17
PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI JURNAL ANDREAS RAJA HALOMOAN PAKPAHAN J1B116049 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2021

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI

KABUPATEN MUARO JAMBI

JURNAL

ANDREAS RAJA HALOMOAN PAKPAHAN

J1B116049

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 2: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI

KABUPATEN MUARO JAMBI

Andreas Raja Halomoan Pakpahan1, Eva Achmad1, Addion Nizori1

JURNAL

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program

Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Jambi

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021

Page 3: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

1

PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI KABUPATEN

MUARO JAMBI

MAPPING OF LAND SUITABILITY FOR COCOA PLANTS IN MUARO JAMBI

REGENCY

Andreas Raja Halomoan Pakpahan1, Eva Achmad1, Addion Nizori1

1Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Kampus Pondok Meja Jl. Tribata Km 11, Jambi, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK – Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan dan peranannya

cukup penting bagi perekonomian Indonesia. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia,

permintaan pasar untuk komoditas kakao juga akan meningkat, sementara itu produksi kakao di

Indonesia tidak selalu mengalami kestabilan dan kenaikannya tidak terlalu signifikan dari tahun ke

tahun. Kendala dalam pengembangan kakao di Indonesia adalah pemilihan lahan untuk tanaman kakao

yang tidak mempertimbangkan kondisi tanah dan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kakao.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian lahan tanaman kakao di Kabupaten Muaro Jambi.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode overlay dan skoring yang diolah

menggunakan aplikasi ArcGIS. Metode skoring digunakan untuk memberikan nilai dan bobot kepada

setiap parameter yang digunakan. Parameter yang digunakan adalah Kelerengan, Curah Hujan, Suhu,

pH Tanah, Tutupan Lahan, Drainase, dan Tekstur Tanah. Hasil analisis di peroleh dua peta kesesuaian

lahan yaitu aktual dan potensial. Kesesuaian lahan aktual yang dapat dijadikan wilayah pengembangan

kakao adalah Kelas S1 (sangat sesuai) dan S2 (sesuai) dengan luas 212.782,29 ha atau 39,51% dari total

luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Kesesuaian lahan potensial (lahan existing dan RTRW Kabupaten

Muaro Jambi) yang dapat dijadikan wilayah pengembangan kakao adalah kelas S1 (sangat sesuai) dan

S2 (sesuai) dengan luas 141.343,10 ha atau 26,34% dari total luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi.

Kata kunci: Kesesuaian Lahan, Tanaman Kakao, Scoring, Overlay.

ABSTRACT - Cocoa is one of the leading plantation commodities and its role is quite important for the

Indonesian economy. As the world's population increases, market demand for cocoa will also increase,

meanwhile, cocoa production in Indonesia does not always experience stability and the increase is not

too significant from year to year. The constraint in cocoa development in Indonesia is the selection of

land for the cocoa plant that does not consider soil and climatic conditions suitable for cocoa plant

growth. This study aims to analyze the suitability of land for cocoa plants in Muaro Jambi Regency. The

method of analysis used in this research is the overlay and scoring method which is processed using the

ArcGIS application. The scoring method is used to assign value and weight to each parameter used. The

parameters used were slope, rainfall, temperature, soil pH, land cover, drainage, and soil texture. The

results of the analysis obtained two land suitability maps, namely actual and potential. The actual land

suitability that can be used as a cocoa development area is Class S1 (very suitable) and S2 (suitable)

with an area of 212,782.29 ha or 39.51% of the total area of Muaro Jambi Regency. The suitability of

potential land (existing land and RTRW of Muaro Jambi Regency) which can be used as a cocoa

development area is class S1 (very suitable) and S2 (suitable) with an area of 142,597.63 ha or 26.34%

of the total area of Muaro Jambi Regency.

Keywords: Land Suitability, Cocoa Plant, Geographic Information System (GIS).

I. PENDAHULUAN

Komoditas kakao (Theobroma cacao L.)

merupakan salah satu komoditas unggulan

perkebunan sebagai komoditas penyegar yang

sudah lebih dari satu abad dikembangkan dan

peranannya cukup penting bagi perekonomian

Indonesia, khususnya sebagai sumber

Page 4: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

2

pendapatan, penyedia lapangan kerja dan

penghasil devisa negara. Selain itu, kakao juga

berperan dalam mendorong pengembangan

wilayah dan agroindustri (Goenadi et al, 2005).

Dalam menghasilkan devisa negara, kakao

tercatat sebagai tanaman perkebunan penghasil

devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan

setelah karet dan kelapa sawit. Sebagian besar

(60%) produksi kakao Indonesia diekspor untuk

memenuhi permintaan luar negeri, sisanya

(40%) digunakan sebagai bahan baku industri

coklat dalam negeri. Nilai ekspor kakao

Indonesia pada tahun 2016 mencapai USD 1,23

miliar (BPS Indonesia, 2017). Menurut data

statistik tahun 2018, perkebunan kakao

Indonesia mencapai 1.678.268 ha dengan

produksi 593,833 ton/tahun, dan produktivitas

rata-rata 756 kg/ha/tahun (Ditjenbun Indonesia,

2018). Dengan tingkat produksi tersebut,

Indonesia tercatat sebagai produsen kakao

terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading

(43%), Ghana (20%), dan Indonesia dengan

menguasai 6% pasar dunia.

Seiring dengan terus bertambahnya

jumlah penduduk dunia, permintaan pasar untuk

komoditas kakao juga akan meningkat,

sementara itu produksi kakao di Indonesia tidak

selalu mengalami kestabilan dan kenaikannya

tidak terlalu signifikan dari tahun ke tahun

(Ditjenbun Indonesia, 2018). Produktivitas

kakao di Indonesia masih relatif rendah

dibandingkan dengan potensi produksi

sebenarnya. Potensi produktivitas tanaman

kakao di Indonesia dapat mencapai lebih dari

2.000 kg/ha/tahun. (Wahyudi dan Misnawi

2015). Kendala dalam pengembangan kakao di

Indonesia adalah pemilihan lahan untuk

tanaman kakao yang tidak mempertimbangkan

kondisi tanah dan iklim yang sesuai untuk

pertumbuhan tanaman kakao sehingga

kemampuan tanah untuk menunjang produksi

kakao dan perluasan lahan secara optimal tidak

tercapai.

Kabupaten Muaro Jambi adalah salah

satu wilayah yang berada di Provinsi Jambi

dengan luas wilayah 5.264 Km2. Kabupaten

Muaro Jambi memiliki iklim yang sangat cocok

untuk kegiatan usaha pertanian, perkebunan,

peternakan, maupun kegiatan ekonomi lainnya.

Salah satu komoditi yang saat ini yang harus

dikembangkan adalah tanaman kakao, hal ini

dikarenakan tanaman kakao dirasa meberikan

keuntungan untuk rumah tangga petani dan

mempunyai syarat tumbuh yang sesuai di

Kabupaten Muaro Jambi.

Berdasarkan syarat tumbuhnya, tanaman

kakao dapat tumbuh dengan baik di Kabupaten

Muaro Jambi serta masih terdapat banyak lahan

atau areal kosong yang dimanfaatkan untuk

pengembangan tanaman kakao (BPS Kabupaten

Muaro Jambi, 2018). Luas areal perkebunan

kakao di Provinsi Jambi dari tahun 2017 sampai

tahun 2019 terus mengalami peningkatan.

