-rata berat jenis telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat jenis telur 1.09 g/
ml, dan perlakuan P2 memiliki berat jenis telur 1.11 g/ml, dan perlakuan P3
memiliki berat jenis telur 1.08 g/ml. Berat jenis telur yang diperoleh dalam
penelitian ini masih dalam kisaran normal sesuai dengan pendapat USDA
(United States Departement of Agriculture), berat jenis telur normal yaitu
berkisar 1,09 g/ml.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat jenis
telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan
P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05)
terhadap berat jenis telur, tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap berat
jenis telur dari ketiga perlakuan ini disebabkan karena presentase penggunaan
mineral seperti kalsium dalam ransum relatif sama yang berkisar antara
3.026 %- 3.626 %. Berat jenis telur diperoleh dari hubungan antara berat telur
dan volume telur.
Hasil penelitian Ahmad, Yadalam dan Roland (2003) menjelaskan
bahwa dengan penambahan kalsium dalam pakan mulai dari 2,5-5% dapat
meningkatkan nilai specific gravity mulai dari 1,078 g/l menjadi 1,083 g/l.
Rahadianto, Sjofjan dan Djunaidi (2013) menambahkan bahwa faktor utama
yang mempengaruhi specific gravity adalah kandungan kalsium dalam
kerabang telur yang berasal dari pakan. Koelkebeck (2003) menjelaskan
bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi specific gravity adalah lama
penyimpanan telur, suhu, waktu bertelur dan kandungan kalsium pakan.
33
Hendratno, Sjofjan dan Djunaidi (2013) menjelaskan bahwa peningkatan nilai
specific gravity dipengaruhi oleh kandungan nutrisi pakan, mineral penyusun
kerabang dan rongga udara didalam telur. Specific gravity keseluruhan
dipengaruhi oleh jumlah proporsional rongga udara dan berat jenis kerabang.
Ahmad, Yadalam dan Roland (2003) menjelaskan telur tersusun atas empat
komponen dasar yaitu kuning telur, putih telur, selaput kerabang dan
kerabang. Bobot jenis tiap komponen tersebut berbeda-beda yaitu kerabang
memiliki berat jenis 2,33; kuning telur 1,03; putih telur 1,04; dan selaput
kerabang 1,08. Nilai specific gravity dari kerabang tersebut lebih tinggi dua
kali dibanding dengan kuning telur, putih telur dan selaput kerabang, oleh
karena itu kerabang sangat berpengaruh pada specific gravity dari telur utuh.
Dewi (2006) menambahkan bahwa keuntungan dari specific gravity adalah
sederhana dan mudah dilakukan untuk mengetahui kualitas kerabang telur
pada fase umur tertentu akan mengalami penurunan. Cara penentuan kualitas
kerabang menggunakan specific gravity ini hanya dilakukan pada telur segar.
Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap berat jenis
telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik batang rata-rata berat jenis telur ayam ras strain CV.909.
1.09 1.11 1.08
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
P1 P2 P3
Ber
at J
enis
Telu
r (g
/ml)
Perlakuan
34
4. Indeks Bentuk Telur
Rata-rata indeks bentuk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks bentuk telur
79,27, dan perlakuan P2 memiliki indeks bentuk telur 79,85, dan perlakuan P3
memiliki indeks bentuk telur 79,43. Indeks bentuk telur yang diperoleh dalam
penelitian ini masih dalam kisaran normal sesuai dengan pendapat Romanoff
(1963), menyatakan bahwa indeks bentuk telur yang baik berkisar 70 – 79.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata indeks bentuk
telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan
P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05)
terhadap indeks bentuk telur. Indeks bentuk telur yang diperoleh dalam
penelitian ini berkisar 79,27-79,85 hampir mendekati kisaran indeks bentuk
telur 77 Hal ini disebabkan karena ayam masih dalam awal produksi telur.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2004), yang menyatakan
bahwa indeks telur akan menurun dengan bertambahnya umur, pada awal
peneluran berkisar antara 77 dan pada akhir peneluran 74. Indeks bentuk telur
berkaitan dengan bobot telur, sedangkang bobot telur dipengaruhi oleh
albumen. Indeks bentuk telur yang diperoleh cenderung lebih lonjong. Hal ini
berkaitan dengan bentuk telur pada awal produksi dan menuju puncak
produksi bentuk telur cenderung bulat. Indeks bentuk telur akan mengalami
penurunan sejalan dengan bertambahnya umur.
Bell and Weaver (2002) menyatakan bahwa indeks telur diperoleh dari
hasil pengukuran panjang dan lebar telur (lebar/panjang X 100%) dan kisaran
indeks telur yang normal adalah 0,70-0,74. Bentuk telur dipengaruhi oleh
35
lebar tidaknya diameter isthmus. Semakin lebar diameter isthmus, maka
bentuk telur yang dihasilkan cenderung bulat dan apabila diameter isthmus
sempit, maka bentuk telur yang dihasilkan cenderung lonjong. Semakin tinggi
nilai indeks telur, maka bentuk telur tersebut akan semakin bulat (Pilliang,
1992 dan Septiawan, 2007). Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat
protein terhadap indeks bentuk telur ayam ras petelur dapat dilihat pada
gambar 4.
Gambar 4.Grafik batang rata-rata indeks bentuk telur ayam ras strain CV.909.
Kualitas Internal Telur Ayam Ras
Tabel 7. Rata- rata Kualitas Internal Telur Ayam Ras Petelur CV.909.
VariabelPerlakuan
P1 P2 P31. Indeks Albumen 0.09a 0.07 a 0.08 a
2. Indeks Yolk 0.46 a 0.46 a 0.45 a
3. Berat Yolk (g) 11.98 a 12.09 a 13.54 a
4. Warna Yolk 6.89 a 6.55 a 6.85 a
5. Nilai Haugh Unit 99.84 a 93.17 a 92.07 a
6. Berat Kerabang (g) 6.34 a 6.32 a 6.50 a
7. Tebal Kerabang (mm) 0.41 a 0.40 a 0.42 a
8. Diameter Rongga Udara 13.98 a 12.82 a 13.72 a
Keterangan : Superskrip yang sama pada baris yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05).
79.27 79.85 79.43
0
20
40
60
80
100
P1 P2 P3
Inde
ks B
entu
k Te
lur
Perlakuan
36
1. Indeks Albumen
Rata-rata indeks albumen telur telur ayam ras CV.909 yang diberi
pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks albumen
telur 0,09, dan perlakuan P2 memiliki indeks albumen telur 0,07, dan
perlakuan P3 memiliki indeks albumen telur 0,08. Indeks albumen yang
diperoleh dari penelitian masih dalam kisaran normal indeks albumen, sesuai
dengan hasil penelitian Romanof (1963), yang menyatakan bahwa indeks
putih telur ayam yang masih segar sekitar 0,05-0,17 pada umumnya sekitar
0,09-0,12.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata indeks
albumen telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara
perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda
nyata (P>0.05) terhadap indeks albumen telur. Hal ini disebabkan persentase
protein dalam ransum relatif sama.
Sesuai dengan pendapat Wilson (1975) melaporkan bahwa indeks
putih telur ditentukan oleh tinggi putih telur kental dan diameternya. Indeks
putih telur dipengaruhi oleh protein pakan. Protein pakan akan mempengaruhi
viskositas telur yang mencerminkan kualitas internal telur, selanjutnya dapat
mempengaruhi indeks putih telur. Kandungan protein dalam masing-masing
pakan perlakuan pada penelitian tidak jauh berbeda yaitu berkisar 17,84 –
18,14 %.
Menurut Stadellman and Cotteril (1995) putih telur atau albumen
mempunyai persentase sebesar 60 % dari total berat telur. Persentase putih
telur pada ayam petelur bervariasi tergantung dari umur ayam, strain, dan
37
umur dari telur. Menurut Romanoff (2011) penurunan indeks putih telur
disebabkan oleh penguapan gas CO2 dan air dalam telur sehingga sifat basa
dari putih telur naik kemudian menyebabkan serabut ovomucin menjadi rusak.
Nilai indeks putih telur turun lebih cepat setelah 3 minggu penyimpanan
ketika disimpan pada suhu 25ºC. Indeks putih telur akan turun sebesar 40 %
dalam 20 jam pada suhu 32ºC. Perubahan kekentalan putih telur dapat
disebabkan oleh umur ayam dan peningkatan lama simpan telur. Pengaruh
pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap indeks albumen telur
ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Grafik batang rata-rata indeks albumen telur ayam ras strain
CV.909.
2. Indeks Yolk
Rata-rata indeks yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks yolk telur 0,46,
dan perlakuan P2 memiliki indeks yolk telur 0,46, dan perlakuan P3 memiliki
indeks yolk telur 0,45. Nilai ini masih dalam kisaran normal sesuai dengan
pendapat Romanoff (1963), menyatakan bahwa indeks kuning telur yang baru
0.09
0.070.08
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
P1 P2 P3
Inde
ks A
lbum
en
Perlakuan
38
bervariasi antara 0,30 – 0,50 walaupun pada umumnya 0,39 – 0,45.
Sedangkan menurut Badan Standardisasi Nasional (2008), tingkatan mutu
indeks kuning telur adalah 0,458-0,521 (Mutu I), 0,394-0,457 (Mutu II), dan
0,330-0,393 (Mutu III).
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata indeks yolk
telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan
P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05)
terhadap indeks yolk telur. Hal ini disebabkan persentase protein dalam
ransum relatif sama. Sesuai dengan pendapat Wilson (1975) mengemukakan
bahwa bentuk telur merupakan ekspresi dari kandungan protein pakan.
Protein pakan akan mempengaruhi viskositas telur yang mencerminkan
kualitas interior telur, selanjutnya dapat mempengaruhi indeks kuning telur.
Kualitas membran vitelin dan pakan dengan kandungan protein yang
memenuhi kebutuhan ayam memberikan pengaruh besar bagi indeks kuning
telur. Hal ini dimungkinkan karena tidak terjadinya perubahan ukuran tinggi
dan diameter kuning telur P1, P2 dan P3 sehingga menjadikan tiap hasil tidak
berbeda nyata (P>0,05). Keadaan kuning telur yang cembung dan kokoh
ditentukan oleh kekuatan dan keadaan membran vitelin dan khalaza yang
terbentuk oleh pengaruh protein pakan dalam mempertahankan kondisi kuning
telur (Bell dan Weaver, 2002; Yamamoto et al., 2007). Penurunan kekuatan
daya ikat maupun keadaan membran vitelin yang mulai melemah dapat
menyebabkan perpindahan air dari putih ke kuning telur. Perpindahan air
mengakibatkan kuning telur menjadi encer dan berbentuk relatif datar,
sehingga nilai indeks akan menjadi rendah. Pengaruh pemberian tiga jenis
39
pakan konsentrat protein terhadap indeks yolk telur ayam ras petelur dapat
dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Grafik batang rata-rata indeks yolk telur ayam ras strain CV.909.
