4
Dennis Givari 1106021815 Fakultas Ekonomi Pemuda Indonesia sebagai Agent of Creative Economy dalam Menyongsong MEA 2015 Istilah ekonomi kreatif mulai dikenal secara global sejak munculnya buku “The Creative Economy: How People Make Money from Ideas” (2001) oleh John Howkins. Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Ekonomi kreatif merupakan bentuk transformasi struktural dalam sebuah perekonomian, yaitu dari yang tadinya berbasis sumber daya alam (SDA) menjadi berbasis SDM. Dalam perjalannya, konsep ekonomi kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian. Pengembangan ekonomi kreatif telah menjadi alternatif solusi, sekaligus strategis global dalam tetap menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah lesunya perekonomian global. Perekonomian Indonesia sendiri pernah diselamatkan oleh sistem ekonomi kreatif ini dari keterpurukan saat krisis moneter tahun 1998 dan krisis ekonomi global tahun 2008. Dan peran itu dimainkan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Ekonomi kreatif yang bertumpu pada pengetahuan dan kreativitas sebagai “nilai jual”-nya telah mampu menjelma menjadi kekuatan baru dalam memenangkan kompetisi dan pengembangan sektor ekonomi riil. Pemuda sebagai Agent of Creative Economy Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ekonomi kreatif sangat tergantung kepada modal manusia (human capital). Ekonomi kreatif membutuhkan SDM yang kreatif sehingga mampu melahirkan berbagai ide dan menerjemahkannya ke dalam bentuk barang dan jasa yang bernilai ekonomi. Proses produksinya bisa saja mengikuti kaidah ekonomi industri, tetapi proses perencanaan awalnya bertumpu pada kreativitas. Di

Pemuda Indonesia Sebagai Agent of Creative Economy Dalam Menyongsong MEA 2015

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemuda Indonesia Sebagai Agent of Creative Economy Dalam Menyongsong MEA 2015

