Pemerolehan Bukti Audit Kinerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

audit manajemen

Citation preview

PEMEROLEHAN BUKTI DALAM AUDIT KINERJA

PENGERTIAN BUKTI AUDIT

Dari sudut pandang auditor bukti adalah fakta dan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit. Bukti harus mempunyai hubungan dengan kriteria audit yaitu objektif, relevan, dan bermakna (material). Dalam proses audit, auditor harus dapat menganalisis dan menentukan fakta dan informasi yang relevan, andal, dan berkaitan dengan tujuan audit.Sedangkan menurut Sawyers, bukti audit (audit evidence) adalah informasi yang diperoleh auditor melalui pengamatan suatu kondisi, wawancara dan pemeriksaan catatan. Bukti audit harus memberikan dasar nyata untuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bukti audit terdiri atas bukti fisik, pengakuan, dokumen dan analitis.Leo Herbert mendifinisikan bukti audit sebagai berikut:Evidence is the facts and information used to came a conclusion on an audit objective; and these must be planned for, gathered, and analyzed before any conclusion can be determined.Bukti audit adalah fakta dan informasi yang akan digunakan untuk mengambil keputusan dari tujuan audit; pengambilan bukti harus direncanakan, dan dikumpulkan dan dianalisa sebelum keputusan ditetapkan.Dapat disimpulkan bahwa bukti audit adalah fakta dan informasi yang diperoleh auditor melalui pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan yang dapat digunakan untuk pembuatan kesimpulan audit dari tujuan audit.

JENIS BUKTI AUDITAuditor manajemen harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam setiap penugasannya, mengetahui fakta dan informasi yang reliable,significan, dan relevan dengan tujuan audit. Bukti audit dapat dikelompokan ke dalam empat kelompok yaitu:1. Bukti analisis (analytical evidence): Bukti audit harus sesuai dengan kenyataan. Bukti analisis adalah bukti yang diperoleh auditor dari hasil penerapan pengetahuan dan keahliannya atas fakta dan informasi yang diperolehnya selama pekerjaan audit berlangsung. Bukti audit ini memilki tingkat kepercayaan paling tinggi bagi auditor, karena merupakan hasil analisisnya sendiri.2. Bukti langsung (direct evidence); Bukti yang diperoleh langsung dari sumber yang kompeten dan berwenang, misalnya bukti pembelian yaitu faktur asli yang diterbitkan oleh penjual. Kepemilikan gedung, berupa akte jual beli dan balik nama dari notaris. Bukti ini mempunyai kekuatan hokum yang pasti, sehingga memiliki kekuatan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh auditor.3. Bukti tidak langsung (circumstantial, or indirect evidence); bukti ini diperoleh dari sumber bukan utama, misalnya bukti hasil wawancara dengan karyawan tentang kondisi mesin yang digunakan dalam proses produksi, bukti konfirmasi, bukti pernyataan dsb.4. Bukti terbaik dan sekunder (best and secondary evidence); Bukti terbaik dapat diartikan sebagai bukti asli (dokumen asli), sementara bukti sekunder dapat dikatakan sebagai duplikat (kopi) dari bukti atau dokumen asli. Dalam berbagai kondisi, bukti asli sebaiknya digunakan terlebih dahulu sebelum bukti-bukti lain digunakan. Contoh bukti kelompok ini adalah copy kontrak, untuk bukti jenis ini auditor harus meyakinkan diri bahwa bukti tersebut sesuai dengan aslinya. Bukti jenis ini mempunyai tingkat kepercayaan yang lemah dibandingkan dengan bukti original.

Kualitas dan reliabilitas bukti akan sangat berpengaruh pada kesimpulan auditor. Berdasarkan kualitas dan reliabilitas bukti, dapat diklasifikasi menjadi :1) Bukti yang relevan yaitu bukti yang berkaitan erat dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas auditor. Bukti ini harus mempunyai keterkaitan secara logis dengan criteria dari tujuan audit.2) Bukti yang material; bukti yang sangat mempengaruhi auditor dalam mengambil keputusan. Materialitas bukti dapat diukur dengan jumlah uang secara absolute atau penting tidaknya dengan poko masalah dan tujuan audit. Penilaian materialitas ini sangat subyektif menurut pertimbangan auditor.3) Bukti kompeten; bukti ini merupakan bukti yang diperoleh dari sumber berwenang dan independen. Beberapa kriteria untuk bukti kompeten:a. Bukti diperoleh dari sumber independen, dengan jaminan kepercayaan yang tinggi terpisah dari organisasi yang diaudit.b. Bukti yang diperoleh dari organisasi dengan system pengendalian intern yang baik.c. Bukti yang diperoleh sendiri oleh auditor, seperti bukti hasil pemeriksaan fisik, hasil observasi, atau hasil perhitungan atau analisis auditor.d. Dokumen asli, bukac copy.4) Bukti yang cukup (sufficiency evidence); bukti yang cukup artinya bukti yang akan memberikan kesimpulan yang yang sama dengan auditor. Dengan bukti yang cukup orang lain tidak akan dapat mempermasalahkan kesimpulan auditor.

