Upload
dudi-nurmalik
View
650
Download
77
Embed Size (px)
DESCRIPTION
yosh
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA KLINIKPEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA
Selasa, 22 September 2015
Disusun oleh :Kelompok 7
Deagita Puspitasari 31112009 Erna Nuraini SR 31112017 Fitri 31112020 Handi Hidayat 31112021 Muhammad Wafie A 31112031 Ratna Sari 31112040
PROGRAM STUDI SI FARMASISTIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA2015
1. Judul Praktikum
Pemeriksaan Kadar Trigliserida
2. Hari/Tanggal
Selasa/ 22 September 2015
3. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar Trigliserida dalam darah dengan dan menginterpretasikan hasil
serta menghubungkan dengan keadaan patologi klinik
4. Prinsip Praktikum
Prinsip penetapan kadar trigliserida dengan menggunakan metode GPO-PAP
adalah trigliserida ditentukan setelah hidrolisis enzim dengan lemak. Indikator
quinoneimine dibentuk dari hydrogen peroksida, 4 – aminoantypirine dan 4 – klorofenol
di bawah pengaruh katalisis peroksidase.
Reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
5. Dasar Teori
Trigliserida merupakan lipid yang memiliki struktur ester, yang tersusun oleh tiga molekul asam
lemak bebas dan satu molekul gliserol seperti yang ditunjukan pada Gambar 1(Zulfikar, 2010):
Gambar 1. Struktur trigliserida yang disusun oleh molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak bebas
Reaksi kimia untuk trigliserida pada prinsipnya memiliki kesamaan dengan senyawa alkena dan ester, misalnya trigliserida dapat terhidrogenasi oleh gas Hidrogen yang dikatalisis oleh logam nikel atau platina, reaksi untuk senyawa tersebut disajikan dalam persamaan reaksi pada gambar 2 (Zulfikar,2010):
Bagan 2. Reaksi hidrogenasi trigliserida
Reaksi hidrolisis pada trigliserida akan menghasilkan gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dapat berlangsung dalam suasana asam atau basa atau dapat pula dengan bantuan enzim. Reaksi hidrolisis dari trigliserida dapat dilihat pada persamaan di bawah ini (Zulfikar,2010):
Gambar 3. Reaksi Hidrolisi trigliserida
Trigliserida merupakan jenis lemak yang dapat ditemukan dalam darah dan merupakan hasil uraian tubuh pada makanan yang mengandung lemak dan kolesterol yang telah dikonsumsi dan masuk ke tubuh serta juga dibentuk di hati (Ayu,2011).
Setelah mengalami proses di dalam tubuh, trigliserida ini akan diserap usus dan masuk ke dalam plasma darah yang kemudian akan disalurkan ke seluruh jaringan tubuh dalam bentuk klomikron dan VLDL (very low density lipoprotein) (Ayu,2011).
Trigliserida dalam bentuk klomikron berasal dari penyerapan usus setelah konsumsi makanan berlemak. Sebagai VLDL, trigliserida dibentuk oleh hati dengan bantuan insulin dari dalam tubuh (Ayu,2011).
Sementara itu, trigliserida yang berada di luar hati dan berada dalam jaringan misalnya jaringan pembuluh darah, otot, jaringan lemak akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian akan dimetabolisme oleh hati menjadi kolesterol LDL (Ayu,2011).
Kalori yang didapatkan tubuh dari makanan yang dikonsumsi tidak akan langsung digunakan oleh tubuh melainkan disimpan dalam bentuk trigliserida dalam sel-sel lemak di dalam tubuh yang berfungsi sebagai energi cadangan tubuh (Ayu,2011).
Asupan makanan yang mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan efek trigliserida di dalam tubuh seseorang. Jika kadar trigliserida meningkat, maka kadar kolesterol pun akan meningkat pula (Ayu,2011).
Proses pencernaan lemak dari makanan selain menghasilkan kolesterol juga menghasilkan trigliserida dan lemak bebeas semua lemak ini akan diserap oleh tubuh melalui usus ke dalam darah. Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam darah memang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika pengkonsumsian makanan yang mengandung lemak jenuh berlebihan maka mengakibatkan kadar kolesterol berlebihan juga. Hal ini akan menimbulkan
ancaman dan masalah yang serius, terutama pada penyakit pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Penyakit ini dapat memicu timbulnya penyakit jantung coroner dan stroke (Wijayakusuma, Hembing, 2003).
Trigliserida yang berlebih dalam tubuh akan disimpan di dalam jaringan kulit sehingga tubuh terlihat gemuk. Seperti halnya kolesterol, kadar trigliserida yang terlalu berlebih dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan (Ayu,2011).
Namun, trigliserida dalam batas normal sebenarnya sangat dibutuhkan tubuh. Asam lemak yang dimilikinya bermanfaat bagi metabolisme tubuh. Selain itu, trigliserida memberikan energi bagi tubuh, melindungi tulang, dan organ-organ penting lainnya dalam tubuh dari cedera (Ayu,2011).
Trigliserida dikelompokkan menjadi (Putri,2011):
· Lemak Jenuh (lemak jahat)Berbentuk padat pada suhu ruangan dan dikenal sebagai lemak jahat. Umumnya
lemak jenuh terdapat dalam produk hewani. Semakin banyak konsumsi lemak jenuh, maka akan semakin tinggi kadar koleseterol dalam darah. Contoh makanan yang mengandung lemak jenuh : susu murni, keju berlemak, cokelat, daging, kelapa, mentega, babi, hati, ayam. Sebaiknya jangan terlalu banyak mengkonsumsi jenis lemak jenuh ini.
· Lemak Tidak Jenuh (lemak baik)Berbentuk cair atau lunak jika berada pada suhu ruangan. Lemak ini dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Jenis lemak tidak jenuh ini merupakan jenis lemak baik. Lemak ini terbagi dua yaitu lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Contoh makanan yang mengandung lemak tidak jenuh tunggal adalah zaitun, minyak kacang tanah, beberapa margarine yang non-dihidrogenasi, almond, kacang mete.
Sementara lemak tidak jenuh ganda bersumber dari makanan yang mengandung omega 3 (contoh: ikan salmon, makarel, dan sarden, biji rami, walnut, dan minyak dan margarin yang non-hidrogenasi dibuat dari kanola, biji rami dan kedelai. Konsumsi setidaknya 2 porsi ikan per minggu) dan omega 6 (bunga matahari, kedelai dan minyak jagung, walnut, almond, biji wijen dan beberapa margarine non-dihidrogenasi.)
