Upload
adelita-yuli-hapsari
View
117
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI
KELOMPOK 2
030.09.185 Prasada Wedatama
030.09.251 Tasya Rahmani
030.09.280 Yulius Nugroho
030.09.282 Yuti Purnamasari
030.10.002 Ade Laksono
030.10.003 Adelita Yuli hapsari
030.10.006 Adisti Zakyatunnisa
030.10.008 Adji Indra Pramono
030.10.009 Adrian Pradipta
030.10.011 Agnes Yuarni
030.10.012 Agrietia
030.10.014 Ahmad Rudiansah
030.10.015 Akbar Fadheli
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
6 APRIL 2013
1
DAFTAR ISI
Bab I
Pendahuluan……………………………………………………………………….…..……………………3
Bab II
Laporan Kasus……………………………………………………...……………………………………….4
Bab III
Kronologis……………………………………….………………………………………………………….6
Interpretasi Temuan Mayat…………………………………………………………………………………7
Kemungkinan Cara Kematian.....................................................................................................................9
Sebab Kematian...........................................................................................................................................9
Visum et Repertum.....................................................................................................................................10
Kesimpulan.................................................................................................................................................12
Bab IV
Tinjuan Pustaka..........................................................................................................................................14
Bab V
Daftar Pustaka ………………...……………………………………………………………………….....29
2
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu kedokteran forensik, juga dikenal dengan nama Legal Medicine, adalah salah satu cabang
spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan
penegakkan hukum serta keadilan.
Dalam bentuknya yang masih sederhana, ilmu kedokteran forensic dikenal sejak zaman
Babilonia, yang mencatat ketentuan bahwa ‘dokter’ saat itu mempunyai kewajiban untuk member
kesembuhan untuk para pasiennya dengan ketentuan ganti rugi bila hal tersebut tidak tercapai.
Dalam perkembangannya, ilmu forensic tidak hanya digunakan untuk penegakkan hokum, tetapi
juga berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat lain, seperti pada klaim asuransi yang adil, membantu
pemecahan masalah paternitas, dan membantu upaya keselamatan kerja dalam bidang industry dan
otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan industri maupun kecelakaan lalu-linta dan
sebgainya.
Ilmu kedokteran forensic ini pada akhirnya akan menghasilkan suatu keterangan ahli yang disebut
sebagai Visum et Repertum. Visum et repertum ini merupakan keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter
atas permintaan penyidik yang memuat hasil pemeriksaan kedokteran forensic yang dilakukannya
terhadap korban hidup, korban mati, benda tubuh atau yang berasal dari tubuh yang diatur dalam dalam
KUHAP 133.
Dewasa ini banyak sekali berita-berita mengenai pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu
terhadap anak – anak bayi. Seringnya pembunuhan dilakukan dengan cara pembekapan, pemukuluan
kepala, pencekikkan, dan penjeratan. Biasanya pembunuhan dilakukan dengan motif takut ketahuan
melahirkan anak. agaknya, motif tersebut dikaitkan dengan kultur dalam masyarakat Indonesia yang
masih menganggap tabu seorang wanita melahirkan anak tanpa suami.
Jika dokter forensic diminta melakukan otopsi dan pemeriksaan atas jenazah bayi yang diduga
menjadi korban tindak pidana maka ia tidak perlu mempersoalkan apakah pembunuhan itu termasuk
pembunuhan tanpa rencana, dengan rencana, atau pembunuhan biasa dan juga dokter tidak perlu
mempersoalkan siapa pelaku pembunuhan itu. Sebab masalah itu menjadi masalah penegak hukum.
Dokter hanya perlu memusatkan perhatiannya pada upaya mengungkap bukti-bukti medik yang relevan
bagi penyelesaian perkara.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
KASUS
Sesosok mayat bayi ditemukan di suatu tempat sampah. Masyarakat melaporkannya kepada
polisi. Mereka juga melaporkan bahwa semalam mereka melihat seorang perempuan yang menghentikan
mobilnya di dekat tempat sampah dan berada di sana cukup lama. Seorang dari anggota masyarakat
setempat mencatat nomor mobil perempuan tersebut.