3. Berat Yolk Telur
Rata-rata berat yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat yolk telur 11,98 g,
dan perlakuan P2 memiliki berat yolk telur 12,09 g, dan perlakuan P3 memiliki
berat yolk telur 13,54 g. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini masih dalam
kisaran normal berat yolk telur. Sesuai dengan pendapat Diwyanto dan Prijono
(2007) secara umum berat kuning telur ayam adalah 13,9 g/butir. Berdasarkan
hal tersebut maka berat kuning telur ayam hasil penelitian untuk P1 dan P2
masih dibawah standar, sedangkan pada P3 diatas standar, namun secara statistik
sama.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat yolk telur
ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2,
maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap
diameter yolk telur. Hal ini disebabkan karena presentase protein dalam ransum
dari ketiga perlakuan relatif sama yaitu berkisar 17,84-18,14 %.
0.46 0.46 0.45
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
P1 P2 P3
Inde
ks Y
olk
Perlakuan
40
Hal ini disebabkan karena deposit lemak terbanyak berada didalam
kuning telur sedangkan ditinjau dari komposisi telur air 50%, lemak 32%-
36%, protein 16% dan glukosa 1%-2% (Bell dan Weaver, 2002). Menurut
Wahju (1997) berat kuning telur dipengaruhi oleh kandungan lemak karena
deposit lemak terbanyak berada di dalam kuning telur. Kandungan lemak
didalam kuning telur dapat dipengaruhi oleh kandungan lemak pakan (Bell
dan Weaver, 2002; Yamamoto et al., 2007). Selain itu berat kuning telur di
pengaruhi oleh konsumsi pakan yang rendah. Hal ini sesuai pendapat
Sihombing, dkk.(2006) berat kuning telur dalam telur dan ukuran besar
kecilnya dipengaruhi oleh konsumsi protein. Apabila konsumsi protein rendah
maka akan terbentuk kuning telur yang kecil dan sebaliknya jika konsumsi
protein tinggi maka akan terbentuk kuning telur yang lebih besar.
Menurut Priyono (1992) faktor yang mempengaruhi berat yolk adalah
kandungan lemak dan protein dalam telur yang sebagian besar terdapat dalam
yolk. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap berat
yolk telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7.Grafik batang rata-rata berat yolk telur ayam ras strain CV.909.
11.98 12.0913.54
0
5
10
15
P1 P2 P3
Ber
at Y
olk
(g)
Perlakuan
41
4. Warna Yolk Telur
Rata-rata warna yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki warna telur 6.89, dan
perlakuan P2 memiliki warna yolk telur 6.55, dan perlakuan P3 memiliki
warna yolk telur 6.85. Skor warna kuning telur yang diperoleh dalam
penelitian berkisar antara 6,55 – 6,89. Nilai ini lebih rendah dalam kisaran
warna kuning telur yang disukai konsumen. Menurut Stadellman (1995)
warna kuning telur yang baik berada pada kisaran 7 – 12.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata warna yolk
telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan
P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05)
terhadap warna yolk telur. Tidak nyata pengaruh perlakuan terhadap warna
kuning telur disebabkan komposisi jagung kuning dalam ransum relatif sama
yaitu 40 %. Warna kuning telur dipengaruhi oleh karoten yang dikonsumsi
oleh ayam (Stadellman and Cotteril, 1995) strain, variasi individu, produksi
telur dan pakan (North, 1984). Menurut Sahara (2010) warna kuning telur
dipengaruhi oleh zat-zat yang terkandung dalam pakan seperti xantofil, beta
karoten, klorofil dan cytosan. Pigmen pemberian warna kuning telur yang ada
dalam pakan secara fisiologis akan diserap oleh organ pencernaan usus halus
dan diedarkan ke organ yang membutuhkan. Kualitas kuning telur dilakukan
dengan menentukan skor warna kuning telur dengan menggunakan egg yolk
color fan yang terdiri dari 15 seri warna, warna kuning telur merupakan salah
satu karakteristik yang sangat penting dalam penentuan kualitas telur oleh
konsumen. Menurut Wahju (1988) jagung mengandung vitamin A sebesar 510
42
S.I, vitamin A bermanfaat sebagai pemberi pigmen warna kuning telur pada
unggas.
Menurut North dan Bell (1990) warna kuning telur dipengaruhi oleh
pigmen karotenoid yang terkandung dalam jagung kuning bahan pakan.
Sebelumnya Romanoff (1963) menjelaskan bahwa unggas yang meng-
konsumsi ransum yang mengandung karatenoid tinggi akan menghasilkan
telur dengan intensitas warna kuning telur yang lebih tinggi.
Warna atau pigmen yang terdapat dalam kuning telur sangat
dipengaruhi oleh jenis pigmen yang terdapat dalam ransum yang dikonsumsi
(Winarno, 2002) dan setiap ayam mempunyai kemampuan berbeda untuk
merubah pigmen karoten tersebut menjadi warna kuning telur (Romanoff dan
Romanoff, 1963). Castellini et al. (2006) menyatakan bahwa jagung kuning
dan hijauan seperti rumput dapat menyebabkan warna pekat pada kuning
telur. Pigmen kuning telur adalah karoten dan riboflavin yang diklasifikasi
sebagai lipokrom dan liokrom (Yamamoto et al, 2007). Romanoff dan
Romanoff (1963) menjelaskan bahwa warna kuning telur dipengaruhi oleh
karotenoid dalam bentuk karoten dan xantofil. Apabila pakan mengandung
lebih banyak karoten, yaitu xantofil, maka warna kuning telur semakin
berwarna jingga kemerahan (Yamamoto et al., 2007). Pengaruh pemberian
tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap berat yolk telur ayam ras petelur
dapat dilihat pada gambar 8.
43
Gambar 8.Grafik batang rata-rata warna yolk telur ayam ras strain CV.909.
5. Nilai Haugh Unit Telur
Rata-rata nilai Haugh unit telur telur ayam ras CV.909 yang diberi
pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki nilai Haugh unit
telur 99,84, dan perlakuan P2 memiliki nilai haugh unit telur 93,17, dan
perlakuan P3 memiliki nilai Haugh unit telur 92,07. Dari hasil penelitian
diperoleh Rerata nilai HU dari ketiga macam perlakuan berkisar antara 92,07
sampai 9,84 atau digolongkan kualitas AA. Menurut sandar United State
Department of Agriculture (USDA) nilai HU lebih dari 72 digolongkan
kualitas AA (Sudaryani danSantoso, 2000).
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata nilai Haugh
unit telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara
perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda
nyata (P>0.05) terhadap nilai haugh unit telur. Haugh Unit (HU) adalah
ukuran kualitas telur bagian dalam yang didapat dari hubungan antara tinggi
putih telur dengan bobot telur (Ewing, 1963). Semakin tinggi nilai Haugh
Unit, maka semakin tinggi kualitas putih telurnya (Stadelman danCotteril,
1995).
6.89 6.55 6.85
0
2
4
6
8
P1 P2 P3
War
na Y
olk
Perlakuan
44
Nilai Haugh Unit dipengaruhi genetik, umur ayam, musim, kondisi
penyimpanan dan makanan (Dawan Sugandi,1975, Budiman, 1991). Kualitas
telur dapat ditentukan melalui penetapan nilai Haugh unit. Menurut Buckle et
al. (1986), bahwa penetapan kualitas interior telur dengan pengukuran Haugh
unit merupakan cara yang terbaik. Cara penetapan ini berdasarkan tingkat
keenceran albumen. Sebagaimana pernyataan Benyamin et al. (1960) bahwa
keenceran dari albumen mempunyai korelasi positif dengan nilai Haugh unit.
Menurut Stadelman dan Cotteril (1995) kandungan ovomucin didalam
putih telur mempengaruhi nilai Haugh Unit, putih telur yang semakin tinggi,
maka nilai Haugh Unit yang diperoleh semakin tinggi. Pengaruh pemberian
tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap nilai haught unit telur ayam ras
petelur dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Grafik batang rata-rata nilai haught unit telur ayam ras strain
CV.909.
6. Berat Kerabang Telur
Rata-rata berat kerabang telur telur ayam ras CV.909 yang diberi
pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat kerabang
99.84 93.17 92.07
0
20
40
60
80
100
120
P1 P2 P3
Nil
ai H
augh
t Uni
t
Perlakuan
45
telur 6,34 g, dan perlakuan P2 memiliki berat kerabang telur 6,32 g, dan
perlakuan P3 memiliki berat kerabang telur 6,50 g. Hasil penelitian ini
diperoleh berat kerabang telur antara 6,32-6,50 g lebih tinggi dibandingkan
hasil penelitian Abdallah et al.,(1993) dengan berat kerabang telur antara
5,50-5,90 g. Sedangkan menurut Amrullah (2004) berat kerabang telur yang
baik sekitar 4,55-4,62 g.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat
kerabang telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara
perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda
nyata (P>0.05) terhadap berat kerabang telur. Hal ini disebabkan karena
presentase penggunaan kalsium dalam ransum yang relatif sama berkisar
3.026-3.626 %. Serta penggunaan fosfor dalam ransum berkisar 0.892-1.062
%. Kalsium dibutuhkan untuk proses pembentukan kerabang telur, jika
kebutuhan kalsium dalam telur tidak terpenuhi akan menyebabkan kerabang
telur menjadi tipis, akibatnya telur akan mudah retak dan pecah. Mineral yang
sangat berperan dalam proses pembentukan kerabang telur adalah kalsium dan
fosfor. Apabila asupan mineral yang dibutuhkan kurang maka deposisi
mineral (kalsium dan fosfor) secara langsung akan mengambil cadangan
mineral pada tulang tibia untuk proses pembentukan kerabang telur (Suprapto
dkk, 2005).
Sesuai dengan pendapat Amrullah (2003) menyatakan bahwa berat
kerabang telur secara kuantitatif adalah 10-13% dari total berat telurnya.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa berat kerabang telur sangat dipengaruhi oleh
pakan yang dikonsumsi, berat telur, dan umur ternak. Ensminger (1992)
46
menjelaskan bahwa kandungan kalsium dan fosfor dalam pakan berperan
terhadap kualitas kerabang telur, seperti ketebalan, berat dan struktur
kerabang telur. Kualitas kerabang telur tergantung dari kemampuan unggas
dalam mengabsorbsi kalsium yang ada dalam pakan, kualitas kerabang telur
ditentukan oleh tebal, berat dan struktur kerabang telur. Untuk meningkatkan
kekuatan kerabang telur dapat dilakukan dengan meningkatkan kadar kalsium
dalam pakan (Roland, 1986). Menurut Yuwanta (1992), kualitas telur
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsumsi pakan dan pengaturan
cahaya. Menurut Clunies et al. (1992) semakin tinggi kalsium semakin tinggi
pula berat maupun tebal kerabang telur. Berat dan ketebalan kerabang telur
berfungsi agar telur tidak mudah pecah pada saat proses pengiriman. Pengaruh
pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap berat kerabang telur
ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar 10. Grafik batang rata-rata berat kerabang telur ayam ras strain
CV.909.