· Lemak TransJenis lemak trans akan meningkatkan kolesterol. Lemak ini terbentuk selama proses
kimiawi (misalnya proses pemasakan) yang disebut hidrogenasi. Hidrogenasi adalah ketika sebuah lemak cair berubah menjadi lemak yang lebih padat. Kebanyakan margarine mengandung lemak trans. Untuk itu, pilih margarine yang tidak mengandung lemak trans (Anda bisa melihat label yang tertera pada kemasannya).
Lemak trans berbahaya dan sebaiknya dihindari karena jenis lemak trans bertindak seperti lemak jenuh di dalam tubuh manusia yang akhirnya dapat meningkatkan kolesterol.
Menurut the National Cholesterol Education Program, kadar trigliserida yang normal adalah kurang dari 150 mg/dL. Kadar yang termasuk perbatasan tinggi adalah 150-199, dan 200-499 termasuk dalam tinggi (Budi, 2011).
Penentuan kadar trigliserida dapat dilakukan dengan metode enzimatik. Dimana reaksi yang terjadi pada penetapan kadar trigliserida adalah dengan terbentuknya senyawa kompleks 4-(p-benzokinon-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan, yang kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 500 nm. Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut: trigliserida dengan adanya enzim lipoprotein lipase akan dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dengan adanya adenosine trifosfat (ATP) oleh enzim gliserol kinase dirubah menjadi gliserol-3-fosfat. Selanjutnya gliserol-3-fosfat dioksidasi oleh enzim gliserol fosfat oksidase menjadi dihidroksiasetonfosfat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi dengan 4-aminofenazon dan 4-klorofenol membentuk senyawa 4-(p-benzokuinon-monoimino)-fenazon yang berwarna kuning kecoklatan (Dachriyanus, et al., 2007).
Ambang batas kadar trigliserida dalam darah adalah sebagai berikut (Budi,2011):· Kadar yang diingini : maksimal 150 mg / dl · Kadar ambang batas tinggi : antara 151 - 250 mg /dl · Kadar trigliserida tinggi : 251 - 400 mg / dl · Kadar trigliserida amat tinggi : 401 mg / dl atau lebih
Adiposit menghasilkan dan mensekresi beberapa protein yang berperan sebagai hormon. Hormon yang dikenal sebagai adiponektin, berperan penting dalam proses radang, dan aterosklerotik. Adiponektin merupakan salah satu dari banyak faktor spesifik jaringan adipose. Pengaruh adiponektin pada metabolisme trigliserida adalah dengan melibatkan perubahan intrinsik pada metabolisme lemak di otot skelet dan berpengaruh terhadap aktivitas lipoprotein lipase di otot skelet dan adiposit. Adiponektin dapat menurunkan akumulasi trigliserida di otot skelet dengan meningkatkan oksidasi asam lemak melalui aktivasi acetyl coA oxidase, Carnitine Palmytoyl Transferase-1 (CPT-1) dan AMP kinase. Adiponektin juga dapat menstimulasi Lipoprotein Lipase (LPL), yang merupakan enzim lipolitik yang dapat mengkatabolis VLDL melalui peningkatan ekspresi Peroxisome Proliferators Activator Receptor γ(PPARγ) di hati dan adiposit. Pada tingkat hepatik, adiponektin dapat menurunkan suplai Non Esterified Fatty Acid (NEFA) ke hati pada proses glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan sintesis trigliserida. Kadar adiponektin yang rendah dan dislipidemia pada penderita diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan kadar LPL (Renaldi, Olly, 2009).
o Untuk diet menurunkan kadar trigliserida mulailah dengan (Budi,2011):
Perbanyak makanan tinggi protein tak berlemak Ganti karbohidrat dengan nilai glikemik tinggi dengan karbohidrat berglikemik
rendah. Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayuran segar yang mengandung serat tinggi. Ganti konsumsi lemak jenuh dan trans dengan lemak yang baik. Turunkan total lemak makanan sampai 20%-30% dari kalori.
Kurangi intake kalori untuk menurunkan berat badan dan pertahankan berat badan yang ideal.
Berolah raga minimal 30 menit per hari. Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
6. Alat dan Bahan
Spat
Centrifuge
Tabung centrifuge
Tabung effendrop
Mikropipet
Kuvet
Spektrofotometer
Reagen GPO-PAP
7. Prosedur
a. pengambilan sampel
bersihkan tempat pengambilan
sampel
tegakan kulit atas vena dengan jari
tusuk vena dengan spat
pembendung dilepaskan
tarik spat hingga mendapatkan
darah
tarik kapas kering diatas jarum
tarik spat lalu darah dialirkan ke wadah
lewat dinding
b. Pengukuran Kadar Kolesterol
8. Hasil Pengamatan (M. Wafie dan Ratna Sari)
Keterangan Absorbansi
Standar 0,202
Sampel 1 0,045
Sampel 1 0,045
Sampel 2 0,038
Sampel 2 0,039
Perhitungan
Kolesterol (mg/dL) = |sampel||standar|
x 100 %
Sampel 1 (mg/dL) = 0,0 450,202
x 100 %
= 44,55%
Sampel 2 (mg/dL) = 0,0380,202
x 100 %
siapkan alat dan bahan sentrifuge darah yang sudah diambil pisahkan serumnya
siapkan 4 kuvet untuk blanko, standar dan sampel
pada kuvet 1 masukan 1 mL reagen + 0,01 mL blanko
pada kuvet 2 masukan 1 mL reagen + 0,01 mL standar
pada kuvet 3 dan 4 masukan masing-masing 1 mL reagen + 0,01 mL serum
inkubasi selama 10 menit pada suhu 27oC sampai terbentuk warna merah
ukur nilai absorbansinya dengan spektrofotometer uv-vis dengan panjang gelombang = 550 nm
= 37, 62 %
Sampel 2 (mg/dL) = 0,0390,202
x 100 %
= 37, 61 %
9. Pembahasan
Pada praktikum kali ini untuk menetapkan kadar trigliserida dalam darah dengan
metode. Penetapan kadar trigliserida dilakukan secara in vitro menggunakan metode GPO-
PAP. Trigliserida ditetapkan kadarnya setelah mengalami hidrolisis secara enzimatik dengan
lipase. Trigliserida disebut juga triasilgliserol, merupakan senyawa lipid utama pada deposit
lemak tubuh dan makanan (Mayes, 2003b). Keberadaan kolesterol dan trigliserida dalam
darah memang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jika konsumsi makanan yang mengandung
lemak jenuh berlebihan maka kadar kolesterol dan trigliserida juga berlebihan. Peningkatan
trigliserida dalam plasma darah akan menyebabkan hipertrigliseridemia.
Trigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel lemak, merupakan 99% dari volume sel.
Di samping digunakan sebagai sumber energi, trigliserida dapat dikonversi menjadi
kolesterol, fosfolipid, dan bentuk lipid lain kalau dibutuhkan. Sebagai jaringan lemak,
trigliserida juga mempunyai fungsi fisik yaitu sebagai bantalan tulang dan organ vital,
melindungi organ-organ tadi dari guncangan atau kerusakan
Trigliserida merupakan ester dari alkohol gliserol dan tiga asam lemak (Mayes,
2003a). Rumus kimia dari trigliserida adalah RCOO22 CH2CH(OOC-R')CH2-OOCR", di
mana R, R', dan R" adalah rantai alkil yang panjang. Tiga asam lemak RCOOH, R'COOH
dan R"COOH dapat berbeda semua, semua sama atau dapat pula hanya dua yang sama.
Panjang rantai asam lemak pada trigliserida dapat bervariasi, tetapi umumnya panjangnya
adalah 16, 18 dan 20 rantai karbon.
Lemak yang paling banyak dalam makanan adalah trigliserida, yang tersusun dari
sebuah inti gliserol dan tiga rantai panjang asam lemak (Guyton and Hall, 2007; Mayes,
2003a). Sejumlah kecil trigliserida dicerna dalam lambung oleh lipase lingual yang disekresi
oleh kelenjar lingual dan ditelan bersama dengan saliva. Jumlah pencernaan ini kurang dari
10%. Sedangkan sejumlah besar lemak akan dicerna di dalam usus halus. Tahap awal
pencernaan lemak adalah emulsifikasi lemak, yaitu memecah gumpalan lemak menjadi
ukuran yang sangat kecil sehingga enzim pencernaan yang larut air dapat bekerja pada
permukaan gumpalan lemak.
Emulsifikasi tersebut terjadi dalam duodenum dengan pengaruh empedu yang
mengandung garam empedu dan lesitin (Guyton and Hall, 2007). Enzim yang paling penting
untuk pencernaan trigliserida adalah lipase pankreas. Enzim ini merupakan senyawa yang
larut air dan memecah gumpalan lemak hanya pada permukaannya, sehingga emulsifikasi
lemak sangat penting. Lipase pankreas mengkatalis hidrolisis ikatan ester (pada C-1 dan C-3)
trigliserida sehingga terbentuk asam lemak dan 2 monogliserol (Horton et al., 2002; Mayes,
2003c).
Hasil pencernaan trigliserida yang berupa asam lemak dan monogliserida akan diserap
sel mukosa intestinal dengan cara difusi pasif masuk ke bagian dalam sel epitel (Linder,
1992). Setelah memasuki sel epitel, asam lemak dan monogliserida diambil oleh retikulum
endoplasma halus, yang selanjutnya akan digunakan untuk membentuk trigliserida baru
kemudian dilepaskan dalam bentuk kilomikron melalui bagian basal sel epitel, mengalir ke
atas melalui duktus limfe torasikus dan menuju aliran darah (Guyton and Hall, 2007).
Kilomikron trigliserida tidak langsung diambil oleh hati. Senyawa ini akan dimetabolisme
oleh jaringan ekstrahepatik yang mempunyai enzim lipoprotein lipase, yang akan
menghidrolisis trigliserida, yang kemudian disatukan ke dalam lipid jaringan atau dioksidasi
sebagai bahan bakar (Mayes, 2003a). Sesudah unsur lipid ini mengalami lipolisis, asam
lemak akan lepas dan masuk ke dalam darah sebagai asam lemak bebas (FFA) yang akan
diambil oleh jaringan tubuh (kecuali otak dan eritrosit) dan di dalam hepar akan mengalami
esterifikasi menjadi trigliserida atau dioksidasi sebagai
bahan bakar utama. Triasilgliserol yang berlebihan baik dari hasil lipogenesis maupun dari
FFA akan disekresikan ke dalam darah sebagai VLDL yang akan mengalami siklus yang
serupa dengan kilomikron (Mayes, 2003).
Prinsip penetapan kadar trigliserida dengan menggunakan metode GPO-PAP adalah
trigliserida ditentukan setelah hidrolisis enzim dengan lemak. Indikator quinoneimine
dibentuk dari hydrogen peroksida, 4 – aminoantypirine dan 4 – klorofenol di bawah pengaruh
katalisis peroksidase.
Prosedur pertama yang dilakukan adalah menyiapkan kuvet yang akan digunakan
pada saat spektrofotometri UV-Vis. Kuvet yang digunakan sebanyak 4 buah. Satu kuvet
digunakan untuk larutan blanko, satu kuvet untuk larutan standar, dan 2 kuvet untuk larutan
sampel. Larutan blanko terdiri dari 10 μL aquadest dan 1000 μL reagen. Larutan standar
terdiri dari 10 μL larutan kolesterol standard an 1000 μL reagen. Larutan sampel terdiri dari
10 μL serum dan 1000 μL reagen. Serum merupakan darah yang telah dipisahkan dari sel-sel
darah merah dan zat-zat koagulan serta biasanya berwarna kuning pucat.
Pada kuvet blanko, setelah dimasukkan aquadest dan larutan reagent, kuvet digoyang
agar larutan tercampur secara sempurna. Setelah itu kuvet diinkubasikan pada suhu ruang
yaitu 27oC selama 10 menit. Proses inkubasi ini bertujuan memberikan waktu untuk
terjadinya reaksi antara kedua larutan dalam campuran tersebut. Inkubasi ini juga dilakukan
untuk kuvet standar dan kuvet sampel. Pengukuran blanko perlu dilakukan karena
dikhawatirkan terjadi perubahan reagen pada saat inkubasi dan memberikan serapan pada
panjang gelombang pengukuran.