Adapun menurut sifatnya, bukti audit dibedakan menjadi :1. Bukti fisik (physical evidence) diperoleh dengan mengamati orang, properti, dan kejadian. Bukti ini dapat berbentuk observasi oleh pengamat, atau oleh foto, bagan, peta, grafik atau gambar-gambar lainnya. Bukti grafik bersifat persuasive. Semua pengamatan harus didukung oleh contoh-contoh dokumen. Jika pengamatan merupakan satu-satunya bukti, maka lebih disukai bila ada dua atau lebih auditor yang melakukan pengamatan fisik yang penting. Jika dimungkinkan, wakil dari klien harus menemani auditor dalam pemeriksaan tersebut.2. Bukti Pengakuan (testimonial evidence) berbentuk surat atau pernyataan sebagai jawaban atas pertanyaan. Bukti ini jika dimungkinkan masih harus didukung oleh dokumentasi. 3. Bukti dokumen (documentary evidence) merupakan bentuk bukti audit yang paling biasa. Dokumen dapat berasal dari eksternal maupun internal. Bukti dokumen eksternal mencakup surat atau memorandum yang diterima oleh klien, faktur-faktur pemasok, dan lembar pengemasan. Bukti dokumen internal dibuat dalam organisasi klien, mencakup catatan akuntansi, salinan korespondensi ke pihak luar, laporan penerimaan melalui email, dllSumber bukti dokumen akan mempengaruhi keandalannya. Sebuah dokumen eksternal yang diperoleh langsung dari sumbernya (misal sebuah konfirmasi) lebih andal dibandingkan dokumen yang di dapat dari klien. 4. Bukti Analitis (analytical evidence), berasal dari analitis dan verifikasi. Sumber-sumber bukti ini adalah perhitungan: perbandingan dengan standar yang ditetapkan, operasi masa lalu, operasi yang serupa, dan hukum atau regulasi; pertimbangan kewajaran; dan informasi yang telah dipecah ke dalam bagian-bagian kecil.

Berdasarkan prosedur audit, bukti audit dapat dikelompokkan ke dalam 9 jenis bukti. Berikut ini dikemukakan ke Sembilan jenis bukti tersebut:

1. Struktur Pengendalian Intern Struktur pengendalian intern dapat dipergunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat dipercayai data akuntansi. Kuat lemahnya struktur pengendalian intern merupakan indicator utama yang menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan. Oleh karena itu, struktur pengendalian intern merupakan bukti yang kuat untuk menentukan dapat atau tidaknya informasi keuangan dipercaya.

2. Bukti Fisik Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling obyektif dalam menentukan kualitas yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi penghitungan, dan observasi. Pada umumnya biaya memperoleh bukti fisik sangat tinggi. Bukti fisk berkaitan erat dengan keberadaan atau kejadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.

3. Catatan AkuntansiCatatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan obyek yang diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi merupakan obyek audit. Obyek audit adalah laporan keuangan. Tingkat dapat dipercayanya catatan akuntansi tergantung kuat lemahnya struktur pengendalian intern.

4. Konfirmasi Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi lansgung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsure tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan waktu dan biaya.Ada tiga jenis konfirmasi, yaitu:a. Konfirmasi positifb. Blank confirmationc. Konfirmasi negative

Konfirmasi yang dilakukan auditor pada umumnya dilakukan pada pemeriksaan:a. Kas di bank dikonfirmasikan ke bank klienb. Piutang usaha dikonfirmasikan ke pelangganc. Persediaan yang disimpan di gudang umum. Persediaan ini dikonfirmasikan ke penjaga atau kepala gudangd. Hutang lease dikonfirmasikan kepada lessor

5. Bukti Dokumenter Bukti documenter merupakan bukti yang paling penting dalam audit. Menurutr sumber dan tingkat kepercayaannya bukti, bukti documenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:a. Bukti documenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara langsungb. Bukti documenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klienc. Bukti documenter yang dibuat dan disimpan oleh klien

Bukti dokumenter kelompok a mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi daripadakelompok b. Bukti dokumenter kelompok b mempunyai kredibilitas yang lebih tinggi daripada kelompok c. bukti dokumenter meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran bank (bank statement), dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti documenter tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen. Bukti documenter banyak digunakan secara luas dalam auditing. Bukti documenter dapat memberikan bukti yang dapat dipercaya (reliabel) untuk semua asersi.