Polisi mengambil mayat bayi tersebut dan menyerahkannya kepada anda sebagai dokter direktur
rumah sakit. Polisi juga mengatakan bahwa sebentar lagi si perempuan yang dicurigai sebagai pelakunya
akan dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Anda harus mengatur segalanya agar semua pemeriksaan
dapat berjalan dengan baik dan akan membriefing para dokter yang akan menjadi pemeriksa.
Pada pemeriksaan luar jenazah, dapat dipastikan jenazah adalah bayi perempuan dengan adanya
alat kelamin perempuan. Pada saat ditemukan, polisi melaporkan bayi dibungkus kain yang dimasukkan
kedalam kardus, bayi masih penuh dengan darah dan terdapat mekonium dengan tali pusat masih melekat
pada plasenta. Selain itu, bayi terlihat kekuningan pada kulit serta sianosis diujung jari, kuku dan mulut.
Ditemukan pula lebam mayat didaerah punggung dan bokong yang tidak hilang pada penekanan.
Terdapat juga Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi, palpebra dan kulit wajah. Pada permukaan dalam
bibir ditemukan luka memar. Selain itu, ditemukan bekas jeratan dengan tepi rata pada leher bayi.
Pada pemeriksaan luar bayi setelah diukur berat badan dan panjang badannya. Didapatkan hasil :
BB = 2000 gr, PB = 50 cm, batas tumbuh rambut depan dan belakang bayi sudah terbentuk, rawan telinga
sudah terbentuk, rambut kepala relatif kasar, puting susu sudah berbatas tegas, alis mata sudah lengkap,
kuku jari tangan melewati ujung jari dan labium sudah terbentuk sempurna.
4
Pada hasil pembedahan didapatkan paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian
kandung jantung. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura tegang (taut pleura), dan
menunjukkan gambaran mozaik dan konsistensi paru seperti spons. Pada pemeriksaan mikroskopik paru
menunjukkan alveoli paru yang mengembang sempurna. Pada jaringan paru ditemukan edema yang luas,
membrana duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan paru.
5
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
I. KRONOLOGI MASALAH
Seorang siswi kelas 3 SMU yang masih berusia 17 tahun, setelah diperiksa polisi, tersangka
mengaku tega membunuh bayinya karena malu melahirkan bayi diluar nikah.
Polisi mengamankan tersangka yang tega membunuh dan membuang bayi darah dagingnya
sendiri di tempat sampah. Tersangka berinisial IK, tercatat sebagai siswi kelas 3 SMA yang
masih berusia 17 tahun. Tertangkapnya tersangka yang tinggal bersama ibunya didaerah
Grogol, Jakarta Barat ini, berawal dari warga yang semalam melihat seorang perempuan
yang menghentikan mobilnya didekat tempat sampah tersebut berada cukup lama, dan ada
seorang warga yang mencatat nomor mobil tersebut.
Polisi mengatakan, tersangka melahirkan bayinya seorang diri pada hari Senin, tanggal 2
April 2013 sekitar pukul 11 malam. Ketika itu, seisi rumah dan orangtuanya tidak
mengetahui. Karena takut kepergok, tersangka membekap mulut bayi dengan bantal. Tak
sampai disitu, tersangka juga menjerat leher bayi tersebut dengan kabel. Kemudian tersangka
membungkus bayi yang dilahirkannya dengan kain dan memasukkannya kedalam kardus
kemudian dibuang ke tempat sampah pada dini hari, yaitu pada hari Selasa, 3 April 2013,
sekitar pukul 1 pagi.