Saat proses inkubasi, terjadi reaksi antara reagen dengan trigliserida yang terdapat
pada larutan standar dan sampel. Setelah diinkubasi, kedua larutan yang tadinya berwarna
bening dalam masing-masing kuvet berubah menjadi warna merah rosa. Warna merah
tersebut menandakan telah terjadinya reaksi antara enzim dengan kolesterol. Warna merah
tersebut berasal dari senyawa quinoneimine, yang merupakan hasil reaksi antara reagen dan
kolesterol. Reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
Perubahan warna (menjadi berwarna merah) diperlukan agar campuran larutan dapat diukur
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, khususnya dengan sinar
visibel. Quinoeimine akan terukur absorbansinya pada panjang gelombang 550 nm dan nilai
absorbansi tersebut sebanding dengan kadar trigliserida dalam darah. Setelah inkubasi selesai,
masing-masing larutan blanko, standard dan sampel diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 550 nm yang merupakan
panjang gelombang maksimum untuk quinoeimine. Untuk larutan sampel, pengukuran
dilakukan sebanyak dua kali agar kesalahan pada saat pengukuran dapat dihindari sehingga
hasilnya lebih akurat. Kemudian dilakukan perhitungan kadar kolesterol.
Absorbansi yang diperoleh pada saat pengukuran larutan sampel adalah 0,045 dan
0,038; sedangkan absorbansi larutan standar adalah 0,202. Kedua nilai absorbansi tersebut
dapat digunakan untuk menentukan kadar trigliserida pada sampel dengan menggunakan
rumus berikut.
Trigliserida = |Sampel||Standar|
x C Standar
Setelah dilakukan perhitungan didapat kadar trigliserida dari sampel yang diperiksa adalah
44,55 mg/dL. Kadar trigliserida tersebut termasuk kadar normal karena berada dibawah 150
mg/dL.
TERAPI FARMAKOLOGIS UNTUK DISLIPIDEMIA
1. HMG-KoA Reduktase Inhibitor (Statins)
Beberapa obat dalam golongan ini yang sering dipakai ialah :
Atorvastatin
Cerivastatin
Fluvastatin
Lovastatin
Simvastatin
Sebagai satu kelompok, obat-obatan ini adalah yang paling mudah bertoleransi dan
paling manjur untuk menurunkan kadar LDL, oleh karena itu obat-obatan tersebut paling
banyak digunakan untuk menurunkan kadar lemak dalam darah.
Lovastatin, simvastatin, dan pravastatin berasal dari jamur . Fluvastatin, atorvastatin,
dan cerivastatin terbuat dari bahan sintetik. Lovastatin dan simvastatin merupakan lactone
yang tidak aktif dan mereka harus dihidrolisis untuk mendapat bentuk hydroxyacids yang
mempunyai kemampuan farmakologik. Dengan demikian lovastatin dan simvastatin dapat
dipertimbangkan sebagai obat awal.
Hidolisis dari bentuk lactone yang tidak aktif terjadi dalam sel hepatosit. Pravastatin,
fluvastatin, atorvastatin, dan cerivastatin ada dalam bentuk aktif.
Mekanisme kerja dan metabolisme obat
Penghambat HMG-KoA reduktase bekerja dengan jalan menghambat 3-hydroxy-3-
methylglutaryl koenzim A yaitu enzim yang mengontrol sintesa kolesterol. Hal ini
disebabkan adanya serangkaian proses yang pada akhirnya mengakibatkan peningkatan
kualitas reseptor LDL pada sel-sel hepatosit sehingga mempercepat pembersihan LDL dari
dalam plasma.
Selain terjadi peningkatan pembersihan LDL dari dalam darah dengan adanya
peningkatan jumlah reseptor, perlu diketahui statin juga mengurangi produksi dan mengubah
pembersihan LDL oleh sel-sel hepar. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan dari kadar
trigliserida yang dapat dinilai yaitu apabila obat ini digunakan.
Masing-masing obat mempunyai dua kunci fungsi yang terstruktur yaitu :
- Salah satu dari obat berfungsi meniru struktur koenzim A dan enzim HMG-KoA
reduktase.
- Bagian yang lain menyerupai struktur dari produk yang masih belum jadi misalnya
hydroxymethyl glutarat dan diubah menjadi mevalonat.
Akibat yang penting dari pengghambatan biosintesis kolesterol dalam sel-sel hepatosit
adalah pengurangan jumlah cadangan kolesterol. Mekanisme homeostasis dalam sel-sel
hepatosit akan meningkatkan kualitas kerja dari reseptor LDL di membran sel, dan LDL
dibersihkan dari sirkulasi lebih cepat.
Penyerapan saluran pencernaan terhadap obat-obatan ini bervariasi dari 31%
(lovastatin) sampai lebih dari 90% (fluvastatin). Semua golongan statin diutamakan bekerja
di hepar. Obat-obatan ini berikatan dengan protein plasma cukup kuat (>95%) kecuali
pravastatin, dimana hanya berikatan dengan protein plasma di bawah 50%.
Efek Terhadap Lemak
Statin adalah golongan yang paling efektif yang tersedia untuk menurunkan atau
mengurangi kadar LDL dalam darah. Sebagai tambahan mereka tidak mempunyai efek yang
cukup kuat untuk meningkatkan kadar HDL sebaik mereka menurunkan kadar trigliserida
seperti yang dilaporkan pada pasien dengan hipertrigliseremia.
Ketika diberikan dalam dosis tunggal sehari-hari, statin (kecuali atorvastatin)
menghasilkan penurunan LDL yang lebih besar jika diberikan pada sore hari. Kemampuan
atorvastatin tidak dipengaruhi waktu pemberian pada pemberian dosis hariannya.
Beberapa obat dengan pemberian dosis maksimum menghasilkan perbedaan dalam
memberikan efek terhadap jumlah penurunan LDL. Dosis maksimum dari atorvastatin
(80mg/hr) terbukti memberikan penurunan LDL sampai 58% pada penderita
hiperkolesterolemia. Hal ini lebih besar daripada penurunan LDL dengan dosis maksimum
dari golongan statin yang lain. Peningkatan dari penurunan LDL oleh atorvastatin
dimungkinkan oleh karena waktu paruhnya yang lebih panjang.