Tercatat pada tahun 2017 luas areal perkebunan

kakao adalah 798 ha sampai dengan ditahun

2019 telah mencapai 807 ha (BPS Kabupaten

Muaro Jambi, 2020). Peningkatan jumlah areal

tanaman kakao tidak lain dikarenakan semakin

tingginya minat petani terhadap budidaya kakao.

Budidaya kakao dirasa memberikan keuntungan

untuk rumah tangga petani sehingga

pemanfaatan lahan kosong ditingkatkan dengan

melaksanakan budidaya kakao namun

produktivitas tanaman kakao di Kabupaten

Muaro Jambi masih rendah dibandingkan

dengan beberapa kabupaten di Provinsi Jambi

yang juga mengusahakan kakao. Dilihat dari

produktivitas tanaman kakao, Kabupaten Muaro

Jambi berada pada urutan ke 4 dibawah

Kabupaten Bungo, Batanghari dan Tanjung

Jabung Timur yaitu sebesar 0,737ton/ha (Dinas

Perkebunan Provinsi Jambi, 2015). Maka dari

itu, untuk meningkatkan produksi kakao dapat

dilakukan melalui kegiatan pemetaan kesesuaian

lahan tanaman kakao.

Pemetaan kesesuaian lahan merupakan

suatu kajian terhadap suatu wilayah, dalam hal

ini daya dukung lahan terhadap komoditas

tanaman kakao. Pemilihan lahan yang sesuai

membutuhkan metode dan cara evaluasi

kesesuaian lahan yang lebih aktual dan lebih

dapat diandalkan, sebagai pedoman dalam upaya

pengelolaan lahan untuk dapat mencapai

produktivitas normal (Hutapea, 1991).

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh

Mukhlis dan Busyra tahun 2016 tentang

“Penentuan Komoditas Unggulan Subsektor

Perkebunan Di Kabupaten Muaro Jambi” bahwa

hasil analisisnya dapat disimpulkan wilayah

Kabupaten Muaro Jambi termasuk dalam kelas

sesuai marjinal (S3) seluas 207.066 ha

sedangkan luas tanaman kakao sampai kondisi

2019 seluas 807 ha dengan peluang 206.259 ha. Pemetaan kesesuaian lahan dinilai penting untuk

meningkatkan produksi komoditas kakao,

pencarian lahan dan perbaikan lahan yang sesuai

untuk pengembangan tanaman kakao.

Page 5: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

3

Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis tingkat kesesuaian lahan aktual

dan kesesuaian lahan potensial tanaman kakao di

Kabupaten Muaro Jambi.

II. METODE PENELITIAN

a. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten

Muaro Jambi Provinsi Jambi dan proses

pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium

Komputer dan Instrumen Fakultas Pertanian

Universitas Jambi pada bulan Oktober 2020

sampai dengan Desember 2020.

b. Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam

pelaksanaan penelitian ini yaitu kamera untuk

pemrosesan Ground check, seperangkat

komputer dengan spesifikasi Intel inside CORE

i5, 1 TB Hard disk, 4 GB RAM yang merupakan

alat pemrosesan data dan penyimpanan data

serta yang dibutuhkan dalam penelitian adalah

microsoft excel dan software ArcGIS 10.3

(ArcMap 10.3) yang digunakan sebagai aplikasi

untuk mempermudah dalam pemrosesan data

dan pengolahan data.

Bahan yang digunakan dalam

pelaksanaan penelitian ini yaitu Citra Landsat 8

Kabupaten Muaro Jambi, data SRTM (Shuttle

Radar Topography Mission), peta administrasi

Kabupaten Muaro Jambi, peta LST (Land

Surface Temperature), peta tutupan lahan

Kabupaten Muaro Jambi, data jenis tanah

Kabupaten Muaro Jambi, data drainase

Kabupaten Muaro Jambi, data pH tanah

Kabupaten Muaro Jambi, data curah hujan

Kabupaten Muaro Jambi, data tekstur tanah, data

kelembaban Kabupaten Muaro Jambi, data

syarat tumbuh tanaman kakao dan peta RTRW

Kabupaten Muaro Jambi.

c. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif melalui

proses analisis. Analisis yang dilakukan

menggunakan cara skoring (pemberian skor)

dan cara overlay (penyatuan data) beberapa

parameter yang dibutuhkan. Penelitian ini

menggunakan data sekunder berupa data spasial

yang diperoleh dari situs resmi tentang informasi

geografis dan dinas pemerintah terkait data yang

dibutuhkan. Tahapan penelitian dimulai dari

pengumpulan data sekunder, pengolahan data

sekunder, ground check dan tahapan berikutnya

adalah menggabungkan data geografis yang

berkaitan sehingga menjadi data yang lengkap

melalui analisis data.

Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data

sekunder. Data sekunder diperoleh dari literatur

berupa hasil penelitian terdahulu dan bahan

bacaan yang mendukung teori dan analisis yang

berhubungan dengan penelitian. Data yang

dikumpulkan sebagai bahan pendukung

penelitian ini yaitu:

1. Citra Landsat 8 Kabupaten Muaro Jambi

digunakan untuk mengetahui bentuk

permukaan bumi dan menentukan peta

tutupan lahan yang dapat di download dari

http://glovis.usgs.gov/.

2. Data curah hujan tahunan Kabupaten Muaro

Jambi digunakan untuk mengetahui

persebaran curah hujan Kabupaten Muaro

Jambi yang dapat diperoleh dari Balai

Wilayah Sungai Sumatera (BWS) VI Jambi.

3. Data drainase Kabupaten Muaro Jambi

digunakan untuk mengetahui kondisi

drainase Kabupaten Muaro Jambi. Data

tersebut dapat diperoleh dari Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementrian Pertanian.

4. Data SRTM (Shuttle Radar Topography

Mission) Kabupaten Muaro Jambi

digunakan untuk mengetahui kelerengan

Kabupaten Muaro Jambi yang dapat di

download dari http://glovis.usgs.gov/.

5. Peta Administrasi Kabupaten Muaro Jambi

untuk mengetahui batas administrasi

Kabupaten Muaro Jambi yang dapat di

download dari website

http://tanahair.indonesia.go.id.

6. Data jenis tanah Kabupaten Muaro Jambi,

tekstur tanah, dan pH H20 Kabupaten Muaro

Jambi untuk mengetahui jenis, tekstur tanah

dan pH H20 yang dapat diperoleh dari Balai

Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Kementrian Pertanian.

7. Data Kelembaban Kabupaten Muaro Jambi

untuk mengetahui bagaimana kelembaban

yang berada di Kabupaten Muaro Jambi.

8. Peta RTRW Kabupaten Muaro Jambi untuk

mengetahui tata letak RTRW yang berada di

Kabupaten Muaro Jambi.

9. Data syarat tumbuh tanaman kakao untuk

mengetahui syarat tumbuh yang sesuai untuk

tanaman kakao.

Page 6: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

4

10.Peta Land Surface Temperature (LST) untuk

mengetahui suhu udara yang berada di

Kabupaten Muaro Jambi yang dihasilkan

oleh pengolahan data melalui citra Landsat 8.