Polisi mengamankan barang bukti seperti bantal, kain dan kardus milik tersangka pada
tanggal 3 April 2013 di sore hari. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh polisi, tersangka
mengaku bahwa ia dihamili oleh pacarnya yang tidak mau bertanggung jawab.
6
II. INTERPRETASI TEMUAN MAYAT BAYI
Pada pemeriksaan luar jenazah didapatkan:
1. Organ genetalia eksterna yang ditemukan pada bayi ini menunjukkan bayi ini seorang perempuan
2. Bayi masih penuh darah dan terdapat mekonium
- Menunjukkan bahwa bayi belum dirawat dan mekonium yang ada menunjukkan bahwa
usia hidup bayi kurang dari dua hari.
3. Tali pusat masih melekat pada plasenta.
- ini menunjukkan bahwa bayi ini tidak pernah dirawat
4. Tanda kekuningan pada kulit bayi
- Menunjukkan bahwa bayi mengalami ikterik. Ikterik terjadi pada bayi normal yang lahir,
dan hidup sampai sebelum hari keempat.
5. Tanda sianosis di ujung jari, kuku dan mulut
- tanda sianosis yang didapatkan pada korban menujukkan ia mengalami kematian
disebabkan oleh asfiksia
6. Lebam mayat didaerah punggung dan bokong yang tidak hilang pada penekanan
- Menandakan bahwa bayi telah mati lebih dari 12 jam dalam posisi terlentang.
7. Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi,palpebra dan kulit wajah
- ini adalah tanda khas pada kasus asfiksia
- bintik-bintik kemerahan ini disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah kapiler
karena hipoksia
8. Permukaan dalam bibir ditemukan luka memar
- luka memar ini menujukkan adanya kekerasan tumpul atau terjadi pembekapan
9. Ditemukan bekas jeratan dengan tepi rata pada leher bayi.
7
- Menunjukkan bahwa bayi dijerat oleh benda dengan tepi rata, contohnya kabel, tali
tambang plastik, dan lain-lain.
10. Didapatkan hasil : BB = 2000 gr
- Menunjukkan bahwa bayi sudah viabel. Bayi yang dikatakan viabel berarti ia telah
dikandung ibunya selama paling tidak 28 minggu dan bayi tersebut tidak memiliki cacat
berat. Bayi yang viabel artinya bayi memiliki kemampuan untuk dapat mempertahankan
hidupnya diluar kandungan tanpa peralatan khusus atau canggih.
11. PB = 50 cm
- Panjang badan bayi diukur untuk memperkirakan usia bayi dalam kandungan.
menggunakan rumus de haase. Pada kasus ini PB bayi 50 cm,
berarti usia bayi = PB/5 x 4minggu = 50cm/5 x 4 minggu = 40 minggu.
12. Batas tumbuh rambut depan dan belakang bayi sudah terbentuk, rawan telinga sudah terbentuk,
rambut kepala relatif kasar, puting susu sudah berbatas tegas, alis mata sudah lengkap, kuku jari
tangan melewati ujung jari dan labium sudah terbentuk sempurna
- Ini semua adalah ciri-ciri eksternal pada bayi yang sudah cukup bulan.
Pada pemeriksaan pembedahan didapatkan :
1. Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung, paru berwarna merah
muda tidak merata dengan pleura tegang (taut pleura), konsistensi paru seperti spons
- Ini merupakan tanda makroskopik paru yang menunjukkan bahwa bayi lahir hidup.
2. gambaran mozaik pada paru
- hal ini juga merupakan tanda makroskopik paru yang menunjukkan bahwa alveoli sudah
terisi udara
3. Alveoli paru yang mengembang sempurna
8
- Ini merupakan tanda mikroskopik paru yang menunjukkan bahwa bayi lahir hidup
4. edema yang luas pada jaringan paru, membrana duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan
paru.