Meskipun semua kelompok obat-obatan statin dihasilkan untuk menurunkan kadar
LDL yang meningkat, atorvastatin, pravastatin, dan simvastatin juga dihasilkan untuk
menurunkan kadar trigliserida pada orang dengan peningkatan trigliserida atau LDL yang
bersamaan. Golongan statin tidak dipakai untuk penurunan trigliserida jika dimana LDLnya
normal. Fluvastatin pada dosis maksimum 40 mg menghasilkan penurunan LDL yang
bertahap (32%). Cerivastatin dan pravastatin pada dosis maksimum dapat menurunkan LDL
rata-rata sampai 28%.
Pada pemilihan golongan statin, harus diketahui bahwa tidak selalu penting untuk
mendapatkan penurunan LDL yang maksimal dari kemampuan yang dapat diturunkan oleh
obat. Tujuan yang diharapkan dari terapi tergantung pada kadar awal dari LDL dan kadar
akhir yang diinginkan. Untuk pasien dengan peningkatan LDL yang sangat tinggi, maka
penggunaan dosis yang tinggi dari atorvastatin mungkin dibutuhkan. Sebagian besar pasien
dengan peningkatan LDL yang tidak terlalu besar, penggunaan obat lain dengan dosis lebih
rendah dari biasanya sudah cukup.
Efek Klinik
Usaha-usaha klinis telah menunjukkan penurunan proses aterosklerosis atau
mengurangi terjadinya penyakit jantung koroner dengan penggunaan golongan statin kecuali
atorvastatin dan cerivastatin. Oleh karena itu sekarang kita seharusnya memakai atorvastatin
dan cerivastatin jika golongan statin yang lain (fluvastatin, lovastatin, pravastatin, atau
simvastatin) tidak cukup kuat. Pada kebanyakan kasus, harga dapat menjadi bahan
pertimbangan.
Golongan statin telah mengurangi insiden terjadinya penyakit jantung pada pasien
dengan riwayat penyakit jantung koroner. Pada studi transplantasi jantung , ditunjukkan
bahwa simvastatin mengurangi insiden penyakit grafting pembuluh darah dan untuk
meningkatkan daya tahan; kegunaannya juga berhubungan dengan sebuah tren yang
mengarah kepada penurunan frekuensi kejadian rejeksi graft yang bersifat akut.
Efek Samping yang kurang baik
Efek kurang baik yang paling utama dari golongan statin adalah sebagai berikut :
a. Efek Samping Utama
- Hepatotoksik
- Miopati
- Teratogenik
b. Efek Samping Minor
- Dispepsia
- Eksem dan rash seluruh tubuh
Hepatotoksik diwujudkan dalam bentuk peningkatan transasaminase. Hal ini
berhubungan dengan dosis, biasanya tidak berhubungan dengan gejala (symptom), dan akan
hilang atau pulih kembali dengan penghentian obat secara bertahap. Frekuensi timbulnya efek
samping ini kurang lebih 1%. Hepatotoksik yang muncul biasanya berhubungan secara
langsung dengan mekanisme kerja obat, yaitu penghambatan terhadap 3-hydroxy-3-
methylglutaryl koenzim A reduktase.
Peningkatan transaminase yang sedang tidak membenarkan penghentian terapi.
Bagaimanapun juga peningkatan transaminase yang persisten dengan nilai tiga kali diatas
ambang batas normal membenarkan penghentian obat. Setelah terjadi peningkatan
transaminase, pemberian ulang obat dengan dosis yang lebih rendah harus dipertimbangkan.
Pengawasan rutin dari kadar transaminase direkomenasikan untuk 6 sampai 12 minggu
setelah terapi. Hepatotoksik lebih mudah terjadi pada orang yang sering mengkonsumsi obat-
obat lain yang bersifat hepatotoksik atau orang yang mengkonsumsi alkohol secara rutin.
Miopati, mengarah pada kelemahan yang sangat, myalgia, dan peningkatan kreatin
kinase. Pada studi evaluasi klinis lovastatin yang cukup luas, didapatkan bahwa frekuensi
kejadian miopati berhubungan dengan pemberian dosis lovastatin yaitu 0,24%, dengan
pemberian dosis 40mg/hr.
Tidak ada bukti yang menjamin untuk mengatakan bahwa frekuensi terjadinya
miopati berbeda untuk tiap orang.Miopati telah dilaporkan lebih sering terjadi jika lovastatin
digunakan bersamaan dengan cyclosporin A (dilaporkan ada 30% kejadian miopati),
gemfibrozil (5%), asam nikotinat (3%), atau erithromycin.
Efek teratogenik didapatkan dari hasil eksperimen pada binatang yang diberi
lovastatin dan fluvastatin dan bukan pravastatin atau simvastatin. Bagaimanapun juga jika
dilihat dari sirkulasi sintesa kolesterol pada sel yang sedang tumbuh menunjukkan adanya
gangguan, semua obat-obatan ini harus dipertimbangkan karena berbahaya bagi kandungan.
Pada hasil evaluasi 134 orang yang memakai lovastatin atau golongan statin lain pada
kumpulan ibu-ibu hamil menunjukkan terjadinya insiden 4% yang lahir dengan memiliki
kelainan kongenital (Manson JM, et al). Frekuensi ini tidaklah lebih tinggi tetapi
Bagaimanapun juga dengan jummlah laporan yang terbatas pada kehamilan yang terpapar
dengan statin, dari data ini kita hanya dapat menyimpulkan bahwa kelainan kongenital pada
wanita hamil yang memakai golongan statin 3 –4 kali lebih besar dibandingkan kelompok
yang tidak memakai golongan statin.
Rash dan eksem pada seluruh tubuh telah dilaporkan sebagai salah satu efek samping
dari simvastatin yang jarang terjadi. Hal ini muncul dikarenakan hambatan pada sintesa
kolesterol di stratum korneum kulit, sehingga kemungkinan semua kelompok statin dapat
menyebabkan masalah ini.
Efek samping merugikan yang paling umum dari kelompok statin ini adalah
dyspepsia, nyeri ulu hati, dan rasa tidak nyaman pada perut. Hal ini terjadi pada 4% orang-
orang yang mendapat terapi kelompok statin.
Interaksi Obat
cyclosporin A, gemfibrozil, asam nikotinat, erithromycin, dan anti jamur kelima obat
ini memiliki pengaruh terhadap golongan statin, oleh karena itu perlu dipertimbangkan
sebelum diberikan. kelima obat ini dapat meningkatkan potensi miopati dari simvastatin,
pravastatin, atorvastatin, fluvastatin, dan cerivastatin.