6. Bukti Surat Pernyataan Tertulis Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti surat pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau organisasi klien maupun dari dari sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis. Reprentation letter atau representasi tertulis yang dibuat manajemen merupakan bukti yang berasal dari organisasi klien. Surat pernyataan konsultan hokum, ahli teknik yang berkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga. Bukti ini dapat menghasilkan bukti yang reliable untuk semua asersi.

7. Perhitungan Kembali sebagai Bukti Matematis Bukti matematis diperoleh auditor melalui perhitungan kembali oleh auditor. Penghitungan yang dilakukan auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien. Perhitungan tersebut misalnya:a. Footing untuk meneliti penjumlahan verticalb. Cross-footing untuk meneliti penjumlahan horizontalc. Perhitungan depresiasiBukti matematis dapat diperoleh dari tugas rutin seperti penjumlahan total saldo, dan perhitugnan kembali yang rumit seperti penghitungan kembali anuitas obligasi. Bukti matematis menghasilkan bukti yang handal untuk asersi penilaian atau pengalokasian dengan biaya murah.

8. Bukti Lisan Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia, sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lisan. Masalah yang ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tak tertagih. Jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan merupaka bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit. Bukti ini dpat menghasilkan bukti yang berkaitan dengan semua asersi.

9. Bukti Analitis dan Perbandingan Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien dengan anggaran atau standar prestasi, trend industry, dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan keuangan dan kewajaran hubungan antas pos-pos dalam laporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data pembanding. Bukti analitis berkaitan serta dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian. Bukti analitis meliputi perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun sebelumnya. Perbandingan in dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi dan untuk menilai penyebabnya.TUJUAN PEROLEHAN BUKTI AUDITTujuan Perolehan Bukti Audit adalah untuk menentukan bahwa:1. Kriteria atas kegiatan yang diaudit sudah sesuai dan dapat diterima2. Terdapat pelaksanaan yang menyimpang (baik tidak diterapkannya prosedur yang sudah ditetapkan untuk setiap program/aktivitas atau tidak dilakukannya pengendalian/supervisi yang semestinya atas kegiatan yang diaudit) merupakan penyebab dari timbulnya akibat yang kurang menguntungkan bagi kegiatan yang diaudit.3. Terdapat akibat yang cukup penting dan material dari terjadinya perbedaan antara kondisi dengan kriteria yang telah ditetapkanDalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu :1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan.2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu.3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi.4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.

SUMBER-SUMBER BUKTISumber bukti adalah tempat dimana auditor memperoleh fakta dan informasi yang akan dijadikan dasar penngambilan keputusannya. Menurut Leo Herbert, kompetensi dari bukti audit berkaitan dengan sumber. Sumber dalam hal ini berkaitan dengan yang berasal dari sebuah pandangan dan yang berasal dari dunia nyata. Berdasarkan persyaratan tersebut maka bukti audit hanya dapat berasal dari tiga sumber yaitu : Pandangan auditor yang berkaitan dengan dunia nyata (bukti observasi). Pandangan orang lain yang berkaitan dengan dunia nyata yang disampaikan kepada auditor (bukti testimonial). Karakteristik khususs dari suatu item yang terkait dengan realitas yang dapat dirassakan oleh siapa saja (bukti tercatat).

Bukti Tercatat (Records Evidence)Sebagai sebuah pernyataan umum, sumber tunggal yang paling penting dari fakta dan informasi yang digunakan auditor sebagai bukti adalah catatan. Catatan didalamnya termasuk semua informasi tertulis.