- Hal ini merupakan tanda mikroskopik paru yang mungkin berasal dari lemak vernis
(membran hialin, yang akan terlihat pada bayi yang telah hidup lebih dari 1 jam)
III. Sebab Kematian
Pada kasus ini, berdasarkan tanda-tanda yang didapatkan menunjukkan kemungkinan kematian
akibat asfiksia mekanik. Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernafasan terhalau
memasuki saluran pernafasan.
IV. Kemungkinan Cara Kematian
Kemungkinan cara kematian korban ini adalah kematian tidak wajar, yaitu pembunuhan anak
sendiri dan juga karena ditemukannya tanda kekerasan lain seperti ditemukan luka memar didalam bibir
dan ditemukan bekas jeratan dengan tepi rata pada leher bayi menunjukkan bahwa bayi mungkin mati
karena asfiksia akibat pembekapan dan penjeratan pada saluran nafas.
9
V. Visum Et Repertum
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jalan Kyai Tapa No. 1 Grogol, Jakarta Barat, Indonesia
Phone: (62-21) 566 3232 | Fax: (62-21) 564 4270
------------------------------------------------------------------------------------------------
VISUM ET REPERTUM
( JENAZAH )
Nomor: 3456-SK III/2345/2-95 Jakarta, 4 April 2013
Lamp : satu sampul tersegel------------------------------------------------------------------------
Perihal: Hasil pemeriksaan Pembedahan----------------------------------------------------------
Atas jenazah---------------------------------------------------------------------------------
PROJUSTITIA
Visum Et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini,---------------,dokter ahli kedokteran forensic pada Bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, menerangkan bahwa atas
permintaan tertulis dari kepolisian Resort polisi Jakarta Barat No.Pol.:B/789/VR/XII/95/Serse tertanggal
10
3 April 2013, maka pada tanggal empat April tahun dua ribu tiga belas, pukul delapan lewat tiga puluh
menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas
Kedokteran Trisakti telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut
adalah:
Nama: --------------------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin: perempuan---------------------------------------------------------------------------
Umur:--------------------------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan:--------------------------------------------------------------------------------------
Agama:--------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan:----------------------------------------------------------------------------------------
Alamat:----------------------------------------------------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN
I.PEMERIKSAAN LUAR :
1. Organ genetalia yang ditemukan pada bayi ini menunjukkan bayi ini seorang perempuan
2. Tali pusat masih melekat pada plasenta
3. Bayi masih penuh darah dan terdapat mekonium
4. Tanda kekuningan pada kulit bayi
5. Tanda sianosis di ujung jari, kuku dan mulut
6. Lebam mayat didaerah punggung dan bokong yang tidak hilang pada penekanan
7. Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi, palpebra dan kulit wajah
8. Permukaan dalam bibir ditemukan luka memar
9. Pada leher ditemukan bekas jeratan dengan tepi rata
11
10. Berat Badan = 2000 gr
11. Panjang Badan = 50 cm
12. Batas tumbuh rambut depan dan belakang bayi sudah terbentuk
13. rawan telinga sudah terbentuk
14. rambut kepala relatif kasar
15. puting susu sudah berbatas tegas
16. alis mata sudah lengkap
17. kuku jari tangan melewati ujung jari
18. labium sudah terbentuk sempurna
II.PEMERIKSAAN DALAM :
1. Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung, paru berwarna merah
muda tidak merata dengan pleura tegang (taut pleura), konsistensi paru seperti spons
2. gambaran mozaik pada paru
3. Alveoli paru yang mengembang sempurna
4. Edema yang luas pada jaringan paru
5. Membrana duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan paru.
KESIMPULAN :
Pada mayat bayi perempuan ini ditemukan luka memar pada permukaan dalam bibir yang dapat
disebabkan oleh pembekapan bahan lunak dan bekas jeratan dengan tepi rata yang disebabkan oleh
jeratan kabel.