Selain itu Pemberian mibefradil (Posicor) dengan lovastatin atau simvastatin
dikontraindikasikan karena peningkatan resiko rhabdomyolisis. Akibat ini dikarenakan
mibefradil menghambat enzim sitokrom P450 CYP 450 3A4 yang mengkatalisa lovastatin
dan simvastatin yang tidak aktif. oleh karena itu pengaruh mibefradil dengan obat-obatan
tersebut seharusnya dihindari. Tetapi tidak ada reaksi antara mibefradil dengan fluvastatin
atau pravastatin.
Peningkatan kecil dari prothrombin time telah ditunjukkan ketika simvastatin
diberikan pada pasien yang diberi warfarin. Sebagai tambahan, simvastatin dketahui
menghasilkan sedikit peningkatan kadar digoksin dalam plasma. Kelompok lain dari
golongan statin menunjukkan bahwa mereka tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
2. Bile Acid Sequestrant (Pengikat Asam Empedu)
Dua obat golongan cholestyramine (Questran, Questran light, LoCholest Light, dan
Prevalite) mempunyai kegunaan untuk mengurangi kadar LDL dalam plasma. Asam empedu
sequestrant telah digunakan sejak tahun 1960. Pada tahun 1980 mereka merupakan obat
utama untuk menurunkan kadar LDL dalam darah. Sekarang ini fungsi itu telah diambil alih
oleh penghambat HMG-KoA reduktase, yang mempunyai kemampuan toleransi dan dalam
penurunan LDL lebih tinggi. Akhir-akhir ini asam empedu sequestrant adalah obat tambahan
yang digunakan untuk menurunkan LDL apabila kelompok statin tidak mampu.
Untuk obat-obat ini mempunyai efek sistemik yang minimal karena mereka tidak
diserap di saluran pencernaan. Pengikat asam empedu adalah satu-satunya obat penurun
kolesterol yang direkomendasikan oleh National Cholesterol Education Program untuk anak-
anak. Obat ini juga satu-satunya obat yang dapat digunakan pada kehamilan. Baik
cholestyramine maupun colestipol tersedia dalam bentuk powder yang dicampur dengan air
kemudian ditelan. Colestipol juga tersedia dalam bentuk tablet 1 g.
Mekanisme Kerja
Obat-obatan ini dapat meningkatkan jumlah reseptor LDL dan meningkatkan
pembersihan LDL dari dalam plasma. Pengikat asam empedu bekerja untuk mencegah
sirkulasi enterohepatik dari asam empedu.
Mekanisme homeostatis yang kedua adalah meningkatkan konsentrasi kolesterol
intraseluler. Pertama meningkatkan reseptor LDL pada membran sel di hepar, hal ini
mempercepat pembersihan LDL dari dalam plasma. Kedua meningkatkan aktivitas HMG-
KoA reduktase sehingga meningkatkan sintesa kolesterol di sel-sel hepar.
Efek Pada Kadar Lipoprotein Plasma
Data terbaik mengenai kegunaan pengikat asam empedu didapatkan dari Lipid
Research Clinics Coronary Prymary Prevention Trial (LCR-CPPT). Didapatkan adanya
penurunan kadar LDL pada penggunaan cholestyramine dalam penelitian.Selain mengurangi
kadar LDL, cholestyramine juga mempengaruhi kadar Kadar Lipoprotein Plasma lainnya
terutama VLDL. Adanya hipertrigliserida sebagai efek samping dari penggunaan pengikat
asam empedu, Efek ini mungkin cukup bermakna pada orang yang dasarnya mengalami
peningkatan trigliserida dan mendapatkan cholestyramine.
Efek samping
Pengikat asam empedu tidak diserap secara sistemik, oleh karena itu hanya
menyebabkan efek sistemik yang kecil. Hal ini merupakan daya tarik utama dari obat ini.
Efek samping yang predominan dari obat ini adalah Konstipasi . Efek samping ini
berhubungan dengan sifat fisik dari obat ini. Lipid Research Clinics Coronary Prymary
Prevention Trial (LCR-CPPT) melaporkan angka konstipasi sebesar 39% pada kelompok
cholestyramine tetapi hanya 10% pada pada kelompok plasebo dalam penelitian terhadap
efek cholestyramine terhadap penurunan kadar LDL.
Jika diberikan dalam dosis besar, kolestiramin dapat menyebabkan asidosis
hiperkloremia.Sebagai catatan, kolestiramin meningkatkan kadar trigliserida plasma,
terutama pada pasien dengan dasar hipertrigliseremia.
Cara-cara Untuk Meningkatkan Kegunaan
Tindakan serta perhatian yang hati-hati untuk meminimalkan efek gangguan intestinal
pada pengobatan ini adalah penting, sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan. Dosis awal
harus kecil 4gr/hari untuk kolestiramin atau 5gr/hari untuk kolestipol, dan meningkat
perlahan-lahan selama 2-3 minggu dari 4 ke 8 gr untuk kolestiramin atau 5 ke 10 gr untuk
kolestipol. Pasien perlu diberitahu kemungkinan terjadi konstipasi sehingga mereka harus
menggunakan obat pelunak feses seperti sodium docusate dengan dosis 1200 mg/hari,
penambahan “bulk-forminglaxative” juga menolong.
Pemakaian Pada Penelitian Klinis
Pengikat asam empedu telah dipakai sendirian atau kombinasi dengan penurunan
lemak lain pada satu penelitian klinis dan di lima penelitian dengan angiografi.
Interaksi Obat
Pengikat asam empedu adalah resin penukar anion, mereka potensial untuk bereaksi
dengan obat-obat anion yang diberikan bersama-sama. Interaksi tersebut antara lain dengan
wafarin, thyroxine, hydrochlorothiazide, pravastatin, fluvastatin, dan cerivastatin. Banyak
obat termasuk lovastatin dan simvastatin belum dites interaksinya dengan pengikat asam
empedu, karena itu harus hati-hati saat memberikannya dengan obat lain. Secara umum obat
lain seharusnya diberikan paling tidak 1 – 4 jam setelah pengikat asam empedu.
2. Asam Nikotinat
Asam nikotinat adalah obat penurun lemak yang paling tua. Telah dipakai mengobati
hiperkolesterolemia lebih dari 40 tahun. Ini adalah vitamin B pada dosis yang lebih tinggi
untuk keperluan pencegahan defisiensi. Obat ini menurunkan kadar VLDL dan LDL serta
meningkatkan kadar HDL.
