Click here to load reader
Upload
dinhtram
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Pemerintah resmikan penamaan Laut Natuna Utara
Jumat, 14 Juli 2017 12:37 WIB | 1.256 Views
Pewarta: Ade Irma Junida
Deputi I Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno (kiri) berbincang dengan
Kepala Dinas Hidros TNI AL Laksamana Pertama Daryanto (kanan) pada pembukaan Survei dan Pemetaan
Selat Sunda di Merak, Banten, Rabu (3/8/2016). (ANTARA/Asep Fathulrahman)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia meresmikan penamaan wilayah
perairan di bagian utara Natuna sebagai Laut Natuna Utara, menggantikan sebutan Laut
China Selatan yang sebelumnya digunakan.
"Di utara Natuna, kita berikan nama baru sesuai praktik yang sudah ada, yaitu Laut
Natuna Utara," kata Deputi I Bidang Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator
Bidang Kemaritiman Arif Havas Oegroseno dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat.
Havas menjelaskan nama wilayah perairan itu disesuaikan agar sejalan dengan sejumlah
kegiatan pengelolaan migas yang dilakukan di wilayah tersebut.
Selama ini, sejumlah kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas telah menggunakan nama
Natuna Utara, Natuna Selatan atau North East Natuna dalam nama proyeknya.
"Jadi supaya ada satu kejelasan atau kesamaan antara landas kontinen dengan kolom air
di atasnya, jadi tim nasional sepakat agar kolom air itu disebutkan sebagai Laut Natuna
Utara," ungkapnya.
Menurut peta lama Indonesia edisi 1953, keterangan Laut China Selatan digunakan untuk
2
wilayah perairan yang hampir mendekati wilayah Laut Jawa.
"Jadi ujung laut Jawa yang berbatasan dengan Selat Karimata itu pada 1953 masih dalam
klasifikasi Laut China Selatan," kata Havas.
Karena peta 1953 itu merupakan dokumen lama, pemerintah melakukan pemutakhiran
dengan memasukkan dan memberikan nama baru di sejumlah wilayah Nusantara.
Penggunaan nama Laut Natuna, Havas menjelaskan, ditetapkan pada 2002 meski
eksplorasi migas di sana telah menggunakan nama Natuna Utara sejak tahun 1970an.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kewenangan untuk memberikan nama wilayah di
teritorial Tanah Air.
Pencatatan nama resmi secara internasional dapat dilakukan melalui forum khusus
pencatatan nama laut yaitu International Hydrographic Organization(IHO).
"Memang kita perlu update terus penamaan laut ini. Untuk PBB nanti kita
berikan update juga batas yang sudah disepakati. Ini supaya masyarakat internasional
mengetahui kalau lewat dia paham itu wilayah mana," katanya.
Sementara nama Laut China Selatan, Havas mengatakan, penamaannya dikembalikan
sesuai dengan nama di peta dunia.
"Dulu kan ada Keppres mengenai penggantian nama China jadi Tiongkok, kami tidak
mengganti tapi mengembalikan sesuai nama internasional. Karena itu ditujukan untuk
negara dan nama keturunan orang, jadi tidak terlalu relevan dengan nama laut," tutupnya.
Pemerintah menetapkan pembaruan peta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
setelah serangkaian pembahasan sejak Oktober 2016.
Penetapan dilakukan oleh 21 perwakilan kementerian/lembaga, termasuk Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman, Kemeterian Koordinator Bidang Perekonomian,
Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Hukum dan
HAM.
Selanjutnya ada Kementerian Keuangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
3
Kementerian Perhubungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, TNI, Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL, Polri, Bakamla,
Badan Informasi Geospasial, LIPI, BPPT dan BMKG.
Pada peta NKRI 2017, ada beberapa perubahan dan penyempurnaan berdasarkan
perkembangan hukum internasional dan penetapan batas maritim dengan negara
tetangga.
Editor: Maryati