Pada mayat bayi perempuan ini juga ditemukan bintik-bintik perdarahan pada mata, kelopak mata
dan kulit wajah karena pecahnya pembuluh darah kapiler yang disebabkan oleh suatu keadaan yang
ditandai dengan terjadinya gangguan pernafasan, mengakibatkan oksigen darah berkurang disertai dengan
12
peningkatan karbon dioksida dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan oksigen dan terjadi
kematian.
Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya
mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP……………………………
Dokter yang memeriksa,
dr. Kelompok 2
Nip 130……..
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ASPEK HUKUM
Pasal 341 KUHP
Seorang ibu dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa
lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak, dihukum, karena
makar mati terhadap anak , dengan hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun.
Pasal 342 KUHP
Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputuan yang diambilnya sebab takut ketahuan
bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada ketika
dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu, dihukum karena pembunuhan anak yang
direncanakan dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun.
Pasal 342 KUHP
Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342
dianggap kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan
Pasal 181 KUHP
Barang siapa mengubur, menyembunyikan, mengangkut atau menghilangkan mayat dengan maksug
hendak menyembunyikan kematian dan kelahiran orang itu, dihukum penjara selama-lamanya 9
bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah.
14
Pasal 304 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam kesengsaraan, sedang ia
wajib memberi kehidupan perawatan atau pemeliharaan pada orang itu karena hukum yang berlaku
atasnya atau karena menurut perjanjian, dihukum penjara selama 2 tahun 8 bulan atau denda
sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 305 KUHP
Barang siapa menaruhkan anak yang dibawah umur 7 tahun disuatu tempat supaya dipungut oleh
orang lain, atau dengan maksud akan terbebas dari pada pemeliharaan anak itu , meninggalkannya ,
dihukum penjara sebanyak-banyaknya 5 tahun 6 bulan.
Pasal 306 KUHP
(1) Kalau salah satu perbuatan yang diterangkan dalam pasal 304 dan 306 itu menyebabkan luka berat
, maka si tersalah dihukum penjara selama-lamanya 7 tahun 6 bulan.
(2) Kalau salah satu perbuatan ini menyebabkan orang lain mati, sitersalah itu dihukum penjara
selama-lamanya 9 tahun.
Pasal 307 KUHP
Kalau sitersalah karena kejahatab yang diterangkan dalam pasal 305 adalah bapa atau ibu anak itu,
maka baginya hukuman yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat ditambah dengan
sepertiganya.
Pasal 308 KUHP
15
Kalau ibu menaruh anaknya disuatu tempat supaya dipungut oleh orang lain tidak lama sesudah anak
itu dilahirkan oleh karena takut akan diketahui orang ia melahirkan anak atau dengan maksud akan
terbebas dari pemeliharaan anak itu, meninggalkannya , maka hukuman maksimum yang tersebut
dalam pasal 305 dan 306 dikurangi sehingga seperduanya.
PROSEDUR MEDIKO-LEGAL
1. Penemuan dan pelaporan
o Dilakukan oleh warga masyarakat yang melihat, mengetahui atau mengalami suatu
kejadian yang diduga merupakan suatu tindak pidana.
o Pelaporan dilakukan ke pihak yang berwajib,dalam hal ini Kepolisian RI dan lain-lain.
2. Penyelidikan
o Dilakukan oleh penyelidik untuk mengetahui apakah benar ada kejadian seperti yang
dilaporkan.
o Menurut Pasal 4 KUHAP, penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik
Indonesia.
3. Penyidikan
o Dilakukan oleh penyidik
o Tindak lanjut setelah diketahui benar-benar terjadi suatu kejadian.
o Penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli.
o Menurut pasal 2 PP No 27/1983, penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, dan pejabat
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
sekurang-kurangnya Pengatur Muda Tingkat 1(golongan II/b).
4. Pemberkasan perkara
16
o Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya dan diteruskan ke
penuntut umum.
5. Penuntutan
o Dilakukan oleh penuntut umum di siding pengadilan setelah berkas perkara yang lengkap
diajukan ke pengadilan.
