Upload
widiapramesti
View
226
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
A. Penyakit defisiensi kkp
Penyakit kekurangan kalori dan protein (KKP) diberi nama internasional Calori protein
malnutrition ( CPM ) dan kemudian di ganti dengan protein energy malnutrition (PEM).
Penyakit ini mulai banyak diselidiki di afrika, dibenua tersebu dikenal dengan nama lokas
quashiokor, yang berarti penyait rambut merah ditempat tersebut masarakat
mengganggap quasiorkor sebagai kondisi yang biasa terdapat pada anak keci yag sudah
mendapat lagi adek.
Di Indonesia pun pendapat ini terdapat di kalangan para ibu dan masyarakat yang
kurang mampu ekonominya. Kondisi anak dengan gejala-gejala KKP ini dengan
dianggap kondisi’biasa’ dan sudah menapat adik lagi. Terminology yang di pergunakan
oleh masyarakat kita ialah kondisi’kesundulan’ artinya terdorong lagi oleh kepala adik
nya yang telah muncul dilahirkan.
Salah satu gejala dari penderita KKP ialah hepatomegaly, yaitu pembesaran hepar
yang terlihat oleh iu-ibu sebagai pembuncitan perut. Anak yang menderetita tersenut
seringpula terkena investasi cacing dan mengeluarkan cacing dari anusnya.kedua gejala
pembuncitan perut dan keluar cacing ini di asosiasikan dalam pendapat bahwa anak yang
buncit perutnya itu krena menerita penyakit cacingan. Maka masyarakat di Indonesia
terutama para ibuya berpendapat bahwa anak yang buncit oerutnya itu buka karena
menderita KKP, tetapi karena penyakit cacingan.
Pengertian penyakit kurang kalori dan protei baru dikenal kemudianlh para ali
kesehatan dan gizi dan diajarkan kepada para ibu dan masyarakatnya. Sekarang sudsh di
terimah bahwa anak yang perutnya buncit itu kemungkinan besar di sebabkan oleh karena
menderita penyakit KKP.
Didalam klinik sekarag di bedakan gambaran penyakit kwashiorkor, marasmus
dan marasmickwoasiorkor.dalam pandangan ahli gizi, semua gambaran klinik tersebut
termasuk berbagai fariasi bentuk KKP. Kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan
kekurangan protein sebagai penyebab dominan marasmus merupakan gambaran KKP
dengan defisiensi enersi yang extrim dan marasmickwashiorkor merupakan kombinasi
defisensi kalori dan protein pada berbagai fariasi.
Tentang sebab yang menguasai timbulnya KKP ada ahli yang menyatakan bahwa
defisiensi enersi yang berperan terpenting, tetapi ada pula yang mengemukakan defisiensi
protein yang paing dominan. Mungkin kedua pendapat ini betul, tergantung pada
kondisinya yang jelas bahwa pathogenesis KKP mengandung defisiensi kedua komponen
tersebut dengan komponen tekanan yang berfariasi pada defisiensi protein maupun
defisiensi enersi.
1. Penyebab penyakit KKP
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan
berbagai tekanan sehingga terjadi spectrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan
melahirkan klasifikasi klinik yang telah di sebutkan diatas.
Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak, sehingga penyakit ioni disebut
juga sebagai9n pnyakit dengan causa multifaktorial. Berbagai faktor penybab KKP dan
antar hubungannyasudah banyak di ajukan sebagai holistik, yang menggambarkan
interelasi antar-faktot dan menuju ke titik pusat KKP tersebut. Salah satu sistem tersebut
terlihat pada bagian 3.
Bagian 3:
Sistem holistik penyebab multifaktorial menuju ke arah terjadinya KKP.
Ekonomi negara rendah
Pendidikan umum kurang
Produk bahan pangan rendah
Hygine rendah
Pekerjaan rendah
Paca panen kurang baik
Sistem pergadangan pangan dan distribusi tidak lancar
Penyakit infeksi dan infestasi cacing
Persediaan pangan kurang
Daya beli rendah
Anak terlalu banyak
Pengetahuan gizi kurang
KONSUMSI KURANG
Absorpsi terganggu
K.K.P Utilisasi terganggu
Kwashiorkor marasmur marasmickwashiorkor
Pada lapisan terdalam, sebab langsung dari KKP ialah konsumsi kurang dan sebab
tak langsungnya hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi berbagai hal,
misalnya karena penyakit. KKP karena sebab primer ( langsung ) disebut KKP primer
dan yang disebabkan faktor tak langsung disebut KKP sekunder. Penyakit infeksi dan
infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat gizi
yang menjasi dasar timbulnya penyakit KKP.
Sebab – sebab tak langsung pada lapis kedua (lapis luar) ada beberapa yang
dominan, ialah ekonomi negara yang kurang, pendidikan umum dan pendidikan gizi yang
rendah, produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan, kondisi hygiene yang kurang
baik dan jumlah anak-anak yang terlalu banyak, sebab antara pekerjaan yang rendah,
penhasilan yang kurang, pasca panen, sistem perdagangan dan distribusi yang tidak
lancar serta tidak merata, juga penyakit infeksi dan infestasi cacing merupakan sebab
antara yang cukup penting bagi timbunya penyakitnya KKP.sistem holistik yang
menggambarkan interelasi antara berbagai faktor penyebab ini terlihat pada bagan 3
diatas.