Pengolahan Citra Landsat

Tahap pengolahan citra merupakan tahap

pertama dalam pengolahan citra. Tahapan

pengolahan citra ini meliputi koreksi geometrik,

pemotongan citra, penentuan citra komposit, dan

pengklasifikasian citra.

1. Koreksi Geometrik (Georeferencing)

Georeferencing merupakan proses

pemberian sistem koordinat pada suatu objek

gambar dengan cara menempatkan suatu titik

kontrol terhadap suatu persimpangan antara

garis lintang dan bujur pada gambar berupa

objek untuk mengetahui posisi objek gambar

yang tepat di permukaan bumi atau sesuai

dengan sistem koordinat yang digunakan. Proses

ini meliputi kegiatan pemberian koordinat pada

citra dengan format TIFF. Koreksi geometrik ini

bertujuan untuk memperbaiki distorsi geometrik

sehingga diperoleh citra yang mempunyai

proyeksi dan koordinat yang ada di peta.

Koordinat yang biasa digunakan adalah

Universal Transverse Mercator (UTM).

2. Pemotongan Citra (Cropping)

Kegunaan pemotongan citra adalah

memperkecil ukuran file dari citra sehingga

pemrosesan data menjadi lebih ringan dan cepat

sesuai dengan kebutuhan data citra yang akan

dianalisa dan agar mendapatkan daerah yang

lebih fokus dan lebih terinci pada daerah

tersebut.

3. Penentuan Komposit Citra

Penentuan komposit citra dilakukan

dengan menggabungkan atau mengkompositkan

saluran-saluran citra satelit karena pada setiap

saluran yang telah terkompositkan akan

memiliki warna masing-masing. Citra komposit

dibuat untuk mendapatkan tampilan citra visual

yang lebih optimal untuk mengidentifikasi

bentuk lahan dengan menonjolkan detail bentuk

permukaan bumi dengan memanfaatkan

konfigurasi variasi nilai spektral dan penjaman,

sehingga aspek-aspek morfologi, morfogenesis

dan morfokronologi bentuk lahan diharapkan

dapat diidentifikasi.

4. Pengklasifikasian Citra

Klasifikasi merupakan suatu proses

penyusunan, pengurutan, atau pengelompokkan

setiap piksel citra digital multi spektral (multi

band) ke dalam beberapa kelas berdasarkan

kriteria atau kategori objek. Klasifikasi citra ini

bertujuan untuk mendapatkan kelas-kelas

penutup/penggunaan lahan dengan

mengelompokkan piksel-piksel dari citra.

Ground Check

Ground Check merupakan kegiatan

untuk membandingkan antara kenampakan

obyek yang sama dilapangan sesuai

karakteristiknya. Tahap pengecekan data di

lapangan dilakukan pada setiap tutupan lahan

yang berbeda dan mewakili seluruh tutupan

yang ada di lokasi penelitian.

Pengolahan Land Suface Temperature (LST)

LST dapat didefinisikan sebagai suhu

permukaan rata-rata dari suatu permukaan yang

digambarkan dalam cakupan suatu piksel

dengan berbagai tipe permukaan yang berbeda.

(Faridah & Krisbiantoro, 2014). Proses ekstraksi

suhu permukaan lahan dari citra Landsat 8

menggunakan perhitungan algoritma

matematika. Salah satu algoritma yang cukup

populer adalah Split Window Algorithm (SWA).

SWA membutuhkan band 10 dan band 11 serta

band 4 dan band 5 dari citra Landsat 8 untuk

menyajikan informasi suhu permukaan lahan

(Latif, 2014).

Pengolahan Data SRTM

Pada studi ini digunakan data SRTM

resolusi 30 m dalam bentuk grid. Setiap grid

pada berisi file data rupa muka bumi dalam

bentuk numerik dan image. Pengolahan data

SRTM pada penelitian ini dilakukan dengan

proses interpolasi. Proses interpolasi ini

dilakukan menggunakan metode slope yang

tersedia didalam ArcGIS. Slope di dalam

ArcGIS merupakan suatu tool yang disediakan

khusus untuk pembuatan kemiringan lereng.

Pengolahan Data Curah Hujan

Data curah hujan pada penelitian ini

diperoleh dari Badan Wilayah Sungai (BWS)

Sumatera VI. Data tersebut akan diolah

menggunakan aplikasi ArcGIS 10.3 untuk

menghasilkan sebuah peta curah hujan.

Pembuatan peta curah hujan dilakukan dengan

metode yang bernama Polygon Thiessen.

Metode tersebut merupakan metode yang

menentukan luas pengaruh daerah stasiun yang

memiliki sebaran tidak merata. Cara ini

dilakukan pada asumsi bahwa variasi hujan

antara stasiun hujan yang satu dengan lainnya

Page 7: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

5

adalah linear dan stasiun hujannya dianggap

dapat mewakili kawasan terdekat (Suripin,

2004). Metode ini cocok jika stasiun hujan tidak

tersebar merata dan jumlahnya terbatas

dibanding luasnya. Cara ini adalah dengan

memasukkan faktor pengaruh daerah yang

mewakili oleh stasiun hujan.

d. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan metode sistem klasifikasi

kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh FAO

(1976). Metode evaluasi lahan yang digunakan

adalah metode scoring dan overlay. Overlay

merupakan proses menggabungkan beberapa

layer-layer yang berbeda atau peta yang memuat

informasi yang diisyaratkan atau dengan

mencocokkan kriteria yang dikehendaki sesuai

dengan syarat-syarat penentuan kesesuaian

lahan dalam karakteristik lahan. Metode scoring

merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi

kesesuaian lahan dengan cara pemberian

skor/harkat terhadap masing-masing value

parameter lahan untuk menentukan tingkat

kemampuan lahannya. Langkah awal kerangka

kerja dalam analisis ini adalah dengan cara

overlay peta suhu, peta kemiringan lereng, peta

tutupan lahan, peta pH tanah, peta drainase, peta

tekstur tanah dan peta curah hujan untuk

mendapatkan satuan peta lahan (SPL) yang

digunakan sebagai satuan analisis data. Setelah

satuan peta lahan diperoleh, kemudian dilakukan

langkah scoring dengan skor skala yaitu hasil

ukuran berupa angka (kuantitatif) antara

karakteristik dan kualitas lahan tanaman kakao

dengan syarat tumbuh tanaman kakao, sehingga

akan diperoleh kelas-kelas kesesuaian lahan

untuk tanaman kakao. Teknik analisis scoring

digunakan untuk memberikan nilai pada

masing-masing karakteristik parameter dari sub-

sub variabel agar dapat dihitung nilainya serta

dapat ditentukan peringkatnya.

Penentuan interval pada setiap kelas

tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

I= lebar kelas interval

R= jarak interval (skor tertinggi-skor terendah)

N= jumlah kelas.