7. Tebal Kerabang Telur
6.34 6.32 6.5
0
1
2
3
4
5
6
7
P1 P2 P3
Ber
at K
erab
ang
(g)
Perlakuan
47
Rata-rata tebal kerabang telur telur ayam ras CV.909 yang diberi
pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki tebal kerabang
telur 0.41 mm, dan perlakuan P2 memiliki tebal kerabang telur 0.40 mm, dan
perlakuan P3 memiliki tebal kerabang telur 0.42 mm. Hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini lebih tinggi dibandinkan dengan pendapat (Idris dan
Thohari, 1998) yang menyatakan bahwa tebal kerabang telur ayam yang ideal
yaitu berkisar antara 0,33-0,36 mm. Sedangkan Menurut Steward dan Abbott
(1972) tebal kerabang telur pada umumnya berkisar antara 0,33-0,35 mm.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata tebal
kerabang telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara
perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda
nyata (P>0.05) terhadap tebal kerabang telur. Tidak nyata terhadap tebal
kerabang pada penelitian ini menunjukan bahwa kandungan kalsium (Ca)
pada ransum digunakan dalam pakan ayam ras petelur relatif hampir sama
sehingga tidak dapat mempengaruhi tebal kerabang telur. Oleh karena itu,
kandungan kalsium (Ca) dan fosfor (P) dalam pakan masih pada standar mutu
pakan ayam petelur yang baik dan telah cukup terpenuhi.
Kandungan kalsium (Ca) dan fosfor (P) dalam pakan berperan
terhadap kualitas kerabang telur karena dalam pembentukan kerabang telur
diperlukan adanya ion-ion karbonat dan ion-ion Ca yang cukup untuk
membentuk CaCO3 kerabang telur. semakin tinggi konsumsi kalsium maka
kualitas kerabang telur semakin baik (Clunies et al., 1992). Korelasi antara
kekuatan kerabang telur tidak begitu baik dengan ketebalan kerabang telur
(Meyer et al., 2003). Tebal kerabang dipengaruhi oleh kadar Ca pada ransum,
48
sedangkan penyerapannya dipengaruhi oleh kadar fosfor, dan keasaman darah
(Muharlien, 2010).
Menurut Oguntunji dan Alabi (2010), ketebalan kerabang juga
dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan dengan sifat genetik, kalsium
dalam pakan, dan manajemen seperti temperatur lingkungan, stress, penyakit,
dan pakan. Ditambahkan pula oleh Koelkebeck (2003), bahwa ketebalan
kerabang ditentukan oleh kecepatan Ca dideposit selama pembentukan
kerabang dalam uterus. Jika telur hanya sebentar dalam uterus maka ketebalan
kerabang rendah dan sebaliknya.
Sarwono (1994) menyatakan unggas yang diberi pakan dengan
kandungan kalsium tinggi, biasanya menghasilkan kerabang telur yang tebal
sedangkan ketebalan kerabang telur akan berpengaruh terhadap berat
kerabang. Jadi, kualitas kerabang telur ditentukan oleh ketebalan dan struktur
kerabang. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan konsentrat protein terhadap
tebal kerabang telur ayam ras petelur dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Grafik batang rata-rata tebal kerabang telur ayam ras strain
CV.909.
0.41 0.4 0.42
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
P1 P2 P3
Teba
l Ker
aban
g (m
m)
Perlakuan
49
8. Diameter Rongga Udara Telur
Rata-rata diameter rongga udara telur telur ayam ras CV.909 yang
diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki diameter
rongga udara telur 13,98 mm, dan perlakuan P2 memiliki diameter rongga
udara telur 12,82 mm, dan perlakuan P3 memiliki diameter rongga udara telur
13,72 mm. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini lebih tinggi
dan menujukan kualitas yang sama yaitu mutu III >90 cm, sesuai dengan
pendapat Badan Standardisasi Nasional (2008), yang menyatakan faktor mutu
untuk kondisi kantung udara adalah <0,05 cm (Mutu I), 0,5-0,9 cm (Mutu II)
dan >0,9 cm (Mutu III). Hadiwiyoto (1983) menjelaskan bahwa kualitas yang
baik yaitu dengan besar rongga udara lebih kecil atau sama dengan tiga
milimeter. Artinya, semakin besar rongga udara, kualitas telurnya semakin
berkurang. Besarnya rongga udara dipengaruhi oleh jumlah poripori kulit
telur (Warsono dan Rumetor, 1989), suhu dan ketebalan kulit telur (Blakely
dan Bade, 1991). Dengan demikian, telur dengan warna coklat tua
mempunyai kerabang yang lebih tebal dan jumlah pori-pori yang lebih sedikit.
Secara tidak langsung keadaan ini akan mempengaruhi kualitas telur tersebut,
karena rongga udaranya relatif lebih kecil.
Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata diameter
rongga udara telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein
antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata (P>0.05) terhadap diameter rongga udara telur. Tidak adanya
50
perbedaan nyata terhadap tebal kerabang pada penelitian ini menunjukan
bahwa kandungan dalam ransum digunakan dalam pakan ayam ras petelur
relatif hampir sama sehingga tidak dapat mempengaruhi diameter rongga
udara telur.
Besarnya rongga udara dipengaruhi oleh jumlah poripori kulit telur
(Warsono dan Rumetor, 1989), suhu dan ketebalan kulit telur (Blakely dan
Bade, 1991). Dengan demikian, telur dengan warna coklat tua mempunyai
kerabang yang lebih tebal dan jumlah pori-pori yang lebih sedikit. Secara
tidak langsung keadaan ini akan mempengaruhi kualitas telur tersebut, karena
rongga udaranya relatif lebih kecil. Pengaruh pemberian tiga jenis pakan
konsentrat protein terhadap diameter rongga udara telur ayam ras petelur
dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Grafik batang rata-rata diameter rongga udara telur ayam ras
strain CV.909.
13.9812.82
13.72
0
5
10
15
P1 P2 P3
Dia
met
er R
ongg
a U
dara
(m
m)
Perlakuan
51
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpukan bahwa
pemberian tiga jenis konsentrat protein yang berbeda dalam ransum ayam ras
petelur memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap
kualitas telur ayam ras, baik kualitas eksternal maupun kualitas internal telur
ayam ras.
Saran
Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam mulai bertelur
dan waktu penelitian yang digunakan sangat singkat maka penelitian ini perlu
diperpanjang.
52
RINGKASAN
Telur merupakan sumber protein hewani yang berasal dari ternak
unggas khususnya ayam ras petelur. Ayam ras petelur memerlukan pakan
dengan nutrisi yang tepat untuk dapat menghasilkan produksi yang tinggi,
kebutuhan nutrisinya dikhususkan untuk pertumbuhan dan produksi telur.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan kualitas telur yang baik
maka perlu dimbangi dengan kualitas pakan secara lengkap. Pakan lengkap
merupakan pakan yang mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan ternak
unsur gizi tersebut di antaranya protein, energi, vitamin, mineral, dan air.
Pakan yang diberikan pada ayam ras petelur di masyarakat pada umumnya
pakan yang tersusun dari konsentrat energy berupa dedak padi dan jagung
kuning serta konsentrat protein buatan pabrik.
Adapun Jenis konsentrat protein produk industri pakan ternak yang
terdapat di poultry shop di Nusa Tenggara Barat khususnya di Kota Mataram
adalah konsentrat protein RK 24 AA+, KLK super 36 dan KR 55 S.
Konsentrat protein RK 24 AA+ merupakan konsentrat protein yang
diproduksi oleh PT. Charoen Pokphand yang memiliki kandungan nutrisi
yaitu kadar air 12%, protein 34-36%, lemak 3%, serat 8%, abu 30%, kalsium
10%, dan fosfor 1.1%. Konsentrat protein KLK super 36 yaitu konsentrat
protein yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia dengan kandungan
nutrisi yaitu kadar air 11%, protein kasar 34-36%, lemak kasar 3-7%, serat
kasar 7%, abu 35%, kalsium 11-12%, dan fosfor 1.0-1,5%. Sedangkan
konsentrat protein KR 55 adalah konsentrat protein yang diproduksi PT.
Wirifa Sakti dengan kandungan nutrisi yaitu kadar air 15%, protein kasar 34-
53
35%, lemak kasar 3%, serat kasar 5%, abu 33%, kalsium 9-12%, dan fosfor
1.0-2%.
Berdasarkan kandungan nutrisi yang tersedia pada bahan pakan
konsentrat protein untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan tujuan
mengetahui pengaruh pemberian tiga jenis konsentrat protein RK 24 AA+,
KLK 36 S dan KR 55 S terhadap kualitas eksternal dan internal telur ayam ras
petelur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tiga
jenis konsentrat protein dalam ransum terhadap kualitas eksternal dan internal
telur ayam ras petelur.
Adapun metode penelitian yang digunakan yakni mempersiapkan
kandang baterai yang berukuran 40x40 cm, mempersiapkan ayam ras petelur
sebanyak 45 ekor yang dikelompokan dalam tiga perlakuan, dari setiap
perlakuan terdiri dari tiga ulangan, dari setiap ulangan terdiri 5 ekor ayam ras
petelur, kemudian pemberian pakan dan air minum diberikan setiap pagi dan
sore hari secara addlibitum sesuai dengan perlakuan. Tahap pengambilan
sampel untuk pengujian kualitas telur baik kualitas eksternal maupun internal
di lakukan pada periode awal, tengah, dan akhir produksi, dimana setiap
perlakuan dan ulangan masing-masing 3 butir telur, sehingga jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 81 butir telur. Kemudiaan
dilakukan analisis kualitas telur di Laboratorium Teknologi Pengolahan Hasil
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Data yang diperoleh dari
hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan keragaman (ANOVA) atas
dasar rancangan acak lengkap (RAL).
54
. Rata-rata berat telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat
yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat telur 54,41 g/butir, dan
perlakuan P2 memiliki berat telur 53,88 g/butir, dan perlakuan P3 memiliki
berat telur 56,02 g/butir. Berat telur yang diperoleh dalam penelitian ini
termasuk dalam kategori medium dan large. Dari hasil analisis ANOVA
menunjukan bahwa rata-rata berat telur ayam ras petelur yang diberi pakan
konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05), tidak adanya perbedaan yang
nyata terhadap berat telur dari ketiga perlakuan ini disebabkan kualitas
ransum yang diberikan pada setiap perlakuan relatif sama yaitu iso protein
dan iso energi. Selain kualitas pakan yang relatif sama juga umur ayam yang
digunakan dalam penelitian juga sama yaitu umur 6 bulan.
