Upload
edi-uchiha-sutarmanto
View
105
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pemeriksaan Mutu Obat Tradisional Dalam Bentuk Rajangan materi
Citation preview
PEMERIKSAAN MUTU OBAT ASLI INDONESIA DALAM BENTUK RAJANGAN
KADAR AIR
Kadar air obat tradisional adalah banyaknya air yang terdapat di dalam obat
tradisional. Air tersebut berasal dari kandungan simplisia, penyerapan pada saat
produksi atau penyerapan uap air dari udara pada saat berada dalam peredaran.
Penetapan kadar air dengan gravimetri tidak dianjurkan karena susut pengeringan
tersebut bukan hanya diakibatkan menguapnya kandungan air tetapi juga diakibatkan
minyak atsiri dan zat lain yang mudah menguap.
Kadar air harus tetap memenuhi persyaratan, selama di industri maupun di peredaran.
Upaya menekan kadar air serendah mungkin perlu mendapat pertimbangan terutama
bila kandungan obat tradisional tergolong minyak atsiri atau bahan lain yang mudah
menguap.
Kadar air. Tidak lebih dari 10 %
Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Farmakope Indonesia atau
Materia Medika Indonesia.
ANGKA LEMPENG TOTAL
Angka lempeng total harus ditekan sekecil mungkin. Meskipun mikroba tersebut
tidak membahayakan bagi kesehatan, tetapi kadang-kadang karena pengaruh sesuatu
dapat menjadi mikroba yang membahayakan. Yang jelas angka lempeng total
tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk sampai tingkat berapa industri tersebut
melaksanakan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik. Makin kecil angka
lempeng total bagi setiap produk, makin tinggi nilai pengetrapan CPOTB di lndustri
tersebut.
Angka lempeng total. Tidak lebih dari 10 untuk rajangan yang penggunaannya
dengan cara pendidihan; tidak lebih dari 10 untuk rajangan yang penggunaannya
dengan cara penyeduhan.
Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
ANGKA KAPANG DAN KHAMIR
Jumlah kapang (jamur) dan khamir yang besar, menunjukkan kemunduran dari mutu
obat traditional. Kapang dan khamir akan berkembang biak bila tempat tumbuhuya
cocok untuk pertumbuhan. Disamping itu kapang tertentu ada yang menghasilkan zat
racun (toksin) seperti jamur Aspergilus flavus dapat menghasilkan aflatoksin.
Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari 10
Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
MIKROBA PATOGEN
Yang dimaksud dengan mikroba patogen ialah adalah semua mikroba yang dapat
menyebabkan orang menjadi sakit, bila kemasukan mikroba tersebut. Obat tradisional
untuk penggunaan obat dalam perlu diwaspadai adanya mikroba seperti : Salmonella,
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa.
ObatTradisional untuk penggunaan obat luar perlu diwaspadai adanya mikroba
seperti: Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa,Candida albicans,
Clostridium perftingens, Bacillus antracis.
Mikroba patogen. Negatif.
Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
AFLATOKSIN
Tidak boleh lebih dari persyaratan yang ditetapkan. Aflatoksin selain meracuni organ
tubuh bersifat karsinogenik.
Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj)
Penetapan di lakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
PEMERIKSAAN MUTU OBAT ASLI INDONESIA BENTUK SERBUK
Keseragaman bobot. Tidak lebih dari 2 bungkus serbuk, yang masing masing bobot
isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan
dalam kolom A dan tidak satu bungkuspun yang bobot isinya menyimpang dari bobot
isi rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom B, yang tertera pada
daftar berikut:
Bobot rata-rata isi
serbuk
Penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata
A B
5 g sampai dengan 10 g 8 % 10 %
Timbang isi tiap bungkus serbuk. Timbang seluruh isi 20 bungkus serbuk, hitung
bobot isi serbuk rata-rata.
Kadar air. Tidak lebih dari 10 %.
Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Farmakope Indonesia atau
Materia Medika Indonesia.
Angka lempeng total. Tidak lebih dari 10
Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari 10
Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Mikroba patogen. Negatif.
Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj.
Penetapan dilakukan menurut cara yang tertera pada Metode Analisis Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
PEMERIKSAAN MUTU OBAT ASLI INDONESIA BENTUK EKSTRAK SARI
Untuk menjamin mutu ekstrak pada setiap bets produksi, harus ada parameter yang
diukur dan dan dijamin dalam keadaan konstan. Namun berbeda dengan obat kimia
yang kadar zat aktifnya tertentu, penjaminan mutu ekstrak belum dapat dilakukan
terhadap bahan aktifnya. Parameter yang dapat ditentukan yaitu :
a. Parameter spesifik
Parameter spesifik merupakan parameter yang sedapat mungkin disusun hanya
dimiliki oleh ekstrak tanaman yang bersangkutan. Parameter spesifik meliputi.