Berdasarkan scoring antara kualitas

lahan dan syarat tumbuh tanaman kakao tersebut

maka dapat diperoleh nilai skor untuk

menentukan tingkat kesesuaian lahannya yang

dapat dibuat dalam berupa peta kesesuaian lahan

tanaman kakao. Peta kesesuain lahan yang telah

didapatkan akan dilakukan pencocokan dengan

tutupan lahan yang terbaru yang ada di wilayah

penelitian, hal ini diperlukan karena beberapa

faktor harus dikeluarkan dari perhitungan

kesesuaian lahan diantaranya perkebunan yang

sudah ada di wilayah penelitian namun daerah

tersebut cocok untuk ditanami tanaman kakao,

sehingga area yang di lakukan penelitian benar-

benar sesuai untuk dilakukan pengembangan

tanaman kakao. Proses selanjutnya adalah

membandingkan dengan peta rencana tata ruang

wilayah (RTRW) Kabupaten Muaro Jambi

untuk melihat area-area potensial yang dapat

digunakan sebagai tempat pengembangan

tanaman kakao. Pencocokan dengan peta RTRW

perlu dilakukan agar wilayah yang ingin

dilakukan pengembangan tidak mengganggu

dengan rencana tata ruang wilayah yang

dikembangan kan oleh pemerintah daerah.

Kriteria kesesuaian lahan tanaman kakao

untuk masing-masing parameter yang digunakan

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pedoman Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Kakao

Sumber: Modifikasi Syarat Tumbuh Kakao

(Djaenudin, dkk, 2011)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Gambaran Umum Kabupaten Muaro

Jambi

Kabupaten Muaro Jambi adalah salah

satu kabupaten di Provinsi Jambi yang terletak

antara 1o15’- 2o20’ Lintang Selatan dan di antara

I = 𝑅

𝑁

No Karakteristik

Lahan S1 S2 S3 N

1 Temperatur (oC) 22 - 25 - 19 – 22 < 19

25 - 28 28 - 32 > 32

2 Kelerengan (%) < 8 8 - 16 16 – 30; 16 -

50 > 30; > 50

3 Curah Hujan

(mm/tahun) 2.000 - 3.000 1.750 -2.000 1.500 - 1.750 < 1.500

3.000 - 3.500 3.500 – 4.000

> 4.000

4 Drainase Baik Sedang

Agak

terhambat,

agak cepat

Terhambat,

sangat

terhambat,

cepat

5 Kelembaban

Udara (%) 45 - 80 80 – 90; 35 – 45 > 90; 30 - 35 < 30

6 Bahaya Erosi Sangat rendah Rendah - sedang Berat Sangat berat

7 Tekstur Tanah Halus, agak

halus, sedang - Agak kasar

Sangat

halus, kasar

8 pH H20 5,3-6,0 6,0-6,5 > 6,5

5,0-5,3 < 5,3

Page 8: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

6

103°10’ - 104°20’ Bujur Timur. Kabupaten

Muaro Jambi dibentuk berdasarkan Undang-

Undang Nomor 54 Tahun 1999 sebagai daerah

pemekaran dari Kabupaten Batang Hari, secara

resmi Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi

mulai dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober

1999. Peta administrasi Kabupaten Muaro Jambi

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Muaro

Jambi

Sebagian besar wilayah dataran di

Kabupaten Muaro Jambi berada pada ketinggian

10-100 meter di atas permukaan laut (74,95%)

dan hanya sebagian kecil (25,05%) yang berada

kurang dari 10 meter di atas permukaan laut dan

dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Muaro

Jambi merupakan daerah dataran rendah.

b. Parameter Kesesuaian Lahan

Tutupan Lahan

Klasifikasi tutupan lahan yang

diidentifikasikan mengacu pada hasil

pengecekan lapangan dan klasifikasi tutupan

lahan tahun 2018 yang diperoleh dari Balai

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS)

Batanghari. Klasifikasi tutupan lahan dengan

interpretasi visual dilakukan dengan digitasi

pada layar komputer menggunakan tampilan

komposit RGB band 654 yang memberikan

variasi informasi yang lebih beragam

berdasarkan nilai OIF dan mencakup band

gelombang pendek inframerah, inframerah

dekat, dan sinar tampak yang sesuai untuk

mendeteksi tutupan lahan (Jaya,2010). Susunan

Kombinasi band 6 (SWIR-1) diletakkan pada

gun red, band 5 (NIR) diletakkan pada gun

green, dan band 4 diletakkan pada gun blue

untuk menghasilkan kenampakan visual

mendekati warna alami.

Tutupan lahan berperan penting dalam

menentukan tersedianya lahan dan memahami

keruangan suatu objek penelitian. Dengan

adanya tutupan lahan maka dapat membantu

untuk menentukan pengembangan suatu

wilayah. Data tutupan lahan Kabupaten Muaro

Jambi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tutupan Lahan Kabupaten Muaro

Jambi

Tutupan Lahan Luas (ha) Persentase

(%)

Hutan Rawa 46.518,8 9,04

Hutan

Tanaman

12.320,29 2,39

Badan Air 5.381,31 1,05

Belukar 4.249,45 0,83

Belukar Rawa 52.863,29 10,28

Tanah Terbuka 16.222 3,15

Perkebunan 144.539,09 28,10

Pemukiman 16.315,78 3,17

Pertanian

Lahan Kering

414.69,36 8,06

Pertanian

Lahan Kering

Campur

174.574,12 33,93

Total 514.453,49 100

Sumber: Hasil Analisis Citra Landsat 8 (2018)

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui

bahwa Kabupaten Muaro Jambi didominasi oleh

pertanian lahan kering campur dengan luas

174.574,12 ha atau 33,93% dari total luasan

wilayah Kabupaten Muaro Jambi dan

perkebunan dengan luasan 144.539,09 ha atau

28,10% dari total luasan wilayah Kabupaten

Muaro Jambi. Hal tersebut dikarenakan

perkebunan merupakan sektor primadona di

Kabupaten Muaro Jambi, dimana perkebunan

menjadi penyumbang terbesar dalam pdrb

kabupaten tahun 2015 (Badan Pusat Statistik,

2015). Peta pesebaran tutupan lahan Kabupaten

Muaro Jambi dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 9: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

7

Gambar 2. Tutupan Lahan Kabupaten Muaro

Jambi

Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng yang digunakan pada

daerah penelitian didapatkan dari hasil

intepretasi data Shuttle Radar Topography

Mission (SRTM) yang memiliki kelas

kemiringan lereng yang beragam. Kemiringan

lereng tersebut memiliki kelerengan yang landai

hingga sangat curam. Peta kemiringan lereng

dibuat secara digital dengan mengklasifikasikan

data SRTM menjadi kemiringan lereng dalam

bentuk persen (%). Sebaran kemiringan lereng

Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Kemiringan Lereng Kabupaten Muaro

Jambi

Bentuk

Lahan

Kemiringan

Lereng (%)

Luas (ha) Persentase

(%)

Datar 0-8 510.625,93 94,27

Landai 8-15 17.074,23 3,15

Agak

Curam

15-25 8.249,93 1,52

Curam 25-45 4.676,45 0,86

Sangat

Curam

>45 1.035,19 0,19

Total 541.611,73 100

Sumber: Hasil analisis SRTM (2014)

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui

bahwa Kabupaten Muaro Jambi memiliki lima

kategori kelas kemiringan lereng yaitu

kemiringan lereng 0-8% dengan luas 510.625,93

ha, kemiringan lereng 8-15% dengan luas

17.074,23 ha, kemiringan lereng 15-25% dengan

luas 8.249,93 ha, kemiringan lereng 25-45%

dengan luas 4.676,45 ha, dan kemiringan lereng

>45% dengan luas 1.035,19 ha. Kabupaten

Muaro Jambi termasuk wilayah yang

mendominasi datar karena Kabupaten Muaro

Jambi merupakan Kabupaten dengan landform

rawa, gambut, dataran tektonik, dan dataran

vulkanik tua (Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, 2016). Peta sebaran

kemiringan lereng Kabupaten Muaro Jambi

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kemiringan Lereng Kabupaten

Muaro Jambi

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui

bahwa analisis data SRTM pada daerah

penelitian menunjukkan nilai kelerengan

terendah adalah 0-8% dan kelerengan tertinggi

adalah >45%. Tinggi rendahnya kemiringan

lereng dipengaruhi oleh ketinggian suatu tempat.

