Upload
aseptilena-ubos
View
219
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pembukaan Seminar dari PKU Gontor di Jogja, hanya sebuah hikmah.
Citation preview
Seminar Pemikiran Islam dan Peradaban Islam
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiyn, Jum'at 11 Rabiul Awwal 1436 H / 22 Januari 2016 M, penulis
berkesempatan untuk mengikuti sebuah majlis ilmu yang sangat menarik dan bermanfaat. Itu
pembukaan Roadshow Seminar Pemikiran Islam dan Peradaban Islam yang di selenggarakan oleh
UNIDA dengan pemateri dari peserta program PKU(Pendidikan Kaderisasi Ulama) Gontor.
Acaranya kebetulan dimulai sekitar pukul 08.30 WIB, walaupun di jadwal itu pukul 08.00 WIB.
Penulis ikut hadir di situ bersama teman-teman baru dari kampus Alma Ata, yaitu Mas Bari dan
Mas Memed.
Sambutan dari Presiden BEM UMY
Pembukaan Dr. Khairul Umam
Sebelum para narasumber memaparkan kajiannya, ada sebuah Keynote Speech yang disampaikan
oleh salah satu pengajar di PKU Gontor, yaitu Dr. Khairul Umam. Penyampaian beliau berkisar
tentang hakikat Islam beserta dimensi teoritis dan praktisnya. Setidaknya secara sederhana hal
inilah yang dapat penulis tangkap dari penyampaian beliau. Di dalam penyampaian beliau, penulis
mendapatkan beberapa kaidah penting serta hikmah yang tidak kalah pentingnya. Penulis
menangkap pesan bahwa Islam dibangun atas dua hal penting, yaitu realitas dan kebenaran.
Kedua hal ini adalah hal yang tidak sama. Realitas itu bersifat fisik atau materi. Kebenaran
sendiri bersifat non-fisik atau non-materi. Hanyalah di dalam Islam dua hal ini benar-benar
dijembatani atau terhubung. Sebagai contoh nyata, saat api membakar kertas, dimensi realitas
akan melihat pada hukum positif bahwa api dapat merubah bentuk kertas menjadi abu dan asap.
Namun demikian, ketika dimensi kebenaran digunakan, akan terlihat bahwa ada peran Allah
subhaanahu wata'aalaa pada fenomena tersebut.
Selain itu penulis menangkap bahwa ajaran Islam dapat dibagi dua menjadi ushul(pokok) dan
furu'(cabang). Dalam hal in terdapat perbedaan furu'iyyah sesama umat muslim dan caranya yaitu
terkait konsep ikhtilaf. Adapun perbedaan ushuliyyah tidak termasuk pada konsep ikhtilaf tersebut,
akan tetapi hal ini masuk dalam konsep tasamuh atau bisa dikatakan juga sebagai
toleransi(mungkin untuk memahami konsep tasamuh ini, kita harus betul-betul paham kandungan
surat Al-Kaafiruun).
Penulis juga menangkap bahwa Islam dalam sisi praktisnya dapat dibagi menjadi dua bagian yang
saling mendukung satu sama lain, yaitu pemimpin / gerakan dan ulama / para pengkaji ilmu.
Kenapa demikian??? Hal ini disebabkan oleh ketergantungan yang tak terelakkan antara kedua
peran praktis tersebut. Kita dapat melihat saat seorang pemimpin berjuang untuk memimpin umat
agar menjadi makmur dan sejahtera, ia hampir tidak sempat atau bahkan mungkin lupa meluangkan
waktunya untuk mengkaji ilmu. Hal ini dapat terjadi karena dunia praktis dan teknis pemerintahan
itu menuntut totalitas dalam mengurusi semua kebutuhan umat. Adapun ulama yang sangat sibuk
untuk mengkaji ilmu setiap harinya, tidaklah sempat untuk mengurusi persoalan praktis dan teknis
umat di lapangan secara langsung. Karena itulah di dalam Islam haruslah ada pemimpin dan ulama.
Demikian juga dengan gerakan dan para pengkaji ilmu. Secara sederhana pemimpin dan gerakan itu
diperlukan untuk masalah teknis, sedangkan ulama dan para pengkaji ilmu diperlukan untuk
menyelesaikan masalah teoritis dan terkait syariat Islam. Kalau kita kaitkan dengan Indonesia, maka
tidak salah kalau kita bilang bahwa hal ini bagaikan Indonesia bersama KH. Ahmad Dahlan dan
KH. Hasyim Asy'ari.
Hal penting lain yang penulis tangkap dari penyampaian Dr. Khairul Umam adalah persoalan
universalitas Islam, integritas ilmu dan peran pemuda pada kemajuan dan kemunduran Islam.