1. Identitas ekstrak
Contoh:
Ekstrak kental Rimpang temulawak (Extractum Curcumae Xanthorrhizae
Rhizomae Spsissum).
Ekstrak kental rimpang temulawak adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang
tumbuhan Curcuma xanthorrhiza Roxb., suku Zingiberaceae.
2. Organoleptik ekstrak, Pemerian ekstrak yaitu bentuk, warna, bau, dan rasa.
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu. Kandungan kimia, kurkumin,
desmetoksikurkumin, minyak atsiri dengan kandungan utama xanthorizol dan
oleoresin
b. Parameter Non spesifik
Parameter non spesifik merupakan pengujian fisika, kimia dan mikrobiologi
yang dilakukan terhadap ekstrak yang dilakukan untuk menjamin mutu ekstrak
pada setiap bets produksi.
Parameter yang diuji antara lain :
1. Susut pengeringan
2. Bobot jenis
3. Kadar air
4. Kadar abu
5. Sisa pelarut
6. Residu pestisida
7. Cemaran logam berat
8. Cemaran mikroba (ALTB, MPN Coliform, Uji angka kapang khamir dan uji
cemaran aflatoksin).
c. Uji Kandungan kimia ekstrak
Uji ini dilakukan jika kandungan kimia ekstrak dan metode ujinya telah diketahui.
Pengujian yang dilakukan antara lain : pola kromatogram esktrak, kadar total
golongan kandungan kimia dan kadar kandungan kimia tertentu.
PRINSIP-PRINSIP PEMERIKSAAN MUTU OBAT ASLI INDONESIA
Analisis Kualitatif , menunjukkan jenis simplisia dan kelompok zat aktif
1. Uji organoleptik
2. Uji makroskopik
3. Uji mikroskopik
4. Uji histokimia
5. Identifikasi kimia
Analisis Kuantitatif , menunjukkan kemurnian dan mutu.
1. Penentuan bahan asing
2. Penetapan kadar air
3. Penetapan kadar abu
4. Penentuan zat kandungan
PEMERIKSAAN KADAR AIR SARI, ABU
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa
dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan kadar sari dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang
larut dalam etanol.
Penetapan kadar abu Abu adalah sisa pembakaran sempurna bahan organik (residu
yang tidak menguap bila suatu bahan dibakar dengan cara tertentu). Secara kimia abu
dapat didefinisikan sebagai oksida logam dan bahan-bahan lain yang tidak dapat
dibakar. Dalam kaitan dengan obat tradisional, abu merupakan indicator derajat
kebersihan penanganan obat tradisional.Secara alami didalam simplisia terdapat
logam. Logam-logam ini merupakan komponen hara tumbuhan yang dapat
merupakan komponen molekul penting dalam reaksi biokimiawi tumbuhan. Logam-
logam tersebut merupakan abu fisiologis. Sebagian besar abu fisiologis ini larut air.
Pada saat penyiapan, simplisia dapat terkotaminasi oleh tanah, pasir, dsb. Pasir
merupakan senyawa silikat yang tidak terbakar. Senyawa silikat ini tidak larut asam,
sehingga merupakan komponen penyusun abu tidak larut asam.Oleh karena itu, kadar
abu dalam simplisia harus ditentukan untuk melihat kadar senyawa pengotor yang
terkandung di dalamnya. Bila kadar abu simplisia melebihi persyaratan yang ditentu
maka simplisia tersebut tidak boleh digunakan untuk bahan baku pembuatan jamu.
PEMERIKSAAN CAMPURAN MIKROBA
1. Uji Angka Lempeng Total
Uji angka lempeng total merupakan metode yang umum digunakan untuk
menghitung adanya bakteri yang terdapat dalam sediaan yang diperiksa.
Terdapat 2 Teknik:
1. Teknik cawan tuang (pour plate)
2. Teknik sebaran (spread plate)
Uji angka kapang/khamir
Perbedaan kapang dan khamir.
Kapang : fungi/jamur yang berfilamen dan multiseluler
Identisifikasinya berdasarkan morfologi/ fisik
Khamir/ yeast : fungi/ jamur berupa sel tunggal dengan pembelah sel melalui
tunas.