Bukti Testimonial (Testimonial Evidence)Sebuah bukti testimoni adalah berbagai informasi yang diterima dari pihak lain atau diri sendiri, yang bertindak sebagai saksi ahli sebagai hasil dari sebuah pertanyaan langsung. Permintaan bukti testimoni dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu : Bukti Interview PersonalAuditor menerima beberapa bukti terhandalnya melaui interview secara mendalam terhadap orang lain yang memiliki pengetahuan menganai subjek. Bukti Surat dan KonfirmasiInformasi yang digunakan sebagai bukti dalam laporan audit seringkali diperoleh melalui surat (korespondensi) dan konfirmasi. Bukti analitikalSebagian besar hasil rinci dari auditor membuat evaluasi atau analisisnya sendiri. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai bukti (bukti analitis). Berkaitan secara langsung dengan bukti analitis adalah bukti yang diperoleh auditor dari saksi ahli lainnya. Bukti observasi (Observation Evidence)Auditor memperoleh sejumlah bukti substansial melalui indra penglihatan dan perasanya. Bukti observasi harus berasal dari seseorang yang melatih dirinya menjadi seorang pengamat (observer).

KECUKUPAN DAN KOMPETENSI BUKTI AUDITBerkaitan dengan kuantitas Bukti audit. Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit meliputi: Materialitas. Resiko Audit Faktor faktor ekonomi. Uuran dan karakteristik populasi

Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti adalah berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari buktibukti tersebut. Bukti yang kompeten adalah bukti yangdapat dipercaya , sah , obyektif , dan relevan.Untuk menentukan kompetensi bukti harus mempertimbangkan berbagai faktor , yaitu : Sumber bukti , Relevansi bukti , Obyektivitas bukti , Saat atau waktu.Bukti kurang kompetenFaktor KompetensiBukti Lebih Kompeten

Dari dalam perusahaanSUMBERDari luar perusahaan yg independen

Pengendalian intern lemahPengendalian intern baik

Perolehan atau pengetahuan tidak langsungPerolehan atau pengetahuan langsung

Relevan tidak langsungRELEVANSIRelevan langsung

SubyektifOBYEKTIVITASObyektif

Bukti di terapkan pada selain pada tgl neracaSAAT/WAKTUBukti diterapkan pada tgl neraca

Judgementatau pertimbangan yang dilakukan auditor dipengaruhi berbagai faktor , yaitu :1)Pertimbangan profesional auditor.2)Integritas manajemen.3)Transaksi yang terjadi di perusahaan.4)Jenis kepemilikan perusahaan.5)Kondisi keuangan perusahaan.

KUALITAS DAN KEANDALAN BUKTIDalam menentukan akseptabilitas dan reliabilitas dari bukti audit, auditor harus memperhatikan empat hal berikut ini : Relevansi BuktiRelevansi disini berarti bahwa informasi yang digunakan sebagai bukti harus memiliki hubungan logis terhadap criteria dari tujuan audit. Materialitas BuktiMaterialitas bukti berkaitan dengan bobot peranan masing-masing potongan bukti dalam mempengaruhi pemikiran auditor terhadap kesimpulan atas tujuan audit. Kompetensi BuktiKompetensi adalah keandalan satu tempat pada sumber informasi yang digunakan sebagai bukti.Beberapa panduan untuk menentukan bukti yang kompeten diantaranya adalah :a. Bukti yang diperoleh dari sumber independen memberikan jaminan keandalan yang lebih besar daripada sumberi yang diperoleh dari organisasi yang tengah diaudit.b. Bukti yang dikembangkan dibawah sebuah sistem pengendalian internal yang baik akan lebih andal daripada yang diperoleh dari sistem berpengandalian lemah atau tidak memuaskan.c. Bukti yang diperoleh auditor melalui pemerksaan fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi akan lebih andal daripada bukti yang diperoleh secara tidak langsung.d. Dokumen asli akan lebih andal daripada suplikast dokumen. Kecukupan BuktiKecukupan bukti berkaitan dengan seberapa banyak bukti yang harus dikumpulkan oleh auditor untuk mencapai sebuah kesimpulan dari tujuan audit. Hal ini sering disebut sebagai berat bukti (weight of evidence). Terdapat dua istilah yang digunakan dalam hukum untuk menentukan berat bukti yaitu :o Pengaruh yang lebih besar (preponderance)Bukti ini adalah bukti yang secara jelas dan meyakinkan melebihi bukti yang bertentangan dalam pemikiran orang yang mencapai kesimpulan. o Pembuktian melebihi sebuah keraguan yang masuk akal (proof beyond a reasonable doubt)Hal ini adalah bukti yang jauh melebihi pengaruh yang lebih besar atau hanya jelas dan meyakinkan.