6. Persidangan
o Persidangan pengadilan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim.
o Dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi dan juga para ahli.
o Dokter dapat dihadirkan di sidang pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli atau
selaku dokter pemeriksa.
7. Putusan pengadilan
o Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan, yaitu keyakinan pada diri hakim bahwa
memang telah terjadi suatu tindak pidana dan bahwa terdakwa memang bersalah.
Keyakinan hakim harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya dua dari lima alat bukti yang
sah, yaitu keterangan saksi, keterangan terdakwa, keterangan ahli, surat dan petunjuk.
PEMERIKSAAN BAYI
Diantara masalah-masalah yang perlu dijawab oleh seorang dokter adalah:
1. Apakah bayi dilahirkan hidup atau mati?
2. Berapakah umur bayi tersebut?
3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?
4. Apakah sebab kematian?
17
Penentuan lahir mati atau lahir hidup
Tanda-tanda Lahir hidup Lahir mati
Tanda-tanda maserasi - Baru terlihat setelah 8-
10 hari kematian
inutero.
- Bila kematian baru
terjadi 3 atau 4 hari:
Perubahan berupa
vesikel atau bula yang
berisi cairan
kemerahan, epidermis
bewarna putih dan
berkeriput, bau tengik,
dan tubuh mengalami
perlunakan.
- Organ-organ tampak
basah tetapi tidak
berbau busuk
Pengembangan dada - Dada sudah
mengembang
- Diafragma sudah turun
sampai sela iga 4-5
- Iga masih mendatar dan
diafragma masih
setinggi iga 3-4.
Pemeriksaan makroskopik paru - Paru sudah mengisi
rongga dada dan
- Paru-paru masih
tersembunyi dibelakang
18
menutupi sebahagian
kandung jantung.
- Paru berwarna merah
muda tidak merata
dengan pleura tegang.
- Menunjukkan gambaran
mosaic kerana alveoli
telah berisi udara.
- Gambaran marmer
akibat pembuluh daran
interstitial berisi darah
- Konsistensi seperti
spons dan teraba derik
udara.
- Pengirisan paru dalam
air : terlihat jelas
keluarnya gelembung
udara dan darah.
- Berat paru bertambah 2
kali kerana
berfungsinya sirkulasi
darah jantung paru.
kandung jantung atau
telah mengisi rongga
dada.
- Paru-paru bewarna
kelabu ungu merata
seperti hati, konsistensi
padat,tidak teraba derik
udara dan pleura yang
longgar
Uji apung paru - Hasil positip - -Hasil negatip
Pemeriksaan mikroskopik paru - Alveoli paru
mengembang sempurna
- Tanda khas untuk paru
bayi yang belum
19
dengan atau tanpa
emfisema obstruktif
- Tidak terlihat
projection.
- Perwarnaan Gomori
atau Ladewig: serabut
retikulin tampak tegang.
bernafas adalah adanya
tonjolan yang berbentuk
seperti bantal yang akan
bertambah tinggi dan
dasar menipis sehingga
tampak seperti dada
(club –like)
- Pada paru bayi yang
belum bernafas dan
sudah membusuk
dengan pewarnaan
Gomori atau Ladewig:
Tapak serabut retikulin
pada permukaan
dinding alveoli
berkelok-kelok seperti
rambut yang kerinting
Penentuan Umur Bayi
Penentuan umur janin atau embrio dalam kandungan rumus De Haas adalah untuk 5 bulan pertama,
panjang kepala tumit(cm)=kuadrat umur gestasi (bulan) dan selanjutnya = umur gestasi(bulan) x 5.
Penentuan sudah atau belum dirawat
Tali pusat
20
- Telah terikat,diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5cm dari pusat bayi dan diberi
obatt antiseptic
- Pada kasus pembunuhan tali pusat terputus dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan
ujung yang tidak rata.