Niasin direkomendasikan sebagai obat pertama sebagai terapi hipertrigliseremia dan
kadar HDL yang rendah. Jika peningkatan LDL berhubungan dengan HDL yang rendah,
niasin adalah pilihan yang terbaik. Sebagai tambahan pasien dengan kadar LDL yang tinggi
kombinasi dengan statin atau dengan pengikat asam empedu memberikan hasil yang sangat
baik.
Mekanisme Kerja
Efek primer niasin pada metabolisme lipoprotein adalah menurunkan produksi VLDL
hepar, kelihatannya ini merupakan hasil penurunan pemasukan asam lemak, yaitu substrat
untuk produksi VLDL dari jaringan lemak ke hepar. Niasin mencegah lipolisis di sel lemak.
Pada penilaian klinis penurunan VLDL bermanifestasi sebagai rendahnya konsentrasi
trigliserida puasa.
Jadi penurunan produksi VLDL dapat menurunkan kadar LDL karena LDL adalah
produk metabolisme VLDL. Niasin juga meningkatkan HDL lebih dari obat yang
mempengaruhi lemak lainnya. Peningkatan HDL ini berhubungan dengan hambatan
pembersihan HDL, hal ini mungkin juga menyebabkan penurunan trigliserida plasma.
Efek Lipoprotein Plasma
Niasin dengan dosis 3 gr/hari sampai dengan 4,5 gr/hari dapat Menurunkan LDL 20%
sampai dengan 25%, dapat Menurunkan trigliserida 20% sampai dengan 50%, serta dapat
Meningkatkan kadar HDL secara signifikan.
Efficacy-Secara Klinis pada Aterosklerosis
Pada penelitian klinis, niasin menurunkan :
- Mortalitas total dan nonfatal MI
Efek Samping
Efek samping pada penggunaan niasin yaitu, hampir 30% individu tidak mentoleransi
terapi ini. Flushing terjadi pada semua individu yang diterapi dengan obat ini pada dosis
terapi. Tachyphylaksis terjadi cepat dan pada hampir semua individu, flushing menjadi lebih
ringan setelah 1-2 minggu. Flushing yang berhubungan dengan niasin dimediasi oleh
prostaglandin, dan dapat dieliminasi atau diminalkan dengan pemberian dosis sedang aspirin
atau penghambat prostaglandin.
Eksaserbasi flushing terjadi pada komsumsi niasin bersamaan dengan mengkomsumsi
makanan yang panas, hal ini mungkin karena peningkatan kecepatan absorbsi. Oleh karena
itu dianjurkan agar Jangan diminum sewaktu komsumsi makanan panas.Dengan mencegah
konsumsi dengan makanan panas, absobsi dapat lambat dan flushing dapat minimal.
Gastritis atau ulkus peptik adalah alasan yang umum tidak digunakanya niasin. Hal ini
terjadi lebih sering pada bentuk lepas lambat utuh jika dipakai tanpa makanan.Hepatisis
terjadi sampai 3% pada individu yang diterapi dengan niasin. Niasin harusnya diberikan
dengan makanan untuk meminimalkan flushing dan sakit perut.Untuk meminimalkan
flushing dosis awal harus kecil, jumlah 50 mg lalu kemdian ditingkatkan.
Efek samping yang mengenai kulit yang umum pada pemakaian niasin yaitu Kulit
kering, Ichthyosis dan Acanthosis nigricans
3. Derifat Asam Fibrat
Dua obat dari kelas asam fibrat yang ada yaitu Gemfibrozil (Lopid) dan Clofibrate
(Atromid). Efek utama derivat asam fibrat adalah menurunkan kadar VLDL dan
meningkatkan metabolisme intravaskulernya melalui peningkatan pada aktivitas lipoprotein.
Turunan asam fibrat dikonjugasi dengan glukoronida di hepar dan diekskresi melalui
ginjal, sehingga bersihan obat atau metabolitnya akan terlambat pada pasien dengan
kerusakan hepar atau fungsi ginjal. Jadi dosis obat harus diturunkan pada pasien ini.
Efek samping utama dari asam fibrat ialah Obat ini meningkatkan resiko
pembentukan batu empedu. Selain itu asam fibrat terikat kuat dengan albumin dan mereka
mengusir ikatan antara warfarin dengan albumin. Jadi pasien yang mendapat terapi warfarin
harus dimonitor ketat untuk memutuskan apakah terapi asam fibrat diteruskan atau
tidak.Pemakaian bersama dengan HMG-KoA Reduktase inhibitor secara bermakna
meningkatkan terjadinya kondisi miopati.
4. Minyak Ikan
Minyak ikan berguna untuk terapi hipertrigliseremia, TG puasa dapat turun 75%
dengan Dosis 2-6 gr/hari. PUFA n-3 dengan docohexaenoic acid, dalam dosis besar dapat
menghambat sekresi VLDL dengan meningkatkan degradasi intraseluler ApoB-100. Asam
lemak ini terutama terdapat di minyak ikan.
Meskipun demikian pada pasien dengan hipertrigliseremia minyak ikan ini sering juga
meningkatkan kadar LDL. Peningkatan ini sama terlihat pada pasien hipertrigliseremia yang
diterapi dengan asam fibrat. Pemberiannya dalam dosis tinggi untuk terapi hipertrigliserida
dapat membebani asupan kalori. Dosis 6 gr mendekati 160 kkal/hari. Perhatian pada
perdarahan karena obat ini mempengaruhi fungsi platelet.
TERAPI DENGAN KOMBINASI OBAT
Obat-obat yang digunakan dalam terapi dislipidemia diatas, dapat dikombinasi satu
dengan lainnya bila dengan pengobatan tunggal gagal. Alasan mengapa dilakukan terapi
dengan Kombinasi Obat ialah a)untuk memaksimalkan penurunan LDL, b) untuk
memaksimalkan penurunan VLDL, c) untuk meminimalkan efek samping dengan dosis
rendah, d)untuk dapat memakai pengikat asam empedu pada pasien hipertrigliseremia dengan
peningkatan LDL, e) serta Untuk menerapi peningkatan LDL sebagai konsekuensi dari terapi
dengan asam fibrat.
