60
PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI BITTUANG, BERDASARKAN ANALISIS SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE, SECOND VERTICAL DERIVATIVE, PEMODELAN 2.5D DAN 3D ANOMALI GAYA BERAT (Skripsi) Oleh TRI ATMA WAHYUDA SIRAIT KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA 2020

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS …digilib.unila.ac.id/60890/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PEMODELAN 2.5D DAN 3D ANOMALI GAYABERAT Oleh TRI ATMA WAHYUDA SIRAIT

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI BITTUANG, BERDASARKAN ANALISIS SECOND HORIZONTAL

DERIVATIVE, SECOND VERTICAL DERIVATIVE, PEMODELAN 2.5DDAN 3D ANOMALI GAYA BERAT

(Skripsi)

Oleh

TRI ATMA WAHYUDA SIRAIT

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

2020

ABSTRACT

MODELING UNDER SURFACE STRUCTURE BITTUANGGEOTHERMAL AREA, BASED ON ANALYSIS OF SECOND

HORIZONTAL DERIVATIVE, SECOND VERTICAL DERIVATIVE, 2.5DAND 3D MODELING WITH GRAVITY ANOMALY

By

TRI ATMA WAHYUDA SIRAIT

The Bittuang area, Tana Toraja, South Sulawesi has volcanic geothermal potential.Bittuang Geothermal has several manifestations that appear to the surface in theform of hot water and fumaroles which have temperatures ranging from 39 ˚C - 96˚C. In the vicinity of the study area has several geological structures in the form offaults. Therefore, this study aims to find fault structures and obtain density valuesfor the study area using gravity data. Gravity processing in this research is done bydetermining the width of the window with spectrum analysis to be used in themoving average filter in order to obtain residual and regional anomaly zones.Meanwhile, to determine the geological structure, a Second Horizontal Deritive andSecond Vertical Derivative analysis was performed. In the modeling results, thedensity value is 2.35 gr / cc - 2.83 gr / cc in the 2D model, then 2.2 gr / cc - 3.0 gr /cc in the 3D model with bedrock in the form of rocks and it is known that themanifestations are thought to have a relationship with the structure fault. In thisstudy also uses additional data in the form of apparent resistivity contour map datato add information about the geothermal prospect area.

______

Keywords : Gravity, SHD and SVD, fault

i

ABSTRAK

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAHPANASBUMI BITTUANG, BERDASARKAN ANALISIS SECONDHORIZONTAL DERIVATIVE, SECOND VERTICAL DERIVATIVE,

PEMODELAN 2.5D DAN 3D ANOMALI GAYABERAT

Oleh

TRI ATMA WAHYUDA SIRAIT

Daerah Bittuang, Tana Toraja, Sulawesi Selatan memiliki potensi panas bumivulkanik. Panas Bumi Bittuang memiliki beberapa manifestasi yang muncul kepermukaan berupa air panas dan fumarol yang memiliki temperatur berkisar 39 ˚C– 96 ˚C. Pada sekitar area penelitian memiliki beberapa struktur geologi berupapatahan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari struktur patahandan mendapatkan nilai densitas daerah penelitian tersebut dengan menggunakandata gaya berat. Pengolahan gaya berat pada penelitian ini dilakukan denganmenentukan lebar jendela dengan analisis spektrum untuk digunakan pada filtermoving average agar mendapatkan zona anomali residual dan regional. Sedangkanuntuk menentukan struktur geologi dilakukan analisis Second Horizontal Deritivedan Second Vertical Derivative. Pada hasil pemodelan didapat nilai densitasnya2,35 gr/cc – 2.83 gr/cc pada model 2D kemudian 2,2 gr/cc – 3.0 gr/ cc pada model3D dengan batuan dasar berupa batuan malihan dan diketahui bahwa manifestasididuga memiliki hubungan dengan struktur patahan. Pada penelitian ini jugamenggunakan data tambahan berupa data peta kontur resistivitas semu untukmenambah informasi mengenai daerah prospek panas bumi.

______

Kata kunci : Gaya berat, SHD dan SVD, sesar

ii

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI BITTUANG, BERDASARKAN ANALISIS SECOND HORIZONTAL

DERIVATIVE, SECOND VERTICAL DERIVATIVE, PEMODELAN 2.5DDAN 3D ANOMALI GAYABERAT

Oleh

TRI ATMA WAHYUDA SIRAIT

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik GeofisikaFakultas Teknik Universitas Lampung

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

2020

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu, Tanggamus pada tanggal 10

Februari 1998, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, dari

pasangan Bapak Jonny Sirait dan Ibu Ettelina Pandiangan.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)

di TK Fransiskus Gisting, Tanggamus pada tahun 2003,

pendidikan Sekolah Dasar di SD Fransiskus Gisting, Tanggamus pada tahun 2009,

pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Xaverius Gisting, Tanggamus pada

tahun 2012 dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Talangpadang

pada tahun 2015.

Pada tahun 2015 penulis melanjutkan studi di perguruan tinggi dan terdaftar sebagai

mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung

melalui jalur SBMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai

organisasi. Pada tahun 2016 sampai 2018 penulis tercatat sebagai anggota aktif

Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika Bhuwana Universitas Lampung sebagai

anggota biro Kesekretariatan dan Rumah Tangga serta anggota aktif American

Association Petroleum Geologist (AAPG) SC Unila. Pada periode 2018/2019

penulis juga masih tercatat sebagai anggota aktif di bidang Finance and Goverment

di AAPG SC Unila. Pada Tahun 2018 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata

(KKN) di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Pulau Panggung, Tanggamus. Dalam

vii

pengaplikasian ilmu di bidang Teknik Geofisika penulis juga telah melaksanakan

Kerja Praktek di PT. Aneka Tambang (ANTAM) Tbk. Jakarta dengan Mengambil

tema “Pemodelan Bawah Permukaan Berdasarkan Data Magnetik di Daerah

Gunung Dahu Jawa Barat”. Penulis melakukan Tugas Akhir untuk skripsi di

Jurusan Teknik Geofisika, hingga akhirnya penulis menyelesaikan pendidikan

sarjana teknik pada tanggal 17 Januari 2020 dengan judul skripsi “Pemodelan

Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Bittuang, Berdasarkan Analisis

Second Horizontal Derivative, Second Vertical Derivative, Pemodelan 2.5D Dan

3D Anomali Gayaberat”.

viii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur , skripsi ini kupersembahkan kepada :

TUHAN YANG MAHA ESA

Atas segala rahmat dan karunianya yang selalu penulis dapatkandi setiap langkah hingga terselesaikannya skripsi ini.

ORANG TUAKU TERSAYANGAYAHANDA JONNY SIRAIT

IBUNDA ETTELINA PANDIANGAN

Atas segala kasih sayang yang dengan penuh tulus dan ikhlas diberikan kepadapenulis. Serta berkat do’a dan kerja keras kalianlah skripsi ini dapat terselesaikan.Tak ada sesuatu yang dapat membalaskan jerih payah Ayah dan Ibu selama ini.Semoga kelak anakmu ini dapat meraih kesuksesan serta mengukir senyum yang

abadi di bibirmu.

KAKAK, ABANG , DAN ADIKKUYANG AKU KASIHI

Terimakasih kuucapkan atas segala do’a serta segala bentuk dukungan yang telahdiberikan. Sedari kecil bersama hingga saat ini telah mengukir jalannya masing-

masing. Semoga kelak kita bisa mencapai kesuksesaan bersama. Tetaplahbersama karena pada hakikatnya harta yang paling berharga adalah keluarga.

TEKNIK GEOFISIKA UNIVERSITAS LAMPUNG 2015

Terimakasih atas segala suka dan duka yang kita lewati bersama, serta dukunganyang tak pernah hentinya menemani masa-masa perkuliahan yang luar biasa ini.