Identisifikasinya serupa dengan indentisifikasi bakter > tes biokimia
2. Uji Aflaktoksin
Salah satu Karsinogenik yang berbahaya berasal dari fungi adalah aflatoksin.
Ditemukan 1960 pada poduk kacang yang terinfeksi Aspergillus flavus.
Mekanisme: berinteraksi dengan asam nukleat dan bekerja sebagai mutagen
dan karsinogen.
Identifikasinya: teknik kromatografi dan dikenali adanya flourescence yang
khas dengan deteksi sinar UV.
PEMERIKSAAN LOGAM BERAT
Penetapan logam berat Logam berat merupakan bahan berbahaya yang sama sekali
tidak diperbolehkankan ada dalam obat tradisional. Pengujian ini sangat penting
untuk menjamin keamanan dari obat tradisional. Cemaran logam berat dapat
ditentukan dengan metode Spektroskopi Serapan Atom ato metode lainnya yang
lebih valid.Contoh logam berat; timbal, raksa dan arsen.
PEMERIKSAAN RAMUAN JAMU
Prosedur Analisis
1. Uji Organoleptis dan Uji Makroskopik
A. Dilakukan uji organoleptis dengan mengamati bau, rasa, warna serta
kelarutan jamu.
B. Dilakukan uji makroskopik dengan mengamati struktur dari simplisia
bahan baku dari sediaan jamu yang dianalisis.
2. Uji Mikroskopik
A. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.
B. Sediaan jamu dalam bentuk rajangan dan serbuk dihaluskan, bagian serbuk
halus diletakkan diatas object glass (dibuat 2 preparat).
C. Preparat pertama ditetesi dengan kloroform dan preparat kedua ditetesi
dengan fluoroglusin, kemudian difiksasi dengan lampu spiritus.
D. Diletakkan deck glass pada tiap preparat, lalu diamati pada mikroskop
dengan perbesaran 10 X 10.
E. Diamati dan dicatat pengamatan mikroskopik sampel,
Uji Kandungan Kimia
A. Uji Alkaloid
Sampel yang telah dilarutkan dalam etanol 70%, ditambahkan pereaksi
dragendorff sebanyak 3 tetes, diamati pembentukan endapan. Hasil positif bila
terbentuk endapan orange.
B.Uji Gugus Hidroksil / fenolik
Sampel yang telah dilarutkan dalam etanol 70% ditambahkan pereaksi besi (III)
klorida sebanyak 3 tetes, diamati perubahan warna larutan. Hasil positif bila
terjadi perubahan warna menjadi biru-ungu.
C.Uji Saponin
Sampel dilarutkan dengan 3-5 mL air panas, dikocok kuat-kuat. Diamati
pembentukan busa. Ditambahkan larutan asam klorida encer dan diamati
konsistensi busa. Hasil positif bila busa tetap setelah penambahan larutan asam
klorida encer.
Kromatografi Lapis Tipis
A. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.
B. Lempeng Silica diaktifkan dengan pemanasan pada oven suhu 110⁰C
selama 30 menit.
C. Dibuat bahan pembanding bahan kimia obat dengan ekstraksi dari sediaan
tablet.
D. Dibuat eluen yang akan digunakan yaitu methanol serta kloroform : etanol
(3:2)
E. Disiapkan chamber dan dijenuhkan dengan eluen yang akan digunakan.
(Digunakan kertas saring sebagai indicator penjenuhan)
F. Sampel dalam bentuk serbuk, dilarutkan dengan etanol 70%.
G. Sampel dan bahan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT dengan jarak
antara totolan 1 cm.
H. Lalu lempeng silica dimasukkan kedalam chamber untuk proses
pengelusian.
I. Setelah proses pengelusian selesai, lempeng KLT dikeluarkan dan
dikeringkan kemudian diamati bercak yang nampak pada sinar UV 254 dan
366 nm.
J. Noda/bercak yang tampak, diberi tanda.
K. Lempeng lalu disemprot dengan reagen penampak noda ( dragendorff atau
besi (III) klorida ), lalu diamati noda yang timbul.
L. Dihitung nilai Rf, dan dibandingkan dengan literature.
MAKALAH OBAT ASLI INDONESIA
PEMERIKSAAN MUTU OBAT ASLI INDONESIA
OLEH
KELOMPOK VI
HESTY SETIAWATI
MUHAMMAD KHALIL AL RASYID
DEDI ANUGRAH
YUDITA LAMAPAHA
SUHARTIN P
NILA ANDRIANI
KELAS B KONVERSI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2014