PROSEDUR AUDIT

Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit. Jenis Jenis Prosedur Audita) Prosedur AnalitisTerdiri dari kegiatan yang mempelajari dan membandingkan data yang memiliki hubungan.Prosedur analitis mengahsilkan bukti analitis.b) MenginspeksiMeliputi kegiatan pemeriksaan secara teliti atau pemeriksaan secara mendalam atas dokumen catatan atau pemeriksaan fisik atas sumber-sumber berwujud. Dengan cara ini auditor dapat membuktikan keaslian suatu dokumen.c) MengkonfirmasiAdalah suatu bentuk pengajuan pertanyaan yang memungkinkan auditor untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber independent dari luar perusahaan.d) Mengajukan pertanyaanHal ini bisa dilakukan secar lesan ataupun tertulis.Pertanyaan bisa dilakukan kepada sumber intern pada perusahaan klien atau pada pihak luar.e) MenghitungPenerapan prosedur menghitung yang paling umum dilakukan adalah :1.melakukan perhitungan fisik atas barang-barang berwujud2.menghitung dokumen bernomor tercetakTindakan yang pertama dimaksudkan untuk mengevaluasi bukti fisik dari jumlahyang ada di tangan sedangkan yang kedua merupakan cara untuk mengevaluasi bukti dokumen khususnya yang berkaitan dengan kelengkapan catatan akuntansi.f) MenelusurYang biasa dilakukan adalah :1. memilih dokumen yang di buat pada saat transaksi terjadi2. menentukan bahwa dokumen pada transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat dalam catatan akuntansi. g) Mencocokkan ke dokumen Kegiatannya meliputi :1. memilih ayat jurnal tertentu dalam catatan akuntansi2. mendapatkan dan menginspeksi dokumen tanyg menjadi dasar pembuatan ayat jurnal tersebut untuk menentukan validasi dan ketelitian transaksi yang dicatat. h) Mengamati Aktivitas ini merupakan kegiatan rutin dari suatu tipe transaksi.i) Melakukan ulangAuditor juga bisa melakukan ulang beberapa aspek dalam proses transaksi tertentu untuk memastikan bahwa proses yang telah dilakukan klien sesuai dengan prosedur dan kebijakan pengendalian yang telah di tetapkan.j) Teknik audit berbantu computer

Prosedur audit yang dapat digunakan untuk memperoleh bukti yang kompeten atau dapat dipercaya adalah :InspeksiObservasiKonfirmasiPerbandinganPengkajian ulangPenilaianVerifikasiPenelusuran

Pembuktian ( vouching )Kalkulasi KembaliAnalisisRekonsiliasiPenjajaganPerhitungan (count)Pengujian (test)Scanning

TEKNIK AUDITTeknik audit adalah cara yang ditempuh untuk memperoleh bukti. Antara lain :a.Pemeriksaan dokumen.(verifikasi).b.Pemeriksaan fisik.c.Observasi.d.Rekonsiliasi, mencocokan dua saldo dari dua sumber yang berbeda, misalnya untuk mencari saldo kas yang benar, dilakukan rekonsiliasi antara saldo kas menurut buku perusahaan dengan saldo kas menurut laporan bank.e.Konfirmasi; yaitu meminta penegasan dari pihak ketiga atas informasi yang telah auditor peroleh selama kegiatan auditnya. Contoh konfirmasi saldo Piutang.f.Wawancara dengan karyawan auditi.g.Reprosessing transaksi.h.Analisis fakta/informasi.i.Vouching transaksi. Merekonstruksi ulang transaksi sampai ke dokumen sumbernya secara sistematis.Jumlah dan jenis bukti audit yang dikumpulkan auditor sangat tergantung pada keahlian dan pengalaman auditor serta pertimbangan ( judgement ) auditor dan tujuan auditnya. Selama auditor belum merasa yakin, maka ia akan terus berusaha mengumpulkan bukti agar kesimpulannya dapat dipertanggungjawabkan secara professional.Evaluasi bukti harus lebih teliti bila menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar. Situasi tersebut adalah sebagai berikut:a.Pengawasan intern yang lemahb.Kondisi keuangan klien yang tidaksehat.c.Manajemen yang tidak dapat dipercaya.d.Penggantian kantor akuntan publik.e.Perubahan peraturan perpajakan.f.Usaha yang bersifat spekulatifg.Transaksi yang kompleks.