Verniks Kaseosa(Lemak Bayi)
- Pada yang telah dirawat ia telah dibersihkan demikian pua bekas-bekas darah
- Pada bayi yang dibuang ke dalam air, verniks tidak akan hilang selluruhnya dan dapat ditemukan
didaerah lipatan kulit,ketiak,belakang telinga,lipat paha dan lipat leher.
Pakaian
- Pada bayi yang teah dirawat bayi akan dipakaikan baju atau penutup seluruh tubuh pada bayi.
Penentuan Sebab Kematian
Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri adalah mati lemas (asfiksia). Kematian dapat
pula diakibatkan oleh proses persalian (trauma lahir), kecelakaan, pembunuhan atau alamiah.
Trauma lahir
- Kaput subsedaneum
- Sefal hematom
- Perdarahan intracranial
- Perdarahan subaraknoid atau interventrikuler
- Perdarahan epidural
Pembunuhan
21
- Cara tersering dijadikan adalah yang menimbulkan asfiksia: pembekapan, penyumbatan jalan
nafas, penjeratan, pencekikkan dan penenggelaman
- Pembunuhan dengan kekerasan tumpul jarang dijumpai sekiranya ada menyebabkan patah atau
retak tulang tengkorak dan memar jaringan otak.
- Pembunuhan dengan senjata tajam jarang ditemukan. Sekiranya ada, akan ditemukan tusukan
didaerah palatum mole melalui foramen magnum dan merusak medulla oblongata.
- Pembunuhan dengan jalan membakar menyiramkan cairan panas, memberikan racun dan
memuntir kepala sangat jarang terjadi.
PEMERIKSAAN MAYAT BAYI
Pemeriksaan luar Tanda
Kulit - Sudah dibersihkan atau belum
- Keadaan verniks kaseosa
- Warna
- Berkeriput atau tidak
Mulut - Kehadiran benda asing
Tali pusat - Sudah terputus atau masih melekat pada
uri
- Potongan rata atau tidak
- Tanda sudah diberi antiseptic atau belum
- Tanda-tanda kekerasan pada tali pusat
hematoma tau Wharton ‘s Jelly berpindah
tempat.
Kepala - Apakah terdapat kaput suksedaneum atau
22
molase tulang-tulang tengkorak.
Tanda-tanda Kekerasan - Ada atau tidak tanda pembekapan di
sekitar mulut dan hidung.
- Tanda memar pada mukosa bibir dan
pipi.
- Tanda pencekikan atau jerat pada leher
- Memar atau lecet pada tengkuk
Mulut - Apakah terdapat benda asing
- Perhatikan palatum mole tedapat robekan
atau tidak
Tanda asfiksia - Tardieu’s Spot pada permukaan
paru,jantung,thymus dan epiglottis
Tulang belakang - Apakah terdapat kelainan congenital dan
tanda-tanda kekerasan.
Kepala - Perhatikan apakah terdapat perdarahan
subdural atau subaraknoid.
- Perhatikan keadaan falks serebri dan
tentorium cerebri.
PEMERIKSAAN IBU
Pemeriksaan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan antara mayat bayi dengan si perempuan
tersebut:
23
o Tes DNA mitokondria
Mitokondria memiliki molekul DNA sendiri yang disebut sebagai DNA mitokondria. Pada
manusia genom mitokondria DNA mengandung sekitar 16.000 pasang basa DNA, dimana ini hanya
mewakili sebagian dari total pasang basa DNA yang terdapat pada inti sel. Yang membuat DNA ini
istimewa, tidak seperti DNA nukleus yang diwarisi secara seimbang dari ayah dan ibu, DNA ini
diwarisi hanya dari sang ibu, karena semua mitokondria manusia diturunkan dari mitokondria sel
telur ibu. Sehingga, kita bisa melakukan tes untuk membandingkan mitokondria anak dan ibu untuk
menentukan hubungan mereka.(adanya kemiripan)Karena mitokondria merupakan struktur yang kuat
dan melindungi DNA yang dikandungnya, DNA mitokondria sangat berguna juga untuk
mengidentifikasi korban-korban bencana alam dimana DNA nukleus sudah terdegradasi ataupun
rusak. Sebagian besar sel di tubuh kita mengandung antara 500 sampai 1000 copy dari molekul DNA
mitokondria yang membuatnya lebih mudah untuk ditemukan dan diekstrak daripada DNA nukleus.