Terkait universalitas Islam, penulis menangkap bahwa secara sederhana kita sebagai umat muslim
harus yakin akan Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan rahmat bukan hanya bagi
dunia, tapi alam semesta. Hal ini tampak sejalan dengan sebuah perkataan Rasulullah shallallaahu
'alayhi wa sallam, yang artinya: “Islam itu tinggi dan tidak ada yang dapat menandinginya”.1 Lebih
jauh kita bisa mencoba membaca ataupun memahami beberapa diskusi dan kesimpulan yang
dihasilkan oleh Dr. Zakir Naik saat membandingkan Islam dengan agama-agama dan kepercayaan
lain baik dalam segi spiritual maupun amal.
Terkait integritas ilmu, yang penulis tangkap dan maksudkan adalah semua ilmu adalah bersumber
dari Al-Qur'an. Itupun juga didukung dengan realitas yang ada, terlebih untuk hal yang sifatnya
materi. Kebenaran Al-Qur'an itu mutlak, sedangkan yang bisa jadi relatif itu kepastiannya, terutama
kepastian implementasi atau praktek dan hikmah yang bisa diperoleh. Oleh karena itu yang
berkembang itu bukanlah Al-Qur'an-nya, tapi tafsirnya. Nah terkait tafsir-tafsir inilah yang perlu
kita gali lagi, sebagai umat islam. Namun demikian, yang perlu digali terkait tafsirnya itu bukan
menafsirkan sendiri, karena itu diperlukan ilmu alat yang cukup sebagai ahli tafsir. Kita yang bukan
ahli di bidang tafsir ini cukuplah mengambil hikmah dari ayat-ayat Al-Qur'an yang mungkin belum
pernah atau sudah jarang sekali digali jika dikaitkan dengan berbagai ilmu yang berkembang dalam
dunia yang dikotomis ini. Artinya yang perlu diusahakan adalah bagaimana kita bisa belajar ilmu
apapun dari Al-Qur'an yang dikombinasikan dengan realitas yang berlaku di bidang keilmuan kita.
1 Hadits Hasan Riwayat Ad-Daruquthni, juga diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, dalam shahiihul jaami' No. 2778
Sebagai contoh, kita bisa melihat, membaca atau memahami berbagai tulisan, video dan presentasi
terkait bagaimana belajar ilmu-ilmu yang umumnya dipelajari bukan dari Al-Qur'an dengan Al-
Qur'an. Beberapa tulisan, diskusi dan penyampaian dari Dr. Zakir Naik terkait Qur'an and Modern
Sciences bisa menjadi salah satu rujukan. Rujukan lain yang penulis temukan untuk bidang teknik
yaitu apa yang dipelajari dan diteliti oleh Dr. Zaid Kasim Ghazzawi terkait Learning Electrical
Engineering from The Qur'an. Dr. Zaid juga sudah mempresentasikan terkait Civil Engineering,
Mechanical Engineering, dan lain sebagainya seperti Learning Mathematics from The Qur'an, The
Future of Medicine from The Qur'an dan Learning Computing from The Qur'an. Website resmi dari
pembahasan beliau dapat diakses di alamat www.quran-miracle.com, sedangkan channel Youtube
presentasi beliau beralamat https://www.youtube.com/user/zaidg. Adapun rujukan lainnya mungkin
dapat kita temukan lewat atikel-artikel di internet dan video lain di Youtube.
Beralih ke topik terakhir dari penyampaian Dr. Khairul Umam yang penulis tangkap, yaitu terkait
peran pemuda. Singkatnya pemuda dalam sejarah Islam tercatat sebagai pihak yang berperan
penting dalam kemajuan dan kemunduran Islam. Hal ini dapat dilihat sejak zaman shahabat sampai
para ulama. Pada zaman shahabat, para pemuda Islam adalah pemuda yang hatinya terpaut dengan
masjid dan ahli ibadah, sehingga Islam saat itu jaya. Jika bicara ulama kita tentu akan ingat kepada
Imam Syafi'i yang sangat berjasa dalam memberikan penjelasan mengenai berbagai masalah baik
fiqih, aqidah maupun akhlak dalam Islam. Madzhabnya hingga saat ini masih diadopsi oleh
mayoritas umat muslim di nusantara ini. Imam Syafi'i sejak kecil sudah terbiasa berinteraksi dengan
Al-Qur'an dan di masa remajanya, beliau sudah diakui keilmuannya dalam bidang Syari'ah.
Pemuda dalam kemunduran Islam perannya tercatat pada peristiwa runtuhnya kekhalifahan Turki
Utsmani. Pada masa ini para pemuda mulai diracuni oleh pemikiran-pemikiran sekuler dan
menyimpang, sehingga timbullah pergerakan pemuda yang akhirnya meruntuhkan kekhalifahan.
Oleh karena itu Dr. Umam berpesan bahwa penting bagi para pemuda untuk memiliki pemahaman
yang benar terkait segala fenomena di dunia ini. Banyak sekali ancaman terutama pemikiran yang
dapat merusak pola pikir pemuda dan menjadikan bangsa khususnya umat Islam semakin mundur.