Citation preview

Dennis Givari1106021815Fakultas EkonomiPemuda Indonesia sebagai Agent of Creative Economy dalam Menyongsong MEA 2015Istilah ekonomi kreatif mulai dikenal secara global sejak munculnya bukuThe Creative Economy: How People Make Money from Ideas (2001)oleh John Howkins. Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Ekonomi kreatif merupakan bentuk transformasi struktural dalam sebuah perekonomian, yaitu dari yang tadinya berbasis sumber daya alam (SDA) menjadi berbasis SDM. Dalam perjalannya,konsep ekonomi kreatif ini semakin mendapat perhatian utama di banyak negara karena ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian. Pengembangan ekonomi kreatif telah menjadi alternatif solusi, sekaligus strategis global dalam tetap menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah lesunya perekonomian global. Perekonomian Indonesia sendiri pernah diselamatkan oleh sistem ekonomi kreatif ini dari keterpurukan saat krisis moneter tahun 1998 dan krisis ekonomi global tahun 2008. Dan peran itu dimainkan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Ekonomi kreatif yang bertumpu pada pengetahuan dan kreativitas sebagai nilai jual-nyatelah mampu menjelma menjadi kekuatan baru dalam memenangkan kompetisidan pengembangan sektor ekonomi riil.Pemuda sebagai Agent of Creative EconomySeperti yang dijelaskan sebelumnya, ekonomi kreatif sangat tergantung kepada modal manusia (human capital). Ekonomi kreatif membutuhkan SDM yang kreatif sehingga mampu melahirkan berbagai ide dan menerjemahkannya ke dalam bentuk barang dan jasa yang bernilai ekonomi. Proses produksinya bisa saja mengikuti kaidah ekonomi industri, tetapi proses perencanaan awalnya bertumpu pada kreativitas. Di sinilah letak peran pemuda dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Pemuda dikenal tak pernah kering sense kreativitasnya. Kreativitas bukan hanya berasal dari gagasan seni dan budaya, tetapi juga dari gagasan intelektual dan pengetahuan. Oleh karena itu, talenta dan modal intelektual harus dikembangkan untuk menangkap peluang ekonomi kreatif. Di sinilah tugas lembaga pendidikan formal maupun nonformal menjadi strategis dalam proses pencetakan mutu SDM. Melalui pendidikan berbasis ekonomi kreatif, bukan hanya perlu mencetak SDM kreatif secara kuantitatif, tetapi juga SDM kreatif secara kualitatif. Harapannya adalah pemuda dapat menjadi agent of change dalam perubahan ekonomi sekaligus menjadi agent of creative economy yang menggerakkan kegiatan industri ekonomi kreatif.Ekonomi Kreatif, Strategi Indonesia Hadapi MEA 2015Tantangan perekonomian Indonesia yang akan muncul dalam waktu dekat, yaitu adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015, dimana keberadaan MEA akan menjadikan arus bebas lalu lintas barang, jasa, investasi, dan modal di kawasan Asia Tenggara. Permasalahannya adalah siap atau tidak Indonesia untuk menghadapi MEA 2015 ini. Ketidaksiapan Indonesia menghadapi MEA 2015 akan memberikan dampak negatif pada perekonomian dalam negeri. Lalu-lintas produk negara-negara ASEAN yang diklaim lebih berkualitas akan menggeser daya saing produk Indonesia. Sebagaimana diketahui bersama, Indonesia selama tujuh tahun terakhir berhasil menambah 80 juta penduduk kelas menengah baru. Semakin meningkatnya penduduk kelas menengah membawa konsekuensi semakin meningkatnya tingkat konsumen untuk belanja barang dengan kualitas yang lebih layak lagi. Akibatnya, masyarakat kebanyakan memilih barang-barang impor karena berbagai alasan, seperti barangnya bagus, bermutu, dan ada yang hanya karena gengsi. Sadar atau tidak pola konsumsi yang memilih barang impor daripada barang produk dalam negeri bisa melunturkan rasa nasionalisme dan menurunkan pendapatan devisa negara yang mengakibatkan menurunnya perekonomiaan nasional.Untuk menjawab tantangan tersebut, salah satu solusinya adalah dengan pengembangan industri kreatif yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas. Dalam hal SDM Indonesia, Indonesia sebenarnya memiliki window of opportunity, yaitu adanya bonus demografi dengan jumlah pemuda Indonesia (termasuk penduduk usia produktif) yang mencapai 60 persen dari populasi penduduk Indonesia. Dengan struktur komposisi penduduk berdasarkan usia yang dimiliki Indonesia tersebut, maka Indonesia memiliki sebuah modal yang dapat dimanfaatkan untuk menghadapi tantangan MEA 2015. Namun, penduduk usia produktif tersebut haruslah memiliki daya saing untuk dapat memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa, termasuk dalam menyongsong MEA 2015. Mengacu pada ekonomi kreatif, pemuda Indonesia dituntut untuk dapat mempunyai skill dan kreativitas yang dapat sejalan dengan tuntutan nilai-nilai baru komunitas internasional, tetapi tetap berbasiskan kearifan lokal. Setiap daerah pasti punya kekhasan masing masing yang layak dikembangkan dan kalau bisa menjadikan daerah tersebut mampu berjuang untuk kemandirian ekonominya. Hanya dengan demikian keunggulan komparatif bisa terjaga dalam mengembangkan ekonomi kreatif. HarapanBerdasarkan konsep Triple Bottom Line, mengembangkan ekonomi kreatif harus mempertimbangkan economic prosperity, environmental quality, dan social justice. Namun, penerapan konsep Triple Bottom Line ini harus dibantu oleh peran penting Cendikiawan (Intellectuals), Bisnis (Business), dan Pemerintah (Goverrnment) dalam kerangka bangunan ekonomi kreatif. Melalui kegiatan K2N ini, diharapkan terjadi sinergi antara pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku industri kreatif di berbagai daerah di Indonesia untuk bersama-sama melakukan pemberdayaan masyarakat. Output yang diharapkan, yaitu dapat tumbuhnya industri-industri kreatif berbasis kearifan lokal yang tersebar di daerah yang bisa menjadikan daerah tersebut mampu berjuang untuk kemandirian ekonominya. Semakin tingginya angka wirausaha dan kelompok usaha berbasis ekonomi kreatif di Indonesia akan menjadi solusi dalam menghadapi MEA 2015.