BATASAN BUKTI AUDITKehendak juruaudit untuk mendapatkan bukti audit selalu menemui batasan tertentu. Batasan tersebut timbul disebabkan oleh beberapa faktor:a) Bukti audit adalah subjektif, bergantung pada keadaan sekeliling yang mempengaruhi audit dan bergantung pada budi bicara juruaudit. Ini bermakna bukti audit yang mutlak tidak mungkin diperoleh.b) Bukti yang diperoleh mungkin tidak perlu diambil kira kerana kenyataan atau perkara yang terlibat tidak matangc) Biasanya juruaudit mempunyai tempoh yang terhad untuk menyiapkan kerja audit yang diberikan kepadanya. Oleh sebab faktor masa, juru audit terpaksa menerima bukti audit yang tidak begitu sempurna untuk menemui tempoh yang telah ditentukan.d) Juruaudit harus juga menimbangkan di antara cost yang terlibat untuk mendapatkan bukti audit dengan keperluan memperoleh bukti tersebut. Perkara ini terjadi terutama sekali jika cost yang terlibat terlalu tinggi.

HUBUNGAN BUKTI HUKUM DENGAN BUKTI AUDITBukti hukum dan bukti audit memiliki banyak kesamaan. Keduanya memiliki tujuan yang sama-untuk memberikan bukti, untuk mendorong keyakinan tentang kebenaran atau kesalahan setiap pernyataan atas suatu masalah. Keyakinan dibangun dari pertimbangan atas informasi, informasi tersebut yang kemudian disajikan, dalam bentuk apa pun, merupakan bukti.Fokus bukti audit sedikit berbeda dengan bukti hukum. Bukti-bukti hukum (legal evidence) sangat mengandalkan pengakuan lisan. Bukti-bukti audit (audit evidence) sangat mengandalkan bukti-bukti dokumen. Bukti-bukti hukum memungkinkan pernyataan-pernyataan tertentu, misalnya dalam hukum dinyatakan bahwa fakta-fakta yang tertera pada instrument tertulis, antara pihak-pihak yang berkepentingan adalah benar (artinya tidak ada bukti lain, seberapa pun kuatnya, yang dapat menentang kebenaran dari fakta tertulis tersebut). Tetapi auditor tidak dibatasai pada anggapan atau pernyataan tertentu; mereka harus mempertanyakan setiap bukti hingga mereka sendiri puas dengan kebenaran atau kesalahannya. Berikut ini beberapa ringkasan bentuk bukti hukum. 1. Bukti terbaik (best evidence) sering disebut bukti primer, merupakan bukti yang paling alami-bukti yang paling memuaskan mengenai fakta-fakta yang sedang diselidiki. Bukti tersebut memiliki hubungan yang kuat dengan keandalan. Umumnya bukti tersebut terbatas pada bukti dokumen dan kebanyakan diterapkan untuk membuktikan isi pernyataan tertulis. Jika tersedia pernyataan tertulis yang asli, aturan tentang bukti terbaik mencegah salah satu pihak membuktikan isi pernyatan tertulis melalui pengakuan lisan. Aturan tersebut dirancang untuk menutup kemungkinan terjadinya interpretasi yang salah atas pernyataan tertulis; karena mengharuskan tersedianya dokumen asli bila tersedia. Bukti lisan, misalnya, tidak boleh digunakan untuk memperselisihkan instrument tertulis seperti kontrak atau akta; tetapi, bukti lisan dapat digunakan untuk menjelaskan makna instrument tersebut jika instrument seperti ini memungkinkan terjadinya lebih dari satu interpretasi2. Bukti sekunder (secondary evidence) berada di bawah bukti primer dan tidak disamakan keandalannya. Bukti sekunder bisa mencakup salinan bukti tertulis atau lisan. Sebuah salinan tertulis umumnya dapat diterima, jika:(1) dokumen asli hilang atau telah dimusnahkan tanpa niat melakukan kecurangan di pihak pendukung salinan tersebut;(2) bukti tertulis tersebut sulit diperoleh oleh pendukung salinan tersebut;(3) bukti tertulis dikendalikan oleh entitas publik. Harus ditunjukkan bahwa salinan tersebut merupakan representasi yang layak dari dokumen asli. Pengakuan lisan atau risalah tertulis umumnya dianggap berada di bawah salinan dokumen tertulis Bentuk bukti yang inferior ini tidak dibatasi oleh aturan bukti terbaik jika:(1) bukti tertulis terdiri atas beberapa akun atau bukti tertulis lainnya;(2) akun-akun tersebut tidak dapat diperiksa di pengadilan tanpa menghabiskan banyak waktu; atau(3) akun-akun atau bukti tertulis lainnya dihasilkan untuk diperiksa oleh pihak yang berlawanan jika kebijakan pengadilan mengharuskan.3. Bukti langsung (direct evidence) membuktikan fakta tanpa harus menggunakan pernyataan atau rujukan untuk menetapkan suatu bukti. Pengakuan dari seorang saksi atas sebuah fakta merupakan bukti langsung-tidak diperlukan rujukan. Misalnya, seorang saksi yang menyatakan bahwa ia mengamati seorang karyawan yang menginspeksi penerimaan barang menandatangani berkas pemeriksaan. Padahal barang yang diterima kurang dari yang tertera di berkas tersebut, merupakan bukti tertulis.4. Bukti tidak langsung (circumstantial evidence) membuktikan fakta sementara, atau sekumpulan fakta, yang dapat dirujuk seseorang untuk mengetahui keberadaan beberapa fakta primer yang signifikan atas masalah yang sedang dipertimbangkan. Bukti ini tidak langsung membuktikan keberadaan fakta-fakta primer, tetapi hanya meningkatkan penggunaan pemikiran logis yang