Rata-rata volume telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan konsentrat
yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki volume telur 49,96 ml, dan
perlakuan P2 memiliki volume telur 48,51 ml, dan perlakuan P3 memiliki
volume telur 52,07 ml. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-
rata volume telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara
perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
(P>0.05) terhadap volume telur. Tidak adanya perbedaan yang nyata terhadap
volume telur dari ketiga perlakuan ini disebabkan karena persentase
penggunaan konsentrat protein dalam ransum yang berbeda dari setiap
perlakuan memiliki persentase protein yang relatif sama.
Rata-rata berat jenis telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat jenis telur 1.09 g/
55
ml, dan perlakuan P2 memiliki berat jenis telur 1.11 g/ml, dan perlakuan P3
memiliki berat jenis telur 1.08 g/ml. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan
bahwa rata-rata berat jenis telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat
protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang
tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap berat jenis telur, tidak adanya
perbedaan yang nyata terhadap berat jenis telur dari ketiga perlakuan ini
disebabkan karena presentase penggunaan mineral seperti kalsium dalam
ransum relatif sama yang berkisar antara 3.026 %- 3.626 %. Berat jenis telur
diperoleh dari hubungan antara berat telur dan volume telur.
Rata-rata indeks bentuk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks bentuk telur
79,27, dan perlakuan P2 memiliki indeks bentuk telur 79,85, dan perlakuan P3
memiliki indeks bentuk telur 79,43. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan
bahwa rata-rata indeks bentuk telur ayam ras petelur yang diberi pakan
konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap indeks bentuk telur. Indeks
bentuk telur yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 79,27-79,85 hampir
mendekati kisaran indeks bentuk telur 77 Hal ini disebabkan karena ayam
masih dalam awal produksi telur.
Rata-rata indeks albumen telur telur ayam ras CV.909 yang diberi
pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks albumen
telur 0,09, dan perlakuan P2 memiliki indeks albumen telur 0,07, dan
perlakuan P3 memiliki indeks albumen telur 0,08. Dari hasil analisis ANOVA
menunjukan bahwa rata-rata indeks albumen telur ayam ras petelur yang
56
diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap indeks
albumen telur. Hal ini disebabkan persentase protein dalam ransum relatif
sama.
Rata-rata indeks yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki indeks yolk telur 0,46,
dan perlakuan P2 memiliki indeks yolk telur 0,46, dan perlakuan P3 memiliki
indeks yolk telur 0,45. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-
rata indeks yolk telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein
antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata (P>0.05) terhadap indeks yolk telur. Hal ini disebabkan
persentase protein dalam ransum relatif sama.
Rata-rata berat yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat yolk telur 11,98 g,
dan perlakuan P2 memiliki berat yolk telur 12,09 g, dan perlakuan P3 memiliki
berat yolk telur 13,54 g. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata
berat yolk telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein antara
perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata
(P>0.05) terhadap diameter yolk telur. Hal ini disebabkan karena presentase
protein dalam ransum dari ketiga perlakuan relatif sama yaitu berkisar 17,84-
18,14 %.
Rata-rata warna yolk telur telur ayam ras CV.909 yang diberi pakan
konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki warna telur 6.89, dan
perlakuan P2 memiliki warna yolk telur 6.55, dan perlakuan P3 memiliki
57
warna yolk telur 6.85. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-
rata warna yolk telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein
antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata (P>0.05) terhadap warna yolk telur. Tidak nyata pengaruh
perlakuan terhadap warna kuning telur disebabkan komposisi jagung kuning
dalam ransum relatif sama yaitu 40 %.
Rata-rata nilai Haugh unit telur telur ayam ras CV.909 yang diberi
pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki nilai Haugh unit
telur 99,84, dan perlakuan P2 memiliki nilai Haugh unit telur 93,17, dan
perlakuan P3 memiliki nilai Haugh unit telur 92,07. Dari hasil penelitian
diperoleh Rerata nilai HU dari ketiga macam perlakuan berkisar antara 92,07
sampai 9,84 atau digolongkan kualitas AA. Dari hasil analisis ANOVA
menunjukan bahwa rata-rata nilai Haugh unit telur ayam ras petelur yang
diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap nilai
haugh unit telur. Haugh Unit (HU) adalah ukuran kualitas telur bagian dalam
yang didapat dari hubungan antara tinggi putih telur dengan bobot telur.
Rata-rata berat kerabang telur telur ayam ras CV.909 yang diberi
pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki berat kerabang
telur 6,34 g, dan perlakuan P2 memiliki berat kerabang telur 6,32 g, dan
perlakuan P3 memiliki berat kerabang telur 6,50 g. Dari hasil analisis
ANOVA menunjukan bahwa rata-rata berat kerabang telur ayam ras petelur
yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap berat
58
kerabang telur. Hal ini disebabkan karena presentase penggunaan kalsium
dalam ransum yang relatif sama berkisar 3.026-3.626 %. Serta penggunaan
fosfor dalam ransum berkisar 0.892-1.062 %.
Rata-rata tebal kerabang telur telur ayam ras CV.909 yang diberi
pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki tebal kerabang
telur 0.41 mm, dan perlakuan P2 memiliki tebal kerabang telur 0.40 mm, dan
perlakuan P3 memiliki tebal kerabang telur 0.42 mm. Dari hasil analisis
ANOVA menunjukan bahwa rata-rata tebal kerabang telur ayam ras petelur
yang diberi pakan konsentrat protein antara perlakuan P1, P2, maupun P3
memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap tebal
kerabang telur. Tidak nyata terhadap tebal kerabang pada penelitian ini
menunjukan bahwa kandungan kalsium (Ca) pada ransum digunakan dalam
pakan ayam ras petelur relatif hampir sama sehingga tidak dapat
mempengaruhi tebal kerabang telur.
Rata-rata diameter rongga udara telur telur ayam ras CV.909 yang
diberi pakan konsentrat yang berbeda pada perlakuan P1 memiliki diameter
rongga udara telur 13,98 mm, dan perlakuan P2 memiliki diameter rongga
udara telur 12,82 mm, dan perlakuan P3 memiliki diameter rongga udara telur
13,72 mm. Dari hasil analisis ANOVA menunjukan bahwa rata-rata diameter
rongga udara telur ayam ras petelur yang diberi pakan konsentrat protein
antara perlakuan P1, P2, maupun P3 memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata (P>0.05) terhadap diameter rongga udara telur. Tidak adanya
perbedaan nyata terhadap tebal kerabang pada penelitian ini menunjukan
bahwa kandungan dalam ransum digunakan dalam pakan ayam ras petelur
59
relatif hampir sama sehingga tidak dapat mempengaruhi diameter rongga
udara telur.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpukan bahwa
pemberian tiga jenis konsentrat protein yang berbeda dalam ransum ayam ras
petelur memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap
kualitas telur ayam ras, baik kualitas eksternal maupun kualitas internal telur
ayam ras.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdallah, A.G., R.H. Harms and O. El. Husseiny. 1993a. Various method ofmeasuring shell quality in relation to percentage of cracked egg. Poult. Sci. 72 : 2038-2043.
Aderemi, F.A., T.E. Lawal., O.M. Alabi., O.A. Ladokun and G.O. Adeyemo. 2006. Effect of enzyme suplemented Cassava root siaviete on egg quality gut, morphology and performanceof egg type chickens. Int. J.Poult. Sci. 5: 526-529.
Ahmad, H. A., S. S. Yadalam. and D. A. Roland. 2003. Calcium requirement of bovanes hens. Poultry Science Department, Auburn University. USA. International Journal of Poultry Science. 2 (6): 417-420.
Akoso, B., T. 1996.Pengaruh Penggunaan Bahan Pakan Konsentrat Sumber Protein Terhadap Konsumsi Pakan, Ayam Ras Petelur. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Amoo IA, OT Adebayo, AO Oyeleye. 2006. Egg Quality. Instituteof Foodand Agricultural Sciences Universityof Florida,Gainesville.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunungbudi: Bogor.
Amrullah, J.K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Anggorodi. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.Universitas Indonesia.
Anonim, 2013. Petelur Komresial Coklat Type Sedang. Petunjuk Dasar Nutrisi dan Manajemen Feed Technology. Cp Indonesia.
Anonim. 1994. National Research Council/Nutrient Requirements of Poultry. 9thEd. National Academy Press, Washington, DC.
Anonim. 2007. Kualitas Telur Optimum. www. thepoultrysite.Com/articles/1232/optimum egg quality.
Anonim. 2012. Asriveteriner. wordpress.com. (Online). http:// www.
61
Asriveteriner.wordpress.com.2012/01/10/.Perilaku-alamiah-hewanpemeliharaan-gallus-gallus-domesticus.
Argo. LB, dan Mangisah. 2013. Kualitas Fisik Telur Ayam Arab Petelur Fase I dengan Berbagai Level Azolla Microphylla. Animal Agricultural Journal, Vol.2 No. 1, 445-457.
Atik, P. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Atik, P. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) Dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Badan Standardisasi Nasional. 2008. Telur Ayam Konsumsi. SNI 01-3926-2008. BSN, Jakarta.
Bell, D. & Weaver. 2002. Commercial chicken meat and egg. Kluwer Academic Publishers, United States of America.
Benyamin, E.W., J.M. Gwin, F.C. Feber and W.D. Termohlen. 1960. Marketing Poultry Product, 5 th Ed. John Willey and Sonds Inc., New York
Blakely, J. dan D.H. Bade, 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta
Boling, S. D., M. W. Dauglas, M. L. Johnson, X. Wang, C.M. Parsons, K. W.Koelkebeck, and R. A. Zimmermant. 2000. The effects of dietary availablephosphorus levels and phytaseon performance of young and older layinghens. Poult. Sci. 79:224-230.
Buckle, A.K.,A.R. Edward, G.H. Fleet dan M. Wotton. 1985.Ilmu Pangan . Terjemahan : H. Purnomo dan Adion UI Press, Jakarta.
Buckle, A.K.,A.R. Edward, G.H. Fleet dan M. Wotton. 1987.Ilmu Pangan . Universitas Indonesia, Jakarta.
Buckle, K.A., Ra.Edward, G.H.Fleet and M.Wooton.1986.I1mu Pangan. Diterjemahkan oleh H.Purnomo dan Adiono. U.LPress.Jakarta.
Budiman. 1991. Kualitas Telur Ayam Konsumsi. Poultry Indonesia, No 16 :19
Campbell, J. R., M. D. Kenealy dan K. L. Campbell. Animal Science, The Biology, Care and Production of Domestic Animals. 4th. Ed. Mc. Graw Hill. New York.
62
Castellini, C., F. Perella, C. Mugnai, and A. Dal Bosco. 2006. Welfare, productivity and quality traits of egg in laying hens reared under different rearing systems. National Journal of Animal Science. 54 (2) : 147-155.
