39
RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA LETUSAN GUNUNG LOKON DI KOTA TOMOHON, SULAWESI UTARA Nama : Nadia Alwainy NIM : 030. 08.171 Dokter Pembimbing : dr. Gita Tarigan, M

PENANGGULANGAN BENCANA LETUSAN GUNUNG LOKON

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas ikm disaster plan

Citation preview

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA LETUSAN GUNUNG LOKON DI KOTA TOMOHON, SULAWESI UTARA

Nama: Nadia AlwainyNIM: 030. 08.171Dokter Pembimbing: dr. Gita Tarigan, M

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATPERIODE 05 MARET 2014 23 MEI 2014FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTII. PROFIL DAERAHa. GEOGRAFI KOTA TOMOHONSecara geografis Kota Tomohon berada pada 115' Lintang Utara dan 12450' Bujur Timur. Luas Kota Tomohon berdasarkan keputusan UU RI Nomor 10 Tahun 2003 sekitar 11.420 Ha dengan jumlah penduduk mencapai 91.553 jiwa dan kepadatan penduduk 801,69 jiwa/km2Wilayah Kota Tomohon memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Utara: Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa Selatan : Kecamatan Sonder, Kabupaten Minahasa Barat: Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa Timur: Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten MinahasaKota Tomohon adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Sebelum tahun 2003 merupakan salah satu kecamatan di KabupatenMinahasa. Di Kota Tomohon terdapat 5 kecamatan, yaitu ; Tomohon Utara, Tomohon Tengah, Tomohon Timur, Tomohon Barat, Tomohon Selatan.Kota Tomohon terletak di ketinggian kira-kira 700-800 meter dari permukaan laut (dpl), diapit oleh 2 gunung berapi aktif, yaituGunung Lokon(1.689 m) dan Gunung Mahawu(1.311 m). Suhu di Kota Tomohon pada waktu siang mampu mencapai 30 derajat Celsius dan 23-24 derajat Celsius pada malam hari.

PETA KOTA TOMOHON

b. GEOGRAFIS GUNUNG LOKONGunung Lokonadalah sebuahgunungdi dekatKota Tomohon, ProvinsiSulawesi Utara. Gunung ini memiliki ketinggian 1.580 m dari permukaan laut.Puncak gunung Lokon berjarak sekitar 5.300 meter di sebelah barat laut dariKota Tomohondan sekita 6.700 meter di sebelah barat daya dari kota kecamatanPineleng. Dari ibukota provinsiManadojaraknya hanya sekitar 20 kilometer di barat daya kota.Gunung Lokon di Kota Tomohon, Sulawesi Utara telah meletus tiga kali pada tahun 2014. Letusan disertai dengan material abu vulkanik dengan tinggi kolom 500m. Abu vulkanik menyebar ke utara dan barat sehingga beberapa wilayah terjadi hujan abu vulkanik seperti di Kota Tomohon, Malalayang, Mandolang Minahasa dan sekitarnya.Status Gunung Lokon tetap Siaga (level III). Sejak ditetapkan Siaga sejak 24 Juli 2011 hingga sekarang Gunung Lokon telah meletus hingga puluhan kali. PVMBG masih menetapkan radius 2,5 km bagi masyarakat tidak melakukan aktivitas di sekitar kawah Tompaluan. PETA GUNUNG LOKON KOTA TOMOHON

II. ANALISIS KOMPONEN BENCANA a. HAZARDPada letusan gunung api, bencana dapat ditimbulkan oleh jatuhan material letusan, awan panas, aliran lava, gas beracun, abu gunung api, dan bencana sekunder berupa aliran Iahar. Luas daerah rawan bencana gunung api di seluruh Indonesia sekitar 17.000 km2 dengan jumlah penduduk yang bermukim di kawasan rawan bencana gunung api sebanyak kurang lebih 5,5 juta jiwa. Berdasarkan data frekwensi letusan gunung api, diperkirakan tiap tahun terdapat sekitar 585.000 orang terancam bencana letusan gunung api.

b. VULNERABILITY1. Kerentanan EkonomiMasyarakat atau daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau mitigasi bencana.2. Kerentanan SosialKurangnya pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi bahaya.3. Kerentanan LingkunganPenduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana erupsi gunung merapi

A. SPECIAL INCIDENTIndonesia merupakan salah satu negara yang sangat rawan akan bencana alam. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana alam yang melanda berbagai wilayah Indonesia secara terus menerus, salah satunya adalah letusan gunung merapi. Bencana alam yang terjadi akan mengakibatkan berbagai penderitaan bagi masyarakat. Pada letusan gunung api, bencana dapat ditimbulkan oleh jatuhan material letusan, awan panas, aliran larva, gas beracun, abu gunung api dan bencana sekunder berupa aliran lahar.MEKANISME LETUSAN GUNUNG BERAPIProses terjadinya letusan gunung berapi berawal dari magma yang mengalami tekanan dan menjadi lebih renggang dibanding lapisan di bawah kerak sehingga secara bertahap magma bergerak naik, seringkali mencapai celah atau retakan yang terdapat pada kerak. Banyak gas dihasilkan dan pada akhirnya tekanan yang terbentuk sedemikan besar sehingga menyebabkan suatu letusan ke permukaan (gempa). Pada tahapan ini gunung berapi menyemburkan bermacam gas, debudan pecahan batuan. Lava yang mengalir dari suatu celah di daerah yang datar akan membentuk plateau. Lava yang menumpuk di sekitar mulut (lubang) membentuk gunung dengan bentuk kerucut seperti umumnya. Bahaya Letusan Gunung Api di bagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu :Bahaya Utama (Primer)1. Awan Panas,2. Lontaran Material (pijar)3. Hujan Abu lebat4. Lava5. Gas Racun6. Tsunami

Bahaya Ikutan (Sekunder)Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.

B. TRIAGE SYSTEM1. Kartu merah : korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang mengalami syok oleh berbagai kausa, gangguan pernapasan, trauma kepala dengan pupil anisokor, dan perdarahan eksternal yang masif. Perawatan lapangan intensif ditujukan pada korban yang mempunyai kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan di lapangan penderita lebih dapat mentoleransi transfer ke rumah sakit.2. Kartu kuning: korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara (korban dengan resiko syok dengan gangguan jantung / trauma abdomen, fraktur multiple, fraktur femur / pelvis, luka bakar luas, gangguan kesadaran / trauma kepala, dan korban dengan status yang tidak jelas). Korban dengan kartu kuning harus diberikan infus, pengawasan ketat, terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.3. Kartu hijau: korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda (fraktur minor, luka minor, luka bakar minor, korban setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai, dan korban dengan prognosis baik).4. Kartu hitam: korban yang telah meninggal dunia

C. INFORMATION CENTRE / PUBLIC INFODilakukan oleh media center penanggulangan bencana yang bertugas menyediakan informasi yang tepat waktu, akurat, dan jelas kepada siapapun yang membutuhkan.menyusun pengelolaan informasi yang efektif antara instansi/lembaga pemerintah, kelompok informasi masyarakat, media massa, dan warga masyarakat/publik Data harian hasil pemantauan dilaporkan ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB. Setiap ada informasi tentang peningkatan status gunungapi, akan disampaikan kepada Pemerintah Daerah setempat. Setelah menerima informasi siaga gunung api, Dinas Kesehatan segera menyiagakan sumber daya yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana dan menyebarluaskan informasi tersebut secara cepat kepada jajaran kesehatan setempat (Tim Penanggulangan Bencana) selanjutnya melaporkan informasi kesiap siagaan kepada Departemen Kesehatan Korban: Berapa banyak yang meninggal dan penjelasan penyebabnya, yang luka, seberapa parah, dan di mana dirawat. yang hilang, dalam keadaan apa. Identifikasi umum korban : umur dan jenis kelamin. Kerusakan Umum meliputi; Rumah penduduk, bangunan public, infrastruktur- jalan, jembatan, listrik, telekomunikasi, dan sebagainya. Status fasilitas public : telekomunikasi, listrik, air, penanganan sampah, bahan bakar, dll Evakuasi: wilayah dan fasilitas yang dievakuasi, perkiraan jumlah pengungsi, alasan evakuasi (misalnya banjir, awan gas). Daerah yang terkena dampak : nama daerah-daerah yang dianggap darurat. Peta kawasan rentan bencana susulan.

D. DATA & SURVEILLANCEDilakukan oleh : Petugas Administrasi bertanggung jawab mencatat informasi dari semua formulir penanggulangan bencana yang berhubungan dengan waktu, isi pesan, dan tindakan yang diambil. Data pengungsi bencana erupsi gunung sinabung :Terdapat 32 pos penampungan dengan total 15.764 jiwa yang terdiri dari 4985 kepala keluarga, 6032 laki laki, 6223 perempuan dan kelompok rentan yaitu lansia 1129 jiwa, ibu hamil 132 jiwa, bayi 540 jiwa.E. SOP / GUIDELINES / JAS1. Sebelum Bencana (pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan)PENCEGAHAN Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi. Membantu penataan kembali kawasan rawan bencana letusan gunungapi. Membuat jalur evakuasi untuk penyelamatan dari bahaya letusan gunungapi. Memasang rambu-rambu papan peringatan dan tanda bahaya letusan gunungapi di tempat-tempat rawan terkena bahaya langsung. Mengembangkan dan memelihara sistem peringatan dini berbasis masyarakat. Membentuk organisasi penanggulangan bencana di setiap kampung. Mengadakan pelatihan bagi regu siaga bencana di tingkat kampung. Mengembangkan pendidikan lingkungan dan kebencanaan di masyarakat. Membantu instansi yang berwenang dalam menyosialisasikan tingkat isyarat/status gunungapi (Aktif Normal, Waspada, Siaga, Awas). Melakukan latihan simulasi penanggulangan bencana letusan gunungapi di tingkat kampung dan kemukiman. Pejabat di tingkat kampung dan mukim membuat laporan situasi secara rutin. Membentuk dana keadaan darurat untuk mendukung kesiapsiagaan, respon, dan pemulihan di tingkat kampung. Berpartisipasi aktif dalam pemantauan dan evaluasi penanggulangan bencana.MITIGASI Membangun rumah bertiang penopang atap lebih rapat (dibantu dengan tiang diagonal), dianjurkan beratap seng agar tahan terhadap panas lontaran batu pijar, dan kemiringan atap 450. Menyebarluaskan peta kerawanan bencana letusan gunungapi dan informasi terkait kepada masyarakat umum dan komunitas yang menghadapi risiko dengan menggunakan format yang sesuai dan dilakukan secara periodik. Menyusun peta (sketsa) risiko bencana letusan gunungapi di tingkat kampung. Berpartisipasi aktif dalam merencanakan dan membangun prasarana dan sarana pengungsian dan shelter ternak. Melakukan penghutanan kembali untuk mengurangi risiko terjadinya banjir lahar, erosi, dan gerakan massa. Mengadakan pelatihan cara pembuatan pakan ternak awetan karena besar kemungkinan hijauan makanan ternak tertutupi abu vulkanik. Menguatkan kelembagaan di tingkat masyarakat sebagai bagian manajemen bencana berbasis masyarakat dengan dukungan pemerintah, dunia usaha, dan LSM. Membuat peraturan adat/desa tentang penanggulangan bencana. Menyusun petunjuk operasional penanggulangan bencana letusan gunungapi di tingkat kampung dan kemukiman. Memperbaharui rencana kegawatdaruratan dengan gladi (latihan penyelamatan dan tanggap darurat) yang melibatkan masyarakat. Melakukan koordinasi dengan semua pihak yang terkait secara rutin. Sosialisasi, petugas melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Daerah serta masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi. Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat.KESIAPSIAGAAN Membuat rencana penyelamatan di tingkat keluarga. Menentukan bagaimana caranya dan dimana anggota keluarga akan berkumpul kembali, bila terpisah setelah terjadi bencana letusan gunungapi. Menyiapkan prasarana dan sarana pengungsian dan shelter ternak. Ikut melakukan patroli di daerah yang rawan bahaya letusan gunungapi. Segera melapor kepada geuchik jika terjadi tanda-tanda adanya aktivitas gunungapi (munculnya mata air panas, perubahan suhu udara, hujan abu ringan, bau belerang, hewan di gunung mulai turun, dll). Mengajak masyarakat untuk waspada dan/atau segera mengungsi seuai petunjuk/perintah pejabat yang berwenang (bupati, kepala BPBD, camat, geuchik). Membawa perlengkapan yang wajib dibawa pada saat mengungsi. Menyiapkan pakan awetan untuk kebutuhan hewan ternak. Mengungsikan hewan ternak (sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain) dan menempatkannya pada shelter ternak.2. Pada Saat Bencana Mengurangi aktivitas di luar rumah dan/atau menggunakan penutup hidung (masker), topi, kaca mata, dan baju lengan panjang pada saat banyak abu vulkanik. Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan Jangan memakai lensa kontak. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar Jika sedang berada di lembah aliran sungai yang berhulu di puncak, segera mencari tempat yang lebih tinggi. Jika harus mengungsi, ikutilah petunjuk/perintah dari pejabat yang berwenang. Mendahulukan kelompok rentan (bayi, orangtua, ibu hamil, anak-anak, dan orang yang memiliki keterbatasan) . Membantu tim SAR, medis, dan kepolisian melakukan pencarian, penyelamatan, dan evakuasi korban cedera dan meninggal dunia. Membantu penyiapan kebutuhan dasar bagi korban berupa: air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, dan layanan kesehatan. Membantu penyiapan posko lapangan beserta kelengkapannya. Membantu perbaikan prasarana dan sarana umum yang terkena dampak bencana untuk mendukung kegiatan tanggap darurat. Bersikap tenang dan tidak mempercayai isu/kabar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Mengikuti petunjuk/perintah pejabat yang berwenang dan sering mendengarkan radio untuk memperoleh berita/informasi penting.

3. Setelah Bencana Jauhi wilayah yang terkena hujan abu Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin Kembali pulang ke rumah jika situasi dinyatakan aman oleh pejabat/instansi yang berwenang (gubernur, bupati, kepala BPBA/BPBD). Memberikan informasi yang benar dalam penilaian tingkat kerusakan dan tingkat kebutuhan akibat bencana, yang dilakukan oleh sebuah tim yang dikoordinasikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Besar. Mengadakan musyawarah di tingkat kampung dan mukim untuk menyusun rencana pemulihan akibat bencana letusan gunungapi. Membersihkan atap dari debu/abu vulkanik karena sifatnya yang sangat berat dapat meruntuhkan atap rumah. Membantu memperbaiki prasarana dan sarana umum yang terkena dampak bencana untuk mendukung kegiatan pemulihan pascabencana. Menjaga keutuhan dan persaudaraan (jika perlu lakukan rekonsiliasi dan resolusi konflik). Memperbaiki lingkungan yang terkena dampak bencana dengan tujuan untuk mengembalikan kondisi dan fungsi lingkungan sebagaimana keadaan sebelum terjadi bencana. Menjaga keamanan dan ketertiban sebagaimana keadaan sebelum terjadi bencana dengan memfungsikan kembali lembaga-lembaga keamanan dan ketertiban di tingkat kampung. Kembali melakukan aktivitas keseharian untuk memulihkan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya. Bergotong royong membantu perbaikan rumah yang mengalami kerusakan akibat bencana hingga layak huni. Jika harus pindah/direlokasi, musyawarahkan dengan anggota keluarga dan pejabat di tingkat kampung untuk mendapatkan solusi terbaik.

F. LOGISTIK DAN SUMBER DAYA MANUSIALOGISTIK Obat obatan, buffer stok obat dan bahan habis pakai, emergency KIT, alat dan bahan sanitasi / kesling MP-ASI Kebutuhan sarana lain : spanduk posko, baju rompi tas lapangan / KIT, kartu identitas, masker, air minum, bahan masakan, makanan, alat mandi, peralatan dan perlengkapan bayi, lampu, peralatan tulis, pakaian dalam, celana panjang, ember, peralatan bersih-bersih, selimut, alas tidur dan lain lain. Posko mobile keliling untuk merujuk pasien, memberikan stok obat obatan / sarana lain.SUMBER DAYA MANUSIA Pada saat terjadi bencana perlu diadakan mobilisasi SDM Kesehatan yangtergabung dalam suatu Tim Penanggulangan Krisis yang meliputi Tim GerakCepat, Tim Penilaian Cepat Kesehatan (Tim RHA) dan Tim Bantuan Kesehatan.Koordinator Tim dijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kasbupaten/Kota. Kebutuhan minimal tenaga untuk masing-masing tim tersebut, antara lain:a) Tim Gerak Cepat, yaitu tim yang diharapkan dapat segera bergerak dalamwaktu 0-24 jam setelah ada informasi kejadian bencana. Tim Gerak Cepat initerdiri atas:Pelayanan Medis Dokter umum/BSB : 1 org Dokter Spesialis Bedah : 1 org Dokter Spesialis Anestesi : 1 org Perawat mahir (perawat bedah, gawat darurat) : 2 org Tenaga DVI : 1 org Apoteker/Asisten Apoteker : 1 org Supir ambulans : 1 org Surveilans : 1 orgAhli epidemiologi/Sanitarian Petugas Komunikasi : 1 orgTenaga kesehatan lingkungan : 1 orgb) Tim RHA, yaitu tim yang bisa diberangkatkan bersamaan dengan Tim GerakCepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Tim ini minimal terdiriatas: Dokter umum : 1 org Ahli epidemiologi : 1 org Sanitarian : 1 orgc) Tim Bantuan Kesehatan, yaitu tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhansetelah Tim Gerak Cepat dan Tim RHA kembali dengan laporan dengan hasilkegiatan mereka di lapangan.d) Masyarakat : pelaku awal penanggulangan bencana sekaligus korban bencana harus mampu dalam batasan tertentu menangani bencana sehingga diharapkan bencana tidak berkembang ke skala yang lebih besar.e) Swasta : pemberian bantuan darurat.f) Lembaga Non-Pemerintah : kontribusi dalam upaya penanggulangan bencana mulai dari tahap sebelum, pada saat dan pasca bencana.g) Perguruan Tinggi / Lembaga Penelitian : penerapan ilmupengetahuan dan teknologi yangtepat. Diperlukan kontribusi pemikiran dari para ahli dari lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian.h) Media : membentuk opini public, membangun ketahanan masyarakat menghadapi bencana melalui kecepatan dan ketepatan dalam memberikan informasi kebencanaan berupa peringatan dini, kejadian bencana serta upaya penanggulangannya, serta pendidikan kebencanaan kepada masyarakat.i) Lembaga Internasional

G. COMMUNICATION SYSTEM Petugas Humas bertanggung jawab atas formulasi dan memberikan informasi kepada media melalui persetujuan Ka KPL Petugas Penghubung (Liaison) bertanggung jawab menjadi contact person bagi perwakilan instansi yang membantu; Kontak person : ketua posko, puskesmas kelurahan / lurah, puskesmas kecamatan / camat, suku dinas kesehatan, dinas kesehatan Pendaftaran Orang Hilangbuletin online mengenai orang hilang, orang yang ditemukan, hingga orang yang mencari seseorang Pemantauan, aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf). Menggunakan system tetra radio untuk semua departemen yang di atur oleh pelayanan elektronik dan menyediakan dukungan pengguna dan teknikal yang bersifat multicanel Kelompok jalin merapi CRI, Komunitas Balerante, CEVEDS Intrnational dan FOREKA Alat komunikasi lain : telepon, satelit, email dan handphone

H. SECURITYPetugas Pengamanan Keselamatan bertanggung jawab memonitor dan menilai situasi yang berbahaya dan tidak aman serta mengembangkan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk memastikan keamanan personil. Dilakukan oleh TNI/POLRI yang bertugas membantu dalam kegiatan SAR, dan pengamanan saat darurat termasuk mengamankan lokasi yang ditinggalkan karena penghuninya mengungsi.

I. MANAGEMENT OF THE PERSONELNoPEKERJAANPRABENCANATANGGAP DARURATPASCABENCANA

1. Pemerintah pusat: Presiden BNPB Mentri kesehatan Mentri social Perwakilan Keamanan Negara sebagai Panglima TNI dan KAPOLRI Pemerintah Daerah: Bupati BNPB Daerah aparat daerah Tim medis (dokter, dokter gigi, perawat, farmasi, kesehatan lingkungan, bidan) Melakukan pertemuan dengan tim ahli mengenai bencana : BNPB Menentukan dan mengumumkan status bencana : tugas presiden Membentuk tim tanggap bencana : mensos dan keamanan Melakukan rapat dengan seluruh pimpinan tim yang tergabung : semua Mendata masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana (nama KK, usia setiap anggota keluarga, jenis kelamin) : Pemda\ Menggalang bantuan : pemda Membentuk warning system : pemda Melakukan sosialisasi terhadap warga mengenai status bencana dan memberi edukasi mengenai tindakan yang harus dilakukan saat terjadi bencana : pemda Mengkoordinasi setiap tim pengelolaan bencana Memastikan semua tim berjalan sesuai tugasnya Memberi konferensi pers mengenai status bencana : presiden Bantuanbencana datang dari berbagai lembaga Melakukan rehabilitasi area bencana : pemda Membangun kembali tempat tinggal warga yang terkena tempat bencana : BNPB dan keamanan Memberi keterangan kepada pers mengenai perkembangan kejadian gunung meletus

2. Tim tanggap bencana dan Ilmuwan Anggota dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Menganalisis masalah bencana dari segi lokasi, kerusakan, dan sumber daya Merekomendasikan status bencana terhadap pemerintah Merekomendasikan langkah penanganan bencana Memastikan seluruh tim bekerja sesuai tugasnya Membangun rumah sakit darurat & tempat pengungsian yang memadai Rehabilitasi dan merencanakan rekonstruksi bersama pemerintah guna mengurangi dampak bencana yang akan terjadi kemudian hari

3.Tim Dokter (system ) triase : Hitam Merah Kuning Hijau Bersama tim dokter gigi dan perawat menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim ambulans Bersama dengan Tim Perawat dan Tim Kesehatan Masyarakat, mengidentifikasi substansi edukasi untuk masyarakat, serta melakukan edukasi pencegahan penyakit akibat bencana tersebut Melakukan pertolongan pertama Menentukan status korban berdasarkan triase Mengidentifikasi mayat Menangani seluruh pasien Melakukan edukasi Merencanakan rehabilitasi pada korban hidup Menentukan status korban berdasarkan triase Memberikan edukasi & memastikan kebersihan para pengungsi guna mencegah timbulnya penyakit

4.Tim Dokter Gigi : Hitam Edukasi Mempersiapkan peralatan untuk identifikasi mayat Bersama dengan Tim Perawat dan Tim Kesehatan Masyarakat, mengidentifikasi substansi edukasi untuk masyarakat, serta melakukan edukasi pencegahan penyakit gigi akibat bencana tersebut Melakukan pertolongan pertama pada korban bencana Menangani trauma gigi dan mulut Melakukan identifikasi mayat Melakukan edukasi kesehatan dan kebersihan Mengidentifikasi mayat

5.Tim Farmasi Berdiskusi bersama tim dokter, dokter gigi dan perawat akan penyakit yang timbul akibat bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan yang sesuai Memberi obat-obatan yang tepat sesuai kebutuhan korban berdasarkan permintaan dokter Menjaga tempat penyimpanan obat Memberi obat-obatan yang tepat, cepat, sesuai kebutuhan korban berdasarkan permintaan dokter

6.Tim Perawat : Hitam Merah Kuning Hijau Membantu Tim dokter dan dokter gigi untuk menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim ambulans Bersama dengan Tim Dokter, dokter gigi dan Tim Kesehatan Masyarakat, mengidentifikasi substansi edukasi untuk masyarakat, serta melakukan edukasi pencegahan penyakit dan penyakit gigi akibat bencana tersebut

7.Tim kesehatan masyarakat Bersama dengan Tim Dokter, dokter gigi dan Tim Perawat, mengidentifikasi substansi edukasi untuk masyarakat, serta melakukan edukasi pencegahan penyakit dan penyakit gigi akibat bencana tersebut

8.Tim SAR Mempersiapkan kebutuhan sebagai bagi Tim Triase (mempersiapkan gelang identifikasi korban sesuai triase), dan sebagai Tim Transportasi dari daerah bencana ke RS lapangan( menyiapkan tandu) Menyisir area bencana guna mengevakuasi korban yang terjebak gunung merapi

9.Tim Ambulan Mempersiapkan diri menghadapi bencana Mengatur alur transpor pasien ke RS Daerah atau RS Rujukan Melakukan transportasi dari RS Lapangan ke RS Daerah atau RS Rujukan

10.Wartawan Memberi pertanyaan kepada pemerintah, tim Ilmuwan, tim Dokter, dan tim SAR: seputar bencana, status bencana dari pemerintah, cara evakuasi, edukasi kesehatan, skema pertolongan korban sakit, meninggal, dan pengungsi, serta mempubikasikannya dengan media tulis Meliput daerah bencana Mewawancarai tenaga kesehatan dan warga selamat Membuat surat kabar (hanya berupa headline yang ditulis di karton) headline dapat berupa pujian ataupun hujatan untuk pemerintah Memberi pertanyaan kepada pemerintah

11.tim Pengungsian : Tim Tenda Tim dapur umum Tim sanitasi Tim penyalur bantuan Menyiapkan sistem pengungsian yang memadai Membagi tugas sesuai dengan tim masing-masing Menyiapkan tempat pembuangan dan pengolahan sampah yang baik dan tepat Menjaga tenda pengungsian Menyiapkan makanan sehat , bersih dan air minum yang bersih untuk semua orang di tempat pengungsian Memastikan sumber air untuk minum dan mandi yang bersih untuk seluruh pihak di tempat pengungsian Merapihkan area pengungsian

12.Tim evakuasi Menentukan beberapa jalur evakuasi Memberikan penanda jalur evakuasi ke pengungsian Membantu tim SAR menyelamatkan seluruh warga yang terjebak Membantu tim SAR mencari korban hilang dan membawanya ke tempat pengungsian

13.Tim Komunikasi Memiliki seluruh contact person dari semua tim yang ada Menjadi media komunikasi antar tim yang tergabung (yaitu berasal dari masing-masing perwakilan tim sebanyak 1 orang per tim dan 1 orang per tempat) Menentukan tim yang perlu menggunakan alat komunikasi Memastikan komunikasi antar tim berjalan baik

14.kelompok Pemberi Bantuan : LSM Partai Perusahaan Obat dan Makanan (Buat nama untuk masing-masing kelompok) Bekerjasama dengan kementrian sosial untuk membantu korban bencana Saling berkomunikasi antar kelompok dalam pembagian bantuan Mengirim sukarelawan dan bantuan logistik kepada korban bencana Membantu membagi bantuan pakaian, obat dan makanan secara tertib

15.Aparat TNI dan POLRI Membantu pemerintah daerah mendata para warga Membantu mendirikan dan mengamankan system pengungsian Mengawal logistik bantuan Mengamankan daerah pengungsian Mengawal angkutan logistik untuk pengungsi Menjaga barang bantuan untuk korban agar tidak digunakan oleh pihak yang merugikan Menjaga pembagian bantuan agar tetap tertib Membantu rehabilitasi dan pemulihan pascabencana Mengawal pengungsi untuk kembali ke tempat tinggalnya

16.Korban Setiap korban menyebutkan data pribadi sebagai penduduk Desa Maju Mundur dan dipersilahkan untuk merancang masing-masing identitas (nama, usia, jenis kelamin, penyakit penyerta) dari masing2 keluarga dengan anggota keluarga minimal 2 org (suami dengan istri yg hamil) dan maksimal beranggotakan 6 orang (terdapat 1 lansia)Korban terdiri dari: Pria dewasa ( sebagai KK) Wanita dewasa (. orang diantaranya Ibu hamil) . orang anak ( laki-laki perempuan) orang bayi ( perempuan laki-laki) orang manula ( laki-laki . perempuan) Korban . korban hilang Kembali ke rumah masing-masing sambil membantu pemerintah memperbaiki kerusakan bangunan

17.Pihak merugikanMembajak daerah pengungsianMengambil bantuan logistik untuk para korban bencana