ada. Penerimaan barang yang kurang dari jumlah yang seharusnya tetapi lolos pemeriksaan departemen penerima, disertai stempel pemeriksaan pada memo penerimaan, merupakan bukti tidak langsung bahwa si pemeriksa telah lalai. Auditor harus senantiasa berhati-hati dengan bukti tidak langsung. Misalnya, dalam kasus petugas pemeriksa tadi, mungkin saja ia sedang tidak bertugas pada hari barang diterima dan orang lain menggunakan stempelnya.5. Bukti yang meyakinkan. Bukti yang meyakinkan merupakan bukti yang tak terbantahkan, apa pun bentuknya. Bukti ini sangat kuat sehingga mengalahkan semua bukti lainnya, dan merupakan sumber diambilnya kesimpulan. Bukti ini tidak tidak bisa dipertentangkan dan tidak membutuhkan bukti-bukti yang menguatkan.6. Bukti yang menguatkan merupakan bukti tambahan dari karakter yang berbeda menyangkut hal yang sama. Bukti ini mendukung bukti yang telah diberikan dan cenderung menguatkan atau mengonfirmasikannya. Misalnya, bukti lisan yang konsisten dengan instrument tertulis, dan diberikan semata-mata untuk mengonfirmasi pernyataan tertulis, dan diberikan semata-mata untuk mengonfirmasi pernyataan tertulis atau menunjukkan kebenaran masalah yang terkandung di dalamnya, maka hal ini merupakan bukti yang menguatkan dan dianggap dapat diterima. Bukti lisan, yang diberikan oleh penyelia inspeksi, bahwa petugas inspeksi sedang bertugas pada hari diterimanya barang dalam jumlah yang kurang dari seharusnya dan tidak ada orang lain yang bisa menggunakan stempelnya, menguatkan bukti tidak langsung atas stempel penerimaan. 7. Bukti Opini, berdasarkan aturan opini, saksi-saksi harus memberikan kesaksian hanya terhadap fakta yang ada-pada apa yang benar-benar mereka lihat atau dengar. Sebaliknya auditor harus menyaring opini dan mengumpulkan serta ,mengevaluasi fakta-fakta semata.Opini yang diberikan orang lain bisa bermamfaat sebagai penunjuk jalan yang benar untuk mengumpulkan fakta, tetapi opini juga bisa bias, mementingkan kepetingan sendiri, atau kurang mengandung informasi. Akan tetapi terdapat pengecualian atas aturan opini, yang berkaitan dengan pengakuan saksi ahli. Berdasarkan pengecualian ini, seorang ahli diperbolehkan memberikan opini atas suatu fakta; karena hanya dengan cara ini juri atau hakim administratif akan memahami fakta-fakta tersebut dan hanya dengan cara inilah juri akan memahami fakta-fakta tersebut dan hanya dengan cara inilah juri akan memperoleh kebenaran. Untuk pengakuan berupa opini telah dibuat beberapa pengamanan dengan mensyaratkan adanya dua elemen: Pertama, subyek yang dinyatakan opininya harus jelas terkait dengan pengetahuan, profesi, bisnis, atau jabatan yang berada di luar pemahaman orang awam. Kedua, saksi ahli harus memiliki keahlian, pengetahuan, atau pengalaman dalam bidang tersebut sehingga bisa membantu anggota juri atau pengadilan dalam mencari kebenaran.Auditor harus memiliki aturan opini dalam pikiran mereka menghadapi masalah yang berada di luar pengetahuannya. Mereka harus memahami bahwa opini orang lain adalah abash jika opini stersebut berada dalam lingkup aturan opini ahli, tetapi tidak valid kecuali mencakup tiga bagian penting ini:(1) subyek yang berada di luar pemahaman auditor; dan(2) saksi ahli yang dikenal memang memiliki pengetahuan di bidang tersebut.Untuk praktisnya, auditor harus memiliki elemen ketiga: bebas dari kemungkinan bias. Dalam situasi bisnis, saksi ahli biasanya adalah pegawai organisasi. Auditor harus, jika mungkin, memilih seseorang di luar departemen atau divisi yang terlibat dalam audit. Seorang insinyur yang opininya diperoleh atas masalah yang melibatkan proyek A harus dipilih dari insinyur yang menangani proyek B atau C. Tentu saja dalam beberapa organisasi, satu-satunya saksi ahli mungkin bekerja pada proyek yang sedang ditelaah. Dalam kasus ini, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa pengakuan saksi ahli tersebut tidak sepenuhnya bebas dari bias.8. Bukti kabar angin. Aturan bukti kabar angin memberikan pernyataan yang tidak dapat diterima yang dibuat seseorang, selain saksi ahli, untuk membuktikan kebenaran suatu masalah. Dengan kata lain, bukti ini berupa bukti lisan atau tertulis yang dibawa ke pengadilan dan menjadi bukti atas pernyataan yang dikatakan di pengadilan. Bukti kabar angin umumnya tidak dapat diterima karena salah satu cara terbaik untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan adalah dengan mendengar keterangan dari saksi ahli di bawah sumpah dan memeriksa silang dengan apa yang benar-benar dilihat atau didengar. Pemeriksaan silang merupakan cara untuk menemukan ketidakjujuran dan kecurangan, penindasan, dan sumber kesalahan yang terkandung dalam pernyataan seorang saksi ahli. Auditor harus menempatkan diri mereka sendiri pada posisi sebagai seorang hakim di pengadilan pada saat mengajukan pertanyaan dan memeriksa catatan. Jika Smith mengatakan kepada auditor.