Clunies. M., D. Parks and S. Lesson, 1992. Calcium and Phosphorus Metabolism and Egg Shell Formation of Hens Fed Different Amounts of Calcium. Poultry Science. 71: 482- 489.
Dawan Sugandi, H.R. Bird and D. Atmadilaga. 1975. The Effect of Different Energy and Protein Levels on Performance of Laying Hens in Floor Pens and Cages in The Tropics. Poultry Sci. 54 : 1107 -1114
Dewi, L. T. 2006. Hubungan antara Konsumsi Kalsium dengan Berat Telur, Tebal Kerabang dan Specific Gravity Telur Ayam Arab. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Dini, S. 1996. Mempelajari Pengaruh Parafin Cair terhadap Sifat Fisik dan Kimia Telur Ayam Ras selama Penyimpanan. Skripsi. IPB. Bogor.
Diwyanto, K. dan Prijono, S.N.. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science. Interstate Publisher Inc, Danville,Illinois.
Ewing, W. R. 1963. Poultry Nutrition. 5th Ed. The Ray Ewing Company. Pasadena, California.
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Liberty, Yogjakarta.
Hanartani. 2008. Buku Ajar Ilmu dan Teknologi Telur. Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Hanartani. 2010. Buku Ajar Ilmu dan Teknologi Telur dan Susu. Buku Ajar. Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.
Hanartani. 2011. Ilmu dan Teknologi Telur dan Susu. Bahan Ajar. Universitas Mataram.
Hartadi, H., S, Reksohadiprodjo, dan A.D. Tilman.1991. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
63
Holcomb. M., D. Parks and S. Lesson, 1984. Calcium and Phosphorus Metabolism and Egg Shell Formation of Hens Fed DifferentAmounts of Calcium. Poultry Science. 71: 482- 489.
Idris, S dan I. Thohari. 1998. Telur dan Cara Pengawetannya. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Koelkebeck, W.K. 2003. What Is Egg Quality and Conserving It. Ilinin PoultryNet-University of Illinois. www.poultrynet.com. Disitasi oleh Dewi, L. T. 2006. Hubungan antara Konsumsi Kalsium dengan Berat Telur, Tebal Kerabang dan Specific Gravity Telur Ayam Arab. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Komala, I. 2008. Kandungan Gizi Produk Petermakan. Student Master Animal Science, Fac. Agriculture-UPM.
Koswara, S. 2002 Teknologi Pengolahan Telur ( Teori dan Praktek ). eBook Pangan.com.
Laily, R.A.,dan P. Suhendra. 1979. Teknologi Hasil Ternak Bagian II Teknologi Telur. Edisi ke – 2. Lephas. Ujung Pandang.
Latifah, R. 2007. The Increasing of Afkir Duck’s Egg Quality With Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin (Pmsg) Hormones. The way to increase of layer duck. 4:1-8.
Meyer, R., R.C. Baker and M.L. Scott. 2003. Effects of hen egg shell andother calcium sources upon egg shell strength and ultrastructure. J. Poultry Sci. 62 : 2227-29.
Muharlien, 2010. Improving the egg quality trough addition of green tea in diet on laying hen. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak UNIB 5(1): 32-37.
Nesheim, M. C., R. E. Austic and L. E. Cord. 1979. Poltry Production 12 Ed. Lea and Cabiger, Phile Delpha.
Nort,M. O. and D.Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. The Avi Publishing CompanyInc. Wesport Conecticut.
North, M.O. 1984. Comercial Chicken Production. The Avi Publishing Corp Inc. West Port. Connecticut.
Nurharisah, S. 2012. Laporan Sementara Praktikum dan Teknologi Pengolahan Telur dan Kulit Ilmu Pangan
64
Dasar.http://sucihairunnisa56.blogspot.wordpress.com/.Di akses pada tangga 29 Mei 2016.
Nurharisah, S. 2012. Laporan Sementara Praktikum Ilmu Pangan Dasar.http://sucihairunnisa56.blogspot.com/.Di akses pada tangga 29 Mei 2016.
Oguntunji, A.O. and O.M. Alabi. 2010. Influence of high environmental temperature on egg production and shell quality: a review. World’s Poultry Science Journal. 66: 739-750.
Pilliang, W. 1992. Peningkatan biovilabilitas dedak padi melalui proses fermentasi dengan Aspergillusniger. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Balai Peternakan Ternak Ciawi, Bogor.
Prawirokusumo, S., 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE Yogyakarta.
Priyono, S.N. 1992. Pengaruh Lama Penyinaran dan Beberapa Level Energi Ransum yang sama terhadap Kualitas Telur Buyung Puyuh. Skripsi S1. Fakultan Peternakan Undip, Semarang.
Rahadianto, A., O. Sjofjan dan I. H. Djunaidi. 2013. Efek Penambahan Beberapa Sumber Kalsium dalam Pakan terhadap Kualitas Eksternal Telur Ayam Petelur. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.
Rahmadi, F. I. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur Di PeternakanDony Farm Kabupaten Magelang. Program Diploma III AgribisnisPeternakan. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rasyaf,M.A.1989. Memelihara Ayam Buras.Kanisius .Yogyakarta.Rasyaf, M., 1990. Pengelolaan Penetasan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Rashaf, Muhammad. 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Kanisius.Yogyakarta:
Roland, D.A.M., C. Farmer and D. Marple. 1978. Calsium and It’s Relationship to Excess Feed Consumtion, Body Weight, Egg Size, Fat Deposition, Shell Quality and Fatty Lever Hemorraghic Syndrome. Poult. Sci. 42:2341-2350.
Roland, D.A.M., C. Farmer and D. Marple. 1985. Calsium and It’s Relationship to Excess Feed Consumtion, Body Weight, Egg Size, Fat Deposition, Shell Quality and Fatty Lever Hemorraghic Syndrome. Poult. Sci. 42:2341-2350.
65
Romanoff, A. L. and A. J. Romanoff. 1993. The Avian Egg. John Wille and Son, Inc., New York.
Romanoff, A.L. and A.J. Romanoff. 2011. The Avian Egg Second Edition Jhon Wiley and Sons. Ebook. New York.
Romanoff, A.L. and A.J. Romanoff., 1963. The Avian Egg. Jhon Willey and Sons. Inc New York.
Sahara, E. 2010. Penggunaan Kepala Udang sebagai Sumber Pigmen dan Kitin dalam Pakan Ternak. Agrinak. 1 (1): 31-35.
Sarwono, B. 1994. Pengawetan Telur Dan Manfaatnya. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono. B., B.A. Murtidjo dan A. Daryanto. 2001. Telur Pengawetan dan Manfaatnya. Seri Industri Kecil. Cetakan 1. Penebar Swadaya. Jakarta.
Scanes, C. G, G. Brant, and M. E. Ensminger. 2004. Poultry Science. FourthEdition. Food Products Press. An Imprint of the Haworth Press, Inc. NewYork.
Scott,M.l., M.C.Nesheim and R.J.Young.1982. Nutrition of the Chickens.Publ.M.L.ScottAssoc.,Ithaca,N.Y
Septiawan, R. 2007. Respon produktivitas dan reproduktivitas ayam kampung dengan umur induk yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sihombing, G., Avivah dan S. Prastowo. 2006. Pengaruh penambahan zeolit dalam ransum terhadap kualitas telur burung buyuh. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 31(1): 28-31.
Sirait, C. S. 1986. Telur dan Pengolahanya. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Sodak, J.F. 2011. Karakteristik Fisik dan Kimia Telur Ayam Arab pada Dua Peternakan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Skripsi. IPB. Bogor.
Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill. 1995. Egg Science and Technology. 4th Ed. Food Products Press. An Imprint of the Haworth Press, Inc., New York.
66
Steward, G.F. and J.C Abbott.1972. Marketing Eggs and Poultry. Third Printing. Food and Agricultural Organization (FAO), The United Nation. Rome.
Sudaryani, T. 2008. Kualitas Telur. Penebar Swadaya . Jakarta.
Sudaryani dan Samosir, 1997. Mengatasi Permasalahan Beternak Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumarni. 2004. Kualitas Telur. Penebar Swadaya . Jakarta.
Sumiati, Dkk. 2015. Level tepung ikan loka dalam pakan terhadap produksi telur ayam ras. Universitas Mataram.
Suprapto, W. S. Kismiyati dan E. Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya
Suprijatna, E. dan Natawihardja, D. 2004. Pengaruh Taraf Protein dalam Ransum pada Periode Pertumbuhan terhadap Performans Ayam Ras Petelur Yipe Medium saat Awal Peneluran. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 29(1): 33 – 38.
Tillman, A. D ; H. Hartadi; S. Reksohadiprodjo; S. Prawirokusumo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tugiyanti, E. dan N. Irianti. 2012. Kualitas eksternal telur ayam petelur yang mendapat ransum 324-2 dengan penambahan tepung ikan fermentasi menggunakan isolat produser antihistamin. J. Aplikasi Teknologi Pangan. 1(2):44-47.
Wahju, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press: Yogyakarta.
Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press. Yogyakarta.
Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan III. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Wahyuningsih, 1998. Berternak Ayam dan Itik, Edisi 09.September 2001.
Warsnono, I.U. dan S.D. Rumetor, 1989. Teknologi Hasil Ternak (Telur, Susu dan Daging). Diktat Kuliah Faperta Uncen Manokwari.
Wilson, B.J. 1975. The performance of male ducklings given starter diets with different concentration of energy and protein. British Poult Sci. 16: 625-657.
67
Winarno, F. G. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio Press, Bogor.
Wulandari, H., S. & A.D.Tillman. 2000.Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia. 4th Edition.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Yamamoto, T., L.R. Juneja, H. Hatta, and M. Kim. 2007. Hen Eggs : Basic and Applied Science. University of Alberta, Canada.
Yuwanta, T. 1992. Performan dan Mineralisasi Tibia Ayam Broiler Breeder yang Diberi Pakan dengan Dua Macam Sumber Kalsium serta Pengaruhnya terhadap Keturunannya. Buletin Peternakan. 16: 22-29
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Yuwanta, Tri. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
68
LAMPIRAN
69
Lampiran 1.
A. Menghitung Sidik Ragam Kualitas Eksternal dan Internal Telur
1. Berat Telur
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 50.63 53.90 54.702 54.33 54.26 56.303 50.83 53.03 52.504 56.33 52.30 56.635 51.50 52.73 55.706 51.90 53.13 59.467 58.63 52.53 56.768 55.60 57.10 57.139 59.96 55.93 55.00
Total 489.71 484.91 504.18 1478.80Rata-rata 54.41 53.88 56.02
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 50.632 + 54.332 + … + 55.002 _ 1478.82
9 × 3
= 81163.3592 - 80994.4237 = 168.9355
JKP = 489.712 + 484.912 + 504.182_ 1478.82
9 27
= 81016.78496 – 80994.4237 = 22.36125185
JKG = 168.9355 - 22.36125185 = 146.5742
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 22.36125185 = 22.36125185 = 11.18062593
t - 1 3 - 1
KTG = 146.5742 = 146.5742 = 6.107260185
t(n – 1) 3(9 – 1)
70
Sehingga F hitung = 11.18062593 = 1.830710595
6.107260185
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap berat telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 22.36125185 11.83062593 1.830710595 3.40 5.61Galat percobaan 24 146.5742 6.107260185Total 26 168.9355
2. Volume Telur
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 46.66 48.66 51.002 45.33 43.66 46.663 42.00 45.00 44.334 52.33 47.66 54.005 46.33 47.00 53.666 49.00 46.66 59.667 54.33 50.66 53.668 54.66 55.00 54.009 59.00 52.33 51.66
Total 449.64 436.63 468.63 1354.90Rata-rata 49.96 48.51 52.07
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 44.662 + 45.332 + … + 51.662 _ 1354.902
9 × 3
= 68550.9806 – 67990.88926 = 560.0913
JKP = 449.642 + 436.632 + 468.632_ 1354.902
9 27
= 68048.44038 – 67990.88926 = 57.55111852
JKG = 560.0913 – 57.55111852 = 502.5402
71
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 57.55111852 = 57.55111852 = 28.77555926
t - 1 3 - 1
KTG = 502.5402 = 502.5402 = 20.93917593
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 28.77555926 = 1.374245069
20.93917593
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap volume telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 57.55111852 28.77555926 1.374245069 3.40 5.61Galat percobaan 24 502.5402 20.93917593Total 26 560.0913
3. Berat Jenis Telur
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 1.08 1.10 1.072 1.20 1.24 1.203 1.21 1.18 1.184 1.07 1.09 1.045 1.11 1.12 1.036 1.07 1.14 1.007 1.08 1.03 1.058 1.02 1.03 1.069 1.01 1.07 1.06
Total 9.85 10.00 9.69 29.54Rata-rata 1.09 1.11 1.07
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 1.082 + 1.202 + … + 1.062 _ 29.542
9 × 3
= 32.4376 – 32.31894815 = 0.1187
72
JKP = 9.852 + 10.002 + 9.692_ 29.542
9 27
= 32.32428889 – 32.31894815 = 0.005340741
JKG = 0.1187 - 0.005340741 = 0.1133
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 0.005340741 = 0.005340741 = 0.00267037
t - 1 3 - 1
KTG = 0.1133 = 0.1133 = 0.004721296
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 0.00267037 = 0.565601098
0.004721296
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap berat jenis telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 0.005340741 0.00267037 0.565601098 3.40 5.61Galat percobaan 24 0.1133 0.004721296Total 26 0.118651852
4. Lebar Telur
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 41.48 42.85 42.832 42.66 42.78 43.253 41.56 42.16 46.164 43.30 42.43 43.665 41.33 42.40 43.106 43.10 42.71 44.117 43.73 41.75 43.638 43.13 43.48 43.489 44.63 43.56 42.53
Total 384.92 384.12 392.75 1161.79Rata-rata 42.77 42.68 43.64
73
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 41.482 + 42.662 + … + 42.532 _ 1161.79
9 × 3
= 50017.7901 – 49990.96311 = 26.8270
JKP = 384.922 + 384.122 + 392.752_ 1161.792
9 27
= 81016.78496 – 80994.4237 = 5.052807407
JKG = 26.8270 – 5.052807407 = 21.7742
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 5.052807407 = 5.052807407 = 2.526403704
t - 1 3 - 1
KTG = 21.7742 = 21.7742 = 0.907257407
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 2.526403704 = 2.784660321
0.907257404
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap lebar telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 5.052807407 2.526403704 2.784660321 3.40 5.61Galat percobaan 24 21.7742 0.907257404Total 26 26.8270
74
5. Panjang Telur
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 53.08 54.40 54.332 53.75 54.05 55.253 52.83 54.33 53.284 55.53 53.68 55.485 52.86 52.23 54.836 52.41 53.76 56.467 55.90 55.26 55.458 53.96 54.96 55.619 55.56 49.50 53.96
Total 485.88 482.17 494.65 1462.70Rata-rata 53.99 53.57 54.96
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 53.082 + 53.752 + … + 53.962 _ 1462.702
9 × 3
= 79296.2320 – 79240.41815 = 55.8139
JKP = 485.882 + 482.172 + 494.652_ 1462.702
9 27
= 79249.54509 – 79240.41815 = 9.126940741
JKG = 55.8139 – 9.126940741 = 46.6869
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 9.126940741 = 9.126940741 = 4.56347037
t - 1 3 - 1
KTG = 46.6869 = 46.6869 = 1.945287963
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 4.56347037 = 2.345909941
1.945287963
75
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap panjang telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 9.126940741 4.56347037 2.34590991 3.40 5.61Galat percobaan 24 46.6869 1.945287963Total 26 55.8139
6. Indeks Bentuk Telur
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 78.20 78.84 78.852 79.40 79.26 78.293 78.70 77.61 86.414 77.97 79.16 78.825 78.26 81.17 78.626 82.38 79.46 78.187 78.24 75.54 78.728 79.90 79.10 78.179 80.38 88.52 78.82
Total 713.43 718.66 714.88 2146.97Rata-rata 79.27 79.85 79.43
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 78.202 + 79.402 + … + 78.822 _ 2146.972
9 × 3
= 170898.1419 – 170721.4882 = 176.6537185
JKP = 713.432 + 718.662 + 714.882_ 2146.972
9 27
= 170723.1083 – 170721.4882 = 1.620140741
JKG = 176.6537185 – 1.620140741 = 175.0335778
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
76
KTP = 1.620140741 = 1.620140741 = 0.81007037
t - 1 3 - 1
KTG = 175.0335778 = 175.0335778 = 7.293065741
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 0.81007037 = 0.111074053
7.293065741
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap indeks bentuk telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 1.620140741 0.81007037 0.111074053 3.40 5.61Galat percobaan 24 175.0335778 7.293065741Total 26
A. Kualitas Internal
1. Tinggi Albumen
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 7.74 7.43 10.572 10.02 8.22 10.533 9.17 10.34 9.434 9.72 10.25 10.125 10.73 12.02 10.656 7.10 7.86 7.287 9.24 7.24 8.098 9.11 7.77 8.399 27.36 7.03 8.58
Total 100.19 78.16 83.64 261.99Rata-rata 11.13 8.68 9.29
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 7.742 + 10.022 + … + 8.582 _ 261.992
9 × 3
= 2914.4029 – 2542.1763 = 372.2266
77
JKP = 100.192 +78.162 + 83.642_ 261.992
9 27
= 2571.407922 – 2542.1763 = 29.23162222
JKG = 372.2266 - 29.23162222 = 342.9950
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 29.23162222 = 29.23162222 = 14.61581111
t - 1 3 - 1
KTG = 342.9950 = 342.9950 = 14.29145741
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 14.61581111 = 1.022695635
14.29145741
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap tinggi albumen telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 29.23162222 14.61581111 1.022695635 3.40 5.61Galat percobaan 24 342.9950 14.29145741Total 26 372.2266
78
2. Diameter Albumen
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 117.29 125.64 118.212 111.61 105.29 102.763 102.45 104.93 112.364 102.88 102.15 105.055 100.17 114.66 103.986 108.52 105.43 114.517 103.21 106.89 103.938 105.63 111.95 107.839 116.13 111.36 99.70
Total 967.89 988.30 968.33 2924.52Rata-rata 107.54 109.81 107.59
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 117.292 + 111.612 + … + 99.702 _ 2924.522
9 × 3
= 317825.5942 – 316771.0085 = 1054.5857
JKP = 967.892 +988.302 + 968.332_ 2924.522
9 27
= 316801.2146 – 316771.0085 = 30.20602222
JKG = 1054.5857– 30.20602222 = 1024.3796
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 30.20602222 = 30.20602222 = 15.10301111
t - 1 3 - 1
KTG = 1024.3796 = 1024.3796 = 42.68248519
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 15.10301111 = 0.353845636
42.68248519
79
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap diameter albumen telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 30.20602222 15.10301111 0.353845636 3.40 5.61Galat percobaan 24 1024.3796 42.68248519Total 26 1054.5857
3. Indeks Albumen
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.06 0.05 0.082 0.09 0.07 0.103 0.08 0.09 0.084 0.09 0.10 0.095 0.10 0.10 0.106 0.06 0.07 0.067 0.08 0.06 0.078 0.08 0.06 0.079 0.23 0.06 0.08
Total 0.87 0.66 0.73 2.26Rata-rata 0.09 0.07 0.08
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 0.062 + 0.092 + … + 0.082 _ 2.262
9 × 3
= 0.2174 – 0.18917037 = 0.0282
JKP = 0.872 + 0.662 + 0.732_ 2.262
9 27
= 0.191711111 – 0.18917037 = 0.002540741
JKG = 0.0282– 0.002540741 = 0.0257
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
80
KTP = 0.002540741 = 0.002540741 = 0.00127037
t - 1 3 - 1
KTG = 0.0257 = 0.0257 = 0.00107037
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 0.00127037 = 1.186851211
0.00107037
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap indeks albumen telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel
0.05 0.01Perlakuan 2 0.002540741 0.00127037 1.186851211 3.40 5.61Galat percobaan 24 0.0257 0.00107037Total 26 0.2822963
4. Tinggi Yolk
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 16.04 16.52 16.802 17.14 17.56 17.503 16.03 16.58 16.104 16.61 17.39 16.675 17.65 16.47 15.876 17.32 14.41 17.847 15.17 15.01 15.538 16.82 13.87 15.859 15.11 19.43 14.59
Total 147.89 147.24 146.75 441.88Rata-rata 16.43 16.36 16.30
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 16.042 + 17.142 + … + 14.592 _ 441.882
9 × 3
= 7270.4388 – 7231.775348 = 38.6635
81
JKP = 147.892 + 147.242 + 146.752_ 441.882
9 27
= 7231.848022 – 7231.775348 = 0.072674074
JKG = 38.6635 – 0.072674074 = 38.5908