Semakin curam lereng maka produksi kakao

akan semakin menurun. Hal ini disebabkan

karena semakin miring suatu lahan maka

semakin besar volume air yang dapat mengalir

di permukaan tanah sehingga dapat

menimbulkan terjadinya erosi. Demikian juga

sebaliknya, semakin rendah tingkat kemiringan

lereng maka produktivitas tanah akan semakin

baik karena kemungkinan terjadinya erosi dapat

diperkecil (Liyanda et al, 2012).

Curah Hujan

Tanaman kakao merupakan tanaman

tahunan yang tumbuh didaerah tropis dan sangat

peka terhadap kekurangan air atau cekaman

lengas (stress). Perubahan pada pola curah hujan

seperti lebih lebatnya atau bahkan berkurangnya

air hujan yang turun dapat mengakibatkan

gugurnya bunga kakao sehingga mengurangi

buah yang akan di produksi. Pembungaan sangat

berkurang apabila tanaman mengalami stress.

Menurunnya pembungaan ini menurut Sale cit.

Alvian (1984) disebabkan oleh terhambatnya

Page 10: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

8

perkembangan tunas bunga. Sebaran curah

hujan tahunan Kabupaten Muaro Jambi dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Curah Hujan Tahunan Kabupaten

Muaro Jambi

Curah Hujan

(mm/tahun)

Luas (ha) Persentase

(%)

2000-3000 268.259,56 49,53

1500-1750 255.212,34 47,12

<1500 18.189,81 3,36

Total 541.661,71 100

Sumber: Hasil Analisis Curah Hujan Tahunan

(2019-2015)

Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa

curah hujan di Kabupaten Muaro Jambi

memiliki 3 klasifikasi yaitu curah hujan <1500

mm/tahun dengan luas 18.189,81 ha atau 3,36%,

curah hujan 1500-1750 mm/tahun dengan luas

255.212,34 ha atau 47,12%, dan curah hujan

2000-3000 mm/tahun dengan luas 268.259,56

ha atau 49,53%. Curah hujan yang melebihi

4500 mm/tahun kurang baik karena berkaitan

erat dengan serangan penyakit busuk buah.

Daerah yang curah hujannya lebih rendah dari

1200 mm/tahun masih dapat ditanami kakao,

tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan

air yang hilang karena transpirasi akan lebih

besar daripada air yang diterima tanaman dari

curah hujan (Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perkebunan, 2010). Peta curah

hujan Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat

pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta Curah Hujan Kabupaten Muaro

Jambi

Hasil peta curah Kabupaten Muaro Jambi

didapatkan dari data Balai Wilayah Sungai VI

(BWS) Sumatera dengan menggunakan metode

Polygon Thiessen. metode polygon thiessen

banyak digunakan untuk menghitung hujan rata-

rata kawasan apabila dalam suatu kawasan

stasiun pengamatan curah hujannya tidak

tersebar merata. Metode ini termasuk memadai

untuk menentukan curah hujan suatu wilayah,

tetapi hasil yang baik akan ditentukan oleh

sejauh mana penempatan stasiun pengamatan

hujan mampu mewakili daerah pengamatan.

Peran hujan sangat menentukan proses yang

akan terjadi dalam suatu kawasan dalam

kerangka satu sistem hidrologi dan

mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya

(Bayong, 2004).

Hasil analisis curah hujan dominan yang

terjadi pada daerah penelitian yaitu curah hujan

2000-3000 mm/tahun dengan luas 268.259,56

ha dengan kriteria kesesuaian S1 (sangat sesuai)

untuk dilakukan pengembangan tanaman kakao

pada wilayah Kecamatan Sekernan, Maro Sebo,

Jambi Luar Kota, Mestong, Bahar Utara, Sungai

Bahar, dan Bahar Selatan.

pH Tanah

pH tanah termasuk dalam sifat kimia

tanah yang berpengaruh untuk pertumbuhan

tanaman kakao. Tanaman kakao membutuhkan

tanah yang kaya akan bahan-bahan organik dan

memiliki pH sekitar netral.

pH tanah bisa dijadikan sebagai indikator

tersedianya unsur hara di dalam tanah.

Walaupun kisaran pH 4,0-8 tanaman kakao

masih dapat tumbuh, tetapi tanaman kakao akan

lebih baik tumbuh pada kisaran pH netral (6,0-

7,0) (T. Wahyudi ; T.R Panggabean ; Pujiyanto,

2008). Sebaran pH tanah Kabupaten Muaro

Jambi dapat dilihat Tabel 5.

Tabel 5. pH Kabupaten Muaro Jambi

pH Tanah Luas (ha) Persentase

(%)

Masam 206.946,15 38,62

Sangat

Masam

328.886,81 61,38

Total 535.832,96 100

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Kementrian Pertanian

(2016)

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa

Kabupaten Muaro Jambi memiliki 2 tingkat

keasamaan tanah yaitu sangat masam (ph <4,5)

dengan luas 328.886,81 ha atau 61,38 % dan

masam (ph 4,5-5,5) dengan luas 206.946,15 ha

Page 11: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

9

atau 38,62%. Hal tersebut dikarenakan

Kabupaten Muaro Jambi landform rawa dan

gambut. Peta pH tanah dapat lihat pada Gambar

5.

Gambar 5. Peta pH Kabupaten Muaro Jambi

Hasil peta pH tanah Kabupaten Muaro

Jambi menunjukkan daerah yang memiliki pH

tanah sangat masam mendominasi berada di

Kecamatan Kumpeh dan pH tanah masam

mendominasi berada di Kecamatan Bahar Utara,

Mestong, dan Kecamatan Bahar Selatan.

Suhu Udara

Suhu merupakan salah satu faktor

penting dalam pertumbuhan tanaman kakao.

Suhu seringkali dinyatakan sebagai dalam

derajat suhu. Suhu udara dipengaruhi oleh

ketinggian suatu tempat. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Handoko (1994) yang menyatakan

pada kenyataannya bumi merupakan sumber

pemanas, sehingga semakin tinggi suatu tempat

semakin rendah suhunya.

Sementara itu menurut Sutanto (1994),

suhu permukaan didefenisikan sebagai suhu

bagian terluar dari suatu objek. Suhu permukaan

suatu objek tidak sama tergantung pada sifat

fisik permukaan objek. Suhu permukaan dapat

diperoleh dari pengolahan citra landsat 8 yang

memiliki dua saluran termal yang dibawa oleh

sensor Thermal Infrared Sensor (TIRS) yaitu

saluran band 10 dan band 11. Salah satu

pengaplikasian dari citra Landsat 8 TIRS adalah

untuk mengestimasi nilai Land Surface

Temperature (LST).