MEMBUAT RINGKASAN dan MENGELOMPOKKAN BUKTI

Bukti-bukti yang telah diperoleh dalam audit kemudian diringkas dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan elemen tujuan audit yang meliputi: kriteria, penyebab dan akibat. Bukti-bukti yang masuk dalam kelompok kriteria adalah keseluruhan temuan audit yang berkaitan dengan norma/standar yang ditetapkan perusahaan (dirumuskan bersama dengan auditor) yang menjadi dasar bagi setiap komponen dalam perusahaan dalam melakukan aktivitasnya. Seringkali auditor menemukan bukti kriteria sudah tidak relevan lagi dalam mendukung operasional perusahaan karena sudah berkembang suatu metode operasi yang lebih mutakhir yang dapat meningkatkan ekonomisasi, efisiensi operasi dan efektivitas dalam mencapai tujuan.Sedangkan bukti-bukti yang termasuk dalam kelompok penyebab biasanya berupa berbagai tindakan menyimpang atau tindakan positif yang tidak dilakukan yang merupakan sumber terjadinya ketidakekonomisan, ketidakefisienan operasi, dan ketidakefektifan pencapaian tujuan. Di samping penyebab-penyebab yang bersifat negatif ini, memungkinkan juga auditor menemukan penyebab-penyebab yang bersifat positif yang secara relatif merupakan kebalikan dari penyebab negative di atas, auditor harus secara objektif menyajikan dalam temuan auditnya baik temuan bersifat negative maupun temuan yang bersifat positif.Bukti-bukti yang merupakan kelompok akibat adalah bukti-bukti yang biasanya ditemukan terlebih dahulu. Bukti-bukti ini adalah hasil pengukuran antara penyebab yang terjadi dengan kriteria yang berhubungan dengan penyebab tersebut. Bukti-bukti ini dapat dipahami sebagai dampak dari berbagai permasalahan yang terjadi pada objek audit.