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 0.072674074 = 0.072674074 = 0.036337037
t - 1 3 - 1
KTG = 38.5908 = 38.5908 = 1.607949074
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 0.036337037 = 0.022598376
1.607949074
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap tinggi yolk telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 0.072674074 0.036337037 0.022598376 3.40 5.61Galat percobaan 24 38.5908 1.607949074Total 26 38.6635
82
5. Diameter Yolk
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 35.56 36.62 35.982 35.10 34.32 34.973 35.81 35.48 35.904 37.02 35.32 36.235 34.35 35.41 35.916 35.72 37.50 37.487 36.74 35.95 36.008 36.60 37.05 37.459 37.55 36.26 38.08
Total 324.45 323.91 328.00 976.36Rata-rata 36.05 35.99 36.44
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 35.562 + 35.102 + … + 38.082 _ 976.362
9 × 3
= 35331.5730 – 35306.62406 = 24.9489
JKP = 324.452 + 323.912 + 328.002_ 976.362
9 27
= 35307.72118 – 35306.62406 = 1.097118519
JKG = 24.9489 – 1.097118519 = 23.8518
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 1.097118519 = 1.097118519 = 0.548559259
t - 1 3 - 1
KTG = 23.8518 = 23.8518 = 0.993825926
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 0.548559259 = 0.551967145
0.993825926
83
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap diameter yolk telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 1.097118519 0.548559259 0.551967145 3.40 5.61Galat percobaan 24 23.8518 0.993825926Total 26 24.9489
6. Indeks Yolk
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.45 0.45 0.472 0.49 0.51 0.503 0.45 0.47 0.454 0.45 0.49 0.465 0.51 0.47 0.446 0.49 0.39 0.477 0.41 0.42 0.438 0.46 0.38 0.429 0.40 0.53 0.38
Total 4.11 4.11 4.02 12.24Rata-rata 0.46 0.46 0.45
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 0.452 + 0.492 + … + 0.382 _ 12.242
9 × 3
= 5.5910 – 5.5488 = 0.0422
JKP = 4.112 + 4.112 + 4.022_ 12.242
9 27
= 5.5494 – 5.5488 = 0.0006
JKG = 0.0422– 0.0006= 0.0416
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
84
KTP = 0.0006= 0.0006= 0.0003
t – 1 3 - 1
KTG = 0.0416 = 0.0416= 0.001733333
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 0.0003= 0.173076923
0.001733333
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap indeks yolk telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 0.0006 0.0003 0.173076923 3.40 5.61Galat percobaan 24 0.0416 0.001733333Total 26 0.0422
7. Berat Yolk
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 10.96 12.06 12.262 11.90 12.20 12.033 11.90 11.83 12.164 12.63 11.76 12.105 11.63 11.16 11.966 11.26 12.56 12.907 12.53 12.43 12.768 12.80 12.40 22.869 12.23 12.46 12.86
Total 107.84 108.86 121.89 338.59Rata-rata 11.98 12.09 13.54
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 10.962 + 11.902 + … + 12.852 _ 338.592
9 × 3
= 4363.1951 – 4246.044004 = 117.1511
85
JKP = 107.842 + 108.862 + 121.892_ 338.592
9 27
= 4259.681922 – 4246.044004 = 13.63791852
JKG = 117.1511 – 4246.044004 = 103.5132
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 13.63791852 = 13.63791852 = 6.818959259
t - 1 3 - 1
KTG = 103.5132 = 103.5132 = 4.313049074
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 6.818959259 = 1.581006648
4.313049074
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap berat yolk telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 13.63791852 6.818959259 1.581006648 3.40 5.61Galat percobaan 24 103.5132 4.313049074Total 26 117.1511
86
8. Warna Yolk
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 7.00 6.33 6.332 7.00 6.33 6.663 7.33 9.00 8.004 7.00 6.66 6.335 7.33 6.00 6.006 6.66 6.33 7.007 7.00 6.33 6.668 6.33 5.33 7.669 6.33 6.66 7.00
Total 61.98 58.97 61.64 182.59Rata-rata 6.88 6.55 6.85
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 7.002 + 7.002 + … + 7.002 _ 182.592
9 × 3
= 1247.87 – 1234.781781 = 13.09
JKP = 61.982 + 58.972 + 61.642_ 182.592
9 27
= 1235.385656 – 1234.781781 = 0.603874074
JKG = 13.09 – 0.603874074 = 12.49
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 0.603874074 = 0.603874074 = 0.301937037
t - 1 3 - 1
KTG = 12.49 = 12.49 = 0.520243519
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 0.301937037 = 0.580376355
0.520243519
87
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap warna yolk telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 0.603874074 0.301937037 0.580376355 3.40 5.61Galat percobaan 24 12.49 0.5202413519Total 26 13.09
9. Nilai Haught Unit
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 89.70 87.16 102.522 100.57 92.07 67.323 97.44 102.11 98.304 98.78 101.91 100.555 103.67 105.76 102.676 86.61 89.09 84.967 95.48 86.77 90.678 95.94 88.82 88.239 130.34 84.89 93.42
Total 898.53 838.58 828.64 2565.75Rata-rata 99.84 93.17 92.07
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 89.702 + 100.572 + … + 93.422 _ 2565.752
9 × 3
= 246910.78 – 24381.5208 = 3093.25
JKP = 898.532 + 838.582 + 828.642_ 25652
9 27
= 244135.203 – 24381.5208 = 317.6821556
JKG = 3093.25 – 317.6821556 = 2775.57
88
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 317.6821556 = 317.6821556 = 158.8410778
t - 1 3 - 1
KTG = 2775.57 = 2775.57 = 115.6488463
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 158.8410778 = 1.373477409
115.6488463
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap nilai haught unit telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 317.6821556 158.8410778 1.373477409 3.40 5.61Galat percobaan 24 2775.57 115.6488463Total 26 3093.25
10. Berat Kerabang
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 5.56 6.43 6.002 6.16 6.13 6.333 6.13 6.50 6.204 6.66 6.36 6.165 6.30 5.90 6.406 5.80 6.40 6.907 7.00 5.86 6.708 6.46 6.63 6.839 7.03 6.66 7.03
Total 57.10 56.87 58.55 172.52Rata-rata 6.34 6.32 6.50
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 5.562 + 6.162 + … + 7.032 _ 172.522
9 × 3
= 1106.3020 – 1102.338904 = 3.9631
89
JKP = 57.102 + 56.872 + 58.552_ 172.522
9 27
= 1102.523267 – 1102.338904 = 0.184362963
JKG = 3.9631 – 0.184362963 = 3.7787
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 0.184362963 = 0.184362963 = 0.092181481
t - 1 3 - 1
KTG = 3.7787 = 3.7787 = 0.157447222
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 0.092181481 = 0.585475439
0.157447222
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap berat kerabang telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel
0.05 0.01Perlakuan 2 0.184362963 0.092181481 0.585475439 3.40 5.61Galat percobaan 24 3.7787 0.157447222Total 26 3.9631
90
11. Tebal Kerabang
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 0.52 0.43 0.432 0.40 0.40 0.503 0.37 0.43 0.374 0.41 0.33 0.365 0.37 0.41 0.406 0.39 0.37 0.427 0.40 0.41 0.438 0.39 0.43 0.459 0.45 0.39 0.41
Total 3.70 3.60 3.77 11.07Rata-rata 0.41 0.40 0.42
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 0.522 + 0.402 + … + 0.412 _ 11.072
9 × 3
= 4.5811 – 4.5387 = 0.0424
JKP = 3.702 + 3.602 + 3.772_ 11.072
9 27
= 4.540322222 – 4.5387 = 0.001622222
JKG = 0.0424 – 0.001622222 = 0.0408
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
KTP = 0.001622222 = 0.001622222 = 0.000811111
t - 1 3 - 1
KTG = 0.0408 = 0.0408 = 0.001699074
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 0.000811111 = 0.477384196
0.001699074
91
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap tebal kerabang telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel
0.05 0.01Perlakuan 2 0.001622222 0.000811111 0.477384196 3.40 5.61Galat percobaan 24 0.0408 0.001699074Total 26 0.0424
12. Diameter Rongga Udara
UlanganPerlakuan
TotalP1 P2 P3
1 13.18 11.28 9.922 12.38 10.78 12.923 13.85 13.55 14.394 12.53 11.70 14.405 13.70 12.55 14.076 14.90 13.39 14.207 14.30 13.40 14.018 16.80 15.39 16.019 14.19 13.37 13.56
Total 125.83 115.41 123.48 364.72Rata-rata 13.98 12.82 13.72
Tahap selanjutnya menghitung Jumlah Kuadrat:
JKT = 13.182 + 12.382 + … + 13.562 _ 364.722
9 × 3
= 4985.3328 – 4926.691793 = 58.6410
JKP = 125.832 + 115.412 + 123.482_ 364.722
9 27
= 4933.329711 – 4926.691793 = 6.637918519
JKG = 58.6410 – 6.637918519 = 52.0031
Kuadrat Tengahnya dihitung sebagai berikut:
92
KTP = 6.637918519 = 6.637918519 = 3.318959259
t - 1 3 - 1
KTG = 52.0031 = 52.0031 = 2.16679537
t(n – 1) 3(9 – 1)
Sehingga F hitung = 3.318959259 = 1.531736363
2.16679537
Menyusun sidik ragam:
Sidik ragam pengaruh pemberian konsentrat terhadap diameter rongga udara telur
S.K d.b J.K K.T F hitungF tabel0.05 0.01
Perlakuan 2 6.637918519 3.318959259 1.531736363 3.40 5.61Galat percobaan 24 52.0031 2.16679537Total 26 58.6410
93
Lampiran 2.
Menghitung Nilai Haught Unit Telur
Rumus Haugt Unit
1. 100 Log ( H- 1.7 W0.37 + 7.57)
Keterangan : H = Tinggi Albumen
W = Berat Telur ( Kumbar. 2015 ).
2. 100 Log [ H- G( 30 W0.37- 100 ] + 1.9100
Keterangan : G = Gravitasi : 32.2
H = Tinggi Albumen
W = Berat Telur (Stadelman, 1995).
Menghitung nilai Haught Unit :
1. Hari 1 P1U1
A. 100 Log ( H- 1.7 W0.37 + 7.57)
Keterangan : H = Tinggi Albumen
W = Berat Telur (Kumbar, 2015)
W = 52.1 0.37 = 4.31747625 H = 6.15 1.7 x 4.31747625 = 7.33970962 a. 6.15 – 7.33970962 + 7.57 = 6.3802904 Log 6.3802904 = 0.80484045 100 x 0.80484045 = 80.484045
B. 100 Log [ H- G( 30 W0.37- 100 ] + 1.9100
94
Keterangan : G = Gravitasi : 32.2
H = Tinggi Albumen
W = Berat Telur (Stadelman, 1995).
52.10.37 = 4.31747625 30 x 4.31747625 = 129.524288 129.524288 – 100 = 29.524288 5.67450438 x 29.524288 = 167.535702 167.535702 : 100 = 1.67535702 6.15 -1.67535702 + 1.9 = 6.37464298 Log 6.37464298 = 0.80445587 0.80445587 x 100 = 80.445587
2. Hari 1 P1U2
A. 100 Log ( H- 1.7 W0.37 + 7.57)
Keterangan : H = Tinggi Albumen
W = Berat Telur (Kumbar, 2015)
W = 50.80.37 = 4.27729864 H = 9.9 1.7 x 4.27729864 = 7.27140769b. 9.9 – 7.27140769 + 7.57 = 10.1985923 Log 10.1985923 = 1.00854023 100 x 1.00854023 = 100.854023
B. 100 Log [ H- G( 30 W0.37- 100 ] + 1.9100
Keterangan : G = Gravitasi : 32.2
H = Tinggi Albumen
W = Berat Telur (Stadelman, 1995).
50.80.37 = 4.27729864 30 x 4.27729864 = 128.318959 128.318959– 100 = 28.318959 5.67450438 x 28.318959= 160.696057
95
160.696057: 100 = 1.60696057 9.9 -1.60696057+ 1.9 = 10.1930394 Log 10.1930394= 1.0083037 1.0083037 x 100 = 100.83037
3. Hari 1 P1U3
A. 100 Log ( H- 1.7 W0.37 + 7.57)
Keterangan : H = Tinggi Albumen
W = Berat Telur (Kumbar, 2015)
W = 490.37 = 4.22058401 H = 7.17 1.7 x 4.22058401= 7.17499282c. 7.17 –7.17499282+ 7.57 = 7.56500718 Log7.56500718= 0.87880934 100 x 0.87880934 = 87.880934
B. 100 Log [ H- G( 30 W0.37- 100 ] + 1.9100
Keterangan : G = Gravitasi : 32.2
H = Tinggi Albumen
W = Berat Telur (Stadelman, 1995).
49 0.37 = 4.22058401 30 x 4.22058401= 126.61752 126.61752– 100 = 26.61752 5.67450438 x 26.61752= 151.041234 151.041234: 100 = 1.51041234 7.17 -1.51041234+ 1.9 = 7.55958766 Log 7.55958766= 0.87849811 0.87849811x 100 = 87.849811
96
Lampiran 3.
Produksi Telur Ayam Ras Petelur Strain CV.909 ( Butir/Minggu)
Perlakuan UlanganMinggu
Rataan1 2 3 4 Total Rata-rata/butir/ekor/minggu
P1U1 23 26 25 21 95 4,75
4,7U2 21 21 21 20 83 4,15U3 23 25 28 28 104 5,20
Total 67 72 74 69 282 14,10
P2U1 23 25 26 21 95 4,75
4,17U2 12 20 22 19 73 3,65U3 21 20 22 19 82 4,10
Total 56 65 70 59 250 12,50
P3U1 19 22 20 19 80 4,00
4,1U2 20 21 21 24 86 4,30U3 21 20 20 19 80 4,00
Total 60 63 63 62 246 12,30
Lampiran 4.
konsumsi Ransum per Minggu Selama Penelitian
Perlakuan UlanganMinggu Rataan
1 2 3 4 Total Rata2/butir/ekor/minggu
P1U1 4163 3743 4083 4358 16347 817,35
851,35U2 4383 4083 4243 4433 17147 857,10U3 4423 4303 4383 4483 17592 879,60
Total 12969 12129 12709 1274 51081 2554,05
P2U1 4423 4183 4443 4483 17532 875,60
857,60U2 4063 4163 4383 4433 17042 852,10U3 4163 3983 4343 4393 16882 844,10
Total 12649 12329 13169 13309 51456 2572,80
P3U1 4163 3783 3983 3783 15712 785,60
836,77U2 4123 3983 4363 4443 16912 845,60U3 4363 4383 4443 4393 17582 879,10
Total 12649 12149 12789 12619 50206 2510,30
97
Lampiran 5.
Ransum Yang diberikan, Pakan Sisa dan Pakan Yang dikonsumsi
Perlakuan Ulangan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
P1
U1PO 4483 4483 4483 4483PS 320 740 400 125PK 4163 3743 4083 4358
U2PO 4483 4483 4483 4483PS 100 400 240 50PK 4383 4083 4243 4433
U3PO 4483 4483 4483 4483PS 60 180 100 0PK 4423 4303 4383 4483
P2
U1PO 4483 4483 4483 4483PS 60 300 40 0PK 4423 4183 4443 4483
U2PO 4483 4483 4483 4483PS 420 320 100 50PK 4063 4163 4383 4433
U3PO 4483 4483 4483 4483PS 320 500 140 90PK 4163 3983 4343 4393
P3
U1PO 4483 4483 4483 4483PS 320 700 500 700PK 4123 3783 3983 3783
U2PO 4483 4483 4483 4483PS 360 500 120 40PK 4123 3983 4363 4443
U3PO 4483 4483 4483 4483PS 120 100 40 90PK 4363 4383 4443 4393
98
Lampiran 6.
Perbandingan Hukum Archimedes dengan Metode Prediksi
No Sampel
Berat Telur
(g/butir)
Volume Telur
Hukum Archimedes
(A) (ml)
Volume Telur
Metode Prediksi(P) (ml)
Selisih(A-P) (ml)
PersentaseSelisih(A-P) (%)
1 52.10 48.00 47.57 0.43 0.902 60.20 50.00 54.96 4.96 9.933 53.10 46.00 48.48 2.48 5.394 59.50 56.00 54.32 1.68 2.995 53.30 50.00 48.66 1.34 2.676 59.30 61.00 54.14 6.86 11.247 60.00 58.00 54.78 3.22 5.558 56.60 50.00 51.68 1.68 3.359 66.00 63.00 60.26 2.74 4.3510 50.80 47.00 46.38 0.62 1.3211 51.30 38.00 46.84 8.84 23.2612 50.20 40.00 45.83 5.83 14.5813 55.90 50.00 51.04 1.04 2.0714 52.70 49.00 48.12 0.88 1.8115 48.90 44.00 44.65 0.65 1.4716 58.00 52.00 52.95 0.95 1.8317 51.50 55.00 47.02 7.98 14.5118 60.00 63.00 54.78 8.22 13.0519 49.00 45.00 44.74 0.26 0.5820 51.50 48.00 47.02 0.98 2.0421 49.20 40.00 44.92 4.92 12.3022 53.60 51.00 48.94 2.06 4.0523 48.50 40.00 44.28 4.28 10.7024 47.50 42.00 43.37 1.37 3.2625 57.90 53.00 52.86 0.14 0.2626 58.70 59.00 53.59 5.41 9.1627 53.90 51.00 49.21 1.79 3.5128 49.90 46.00 45.56 0.44 0.9629 54.90 45.00 50.12 5.12 11.3930 51.40 41.00 46.93 5.93 14.4631 52.40 47.00 47.84 0.84 1.7932 48.50 43.00 44.28 1.28 2.9833 55.70 51.00 50.85 0.15 0.29
99
34 53.70 51.00 49.03 1.97 3.8735 52.70 54.00 48.12 5.88 10.9036 56.90 54.00 51.95 2.05 3.8037 58.40 50.00 53.32 3.32 6.6438 53.50 43.00 48.85 5.85 13.5939 51.60 46.00 47.11 1.11 2.4140 51.60 45.00 47.11 2.11 4.6941 58.00 51.00 52.95 1.95 3.8342 56.00 48.00 51.13 3.13 6.5243 53.70 53.00 49.03 3.97 7.4944 61.10 57.00 55.78 1.22 2.1345 56.40 55.00 51.49 3.51 6.3846 53.40 50.00 48.75 1.25 2.4947 54.40 43.00 49.67 6.67 15.5148 56.10 48.00 51.22 3.22 6.7149 52.90 51.00 48.30 2.70 5.3050 51.70 47.00 47.20 0.20 0.4351 47.70 41.00 43.55 2.55 6.2252 50.20 48.00 45.83 2.17 4.5253 57.50 54.00 52.50 1.50 2.7854 54.50 48.00 49.76 1.76 3.6655 55.00 53.00 50.22 2.79 5.2556 58.80 49.00 53.68 4.68 9.5657 58.90 49.00 53.78 4.78 9.7558 62.60 61.00 57.15 3.85 6.3159 57.50 54.00 52.50 1.50 2.7860 66.30 69.00 60.53 8.47 12.2761 67.30 64.00 61.44 2.56 3.9962 64.50 63.00 58.89 4.11 6.5363 56.70 51.00 51.77 0.77 1.5064 55.80 50.00 50.95 0.95 1.8965 59.10 48.00 53.96 5.96 12.4166 48.20 39.00 44.01 5.01 12.8467 57.50 53.00 52.50 0.50 0.9568 58.60 57.00 53.50 3.50 6.1469 52.90 50.00 48.30 1.70 3.4070 50.20 47.00 45.83 1.17 2.4871 51.90 45.00 47.38 2.38 5.3072 51.40 51.00 46.93 4.07 7.9873 53.30 50.00 48.66 1.34 2.6774 51.00 43.00 46.56 3.56 8.29
Lampiran 6. Sambungan
100
75 50.40 45.00 46.02 1.02 2.2676 49.80 48.00 45.47 2.53 5.2877 51.00 50.00 46.56 3.44 6.8778 59.20 60.00 54.05 5.95 9.9279 52.80 50.00 48.21 1.79 3.5980 55.00 54.00 50.22 3.79 7.0181 56.90 53.00 51.95 1.05 1.98
Sumber : Data Primer diolah (2016).
Lampiran 7.
Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi 1. Menimbang pakan yang akan diberikan pada ayam ras petelur
Lampiran 6. Sambungan
101
Dokumentasi 2. Pemberian pakan pada ayam ras petelur
102
Dokumentasi 3 : Menimbang sisa pakan ayam ras petelur dan pengumpulan telur
103
Dokumentasi 4 : Pengukuran kualitas eksternal dan internal telur ayam ras
104
105
106
107
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Dedi Setiadi Lahir di Kelurahan Kandai Dua,
Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara
Barat pada Tanggal 22 September 1993 dan merupakan anak
tunggal dari pasangan Bapak Abakar dan Ibu Suharni Ismail.
Riwayat pendidikan penulis :
1. Lulus Sekolah Dasar Negeri 01 Woja, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu Tahun
2006.
2. Lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Woja, Kecamatan Woja, Kabupaten
Dompu Tahun 2009.
3. Lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Woja, Kecamatan Woja, Kabupaten
Dompu Tahun 2012.
4. Pada Tahun 2012 masuk Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan
memperoleh gelar Sarjana pada Tahun 2017.
108
PEMBERIAN TIGA JENIS KONSENTRAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS EKSTERNAL DAN INTERNAL TELUR
AYAM RAS PETELUR
Oleh:
Dedi Setiadi
B1D 012 064
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Dinyatakan Lulus Pada Tanggal :
29 November 2016
_______________________
MengetahuiFakultas PeternakanUniversitas MataramDekan,
Dr. Ir. Maskur, M.SiNIP. 19681231 199402 1001
Dewan PengujiKetua,
Ir .sumiatai, MPNIP. 19600128 198603 2002Anggota,
Sukirno, S.Pt.,M. Food. St
NIP. 19710223 200312 1001
Anggota,
Ir.Tjokorda S Binetra, M.Si
NIP. 19560630 198603 1003