Cara pengambilan sampel: Sampel darah diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan
tabung EDTA kemudian diberi label yang jelas, dan tanggal pengambilan sampel. Sampel disimpan
pada suhu 4°C.
o Tes golongan darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang
paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal
sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah
dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat
anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
24
Cara yang biasa dilakukan adalah absorpsi elusi dengan prosedur sebagai berikut :
- 2-3 helai benang mengandung bercak darah kering difiksasi dengan metil alkohol selama 15
menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya dilakukan penguraian benang
tersebut menjadi serat-serat halus dengan mengguakan dua buah jarum.
- Lakukan juga pada darah yang tidak mengandung bercak darah sebagai kontrol negatif.
- Serat benang dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama yang
mengandung golongan darah A diteteskan serum anti-A dan pada tabung kedua yang
mengandung golongan darah B diberi serum anti-B hingga serabut benang terendam seluruhnya.
Kemudian tabung-tabung disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4˚C selama satu malam.
- Kemudian dilakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4˚C) sebanyak 5
- 6 kali, lalu tambahkan 2 tetes suspensi 2% sel indikator, pusing dengan kecepatan 1000 RPM
selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes
garam faal. Panaskan pada suhu 56˚C selama 10 menit dn pindahkan pada tabung lain.
Tambahkan 1 tetes suspensi sel indikator ke dalam masing-masing tabung, biarkan selama 5
menit pada kecepatan 1000 RPM.
- Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi bererti darah mengandung
antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator.
25
Dari tes bisa diketemukan kemungkinan adanya hubungan ibu dan anak, sehinga hasilnya tidak
mutlak menunjukkan si pelaku.
Pemeriksaan terhadap tersangka ibu:
- Tes DNA mitokondria
- Tes golongan darah
- Pemeriksaan kejiwaan
Dilakukan untuk mengetahui keadaan psikis sang ibu saat melakukan kejahatan. Pasal 44
ayat 1 KUHP berbunyi : Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya
(gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu karena penyakit (ziekelijke storing), tidak
dipidana. Apabila psikosis ditemukan, maka harus dibuktikan apakah penyakit itu telah ada
sewaktu tindak pidana dilakukan.
26
- Tanda-tanda baru melahirkan :
1. Perlukaan pada vagina oleh karena proses kelahiran
2. Kadar prolaktin yang tinggi
3. Tubuh yang gemuk
4. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum.
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan
kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil
dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi
wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat
sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami
robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi
dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat
mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu.
Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.
5. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-
perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:
Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan simpisis 500 gram 7,5 cm
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
27
Gambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas
28
DAFTAR PUSTAKA
1) Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S et al. Ilmu Kedokteran Forensik:pembunuhan anak
sendiri. Jakarta:Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997. p.
165-77.
2) Anonymous. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran:hukum pidana yang berkaitan
dengan profesi dokter. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 1994. p. 40-41
3) Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik:visum et repertum. 1 st ed. Jakarta: Binarupa
Aksara: 1997. p. 72-74.
4) Anonymous. Teknik Autopsi Forensik. Jakarta: Bagian kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
UI; 2000.
5) Tanatologi Forensik.2009. Available at: http://klinikindonesia.com/forensik/tanatologi.php,
Accessed, April 16, 2010.
6) Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sisitem Endokrin. February 28, 2010. Available:
http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-endokrin/#more-725.
Accessed, April 4, 2010.
29