Terapi kombinasi diberikan bila diet tunggal gagal. Terapi kombinasi harus dilakukan
langkah demi langkah, menambah satu persatu obat, kadar lipoprotein dan efek samping
harus dinilai setiap 4-8 minggu.
3 regimen obat yang paling efektif untuk menurunkan kadar LDL telah ditemukan
yaitu sequestrant asam empedu, asam nikotinat dan golongan statin. Regimen yang
mengandung asam niasin mempunyai manfaat yang terbesar untuk meningkatkan HDL dan
menurunkan trigliserida.
Pada pasien dengan hipertrigliseremia yang cukup bermakna kadang-kadang
penggunaan obat tunggal tidak menghasilkan penurunan kadar trigliserida yang diinginkan.
Pada pasien ini penggunaan kombinsi dua atau tiga obat penurun trigliserida yang bekerja
dengan mekanisme yang berbeda-beda (asam nikotinat, derivat asam fibrat, atau minyak
ikan) dapat menambah penurunan kadar trigliserida.
INTERVENSI GAYA HIDUP UNTUK MEMPERBAIKI PROFIL LIPID
Bukti penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang berhubungan dengan
intervensi gaya hidup tidak sekuat bukti yang berhubungan dengan intervensi farmakologis.
Pentingnya konseling intervensi gaya hidup terutama berhubungan dengan perubahan positif
terhadap perilaku untuk mengontrol profil lipid. Tujuan intervensi gaya hidup adalah untuk
mengurangi kolesterol LDL, mengurangi konsentrasi TG, dan meningkatkan kolesterol HDL.
Intervensi gaya hidup dilakukan pada semua orang, dengan atau tanpa tambahan obat
penurun lipid, kecuali pada pasien risiko rendah dengan kolesterol LDL awal <100 mg/dL.
Pasien risiko rendah ini hanya perlu diyakinkan agar tetap dalam keadaan risiko rendah.
Usaha yang dapat dilakukan antara lain mengurangi asupan asam lemak jenuh, meningkatkan
asupan serat, mengurangi asupan karbohidrat dan alkohol, meningkatkan aktivitas fisik
sehari-hari, mengurangi berat badan berlebih dan menghentikan kebiasaan merokok.
1. Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah diet asam lemak
tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor diet yang paling berpengaruh terhadap
peningkatan konsentrasi kolesterol LDL adalah asam lemak jenuh. Penurunan kolesterol LDL
yang diakibatkan oleh diet PUFA lebih besar dibandingkan dengan diet MUFA atau diet
rendah karbohidrat. PUFA omega-3 tidak mempunyai efek hipokolesterolemik langsung,
tetapi kebiasaan mengonsumsi ikan (mengandung banyak PUFA omega-3) berhubungan
dengan reduksi risiko kardiovaskular independen terhadap efek pada lipid plasma. Konsumsi
PUFA omega-3 pada dosis farmakologis (>2 gram/hari) mempunyai efek netral terhadap
konsentrasi kolesterol LDL dan mengurangi konsentrasi TG. Data dari penelitian klinis acak,
kasus kelola dan kohor menunjukkan bahwa konsumsi PUFA omega-6 setidaknya 5% hingga
10% dari total energi mereduksi risiko PJK. Konsumsi PUFA omega-3, PUFA
omega-6 dan MUFA berhubungan dengan peningkatan konsentrasi kolesterol HDL sampai
5% dan penurunan TG sebesar 10-15%.
2. Aktivitas fisik
Tujuan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah mencapai berat badan ideal,
mengurangi risiko terjadinya sindrom metabolik, dan mengontrol faktor risiko PJK. Pengaruh
aktivitas fisik terhadap parameter lipid terutama berupa penurunan TG dan peningkatan
kolesterol HDL. Olahraga aerobik dapat menurunkan konsentrasi TG sampai 20% dan
meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL sampai 10%. Sementara itu, olahraga resisten
hanya menurunkan TG sebesar 5% tanpa pengaruh terhadap konsentrasi HDL. Efek
penurunan TG dari aktivitas fisik sangat tergantung pada konsentrasi TG awal, tingkat
aktivitas fisik, dan penurunan berat badan. Tanpa disertai diet dan penurunan berat badan,
aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap kolesterol total dan LDL. Aktivitas fisik yang
dianjurkan adalah aktivitas yang terukur seperti jalan cepat 30 menit per hari selama 5 hari
per minggu atau aktivitas lain setara dengan 4-7 kkal/menit atau 3-6 METs
3. Diet Suplemen PUFA OMEGA 3
Polyunsaturated fatty acid omega-3 adalah komponen yang ada dalam minyak ikan atau
diet mediterania. Asupan PUFA omega-3 yang berasal dari produk laut (seperti minyak
ikan) sebesar 4 gram sehari dilaporkan menurunkan konsentrasi TG 25-30%,
menurunkan konsentrasi kolesterol LDL 5-10%, dan menaikkan konsentrasi kolesterol
HDL sebesar 1-3%. Produk laut mengandung banyak PUFA omega-3 rantai panjang
seperti EPA dan DHA. Polyunsaturated fatty acid omega-3 yang berasal dari tanaman
seperti kedelai dan kenari mengandung asam linolenik alfa (PUFA rantai moderat) yang
tidak menurunkan konsentrasi TG secara konsisten. Dosis farmakologis untuk
menurunkan konsentrasi TG adalah >2 gram/hari. Suplementasi PUFA omega-3 rantai
panjang dosis rendah (400 mg/hari) dalam margarin tidak menurunkan konsentrasi TG
secara bermakna. Faedah PUFA omega-3 terhadap mortalitas kardiovaskular
berdasarkan berbagai studi tidak konsisten walau satu studi di Jepang melaporkan terapi
EPA berhubungan dengan penurunan 19% kejadian kardiovaskular.
10. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sampel darah Nn. Erna, 21
tahun, berat badan 39 kg mengandung kadar trigliserida sebesar 44,55 %
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, G. Bertram. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi keenam. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat, Edisi Kelima. Bandung : Penerbit ITB.
Mycek, J. Mary, Harvey, A. Richard dan Champe, C. Pamela. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi kedua. Jakarta : Widya Medika.
Tan, Hoan, Tjay dan Rahardja, Kirana. 1991. Obat-obat Penting, Edisi Keempat.
Woodley, Michele dan Whelan, Alison. 1995. Pedoman Pengobatan, Edisi Pertama; Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset.