Upload
duongkhanh
View
227
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI
KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA SELATAN
Oleh
ARMITA RAYENDRA A24050834
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
ARMITA RAYENDRA. Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan. (Dibimbing oleh ISKANDAR LUBIS dan ADE WACHJAR).
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman dengan produktivitas
yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan tanaman lain. Oleh karena itu,
diperlukan penanganan hasil panen yang baik agar menghasilkan produksi yang
berkualitas. Penanganan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pra pengolahan
dimulai dari setelah buah dipotong dari pokoknya hingga sampai di Pabrik Kelapa
Sawit (PKS) sebelum diolah.
Kegiatan magang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan penulis, serta memperoleh pengalaman bekerja langsung di kebun
kelapa sawit. Penulis dapat mempelajari penanganan Tandan Buah Segar (TBS)
pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap kualitas CPO (Crude Palm Oil) yang
dihasilkan.
Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai bulan Juni 2009
di Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan. Metode yang digunakan
adalah melaksanakan seluruh kegiatan magang dengan berbagai tingkat jabatan,
mulai dari karyawan harian lepas, pendamping mandor, hingga sebagai
pendamping asisten afdeling. Selain itu penulis juga mengumpulkan data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, sedangkan
data sekunder diperoleh dari data kantor kebun atau pabrik serta studi literatur.
Produk yang berkualitas berkaitan dengan 3 kegiatan, yaitu panen,
pengangkutan atau penanganan TBS, dan pengolahan. Kualitas pengangkutan
dilihat dari kebersihan hanca dari hasil panen (TBS dan brondolan), panjang
gagang buah, pengutipan brondolan di TPH, ada atau tidaknya buah restan di
lapangan, produktivitas pengangkutan, dan efisiensi pengangkutan. Secara umum,
penanganan tandan buah segar di Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura masih perlu
diperbaiki lagi. Perbaikan diperlukan pada hal-hal teknis dan terutama pada
pengelolaan pengangkutan, sehingga dapat mencapai standar perusahaan dan
lebih menguntungkan perusahaan.
PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI
KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA
SELATAN
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Armita Rayendra
A24050834
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul : PENANGANAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PRA PENGOLAHAN DI
KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA, SUMATERA
SELATAN
Nama : ARMITA RAYENDRA
NIM : A24050834
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Dr Ir Iskandar Lubis, MS) NIP : 19610528 198503 1 002
(Dr Ir Ade Wachjar, MS) NIP : 19550109 198003 1 008
Mengetahui: Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura, (Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr) NIP : 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus : …………………………
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Mei 1986. Penulis merupakan
anak ke-dua dari Bapak Jendra Muslim dan Ibu Anna Sat Dewi. Penulis sempat
mengenyam pendidikan dasar di SD Tadika Puri, Jakarta Selatan selama 3 tahun
dan menyelesaikannya di SDN Mexico 05 Pagi Jakarta Selatan pada tahun 1998.
Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN
19 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada tahun 2001 penulis memulai
pendidikan menengah atas di SMA Madania Boarding School selama 1 tahun dan
menyelesaikannya hingga lulus pada tahun 2005 dari SMA Cenderawasih I,
Jakarta Selatan.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur
SPMB. Selanjutnya pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Selama masa pendidikan baik di SMP hingga perguruan tinggi, penulis aktif
dalam kegiatan organisasi maupun menjadi panitia dalam beberapa event di
kampus. Saat di SMP dan SMA, penulis menjadi pengurus OSIS sekolah dan aktif
dalam kegiatan ekstrakurikuler paduan suara. Saat menjadi mahasiswa, penulis
aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) masa
jabatan 2006/2007 sebagai anggota divisi pengembangan pertanian dan 2007/2008
sebagai ketua divisi pengembangan pertanian (Bangtan). Saat menjabat sebagai
ketua divisi Bangtan, penulis beserta rekan-rekan mengadakan acara Festival
Tanaman (FESTA) ke 29. Selain memperoleh pendidikan formal, penulis juga
melakukan kegiatan magang, yaitu magang di Balai Penelitian Tanaman Hias,
Cianjur pada tanggal 2 hingga 27 Juli 2007 dan magang di Kebun Raya Bogor
pada bulan Februari 2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang
skripsi ini. Karya ilmiah ini berjudul ”Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa
Sawit ( Elaeis gineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT Cipta
Futura, Sumatera Selatan” yang merupakan laporan hasil kerja magang dan
pengamatan yang penulis lakukan selama magang di PT Cipta Futura. Tulisan ini
menjadi salah satu syarat kelulusan pada jenjang pendidikan Program Sarjana di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr Ir Iskandar Lubis, MS dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS, sebagai
Dosen Pembimbing I dan II. Terima kasih atas segala bimbingan dan
pengarahan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ir Supijatno, MSi atas kesediaannya menguji serta memberikan saran
dan perbaikan untuk karya tulis ini.
3. PT Cipta Futura Plantation, Sumatera Selatan atas kesempatan dan segala
fasilitas yang diberikan untuk penulis dalam penyelesaian magang.
4. Bapak Sutan Hutasoit, SP selaku asisten Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT
Cipta Futura, terima kasih atas segala bimbingannya selama penulis magang.
5. Kedua orang tua, kakak dan adik-adik, serta keluarga besar yang telah
memberikan dukungan baik materi maupun moril yang sangat berarti bagi
penulis.
6. Hanum, Wenny, Hafith, Angga, Maya, Kampreters, Oonk, Emot, Inten, Tyas,
Hepi, Ocha dan semua teman AGH 42 atas persahabatannya yang tidak akan
terlupakan.
7. Teman-teman seperjuangan magang ( Wenny, Haryo, Robby, dan Aan) atas
dukungan, bantuan dan persaudaraan yang telah diberikan.
8. Mathias Prathama atas dukungan, kebaikan, kesabaran, dan kasih sayangnya
kepada penulis.
9. Seluruh staf dan karyawan Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura atas dukungan
dan bantuannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.......................................................................................... viiDAFTAR GAMBAR..................................................................................... viiiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix
PENDAHULUAN.......................................................................................... 1Latar Belakang................................................................................... 1Tujuan................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 4 Botani Kelapa Sawit………………………………………………... 4 Persyaratan Tumbuh………………………………………………... 6 Panen……………………………………………………….………. 7 Penanganan Tandan Buah Segar…………………………………… 8
METODE MAGANG…..………………………………………………….. 11 Tempat dan Waktu…………………………………………………. 11 Metode Pelaksanaan...……………………………………………… 11 Pengumpulan Data dan Informasi…..……………………………… 12 Analisis Data dan Informasi………………………………………... 13
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG……………………………….. 14 Letak Geografis…………………………………………………….. 14 Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi………………………...…… 14 Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan……………………………….. 15 Kondisi Kebun dan Pertanaman……………………………………. 16 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan………………………….. 18
PELAKSANAAN KEGIATAAN MAGANG……………………………. 21 Aspek Teknis…………………....…………………………….…….. 21 Perbaikan Infrastruktur………..……………………………… 21 Pengendalian Gulma…………………...…………………….. 23 Pengendalian Hama dan Penyakit……………………………. 25 Pemupukan…………………………………………………… 29 Susun Janjangan Kosong (SJJK)……………………………... 32 Penunasan/Pemangkasan (Prunning)………………………… 34 Pemanenan dan Produksi.……………………………………. 35 Pengolahan Kelapa Sawit…………………………………….. 52 Aspek Manajerial…………………………………………………... 57 Pendamping Mandor…………………………………………. 57 Pendamping Asisten Afdeling………………………………... 60
PEMBAHASAN…………………………………………………………… 62 Kualitas Buah………………………………………………………. 62 Pengangkutan Tandan Buah Segar di Dalam Hanca……………….. 64
Pengangkutan Tandan Buah Segar ke PKS………………………… 65 Perencanaan Kebutuhan Alat Angkut Buah……………………...… 66 Pengontrolan Pengangkutan TBS…………………………………... 66 Administrasi Pengangkutan………………………………………… 68
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 69 Kesimpulan…………………………………………………………. 69 Saran………………………………………………………………... 70
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 71
LAMPIRAN……………………………………………………………….. 72
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit................................. 8
2. Produksi dan Produktivitas TBS Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari Tahun 2005 – 2008……………………………..…… 16
3. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling 7 Bulan Mei 2009……………………………… 20
4. Target dan Realisasi Produksi Panen Kelapa Sawit di Afdeling 7 Tahun 2009………………………………………………….………….. 35
5. Hasil Sensus Buah di Blok 107 B dan C Pada Tanggal 15 April 2009……………….……………………………………………………. 37
6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura 38
7. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Afdeling 7 PT Cipta Futura 42
8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan…………….. 42
9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen……….. 43
10. Rekapitulasi Hasil Pengamatan TBS Tinggal dalam Hanca…................
11. Presentase Gagang Panjang di Afdeling 7……………………………...
43
44
12. Kandungan ALB Minyak Sawit Mentah PT Cipta Futura……...……… 45
13. Hasil Pengamatan Kualitas Kerja Pemuat……………………………… 47
14. Kebutuhan Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura….. 48
15. Produktivitas Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura, Bulan Februari 2009...………………………………………………….. 48
16. Kejadian Buah Restan di Afdeling 7 Bulan Januari - Mei 2009……….. 49
17. Pengamatan Pengangkutan Hasil Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura 52
18. Rendemen Minyak dengan Kadar ALB Menurut Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar……………………………………………..……… 63
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pohon Kelapa Sawit dengan Tapak Timbun…………………………… 23
2. Beberapa Species Ulat Api……………………………………………... 25
3. Pemupukan di Samping Tumpukan Pelepah di Gawangan Mati………. 31
4. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK).…………………………...…...... 33
5. Susunan Pelepah di Gawangan Mati.…………………………………... 40
6. Potongan Gagang Panjang pada Tandan……………………………….. 41
7. Proses Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) di PKS………………… 54
8. Pabrik Minyak Kelapa Sawit ................................................................... 55
9. Stasiun Pembuangan Janjang Kosong...................................................... 56
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……………….…………………. 73
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……..…………………
74
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten Afdeling di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan……….……………. 75
4. Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan Tahun 1999-2008……………...……………………………….. 76
5. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation……………………………………………………………….. 77
6. Luas Areal Tanaman di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2008..……. 78
7. Program dan Realisasi Panen Triwulan I Tahun 2009…………………. 81
8. Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation ……..………………………………………………... 82
9. Denah Jalur Deteksi Hama……………………………………………... 83
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan penghasil minyak nabati
yang bisa diandalkan dan merupakan komoditas perkebunan di Indonesia. Kelapa
sawit menyumbang devisa cukup besar bagi pembangunan karena pada tahun
2005 volume ekspor minyak sawit mentah (CPO) mencapai 10 376 200 ton
dengan nilai US $ 3 756 283 000. Pada tahun 2007 ekspor CPO meningkat
menjadi 11 875 400 ton dengan nilai US $ 7 868 640 000 (Direktorat Jenderal
Perkebunan, 2008). Oleh karena itu, kelapa sawit memiliki potensi yang sangat
besar.
Selama lima tahun terakhir ini, luas areal dan produksi tanaman kelapa sawit
yang diusahakan oleh perkebunan di seluruh Indonesia mengalami kenaikan. Data
Direktorat Jenderal Perkebunan (2009) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 luas
areal kelapa sawit mencapai 6 611 195 ha dengan produksi Crude Palm Oil
(CPO) sebesar 17 373 202 ton, kemudian pada tahun 2009 luas areal pertanaman
kelapa sawit meningkat menjadi 7 321 897 ha dengan produksi CPO sebesar
19 440 291 ton.
Tanaman kelapa sawit bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Menurut
Lubis (1992), kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersil pada tahun 1911.
Minyak kelapa sawit sejak tahun 1870 sudah digunakan dalam industri makanan
dan pada tahun 1890 digunakan dalam industri lempengan timah. Selain
digunakan sebagai minyak goreng, minyak kelapa sawit juga digunakan oleh
berbagai industri sebagai bahan utama atau campuran untuk menghasilkan
produk-produk bahan makanan, kosmetika, obat-obatan, serta industri berat dan
ringan. Minyak kelapa sawit juga dapat dibuat makanan seperti mentega, lemak
untuk masak, bahan aditif coklat, pembuatan asam lemak lainnya, vanaspati, dan
industri makanan ringan lainnya. Karena kegunaannya itu, minyak kelapa sawit
banyak dibutuhkan, sehingga perlu terus dilakukan peningkatan produksi minyak
kelapa sawit untuk memenuhi permintaan baik dari dalam maupun luar negeri.
2
Kadar kolesterol minyak kelapa sawit hanya 12 – 19 ppm dengan rata-rata
16 ppm. Minyak sawit yang dimurnikan (refine) menjadi minyak goreng memiliki
kandungan kolesterol yang lebih rendah lagi. Selain itu telah dibuktikan bahwa
minyak kelapa sawit cenderung mengurangi terjadinya thrombotic pada urat nadi,
tidak meningkatkan tekanan darah tinggi, dan tidak menimbulkan kanker.
Cara untuk meningkatkan produksi kelapa sawit adalah dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM), yaitu dengan
menciptakan SDM yang memiliki kemampuan memadai dan menguasai bidang
kerjanya. Selain peningkatan mutu SDM, peningkatan produksi kelapa sawit juga
bisa dilakukan dengan meningkatkan efisiensi pengolahan pabrik minyak kelapa
sawit, memperluas areal penanaman kelapa sawit, serta menerapkan budidaya
kelapa sawit secara benar.
Selain peningkatan produksi kelapa sawit, perlu juga diperhatikan kualitas
minyak kelapa sawit. Salah satu penilaian kualitas minyak kelapa sawit adalah
kandungan asam lemak bebasnya (ALB), selain warna, kadar kotoran dan kadar
air minyak kelapa sawit tersebut. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992),
syarat mutu kandungan ALB (sebagai asam palmitat) dalam minyak kelapa sawit
yang memenuhi syarat Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimum adalah
5.00 % (bobot/bobot). Oleh karena itu, perlu diperhatikan kualitas minyak kelapa
sawit. Kualitas minyak kelapa sawit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
terkait dengan cara pemanenan sampai proses penanganan pasca panen.
Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat
perhatian khusus. Keterlambatan pengangkutan TBS (tandan buah segar) ke PKS
akan menyebabkan terjadinya restan dan mempengaruhi proses pengolahan,
kapasitas olah, dan mutu produk akhir (Pahan, 2008). Faktor transportasi meliputi
jarak pengangkutan TBS ke PKS, kondisi jalan, kondisi topografi lahan, serta
jumlah dan kondisi alat angkut. Selain itu, ketepatan penanganan bahan juga
dipengaruhi oleh perbandingan antara volume produksi kebun dengan volume
penerimaan dan kapasitas pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem
dan perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi perkebunan setempat.
3
Sesuai dengan hukum ekonomi bahwa untuk dapat memperoleh produksi
optimal, salah satunya dengan melakukan efisiensi dalam berproduksi. Efisiensi
dapat dilakukan dengan menggunakan input dan atau pengeluaran biaya serendah
mungkin untuk memperoleh hasil yang optimal. Untuk mencapai efisiensi
produksi, diperlukan analisis faktor produksi yang sangat mempengaruhi produksi
tanaman, sehingga ditemukan biaya produksi yang dapat ditekan dan keefisienan
serta keefektifan penggunaan input dapat tercapai.
Tujuan
Secara umum, kegiatan magang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan penulis dan memperoleh
pengalaman bekerja langsung di kebun kelapa sawit.
2. Penulis dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di kampus dengan
praktik di lapangan, baik dari aspek teknis maupun manajemen di perkebunan
kelapa sawit.
3. Kegiatan magang ini bertujuan khusus untuk mempelajari penanganan Tandan
Buah Segar (TBS) pra pengolahan serta pengaruhnya terhadap kualitas CPO
yang dihasilkan.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari
Afrika. Tanaman ini termasuk dalam famili Aracaceae (dulu disebut Palmae).
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, berakar serabut, memiliki batang
tumbuh lurus ke atas, serta memiliki bunga jantan dan betina pada satu tanaman
dengan tandan terpisah.
Batang kelapa sawit berbentuk silinder. Sampai dengan tanaman berumur 12
tahun, batang masih tertutup oleh sisa pelepah yang ditunas, sehingga terkesan
besar. Pertumbuhan panjang batang bervariasi antara 35-75 cm/tahun bergantung
pada keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik (Pahan, 2008). Kelapa
sawit yang dibudidayakan bisa mencapai ketinggian 30 m. Batang kelapa sawit
berfungsi sebagai tempat penimbunan nutrisi tanaman (PT Perkebunan X, 1993).
Selanjutnya, Pahan (2008) menambahkan bahwa batang kelapa sawit memiliki
tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan buah,
sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar serta
hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah, serta kemungkinan juga
berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan.
Daun kelapa sawit adalah daun majemuk yang terdiri atas pelepah dengan
panjang berkisar 7-9 m. Jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400
helai. Daun muda dan masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang
optimal, yaitu tanah yang subur dan lengas, kuncup akan cepat membuka
sehingga lebih cepat dan efektif menjalankan fungsinya sebagai tempat
fotosintesis. Kutikula pada anak daun cukup tebal dan sangat resisten terhadap
difusi uap air. Tanaman kelapa sawit yang tumbuh normal biasanya memiliki 40-
50 daun parapinnate hijau yang telah membuka. Jumlah daun yang terbentuk lebih
kurang 20-24 pelepah/tahun. Dari terbentuknya primordia sampai dengan spear
(pelepah yang belum membuka) membutuhkan waktu dua tahun, jika sampai
dengan gugur secara alami membutuhkan waktu sekitar 5-6 tahun. Pelepah
5 tumbuh pada batang dan tersusun spiral secara teratur antara pelepah satu dengan
lainnya, yang disebut dengan phylotaksis.
Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri atas pericarp
yang terbungkus oleh eksocarp (kulit), mesocarp (yang biasanya disebut pericarp),
dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1 – 4 inti/kernel (umumnya hanya
satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan sebuah embrio.
Daging buah (mesocarpium) sampai 3 bulan setelah anthesis warnanya
masih putih-kehijauan, menunjukkan bahwa masih terdiri atas air, serat dan
klorofil, sedangkan minyak belum terbentuk. Perubahan warna daging buah yang
menjadi kuning kehijauan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa minyak telah
terbentuk, yaitu terbentuknya karoten.
Sebulan setelah penyerbukan, cangkang atau tempurung telah terbentuk
sangat tipis dan lembut. Pengerasan cangkang berlangsung terus dan pada umur 3
bulan sudah mengeras serta berubah warna dari putih menjadi coklat muda. Pada
umur 2 bulan terjadi perubahan pada inti (endocarpium atau nucleus seminis) dari
bentuk cairan menjadi agar-agar. Pada umur 3 bulan inti sudah berbentuk padatan
yang agak keras.
Kematangan buah dapat dibedakan menjadi dua. Pertama adalah matang
morfologis dimana buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak
sudah optimal. Kedua, matang fisiologis yaitu ketika kematangan buah sudah
lebih lanjut dan telah siap untuk tumbuh dan berkembang, biasanya 1 bulan
sesudah matang morfologis. Menurut Pahan (2008) sampai saat ini kriteria
kematangan buah yang sangat penting dalam proses pemanenan ditentukan
berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh ke piringan yaitu 1 – 2 berondolan per
kg tandan buah segar.
Daging buah terdiri atas minyak, air dan serat. Kadar air dan minyak
berubah menurut kematangan buah, sedangkan kadar serat pada daging buah
hampir tetap, yaitu 13 % terhadap berat buah sejak 3 bulan sesudah anthesis
sampai buah matang. Penelitian di Afrika menghasilkan bahwa kadar serat buah
ini sebanyak 16 % kadang bervariasi 11 – 21 persen. Kadar serat sering dipakai
sebagai salah satu cara menghitung kadar minyak pada daging buah secara tidak
6 langsung. Makin tinggi kadar serat pada daging buah maka akan memberi peluang
lebih besar kehilangan minyak pada pengolahan (Lubis, 1992).
Persyaratan Tumbuh
Topografi lahan pada perkebunan kelapa sawit berpengaruh pada produk
dan kapasitas pemanen. Daerah yang bertopografi datar akan mempermudah
pemanen dalam melaksanakan pemotongan Tandan Buah Segar (TBS) dan
pengutipan berondolan dibandingkan dengan areal yang memiliki topografi yang
bergelombang atau berbukit dengan kelerengan yang curam.
Faktor-faktor geografis mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman melalui perubahan faktor-faktor ekologi, seperti radiasi matahari dan
bumi, panas, air, atmosfer, dan faktor-faktor biotik. Kondisi lahan yang sesuai
untuk pertanaman kelapa sawit adalah lahan dengan topografi datar sampai
berombak, ketinggian 0-400 m di atas permukaan laut, lereng 0-15 %, ketebalan
solum 60-80 cm, tekstur tanah bervariasi antara pasir berlempung, lempung
berpasir, lempung liat berpasir, liat berpasir, dan liat. Tanah berdrainase baik dan
tidak terjadi erosi cocok untuk pertanaman kelapa sawit.
Sunarko (2007) menyatakan bahwa curah hujan tahunan 2 500 mm atau
lebih akan menghasilkan potensi produksi sebesar 100 %, untuk curah hujan
2 500 – 2 000 mm potensi produksi yang dicapai sebesar 80 % dan curah hujan
1 500 atau kurang hanya memiliki potensi produksi 60 – 70 persen. Pahan (2008)
menyatakan bahwa sebagian besar perkebunan komersial kelapa sawit dibangun
pada daerah yang mempunyai neraca air positif selama 6 bulan atau lebih, yaitu
kondisi di mana curah hujan lebih besar daripada evapotranspirasi di perkebunan.
Kawasan ini termasuk dalam kelas iklim Af dan Am menurut klasifikasi Koppen
(zona katulistiwa).
7
Panen Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya
menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan (Tim Penulis Penebar Swadaya,
1992). Panen adalah pekerjaan penting di perkebunan kelapa sawit, karena
langsung menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui penjualan
minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Tujuan panen kelapa
sawit adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang
tinggi. Kualitas minyak sangat dipengaruhi oleh cara pemanenan, maka kriteria
panen yang menyangkut matang panen, cara dan alat panen, rotasi dan sistem
panen, serta mutu panen harus diikuti.
Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas
(ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam
keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam
presentase tinggi ( lebih dari 5 %). Sebaliknya jika pemanenan dilakukan dalam
keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen
minyak yang diperolehnya juga rendah (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992).
Kandungan ALB akan semakin besar dan kumulatif, apabila buah kelapa sawit
yang telah dipanen itu tertunda pengolahannya. Jarak waktu antara buah yang
telah dipanen dan pemrosesan buah itu yang paling baik adalah 6 jam.
Pengetahuan mengenai kriteria matang panen sangat dibutuhkan agar
didapat hasil panen dengan rendemen minyak yang tinggi dengan kadar asam
lemak bebas yang rendah. Kriteria matang panen berdasarkan jumlah berondolan
yang jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dikenal ada beberapa tingkatan atau fraksi dari
TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,
termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada tujuh fraksi dan
derajat kematangan TBS yang baik, derajat kematangan TBS untuk dipanen
berada pada fraksi 2 dan 3, seperti terdapat pada Tabel 1.
8
Tabel 1. Fraksi Matang Panen pada Tanaman Kelapa Sawit
Fraksi Kriteria Matang Buah Derajat Kematangan
00 Tidak ada buah membrondol, buah berwarna hitam pekat
Sangat mentah
0 1 – 12.5 % buah luar membrondol, buah berwarna hitam kemerahan
Mentah
1 12.5 – 25 % buah luar membrondol, buah berwarna kemerahan
Kurang matang
2 25 – 50 % buah luar membrondol, buah berwarna merah mengkilat
Matang I
3 50 – 75 % buah luar membrondol, buah berwarna orange
Matang II
4 75 – 100 % buah luar membrondol, buah berwarna dominan orange
Lewat matang I
5 Buah dalam juga membrondol, ada buah yang busuk Lewat matang II Sumber : Naibaho (1998)
Sistem panen kelapa sawit dapat menghasilkan minyak sawit bermutu baik
jika sistem panen memenuhi standar tertentu. Standar sistem panen yang
ditentukan adalah : (1) tidak ada buah mentah yang dipanen, (2) tidak
meninggalkan buah matang, (3) semua berondolan dikumpulkan dan dibawa ke
tempat pengumpulan hasil (TPH) dalam kondisi bersih, (4) membrondolkan
tandan yang terlalu matang, (5) memotong gagang/tangkai tandan, dan (6) pelepah
harus dipotong dengan baik.
Penanganan Tandan Buah Segar
Terdapat dua macam minyak kelapa sawit, yaitu minyak yang berasal dari
daging buah (mesocarp) yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan
(pressan) dan dikenal sebagai minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) dan
minyak yang berasal dari inti sawit dikenal sebagai minyak inti sawit atau palm
kernel oil (PKO). Minyak pada daging buah pada 3 bulan setelah anthesis hanya
1.3 % dari berat daging buah, tetapi akan terus meningkat pesat menjadi
maksimum menjelang panen, yaitu berkisar 50 – 60 persen. Kadar air tinggi pada
buah muda dan akan menurun sejalan dengan peningkatan kadar minyak daging
buah. Sintesis minyak yang masih terjadi pada tandan buah yang sudah dipanen
dapat diabaikan karena jumlahnya kecil sekali. Hal yang lebih perlu diperhatikan
9 yaitu naiknya kandungan asam lemak bebas (free fatty acid) pada tandan buah
yang sempat menginap di tempat pengumpulan hasil (TPH) atau loading ramp
pabrik.
Penanganan tandan buah segar merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan
dari memetik buah sampai dengan tandan buah segar tersebut akan diolah di
tempat pengolahan. Penanganan TBS sangat dipengaruhi oleh kegiatan sistem
potong buah yang dilakukan, seperti kegiatan persiapan panen dan bagaimana
organisasi potong buah dilaksanakan.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan
pekerjaan potong buah menurut Pahan (2008) yaitu: (1) persiapan kondisi areal,
(2) penyediaan tenaga potong buah, (3) pembagian seksi potong buah, dan (4)
penyediaan alat-alat kerja. Selain itu perlu juga dilakukan perbaikan jalan dan
jembatan, pembersihan piringan tanaman, pasar rintis, dan rintis tengah,
pemasangan titi rintis, pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH), serta
pembuatan tangga-tangga dan tapak kuda untuk areal berbukit.
Organisasi potong buah dimulai dari penyusunan seksi potong buah dan
penentuan ancak (panen diusahakan terkonsentrasi), kemudian pengaturan
penggunaan alat panen yang tepat, penentuan jumlah tenaga kerja yang efisien,
bagaimana teknis urutan pemotongan buah, sampai dengan pemeriksaan kriteria
mutu buah dan potongan buah. Urutan pemotongan buah yang sebaiknya
dilakukan menurut Pahan (2008) yaitu: (1) semua pelepah songgo dipotong rapat
ke batang (pada tanaman tua), sedangkan pada tanaman muda pemotongan buah
harus dilakukan tanpa memotong pelepah (curi buah); (2) janjang masak dipotong
dan dibiarkan tetap di piringan, gagang/tangkai buah dipotong rapat tetapi jangan
sampai terkena tandan; (3) mengorek dan sogrok semua berondolan yang
tersangkut di ketiak pelepah; (4) pelepah disusun di gawangan mati; (5) mengutip
berondolan, tetapi masih tetap dipiringan serta bebas dari sampah-sampah dan
batu; dan (6) memindahkan atau memajukan berondolan ke pokok berikutnya.
Setelah memotong satu ancak, pemanen harus mengeluarkan buah ke TPH dan
menyusun tandan dengan rapi, kemudian diberi nomor pemanen.
10
Transport buah sudah dapat dimulai paling lambat pukul 09.00 waktu
setempat. Terdapat beberapa alat angkut yang dapat digunakan untuk mengangkut
TBS dari perkebunan ke pabrik, yaitu lori, traktor gandengan, atau truk.
Pengangkutan dengan lori lebih baik daripada dengan alat angkut lain. Guncangan
selama perjalanan lebih banyak terjadi pada pengangkutan dengan truk atau
traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah sawit juga lebih banyak dan
dapat meningkatkan kadar ALB pada buah yang diangkut. Asam lemak bebas
terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah
dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja
enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan
(Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992).
Penanganan TBS yang baik bertujuan untuk meningkatkan kualitas TBS,
meningkatkan produktivitas pekerja, menjaga agar asam lemak bebas (ALB) 2-3
%, menjaga keamanan TBS di lapangan, dan pengeluaran biaya yang minimum.
Menurut Pahan (2008), cara panen yang tepat akan mempengaruhi kuantitas
produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas
produksi.
11
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di kebun kelapa sawit PT Cipta Futura,
Sumatera Selatan. Kegiatan magang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai
bulan Juni 2009.
Metode Pelaksanaan
Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah dengan
melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai tingkat
jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai
karyawan harian lepas, pendamping mandor sampai menjadi pendamping asisten
afdeling. Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas,
pendamping mandor, dan pendamping asisten afdeling dapat dilihat pada
Lampiran 1, 2, dan 3.
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode
tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung
dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode
tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan
manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di
kantor kebun serta hasil analisis rendemen dan mutu minyak harian di
laboratorium mutu pabrik kelapa sawit. Selain itu, metode tidak langsung
dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.
Data primer yang diperoleh dengan pengamatan langsung meliputi kriteria
panen, sistem dan rotasi panen, hanca panen, bobot janjang rata-rata (BJR), sensus
buah, angka kerapatan panen, kualitas potong buah, pengamatan tangkai panjang
belum dipotong dan buah matang tertinggal di pohon, buah tertinggal dalam
hanca, berondolan yang tidak dikutip, kualitas kerja pemuat, serta selisih bobot
pengangkutan. Sedangkan data sekunder yang didapat berupa lokasi dan letak
12 geografis kebun, keadaan tanah dan iklim (curah hujan, hari hujan, lama
penyinaran, dan lain-lain) luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman dan
produksi, data realisasi produksi TBS, rata-rata kandungan ALB bulan Maret-Mei
2009, data pengangkutan hasil panen, produktivitas pengangkutan buah, norma
kerja di lapangan, serta organisasi dan manajemen perusahaan.
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data primer dari seluruh
pekerjaan lapangan produksi dengan melakukan pengamatan khusus pada setiap
unit contoh pengamatan. Unit contoh pengamatan berupa tenaga kerja, tanaman,
dan hasil panen. Pengamatan dilakukan di beberapa blok contoh, di TPH, dan
pada alat angkut (truk). Pengamatan juga dilakukan saat kegiatan panen,
pengumpulan buah di TPH, hingga kegiatan transportasi TBS dari TPH ke pabrik.
Pengamatan dilakukan untuk mengamati produksi tandan buah segar (TBS),
penerapan teknik budidaya, penerapan teknik panen, dan efisiensi pengangkutan.
Pada pemanenan diamati cara pemetikan/pemotongan tandan, cara
pemotongan gagang/tangkai buah, pengumpulan berondolan, dan kriteria kelas
panen yang dilakukan pemanen contoh. Pada kegiatan pengumpulan tandan buah
di TPH diamati ada atau tidak tandan afkir dan tandan mentah, pemotongan
gagang/tangkai buah, susunan tandan di TPH, kebersihan tandan dan berondolan.
Sedangkan pada kegiatan transportasi TBS dari TPH ke pabrik diamati jenis
angkutan, jarak ke tempat pengolahan kelapa sawit (PKS), kapasitas produksi,
waktu berangkat dari TPH, waktu tiba di PKS, bentuk/pola jalan,
kondisi/perawatan jalan, pengoperasian kendaraan transport, serta ada atau
tidaknya restan di lapangan.
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data dan
informasi yang mendukung pelaksanaan magang dan pengamatan yang
dilakukan. Data yang mendukung tersebut seperti kondisi iklim di lapangan,
kondisi lahan, luas areal dan tata guna lahan, kondisi tanaman dan produksi,
infrastruktur kebun, organisasi dan manajemen kebun, norma baku dan
13 rekomendasi anggaran pelaksanaan teknik budidaya atau cara pengelolaan,
sampai ke pengolahan.
Analisis Data dan Informasi
Data primer hasil pengamatan dengan berbagai peubah atau rekomendasi
teknik yang diterapkan, dianalisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kulitatif dilakukan dengan membandingkan fakta di lapangan dengan
ketentuan yang berlaku di perkebunan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan
dengan rata-rata dalam persen.
14
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis
Perkebunan PT Cipta Futura termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ujan
Mas dan Kecamatan Benakat, Kabupaten Muara Enim, Propinsi Sumatera
Selatan. Jalur masuk utama menuju kebun melalui Kabupaten Muara Enim, jarak
antara kota Muara Enim dengan lokasi kebun kurang lebih 35 km. Menuju lokasi
dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan selama 2 jam perjalanan.
Kondisi jalan agak rusak, yaitu jalan tanah dan terdapat beberapa jalan yang sudah
diberi krokos. Jarak dari kota Palembang ke lokasi kebun kurang lebih 218 km.
Wilayah Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura di sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Benakat dan Solar, di sebelah timur berbatasan dengan Desa
Peninggiran dan Desa Ulak Bandung, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota
Muara Enim, dan di sebelah barat berbatasan dengan PT Musi Hutan Persada
(MHP) di Kabupaten Lahat.
PT Cipta Futura Plantation terdiri atas empat afdeling. Selama kegiatan
magang, penulis melakukan semua kegiatan di Afdeling 7. Sebelah utara
Afdeling 7 berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit lain, yaitu PT Surya Bumi
Agro Langgeng; sebelah selatan berbatasan dengan Afdeling 1; sebelah barat
berbatasan dengan Afdeling 6 dan Afdeling 8; sebelah timur berbatasan dengan
Desa Ulak Bandung.
Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi
Keadaan iklim di wilayah Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura termasuk ke
dalam tipe B (basah) menurut Schdmidth-Ferguson. Daerah perkebunan ini
memiliki curah hujan merata sepanjang tahun, dengan rata-rata 2 909 mm/tahun,
hari hujan 148.6 hari/tahun, dan 10 bulan basah dan 2 bulan kering. (Lampiran 4).
Suhu rata-rata berkisar antara 28 - 30 0C.
15
Tanah di PT Cipta Futura memiliki kandungan liat yang tinggi, termasuk ke
dalam jenis tanah Podsolik Merah Kuning. Tanah berwarna merah kecoklatan
dengan tekstur tanah dominan liat berdebu. Tingkat kesuburan tanah sedang
sampai rendah dengan derajat kemasaman tanah (pH) 6.0 – 6.5.
Topografi areal perkebunan sebagian besar berbukit dengan derajat
kemiringan antara 7 – 9 %. Ketinggian tempat berkisar antara 50 – 100 m di atas
permukaan laut (dpl). Di Kebun PT Cipta Futura terdapat beberapa areal berawa
dan rendahan yang jika hujan deras, maka daerah tersebut akan tergenang.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN
No.7/HGU/BPN/96, luas areal Perkebunan Ujan Mas - Muara Enim PT Cipta
Futura Plantation mencapai 8 381 ha, dengan status Hak Guna Usaha (HGU)
selama 30 tahun. Penanaman pertama pada lahan seluas 19.79 ha dimulai pada
tahun 1992 dan masih terus dilakukan perluasan lahan sampai sekarang.
Penggunaan lahan tersebut terdiri atas areal pertanaman seluas 7 478 ha,
areal pembibitan 5 ha, emplasmen 5 ha, dan areal yang tidak ditanami (tanah
cadas, jurang, jalan, sungai, dan lain-lain) sebesar 893 ha. Pada awal pendirian
kebun, perkebunan PT Cipta Futura ini dibagi menjadi delapan afdeling yang
kemudian digabung menjadi empat afdeling, yaitu Afdeling 1, 6, 7, dan 8.
Afdeling 1 terdiri atas areal dengan luas 847.01 ha, sedangkan Afdeling 6, 7, dan
8 memiliki luas areal berturut-turut 2 304.76 ha, 1 893.38 ha, dan 2 048.03 ha.
Luas areal tanam tersebut sampai dengan bulan Juni 2008.
Penulis melaksanakan kegiatan magang di Afdeling 7 yang memiliki total
luas lahan yang ditanami sampai dengan bulan Desember 2008 sebesar 1 885.17
ha, terdiri atas luas areal tanaman menghasilkan (TM) 1 857.95 ha, areal
tanaman belum menghasilkan (TBM) 3 seluas 8.70 ha, areal TBM 2 seluas 4.08
ha dan TBM 1 seluas 14.46 ha. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT
Cipta Futura Plantation dapat dilihat pada Lampiran 5. Afdeling 7 merupakan
afdeling percontohan yang terdiri atas 20 blok. Setiap blok memiliki luas rata-rata
16 100 ha dengan masing-masing blok terdiri atas 4 petak, sehingga setiap petak
memiliki luas rata-rata 25 ha.
Kondisi Kebun dan Pertanaman
Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di Perusahaan PT Cipta Futura
merupakan hasil persilangan dari kelapa sawit Dura dan Psifera. Bibit yang
digunakan berasal dari beberapa sumber, yaitu dari Lembaga Pusat Penelitian
Marihat (LPPM), Dami, Bahlias Research Satation (BLRS), PT London Sumatera
(Lonsum), dan dari PT Socfindo.
Tanaman kelapa sawit ditanam dengan jarak tanam 9.25 m x 9.25 m x
8.01 m dengan pola tanam berbentuk segitiga sama kaki. Pada luas satu ha rata-
rata terdiri atas 130 pokok dengan memperhitungkan areal yang digunakan untuk
jalan. Jika panjang pasar normal (± 10 m), rata-rata terdapat 54 pokok per pasar
hidup.
Penanaman di Kebun Ujan Mas dilakukan sejak tahun 1992 secara bertahap,
sehingga umur tanaman bervariasi, mulai dari tanaman belum menghasilkan
(TBM) hingga tanaman menghasilkan (TM). Pada tahun 1993, mulai dilakukan
penanaman di Afdeling 7, yaitu pada Blok 69 dan 70. Di Afdeling 7 terdapat
beberapa blok yang mengalami perluasan, sehingga di afdeling tersebut masih
terdapat TM 1 dan TM 2, bahkan TBM. Luas areal tanam Afdeling 7 terlampir
pada Lampiran 6.
Setiap afdeling di PT Cipta Futura memiliki target produksi yang harus
dicapai seperti terdapat pada Lampiran 7, terdapat program dan realisasi panen
yang dibagi per triwulan. Setiap afdeling akan berusaha meningkatkan
produktivitas tanaman. Pada Tabel 2 disajikan produksi dan produktivitas
tanaman di Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari tahun 2005 – 2008.
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas TBS Afdeling 7, Kebun Ujan Mas, PT Cipta Futura dari Tahun 2005 - 2008
Tahun Luas Produksi Produktivitas (ton) (ha) (ton)
2005 1 619.78 43 550 26.89
17
2006 1 619.78 32 709 20.19 2007 1 857.93 41 852 22.52 2008 1 857.93 37 108 19.97
Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)
Produktivitas tanaman di Afdeling 7 dari tahun 2005 sampai dengan 2008
mengalami penurunan. Penurunan terjadi karena terdapat areal TM baru di
Afdeling 7 yang menghasilkan buah yang masih kecil, sehingga mempengaruhi
produktivias secara keseluruhan.
Jaringan jalan merupakan serangkaian jalur yang dapat dilalui untuk
mentransportasikan TBS dari dalam blok hingga ke pabrik pengolahan. Jaringan
jalan di Perkebunan Ujan Mas terdiri atas jalan angkong, pasar 2:1, jalan
pengumpul (jalan tengah), sub jalan utama, dan jalan utama (jalan poros). Jalan
angkong adalah jalan yang terbentuk karena aktifitas pemanen yang sering kali
melewati jalur tersebut. Jalur tersebut bersih dari gulma, hanya selebar ± 50 cm
dan arah jalannya tidak lurus, bahkan sering kali melintasi beberapa pasar untuk
menghindari areal jurangan. Jalur tersebut sangat memudahkan pemanen untuk
melangsir TBS keluar menuju TPH.
Pasar 2:1 merupakan jalur yang dibuat di antara dua barisan tanaman kelapa
sawit. Jalur tersebut dibuat secara manual atau dengan cara kimia, yaitu
penyemprotan herbisida. Pada setiap ujung pasar 2:1, terdapat TPH yang harus
benar-benar bersih dari gulma. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada TBS atau
berondolan restan karena tertutup gulma sehingga tidak terlihat oleh pengangkut.
Jalan pengumpul (jalan tengah), sub jalan utama, dan jalan utama (jalan
poros) merupakan jalan yang dibangun dan dirancang untuk dilewati oleh
kendaraan pengangkut buah (dump truck). Jalan tersebut terbentuk dari tanah liat
berpasir yang dipadatkan. Perbedaan pada ketiga jalan tersebut adalah jalan
pengumpul (jalan tengah) biasanya membelah petak dalam satu blok dan dilewati
kendaraan pengangkut buah pada saat panen dilakukan di blok tersebut. Jalan
pengumpul dibuat dengan arah utara-selatan dan tegak lurus dengan jalan utama
(pada blok-blok tertentu). Sub jalan utama juga merupakan jalan pengumpul,
tetapi lebih sering dilewati kendaraan pengangkut buah. Biasanya sub jalan utama
18 sudah memiliki sirip ikan (parit tepi jalan). Jalan utama atau jalan poros
dirancang sedemikian rupa agar tahan dilalui kendaraan pengangkut buah setiap
hari dengan lebar ± 10 m. Jalan poros terbuat dari tanah liat berpasir yang diberi
lapisan krokos dan dipadatkan.
Perkebunan PT Cipta Futura melakukan kegiatan rawat jalan yang
dialokasikan pada blok-blok yang akan dipanen. Perawatan jalan dilakukan baik
secara manual dengan menggunakan tenaga manusia, seperti menimbun jalan,
maupun secara mekanik, yaitu dengan menggunakan alat berat.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PT Cipta Futura Plantation merupakan perusahaan swasta yang bergerak di
bidang perkebunan terutama pertanaman kelapa sawit. Perkebunan Ujan Mas
dipimpin oleh seorang chief magister yang diangkat langsung oleh direktur utama
yang bertanggung jawab kepada direksi. Seorang chief magister memiliki
tanggung jawab dalam mengelola dan mengorganisir kebun dalam hal
membangun dan memelihara tanaman kelapa sawit, agar tercapai kualitas dan
kuantitas produksi TBS yang optimal. Selain itu, chief magister juga memiliki
tugas mengawasi administrasi kebun, pengadaan bahan produksi, keuangan,
personalia, hingga pengamanan wilayah kebun dan inventaris perusahaan.
Pengelolaan tenaga kerja di PT Cipta Futura dibedakan berdasarkan tenaga
kerja staf dan non staf yang masing-masing tenaga kerjanya memiliki jabatan dan
pangkat. Tenaga kerja staf merupakan karyawan yang biasanya memiliki jabatan
mulai dari supervisor, asisten afdeling, sampai dengan manajer. Supervisor
merupakan jabatan di atas mandor. Karyawan yang menjabat sebagai supervisor
bisa memiliki pangkat senior supervisor, 1st supervisor, dan 2nd supervisor.
Tenaga kerja non staf terdiri atas karyawan yang memiliki pangkat mandor dan
operator. Pangkat mandor terdiri atas tiga tingkatan, yaitu senior mandor, 1st
mandor, dan 2nd mandor, begitu pula dengan pangkat operator. Pangkat tersebut
yang akan membedakan besarnya upah yang diperoleh, sedangkan tugas dan
tanggung jawab berdasarkan jabatan yang diberikan.
19
Karyawan harian lepas (KHL) terdiri atas tenaga kerja pemanen, tenaga
kerja pemeliharaan, pemuat buah, dan supir truk. Sistem pengupahan KHL
berbeda dengan karyawan staf dan non staf perusahaan. KHL tersebut bekerja
dengan sistem borongan. Besar upah harian KHL untuk tenaga kerja pemeliharaan
bergantung pada prestasi kerja yang diperoleh dengan upah maksimal Rp 50 000,-
per orang per hari, sedangkan tenaga kerja pemanenan, pemuat buah dan supir
truk mendapatkan upah dengan menggunakan sistem basis dan premi. Pemberian
gaji dilakukan setiap minggu pertama pada bulan berikutnya sebanyak akumulasi
pendapatan KHL selama satu bulan.
KHL harus sudah berada di kantor afdeling pada pukul 06.00 WIB untuk
mengikuti apel pagi bersama mandor pekerjaan masing-masing dan bekerja
sampai pukul 15.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 12.00-13.00 WIB. Total
jumlah seluruh KHL yang bekerja di Afdeling 7 pada bulan Mei 2009 adalah 254
orang, dengan rincian seperti pada Tabel 3.
Di Afdeling 7, yaitu afdeling dimana penulis melakukan kegiatan magang,
tidak terdapat mandor pupuk sehingga tugas dan tanggung jawab mandor pupuk
dilaksanakan langsung oleh supervisor pemeliharaan. Sedangkan mandor yang
lain, yaitu mandor semprot, mandor dongkel, mandor hama dan penyakit, serta
mandor infrastruktur berjumlah masing-masing satu orang.
Kegiatan pemanenan di PT Cipta Futura selain dilaksanakan oleh supervisor
dan mandor panen, juga dibantu oleh kerani buah. Kerani buah di Afdeling 7
terdiri atas 5 orang, yaitu 4 orang kerani yang bertanggung jawab terhadap
kegiatan transportasi TBS di lapangan dan seorang kerani buah yang bertugas
mengurus administrasi dan perhitungan pengangkutan TBS afdeling ke PKS.
Pada tingkat afdeling, pengelolaan kebun dipimpin oleh asisten afdeling.
Asisten afdeling bertugas mengelola tenaga kerja yang berada pada tingkat
afdeling, yaitu staf, non staf dan karyawan harian lepas (KHL). Dalam
menjalankan tugasnya, asisten afdeling dibantu oleh supervisor afdeling. Asisten
afdeling membawahi supervisor panen, supervisor pemeliharaan dan administrasi
afdeling. Di Afdeling 7, supervisor panen membawahi mandor panen yang terdiri
atas lima kemandoran yang dibantu oleh kerani buah. Sedangkan supervisor
20 pemeliharaan membawahi mandor semprot, mandor dongkel, mandor hama dan
penyakit, mandor pupuk, dan mandor infrastruktur. Urusan administrasi dan
transportasi afdeling menjadi tanggung jawab bagian administrasi afdeling.
Adapun struktur organisasi di tingkat afdeling terlampir pada Lampiran 8.
Tabel 3. Jumlah dan Posisi Tenaga Kerja Perkebunan PT Cipta Futura Plantation Afdeling 7 Bulan Mei 2009
No Bagian Jumlah (orang)
1 Karyawan Staf
Asisten Afdeling 1
Supervisor Afdeling 1
Supervisor Panen 1
Supervisor Pemeliharaan 1
Jumlah 4
2 Karyawan Non Staf
Mandor Panen 4
Krani Afdeling 1
Krani Buah 4
Mandor Pemeliharaan 4
Administrasi Afdeling 2
Jumlah 15
3 Karyawan Harian Lepas
Tenaga Kerja Pemanenan 75
Tenaga Kerja Pemeliharaan 140
Pemuat Buah 19
Supir Truk 20
Jumlah 254
Total Karyawan 273
Sumber : Administrasi Afdeling 7 (2009)
Asisten afdeling dan para supervisor merupakan karyawan staf, sedangkan
para mandor, krani dan pegawai administrasi afdeling merupakan karyawan non
21 staf perusahaan. Afdeling 7 memiliki empat orang mandor panen dengan lima
kemandoran panen. Mandor panen bertugas mengorganisir kegiatan pemanenan
serta menjaga kualitas dan kuantitas pemanenan agar mencapai target.
22
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Perbaikan Infrastruktur
Perawatan parit. Drainase merupakan usaha untuk mengurangi atau
mengeluarkan air dari areal pertanaman. Terdapat tiga tipe dan ukuran saluran
drainase, yaitu drainase lapangan (field drains), drainase pengumpul (collection
drains), dan drainase pembuangan (outlet drains). Pada kegiatan magang di PT
Cipta Futura, penulis melakukan kegiatan perbaikan infrastruktur yang berfungsi
sebagai saluran drainase seperti perawatan parit, pembuatan parit, dan pembuatan
sirip ikan.
Kegiatan perawatan parit dilakukan untuk memperlancar aliran air dalam
parit agar air dapat keluar dari areal dan tidak menggenangi tanaman kelapa sawit.
Perawatan parit dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul, parang,
dan dodos. Gulma yang berada di bibir (tanggul) parit dibersihkan dengan dibabad
atau didongkel jika gulma tersebut berkayu. Bibir parit harus bersih dari gulma
sampai sejauh 1.5 m dari tepi parit. Lumpur di dalam parit diangkat dan ditarik ke
bibir parit sehingga lumpur tersebut tidak masuk lagi ke dalam parit jika turun
hujan. Untuk memperbaiki dan meratakan bentuk dinding parit digunakan dodos.
Lebar parit dibuat 1.5 m dengan kedalaman ± 1 m. Pekerjaan rawat parit memiliki
norma kerja 20 m/HK. Penulis melakukan kegiatan perawatan parit selama tujuh
hari kerja dengan prestasi kerja 20 m/HK. Adapun kendala yang dihadapi saat
melakukan kegiatan perawatan parit adalah terdapat lahan rawa yang
menyulitkan, selain itu areal ditumbuhi gulma yang cukup lebat.
Pembuatan parit. Prinsip dasar dari suatu sistem drainase yaitu menyekap
air, kemudian mengumpulkannya, dan akhirnya dibuang ke luar areal. Dengan
demikian, drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan
topografi dan mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat. Standar ukuran
parit yang ditetapkan di PT Cipta Futura adalah parit selebar 1.5 m dengan
23 kedalaman 1 m. Kegiatan pembuatan parit memiliki norma kerja 10 m/HK. Parit
dibuat dengan tujuan sebagai drainase pengumpul yang berfungsi mengumpulkan
air dari suatu areal tertentu dan mengalirkannya ke pembuangan.
Alat yang digunakan untuk membuat parit adalah cangkul, dodos, dan karung
untuk mengangkat tanah. Tanah galian dibuang ke sebelah parit, tetapi harus
diatur jangan sampai tanah tersebut masuk lagi ke dalam parit karena aliran air
hujan. Dasar parit dibuat miring menuju ke daerah pembuangan sehingga air
dapat mengalir.
Pembuatan sirip ikan. Sirip ikan merupakan saluran air yang berada di
pinggir jalan. Pembuatan sirip ikan bertujuan untuk mengalirkan air yang
menggenangi jalan. Saluran air di pinggir jalan diperbaiki dengan menambah
kedalamannya dan dasar saluran dibuat miring supaya air dapat mengalir ke
tempat penampungan.
Pembuatan tapak timbun. Pembuatan tapak timbun bertujuan untuk
mencegah pokok sawit yang ditanam di daerah rendahan, pasang surut, atau areal
berawa tergenangi air pada saat curah hujan tinggi. Selain itu, tapak timbun juga
berfungsi untuk memperkokoh akar tanaman agar tidak mudah rebah karena tanah
di sekelilingnya tergenang air dan mempermudah kegiatan pemupukan tanaman.
Tapak timbun dibuat dengan tinggi timbunan mencapai 0.5 m dengan jari-jari
2 m diukur dari pokok sawit. Tanah timbunan diambil dari tanah di sekitar
tanaman. Timbunan dipadatkan dengan pelepah atau kayu sampai tanah benar-
benar padat dan mengeras. Permukaan timbunan harus datar dan bebas dari
tunggul dan akar-akar. Pada jari-jari 0.5 m dari pokok sawit, timbunan dibuat
cekung ke dalam (Gambar 1). Hal ini dilakukan agar tanaman tidak tertimbun dan
optimal dalam penyerapan air.
24
Gambar 1. Pohon Kelapa Sawit dengan Tapak Timbun
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang
tidak diinginkan manusia. Pada umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi
sehingga timbul persaingan dengan tanaman yang dibudidayakan. Secara fisik,
gulma bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dalam hal perolehan ruang,
cahaya, air, dan nutrisi. Gulma juga mensekresikan zat kimia (alelopati) yang
dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu, penting dilakukan
pengendalian gulma untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan
melemahkan daya saing gulma. Pengendalian gulma harus memperhatikan teknis
pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis),
dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.
Pengendalian gulma di PT Cipta Futura dilakukan pada piringan dan
gawangan (interrow). Tidak semua gulma harus diberantas karena tanah yang
gundul (bebas dari vegetasi) mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan.
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
dilakukan dengan metode babad dempes, dongkel anak kayu, dan membersihkan
gulma di piringan kelapa sawit. Babad dempes adalah kegiatan membabad gulma
hingga 5 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan parang. Kegiatan
babad gulma dilakukan oleh penulis di areal TM. Dongkel anak kayu (DAK)
merupakan kegiatan mendongkel gulma yang berada di piringan maupun di
gawangan tanaman sawit. Gulma yang harus didongkel di antaranya adalah
25 senduduk, putihan, teki, kucingan, senggani dan senggani betina, rumput blidang,
anak sawit, dan semua jenis gulma berkayu lainnya.
Pada kegiatan dongkel anak kayu pada TBM juga dilakukan pembersihan
piringan dari segala jenis gulma maupun tanaman kacangan. Ukuran jari-jari
piringan 2 m dari batang pohon sawit atau sampai ujung daun terluar. Batang
tanaman sawit juga dibersihkan dari gulma yang melilit batang, seperti gulma
Mikania micrantha. Gulma yang melilit batang kelapa sawit dibersihkan dengan
cara memotong bagian bawah dari batang gulma terlebih dahulu agar gulma
tersebut mati. Bongkahan tanah yang menempel pada akar gulma dongkelan harus
dibersihkan atau dihancurkan. Gulma yang telah didongkel dikumpulkan dan
ditumpuk. Selain itu, sampah berupa daun kering, pelepah kering, rumput kering,
dan sebagainya harus dibersihkan.
Pengendalian gulma secara manual di PT Cipta Futura dibagi menjadi
beberapa rotasi. Untuk TBM 1 pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi
(1 x 3) yaitu pengendalian gulma dilakukan secara tiga bulan sekali. Sedangkan
untuk TBM 3 pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi enam bulan sekali
(1 x 6), yaitu pengendalian gulma dilakukan enam bulan sekali. Pada TM
pengendalian gulma dilakukan dengan rotasi 1 x 12, yaitu pengendalian gulma
dilakukan satu tahun sekali.
Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan oleh penulis pada TBM 1 di Blok 70
perluasan. Prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 5 pokok/HK atau 0.03
ha, sedangkan prestasi kerja karyawan adalah 37 pokok/orang atau 0.28 ha. Dari
perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih di bawah prestasi kerja KHL.
Hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan kurang lengkap (tidak ada parang),
cuaca yang sangat terik, dan kemampuan serta kondisi fisik penulis yang tidak
sekuat KHL.
Pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan penyemprotan pasar 2:1
(pasar pikul) merupakan pengendalian gulma tanaman kelapa sawit yang berada
di antara dua barisan tanaman kelapa sawit (jalan pikul) dengan menggunakan
herbisida. Herbisida yang digunakan adalah Smart AS (Glyphosate).
Penyemprotan pasar pikul 2:1 dilakukan sekaligus dengan penyemprotan tempat
26
c. Darna trima
pengumpulan hasil (TPH), dengan ukuran TPH standar 4 m x 3 m. Penyemprotan
pasar 2:1 dan penyemprotan TPH bertujuan untuk memperlancar dan
mempermudah kerja pengangkutan buah dari piringan ke TPH dan untuk
memudahkan kegiatan lainnya seperti pemupukan.
Penyemprotan pasar 2:1 menggunakan Glyphosate dengan konsentrasi
larutan 7 ml/1 liter air atau 0.25 l/ha yang dimasukkan ke dalam knapsack
sprayer. Penyemprotan harus dilakukan merata sepanjang pasar 2:1 dan
diusahakan lurus. Lebar semprotan minimal 2 m dengan norma kerja 5 ha/HK.
Selain kegiatan semprot pasar 2:1, terdapat pula kegiatan semprot lain-lain
dan semprot piringan. Tujuan dari semprot (herbicide) ini sama, yaitu untuk
mengendalikan gulma tetapi lokasi penyemprotannya yang berbeda. Semprot
pasar 2:1 dilakukan untuk mengendalikan gulma pada pasar 2:1 (pasar pikul),
semprot piringan untuk mengendalikan gulma di piringan pokok, dan semprot
lain-lain dilakukan pada beberapa tempat saja dan pada gulma tertentu seperti
Mikania micrantha, Asystasia intrusa, Setaria plicata, Scleria sumatrensis, pakis
kawat, dan alang-alang.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama. Ulat api dan ulat kantong merupakan hama dengan
populasi yang sedang meningkat di Afdeling 7 PT Cipta Futura Plantation.
Terdapat beberapa macam ulat api yang menyerang kelapa sawit di PT Cipta
Futura, yaitu Setora nitens, Setothosea asigna, dan Darna trima (Gambar 2).
a. Setothosea asigna b. Setora nitens
Gambar 2. Beberapa Species Ulat Api
27 Sedangkan jenis-jenis ulat kantong yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah
Mahasena corbetti, Metise plana, dan Cremastopsyche pendula. Akan tetapi,
serangan ulat kantong masih di bawah ambang ekonomi. Ulat api maupun ulat
kantong menyerang bagian daun tanaman dan biasanya menyerang tanaman yang
masih muda. Selain ulat, terdapat juga tikus. Tikus menyerang buah kelapa sawit,
sehingga serangan tikus dapat berpengaruh langsung terhadap produksi minyak
kelapa sawit. Serangan tikus dideteksi dengan cara melihat bekas gigitan pada
buah yang dipanen. Setiap hari kerani buah melakukan pengamatan serangan tikus
saat mengangkut TBS hasil panen. Selain kerani buah, mandor panen juga
melakukan pengamatan serangan tikus ketika mengawasi panen, sehingga
diperoleh laporan serangan sesudah dan sebelum pengangkutan. Pengamatan juga
dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengamatan terhadap serangan baru dan
serangan lama, sehingga dapat diperkirakan serangan tikus dengan lebih akurat.
a) Pengendalian mekanis (manual)
Pengendalian ulat secara mekanis dilakukan dengan beberapa cara.
Pengendalian mekanis dilakukan mulai saat hama pada stadia ulat, masa pupa,
hingga stadia kupu-kupu. Pada saat stadia ulat dan pupa, pengendalian dilakukan
dengan cara hand picking (kutip ulat dan kutip kepompong). Kutip ulat biasanya
dilakukan pada tanaman kelapa sawit TBM sampai TM yang belum terlalu tinggi.
Jika tanaman sudah terlalu tinggi, maka akan menyulitkan pengutip ulat karena
daun sudah tidak terjangkau. Ulat diambil dari daun kelapa sawit, dihitung, dan
dimasukkan ke dalam botol. Sedangkan untuk kutip kepompong dilakukan di
setiap pasar pada setiap pokok sawit. Kepompong banyak terdapat di tempat-
tempat yang lembab, seperti tanah lembab yang berada di sekitar pokok sawit, di
perakaran sawit, dan di bawah tumpukan pelepah (gawangan mati).
Pengendalian manual terhadap tikus di Afdeling 7 dilakukan dengan
menangkap tikus secara manual. Tidak terdapat pekerjaan untuk penangkapan
tikus secara khusus, melainkan tikus ditangkap jika ada siapa pun termasuk
pekerja yang menemukannya sewaktu di lapangan. Kepada siapa saja yang
menangkap tikus hidup-hidup diberikan bayaran sebesar Rp 1 000/ekor.
28 b) Pengendalian biologis
Pengendalian ulat api dan ulat kantong secara biologis di PT Cipta Futura
dilakukan dengan menggunakan serangga, yaitu jenis kepik Pentatomidae. Untuk
menarik kepik datang ke kebun, digunakan tanaman bunga pukul delapan. Bunga
pukul delapan sengaja ditanam pada lahan-lahan kosong atau gawangan dekat
jalan poros atau jalan lebar, tetapi bukan di pasar hidup.
Pada saat ulat api dalam masa pupa atau kepompong, dilakukan
pengendalian biologis dengan memanfaatkan cendawan yang hidup di tanah, yaitu
cendawan Cordyceps. Cendawan tersebut merupakan musuh alami kepompong
ulat api. Saat penulis melakukan kegiatan kutip kepompong, ditemukan beberapa
kepompong yang sudah terserang cendawan ini.
Pengendalian biologis untuk tikus di PT Cipta Futura menggunakan Tito
alba (burung hantu). Sampai bulan Maret 2009 terdapat 35 buah sangkar Tito alba
yang berada di Afdeling 7, tetapi yang berpenghuni hanya 15 sangkar dengan
jumlah Tito alba 38 ekor.
c) Pengendalian kimiawi
Pengendalian hama secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
insektisida. Jenis insektisida yang digunakan di PT Cipta Futura Plantation adalah
Decis dengan bahan aktif deltametrin 25 g/l. Insektisida ini tergolong racun
kontak. Selain itu, digunakan juga bahan perata dan perekat dengan merk dagang
Agristick. Digunakan konsentrasi Decis dan Agristick masing-masing sebanyak
6 ml untuk 15 liter larutan. Setelah Decis dan Agristick dimasukkan ke dalam
knapsack sprayer, kemudian knapsack sprayer diisi air bersih sampai penuh
sehingga didapat larutan semprot sebanyak 15 liter.
Kegiatan penyemprotan hama yang dilakukan penulis yaitu penyemprotan
tanaman TBM di Blok 68. Tanaman kelapa sawit di blok tersebut masih pendek
sehingga masih memungkinkan dilakukan penyemprotan dengan menggunakan
knapsack sprayer Solo. Penyemprotan hama ini menggunakan nozel berwarna
merah yang dibalik. Pembalikkan nozel bertujuan untuk mendapatkan jangkauan
semprot yang lebih luas. Penyemprotan diarahkan ke seluruh bagian daun kelapa
sawit.
29
Teknis kegiatan penyemprotan adalah setiap pekerja diberikan satu jalur
tanaman. Setiap pekerja harus menyemprot mengelilingi setiap tanaman kelapa
sawit. Seluruh daun tanaman kelapa sawit harus basah terkena insektisida. Ulat
api yang terkena semprot akan mati secara perlahan. Bagian perut ulat akan
menggembung dan ulat menjadi berwarna kuning.
Prestasi kerja yang diperoleh penulis pada saat melakukan kegiatan
penyemprotan hama adalah 0.8 ha. Sewaktu melakukan kegiatan ini penulis
bekerja sendiri dan tidak bekerja bersama karyawan harian semprot. Prestasi kerja
standar dari perusahaan adalah 2 ha/HK.
Berbeda dengan tanaman belum menghasilkan (TBM), penyemprotan ulat
api pada tanaman menghasilkan (TM) tidak menggunakan knapsack sprayer. Pada
TM, tanaman sudah sangat tinggi sehingga penyemprotan menggunakan mesin
EPS (Engine Power Sprayer). Alat tersebut dilengkapi dengan selang kompresor
panjang dan galah (bambu panjang) untuk dapat menjangkau tajuk sawit yang
tinggi. Konsentrasi yang digunakan yaitu 7 ml Decis dan 7 ml Agristick untuk 15
liter larutan. Gejala ulat api yang terkena semprot sama seperti gejala ulat api
yang terkena semprotan oleh knapsack sprayer tetapi reaksinya lebih cepat.
d) Deteksi hama
Deteksi hama di PT Cipta Futura Plantation bertujuan untuk mengetahui
tingkat serangan hama terutama ulat api yang menyerang tanaman kelapa sawit.
Deteksi hama dilakukan setiap bulan pada semua blok dalam afdeling. Di
Afdeling 7, deteksi hama dilakukan pada 19 blok dengan waktu rata-rata 15 hari
per bulan. Terdapat tiga macam aksi pada deteksi hama, yaitu aksi ½, aksi 1/5,
dan aksi 1/10. Aksi ½ dilakukan jika serangan hama masuk pada golongan
serangan sedang hingga berat. Sedangkan aksi 1/5 untuk serangan hama yang
tergolong ringan, dan aksi 1/10 untuk areal yang tidak ada serangan.
Pada periode saat penulis magang, deteksi menggunakan aksi 1/10, artinya
deteksi dilakukan setiap selang 10 baris tanaman untuk tanaman TM. Sedangkan
pada tanaman TBM atau di areal perluasan menggunakan aksi 1/5, yaitu deteksi
dilakukan setiap selang 5 baris tanaman. Kegiatan deteksi hama dilakukan oleh
dua kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 2 – 3 orang. Jika menggunakan aksi
30 1/5, maka kelompok detektor pertama melakukan deteksi pada jalur ke-1,
kelompok detektor ke-dua melakukan deteksi di jalur ke-6, dan seterusnya deteksi
dilakukan berselang 5 jalur. Jalur deteksi hama dapat dilihat pada Lampiran 9.
Alat yang digunakan pada kegiatan deteksi hama adalah galah dan botol
plastik. Galah digunakan untuk mengait dan menarik pelepah yang ada ulatnya,
sedangkan botol plastik digunakan untuk menyimpan ulat dan atau kepompong
yang diperoleh. Pada setiap pokok yang dideteksi, dicatat jumlah ulat dan jenis
ulat serta dicatat pula jumlah kepompong yang diperoleh. Kepompong dicari di
tanah lembab dekat pokok sawit. Hasil yang diperoleh dicatat pada form yang
telah disediakan. Setelah melakukan deteksi hama, total ulat hasil deteksi dihitung
berdasarkan jenis ulatnya, sehingga dapat diketahui persentase serangan masing-
masing ulat. Kemudian hasil deteksi tersebut dilaporkan untuk ditindaklanjuti
apakah perlu dilakukan penyemprotan atau tidak.
Pengendalian penyakit. Saat penulis melakukan kegiatan magang, PT
Cipta Futura tidak melakukan kegiatan pengendalian penyakit. Hal ini disebabkan
oleh serangan penyakit tidak menyebabkan kerugian produksi. Serangan ulat dan
tikus lebih mempengaruhi produksi, sehingga lebih difokuskan pada pengendalian
ulat dan tikus.
Pemupukan
Pemupukan di PT Cipta Futura Plantation dilakukan berdasarkan hasil
analisis daun yang dilaksanakan satu tahun sekali dan juga analisis tanah. Analisis
tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan PT Asian Agri. Kemudian PT Asian
Agri memberikan rekomendasi dosis pemupukan di setiap blok tanam
berdasarkan hasil analisis.
PT Cipta Futura menggunakan beberapa jenis pupuk di antaranya MOP
(Muriate of Potash), RP (Rock Phosphate), ZA, Borate, Kiserit dan NPK.
Pemupukan NPK hanya dilakukan pada tanaman TBM. Setiap blok memiliki
dosis pemupukan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan hasil analisis daun serta
umur tanaman. Pemupukan di PT Cipta Futura terdiri atas beberapa kegiatan,
mulai dari pengambilan pupuk di gudang, pengangkutan pupuk ke lahan,
31 pelangsiran pupuk di lahan, penaburan pupuk, dan pengumpulan karung pupuk
yang sudah kosong.
Pengambilan pupuk di gudang. Pengadaan pupuk di PT Cipta Futura,
bekerjasama dengan beberapa perusahaan pupuk dan perusahaan disribusi pupuk,
seperti PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), PT Bumi Tani Subur, PT Sentana Adidaya
Pratama Indonesia, dan beberapa perusahaan pengimpor pupuk lainnya. Pupuk di
perkebunan PT Cipta Futura disimpan di dalam gudang pupuk yang berada di
kantor pusat kebun. Seluruh afdeling di Kebun Ujan Mas tersebut, jika akan
melakukan kegiatan pumupukan, harus mengambil pupuk di gudang dengan
menyerahkan bon pupuk terlebih dahulu.
Pengambilan pupuk dari gudang diawasi oleh petugas bagian logistik
gudang dan mandor pupuk. Jumlah pupuk yang diangkut harus sesuai dengan
jumlah pupuk yang tertulis pada bon pupuk yang dibuat. Pengangkutan pupuk
kedalam dump truck dilakukan oleh karyawan pengerit. Truk yang telah terisi
pupuk dengan jumlah yang sesuai, langsung berangkat ke lahan untuk mengecer
pupuk.
Pengangkutan pupuk ke lahan. Dump truck yang berisi pupuk,
meninggalkan gudang dan langsung mengarah ke areal tempat pemupukan.
Biasanya pemupukan dilakukan di beberapa blok sekaligus untuk mengefisienkan
pekerja dan hari pemupukan. Sopir truk langsung diarahkan ke tempat-tempat
yang akan menjadi jalur pengeceran pupuk. Kemudian pengeceran pupuk
dilakukan oleh para karyawan pengerit setelah karyawan tersebut selesai
mengangkut pupuk ke dalam truk.
Pelangsiran pupuk di lahan. Pelangsiran atau pengeceran pupuk di lahan
didampingi oleh mandor pupuk untuk memberi pengarahan dimana saja pupuk
akan diecer. Perlu diperhatikan peletakan pupuk saat pengeceran. Mandor pupuk
harus mengetahui kondisi jalur-jalur yang akan dipupuk untuk dapat menentukan
berapa jalur untuk setiap karung pupuk.
Terdapat beberapa pola dalam mengecer pupuk, yaitu pola 1:1, 1:2, dan 1:3.
Arti dari 1:1 adalah 1 karung pupuk untuk 1 jalur pasar mati, 1:2 adalah 1 karung
32 untuk 2 jalur pasar mati. Begitu pula dengan 1:3, yaitu 1 karung pupuk untuk 3
jalur pasar mati.
Penaburan pupuk. Pupuk yang telah dilangsir di areal, akan diambil oleh
karyawan penabur untuk ditaburkan ke tanaman. Karyawan penabur pupuk akan
mengambil jalur memupuk sebanyak yang telah diinstruksikan pada saat apel
pagi. Kegiatan pemupukan di perusahaan ini menggunakan dua metode, yaitu
pemupukan di samping tumpukan pelepah di gawangan mati untuk TM (Gambar
3) dan metode pemupukan di piringan untuk TBM. Metode pemupukan di
samping pelepah di gawangan mati untuk TM baru dilakukan pada bulan Maret
2009.
Gambar 3. Pemupukan di Samping Tumpukan Pelepah di Gawangan Mati
Pada TM pupuk ditabur di samping tumpukan pelepah di sepanjang
gawangan mati yang disusun “huruf I” atau “huruf U”. Pupuk harus disebar
merata sebanyak dosis yang ditentukan. Pupuk tidak diperbolehkan jika tertumpuk
di satu tempat atau pupuk tersebar di tengah pelepah. Sedangkan pemupukan pada
TBM disebar merata pada piringan atau bokoran kelapa sawit.
Pengaplikasian pupuk dilakukan sebanyak dosis yang sudah ditetapkan.
Takaran dosis tersebut dikonversikan ke dalam mangkok tempat sabun colek
untuk memudahkan pekerja. Pupuk dari karung yang diecer, diambil oleh
karyawan penabur dan dipindahkan ke dalam ember untuk memudahkan
penaburan. Setiap karung pupuk diperuntukan untuk ½ jalur pasar saja dan dari
ujung satunya terdapat penabur lain, sehingga penaburan pupuk bertemu di
tengah-tengah jalur.
33
Kegiatan pemupukan yang dilakukan oleh penulis saat menjadi KHL adalah
kegiatan pemupukan MOP (Muriate of Potash). Pemupukan dilakukan di Blok
109 C dengan dosis pupuk 1.5 kg per pokok. Jika dikonversikan ke mangkok yang
digunakan, yaitu satu mangkok berisi 0.6 kg MOP, maka dosis per pokok
diberikan pupuk MOP sebanyak 2.5 mangkok. Prestasi kerja yang diperoleh
penulis adalah 250 kg/ HK atau 5 karung pupuk dengan berat 50 kg per karung.
Sedangkan norma kerja untuk karyawan harian pupuk dihitung berdasarkan
hektar, yaitu 2 ha/HK. Semua pekerja harus menjaga kerapihan dan kebersihan
kerja. Tidak boleh ada pupuk yang tercecer di jalan, maupun di pasar hidup (pasar
2:1).
Pengumpulan karung pupuk yang sudah kosong. Setelah karyawan
penabur selesai menabur pupuk, karung pupuk yang sudah kosong harus disimpan
untuk dikumpulkan ke pengerit. Jumlah karung yang sudah kosong dihitung
kembali dan jumlahnya harus sesuai dengan jumlah awal sewaktu pupuk diambil
dari gudang. Selain itu, penghitungan karung kosong ini berfungsi juga untuk
memeriksa apakah karyawan penabur telah menaburkan pupuk sebanyak yang
sudah ditentukan.
Karung-karung kosong yang sudah sesuai jumlahnya di bawa ke kantor
afdeling dan disimpan di gudang. Kemudian karung-karung tersebut akan dibawa
ke gudang di kantor pusat kebun pada keesokan harinya bersamaan dengan
pengambilan pupuk untuk hari itu. Sebelum diterima oleh gudang pusat, karung
akan dihitung terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jumlahnya sesuai.
Susun Janjangan Kosong (SJJK)
Susun janjangan kosong dapat mengendalikan pertumbuhan gulma karena
menurut Pahan (2008), janjangan kosong (JJK) juga efektif sebagai mulsa. Selain
itu, susun janjangan kosong juga merupakan kegiatan yang bertujuan sebagai
pemupukan organik tanaman kelapa sawit karena kaya akan bahan organik yang
dapat didekomposisi untuk menyuburkan tanah. Janjangan kosong banyak
mengandung unsur-unsur makro yang diperlukan oleh tanaman, seperti N, P, K,
dan Mg serta mengandung unsur hara lainnya (B, Cu, Zn, Fe, dan Mn). Menurut
34 rekomendasi, dosis aktual dan areal yang akan diaplikasikan JJK pada tanah
mineral normal yaitu 250 kg/pokok atau 35 ton/ha. Sedangkan untuk tanah
berpasir dapat ditingkatkan menjadi 360 kg/pokok atau 50 ton/ha.
Kegiatan susun janjangan kosong di PT Cipta Futura Plantation, dilakukan
pada blok-blok tertentu. Penyusunan dilakukan di areal datar sampai
bergelombang untuk memudahkan pelangsiran dan penyusunan janjang. JJK
diangkut oleh dump truck dari pabrik kelapa sawit (PKS), kemudian diletakkan
(didump) di pinggir petak. Tumpukan JJK tersebut akan dilangsir oleh pekerja
untuk disusun di gawangan antar pokok kelapa sawit (Gambar 4). JJK disusun
persegi dengan lebar 10 buah janjangan ke samping gawangan dan panjang 12
buah janjangan kearah pasar 2:1, sehingga dalam satu persegi terdapat 120 JJK
yang disusun dengan arah yang sama (Gambar 4). Penyusunan JJK disusun
dengan pangkal janjang menghadap kearah jalan dan tidak boleh sampai melewati
pasar 2:1.
(a) Kegiatan Susun JJK (b) JJK yang Sudah Disusun
Gambar 4. Penyusunan Janjangan Kosong (JJK)
Bobot JJK yang diangkut oleh satu truk rata-rata 3 - 3.5 ton. Satu tumpukan
biasanya disusun menjadi 4 sampai 5 petak susunan janjang, sehingga yang terjadi
di lapangan, dosis pemupukan janjang lebih besar daripada dosis yang
direkomendasikan.
Kegiatan SJJK dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti angkong,
gancu, dan atau tojok. Prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 3 ton/HK,
sama dengan prestasi kerja untuk karyawan. Upah untuk karyawan dihitung
35 berdasarkan target prestasi kerja, yaitu berdasarkan berapa ton JJK yang bisa
disusun dalam satu hari kerja.
Penunasan/Pemangkasan (Prunning)
Prunning atau penunasan merupakan kegiatan pemangkasan pelepah yang
dilakukan secara terpisah dari kegiatan pemanenan. Kegiatan pruning di PT Cipta
Futura dilaksanakan oleh pemanen pada sisa hari panen dalam rotasi satu bulan,
sehingga prunning biasa dilaksanakan pada akhir bulan. Kegiatan tersebut
dilakukan dengan rotasi, di setiap blok minimal satu tahun sekali. Prunning di PT
Cipta Futura dilakukan dengan cara sistem hanca tetap, jadi setiap pemanen
melakukan penunasan pelepah sesuai dengan nomor hanca yang sama dengan
nomor pemanen tersebut.
Secara teknis, penunasan yang dilakukan adalah memotong pelepah-pelepah
tua atau pelepah sengkleh yang terdapat pada pokok sawit sebagai sanitasi
tanaman. Kemudian merapikan jumlah pelepah yang ada dan menjadikannya
songgo dua untuk membantu menahan TBS hingga saatnya dipanen. Alat yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah egrek dan parang atau kapak. Bentuk
potongan pelepah dibuat membentuk huruf “V” dan rapat ke pokok untuk
mempermudah kegiatan pemanenan selanjutnya. Setelah pelepah dipotong dari
pokok, pelepah disusun rapi di gawangan mati dengan susunan huruf “I” atau
huruf “U”.
Pada saat melaksanakan kegiatan magang, penulis melakukan kegiatan
pruning dan memperoleh prestasi pertama-tama 57 pokok, kemudian 79 pokok,
hari berikutnya 133 pokok, dan terakhir 51 pokok per HK. Perhitungan upah
untuk kegiatan penunasan dihitung per pokok tanaman yang dipangkas. Upah
pemangkasan adalah Rp 600,- per pokok, tetapi dalam laporan perlu diketahui
luas areal yang telah dipangkas, sehingga perlu dilakukan konversi dari jumlah
pokok ke luas areal, dengan cara :
Luas areal pruning (pemangkasan) =
jumlah pokok yang dipruning / 130 pokok x 1 ha
57/130 pokok x 1 ha = 0.4 ha
36 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa penulis telah melakukan pruning
seluas 0.4 ha pada kegiatan pruning pertama.
Pemanenan dan Produksi
Pemanenan merupakan kegiatan pemotongan tandan buah segar dari pohon
hingga diangkut ke pabrik. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang sangat
penting karena merupakan sumber pendapatan perusahaan melalui penjualan
minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS). Perusahaan Cipta Futura
memiliki target produksi yang ditetapkan setiap tahun untuk dicapai oleh setiap
afdeling. Produksi dan realisasi panen pada triwulan I tahun 2009 disajikan pada
Lampiran 9. Target dan realisasi produksi yang dapat dicapai oleh Afdeling 7
pada tahun 2009 sampai dengan bulan Mei dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Target dan Realisasi Produksi Panen Kelapa Sawit di Afdeling 7 Tahun 2009
Periode Produksi TBS Produksi terhadap Target
(%) Target Realisasi …………...(ton)…..…….…
Januari 3 777.41 2 371.49 62.78 Februari 2 930.06 2 125.39 72.54 Maret 3 402.79 2 815.53 81.86 April 3 318.06 4 288.76 129.26 Mei 3 554.43 4 258.18 119.80
Sumber : Kantor Afdeling 7 (2009)
Persentase realisasi panen tiap afdeling akan mencerminkan kualitas kerja
karyawannya. Oleh karena itu, setiap afdeling berusaha meningkatkan
produktivitas panen. Keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan pemanen
mengenai persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, dan
sarana panen.
Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan yang akan
menunjang keberhasilan panen. Adapun persiapan panen yang dilakukan meliputi
pembuatan tempat pengumpulan hasil (TPH), pembuatan titian panen dan
37 jembatan panen untuk areal TBM yang berubah menjadi TM, perawatan pasar
2:1, pembersihan piringan, serta perawatan dan perbaikan jalan pada areal TM.
Selain dilakukan persiapan di lapangan, perlu juga dilakukan persiapan alat
panen untuk mempermudah pemanenan serta memperoleh kualitas panen yang
baik. Peralatan panen yang digunakan di Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura tidak
berbeda dengan peralatan panen di kebun kelapa sawit pada umumnya. Pemanen
menggunakan egrek dan dodos untuk memotong tandan buah. Egrek merupakan
alat potong dengan mata pisau berbentuk melengkung seperti arit. Alat tersebut
memiliki gagang berupa tongkat yang panjangnya bisa diatur. Egrek digunakan
untuk memotong TBS pada pohon yang sudah tinggi lebih dari 10 m atau pada
tanaman kelapa sawit yang biasanya sudah berumur lebih dari 9 tahun. Dodos
merupakan alat pemotong TBS dari pohon kelapa sawit yang masih pendek atau
yang berumur muda, sekitar 3 – 8 tahun.
Selain egrek dan dodos, pemanen juga memerlukan beberapa alat bantu
panen yang lain, seperti angkong, tojok, kapak atau parang serta karung untuk
mengumpulkan brondolan. Angkong merupakan alat angkut untuk membawa
TBS dan brondolan ke TPH, sedangkan tojok berupa tongkat besi dengan salah
satu ujung yang runcing dan digunakan untuk mengangkat TBS. Kapak atau
parang digunakan untuk memotong tangkai panjang atau memudahkan pemanen
dalam menyusun pelepah.
Angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi. Angka kerapatan
panen diperoleh dari hasil sensus buah. Sensus buah merupakan kegiatan rutin
yang dilakukan oleh mandor panen pada tanggal 15 setiap bulan. Tujuan sensus
buah adalah untuk mengetahui AKP setiap bulan dan memperkirakan hasil pada
rotasi panen berikutnya, sehingga dapat menentukan taksasi panen pada bulan
tersebut sampai dengan enam bulan ke depan.
Pada saat melaksanakan kegiatan magang, penulis diberi kesempatan untuk
melakukan sensus buah bersama mandor panen. Sensus buah dilakukan di Blok
107 petak B dan C pada 15 April 2009. Pada kegiatan sensus tersebut diperoleh
hasil seperti tercantum pada Tabel 5.
38
Tabel 5. Hasil Sensus Buah di Blok 107 B dan C Pada Tanggal 15 April 2009
Umur Buah Menjelang Panen
(bulan)
Jumlah Tandan (tandan)
Jumlah Pohon Sampel
AKP (%)
Blok 107 B 1 1 21 4.7 2 13 21 61.9 3 24 21 114.3 4 18 21 85.7 5 14 21 66.7 6 11 21 52.4
Blok 107 C 1 4 25 16 2 26 25 104 3 35 25 140 4 19 25 76 5 10 25 40 6 10 25 40
Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
AKP dihitung dengan menggunakan pohon sampel. Pohon sampel di PT
Cipta Futura diambil pada jalur yang sama pada setiap bulannya. Jalur tersebut
ditentukan dengan memilih jalur secara acak pada blok sampel. AKP dapat
dihitung dengan rumus :
Jumlah tandan matang Jumlah pohon sampel
x 100 % AKP =
AKP digunakan untuk menghitung taksasi produksi. Taksasi produksi
adalah kegiatan untuk memperkirakan produksi TBS kebun yang akan dihasilkan
pada periode pemanenan tersebut yang dapat digunakan untuk memperkirakan
produksi, jumlah tenaga kerja panen dan alat pengangkutan yang dibutuhkan
untuk mengangkut TBS.
Dari hasil pengamatan sensus buah yang penulis lakukan (Tabel 5) di blok
107 baik petak B maupun petak C menunjukkan bahwa pada bulan ke-3 setelah
sensus, yaitu bulan Juli 2009 diperkirakan produksi TBS mencapai puncak atau
biasa disebut dengan musim panen raya. Oleh karena itu, perusahaan perlu
menyiapkan tenaga kerja yang cukup dan melakukan perbaikan infrastruktur jalan
untuk memperlancar panen pada bulan tersebut.
39
Kriteria matang panen. Penentuan kriteria matang panen sangat penting
dilakukan, agar pemanen memotong tandan buah yang tepat. Secara teori, tandan
buah yang ideal untuk dipanen ialah pada saat kandungan minyak maksimal
dalam daging buah dan kandungan asam lemak bebas yang serendah mungkin.
Untuk memudahkan pemanenan, maka ditentukan kriteria matang panen dengan
menggunakan parameter perubahan warna dan membrondolnya buah dari tandan
seperti tercantum pada Tabel 1. Jumlah buah yang membrondol bergantung pada
berat tandan, untuk berat tandan lebih dari 10 kg buah yang membrondol
sebanyak 2 buah/kg dan untuk berat tandan kurang dari 10 kg buah yang
membrondol sebanyak 1 buah/kg.
Kriteria matang panen yang digunakan di Afdeling 7 PT Cipta Futura adalah
apabila terdapat 1 brondolan jatuh di piringan, maka tandan harus dipanen karena
diasumsikan sudah terdapat beberapa buah membrondol, tetapi tersangkut di
ketiak pelepah. Akan tetapi pengertian kriteria panen tersebut dipahami oleh
pemanen jika terdapat 1 buah yang sudah membrondol, berarti buah sudah layak
dipanen sehingga mengakibatkan terdapat beberapa buah yang termasuk dalam
fraksi 0 dan 1 juga ikut terpanen. Penulis melakukan pengamatan terhadap derajat
kematangan buah di Afdeling 7, PT Cipta Futura yang disajikan Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura
Keman-doran
Total TBS
Sample
Buah Hasil Panen Buah Hasil Panen
Mentah Matang Busuk
Mentah Matang Busuk(Tidak ada
brondolan) (>1 brondolan)
…………………(TBS)……………… …………..(%)…………… 1 309 12 294 3 3.88 95.14 0.97 2 322 7 306 9 2.17 95.03 2.79 3 328 8 306 14 2.44 93.29 4.26 4 151 2 147 2 1.32 97.35 1.32 5 377 27 345 5 7.16 91.51 1.32
Total 1 487 56 1 398 33 Rata-rata 3.76 94.01 2.22
Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
40
Rotasi panen. Rotasi (pusingan) panen adalah waktu yang diperlukan antara
panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen
dipengaruhi oleh jumlah tenaga pemanen, kondisi hanca, luas areal yang dipanen,
kondisi cuaca, dan AKP. Terdapat tiga macam rotasi di PT Cipta Futura, yaitu
10/15, 7/10, dan 5/7.
Rotasi 10/15 biasa disebut juga 2 kali pusingan, artinya 10 hari panen dalam
1 rotasi dengan 5 hari cadangan, sehingga terdapat 2 kali panen pada blok yang
sama dalam satu bulan. Rotasi tersebut digunakan saat kerapatan buah sedikit.
Rotasi 7/10 artinya 7 hari panen dengan 3 hari panen cadangan. Sehingga terdapat
3 kali panen ditempat yang sama dalam sebulan atau biasa disebut 3 kali
pusingan. Rotasi 5/7 yaitu 5 hari panen dengan 2 hari untuk hari cadangan,
sehingga terdapat 4 kali panen di tempat yang sama dalam 1 bulan atau biasa
disebut 4 kali pusingan. Rotasi 5/7 digunakan pada saat AKP tinggi. Pada saat
penulis melakukan kegiatan magang, yaitu bulan Februari sampai dengan Juni,
kebun PT Cipta Futura Afdeling 7 menggunakan rotasi 10/15 atau 2 kali
pusingan. Rotasi tersebut merupakan rotasi yang optimum, karena pada saat itu
AKP tidak terlalu tinggi.
Sistem panen. Kegiatan panen di PT Cipta Futura menggunakan sistem
panen hanca giring tetap. Mandor panen menentukan pembagian hanca setiap apel
pagi. Pembagian hanca dilakukan berdasarkan nomor pemanen dan nomor hanca.
Setiap pemanen memiliki nomor pemanen dan akan mendapatkan hanca dengan
nomor yang sama. Akan tetapi pembagian tersebut bisa berubah bergantung pada
banyaknya regu kerja (RK) pemanen yang hadir dan luas areal yang akan dipanen.
Penulisan nomor blok dan nomor hanca dilakukan pada pokok sawit yang
berada di pojok areal setiap blok. Penomoran tersebut sudah dilakukan sejak lama,
yaitu dilakukan dari awal pembangunan kebun. Sedangkan penomoran hanca ada
yang baru dilakukan, yaitu pembagian hanca pada blok-blok yang mengalami
perluasan. Rata-rata luas satu hanca adalah 2.5 ha atau sekitar 6 pasar. Pada areal
TM muda, luas satu hanca lebih luas dibandingkan dengan luas satu hanca di areal
TM tua, karena tanaman masih pendek sehingga lebih mudah dalam pemanenan
dan pengangkutannya.
41
Satu RK panen biasanya terdiri atas tiga orang tenaga kerja, yaitu satu orang
yang bekerja memotong buah, satu orang pelangsir buah ke TPH, dan satu orang
lagi sebagai pengutip berondolan. RK tersebut merupakan satu kesatuan dan yang
terdaftar di kantor kebun hanya pemanennya saja, yaitu yang bekerja sebagai
pemotong buah.
Pelaksanaan panen. Setiap hari pelaksanaan panen di Afdeling 7 PT Cipta
Futura diawali dengan apel pagi yang diikuti oleh supervisor panen, mandor
panen, dan pemanen. Pada apel pagi tersebut dilakukan absen pemanen,
pengarahan untuk panen hari itu, evaluasi hasil kerja hari sebelumnya, dan
terakhir dilakukan pembagian hanca panen. Setelah apel pagi, pemanen langsung
menuju hancanya untuk melakukan panen.
Standar pemanenan di PT Cipta Futura adalah pertama memotong pelepah
yang menyangga tandan, kemudian pelepah tersebut disusun di gawangan mati.
Setelah pelepah penyangga sudah dipotong, tandan kemudian dipanen dengan
menggunakan egrek atau dodos (disesuaikan dengan tinggi pohon). Tandan yang
sudah terpanen dipotong gagang panjangnya, kemudian di susun di TPH.
Pemotongan pelepah yang menyangga tandan dilakukan rapat ke pokok. Hal ini
bertujuan agar tidak ada buah yang tersangkut pada ketiak pelepah dikemudian
hari. Pelepah yang telah dipotong disusun di gawangan mati membentuk huruf “I”
atau huruf “U” (Gambar 5 a dan b), sedangkan untuk lahan miring, pelepah
disusun mengikuti kontur lahan.
(a) Huruf “I” (b) Huruf “U”
Keterangan : Arah susunan pelepah
Pokok sawit
Gambar 5. Susunan Pelepah di Gawangan Mati
42
Pemotongan TBS dilakukan dengan alat yang sesuai dengan tinggi tanaman.
TBS yang mempunyai gagang panjang dipotong serapat mungkin dengan buah,
tetapi jangan sampai melukai buah. Oleh karena itu dianjurkan untuk memotong
gagang panjang dengan model “V” atau biasa disebut “cangkem kodok”
(Gambar 6).
a. Potongan “V”
b. Potongan Rapat dengan Buah
Gambar 6. Potongan Gagang Panjang pada Tandan
Selesai pemotongan gagang panjang TBS, kenek pemanen mengumpulkan
buah beserta berondolan ke TPH. Tandan disusun dengan gagang menghadap ke
atas arah jalan. Pemanen membuat catatan jumlah TBS dan karung brondolan
yang dipanen pada hari itu. Di PT Cipta Futura, pemanen membuat catatan hasil
panennya pada pelepah pohon sawit yang kemudian dilaporkan kepada mandor
panen masing-masing. Pelepah tersebut berisi jumlah TBS dan jumlah karung
brondolan, serta keterangan apakah hanca yang ditugaskan selesai atau tidak
selesai dikerjakan. Pencatatan jumlah TBS harus berdasarkan tiap TPH yang diisi
pada panen hari itu untuk memudahkan pengontrolan pengangkutan.
Tenaga kerja pemanen. Tenaga kerja pemanen yang terdaftar di Afdeling 7
PT Cipta Futura pada tahun 2009 berjumlah 94 orang pemanen. Setiap pemanen
yang terdaftar diperbolehkan melakukan kegiatan pemanenan dibantu maksimal
oleh seorang kenek langsir dan seorang pengutip brondolan. Dengan demikian
setiap regu kerja (RK) pemanen beranggotakan maksimal tiga orang tenaga kerja.
Pengontrolan tenaga kerja pemanen perlu dilakukan untuk mengetahui
kualitas hasil kerja pemanen apakah sudah sesuai dengan Standar Operational
Procedure (SOP) panen yang ditetapkan oleh perusahaan dan agar produksi yang
43 terealisasi dapat sesuai dengan rencana tahunan kebun. Pengontrolan tenaga kerja
panen dilakukan dengan mengamati kualitas dan kuantitas kerja pemanen.
Pengamatan kualitas kerja pemanen yang dilakukan penulis, meliputi pengamatan
presentase buah matang tidak dipanen dan pengamatan pelepah sengkleh. Hasil
pengamatan kualitas kerja pemanen di Afdeling 7 PT Cipta Futura disajikan
dalam Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Afdeling 7 PT Cipta Futura
Kemandoran Total TBS Dipanen
Buah Matang Tidak Dipanen
% Buah Matang Tidak
Dipanen
Pelepah Sengkleh (pelepah)
……………..(TBS)…..……… 1 753 3 0.40 14 2 537 13 2.42 9 3 974 22 2.26 23 4 504 29 5.75 7 5 978 18 1.84 28
Total 3 746 85 12.67 81 Rata-rata/kemandoran 17 2.53 16
Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
Penulis juga melakukan pengamatan mengenai kualitas kutip brondolan,
yaitu meliputi brondolan tinggal, baik tertinggal di piringan, pokok sawit, pasar
2:1 maupun di gawangan mati yang disajikan dalam Tabel 8. Pengamatan
dilakukan dengan membedakan jumlah TK setiap RK.
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan Jumlah
TK dalam
RK
Brondolan Tinggal Presentase Brondolan Tinggal
Piringan Pokok Pasar 2:1
Gawang-an Mati Total
Piringan Pokok Pasar
2:1 Gawang-an Mati
………………...…(buah)………………….. …..………..……(%)……....…………. 1 58 111 51 218 438 13.24 25.34 11.64 49.77 2 34 87 28 79 228 14.91 38.16 12.28 34.65 3 18 60 18 35 131 13.74 45.80 13.74 26.72
Rata-rata 39 86 38 116 279 13.96 36.43 12.55 37.05
Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
44
PT Cipta Futura menetapkan standar brondolan tinggal 3 buah brondolan per
pokok. Penulis juga melakukan pengamatan brondolan tinggal per pokok
berdasarkan kemandoran yang terdapat di Afdeling 7. Hasil pengamatan disajikan
pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen
Keman- doran
Brondolan Tinggal Jumlah TBS
Panen
Jumlah Pokok Panen
Brondolan Tinggal
Pokok Piringan Pasar 2:1 Total Per TBS Per
Pokok …………..(buah)…………….. ……….(%)…………1 5 6 3 14 181 80 7.73 17.50 2 4 7 7 18 198 105 9.09 17.14 3 6 9 5 20 144 81 13.89 24.69 4 6 8 4 18 115 62 15.65 29.03 5 5 6 3 14 189 102 7.41 13.73
Total 26 36 22 84 827 430 Rata-rata 10.16 19.53 Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
Selain mengamati kualitas kutip brondolan, terdapat pula beberapa kejadian
buah tinggal di dalam hanca. Pemanen tidak mengeluarkan buah karena lupa atau
terlewat. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab timbulnya kerugian bagi
perusahaan. Rekapitulasi data pengamatan TBS tinggal dalam hanca disajikan
pada Tabel 10.
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Pengamatan TBS Tinggal dalam Hanca
Keman-doran
TBS Panen
(tandan)
TBS Tinggal Presentase TBS Tinggal
Piringan Gawangan Mati
Piringan Gawangan Mati
………..…(tandan)………… ……….....(%)……….…1 753 2 1 0.27 0.13 2 537 0 1 0.00 0.19 3 974 1 2 0.10 0.21 4 504 3 0 0.60 0.00 5 978 4 3 0.41 0.31
Total 3 746 10 7 1.37 0.83 Rata-rata per Kemandoran
2 1.4
0.27 0.17
Sumber: Hasil Pengamatan (2009)
45
Panjang gagang TBS menjadi salah satu parameter pengamatan kualitas
kerja pemanen yang penulis amati (Tabel 11). Standar pemanenan di PT Cipta
Futura mengharuskan TBS yang tersusun di TPH untuk diangkut sudah dipotong
gagang panjangnya. Gagang panjang TBS akan merugikan perusahaan, yaitu
hanya menambah berat semu TBS dan tidak menghasilkan minyak, melainkan
merupakan penyerap minyak saat pengolahan sehingga mengurangi dan
merugikan produksi minyak.
Tabel 11. Presentase Gagang Panjang di Afdeling 7
Kemandoran TBS Sampel Gagang Panjang % Gagang Panjang
……………….(tandan)………..……. 1 345 8 2.32 2 186 4 2.15 3 256 8 3.13 4 219 5 2.28 5 227 5 2.20
Total 1 233 30 Rata-rata 2.43
Sumber : Hasil Pengamatan (2009)
PT Cipta Futura menerapkan standar panjang gagang tidak boleh lebih dari 2
cm atau memotong gagang serapat mungkin dengan tandan, tetapi jangan sampai
melukai buah. Oleh karena itu, disarankan untuk memotong gagang berbentuk
“V”.
Pengangkutan tandan buah segar. Faktor transportasi dalam pengelolaan
kebun kelapa sawit memiliki peran yang cukup penting. Keterlambatan
pengangkutan TBS ke PKS (restan) akan mempengaruhi proses pengolahan,
kapasitas olah, dan mutu produk akhir. Pengangkutan TBS diusahakan dengan
menghindari pelukaan pada buah. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah naiknya
kadar asam lemak bebas (ALB). PT Cipta Futura memiliki rata-rata kandungan
asam lemak bebas di bawah 2 %, yang artinya memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI). Adapun kandungan ALB dari CPO yang dihasikan oleh PT
Cipta Futura disajikan pada Tabel 12.
46
Tabel 12. Kandungan ALB Minyak Sawit Mentah PT Cipta Futura
Bulan ALB (%)
Maret 1.84
April 1.84
Mei 1.92
Sumber : Laboratorium Pabrik Kelapa Sawit PT Cipta Futura (2009)
Kegiatan pengangkutan TBS dan berondolan merupakan kegiatan
penanganan hasil panen yang terdiri atas dua tahap, yaitu pengangkutan dari
hanca ke TPH, dan pengangkutan dari TPH ke PKS. Pengangkutan TBS dari
hanca ke TPH dilakukan oleh kenek pemanen, sedangkan pengangkutan TBS dan
brondolan ke PKS dilakukan oleh bagian transportasi. Pengangkutan TBS
bertujuan mengirimkan TBS dan brondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui
penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal pengiriman TBS secara tepat,
sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas baik dan pabrik kelapa sawit bekerja
secara optimal. Kegiatan transpor buah merupakan mata rantai dari tiga faktor
yaitu panen, pengangkutan dan pengolahan. Ketiga faktor tersebut merupakan
faktor terpenting dan saling mempengaruhi. Efisiensi pengangkutan TBS akan
tercapai apabila unit angkutan memuat TBS secara maksimal dengan waktu
seefisien mungkin.
Kegiatan pengangkutan harus terorganisasi dengan baik agar dapat berjalan
dengan lancar. Pengangkutan TBS di PT Cipta Futura dilakukan oleh kerani buah,
sopir dan pemuat yang bekerja sama dengan mandor dan supervisor panen. Kerani
buah bertugas mengawasi jalur pengangkutan hasil panen yang sudah ditentukan
oleh supervisor panen. Jalur pengangkutan buah yang menjadi tanggung jawab
kerani biasanya dibagi per blok panen, satu kerani untuk satu blok panen. Mandor
panen bertugas memberitahukan kerani buah mengenai tempat hanca yang
dipanen dan berkoordinasi mengenai penempatan buah oleh pemanen.
47
Pemuat dan sopir truk merupakan satu tim yang bertugas mengangkut TBS
dan brondolan dari lapangan hingga sampai di PKS. PT Cipta Futura
menggunakan dump truck sebagai unit pengangkutan. Dump truck tersebut
berkapasitas maksimum 6 ton dan di Afdeling 7 terdapat 20 unit dump truck.
Pengaturan unit pengangkutan di PT Cipta Futura diatur oleh kerani buah
dan dibagi sesuai dengan jalur yang terdapat di blok panen. Setiap pagi, kerani
buah melaksanakan apel pagi bersama para pemuat. Kegiatan apel pagi tersebut
berisi pengarahan dan evaluasi kerja para pemuat. Pada apel pagi juga dibagikan
jalur dimana para pemuat harus bertanggung jawab untuk mengangkut hasil panen
yang ada.
Selain dibagi sesuai jalur, kadang-kadang sistem pengangkutan dibagi sesuai
dengan nomor pemanen. Jika sistem pengangkutan dibagi sesuai nomor pemanen,
pemuat yang mengangkut TBS hanya boleh memuat TBS dengan nomor pemanen
bagiannya dan bertanggung jawab untuk mengangkut semua TBS tersebut (tidak
ada buah restan) kecuali karena kondisi tertentu.
Pemuat mulai melakukan pengangkutan setelah pembagian jalur selesai,
yaitu dengan cara mendatangi TPH-TPH yang berada di jalurnya. TPH yang
didatangi untuk memuat hasil panen adalah TPH yang hasil panennya (TBS dan
berondolan) telah disusun rapi. Pemuat tidak diperbolehkan mengangkut TBS
dengan gagang panjang dan atau buah mentah. TBS dan berondolan yang
memenuhi kriteria kemudian dimuat ke dalam truk oleh pemuat dengan
menggunakan tojok besi serta karung untuk memuat berondolan ke atas truk.
Berondolan yang tercecer harus dikutip hingga bersih. Oleh karena itu, pemuat
juga diharuskan membawa penggaruk untuk mengutip berondolan hingga bersih.
Penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas kerja pemuat. Hasil pengamatan
disajikan pada Tabel 13.
48
Tabel 13. Hasil Pengamatan Kualitas Kerja Pemuat
Pemuat Jumlah TPH
Brondolan TBS Rata-rata Rata-rata Waktu Tinggal (buah)
Muat (kg)
Muat Tinggal (buah)
Muat (kg)
Muat (menit)
TPH TBS TPH TBS Total Efektif 1 7 13 54.0 36 2 1 7.71 1.50 111 90 2 18 37 243.0 170 3 1 13.50 1.43 120 100 3 35 74 40.5 227 3 1 1.16 0.18 200 165 4 28 49 270.0 160 2 1 9.64 1.69 140 115 5 23 41 81.0 187 2 1 3.52 0.43 180 150
Total 111 214 688.5 780 12 5 35.54 5.23 751 620 Rata-rata 22 43 137.7 156 2.4 1 150 124
Sumber: Hasil Pengamatan (2009)
Apabila truk telah penuh, truk menuju pos SPB untuk membuat Surat
Pengantar Buah (SPB) agar muatan dapat diantar ke pabrik untuk diolah. Sampai
di PKS, truk bermuatan ditimbang, lalu truk menuju loading ramp untuk
membongkar muatan dengan menuangkan (dump) langsung dari truk. Setelah
selesai mengantar buah ke PKS, truk kembali melakukan kegiatan muat buah.
Pada rit terakhir, sopir dan pemuat dianjurkan untuk menyisir kembali jalurnya
untuk memastikan tidak ada buah restan atau buah yang terjatuh di jalan saat
pengangkutan.
Kebutuhan kendaraan pengangkutan panen harus diperhitungkan dengan
baik agar seluruh hasil panen dapat terangkut ke PKS. Kebutuhan kendaraan dapat
dihitung dengan rumus:
Jumlah kendaraan =
Kebutuhan alat pengangkut (dump truck) di Afdeling 7 PT Cipta Futura disajikan
pada Tabel 14 dengan kapasitas kendaraan 6 ton, waktu per trip 3 jam, dan waktu
muat rata-rata per 1 HK 2.5 jam.
49
Tabel 14. Kebutuhan Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura
Bulan Produksi Rata-rata Harian (ton)
Kebutuhan Unit Angkutan Perhitungan Realisasi
………….…..…(unit)…….………….. Januari 80 16 18 Februari 89 18 18 Maret 108 21 18 April 112 19 18 Mei 138 23 18 Sumber : Data Afdeling 7 dan Hasil Pengamatan (2009)
Kegiatan transportasi terutama untuk pengangkutan buah perlu dilakukan
pengontrolan agar kegiatan pengangkutan berjalan dengan lancar. Produktivitas
kendaraan angkut buah merupakan salah satu parameter yang dapat diamati untuk
melihat apakah kegiatan pengangkutan sudah berjalan dengan baik. Produktivitas
kendaraan angkut buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Produktivitas Kendaraan Angkut Buah di Afdeling 7 PT Cipta Futura, Bulan Februari 2009
Tanggal BBM Muatan Buah Produktivitas Buah (liter) (ton) (ton/l)
1 68.0 27.00 0.39 2 318.0 170.74 0.54 3 688.0 275.30 0.40 4 883.0 464.00 0.52 5 1 493.0 661.69 0.44 6 1 845.0 816.04 0.44 7 2 149.0 926.37 0.43 8 108.0 36.00 0.33 9 178.0 65.00 0.36
10 448.0 186.52 0.41 11 933.0 340.42 0.36 12 14 035.0 560.96 0.40 13 1 914.5 821.07 0.43 14 2 236.5 982.50 0.44 15 213.0 43.50 0.20 16 459.0 283.36 0.62 17 969.0 459.61 0.47 18 1 315.0 622.77 0.47 19 1 922.0 802.92 0.41 20 2 392.0 976.16 0.40
Rata-rata 478.6 476.1 0.42 Keterangan : Data Pengangkutan diambil dari 1 unit dump truck
Sumber: Kantor Afdeling 7 (2009)
50
Produktivitas pengangkutan sangat penting diperhatikan, karena akan
mempengaruhi jumlah pengangkutan. Pengaturan yang baik perlu dilakukan
untuk mencegah terjadinya buah restan atau menginap di lapangan karena tidak
terangkut pada hari panen. Selain itu, kondisi jalan yang baik akan mendukung
kelancaran pengangkutan, sehingga tidak ada buah restan. Dalam hal
produktivitas pengangkutan, perlu juga memperhatikan efisiensi pengangkutan.
Salah satunya dengan melihat efisiensi pemakaian bahan bakar dibandingkan
dengan kemampuan kendaraan angkut untuk mengangkut buah.
Kondisi jalan yang rusak akan menyulitkan pengangkutan. Pada musim
hujan, jalan Kebun Ujan Mas ini mengalami kerusakan karena jalan yang terbuat
dari tanah, sehingga menyebabkan banyak truk pengangkut terpuruk yang
mengakibatkan buah restan. Pada Tabel 16 disajikan data buah restan di Afdeling
7 dengan rata-rata tiga kali terjadi buah restan dalam satu bulan.
Tabel 16. Kejadian Buah Restan di Afdeling 7 Bulan Januari-Mei 2009
Bulan Tanggal Panen Pengangkutan Restan
………….…..….….(ton)…….…….…….……... Januari 8 61.632 54.192 7.440 9 63.390 45.288 18.102 12 102.606 78.288 24.318 13 137.556 84.744 52.812 Februari 2 93.425 91.392 2.033 3 76.921 45.837 31.084 10 67.604 58.294 9.310 17 101.223 56.278 44.945 Maret 11 151.969 130.332 21.637 16 115.391 111.183 4.208 April 2 122.084 117.904 4.180 6 145.305 70.19 75.115 11 82.575 76.875 5.700 13 172.588 167.095 5.493 15 172.535 132.081 40.454 Mei 11 86.227 84.732 1.495
15 148.820 89.706 59.114 Keterangan : Data pengangkutan diambil dari 20 unit dump truck Sumber: Kantor Afdeling 7 (2009)
51
Administrasi panen. Administrasi panen sangat penting bagi perusahaan.
Kegiatan administrasi panen meliputi kegiatan merekapitulasi hasil panen setiap
harinya, yaitu merekap jumlah TBS dan brondolan yang dipanen beserta
administrasi pengangkutannya. Selain itu, juga dihitung jumlah tenaga kerja yang
digunakan beserta upah yang harus dibayar oleh perusahaan.
Kegiatan pemanenan di lapangan setiap hari berlangsung hingga pukul
15.00 WIB. Pada pukul 15.00 pemanen diharapkan sudah tidak memanen lagi,
tetapi melangsir buah dan mengutip berondolan untuk diletakkan di TPH dan
segera melaporkan hasil kerjanya kepada mandor panen. Pelaporan hasil kerja
pemanen paling lambat diterima pada pukul 16.00 WIB di kantor afdeling. Jika
melewati pukul 16.00, jumlah TBS dan karung brondolan hasil kerja pemanen
pada hari itu diambil dari data pengangkutan yang dibuat oleh kerani buah.
Setelah laporan panen terkumpul, mandor panen merekapitulasi data hasil
panen ke dalam buku laporan panen dan rekapitulasi panen, buku kerani afdeling,
dan buku mandor serta alokasi panen. Buku laporan panen berisi laporan hasil
panen masing-masing pemanen, yaitu berisi nomor pemanen, TBS dan karung
brondolan yang dihasilkan, serta keterangan apakah hanca tersebut selesai
dikerjakan atau tidak dan waktu pelaporannya. Setelah itu, direkap pada buku
rekapitulasi panen yang berisi konversi ton panen per hektar, luas yang terpanen
hari itu, jumlah TK (tenaga kerja), dan upah yang harus dibayar.
Laporan panen tersebut lalu diserahkan kepada bagian administrasi kantor
afdeling untuk dimasukkan ke lembar alokasi. Lembar alokasi tersebut berisikan
ringkasan kerja afdeling selama satu hari, yaitu jumlah keseluruhan tenaga kerja
dari semua kegiatan kerja, blok per kegiatan kerja, upah pekerja, dan hasil panen
pada hari itu. Buku kerani afdeling juga diisi oleh mandor panen. Buku tersebut
berisi rincian hasil panen yang diperoleh oleh pemanen setiap harinya, yaitu
jumlah TBS dan brondolan, serta basis dan preminya.
Administrasi pengangkutan. Pada kegiatan pengangkutan hasil panen di
PT Cipta Futura khususnya di Afdeling 7, setelah truk pengangkut bermuatan
penuh, truk menuju pos SPB untuk membuat SPB (Surat Pengantar Buah). SPB
dibuat berdasarkan catatan sopir truk yang biasa disebut kopelan. Catatan tersebut
52 berisikan jumlah TBS dan karung brondolan yang diangkut oleh truk yang dicatat
per nomor pemanen dan per TPH.
Kerani buah bagian administrasi yang bekerja di pos SPB akan menghitung
jumlah TBS dan karung brondolan yang tertulis di kopelan, kemudian
mengkonversikannya ke dalam bobot TBS dan bobot karung brondolan untuk
ditulis pada bon SPB. Pengkonversian TBS ke dalam bobot TBS, yaitu dengan
cara mengalikan jumlah TBS dengan komidelnya. Komidel yaitu bobot janjang
rata-rata (BJR) TBS yang ditentukan oleh perusahaan berdasarkan timbangan
aktual. Di Afdeling 7 terdapat 2 macam komidel, yaitu komidel 19 kg/TBS untuk
tandan yang berasal dari pokok kelapa sawit umur lebih dari atau sama dengan 9
tahun, sedangkan komidel 7 kg/TBS untuk tandan dari tanaman kelapa sawit di
areal perluasan (3 – 8 tahun). Akan tetapi per tanggal 1 Mei 2009 komidel 7
diubah menjadi komidel 8, sesuai dari pemeriksaan di PKS.
Setelah bon SPB terisi, bon tersebut diberikan kepada sopir pengangkut
untuk diserahkan kepada pos timbangan di pabrik sebelum truk bisa
mengeluarkan muatannya. Kerani buah bagian administrasi tersebut kemudian
memasukkan data dari kopelan ke dalam buku kontrol TBS. Buku ini berisi
jumlah TBS dan karung brondolan terangkut sesuai dengan nomor pemanennya,
sehingga berfungsi untuk mengecek TBS pemanen mana yang belum terangkut.
Perkiraan bobot muatan yang tercantum pada lembar SPB harus mendekati
bobot aktual di PKS. Selisih bobot harus sekecil mungkin. Hal tersebut akan
mempengaruhi pengangkutan hasil panen dari lapangan ke PKS dan
mempengaruhi keamanan TBS serta administrasi panen. Selisih bobot yang jauh
berbeda dapat menjadi salah satu faktor terjadi buah restan di lapangan. Kantor
afdeling melakukan pengangkutan berdasarkan bobot perkiraan panen. Jika selisih
terlalu besar, maka terdapat kemungkinan pengangkutan dianggap selesai karena
bobot sudah mencapai perkiraan padahal masih terdapat buah di lapangan yang
belum terangkut. Pada Tabel 17, penulis menyajikan hasil pengamatan mengenai
selisih bobot aktual dan bobot perkiraan di SPB.
53
Tabel 17. Pengamatan Pengangkutan Hasil Panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura
No Sampel Pemuat
Total Muatan Selisih Bobot (%) TBS Brondolan Perhitungan
SPB Aktual PKS
Selisih Bobot
………………..….….(kg)………………….… 1 150 162 3012 4460 1 448 32.472 132 108 2616 2410 206 8.553 171 216 3465 4850 1 385 28.564 120 243 2523 3330 807 24.235 192 162 3810 4600 790 17.176 142 297 2995 4150 1 155 27.837 206 297 4211 4810 599 12.458 120 81 2361 3540 1 179 33.319 185 189 3704 5390 1 686 31.2810 218 216 4358 5380 1 022 19.0011 170 756 3986 4850 864 17.8112 310 324 6214 5660 554 9.7913 235 135 4600 5020 420 8.3714 185 189 3704 5080 1 376 27.0915 128 54 2486 3460 974 28.1516 206 243 4157 5490 1 333 24.2817 99 324 2205 2880 675 23.4418 147 81 2874 3870 996 32.4719 184 405 3901 5350 1 449 8.5520 92 27 1775 2660 885 28.56
Rata -rata 169.6 225.45 3447.85 4362 990.15 22.99Sumber: Hasil Pengamatan (2009)
Pengolahan Kelapa Sawit
Pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau crude palm oil
(CPO) dilakukan di pabrik kelapa sawit (PKS). Pada saat menjadi asisten mandor,
penulis diberi kesempatan untuk berkunjung ke PKS PT Cipta Futura Plantation.
Hasil olahan kelapa sawit di PT Cipta Futura adalah CPO dan kernel. Inti kelapa
sawit di perusahaan ini tidak diolah lebih lanjut menjadi minyak kernel,
melainkan dijual dalam bentuk inti sawitnya saja atau yang biasa dikenal dengan
sebutan kernel. Pengolahan kelapa sawit untuk menjadi CPO harus melewati
beberapa tahapan proses dalam stasiun pengolahan.
54
Pada proses pengolahan TBS menjadi minyak kelapa sawit (MKS) di PKS,
umumnya terdiri atas stasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama terdiri
atas tempat penerimaan buah (loading ramp), stasiun rebusan, pemipilan,
pencacahan dan pengempaan, pemurnian, serta pemisahaan biji dan kernel.
Sementara stasiun pendukung terdiri atas pembangkit tenaga, laboratorium,
pengolahan air, penimbunan produk, dan bengkel.
Stasiun penerimaan buah (loading ramp). Pada stasiun penerimaan buah,
TBS yang berasal dari kebun pertama kali diterima dan ditimbang di jembatan
timbang. Setelah itu, buah dibawa ke tempat penampungan buah (loading ramp).
Saat buah akan dituangkan (didump), dilakukan penyortiran buah. Sortasi buah
yang dilakukan adalah sortasi untuk mengamati mutu buah yang diterima di PKS
dan dilaksanakan di pelataran buah. Penyortiran tersebut bertujuan untuk memilih
buah (TBS) yang layak/baik diolah di pabrik, sehingga dapat menghasilkan
produk yang memenuhi standar produksi dari segi kualitas, kuantitas, dan
kelangsungan alat produksi. Jalur proses penerimaan TBS di PKS disajikan pada
Gambar 7. TBS yang diterima di PT Cipta Futura Plantation adalah tandan buah
normal yang diterima di pabrik maksimum 24 jam setelah dipotong dengan
batasan waktu selambat-lambatnya tiba di pelataran sortasi jam 12 esok hari
berikutnya1).
Selanjutnya, pada stasiun penerimaan buah, TBS dimasukkan ke dalam lori.
Pengisian lori yang baik jika lori dapat memuat tandan buah sebanyak kapasitas
normal, yaitu 7.5 ton TBS per lori. Pengisian yang tidak penuh akan
menyebabkan penurunan kapasitas olah sterilizer atau sebaliknya pengisian yang
terlalu penuh akan mengakibatkan pintu maupun pelat rusak atau buah jatuh
dalam bejana rebusan. Setelah lori terisi dengan baik, lori ditarik dengan
menggunakan capstand untuk dipindahkan ke rail track stasiun sterilizer.
Pemindahan tersebut menggunakan transfer carriage dengan kapasitas maksimal
dua lori.
1) Booklet standar kerja PT Cipta Futura, 2008
55
Gambar 7. Proses Penerimaan Tandan Buah Segar (TBS) di PKS
Stasiun perebusan (sterilizer). Lori-lori yang sudah terisi TBS tersebut
selanjutnya dimasukkan ke dalam sterilizer. PT Cipta Futura memiliki 3 buah
sterilizer dengan masing-masing sterilizer dapat memuat 3 buah lori (Gambar 8).
Pengolahan minyak sangat bergantung pada keberhasilan proses perebusan. Hal-
hal yang mempengaruhi perebusan adalah tekanan uap dan lama perebusan, serta
pembuangan udara dan air kondensat.
PT Cipta Futura menerapkan prosedur kerja di stasiun perebusan dengan
menggunakan sistem double peak (dua puncak) atau tripel peak (tiga puncak).
Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan dari jumlah pembukaan atau
penutupan dari uap masuk atau uap keluar selama perebusan berlangsung yang
diatur secara manual atau secara otomatis. Perebusan triple peak (tiga puncak)
memiliki waktu perebusan untuk TBS normal 90 menit, yaitu terdiri atas : (a)
deaerasi selama 2 menit, (b) pemasukan uap dan pembuangan uap pada puncak I
dan II selama 32 menit, (c) penahanan tekanan 2.8 – 3 kg/cm2 selama 49 menit,
dan (d) pembuangan uap akhir selama 7 menit. Sedangkan untuk TBS under ripe,
56 waktu penahanan ditambah 5 menit dan untuk TBS over ripe waktu penahanan
dikurangi 5 menit1).
( a) Stasiun Perebusan (b) Lori untuk Mengangkut TBS di Stasiun Perebusan
Gambar 8. Pabrik Minyak Kelapa Sawit
Proses perebusan buah dilakukan dengan tujuan : (1) agar daging buah
menjadi lunak, (2) untuk memudahkan terlepasnya inti dari cangkangnya, (3)
untuk menambah kelembaban dalam daging buah sehingga minyak lebih mudah
dikeluarkan (dipisahkan), (4) untuk mengkoagulasi protein sehingga proses
pemurnian minyak lebih mudah.
Stasiun penebahan/ perontokan (thressing). Pada tahap ini dilakukan
perontokan yang bertujuan memisahkan berondolan dari tandan atau janjang.
Buah masak yang telah dikeluarkan dari bejana rebusan dipindahkan ke rail track
untuk menuju stasiun thressing. Setelah itu lori dimasukkan ke dalam drum
trippler untuk dituang ke dalam thresser melalui hopper yang berfungsi untuk
menampung buah hasil perebusan. Penuangan buah ke dalam bunch conveyor
harus perlahan, kontinyu, dan merata sehingga brondolan menuju digester
cenderung stabil.
Pemipilan dilakukan dengan membanting buah dalam drum putar dengan
kecepatan putaran 23-25 rpm. Buah yang terpipil akan jatuh melalui kisi-kisi dan
ditampung oleh fruit elevator dan dibawa dengan distributing conveyor untuk
didistribusikan ke tiap unit-unit digester. Sedangkan janjang tandan yang buahnya
telah dirontokkan akan keluar ke stasiun pembuangan janjang kosong (Gambar 9.) 1) Booklet standar kerja PT Cipta Futura, 2008
57 untuk diangkut dan disusun kembali ke lahan. Proses pengadukan/pelumatan
berlangsung selama 30 menit. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (screw press).
Gambar 9. Stasiun Pembuangan Janjang Kosong
Stasiun pengempaan (pressing). Pada tahap ini, dilakukan pengepresan
minyak dengan cara mengaduk dan melumat buah sehingga akan keluar
minyaknya. Buah yang masuk ke dalam digester diaduk selama 20 menit sehingga
sebagian besar daging buah sudah terlepas dari biji. Massa yang keluar dari
digester diperas dalam screw press pada tekanan cone 40-60 bar dengan
menggunakan air pengencer bersuhu 90-95 0C sebanyak 20-25 % TBS, sehingga
losses minyak kurang dari 4.5 % dan nut (inti) pecah kurang dari 20 persen. Dari
pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta biji. Biji yang
bercampur dengan serat masuk ke alat cake breaker conveyor untuk dipisah antara
biji dan seratnya, sedangkan minyak kasar dialirkan ke stasiun klarifikasi
(pemurnian).
Stasiun pemurnian (clarification). Stasiun clarification disebut juga
stasiun pemurnian, yaitu stasiun pengolahan di PKS yang bertujuan untuk
melakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Minyak kasar hasil stasiun pressing
dikirim ke stasiun pemurnian untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh
minyak produksi. Pemurnian dilakukan dengan memisahkan minyak dari sludge,
pasir, air dan kotoran-kotoran lainnya sehingga dihasilkan CPO (Crude Palm Oil)
yang siap untuk dipasarkan. Proses pemisahan minyak, air dan kotoran dilakukan
58 dengan sistem pengendapan, sentrifugasi dan penguapan. Di PT Cipta Futura,
kadar ALB yang dihasilkan yaitu kurang lebih 2 % dengan maksimum ALB yang
dihasilkan 4 persen.
Stasiun kernel. Di stasiun kernel dilakukan pengolahan nut sehingga
dihasilkan (inti) dengan cangkang. Pemisahan inti kelapa sawit dilakukan dengan
proses pengeringan biji, serta pemisahan kernel dan cangkang dengan teknik
pemisahan basah yang dilanjutkan dengan pengeringan kernel. Pabrik kelapa
sawit milik PT Cipta Futura memproses inti tidak sampai menjadi minyak hanya
sampai berupa kernel (inti) saja
Aspek Manajerial
Selain bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL), selama magang di PT
Cipta Futura, penulis juga melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
aspek manajerial kebun. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh penulis selama dua
bulan terakhir dari masa magang, yaitu sebagai pendamping mandor dan sebagai
pendamping asisten afdeling masing-masing selama satu bulan.
Pendamping Mandor
Mandor merupakan sebutan untuk karyawan non staf yang biasa disebut
dengan sebutan personil. Mandor adalah orang yang berhubungan langsung
dengan pekerja di lapangan. Mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan
arahan kepada karyawan, mengawasi pekerjaan karyawan, bertanggung jawab
dalam memakai alat dan bahan, serta memiliki data program dan realisasi kerja.
Mandor bertangung jawab langsung kepada asisten afdeling.
Setiap sore setelah pulang menyelesaikan pekerjaan di lapangan, mandor
harus membuat laporan mengenai pekerjaan yang telah diselesaikan pada hari itu.
Laporan yang harus dibuat dan dipertanggungjawabkan berupa laporan pemakaian
alat dan bahan, laporan tenaga kerja, buku kerja mandor serta merencanakan
program esok hari yang sesuai dengan target kerja. Semua itu dilaporkan kepada
59 asisten afdeling untuk diperiksa dan kemudian diserahkan ke kantor kebun pusat
sebelum pukul 17.00 WIB.
Selama menjadi pendamping mandor, penulis telah mendampingi beberapa
mandor, yaitu mandor pupuk, mandor semprot, mandor panen dan kerani buah
bagian administrasi. Bahkan penulis diberi tanggung jawab menjadi mandor susun
JJK dan mandor rawat jalan. Kegiatan menjadi pendamping mandor dimulai
dengan melakukan apel pagi setiap hari. Apel dilaksanakan di kantor afdeling dan
dimulai pukul 05.30 WIB sampai dengan pukul 06.00 WIB. Pada saat apel pagi,
dibahas rencana kerja untuk hari itu serta mengevaluasi hasil kerja hari
sebelumnya. Selesai apel pagi bersama asisten afdeling dan mandor yang lain,
mandor akan memberikan pengarahan kepada karyawan (KHL) yang
dibawahinya.
Pendamping mandor pupuk. Selama kegiatan magang di PT Cipta Futura,
penulis menjadi pendamping mandor pupuk selama 10 hari kerja. Pemupukan
yang penulis awasi adalah pemupukan Rock Phosphate (RP) dan pemupukan
Ammonium Sulphate (ZA) pada TM, serta pemupukan NPK pada TBM. Adapun
tugas dari pendamping mandor pupuk adalah mendampingi dan membantu
mandor pupuk dalam mengkoordinasikan pekerjaan pemupukan, baik di lapangan
sampai membuat laporan hasil kerja.
Setelah ditetapkan menjadi pendamping mandor pupuk saat apel pagi,
penulis membantu mandor melakukan perkiraan pemakaian tenaga kerja, jatah
pupuk per karyawan, jumlah bahan yang dipakai, dan luas areal yang akan
dipupuk. Setelah itu, penulis mendampingi mandor memberikan pengarahan
kepada karyawan. Sebelum menuju areal yang akan dipupuk, penulis bersama
mandor pupuk dan pengerit pupuk menuju gudang untuk mengambil pupuk.
Sebelum mengambil pupuk di gudang, mandor mengurus administrasi terlebih
dahulu. Penulis, sebagai pendamping mandor pupuk bertugas membantu
mengawasi pengambilan dan pengangkutan pupuk dari gudang ke truk
pengangkut. Setelah mengambil pupuk, penulis membantu melakukan
pengawasan pendistribusian pupuk di lapangan hingga pupuk diterima penabur
untuk diaplikasikan ke lahan.
60
Pendamping mandor pupuk di lapangan bertugas mengawasi ketepatan cara
pemupukan, ketepatan dosis pemupukan, memastikan semua pokok terpupuk,
mengawasi jumlah karung pupuk yang sudah kosong untuk dikumpulkan dan
dihitung kembali. Selain itu, pendamping mandor juga bertugas mengawasi kerja
karyawan (KHL), apakah sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan atau tidak.
Pada saat bertugas menjadi pendamping mandor pupuk, penulis diberikan satu
blok atau beberapa petak untuk diawasi.
Setelah selesai kegiatan di lapangan, penulis membantu mandor membuat
laporan kegiatan. Laporan berisi jumlah pemakaian bahan, jumlah pemakaian
tenaga kerja, dan luas areal yang dipupuk. Setelah itu penulis juga membantu
mandor membuat bon pupuk untuk kegiatan pemupukan berikutnya.
Pendamping mandor semprot (herbicide). Tugas pendamping mandor
semprot adalah mendampingi mandor saat memberikan pengarahan kepada
karyawan (KHL), membantu mengawasi pekerjaan di lapangan, mengawasi
penggunaan herbisida, dan membantu membuat laporan hasil kerja. Saat menjadi
pendamping mandor semprot, penulis melakukan pengawasan pada kegiatan
semprot lain-lain. Semprot lain-lain adalah kegiatan penyemprotan lahan untuk
mengendalikan beberapa gulma saja, seperti Mikania micrantha, Asystasia
intrusa, Setaria plicata, Scleria sumatrensis, pakis kawat, dan alang-alang. Tidak
semua rumput disemprot, karena akan menjadikan lahan mudah erosi karena
gundul.
Pendamping mandor panen. Kegiatan penulis sebagai pendamping
mandor panen dilakukan selama 4 hari kerja. Pada hari pertama, penulis juga ikut
melakukan sensus buah di Blok 107 Petak B dan C. Selama menjadi pendamping
mandor panen, penulis mengawasi 5 – 8 orang pemanen. Adapun hal-hal yang
diawasi saat menjadi pendamping mandor panen adalah inspeksi terhadap buah
tinggal, panen buah mentah, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, buah gonjes
(tandan yang tidak utuh atau terbelah karena kesalahan sewaktu dipanen), susun
pelepah yang dipruning, serta pemotongan gagang panjang TBS sebelum disusun
di TPH. Setelah melakukan pengawasan di lapangan, penulis membantu mandor
membuat laporan panen harian untuk dilaporkan ke kantor kebun.
61
Kerani buah. Pekerjaan sebagai kerani buah merupakan pekerjaan yang
paling banyak penulis lakukan selama dua bulan terakhir kegiatan magang.
Selama menjadi kerani buah, penulis bertugas membantu bagian administrasi,
yaitu mencatat total TBS yang diperoleh pemanen, mencatat jumlah TBS per blok
sesuai dengan data muat buah menurut nomor pemanennya, serta menghitung
jumlah TBS dan karung berondolan yang diangkut oleh pemuat ke dalam dump
truck. Setelah dihitung jumlah TBSnya, selanjutnya kerani buah bagian
administrasi membuat surat pengantar buah (SPB). Surat Pengantar Buah tersebut
berisi perkiraan tonase TBS beserta berondolan yang diangkut oleh truk
pengangkut, yaitu dengan mengalikan jumlah TBS dan jumlah karung berondolan
dengan komidelnya yang sudah ditetapkan. Komidel adalah rata-rata bobot TBS
atau bobot per satu karung berondolan. Penulis bekerja hingga semua TBS yang
dipanen pada hari itu terangkut seluruhnya ke pabrik kelapa sawit (PKS). Sesekali
penulis ikut ke lapangan membantu kerani buah melakukan perhitungan TBS dan
karung berondolan yang telah disusun di TPH serta melakukan pengambilan
sampel serangan tikus pada TBS yang telah dipanen.
Mandor susun janjangan kosong (SJJK). Kegiatan penulis sebagai
mandor SJJK dilakuan selama 4 hari kerja. Selama menjadi mandor, penulis
mengawasi 4 hingga 24 orang pekerja. Sebagai mandor SJJK, penulis bertugas
mengawasi KHL bekerja, menentukan tempat peletakan janjangan, dan
melaporkan hasil kerja di lapangan ke kantor afdeling.
Mandor rawat jalan. Kegiatan ini penulis lakukan hanya satu kali. Sebagai
mandor rawat jalan penulis diberi tanggung jawab mengawasi 4 orang pekerja,
yaitu 2 orang pekerja prunning tanaman yang berada di pinggir jalan dan 2 orang
lagi pekerja penimbun jalan. Kegiatan rawat jalan tersebut dilakukan di dua blok
yang berbeda, yaitu di Blok 104 dan Blok 106. Setelah selesai pekerjaan di
lapangan, penulis melaporkan hasil kerja ke kantor afdeling.
Pendamping Asisten Afdeling
Asisten afdeling adalah pimpinan afdeling yang membawahi supervisor
afdeling, supervisor panen, supervisor perawatan, dan kerani afdeling. Asisten
62 afdeling memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengelola afdelingnya dalam
hal memberikan arahan dan perintah kepada supervisor afdeling, supervisor
panen, supervisor perawatan, dan kerani afdeling, membuat program kerja,
memiliki target realisasi per hari, melaporkan pemakaian tenaga kerja tingkat
afdeling ke kantor kebun pusat setiap hari, memberikan penilaian hasil kerja
bawahan, membimbing bawahan, membuat laporan keuangan dan laporan
kemajuan kerja, membuat program prioritas kerja memberikan solusi pemecahan
masalah, serta membina hubungan kerjasama dalam tim kerja dan lingkungan
tempat tinggal.
Kegiatan yang dilakukan asisten afdeling setiap hari adalah memimpin apel
pagi para personil pukul 05.30 – 06.00 WIB. Pada apel pagi tersebut dilakukan
evaluasi kerja hari sebelumnya lalu dilakukan pembahasan bagaimana solusinya.
Selain itu, asisten afdeling juga memberikan penugasan dan pengarahan kepada
para personil mengenai bagaimana merealisasikan program kerja pada hari
tersebut. Setelah memimpin apel pagi para personil, asisten afdeling bertugas
mengawasi seluruh kegiatan afdeling dalam satu hari, kemudian memeriksa serta
mengevaluasi laporan seluruh kegiatan afdeling.
Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten afdeling dilakukan pada bulan
keempat kegiatan magang. Pada saat itu penulis memiliki tugas sama dengan saat
menjadi pendamping mandor, tetapi penulis diberi tugas tambahan yaitu untuk
mencermati kendala-kendala yang terjadi di lapangan, kemudian melaporkannya
dan membantu mencarikan solusi supaya dapat diperbaiki pada keesokkan
harinya.
63
PEMBAHASAN
Kehilangan minyak dan penurunan mutu selain terjadi di lapangan saat
pemanenan TBS dan selama pengolahan di pabrik, dapat juga terjadi saat
pengangkutan. Pengangkutan hasil panen (TBS dan brondolan) yang lebih cepat
masuk ke pabrik dan tidak banyak menimbulkan kerusakan tandan akan
memberikan mutu minyak yang baik. Menurut Lubis (1992), dinding sel yang
rusak karena pelukaan akan segera menimbulkan proses enzimatik, autokatalisis
atau hidrolisa yang akan menyebabkan rusaknya zat anti oksidan alami yang
dimiliki yaitu tocopherol. Oksidasi tersebut akan menghasilkan peroksida yang
selanjutnya terurai menjadi aldehide/keton yang menimbulkan bau.
Pengelolaan transpor buah ditujukan agar tercapai peningkatan kualitas
TBS, meningkatkan produktivitas kendaraan, menjaga agar asam lemak bebas
(ALB) produksi harian < 3 %, kapasitas dan kelancaran pengolahan di PKS
berjalan baik, keamanan TBS di lapangan terjaga, serta biaya transpor TBS
efisien.
Fauzi et al. (2008) menyatakan bahwa curah hujan yang terlalu tinggi dapat
menjadi masalah, terutama terhadap jalan untuk transportasi. Seperti yang terjadi
pada tahun 2008 di Perkebunan PT Cipta Futura, curah hujan tahunan mencapai
3 027 mm (Lampiran 4), sehingga merusak fasilitas jalan dan menyulitkan
pengangkutan TBS ke pabrik.
Kualitas Buah
Tujuan pengangkutan buah yang baik adalah agar diperoleh tandan buah
segar yang layak olah dengan kandungan ALB serendah mungkin. Kandungan
ALB buah juga dipengaruhi oleh kualitas buah saat dipanen. Oleh karena itu
terdapat kriteria matang panen yang dibedakan menjadi beberapa fraksi. Pada
setiap tingkatan fraksi kematangan buah memiliki rendemen minyak dan
kandungan ALB yang berbeda, seperti yang disajikan pada Tabel 18.
64
Tabel 18. Rendemen Minyak dengan Kadar ALB Menurut Tingkatan Fraksi Tandan Buah Segar
Fraksi Buah Rendemen Minyak Kadar Asam Lemak Bebas …..…………………………..(%)…………….…………….
0 16.0 1.6 1 21.4 1.7 2 22.1 1.8 3 22.2 2.1 4 22.2 2.6 5 21.9 3.8
Sumber: Lubis (1992)
Dari Tabel 18, panen fraksi 0 akan merugikan karena rendemen minyaknya
masih rendah, sedangkan fraksi 4 dan 5 juga merugikan karena memiliki kadar
ALB yang tinggi. Dari hasil pengamatan kualitas potong buah di Afdeling 7
(Tabel 6), total buah mentah yang dipanen adalah 3.76 %, buah matang 94.01 %
dan busuk 2.22 %. Presentase pemanenan buah mentah cukup tinggi, hal ini
terjadi karena sebagian pemanen kurang memahami instruksi mandor mengenai
buah yang boleh dipanen. Oleh karena itu, perlu diberikan peraturan yang jelas
bagi pemanen supaya tidak terjadi pemanenan buah mentah yang merugikan
perusahaan.
Adanya buah busuk yang dipanen menunjukkan bahwa rotasi panen yang
dilakukan terlambat atau terlalu panjang. Keterlambatan rotasi panen bisa
disebabkan oleh banyaknya tenaga kerja pemanen yang tidak masuk kerja,
banyaknya hari libur, atau karena cuaca yang buruk. Pemanenan buah telalu
matang (buah busuk) akan merugikan perusahaan berdasarkan kandungan minyak
serta kandungan ALBnya.
Jika kualitas TBS yang dipanen baik, yaitu TBS pada fraksi 2 atau 3, maka
penanganan TBS pasca panen harus dilakukan dengan baik pula. Transportasi
buah harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah kenaikan kadar ALB.
TBS pada fraksi 2 dan 3 bisa dikatakan memiliki rendemen minyak tertinggi,
tetapi kandungan ALB juga sudah cukup tinggi. Oleh karena itu, TBS restan akan
65 sangat merugikan karena kadar ALB sudah tinggi sehingga akan mempengaruhi
kualitas minyak yang dihasilkan.
Pengangkutan Tandan Buah Segar di Dalam Hanca
Pengangkutan TBS dimulai dari setelah TBS dipotong dari pokok kelapa
sawit hingga sampai di stasiun loading ramp di PKS. Kegiatan pengangkutan
TBS dan berondolan terdiri atas dua tahap, yaitu pengangkutan dari hanca ke TPH
dan pengangkutan dari TPH ke PKS.
Pada pengangkutan dalam hanca, Afdeling 7 PT Cipta Futura memberikan
anjuran kepada pemanen untuk melakukan kegiatan pemanenan per pasar. Setelah
selesai memotong buah pada satu pasar, pemanen langsung mengeluarkan semua
TBS ke TPH sebelum melanjutkan pemanenan ke pasar berikutnya. Dengan
demikian, diharapkan tidak terdapat buah atau brondolan tertinggal di lapangan
karena lupa terangkut. Selain itu, pengangkutan TBS dan brondolan yang
dilakukan per pasar juga dapat memudahkan dalam pengangkutan TBS dan
brondolan ke PKS. Pada Tabel 10 dapat dilihat kualitas angkut TBS di dalam
hanca. Presentase total TBS tinggal di piringan sebesar 1.37 % dan di gawangan
mati sebesar 0.83 % (standar 0 %). TBS yang tertinggal di gawangan mati
disebabkan oleh TBS terjatuh di gawangan mati dan tertutup tumpukan pelepah,
sehingga kenek pemanen sebagai pelangsir buah tidak melihat TBS tersebut.
Kejadian ini banyak terjadi terutama pada areal dengan tumpukan pelepah yang
tidak rapi. Selain itu, kondisi areal juga mempengaruhi waktu dan mutu TBS yang
diangkut. Kebun Ujan Mas milik PT Cipta Futura ini sebagian besar arealnya
berbukit sehingga menjadi kedala pemanen saat mengeluarkan TBS dari dalam
hanca.
Tenaga kerja pemanen terdiri atas beragam jumlah orang per regu kerja,
sehingga terdapat perbedaan cara yang berdampak pada perbedaan waktu dan
mutu pengangkutan dari masing-masing regu kerja pemanen. Hasil pengamatan
kualitas kutip brondol yang dilakukan penulis dengan mengambil sampel pada 3
macam regu kerja, yaitu regu kerja yang terdiri atas 1, 2, dan 3 orang tenaga kerja
(Tabel 8) menunjukkan bahwa brondolan tinggal di gawangan mati rata-rata
sebesar 37.05 % dari keseluruhan brondolan tinggal. Brondolan tinggal di pokok
66 sebesar 36.43 %, brondolan tinggal di piringan dan tinggal di pasar 2:1 masing-
masing sebesar 13.96 dan 12.55 persen.
Dari data tersebut, brondolan tinggal di gawangan dan di pokok lebih
banyak daripada brondolan tinggal di piringan atau di pasar 2:1. Banyaknya
berondolan tinggal disebabkan oleh tidak diperhatikannya brondolan yang
terdapat pada gawangan mati dan pada pokok sawit oleh pengutip brondolan dan
tempatnya tidak terlalu terlihat. Pada gawangan mati brondolan tertutupi oleh
tumpukan pelepah, sedangkan pada pokok tanaman brondolan terselip di ketiak
pelepah.
Standar yang ditetapkan oleh perusahaan adalah maksimal 3 buah
berondolan tinggal per pokok. Dari hasil pengamatan penulis (Tabel 9),
berondolan yang tertinggal cukup banyak, yaitu 10.16 % per TBS dan 19.53 %
per pokok panen. Artinya terdapat berondolan tinggal sebanyak 11 buah per TBS
dan 20 buah brondolan tinggal per pokok panen. Oleh karena itu perlu dilakukan
peningkatan pengawasan panen untuk meminimalisir kehilangan panen.
Pengangkutan Tandan Buah Segar ke PKS
Pengangkutan hasil panen ke PKS membutuhkan pengelolaan yang baik
agar tercapai tujuan yang diinginkan. Di Afdeling 7 PT Cipta Futura memiliki 20
unit kendaraan angkut buah. Kendaraan angkut tersebut berupa dump truck
dengan kapasitas muatan maksimal 6 ton. Akan tetapi tidak semua unit
pengangkutan tersebut bekerja mengangkut buah, karena setiap hari terdapat 1
kendaraan yang dialokasikan khusus untuk menjemput dan mengantar karyawan
yang tinggal di luar areal kebun, yaitu di Kabupaten Muara Enim yang berjarak ±
35 km. Di PT Cipta Futura khususnya Afdeling 7, kegiatan transportasi meliputi
pengangkutan buah ke pabrik, antar jemput karyawan dari afdeling ke lapangan
atau sebaliknya, pengambilan material, dan lain-lain.
Kebun PT Cipta Futura memiliki traktor Jonder Fergusson untuk membantu
kelancaran pengangkutan hasil panen. Traktor tersebut merupakan kendaraan 4
WD yang biasanya digunakan untuk menarik dump truck bila terpuruk dan
disetiap afdeling disediakan satu unit. Jika digunakan dengan pengelolaan yang
67 baik, maka traktor tersebut akan sangat membantu kelancaran pengangkutan hasil
panen.
Perencanaan Kebutuhan Alat Angkut Buah
Pengelola kebun perlu merencanakan kebutuhan alat angkut buah sesuai
dengan produktivitas kebun. Secara umum, presentase ALB pada buah setelah
dipotong adalah 0.2 – 0.7 % dan setelah jatuh ke tanah dapat meningkat menjadi
0.9 – 1.0 % setiap 24 jam (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Oleh karena itu
dibutuhkan perkiraan dan pengelolaan unit angkutan yang baik. Di Afdeling 7
(Tabel 14) unit angkutan yang tersedia kurang dari kebutuhan yang telah dihitung,
sehingga terdapat buah restan sebanyak beberapa hari dalam satu bulan (Tabel
16). Hal tersebut juga disebabkan oleh belum maksimalnya operasional angkutan
yang tersedia, produktivitas supir dan pemuat yang rendah, serta kondisi cuaca
yang tidak mendukung. Penyebab lain adanya buah restan adalah karena kerani
buah yang bertugas mengarahkan pemuat, tidak mengetahui dengan pasti dimana
para pemanen meletakkan TBS. Hal tersebut disebabkan kurangnya koordinasi
antara kerani buah dengan mandor panen.
Pengontrolan Pengangkutan TBS
Pengontrolan pengangkutan TBS menjadi tanggung jawab kerani buah dan
kerani afdeling. Pengontrolan dilakukan terhadap kualitas kerja pemuat, waktu
muat, banyak muatan, dan produktivitas kendaraan pangangkutan buah.
Hasil pengamatan kualitas kerja pemuat oleh penulis menunjukka rata-rata
brondolan tinggal di TPH 2 sampai 3 butir brondolan (Tabel 13). Perusahaan
masih mentolelir brondolan tinggal maksimal 3 butir. Kualitas kerja pemuat
dalam hal kebersihan pengangkutan cukup baik sesuai dengan hasil pengamatan
penulis. Waktu kerja total pemuat rata-rata 150 menit atau 2 jam 30 menit dengan
waktu efektif 124 menit atau sekitar 2 jam. Waktu muat sangat penting dalam
kegiatan pengangkutan TBS. Semakin cepat waktu yang terpakai untuk memuat
buah, maka rit per truk akan meningkat. Jika rit per truk meningkat, maka
68 produktivitas pengangkutan juga akan meningkat, sehingga terjadinya buah restan
dapat dihindari.
Produktivitas kendaraan angkut adalah banyaknya muatan yang mampu
diangkut oleh kendaraan angkut dalam satu hari kerja. Oleh karena itu, untuk
mengawasi produktivitas dan efisiensi pengangkutan, setiap pagi, supir wajib
menyerahkan surat tugas hari kemarin kepada bagian administrasi kendaraan.
Surat tugas tersebut berisi apa saja kegiatan yang telah dilakukan pada hari
tersebut, termasuk berapa kali dan berapa banyak kendaraan tersebut mengangkut
buah ke PKS. Pegawai administrasi kendaraan tersebut kemudian mencatat
kilometer yang tertera pada odometer kendaraan dan menyonding bahan bakar.
Sonding merupakan kegiatan mengukur banyaknya minyak yang tersisa di tangki
bahan bakar kendaraan. Setelah dilakukan penyondingan, dibuatkan bon
pengisian bahan bakar agar supir dapat mengisi bahan bakar untuk menunjang
kegiatan pada hari itu dan mendapatkan surat tugas baru. Dari kegiatan tersebut di
atas, dapat diketahui penggunaan bahan bakar dan banyaknya muatan yang
mampu diangkut oleh setiap kendaraan angkut, sehingga dapat dihitung efisiensi
dan produktivitas setiap kendaraan angkut buah.
Sistem pengisian solar di afdeling mengikuti standar yang ditetapkan oleh
perusahaan, yaitu maksimal 60 liter untuk mobil yang beroperasi di dalam kebun,
dan 80 liter untuk mobil yang ditugaskan menjemput karyawan dari luar kebun
dengan pengisian 2 hari sekali. Banyak sedikitnya solar yang dibutuhkan oleh
masing-masing mobil tidak hanya dipengaruhi oleh jenis kegiatan yang
dikerjakan, tetapi faktor cuaca juga sangat menentukan. Biasanya, mobil akan
membutuhkan bahan bakar lebih banyak pada musim hujan sehubungan dengan
kondisi jalan yang buruk sehingga menyebabkan mobil sering terpuruk. Adapun
standar yang ditetapkan perusahaan untuk kegiatan transportasi adalah 4.5
km/liter, 0.6 ton/liter dan 0.13 ton/km. Pada Tabel 15 dapat dilihat produktivitas
kendaraan angkut di Afdeling 7. Rata-rata produktivitas untuk ton/liter 0.42.
Produktivitas alat angkut buah di Afdeling 7 tersebut masih di bawah standar
perusahaan karena kapasitas optimum pengangkutan belum mencapai standar.
69
Administrasi Pengangkutan
Administrasi pengangkutan dikerjakan oleh kerani buah bagian administrasi.
Administrasi pengangkutan adalah kegiatan pendataan TBS dan brondolan hasil
panen yang diangkut ke PKS. Afdeling 7 memiliki satu orang kerani buah bagian
administrasi yang bekerja menghitung TBS dan brondolan yang diangkut per truk.
Perhitungan dilakukan berdasarkan catatan (kopelan) supir. Pada lembar SPB
dituliskan jumlah TBS dan brondolan terangkut beserta bobot perkiraannya.
Bobot buah diperoleh dari hasil perkalian jumlah TBS dan komidelnya. Oleh
karena terdapat dua bobot komidel di Afdeling 7, maka perkiraan bobot muatan
truk sering tidak akurat, sehingga terjadi selisih bobot yang cukup besar antara
perkiraan bobot di SPB dan penimbangan aktual di PKS seperti yang tersaji pada
Tabel 17. Kesalahan perkiraan bobot tersebut perlu diperbaiki untuk menghindari
kerugian bagi perusahaan. Selisih bobot yang terlalu besar, jika dibiarkan akan
menimbulkan masalah, seperti adanya buah restan tetapi tidak diketahui dan baru
ditemukan setelah beberapa hari. Hal tersebut terjadi karena pengangkutan di
afdeling akan dihentikan jika perkiraan tonase pengangkutan sudah sesuai dengan
perkiraan tonase yang dibuat mandor panen. Dengan demikan dapat terjadi
kemungkinan terdapat dua atau tiga TPH yang tidak terangkut TBSnya atau yang
paling sering terjadi adalah terdapat dua sampai tiga karung brondolan tidak
terangkut karena perkiraan bobot yang jauh dari bobot aktualnya. Selain masalah
buah restan, selisih bobot yang besar akan mengkhawatirkan keamanan TBS di
lapangan. Bisa terjadi kemungkinan kehilangan TBS tanpa sepengetahuan
pengelola kebun, karena tidak terlalu memperhatikan selisih bobot tersebut.
Banyaknya masalah yang timbul pada kegiatan pengangkutan hasil panen
tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas buah yang akan merugikan
perusahaan. Pengangkutan di Afdeling 7 juga belum memenuhi standar
produktivitas dan efisiensi perusahaan. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian
khusus dari pihak kebun.
70
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan magang yang dilakukan di PT Cipta Futura Plantation, Sumatera
Selatan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam
melaksanakan pekerjaan di perkebunan kelapa sawit. Penulis memperoleh
pengalaman bekerja dan dapat membandingkan antara teori yang diperoleh di
kampus dengan praktik di lapangan, baik dari aspek teknis maupun manajemen di
perkebunan kelapa sawit.
Secara keseluruhan, kualitas kerja pemanen di Afdeling 7 masih kurang
baik, karena masih terdapat buah tinggal baik di piringan maupun di gawangan
mati, sedangkan standar buah tinggal perusahaan sebesar 0 %. Jumlah tenaga
kerja pemanenan dalam satu regu kerja mempengaruhi kualitas pengangkutan
hasil panen di dalam hanca. Regu kerja yang terdiri atas 3 orang tenaga kerja
memiliki kualitas kerja yang lebih baik dibandingkan dengan regu kerja yang
terdiri atas 1 atau 2 orang tenaga kerja. Panjang gagang TBS di Afdeling 7 sudah
baik, karena panjang gagang rata-rata kurang dari 3 cm.
Mutu buah panen di Afdeling 7 PT Cipta Futura masih kurang baik, karena
adanya buah mentah sebesar 3.76 % (standard 0 %) dan presentase buah matang
sebesar 94.01 persen. Kualitas pengutipan brondolan di Afdeling 7 juga masih
kurang baik. Brondolan tinggal di gawangan dan di pokok lebih banyak daripada
brondolan tinggal di piringan atau di pasar 2:1, karena tempatnya tidak terlalu
terlihat oleh pengutip.
Administrasi pengangkutan di Afdeling 7 PT Cipta Futura masih perlu
diperbaiki. Terdapat selisih yang cukup besar antara bobot hasil panen yang
diangkut dengan bobot aktualnya. Rata-rata produktivitas muatan per liter bahan
bakar adalah 0.42 ton/liter (standar 0.6 ton/liter). Produktivitas alat angkut buah di
Afdeling 7 masih di bawah standar. Pemakaian BBM masih terlalu banyak dan
tonase belum mencapai standar perusahaan. Alat angkut yang tersedia kurang dari
71 kebutuhan alat angkut yang diperlukan. PT Cipta Futura memiliki rata-rata
kandungan ALB di bawah 2 %, artinya sudah memenuhi SNI, tetapi manajemen
pengangkutan tetap harus diperbaiki karena masih terjadi buah restan sebanyak
beberapa hari pada tiap bulannya.
Saran
1. Mutu buah dan kebersihan hanca berkaitan dengan kualitas kerja pemanen
masih belum sesuai standar, sehingga diperlukan pengawasan panen yang
baik.
2. Pemberian informasi kepada tenaga kerja pemanenan dalam hal kriteria buah
layak panen perlu diperbaiki lagi, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan
tidak terdapat buah mentah yang dipanen.
3. Perawatan infrastruktur terutama jalan perlu diperhatikan, agar tidak
menghambat kelancaran transportasi buah ke pabrik.
4. Penggunaan buku kontrol TBS dalam pengangkutan hasil panen lebih
dimaksimalkan lagi agar tidak terjadi TBS restan.
5. Perlu dilakukan penambahan alat angkut panen atau mengoptimalkan alat
angkut yang tersedia di afdeling untuk menghindari terjadinya buah restan.
6. Dalam kegiatan pengangkutan hasil panen perlu adanya koordinasi antara
kerani buah dan mandor panen, agar pengangkutan lebih produktif dan efisien.
7. Administrasi pengangkutan di PT Cipta Futura perlu diperhatikan
ketepatannya, seperti melakukan pemeriksaan ulang terhadap komidel (BJR)
untuk memperkecil selisih bobot perkiraan dan bobot aktual.
72
DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia (SNI).
www.agribisnis.deptan.go.id. [07 Desember 2008].
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Pendataan Kelapa Sawit Tahun 2008 Secara Komprehensif dan Objektif. http://[email protected]. [20 Oktober 2008].
______. 2009. Statistik Perkebunan Indonesia 2007-2009. Direktorat Jenderal Perkebunan . Jakarta.
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Setyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal.
Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal.
Naibaho, P. M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 289 hal.
Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.
PT Perkebunan X. 1993. Vademecum Kelapa Sawit dan Karet Bidang Tanaman. PT. Perkebunan X (Persero). Bandar Lampung. 163 hal.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.
Tim Penulis Penebar Swadaya.1992. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 218 hal.
73
LAMPIRAN
73 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di
Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan
No Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja Standar Penulis
...…..(satuan/HK)…… 1 12-17 Februari 2009 Rawat Parit Blok 83p (x12) 20 m 20 m 2 18 Februari 2009 Rawat Parit Blok 93 C 20 m 20 m 3 19 Februari 2009 Pembuatan Parit Blok 70 p 10 m 5 m 4 20 Februari 2009 Susun Janjangan Kosong Blok 107 3 ton 1.5 ton 5 21 Februari 2009 Pembuatan Parit Blok 70 p 10 m 5 m 6 23 Februari 2009 Pembuatan Parit Blok 82 B 10 m 8 m 7 24 Februari 2009 Deteksi Hama (ulat) Blok 109 A, B, C,
D, Ap, Bp,Cp - 28.09 ha
8 25 Februari 2009 Tanam Bunga Pukul 8 Blok 81 160 tan 200 tan 9 26 Februari 2009 Tanam Bunga Pukul 8 Blok 81 100 tan 100 tan 10 27 Februari 2009 Susun Janjangan Kosong Blok 104 A,
107 D 3 ton 1.2 ton
11 28 Februari 2009 Pembuatan Tapak Timbun
Blik 95p 2 pokok 0.4 pokok
12 2 Maret 2009 Stek Bunga Pukul 8 Kantor Afdeling 7
200 tan 200 tan
13 3-4 Maret 2009 Pembuatan Bedengan Blok 69, 68A,D - 50 m 14 5 Maret 2009 Deteksi Hama (Ulat) Blok 68 A+p, D,
69 A, B, C, D - 34.64 ha
15 6 Maret 2009 Susun Janjangan Kosong Blok 106 A 3 ton 2 ton 16 7 Maret 2009 Bagi Upah 17 10 Maret 2009 Susun Janjangan Kosong Blok 106 A 3 ton 1 ton 18 11 Maret 2009 Deteksi Hama (Ulat) Blok 82
A,B,C,D - 20.73 ha
19 12 Maret 2009 Deteksi Hama (Ulat) Blok 83 A.B,C,D+p
- 45.94 ha
20 13 Maret 2009 Deteksi Hama (Ulat) Blok 93 A,B,C,D+p
- 25.09 ha
21 14 Maret 2009 Deteksi Hama (Ulat) Blok 94 A,B,C,D Blok 95 D
- 31.03 ha
22 16 Maret 2009 Tanam Bunga Pukul 8 Blok 68, 69 400 tan 340 tan 23 17 Maret 2009 Panen Blok 69 75 TBS 16 TBS 24 18 Maret 2009 Panen Blok 81 A 75 TBS 26 TBS 25 19 Maret 2009 Prunning Blok 81 A 2 ha 0.4 ha 26 20 Maret 2009 Panen Blok 93 75 TBS 20 TBS 27 21 Maret 2009 Panen Blok 93 75 TBS 29 TBS 28 Prunning 2 ha 0.58 ha 29 23 Maret 2009 Panen Blok 94 75 TBS 49 TBS 30 23 Maret 2009 Prunning Blok 94 2 ha 0.97 ha 31 24 Maret 2009 Panen Blok 94 75 TBS 17 TBS 32 Prunning 2 ha 0.37 ha 33 25 & 27 Maret 2009 Susun Janjangan
Kosong Blok 107 3 ton 1.2 ton
34 28 Maret 2009 Semprot Hama Blok 68 - 5 knapsack 35 30 Maret 2009 Tanam Bunga Pukul 8 Blok 69 250 tan 250 tan 36 31 Maret 2009 Kutip Kepompong Blok 94 B - 53 pokok 37 1-8 April 2009 Kutip Kepompong Blok 94 - - 38 11 April 2009 Pupuk MOP Blok 109 C - 5 sack 39 13 April 2009 Semprot Pasar 2:1 Blok 107 C - 5 knapsack 40 14 April 2009 Dongkel Anak Kayu Blok 70 p - 5 pokok
74 Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di
Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan
No Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Prestasi Kerja Jumlah KHL
Diawasi (orang)
Luas Areal (ha)
Lama Kegiatan
(jam)
1 15-18 April 2009 Mengawasi Pemanenan
Blok 107, 109, 66 4 -7 10.25 11
2 20-22 April 2009 Mengawasi Pemupukan CIRP
Blok 68, 69, 70 25 - 29 11
3 23 April – 1 Mei 2009
Kerani Buah Kantor Afdeling 7 13 - 13
4 2 Mei 2009 Mengawasi Pemupukan
Blok 70 p 7 - 13
5 4 Mei 2009 Kerani Buah Kantor Afdeling 7 13 - 12
6 5 Mei 2009 Kunjungan ke PKS
PKS 4 C - - -
7 6 Mei 2009 Mengawasi Semprot
Blok 70 AP1+AP2 23 58.38 11
8 7 Mei 2009 Mengawasi Semprot
Blok 70 ABCD 23 67.70 11
9 8 Mei 2009 Bagi Upah - - - - 10 11-16 Mei 2009 Kerani Buah Kantor
Afdeling 7 & Camp 53
13 - 13
75 Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten
Afdeling di Afdeling 7, PT Cipta Futura, Sumatera Selatan
No Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Prestasi Kerja Jumlah KHL
Diawasi (orang)
Luas Areal (ha)
Lama Kegiatan
(jam)
1 18-25 Mei 2009 Kerani Buah Kantor Afdeling 7 13 - 13
2 26-27 Mei 2009 Mengawasi Pemupukan ZA
Blok 70, 80,81,82 57 - 89 11
3 28 Mei 2009 Mengawasi Susun Janjangan Kosong
Blok 107 C 24 - 11
4 29 Mei 2009 Mengawasi Pemupukan ZA
Blok 93, 94 88 - 12
5 30 Mei 2009 Mengawasi Susun Janjangan Kosong
Blok 107 C 4 - 12
6 1-2 Juni 2009 Mengawasi Pemupukan ZA
Blok 95, 102, 103 60 - 89 - 12
7 3 Juni 2009 Kontrol TBS Blok 81, 82, 83p 10 - 11
8 4-5 Juni 2009 Mengawasi Susun Janjangan Kosong
Blok 107 C 10 - 12 - 12
9 6 Juni 2009 Bagi Upah - - - - 10 8 Juni 2009 Mengawasi
Semprot Blok 93 C
23 - 12
11 9 Juni 2009 Mengawasi Rawat Jalan
Blok 104, 106 4 185.03 12
12 10 Juni 2009 Mengawasi Pemupukan ZA
Blok 109 83 182.82 12
Lampiran 4. Curah Hujan di PT Cipta Futura Plantation, Muara Enim, Sumatera Selatan Tahun 1999-2008
Bulan 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Januari 396 14 311 16 221 14 362 17 362 18 733 23 507 21 251 20 277 17 444 20 386.4 18
Februari 189 15 188 6 262 14 333 17 397 21 640 25 238 20 324 22 321 19 161 13 305.3 17.2
Maret 306 14 400 10 157 14 522 22 331 17 246 16 511 20 251 17 218 15 434 15 337.6 16
April 3 1 275 6 219 15 255 16 312 20 582 22 215 13 169 11 473 21 348 15 285.1 14
Mei 183 10 99 6 242 11 171 9 139 10 260 12 195 10 185 8 171 10 229 8 187.4 9.4
Juni 228 4 102 6 214 10 118 9 13 14 140 5 43 7 89 9 117 8 155 7 121.9 7.9
Juli 53 2 162 6 27 4 162 12 152 7 207 11 96 7 119 7 77 7 19 5 107.4 6.8
Agustus 56 4 155 4 91 9 44 2 219 6 35 4 140 10 5 0.67 94 7 116 11 95.5 5.7
September 51 5 148 6 229 11 85 9 147 9 131 8 220 9 66 5 208 9 160 13 144.5 8.4
Oktober 472 18 128 10 244 16 87 8 522 17 166 14 169 12 139 4 161 12 273 16 236.1 12.7
November 260 12 287 12 496 22 346 22 422 14 282 12 429 19 247 16 250 16 284 18 330.3 16.3
Desember 448 17 104 8 525 13 382 18 635 19 397 24 43 8 327 18 448 17 406 20 371.5 16.2
Total 2645 116 2359 96 2928 153 2868 161 3651 172 3823 176 2805 157 2172 142 2813 158 3027 162 2909 148.6
BB 8 11 10 9 11 11 9 9 12 11 10.1
BK 4 1 2 3 1 1 3 3 0 1 1.9 Sumber : Kantor Kebun Oscar Keterangan : CH : Curah Hujan Q = Rataan BK (1.9)
x 100 % = 18.81 % HH : Hari Hujan Rataan BB (10.1) BB : Bulan Basah (> 60 mm) Berdasarkan klasifikasi Schdmidth-Ferguson BK : Bulan Kering (< 60 mm) Termasuk tipe iklim B (basah) Tipe iklim A : 0.5%-14.3% , B : 14.3%-33.3% 76
77 Lampiran 5. Peta Areal Kerja Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation
78 Lampiran 6. Luas Areal Tanaman di Afdeling 7 PT Cipta Futura Tahun 2008
Blok Petak
TM TBM Luas Tanam (Ha)
Luas Statement
(Ha) Jumlah pokok
Luas (Ha)
Luas ukur (Ha)
Jumlah pokok
Luas (Ha)
Luas ukur (Ha)
66 A 792 6.09 5.81 185 1.42 1.42 7.51 7.23 B 1 655 12.73 14.93 12.73 14.93 C 1 153 8.87 8.63 8.87 8.63
Sub Total 3 600 27.69 29.37 185 1.42 1.42 29.11 30.79 67 A 2 330 17.92 18.75 17.92 18.75
B 2 718 20.91 19.79 20.91 19.79
C 330 2.53 2.04 2.53 2.04
D 828 6.37 7.12 6.37 7.12
P 1 495 11.49 11.49 11.49 11.49 Sub Total 7 701 59.22 59.19 59.22 59.19
68 A 2 270 17.45 16.03 17.45 16.03
B 2 856 21.97 21.59 21.97 21.59
C 3 201 24.63 24.31 24.63 24.31
D 2 577 19.83 22.98 19.83 22.98
AP 445 3.42 6.04 3.42 6.04 Sub Total 11 349 87.30 90.95 87.30 90.95
69 A 2 514 19.34 21.18 19.34 21.18
B 4 032 31.02 32.74 31.02 32.74
C 2 668 20.52 23.84 20.52 23.84
D 3 875 29.81 30.04 29.81 30.04 Sub Total 13 089 100.69 107.80 100.69 107.80
70 A 1 408 10.83 8.47 10.83 8.47
B 2 647 20.36 23.00 20.36 23.00
C 2 643 20.33 22.50 20.33 22.50
D 2 104 16.18 13.00 16.18 13.00 P 7 589 58.38 57.49 1880 14.46 15.13 72.84 72.62
Sub Total 16 391 126.08 124.46 1880 14.46 15.13 140.54 139.59 80 A 3 401 26.17 27.27 26.17 27.27 AP 660 5.08 5.08 546 4.20 4.20 9.28 9.28
Sub Total 4 061 31.25 32.35 546 4.20 4.20 35.45 36.55 81 A 2 773 21.33 14.31 21.33 14.31
B 1 925 14.81 20.39 14.81 20.39
C 1 165 8.97 14.92 8.97 14.92
D 3 397 26.13 28.73 26.13 28.73
DP 80 0.62 0.62 0.52 0.62 Sub Total 9 340 71.86 78.97 71.86 78.97
82 A 2 847 21.90 21.46 21.90 21.46
B 4 234 32.57 29.99 32.57 29.99
C 2 076 15.97 18.98 15.97 18.98
D 1 622 12.48 17.07 12.48 17.07 Sub Total 10 779 82.92 87.50 82.92 87.50
83 A 3 720 28.62 19.75 28.62 19.75
B 2 307 17.75 20.28 17.75 20.28
C 3 019 23.22 21.85 23.22 21.85
D 3 228 24.83 24.82 24.83 24.82 AP 11 607 89.28 94.76 530 4.08 4.08 93.36 98.84
Sub Total 23 881 183.70 181.46 530 4.08 4.08 187.78 185.54
79 Lampiran 6. (Lanjutan)
Blok Petak
TM TBM Luas Tanam (Ha)
Luas Statement
(Ha) Jumlah pokok
Luas (Ha)
Luas ukur (Ha)
Jumlah pokok
Luas (Ha)
Luas ukur (Ha)
93 A 2 092 16.09 21.28 16.09 21.28 B 4 201 32.32 28.63 32.32 28.63 C 2 382 18.32 20.71 18.32 20.71 D 2 923 22.48 25.58 22.48 25.58 DP 1 451 11.16 11.16 11.16 11.16
Sub Total 13 049 100.37 107.36 100.37 107.36 94 A 3 401 26.16 28.54 26.16 28.54 B 3 028 23.29 25.80 23.29 25.80 C 3 377 25.98 25.74 25.98 25.74 D 2 893 22.25 23.79 22.25 23.79
Sub Total 12 699 97.68 103.87 97.68 103.87 95 A 3 473 26.72 29.74 26.72 29.74 B 3 191 24.55 25.93 24.55 25.93 C 3 211 24.70 24.96 24.70 24.96 D 3 437 26.44 26.26 26.44 26.26 AP 6 423 49.41 53.49 240 1.85 1.85 51.26 55.34
Sub Total 19 735 151.82 160.38 240 1.85 1.85 153.67 162.23 102 A 3 108 23.91 23.91 23.91 23.91
Sub Total 3 108 23.91 23.91 23.91 23.91 103 A 2 964 22.80 25.67 22.80 25.67
B 3 367 25.90 25.01 25.90 25.01 C 3 368 25.91 26.21 25.91 26.21 D 1 058 8.14 7.88 8.14 7.88
Sub Total 10 757 82.75 84.77 82.75 84.77 104 A 3 744 28.80 31.53 28.80 31.53
B 3 247 24.98 27.65 24.98 27.65 C 3 089 23.76 21.05 23.76 21.05 D 3 239 24.92 26.19 24.92 26.19 AP 870 6.69 6.69 160 1.23 1.23 7.92 7.92
Sub Total 14 189 109.15 113.11 160 1.23 1.23 110.38 114.34 105 A 400 3.08 3.08 3.08 3.08
Sub Total 400 3.08 3.08 3.08 3.08 106 A 3 099 23.84 22.32 23.84 22.32
B 2 913 22.41 23.66 22.41 23.66 C 2 451 18.85 19.67 18.85 19.67 D 1 402 10.78 13.01 10.78 13.01
Sub Total 9 865 75.88 78.66 75.88 78.66 107 A 5 795 44.58 38.60 44.58 38.60
B 3 025 23.27 20.19 23.27 20.19 C 3 063 23.56 23.24 23.56 23.24 D 3 072 23.63 24.00 23.63 24.00
Sub Total 14 955 115.04 106.03 115.04 106.03 108 A 4 195 32.27 26.61 32.27 26.61
B 5 177 39.82 33.32 39.82 33.32 C 3 368 25.91 22.75 25.91 22.75 D 4 165 32.03 31.86 32.03 31.86 P1 A 678 5.22 8.34 5.22 8.34 P1 C 237 1.82 1.82 1.82 1.82 P2 A 594 4.57 4.57 4.57 4.57 P2 B 320 2.46 2.46 2.46 2.46 P2 C 80 0.62 0.62 0.62 0.62
Sub Total 18 814 144.72 132.35 144.72 132.35
80 Lampiran 6. (Lanjutan)
Blok Petak
TM TBM Luas Tanam (Ha)
Luas Statement
(Ha) Jumlah pokok
Luas (Ha)
Luas ukur (Ha)
Jumlah pokok
Luas (Ha)
Luas ukur (Ha)
109 A 5 558 42.76 33.00 42.76 33.00 B 4 525 34.80 26.90 34.80 26.90 C 4 502 34.63 33.67 34.63 33.67 D 4 143 31.87 31.21 31.87 31.21 P2 A 2 424 18.64 21.60 18.64 21.60 P2 B 1 646 12.66 13.38 12.66 13.38 P2 C 226 1.74 1.74 1.74 1.74 P2 D 744 5.72 8.45 5.72 8.45
Sub Total 23 768 182.82 169.95 182.82 169.95 Grand Total 241 530 1 857.93 1 875.52 3 541 27.24 27.91 1 885.17 1 903.43
Sumber : Kantor Kebun Afdeling VII (2009) Luas Areal Pengukuran : 1 903.43 Pada bulan Sept s/d Nov ada penumbangan pokok
kelapa sawit untuk pelebaran jalan.
Luas Areal TM : 1 857.93 TM 438 pokok (3.37 ha) pada Blok 80, 81, 82, 83, 93, 94, 95, 103, 104, 106, 107, 108, dan 109.
Luas Areal TBM : 27.24 TBM II 18 pokok (0.14 ha) pada Blok 108 P1 A dan 109 P2 A.
Blok 66 C ditambah 0.73 ha Blok 103 B dilakukan penumbangan 93 pokok ntuk lapangan sekolah (0.72 ha).
Total Luas Areal Tanam : 1 885.17 ha
Lampiran 8. Struktur Organisasi Tingkat Afdeling 7 Kebun Ujan Mas PT Cipta Futura Plantation
Manager Kebun
Asst. Afdeling
Mdr. Dongkel
Supv. Perawatan
Mdr. Panen I
Supv. Panen
Mdr. Panen II
Mdr. Panen III
Mdr. Panen IV
Mdr. Panen V
Mdr. Infrastuktur Mdr. Hama dan Penyakit
Mdr. Pupuk Mdr. Herbicide
Krani Buah I
Krani Buah IV
Krani Buah II
Krani Buah III
Krani Afdeling
Krani Buah V
Supv. Afdeling 82
Lampiran 9. Denah Jalur Deteksi Hama
1 6 11 16
11 X x x x x X
X
x x x x x x x x X
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
6 X x x x x X
X
x x x x x x x x X
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x x x x
1 X x x x x X
X
x x x x x x x x X
I II III IV
Keterangan :
- X : tanaman sampel yang dideteksi - 1, 6, 11, …, 26
: nomor tanaman sampel yang dideteksi baik dalam kolom maupun dalam baris
- I - IV : detektor ke-
83
Triwulan I
Luas Areal (ha) %
Realisasi
Produksi (ton) %
Realisasi
Produksi (Rp/ha) %
Realisasi % Mutu Program Realisasi Program Realisasi Program Realisasi
Januari 3 715.86 3 857.78 103.81 3 777.41 2 371.495 62.78 50 000 31 645 63.29 97.46
Februari 3 715.86 3 709.62 99.83 2 930.06 2 125.392 72.53 50 000 29 984 59.96 97.66
Maret 3 715.86 3 715.86 100.00 3 402.79 2 724.673 80.00 50 000 38 393 76.78 96.20
Total 11 147.58 11 283.26 10 110.26 7 221.560 50 000 33 340
Rata-rata 101.21 71.78 66.67 91.11
81
Lampiran 7. Program dan Realisasi Panen Triwulan I Tahun 2009