2. Penanggulangan penyakirt KKP.
Terapi KKP di tunjukan pada pengobatan individual, telah dibicarakan pada buku
l. Upaya terhadap penanggulangan KKP masyarakat merupakan tindakan-tindakan
preventif.
Perbaikan harus di tunjukan pada faktor-faktor penyebab lapis terdalam
(pertama) maupun lapis kedua (luar) perbaikan ekonomi negara, peningkatan pendidikan
umum dan pendidikan gizi, penerangan serta penyuluhan gizi, peningkatan produksi
bahan makanan dan peningkatan upaya-upaya pasca panen untuk menghindarkan
penghamburan bahan makanan (waste) dan peningkatan hygeine lingkungan maupun
perorangan juga mengatur keluarga berencana merupakan faktor yang pengaruhnya
signifikan terhadap prevensi KKP dalam masyarakat. Kelompok penanggulangan
tersebut diatas ini merupakan penanggulangan taraf makro.
Jelas bahwa penanggulangan taraf makro ini merupakan upaya yang harus
dilaksanakan srempak oleh berbgai instansi yang memerlukan koordinasi. Bahkan
mungkin diperlukan bantuan atau kerja sama dengan negeriu lain.
Penanggualangan dalam lingkup mikro bersangkutan dengan perbaikan kondisi
keluarga dan para anggota keluarga. Faktor-faktor penyebabb KKP di sini ialah:
konsumsi kurang, daya beli keluarga yang rendah, infeksi cacing, pendidikan umum dan
pengetahiuan gizi yang rendah, dan terlalu banyak ankak dalam keluarga. Faktort-faktor
kelompok mikro ini harys di tinjau satu persatu dan dicari aslternatif perbaikannya atau
pemecahannya.
Pengetahuan ilmun kesejahteraan keluarga akan dapat membantu banyak dalam
mancari berbagai alternatif pemecahan soal-sal perbaikan kondisi keluarga di sini. Untuk
menangulangi kekurangan konsumsi yang biasanya disebabkan oleh daya beli keluarga
yang rendah, perlu diusahakan dapat pula ditingkatkan dengan jelas memproduksi
sebagian dari bahan makanan yang diperlukan, dengan memanfaatkan tanah kebun atau
pekarangan sekitar rumah, kalau mempunyai lahan kebun atau sawah yang agak lebar,
cara penanaman bahan makanan dapat diintensifikan dengan cara yang lebihg efisien.
Teknim palaksanaannya dapat minta bantuan dari petugas pertanian.
Peningkatan penghasilan keluarga dapat dilakukan dengan mengikutsertakan
anggota-anggota keluarga yang sudah cukup umur atau pekerjaannyadisesuaikan dengan
umur dan kondisi yang ada. Seluruh anggota keluarga yang tidak terlalu mudah dapatr
diikutsertakan dalam upaya peningkatan penghasilan keluarga ini, upaya peningkatan
penghasilan keluarga tentu harus disertai penggunaan keuangan yang lebih terarah dan
efisien, sehingga menghindarkan pemborosan dalam membelanjakannya.
Penambahan persediaan bahan makanan keluarga di sekitar rumah dapat
dilakukan oelh para anggota keluarga secara bergotong royong. Sayur dan buah serta
bumbu dapur dapat ditanam di pekarangan sekitar rumah. Dipilih tanaman yang sesuai
dengan lingkungan dan tidak terlalu banyak memerlukan waktu dan pengurusan, tetapi
memberikan hasil yang lumayan.
Distribusi makanan diantara para anggota keluarga harus diatur menurut
kebutuhan fisik akan zat gizi masing-masing anggota. Kebiasaan tradisional yang
mementingkan dan mendahuluan ayah dalam distribusi makanan dan membelakangi
anak-anak, terutama BALITA, adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
Ketrampilan menanggulangi penderita KKP ditingkatkan dengan barbagai proyek
khusus oleh pemerintah maupunoleh swasta atau secara swakarya oleh masyarakat
sendiri. Pengadaan kegiatan karang balita UPGK dan sebagainya merupakan upaya
penanggulangan KKP yang cukup memberikan dampak, meskipun memerlukan waktu
dan kesabaran dari semua fihak yang bersangkutan.
Pendidikan dan peneranagan maupun penyuluhan gizi harus merupakan salah satu
komponen dari kegiatan penanggulangan KKP skala mikro ini. Infeksi dan investasi
cacing dalam ruang lingkup mikro jangan dilupakan pula penanggulangannya. Hygiene
perorangan dan lingkunga harus diperhatikan dlam upaya penerangan dan penyuluhan
kesehatan, baik di PUSKESMAS maupun berbagai upaya perbaikan gizi lainnya seperti
di POSYANDU (pos pelayanan terpadu) dan PKK.