LST dapat diartikan sebagai suhu

permukaan rata-rata dari suatu permukaan

wilayah yang digambarkan dalam cakupan suatu

piksel dengan berbagai tipe permukaan (Faridah

dan Krisbiantoro,2014). Proses pengolahan suhu

permukaan dari citra Landsat 8 menggunakan

perhitungan algoritma matematika. Salah satu

algoritma tersebut adalah Split Window

Algorithm (SWA) karena mampu meminimalisir

pengaruh atmosfer yang diterima oleh citra

dalam pengolahan suhu permukaan (Du et al,

2015; Peres & Da Camara, 2005; Wan et al,

2004; Watson, 1992). Persebaran suhu udara

Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Suhu Udara Kabupaten Muaro Jambi

Suhu

Udara

Luas (ha) Persentase

(%)

<19 °C 373.146,95 68,92%

19-22 °C 167.283,24 30,90%

22-25 °C 1.022,7 0,19%

Total 541.432,89 100,00%

Sumber: Hasil Analisis Citra Landsat 8 (2018)

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa

Kabupaten Muaro Jambi memiliki suhu udara

yang bervariasi yaitu 13°C - 25°C. Rendahnya

suhu sehingga menghasilkan nilai minus

dikarenakan ada beberapa daerah yang citranya

tertutupi oleh awan. Tinggi rendahnya suhu

udara sangat dipengaruhi oleh banyak atau

tidaknya awan yang terdapat pada citra Landsat

8. Semakin banyak terdapat awan yang

menutupi citra maka semakin rendah suhu yang

diekstrasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adi

Sediyo A (2019) yang menyatakan citra Landsat

8 TIRS yang digunakan sebaiknya memiliki

kualitas dengan tutupan awan 5% karena jika

lebih dari nilai tersebut citra tidak maksimal

untuk digunakan dalam proses ekstrasi suhu

permukaan. Peta sebaran suhu udara Kabupaten

Muaro Jambi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Suhu Udara Kabupaten Muaro

Jambi

Page 12: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

10

Berdasarkan hasil analisis LST

Kabupaten Muaro Jambi diperoleh nilai

minimum dan maksimum LST. Nilai maksimum

LST adalah 25oC dan nilai minimum LST adalah

13oC. Analisis yang telah dilakukan terhadap

proses pengolahan LST untuk daerah Kabupaten

Muaro Jambi adalah citra yang paling minimum

adanya awan.

Suhu udara pada daerah penelitian

dikelompokkan menjadi lima kelas kesesuian

lahan yaitu kelas S1 (sangat sesuai) adalah suhu

22°C - 25oC dengan luas 1.022,7 ha, kelas S3

(sesuai marginal) adalah suhu 19°C - 22oC

dengan luas 167.283,24 ha, dan Kelas N (tidak

sesuai) adalah suhu 13°C - 19oC dengan luas

373.146,95 ha.

Tekstur Tanah

Tekstur tanah termasuk salah satu dari

sifat fisik tanah yang merupakan syarat tumbuh

tanaman kakao. Tekstur tanah menunjukkan

perbandingan tertentu antara tiga fraksi tanah,

yaitu pasir, debu, dan lempung. Susunan ketiga

komponen tersebut menentukan kemampuan

tanah dalam mendukung pertumbuhan tanah.

Tekstur tanah nyata memengaruhi daya dukung

terhadap tanaman kakao. Semakin tinggi kadar

lempungnya, semakin rendah daya dukungnya

terhadap pertumbuhan kakao (Hardjono, 1986).

Persebaran tekstur tanah Kabupaten Muaro

Jambi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tekstur Tanah Kabupaten Muaro Jambi

Tekstur

Tanah

Luas (ha) Presentase

(%)

Agak

Halus

117.661,58 21,96

Halus 146.559,3 27,35

Sedang 9.532,61 1,78

Hemik 254.645,77 47,52

Saprik 7.433,71 1,39

Total 535.832,97 100

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Kementrian Pertanian

(2016)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui

bahwa Kabupaten Muaro Jambi memiliki

tekstur tanah yang bervariasi yaitu halus hingga

sedang dan memiliki tekstur tanah gambut yang

memiliki kematangan gambut saprik (matang)

dan hemik (setengah matang). Tekstur tanah

yang agak halus merupakan tekstur tanah yang

mengandung lempung berliat, lempung liat

berdebu, dan lempung liat berpasir, tekstur tanah

halus merupakan tekstur tanah yang

mengandung liat, liat berdebu, dan liat berpasir,

dan tekstur tanah sedang merupakan tekstur

tanah yang mengandung lempung, debu,

lempung berdebu, dan lempung berpasir

(Hikmatullah et al, 2014) sedangkan tekstur

tanah gambut dengan tingkat kematangan saprik

(matang) merupakan gambut yang tertinggal

dalam tangan (lebih dari dua pertiga yang lolos)

setelah diremas dan tesktur tanah gambut

dengan tingkat kematangan hemik (setengah

matang) merupakan gambut yang tertinggal

sekitar 50% dalam tangan setelah diremas. Peta

perseberan tekstur tanah Kabupaten Muaro

Jambi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta Tekstur Tanah Kabupaten

Muaro Jambi

Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui

bahwa Kabupaten Muaro Jambi memiliki

tekstur tanah gambut hemik yang cukup

mendominasi dengan luas 254.645,77 ha di

daerah Kecamatan Kumpeh dan Kecamatan

Sungai Gelam. Lahan gambut mempunyai

karakteristik (baik fisik maupun kimia) yang

berbeda dengan tanah mineral, sehingga untuk

menjamin keberlanjutan pengelolaan lahan,

diperlukan penangan yang bersifat spesifik.

Drainase

Drainase merupakan salah satu faktor

penting dalam proses produktivitas kakao di

suatu wilayah. Drainase adalah suatu usaha

untuk membuang kelebihan air secara alami atau

buatan dari permukaan tanah atau dari dalam

tanah untuk menghindari pengaruh yang

merugikan terhadap pertumbuhan tanaman.

Tumbuhnya kakao diperlukan struktur tanah

Page 13: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

11

yang gembur dan kondisi drainase yang baik.

Kondisi drainase Kabupaten Muaro Jambi dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kondisi Drainase Kabupaten Muaro

Jambi

Kondisi

Drainase

Luas (ha) Persentase

(%)

Baik 207.066,12 38,64

Terhambat 3.940,78 0,74

Sangat

Terhambat

324.826,07 60,62

Total 535.832,97 100

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Kementrian Pertanian

(2016)

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui

bahwa Kabupaten Muaro Jambi memiliki

kondisi drainase yang bervariasi mulai dari

kondisi yang baik hingga sangat terhambat.

Kondisi Drainase yang mendominasi di

Kabupaten Muaro Jambi adalah kondisi drainase

baik dengan luas 207066,12 ha atau 38,64% dan

sangat terhambat dengan luas 324826,07 ha atau

60,62%. Peta persebaran drainase Kabupaten

Muaro Jambi dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Peta Drainase Kabupaten Muaro

Jambi

Hasil peta drainase menunjukkan bahwa

Kabupaten Muaro Jambi dominan memiliki

kondisi drainase sangat terhambat di daerah

Kecamatan Kumpeh, Taman Rajo, Kumpeh Ulu,

dan Sungai Gelam. Hal tersebut dikarenakan

didaerah tersebut termasuk dalam landform

rawa termasuk hutan rawa dan belukar rawa.