KELUARGA BESAR TEKNIK GEOFISIKA UNIVERSITAS LAMPUNGALMAMATER TERCINTA, UNIVERSITAS LAMPUNG

ix

MOTTO

“Tak kan ada progresif tanpa ada perubahan di dalam pergerakan”-Ras Muhammad

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatankepadaku”

-Filipi 4 : 13

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya”-Pengkhotbah 3 : 11a

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala karunia dan

rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik yang

harus diselesaikan oleh mahasiswa Teknik Geofisika Universitas Lampung. Maka

dari itu penulis melakukan Tugas Akhir yang dilaksanakan di Laboratorium

Geofisika, Universitas Lampung. Sebagai bukti bahwa penulis telah menyelesaikan

Tugas Akhir ini adalah laporan tugas akhir ini yang berjudul “Pemodelan Struktur

Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Bittuang, Berdasarkan Analisis Second

Horizontal Derivative, Second Vertical Derivative, Pemodelan 2.5D Dan 3D

Anomali Gayaberat”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka

dari itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Selamat membaca

dan semoga bermanfaat.

Penulis

Tri Atma Wahyuda Sirait

xi

SANWACANA

Banyak sekali pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini, maka

pada kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-Nya sehingga dapat

menyusun skripsi ini dengan baik.

2. Orang tua, Kakak, Abang dan Adik yang selalu memberikan doa, dukungan,

cinta, semangat dan kepercayaan dalam bentuk lahir maupun batin.

3. Dr. Ir. Muh. Sarkowi, M.Si. selaku pembimbing satu yang telah

memberikan waktu, tenaga dan pikirannya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Syamsurijal Rasimeng, S.Si., M.Si. selaku pembimbing dua yang turut

membantu memperlancar penulisan skripsi ini serta sebagai Sekretaris

Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung

5. Dr. Ordas Dewanto, S.Si, M.Si. selaku penguji serta sebagai pembimbing

akademik yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun unutk

skripsi ini dan arahan yang terbaik bagi penulis.

6. Dr. Ir. Nandi Haerudin, S.Si., M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknik Geofisika

Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen Teknik Geofisika Universitas Lampung yang telah

memberikan ilmu dan pengajaran kepada penulis.

xii

8. Seluruh staf tata usaha Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung yang

telah memberikan banyak bantuan.

9. Amelia Isti Ekarena yang selalu memberi dukungan, saran, dan menjadi

tempat berdiskusi dengan penulis.

10. Angga Reza Yuzi, Aldo Munaiscehe, Dian Sanjaya, Ferdy Permana Putra,

Ravi Dyan Wijaya, Muhammad Juliniardi, Muhamad Abil, dan Monang

Manalu sebagai teman serumah yang telah memberi semangat dan banyak

membantu penyusunan skripsi ini.

11. Agam Aji Ferdiherian, Dian Sanjaya, dan Monang Manalu sebagai teman

berdiskusi dalam penulisan skripsi ini.

12. Amelia Isti Ekarena, Ester Yohana RM Purba dan Monang Manalu

sebagai teman seiman yang selalu mendukung satu sama lain.

13. Keluarga Teknik Geofisika 2015 tercinta yang telah memberi banyak

kenangan suka dan duka bersama selama perkuliahan.

14. Semua pihak lain yang memberi kontribusi dan tidak dapat disebutkan satu

persatu.

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT.................................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix

MOTTO .......................................................................................................... x

KATA PENGANTAR.................................................................................... xi

SANWACANA ............................................................................................... xii

DAFTAR ISI................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xviii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Tujuan .................................................................................................. 2C. Batasan Masalah .................................................................................. 3

xiv

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Letak dan Lokasi Penelitian................................................................. 4B. Kondisi Geologi ................................................................................... 5

1. Geologi Regional............................................................................. 52. Stratigrafi......................................................................................... 73. Geomorfologi .................................................................................. 10

III. TEORI DASAR

A. Konsep Dasar Metode Gayaberat........................................................ 121. Gaya Gravitasi................................................................................. 132. Percepatan Gravitasi........................................................................ 143. Potensial Gravitasi .......................................................................... 15

B. Anomali Bougeur ................................................................................ 17C. Analisis Spektrum ............................................................................... 17D. Filter Moving Average......................................................................... 21E. Metode Horizontal Gradient............................................................... 22F. Metode Second Vertical Derivative .................................................... 24G. Forward Modelling ............................................................................. 26H. Inverse Modelling................................................................................ 28I. Metode Gayaberat dalam Eksplorasi Panasbumi................................ 29

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Waktu dan Judul Praktikum ................................................... 30B. Alat dan Bahan.................................................................................... 30C. Prosedur Penelitian ............................................................................. 31D. Diagram Alir ...................................................................................... 33E. Jadwal Penelitian................................................................................. 34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Anomali Bougeur................................................................................. 35B. Analisis Spektrum................................................................................ 36C. Anomali Regional dan Residual .......................................................... 46D. Analisis Horizontal Derivative dan Second Vertical Derivative

Regional ............................................................................................... 49E. Analisis Horizontal Derivative dan Second Vertical Derivative

Residual................................................................................................ 54F. Forward Modelling .............................................................................. 59G. Inverse Modelling ................................................................................ 66H. Penentuan Zona Prospek Daerah Panasbumi....................................... 69

xv

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 72B. Saran .................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Stratigrafi Daerah Panas Bumi Bittuang.................................................... 10

2. Operator Filter SVD Elkins (1951)............................................................. 25

3. Operator Filter SVD Henderson dan Zietz (1949) ..................................... 25

4. Operator Filter SVD Rosenbach (1953)..................................................... 25

5. Jadwal Kegiatan Penelitian ........................................................................ 34

6. Hasil Analisis Spektrum ............................................................................ 45

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian ...............................................................................4

2. Peta Geologi Daerah Penelitian.................................................................6

3. Model Penampang Slice ABC Peta Geologi .............................................7

4. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian.......................................................11

5. Benda m dan mo menghasilkan gaya gravitasi yang sebanding

dengan , , . Vektor r memiliki arah dari sumber gravitasi ke

titikobservasi, yang mana dalam kasus ini lokasinya di .....................13

6. Potensial dan kuat medan massa 3 dimensi ..............................................16

7. Kurva Ln(A) terhadap k .............................................................................21

8. Anomali gayaberat dan gradien horizontal pada model tabular................23

9. Efek benda bentuk poligon anomali gravitasi ...........................................27

10. Diagram Alir Penelitian ............................................................................33

11. Peta Anomali Bougeur Lengkap Daerah Penelitian..................................36

12. Peta Lintasan Analisis Spektrum...............................................................37

13. Grafik Analisis Spektrum Lintasan A-A’..................................................38

xviii

14. Grafik Analisis Spektrum Lintasan B-B’ ..................................................39

15. Grafik Analisis Spektrum Lintasan C-C’ ..................................................40

16. Grafik Analisis Spektrum Lintasan D-D’..................................................41

17. Grafik Analisis Spektrum Lintasan E-E’ ..................................................43

18. Grafik Analisis Spektrum Lintasan F-F’ ...................................................44

19. Peta Anomali Regional Daerah Penelitian ................................................47

20. Peta Anomali Residual Daerah Penelitian.................................................48

21. Peta Second Horizontal Derivative Regional arah N315˚.........................49

22. Peta Indikasi Sesar SHD Regional arah N315˚ .........................................50

23. Peta Second Vertical Derivative Regional ................................................51

24. Peta Indikasi Sesar SVD Regional ............................................................52

25. Peta Korelasi Sesar Analisis SHD dan Analisis SVD Regional ...............53

26. Peta Second Horizontal Derivative Residual arah N45˚ ...........................54

27. Peta Indikasi Sesar SHD Residual arah N45˚ ...........................................55

28. Peta Second Vertical Derivative Residual.................................................56

29. Peta Indikasi Sesar SVD Residual ............................................................57

30. Peta Korelasi Sesar Analisis SHD dan Analisis SVD Residual ................58

31. Peta Tahanan Jenis Semu AB/2 = 500 m ..................................................59

32. Peta Tahanan Jenis Semu AB/2 = 1000 m ...............................................60

33. Model Sistem Panas Bumi Bittuang..........................................................61

34. Peta Lintasan Pemodelan 2D pada Peta Anomali Residual ......................62

35. Forward Modelling Lintasan AB Residual ...............................................64

36. Forward Modelling Lintasan CD Residual ...............................................65

37. Model 3D Anomali Bougeur Lengkap......................................................66

xix

38. (a) Profil Anomali Residual Lintasan AB; (b) Profil SVD Lintasan AB

(c) Penampang Bawah Permukaan Lintasan AB forward modelling; (d)

Penampang Bawah Permukaan Lintasan AB inverse modelling. .............67

39. (a) Profil Anomali Residual Lintasan CD; (b) Profil SVD Lintasan CD

(c) Penampang Bawah Permukaan Lintasan CD forward modelling; (d)

Penampang Bawah Permukaan Lintasan CD inverse modelling. .............68

40. Zona Prospek Panasbumi ..........................................................................70

41. Peta Geologi Overlay Anomali Residual ..................................................71

xx

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi panas bumi di Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi

panas bumi yang cukup besar yaitu ± 29 GW atau setara dengan 40 % potensi panas

bumi dunia, namun demikian pemanfaatannya masih kecil yaitu sebesar 1.189 MW

atau setara 4,2% dari potensi yang ada. Posisi tersebut menempatkan Indonesia

diurutan ketiga sebagai negara pemanfaat energi panas bumi setelah Philiphina dan

Amerika Serikat. Kebijakan Energi Nasional telah menargetkan agar panas bumi

dapat menyokong 5% bauran energy nasional pada 2025, namun hingga saat ini

panas bumi baru berkontribusi 1% dengan perkembangan yang lambat (Fandari

dkk., 2014). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sumber daya panas bumi di

Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk itu perlu dilakukan

pengembangan sumber daya panas bumi di Indonesia, salah satunya adalah di

Daerah Bittuang. Penulis memilih penelitian lapangan panas bumi Bittuang untuk

menganalisis struktur bawah permukaan dengan menggunakan data gaya berat.

Metode gaya berat adalah suatu usaha menggambarkan keadaan bawah

permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi yang disebabkan oleh perbedaan

densitas batuan bawah permukaan. Parameter yang diselidiki adalah perbedaan

medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya.

2

Identifikasi adanya sturktur di bawah permukaan didapatkan dari variasi nilai

densitas batuan di bawah permukaan (Telford dkk., 1990). Pengaplikasian metode

gaya berat didaerah prospek panas bumi Bittuang, Tana Toraja, Sulawesi Selatan

untuk menentukan model struktur pembentuk sistem panas bumi di bawah

permukaan yang berhubungan erat dengan manifestasi panas bumi di daerah

penelitian dengan menggunakan salah satu teknik filtering, yaitu Second Vertical

Derivative untuk membantu mengetahui struktur patahan daerah penelitian

(Sarkowi, 2010).

Daerah panas bumi Bittuang menjadi daerah prospek ditandai dengan beberapa

manifestasi panas bumi yang berada pada ketinggian 1592-1680 mdpl,

manifestasinya berupa Air Panas Cepeng dan Balla dengan pH sebesar 4 – 7 dan

suhunya sebesar 37-97 °C. Terdapat sublimasi belerang dan batuan alterasi. Daerah

prospek panas bumi Bittuang mempunyai luas 9 km2. Berdasarkan kajian geokimia

daerah prospek panas bumi Bittuang memiliki suhu reservoir sebesar 200 °C dan

termperatur pada cut-off sebesar 120 °C (Bakrun, dkk., 2009).

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kedalaman anomali regional dan residual dengan menggunakan

analisis spektrum.

2. Menganalisis pola struktur menggunakan data Second Horizontal Derivative

dan Second Vertical Derivative .

3. Melakukan pemodelan 2.5D dengan menentukan sebaran densitas dan 3D

berdasarkan data anomali gaya berat.

3

C. Batasan Masalah

1. Data Anomali Bougeur yang digunakan adalah data sekunder.

2. Idenstifikas struktur dilakukan berdasarkan data Second Horizontal Derivative

dan Second Vertical Derivative.

3. Melakukan pemodelan 2.5D menggunakan data anomali residual dan beracuan

dengan informasi geologi, sedangkan pemodelan 3D hanya berdasarkan data

anomali bougeur lengkap.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Letak dan Lokasi Penelitian

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Google Earth, 2019).

5

Bittuang merupakan salah satu kecamatan dari Tana Toraja yang berjarak

sekitar 40 km dari ibukota Makale. Luas daerah penelitian berkisar 80 km2. Lokasi

penelitian berada di Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan terletak

antara 119° 36’ 57,24” – 119° 45’ 1,70” BT dan 2° 50’ 1,53” - 3° 0’ 0,86” LS.

B. Kondisi Geologi

1. Geologi Regional

Berdasarkan peta geologi regional daerah Panas Bumi Bittuang berada pada

posisi pertemuan tiga lempeng, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, dan

lempeng Indo-Australia. Akibat dari pertemuan tersebut menyebabkan struktur

yang terbentuk dari tektoniknya menjadi kompleks (Van Leeuwen, 1994). Batuan

malihan merupakan batuan berumur Kapur di daerah survei yang berada pada

bagian barat. Tektonik pada zaman Kapur menyebabkan adanya pemalihan dengan

derajat rendah-sedang. Daerah penyelidikan memiliki aktivitas tektonik yang

diperkirakan terjadi di zaman Pra-Tersier ditandai dengan beberapa struktur sesar,

berupa rim kaldera, sesar mendatar dan sesar normal. Rim kaldera terbentuk setelah

erupsi Gunung Karua. Sesar normal berarah baratdaya-timurlaut, berarah hamper

utara-selatan, dan berarah baratlaut-tenggara. Sedangkan pada sesar mendatar

menyebabkan pergeseran struktur dan batuan yang berarah baratdaya-timur laut.

Terdapat aktivitas vulkanik yang disebabkan oleh Gunung Karua yang ditandai

adanya singkapan lava. Batuan vulkanik yang tersebar berupa aliran lava dan

piroklastik yang dominan pada daerah timur, tengah, dan utara. Batuan vulkanik

tersebut diperkirakan berumur Kuarter.

6

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian (Modifiksi dari Soetoyo dkk., 2009).

Daerah penyelidikan merupakan bagian dari Geologi Sulawesi Barat, yaitu

Mandala (Sukamto, 1973) ditandai dengan batuan terobosan berumur Miosen –

7

Pliosen. Setelah aktivitas vulkanik berupa erupsi Gunung Karua menyebabkan

kekosongan di dalam perut bumi dan terbentuknya bidang yang amblas berupa rim

kaldera, kemudian terjadi kembali aktivitas magmatik dan membentuk kubah lava

muda (lava Gunung Karua-3 pada Gambar 2).

Gambar 3. Model Penampang Slice ABC Peta Geologi

2. Stratigrafi

Lapangan Panas Bumi Bittuang memiliki stratigrafi yang terdiri dari beberapa

satu satuan batuan, yaitu batuan malihan, batuan sedimen, batuan terobosan, dan

batuan vulkanik. Satuan batuan tersebut diurutkan dari muda ke tua. Lava Gunung

Karua-3 (QKl-3), Lava Gunung Malibu (QMl), Jatuhan Piroklastik Gunung Karua

(QKjp), Aliran Piroklastik Gunung Karua (QKap), Lava Gunung Karua-2 (QKl-2),

Lava Gunung Karua-1, Intrusi Rattebombong (TRbi), Lava Gunung Ruppu, Lava

Gunung Panusuk (TPl), Batupasir (Tps), Batuan Malihan (Kbm).

Satuan Lava Gunung Karu-3 (QKl-3), terletak di puncak komplek Gunung

Karua. Satuan ini berkomposisi basalt berwarna abu-abu tua bertekstur porfiritik-

afanitik, tersusun oleh mineral plagiokas, piroksen dan biotit. Satuan ini terletak di

dalam rim kaldera, diperkirakan bahwa satuan ini berhubungan erat dengan sistem

panas bumi daerah Bittuang dan satuan ini berumur Plistosen.

Satuan Lava Gunung Malibu (QMl), terletak di bagian timur daerah survei,

diperkirakan Satuan Lava Gunung Malibu merupakan parasit berupa kubah lava

8

dari Gunung Karua. Kenampakan batuan yang tidak jelas karena telah terlapukkan

dan tertutup vegetasi. Satuan ini berumur Plistosen.

Satuan Jatuhan Piroklastik Gunung Karua (QKjp), terletak pada bagian

timur dan tengah daerah penyelidikan. Pada singkapan ini memiliki batuan yang

berkomposisi tuff dengan ukuran debu (ash)-lapili, komposisi riolit-dasitik,

terdapat fragmen batuapung (pumice), sticky. Batuan ini berwarna putih-putih

kecoklatan dengan susunan gelas-gelas vulkanik dan kuarsa, terpilah sedang, kemas

tertutup. Satuan terbentuk sesudah satuan aliran piroklastik, dan diperkirakan

memiliki umur Plistosen.

Satuan Aliran Piroklastik Gunung Karua (QKap), terletak pada bagian

utara dan timur, serta bagian tengah daerah penyelidikan. Sebaran satuan ini

merupakan sebaran yang paling luas. Komposisi batuan pada satuan ini berupa tuff

dengan ukuran debu (ash)-lapili, komposisi riolit-dasitik, terdapat fragmen

batuapung (pumice), sticky, setempat tersingkap batuan breksi. Kenampakan batuan

berwarna putih-putih kecoklatan dengan susunan gelas-gelas vulkanik dan kuarsa,

terpilah sedang, kemas tertutup. Terbentuknya satuan ini merupakan hasil dari

letusaan Gunung Karua dengan ketebalan berkisar 30 meter. Batuan berjenis riolit.

Satuan ini berumur Plistosen.

Satuan Lava Gunung Karua-2 (QKl-2), tersingkap di bagian tengah dan

utara daerah penyelidikan, bagian timur di lereng Gunung Karua. Pada satuan ini

terbentuk dari lava dengan komposisi dasit berwarna abu-abu keputih-putihan

bertekstur afanitik-porfiritik dan kuarsa. Satuan ini berumur Plistosen.

Satuan Lava Gunung Karua-1 (QKl-1), tersingkap pada bagian tengah

daerah penyelidikan, bagian barat di lereng Gunung Karua. Satuan ini terdiri dari

9

lava berkomposisi andesit berwarna abu-abu sampai abu-abu kehijauan, dengan

tekstur porfiritik-afanitik tersusun oleh mineral hornblende, piroksen, plagioklas,

dan kuarsa. Satuan ini berumur Plistosen.

Satuan Intrusi Rattebombong (TRbi), tersebar di sebelah barat dan baratlaut,

dan selatan daerah penyelidikan. Satuan yang terdiri oleh batuan terobosan berupa

granit berwarna putih keabuan tersusun dari mineral muskovit, kuarsa, biotit, dan

plagioklas dengan tekstur faneritik. Satuan ini berumur Pliosen.

Satuan Lava Gunung Rappu (TRl), tersingkap di bagian baratdaya daerah

penyelidikan. Satuan yang terdiri dari lava berkomposisi basalt dengan warna abu-

abu kehitaman tersusun dari mineral piroksen, hornblende, dan biotit, dengan

tekstur afanitik. Batuan pada satuan ini adalah batuan vulkanik dari Formasi

Walimbong berumur Miosen (N. Ratman dan S. Atmawinata, 1993).

Satuan Lava Gunung Panusuk (TPl), tersingkap di bagian barat daerah

penyelidikan. Satuan yang terdiri oleh lava berkomposisi andesit berwarna abu-abu,

tersusun dari mineral hornblende, piroksen, biotit, dan plagioklas, bertekstur

porfiritik-afanitik. Satua ini merupakan batuan vulkanik dari Formasi Talaya

berumur Miosen (N. Ratman dan S. Atmawinata, 1993).

Satuan Batupasir (Tps), tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah

penyelidikan. Batuan yang terbentuk tersusun dari dominan batupasir, breksi,

batulempung dan tuf. Satuan batuan ini diperkirakan merupakan endapan sedimen

bawah laut terbentuk pada saat daerah survei masih belum berupa daratan. Terdapat

banyak struktur kekar diakibatkan kegiatan tektonik yang terjadi. Batuan ini dari

Formasi Sekala berumur Miosen (N. Ratman dan S. Atmawinata, 1993).

10

Satuan Batuan Malihan (Kbm), adalah satuan yang paling tua di daerah

penyelidikan yang tersebar di sebelah utara Gunung Tandung. Satuan batuan ini

terdiri batusabak dan filit yang merupakan batuan malihan dengan derajat lemah-

sedang, batuan ini dari Forrmasi Latimojong berumur Kapur.

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Panas Bumi Bittuang

LITOLOGI BATUANMALIHAN

BATUANVULKANIK

BATUANTEROBOSAN

BATUANSEDIMEN

UMURLava Piroklastik

KU

AR

TE

R

Plistosen

TE

RSI

ER Pliosen

Miosen

PRA-TERSIER

3. Geomorfologi

Geomorfologi pada daerah penyelidikan telah dikelompokkan berdasarkan

morfogenetik, morfometri, dan morfografinya, yaitu satuan geomorfologi Non-

Vulkanik Karua, terletak di bagian selatan, barat dan sedikit di tengah daerah survei

dengan satuan batuan terbentuk dari produk Gunung Karua, dengan malihan,

batupasir, granit, dan lava sebagai batuan penyusunnya. Satuan geomorfologi Kaki

Gunungapi Karua terletak di bagian timur, tenggara memanjang hingga ke bagian

tengah daerah survei dengan batuan aliran piroklastik sebagai batuan penyusunnya.

11

Satuan geomorfologi Tubuh Gunungapi Karua terletak di bagian utara dengan lava

dan aliran piroklastik sebagai batuan penyusunnya. Satuan geomorfologi Puncak

Gunungapi Karua terletak di bagian tengah daerah survei, geomorfologi ini tersusun

dari beberapa puncak gunung, yaitu G. Sarangsarang, G. Rattekarua, G.

Sarambusikore, dan G. Biang dengan lava dan aliran piroklastik sebagai batuan

penyusunnya.

Gambar 4. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian (Modifikasi dari Soetoyo dkk.,2009)

III. TEORI DASAR

A. Konsep Dasar Metode Gaya Berat

Medan gaya berat bumi memiliki perbedaaan yang dapat diketahui melalui

pengukuran dengan menggunakan salah satu metode geofisika, yaitu metode gaya

berat. Terdapat perbedaan jenis batuan dan densitas bawah permukaan, adanya

perbedaan jarak pusat bumi ke permukaan serta adanya perbedaan topografi dii

permukaan bumi inilah menyebabkan terjadinya variasi atau perbedaan nilai medan

gaya berat di bumi. Keberadaan kontak intrusi, struktur geologi, endapan sungai

purba, lubang di dalam tanah dapat dipelajari menggunakan metode gaya berat, hal

ini dikarenakan metode gaya berat ini cukup peka terhadap perubahan yang bersifat

vertical ataupun lateral (Sarkowi, 2014).

Metode gaya berat adalah suatu usaha untuk menggambarkan keadaan bawah

permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi bumi yang diakibatkan oleh

perbedaaan densitas batuan bawah permukaan. Parameter yang diselidiki adalah

perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi lainnya

(Telford dkk., 1990).

13

1. Gaya Gravitasi

Teori gravitasi didasarkan pada Hukum Newton, yaitu besarnya gaya gravitasi

diantara dua benda sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua masa benda tersebut. Pada koordinat

kartesian (Gambar 4) suatu gaya ditimbulkan antara partikel (F) dengan massa (m)

yang berpusat pada titik Q = (x’,y’,z’) dengan partikel bermassa mo di titik P =

(x,y,z) memiliki persamaan sebagai berikut:= .(1)

dimana, = [( − ′) + ( − ′) + ( − ′) ] (2)

Gambar 5. Benda m danmo menghasilkan gaya gravitasi yang sebanding dengan, , . Vektor memiliki arah dari sumber gravitasi ke titikobservasi, yang mana dalam kasus ini lokasinya di (Blakely,1996).

Dimana adalah konstanta gravitasi universal. Jika menjadikan sebagai

partikel yang diuji dengan suatu besaran, lalu membagi gaya gravitasi dengan

sehingga menghasilkan gaya tarik gravitasi yang berasal dari massa m di lokasi

benda yang diukur:

14

( ) = − (3)

dimana r adalah vektor satuan yang berarah dari massa ke titik observasi yang

dalam sistem koordinat kartesian berupa:

= 1 ( − ′) + ( − ′) + ( − ′) (4)

Tanda negatif pada persamaan (3) disebabkan karena arahnya berlawanan dengan

gaya gravitasi. Karena adalah gaya yang dibagi oleh massa, merupakan satuan

percepatan dan biasanya disebut percepatan gravitasi.

Percepatan gravitasi dapat direpresentasikan sebagai gradient dari potensial

skalar ( ) = ( ) (5)

dimana, ( ) = (6)

(Blakely, 1996).

2. Percepatan Gravitasi

Newton juga mendefinisikan hubungan antara gaya dan percepatan. Hukum II

Newton tentang gerak menyatakan gaya sebanding dengan perkalian massa benda

dengan percepatan yang dialami benda tersebut. = . (7)

Percepatan sebuah benda bermassa m2 yang disebabkan oleh tarikan benda

bermassa M1 pada jarak R secara sederhana dapat dinyatakan dengan,

= (8)

15

Bila ditetapkan pada percepatan gaya tarik bumi persamaan di atas menjadi

= = .× = (9)

dimana,

g : Percepatan gaya tarik bumi (m/s2)

M : Massa bumi (kg)

m : Massa benda (kg)

F : Gaya berat (N)

r : Jari-Jari bumi (km)

pengukuran percepatan gravitasi pertama kali dilakukan oleh Galileo, sehingga

untuk menghormati Galileo, kemudian didefinisikan,

1 Gall = 1 cm/s2 = 10-2 m/s2 (dalam c.g.s)

satuan anomali gaya berat dalam kegiatan eksplorasi diberikan dalam orde miligal

(mGall),

1 mGall = 10-3 Gall

1 μGall = 10-3 mGall = 10-6 Gall = 10-8 m/s2

1 mGall = 10 g.u. = 10-5 m/s2

dalam satuan m.k.s, gravitasi diukur dalam g.u. (gravity unit) atau μm/s2

(Octonovrilna, 2009).

3. Potensial Gravitasi

Potensial Gravitasi adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan suatu

massa dari suatu titik ke titik tertentu. Suatu benda dengan massa tertentu dalam

sistem ruang akan menimbulkan medan potensial disekitarnya. Dimana medan

potensial bersifat konservatif, artinya usaha yang dilakukan dalam suatu medan

16

gravitasi tidak tergantung pada lintasan yang ditempuhnya tetapi hanya bergantung

pada posisi awal dan akhir (Rosid, 2005).

Gambar 6. Potensial dan kuat medan massa 3 dimensi (Modifikasi dari Maulana,2012).

Apabila suatu massa 3 dimensi bentuk sembarang terdistribusi secara kontinyu

dengan rapat massa ∆ ( , , ), maka potensial gaya berat di titik

P(x, y, z) diberikan oleh,

( , , ) = ∆ ( , , )[( − ) + ( − ) + ( − ) ] . . (10)

Medan gaya berat akibat distribusi rapat massa di atas diperoleh dengan

mendiferensialkan persamaan (10) terhadap x, y dan z yang hasilnya adalah,

∆ ( , , ) = − ( , , )= − ∆ ( , , )( − )[( − ) + ( − ) + ( − ) ] . . (11)

17

∆ ( , , ) = − ( , , )= − ∆ ( , , )( − )[( − ) + ( − ) + ( − ) ] . . (12)

∆ ( , , ) = − ( , , )= − ∆ ( , , )( − )[( − ) + ( − ) + ( − ) ] . . (13)

Dari persamaan (13) diperoleh nilai medan gaya berat ∆g di permukaan bumi

yang bervariasi. Medan gaya berat bumi dipengaruhi oleh distribusi massa di bawah

permukaan yang di tunjukkan oleh fungsi densitas ( ) dan bentuk bumi yang

sebenarnya, yang ditunjukkan oleh batas integral (Sarkowi, 2007).

B. Anomali Bougeur

Anomali bouguer merupakan perbedaan antara nilai gaya berat observasi (gobs)

dengan jumlah secara aljabar dari koreksi (koreksi drift, koreksi pasang surut,

koreksi lintang, koreksi udara bebas, koreksi bouguer, koreksi Terrain). Variasi dari

anomali bouguer merefleksikan variasi densitas secara lateral misalnya benda

dengan densitas tinggi berada di dalam medium yang memiliki densitas rendah akan

menghasilkan nilai bouguer anomali positif. Sebaliknya, benda dengan densitas

rendah yang berada pada medium dengan densitas tinggi akan menghasilkan nilai

anomali bouguer negatif (Reynolds, 1997).

18

C. Analisis Spektrum

Analisis spektrum dilakukan untuk untuk menentukan lebar jendela yang

digunakan dalam pemisahan anomali regional-residual. Pada analisis ini dilakukan

proses transformasi fourier untuk mengubah sinyal menjadi penjumlahan beberapa

sinyal sinusoidal dengan berbagai frekuensi. Hasil dari transformasi ini adalah

spektrum phase dan spektrum amplitudo. Melalui transformasi fourier nilai gaya

berat, pada lintasan yang akan dicari kedalamannya dapat diestimasi nilai amplitudo

(A) dan nilai bilangan gelombang (k) untuk menghitung lebar jendela filter

(Sarkowi, 2014).

Transformasi Fourier ( ) secara umum merupakan fungsi kompleks yang

terdiri dari bilangan riil dan imajiner ( ) = Re ( ) + Im ( ) yang juga dapat

ditulis sebagai: ( ) = | ( )| ( ) (14)

dimana,

| ( )| = Re ( ) + (Im ( )) (15)

( ) = Im ( )Re ( ) (16)

| ( )| = Amplitudo

spektrum diturunkan dari potensial gaya berat yang teramati pada suatu bidang

horizontal dimana transformasi fouriernya sebagai berikut,

( ) = 1(17)

1 = 2 | || | (18)

19

dimana,

: potensial gaya berat

: anomali rapat massa

: konstanta gaya berat

: jarak

: bilangan gelombang− : kedalaman

Berdasarkan persamaan (17) dan (18) maka diperoleh

( ) = 2 | || | (19)

Percepatan gravitasi g berhubungan dengan potensial dengan persamaan ( ) =∇ , jadi semua komponen g adalah turunan dari . Gayatarik vertikal gaya berat

terhadap titik massa adalah turunan vertikal dari ⁄ yang dapat ditulis sebagai

berikut:

= 1(20)

sehingga transformasi fourier pada bidang horizontal adalah sebagai berikut,

( ) = 1(21)

= 1(22)

( ) = 2 | | , > (23)

Jika distribusi rapat massa bersifat random dan tidak ada korelasi antara masing-

masing nilai gaya berat, maka = 1 sehingga hasil transformasi fourier anomali

gaya berat menjadi,

20

= | |( ) (24)

Dimana dan C merupakan amplitudo dan konstanta. Untuk memperoleh

hubungan antara amplitude ( ) dengan bilangan gelombang ( ) dan kedalaman

( − ) dilakukan dengan melogaritmakan persamaan = | |( ) sehingga

bilangan gelombang berbanding lurus dengan spectral amplitude.ln = ln 2 | |( ) (25)ln = ln | |( ) + ln (26)ln = ( − )| | + ln (27)

persamaan di atas dapat dianalogikan dalam persamaan garis lurus,= + (28)

Dimana ln sebagai sumbu , | | sebagai sumbu , dan ( − ) sebagai

kemiringan garis (gradien). Oleh karena itu, kemiringan garisnya merupakan

kedalaman bidang dalam dan dangkal. | | sebagai sumbu didefinisikan sebagai

bilangan gelombang yang besarnya dan satuannya cycle/meter, adalah panjang

gelombang (Rasimeng, 2011). Hubungan dengan ∆ diperoleh dari persamaan,

= 2 (29)

Nilai sama dengan ∆x, ada faktor lain pada ∆x yang disebut konstanta penggali,

sehingga = . ∆x, konstanta didefinisikan sebagai lebar jendela, jadi lebar

jendela dapat dirumuskan sebagai berikut,

= 2∆x (30)

Dimana ∆ adalah domain spasi yang akan digunakan dalam Fast Fourier

Transform (FFT), dan adalah bilangan gelombang cut-off. Semakin besar nilai k

21

maka nilai frekuensi akan tinggi. Hubungan bilangan gelombang k dengan

frekuensi f adalah = 2 (Blakely, 1996). Frekuensi rendah berasal dari benda

yang relatif dalam atau biasa disebut anomali regional dan frekuensi tinggi berasal

dari benda yang berada di atas anomali regional atau disebut anomali residual

(Reynolds, 1997).

Gambar 7. Kurva Ln(A) terhadap k (Sarkowi, 2014)

D. Filter Moving Average

Anomali residual tidak diperoleh secara langsung dengan metode ini. Moving

average dilakukan dengan cara merata-ratakan nilai anomalinya yang

menghasilkan anomali regional. Anomali residual diperoleh dengan mengurangkan

anomali bouguer dengan anomali regionalnya. Persamaan moving average satu

dimensi dan satu jendela adalah:

∆ ( ) = ∆ ( ) − 1 ∆ ( − )⁄⁄ (31)

22

Penapisan satu dimensi menggunakan dua jendela untuk memproses serta

persamaannya adalah, ∆ , ( ) = ∆ ( ) − ∆ ( ) (32)

Keterangan:, : lebar jendela penapisan∆ : harga gaya berat pada titik amat (mGal)∆ : anomali residual sisa penapisan jendela (mGal)

: jumlah data yang diproses

sedangkan persamaan moving average 2D untuk lebar jendela N x N adalah,

∆ + 12 , + 12 = ∆ ( , )(33)

dan anomali residualnya,∆ ( , ) = ∆ ( , ) − ∆ ( , ) (34)

Berdasarkan karakter spektrum dari filter ini, lebar window NxN berbanding

langsung dengan “low cut” dari panjang gelombang atau “high cut” frukesi spasial

dari “low-pas filter”. Sehingga dengan bertambahnya lebar jendela maka panjang

gelombang regional (output) ikut bertambah (Sarkowi, 2014).

E. Metode Horizontal Derivative

Pengertian horizontal derivative pada data anomali gaya berat adalah

perubahan nilai anomali gaya berat dari satu titik ke titik lainnya dengan jarak

tertentu. Horizontal derivative dari anomali gaya berat yang disebabkan oleh suatu

body cenderung untuk menunjukkan tepian dari body-nya tersebut. Jadi metode

23

horizontal derivative dapat digunakan untuk menentukan lokasi batas kontak

kontras densitas horisontal dari data gaya berat (Cordell, 1979).

Gambar 8. Anomali gaya berat dan gradien horizontal pada model tabular(Blakely, 1996)

Menurut (Blakely, 1996) nilai maksimum dari gradien horizontal anomali gaya

berat yang disebabkan oleh benda tabular cenderung menunjukkan tepi dari benda

tersebut (Gambar 7). Tentu saja nilai maksimum gradien horizontal dapat

menentukan secara langsung lokasi tepi dari suatu benda yang memiliki kontras

densitas secara horizontal dengan lingkungannya. Maka dapat menggunakan

karakteristik anomali gaya berat ini untuk menentukan perubahan densitas secara

lateral dari pengukuran gaya berat. Besarnya nilai gradien horizontal dari anomali

gaya berat dapat dihitung dengan persamaan berikut,

ℎ( , ) = ( , ) + ( , ) (35)

24

persamaan di atas dilakukan modifikasi menjadi orde kedua sehingga didapatkan

persamaannya sebagai berikut,

ℎ( , ) = ( , ) + ( , ) (36)

Dimana untuk penurunan kearah x ,dianggap nol , sebaliknya untuk penurunan

kearah y , dianggap nol. Satuan dari penurunan kedua horizontal derivative adalah

mGal.m-2.

F. Metode Second Vertical Derivative

Secara teoritis metode ini diturunkan dari persamaan laplace untuk anomali

gaya berat di permukaan dengan persamaan;

∇ . ∆ = 0 (37)

atau :

∆ + ∆ + ∆ = 0 (38)

sehingga formula second vertical derivative diberikan,

∆ = −( ∆ + ∆ ) (39)

Persamaan matematis menghitung anomali 1-D second vertical derivative,

∆ = ∆(40)

Pada kasus dua dimensi dapat mengabaikan salah satu koordinat horizotal yaitu

koordinat y. Pada kasus ini persamaan Laplace (38) menjadi

+ = 0 (41)

25

sehingga didapatkan,

= − (42)

Berdasarkan persamaan (39) perhitungan Second Vertical Derivative (SVD) adalah

sebagai negatif dari Second Horizontal Derivative (SHD) pada profil yang memiliki

nilai y konstan (Elkins, 1951). Berikut merupakan operator filter untuk 2D second

vertical derivative,

Tabel 2. Operator Filter SVD Henderson dan Zietz (1949)

Tabel 3. Operator Filter SVD Elkins (1951)

0.00 -0.0833 0.00 -0.0833 0.00-0.0833 -0.0667 -0.0334 -0.0667 -0.08330.00 -0.0334 1.0668 -0.0334 0.00-0.0833 -0.0667 -0.0334 -0.0667 -0.08330.00 -0.0833 0.00 -0.0833 0.00

Tabel 4. Operator Filter SVD Rosenbach (1953)

0.00 0.0416 0.00 0.0416 0.000.0416 -0.3332 -0.75 -0.3332 0.04160.00 -0.75 4 -0.75 0.000.0416 -0.3332 -0.75 -0.3332 0.04160.00 0.0416 0.00 0.0416 0.00

Ide dari metode ini adalah mengambil nilai turunan kedua dari anomali

bouguer sama dengan nol sebagai kontak dari kontras densitas antar dua lapisan

batuan, dalam hal ini kontak tersebut dapat dikatakan sebagai struktur patahan

0.00 0.00 -0.0838 0.00 0.000.00 1.00 -2.6667 1.00 0.00-0.0838 -2.6667 17.00 -2.6667 -0.08380.00 1.00 -2.6667 1.00 0.000.00 0.00 -0.0838 0.00 0.00

26

ataupun intrusi (Sarkowi, 2010). Struktur patahan atau sesar naik maupun turun

dapat ditentukan dari nilai anomali SVD dengan karakteristik sebagai berikut,

untuk sesar naik,

< (43)

sedangkan untuk sesar turun,

> (44)

G. Forward Modelling

Pemodelan ke depan untuk menghitung efek gaya berat model benda bawah

permukaan dengan penampang berbentuk sembarang yang dapat diwakili oleh

suatu polygon berisi n dinyatakan sebagai integral garis sepanjang sisi-sisi poligon

(Talwani, dkk., 1959).

Menurut Talwani, forward modelling untuk efek gravitasi benda bawah

permukaan dengan penampang berbentuk sembarang dapat diwakili oleh suatu

poligon berisi n yang dinyatakan sebagai intergral garis sepanjang sisi-sisi polygon,

= 2 ∲ (45)

Integral garis tersebut dapat pula dinyatakan sebagai jumlah garis tiap sisinya

sehingga persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut,= 2 ∑ (46)

Model benda anomali sembarang oleh Talwani didekati dengan poligon-poligon

dengan sistem koordinat kartesian (pada Gambar 8), untuk benda poligon sederhana

seperti pada gambar dibawah dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:

27

= ∫ (47)

sehingga diperoleh,= ( + ) ( )( ) (48)

dimana, = − = − (49)

dengan, = (50)

= (51)

Persamaan dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana dengan

mensubsitusikan harga-harga sin f, cos f, tan f dengan koordinat titik sudut poligon

pada sumbu x dan z sebagai berikut,= − + (52)

Persamaan diatas dijadikan sebagai dasar perhitungan model bawah permukaan

yang berbentuk perangkat lunak (software) (Fransbudit, 2008).

Gambar 9. Efek benda bentuk poligon anomali gravitasi (Talwani dkk.,1959)

28

Pemodelan ke depan (Forward Modelling) merupakan proses perhitungan data

dari hasil teori yang akan teramati di permukaan bumi jika parameter model

diketahui. Pada saat melakukan interpretasi, dicari model yang menghasilkan

respon yang cocok dan fit dengan data pengamatan atau data lapangan. Sehingga

diharapkan kondisi model itu bisa mewakili atau mendekati keadaan sebenarnya.

Seringkali istilah forward modelling digunakan untuk proses trial and error. Trial

and error adalah proses coba-coba atau tebakan untuk memperoleh kesesuaian

antara data teoritis dengan data lapangan. Diharapkan dari proses trial and error ini

diperoleh model yang cocok responnya dengan data (Grandis, 2009).

H. Inverse Modeling

Jika pada pemodelan forward modelling, dilakukan penentuan parameter

model terlebih dahulu, namun pada inverse modelling berkebalikan dengan forward

modelling, yaitu menghasilkan model langsung dari data. Proses inverse modelling

ini dicari parameter model yang memiliki respon yang sesuai dan mendekati

kebenaran berdasarkan dengan data pengamatan. Output yang dihasilkan berupa

model yang optimal dan memiliki respon model yang mempunyai tingkat

kecocokan yang tinggi terhadap data pengamatan (Supriyanto, 2007).

Inverse Modeling diformulasikan sebagai suatu oplimalisasi fungsi objektif

dari sebuah model densitas yang diminimalisir untuk membuat data dapat dihitung

kembali sehingga menghasilkan respon yang mendekati dengan data lapangan.

Detail fungsi objektif bergantung pada kondisi, tetapi umumnya diperlukan model

yang mendekati model acuan, , dan modelnya smooth secara tiga dimensi. Fungsi

objektif untuk menyelesaikan masalah ini adalah sebagai berikut,

29

ɸ ( ) = { ( )[ ( ) − ]}+ ( )[ ( ) − ]+ ( )[ ( ) − ]+ ( )[ ( ) − ]

(53)

Dimana fungsi , , , dan merupakan variabel fungsi pembobotan ketika

, , , dan merupakan koefisien yang mempengaruhi perbandingan antar

komponen yang berbeda dalam fungsi objektif. Disini, ( ) merupakan fungsi

pembobotan kedalaman (Li dan Oldenburg, 1998).

I. Metode Gaya Berat dalam Eksplorasi Panasbumi

Pengukuran gaya berat digunakan untuk menentukan perbedaan densitas dan

kemenerusan lateral dibawah permukaan. Anomali positif berhubungan dengan

densitas yang relatif tinggi di bawah permukaan. Anomali positif ini merupakan

sesuatu yang penting dalam eksplorasi panasbumi, karena berasosiasi dengan

intrusi mafik sampai intermediate, dan secara geologi intrusi berumur muda (≤ 1

Ma) dapat menjadi sumber panas (heat source). Anomali positif juga dapat

disebabkan oleh deposisi silika yang disebabkan aktifitas hidrotermal. Anomali

negatif dapat disebabkan oleh oleh beberapa kemungkinan yang berpengaruh

terhadap eksplorasi panasbumi. Contohnya, densitas rendah dapat disebabkan

magma, porositas yang relatif tinggi, intrusi felsik seperti granit, atau rekahan yang

cukup intensif pada batuan (Huenges, 2010).

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Waktu dan Judul Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada:

Lokasi : Laboratorium Teknik Geofisika Universitas Lampung

Waktu : 15 Juni 2019 – 15 Januari 2020

Judul : Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Daerah Panasbumi

Bittuang, Berdasarkan Analisis Second Horizontal Derivative,

Second Vertical Derivative, Pemodelan 2.5D dan 3D Anomali

Gayaberat.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Laptop

2. Software Oasis Montaj v 8.4

3. Software Surfer v 11

4. Microsoft Office 2016

5. Software ArcGis v 10.3

6. Software Grablox

31

7. Software Numeri

8. Data sekunder Anomali Bougeur Daerah Bittuang

9. Peta Geologi daerah penelitian.

C. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Digitasi Peta Kontur Anomali Bougeur Lengkap

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data gayaberat didapatkan

dengan cara melakukan digitasi pada peta kontur anomali bouguer lengkap

untuk mengambil koordinat dan nilai anomalinya. Peta kontur pada

penelitian ini merupakan hasil dari penelitian tahun 2009 Daerah

Panasbumi Bittuang (Kusuma dan Bugis, 2009).

2. Analisis Spektrum

Tujuan melakukan analisis untuk mendapatkan estimasi kedalaman

anomali regional dan residualnya serta mengetahui lebar jendela.

Prosesnya adalah melakukan transformasi fourier lintasan-lintasan yang

sudah ditentukan pada kontur anomali bouguer lengkap. Hasil dari analisis

spektrum adalah berupa komponen nilai imaginer dan riil yang kemudian

dihitung dengan persamaan + dan persamaan 2yang merupakan nilai bilangan gelombang (k). Hasil dari perhitungan

tersebut didapat nilai k dan Ln(A) yang digunakan untuk mencari nilai

lebar jendela dan estimasi kedalaman regional dan residual.

32

3. Pemisahan Anomali Residual dan Regional

Pemisahan dilakukan dengan melakukan filtering terhadap anomali

bougeur menggunakan metode moving average. Proses moving average

menggunakan hasil analisis spektrum berupa nilai lebar jendela, maka

didapatkan anomali regional. Anomali residual merupakan hasil dari

anomali bouguer dikurangi anomali regional.

4. Analisis Derivative

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Second Horizontal

Derivtive dan Second Vertical Derivative menggunakan data anomali

residual, untuk mengetahui sebaran struktu bawah permukaan.

5. Pemodelan

Pada penelitian melakukan forward modelling dan inverse modelling.

Forward modelling digunakan untuk melihat pola perlapisan bawah

permukaan yang didasarkan pada informasi geologi dan menggunakan

data anomali residual. Kedalaman model perlapisan didapat dari hasil

analisis spektrum. Inverse modelling dilakukan dengan menggunakan data

anomali bouguer lengkap. Hasil forward modelling dan inverse modelling

dilakukan interpretasi untuk mengidentifikasi struktur.

33

D. Diagram Alir Penelitian

Gambar 10. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Anomali Bougeur Lengkap

Analisis Spektrum

Anomali Residual

EstimasiKedalaman

Secon HorizontalDerivative (HG)

Second VerticalDerivative (SVD)

Peta SHD danSVD

Moving Average

Model 3D

Fix

Lebar Jendela

Anomali Regional

Informasi Geologi

Model 2.5DInterpretasi Bawah Permukaan

Selesai

No

Yes

Inverse Modelling

Forward Modelling

Fix

No

Yes

34

E. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 5. Jadwal Kegiatan Penelitian

No.Kegiatan

Jadwal Kegiatan

Juli Agustus September Oktober November Desember Januari

Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1. Studi Literatur

2.PersiapanPenelitian

3. Seminar Usul

4.Pengolahan

Data

5.Analisis

Derivative

6. Pemodelan 2D

7. Pemodelan 3D

8. Interpretasi

9.Penyusunan

Laporan

10. Seminar Hasil

11.Penyelesaian

Skripsi

12.Seminar

Komprehensif

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil analisis spektrum didapatkan nilai rata-rata kedalaman untuk zona

anomali regional yaitu sebesar 690 meter dan untuk zona anomali residualnya

sebesar 250 meter.

2. Berdasarkan data Anomali Bougeur, SHD, dan SVD diperoleh bahwa struktur

sesar di daerah penelitian di dominasi oleh sesar berarah NW-SE. Sesar ini

memiliki korelasi yang baik dengan struktur sesar dari geologi.

3. Hasil Pemodelan forward 2.5D dan inverse 3D serta data geologi diperoleh

a. Litologi yang didapat dari hasil forward modelling ada 6 litologi yaitu,

Satuan Jatuhan Piroklastik Gunung Karua (QKjp) dengan densitas 2.43

gr/cc, Satuan Aliran Piroklastik Gunung Karua (QKap) dengan densitas 2.5

gr/cc, Satuan Lava Gunung Karua-1 (QKl-1) dengan densitas 2.55 gr/cc,

Satuan Lava Gunung Panusuk (TPl) dengan densitas 2.6 gr/cc, Satuan

Batupasir (Tps) dengan densitas 2.35 gr/cc, dan batuan dasar berupa Satuan

Batuan Malihan (Kbm) dengan densitas 2.8 gr/cc.

b. Manifestasi panas bumi di Daerah Bittuang melewati zona patahan, yang

menunjukkan bahwa di daerah tersebut terdapat reservoar panas bumi yang

di duga berada di utara area penelitian dekat dengan Manifestasi Balla.

73

4. Daerah Panas Bumi Bittuang merupakan panas bumi dengan zona outflow

ditandai dengan arah aliran air dari samping, dapat dilihat pada model geologi

Gambar 33.

5. Zona Prospek Panasbumi Bittuang berdasarkan luas daerah pengukuran berada

pada Utara area penelitian yang luasnya berkisar 8 km2 dengan nilai anomali

gayaberat yang rendah dan ditandai dengan adanya Manifestasi yang ada.

B. Saran

Adapun saran pada penelitian ini adalah perlu adanya pengukuran lanjutan

dengan menggunakan metode gayaberat di utara daerah penelitian untuk

mengetahui luas dari reservoir yang ada dan mengetahui letak Heat Source.

DAFTAR PUSTAKA

Bakrun, Soetoyo, Kusnadi, D., dan Hermawan, D. 2009. Penyelidikan TerpaduGeologi, Geokimia dan Geofisika Daerah Panas Bumi Bittuang-KabupatenTana Toraja Sulawesi Selatan. Buku 1 Bidang Energi: Prosiding HasilKegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009. Pusat SumberDaya Geologi, Bandung. Hal. 111-124.

Blakely, R.J. 1996. Potensial Theory in Gravity and Magnetic Applications.Cambridge: Cambridge University Press.

Cordell, L. 1979. Gravimetric Expression of Graben in Santa Fe Country andEspanola Basin, New Mexico. Geological Sot. Guidebook, 30th FieldConference. Santa Fe, hal. 59-64.

Elkins, T. A. 1951. The Second Derivative Method of Gravity Interpretation.Geophysics. Vol.16(1), Hal. 29-50.

Fandari, E.F., Daryanto, A., dan Suprayitno, G. 2014. Pengembangan Energi PanasBumi yang Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika. Vol. 17, No. 1,Hal. 68-82.

Google Inc. 2019. Google Earth: Peta Lokasi Bittuang, Tana Toraja, SulawesiSelatan dalam http://earth.google.com/ (diakses pada tanggal 28 Maret2019).

Grandis, H. 2009. Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika. Bandung: HimpunanAhli Geofisika Indonesia (HAGI).

Huenges, E. 2010. Geothermal Energy System: Exploration Development,Utilization.Wiley Vch, Germany.

Kusuma, S.D., dan Bugis, Z. 2009. Penyelidikan Gayaberat Daerah Panas BumiBittuang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Buku 1 BidangEnergi: Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya GeologiTahun 2009. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Hal. 189-206.

Li, Y., and Oldenburg, D.W. 1998. 3-D Inversion Of Gravity Data. Geophysics,Vol.63, hal. 109 - 119.

Maulana, I. 2012. Analisis 4D mikrogravity dan gradien vertikal 4Dmikrogravity (Studi kasus amblesan semarang). Tesis : UniversitasIndonesia.

Octonovrilna, Litanya, dan Pudja, I.P. 2009. Analisa Perbandingan AnomalyGravitasi dengan persebaran intrusi air asin (Studi kasus Jakarta 2006-2007).Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Vol.10 No.1 : AMG.

Rasimeng, S. 2011. Determination of the Curie Point Depth from AnomalyMagnetic Field Data Using Spectrum Analysis. Case Study: SegmenRajabasa Mountain Lampung (preliminary result). Proceeding of LPPMSeminar University of Lampung. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Ratman, N., dan Atmawinata, S. 1993. Peta Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi..Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Skala 1:250.000, Bandung.

Reynolds, J.M. 1997. An Introduction to Applied and Environment Geophysics.Chichestar : John Wiley and Sons.

Rosid, S. 2005. Gravity Method in Exploration Geophysics. UniversitasIndonesia, Depok.

Sarkowi, M. 2007. Gaya berat mikro Antar Waktu untuk Analisa PerubahanKedalaman Muka Air Tanah (Studi Kasus Dataran Aluvial Semarang).Disertasi. Institut Teknologi Bandung.

Sarkowi, M. 2014. Eksplorasi Gaya Berat. Graha Ilmu, Yogyakarta

Sarkowi, M. 2010. Identifikasi Struktur Daerah Panasbumi Ulubelu BerdasarkanAnalisa Data SVD Anomali Bougeur. Jurnal Sains MIPA. Vol. 16 No.2, Hal.111-118.

Soetoyo, Kasbani, dan Hermawan, D. 2009. Penyelidikan Geologi Daerah PanasBumi Bittuang, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Buku 1 Bidang

Energi: Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya GeologiTahun 2009. Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung. Hal. 155-170.

Sukamto, R. 1973. Peta Geologi Tinjau Lembar Palu Sulawesi. Pusat Penelitiandan Pengembangan Geologi, Skala 1:250.000, Bandung

Supriyanto. 2007. Analisis Data Geofisika : Memahami Teori Inversi. DepartemenFisika FMIPA Universitas Indonesia, Depok.

Talwani, M. Worzel, J.L. and Ladisman, M. 1959. Rapid Gravity Computation forTwo Dimensional Bodies with Application to The Medicino SubmarineFractures Zone. Journal of Geophysics Research. Vol. 64 No.1.

Telford, W.M., Goldrat, L.P., and Sheriff, R.P. 1990. Applied Geophysics 2nd ed.Cambridge University Pres, Cambridge.

Van Leeuwen, T.M. 1994. 25 Years of Mineral Exploration and Discovery inIndonesia. Journal of Geochemical Exploration. Hal. 13 – 90.