Rawa merupakan dataran rendah yang selalu

tergenang air, baik bersifat sementara maupun

sepanjang waktu dan memiliki aerasi tanah yang

rendah (Effendy, 2011).

c. Kesesuaian Lahan Tanaman Kakao

Analisis kesesuaian lahan untuk

pengembangan tanaman kakao dilakukan

dengan melakukan overlay (tumpeng tindih)

masing-masing parameter yang digunakan pada

penelitian ini (kemiringan lereng, suhu udara,

curah hujan, tutupan lahan, keasaman tanah

(pH), tekstur tanah, dan drainase) yang

kemudian memberikan skor dan bobot pada

setiap parameter.

Berdasarkan proses overlay dan scoring

dihasilkan total skor tiap area yaitu nilai

maksimal dengan total skor dan nilai minimal

total skor. Sehingga diperoleh interval (I) yaitu:

𝑖 =𝑅

𝑁

𝑖 =28 − 7

7

𝑖 = 3

Berdasarkan hasil analisis scoring

diperoleh empat kelas interval kesesuaian lahan

untuk tanaman kakao. Interval pada setiap total

skor dari tingkat kesesuaian lahan tanaman

kakao dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Interval Kelas Kesesuaian Lahan

Tanaman Kakao Kelas Satuan

Lahan

Total

Skor

Kriteria Kesesuaian

I 28-26 S1(sangat sesuai)

II 25-23 S2 (sesuai)

III 22-20 S3(sesuai marginal)

IV 19-17 N (tidak sesuai)

Sumber: Hasil analisis perhitungan lebar

interval

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan

bahwa hasil analisis scoring pada daerah

penelitian, kelas kesesuaian lahan

diklasifikasikan menurut struktur FAO (1976)

yaitu kelas S1 adalah interval 28-26, kelas S2

adalah interval 25-23, kelas S3 adalah interval

22-20, kelas N adalah 19-17.

Page 14: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

12

Kesesuaian Lahan Aktual

Kesesuaian Lahan Aktual merupakan

kesesuaian yang dilakukan pada iklim dan

kondisi penggunaan lahan sekarang, tanpa

masukan perbaikan pada parameternya. Pada

penelitian ini untuk mendapatkan kelas

kesesuaian lahan yaitu masing-masing atribut

peta satuan lahan dibandingkan dengan kriteria

kelas kesesuaian lahan. Setelah seluruh data

terkumpul, tahap selanjutnya adalah

mengadakan evaluasi berdasarkan data yang

diperoleh. Pada penelitian ini evaluasi yang

dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelas

kesesuaian lahan untuk tanaman kakao di

Kabupaten Muaro Jambi. Metode yang

digunakan adalah metode scoring. Analisis

kesesuaian lahan dengan metode scoring

dilakukan dengan memberikan bobot dan skor

pada masing-masing parameter fisik (tingkat

kelerengan lahan, suhu udara, tekstur tanah,

keasaman (pH) tanah, drainase, curah hujan dan

tutupan lahan. Pemberian bobot dan pada tiap

variabel bergantung pada tingkat pengaruhnya

tehadap penggunaan lahan. Setiap satuan lahan

memiliki kriteria yang berbeda berdasarkan

masing-masing parameter fisik. Berdasarkan

hasil overlay (peta tekstur tanah, peta

kemiringan lereng, peta suhu udara, peta pH

tanah, peta curah hujan, peta drainase dan

tutupan lahan) dan analisis scoring maka

diperoleh peta kesesuaian lahan aktual tanaman

kakao Kabuapaten Muaro Jambi yang dapat

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kesesuaian Lahan Aktual

Kelas

Kesesuaian

Lahan

Luas (Ha) Persentase

(%)

S1(sangat

sesuai)

157.141,15 29,18

S2 (sesuai) 55.641,64 10,33

S3(sesuai

marginal)

67.932,64 12,62

N(tidak sesuai) 257.755,87 47,87

Total 538.471,3 100

Sumber: Hasil analisis scoring dan overlay

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian

lahan untuk tanaman kakao yang telah dilakukan

maka dapat diketahui bahwa kelas kesesuaian

lahan yang sesuai untuk dilakukan

pengembangan tanaman kakao yaitu kelas S1

(sangat sesuai) dan S2 (sesuai) dengan luas

212.782,29 ha atau 39,51% dari luas wilayah

Kabupaten Muaro Jambi. Pada lahan kelas

kesesuaian S3 (sesuai marginal) atau disebut

juga dengan kelas lahan kurang sesuai yang

harus dilakukan usaha perbaikan agar dapat

ditanami kakao. Peta kesesuaian lahan tanaman

kakao di Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat

pada Gambar 9.

Gambar 9. Peta Kesesuaian Lahan Aktual

Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan

bahwa hasil kesesuaian lahan aktual tanaman

kakao Kabupaten Muaro Jambi yang

mendominasi adalah kelas kesesuaian lahan N

(tidak sesuai) dengan luas 257.755,87 ha atau

47,81% pada Kecamatan Kumpeh.

Kesesuaian Lahan Potensial (Lahan Existing &

RTRW Kabupaten Muaro Jambi)

Kesesuaian lahan potensial diperoleh

setelah hasil kesesuaian lahan aktual didapatkan

dan dilakukan terhadap rencana tata ruang

wilayah dengan tujuan agar pengembangan

tanaman kakao tidak dilakukan pada kawasan

yang tidak sesuai peruntukkannya seperti

kawasan lindung. Rencana tata ruang wilayah

yang digunakan adalah pola ruang Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2014-2034.

Rencana tata ruang wilayah Kabupaten

Muaro Jambi terdiri dari kawasan lindung dan

kawasan budidaya. Kawasan budidaya terdiri

dari hutan produksi konversi, hutan produksi

terbatas, hutan produksi tetap, kawasan

hortikultura, kawasan perikanan, kawasan

perikanan kolam, pertambangan batu bara, dan

perkebunan. Kawasan lindung terdiri dari hutan

lindung, kawasan resapan air, sempadan danau,

sempadan sungai, sudetan, taman hutan raya

Page 15: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

13

tanjong, dan tamana nasional berbak. Peta

rencana tata ruang wilayah Kabupaten Muaro

Jambi dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Peta Pola Ruang Kabupaten Muaro

Jambi

Berdasarkan peta pola uang Kabupaten

Muaro Jambi diketahui bahwa wilayah

Kabupaten Muaro Jambi di dominasi oleh

perkebunan. Perbandingan kesesuaian lahan

terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

dilakukan untuk melihat keadaan yang terjadi

secara aktual di daerah penelitian, perbandingan

dilakukan dengan menghitung setiap parameter

dengan data yang telah di hasilkan. Data dan

Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Muaro Jambi Tahun 2014-2034 didapatkan

melalui Kementrian Agraria dan Tata Ruang.

Berdasarkan hasil overlay antara kesesuaian

lahan aktual dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Muaro Jambi maka

diperoleh empat kategori kelas kesesuaian lahan

untuk pengembangan tanaman Kakao. Kelas

kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kakao

dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman

Kakao Kabupaten Muaro Jambi

Kelas

Kesesuaian

Lahan

Luas (ha) Persentase

(%)

S1 108.859,44 20,11

S2 33.738,19 6,23

S3 33054,06 6,10

N 365779,86 67,56

Total 541431,55 100

Sumber: Hasil overlay aktual dengan RTRW

Berdasarkan hasil analisis overlay pada Tabel 21

menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan

yaitu S1 dengan luas 108859,44 ha atau 20,11%

maka terdapat perbandingan sekitar 48.281,71

ha yang berkurang dari kesesuaian lahan aktual,

hal ini diakibatkan kawasan yang tidak

diperuntukkan untuk pengembangan tanaman

kakao dikeluarkan kawasannya. Peta kesesuaian

lahan potensial tanaman kakao dapat dilihat

pada Gambar 11.

Gambar 11. Peta Kesesuaian Lahan Potensial

Berdasarkan Gambar 11 menunjukkan

bahwa Kabupaten Muaro Jambi di dominasi

kelas kesesuaian lahan N (tidak sesuai) setelah

dilakukan proses overlay antara kesesuaian

lahan aktual dan data Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Muaro Jambi dengan luas

365.779,86 ha pada Kecamatan Kumpeh dan

Sungai Gelam sedangkan kelas kesesuaian S1

dan S2 yang dapat dilakukan pengembangan

tanaman kakao dengan luas 142.597,63 ha pada

Kecamatan Sekernan, Mestong, Bahar Utara,

dan Bahar Selatan

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Wilayah Kabupaten Muaro Jambi sesuai

untuk dijadikan pengembangan tanaman

kakao di beberapa wilayah kecamatan

Kabupaten Muaro Jambi. Kecamatan yang

tergolong potensial untuk dilakukan

pengembangan tanaman kakao adalah pada

semua kecamatan namun pada Kecamatan

Sekernan dan Kecamatan Mestong yang

lebih memiliki peluang lebih tinggi untuk

dilakukan pengembangan tanaman kakao

karena pada wilayah tersebut memiliki

kelerengan yang datar, drainase yang baik,

Page 16: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

14

curah hujan yang sedang, tekstur tanah yang

mendukung dalam pertumbuhan tanaman

kakao.

2. Tingkat kesesuaian lahan terbagi menjadi

dua, yaitu kesesuaian lahan aktual dan

kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan

aktual memiliki empat kelas yaitu S1 (sangat

sesuai) dengan luas 157141,15 ha, S2

(sesuai) dengan luas 55.641,64 ha, S3 (sesuai

marginal) dengan luas 679.32,64 ha, dan N

(tidak sesuai) dengan luas 257.755,87 ha

sedangkan kesesuaian lahan potensial juga

memiliki empat kelas yaitu S1 (sangat

sesuai) dengan luas 108.859,44 ha, S2

(sesuai) dengan luas 33.738,19 ha, S3 (sesuai

marginal) dengan luas 33.054,06 ha, dan N

(tidak sesuai) dengan luas 365.779,86 ha.

b. Saran

Hasil penelitian ini disarankan untuk

melakukan pengembangan budidaya tanaman

kakao di wilayah Kecamatan Sekernan,

Kecamatan Mestong, Kecamatan Sungai Gelam,

Kecamatan Bahar Utara, Kecamatan Sungai

Bahar, dan Kecamatan Bahar Selatan karena di

wilayah tersebut yang memiliki peluang lebih

tinggi dilakukannya pengembangan budidaya

tanaman kakao di Kabupaten Muaro Jambi

namun harus tetap menerapkan aspek

lingkungan yang berhubungan dengan

konservasi lahan dan tanah gambut.

.DAFTAR PUSTAKA

Adi Sediyo, A. 2019. Pemanfaatan Metode

Split-Windows Algorithm (SWA) Pada

Landsat 8 Menggunakan Data Uap Air

Modis Terra.

Alvin P. De T. 1984. Flowring of Cocoa. Cocoa

Growers.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

2016. Klasifikasi Tanah Nasional.

Kementrian Pertanian.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Statistik

Kakao Indonesia. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

Badan Pusat Statistik Muaro Jambi. 2015.

Penggunaan Lahan Kabupaten Muaro

Jambi. Muaro Jambi.

Bayong Tjasyono HK. 2004. Klimatologi.

Bandung: Institut Pertanian Bogor.

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2015.

Produktivitas Kakao Provinsi Jambi

Menurut Kabupaten Tahun 2015. Jambi.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2018. Statistik

Perkebunan Indonesia Komoditas Kakao

2017-2019. Jakarta.

Du, C., Ren,H., Qin, Q., Meng,J., & Zhao, S.

2015. A Practical Split-Window

Algorithm For Estimating Land Surface

Temperature From Landsat 8 Data.

Remote Sensing.

Effendy. 2011. Drainase Untuk Meningkatkan

Kesuburan Lahan Rawa. Politeknik

Negeri Sriwijaya

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation.

Soil Resources Management and

Conservation Service Land and Water

Development Division. FAO Soil

Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.

Faridah, S, N., & Krisbiantoro, A. 2014. Analisis

Distribusi Temperatur Permukaan Tanah

Wilayah Potensi Panas Bumi

Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh

di Gunung Lamongan. Tiris-

Probolinggo, Jawa Timur. Berkala

Fisika, Vol 17, No.2, 67-72.

Goenadi DH, Baon JB, Herman PA. 2005.

Prospek dan Arah Pengembangan

Agribisnis Kakao di Indonesia. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Jakarta.

Hardjowigeno, S dan Widiatmaka. 2007.

Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tata Guna

Lahan.Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Hikmatullah, Suparto, C. Tafakresnanto,

Sukarman, Suratman dan K. Nugroho.

2014. Petunjuk Teknis Survei dan

Pemetaan Sumberdaya Tanah Tingkat

Semi Detail Skala 1:50.000. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

Page 17: PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KAKAO DI …

15

Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Bogor. 34 hal.

Hutapea, S. 1991. Evaluasi Metode Kesesuaian

Lahan untuk Budidaya Kakao Lindak di

Jawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana,

IPB, Bogor.

Jaya, INS. 2010. Analisis Citra Digital:

Perspektif Penginderaan Jauh Untuk

Pengelolaan Sumber Daya Alam. Bogor:

Institus Pertanian Bogor.

Latif, M. S. 2014. Land Surface Temperature

Retrival Of Landsat 8 Data Using Split

Window Algorithm- A Case Study of

Ranchi District. International Journal of

Engineering Development and Research

(IJEDR), Volume 2, Issue 4, 3840-3849.

Liyanda, M., Karim, A & Abubakar, Y. 2012.

Analisis Kriteria Kesesuaian Lahan

Terhadap Kakao Pada Tiga Klaster

Pengembangan Di Kabupaten Pidie.

Misnawi, Pujiyanto, dan Teguh Wahyudi. 2015.

Kakao (Sejarah, Botani, Proses Produksi,

Pengolahan, dan Perdagangan). Gajah

Mada University Press.

Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan. 2010. Budidaya dan

Pascapanen Kakao. Bogor.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Yang

Berkelanjutan. Penerbit Andi Offset,

Yogyakarta.

Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2.

Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Wahyudi, T. R. Panggabean, dan Pujianto. 2008.

Panduan Lengkap Kakao. Penebar

Swadaya. Jakarta.