Upload
desy-permatasari
View
364
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
terapi cedera kepala ringan dan berat
Citation preview
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN (GCS = 14-15)
Kira-kira 80% penderita yang dibawa ke UGD dengan otak dikategorikan sebagai cedera otak
ringan. Penderita-penderita tersebut sadar namun dapat mengalami amnesia berkaitan
dengan cedera yang dialaminya. Dapat disertai riwayat hilangnya kesadaran yang singkat
namun sulit untuk dibuktikan terutama bila di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan.
Sebagian besar penderita cedera otak ringan pulih sempurna, walaupun mungkin ada gejala
sisa yang sangat ringan. Bagaimanapun, lebih kurang 3% mengalami perburukan yang tidak
erduga, mengakibatkan disfungsi neurologis yang berat kecuali bila perubahan kesadaran
dapat dideteksi lebih awal.
Pemeriksaan CT scan idealnva harus dilakukan pads semua cedera otak disertai kehilangan
kesadaran lebih dari 5 menit, amnesia, sakiit kepala hebat, GCS<15, atau adanya deficit
neurologis fokal. Foto servikal dilakukan bila terdapat nyeri pada palpasi leher. CT scan
merupakan pilihan utama pemeriksaan penunjang. Bila tidak memungkinkan, pemeriksaan foto
polos/rontgen kepala dapat digunakan untuk membedakan trauma tumpul ataupun tembus.
Pada foto polos kepala hares dicari: (1) fraktur linear atau depresi, (2) posisi glandula pineal di
garis tengah (bila ada kalsifikasi), (3) batas airudara pads daerah sinus, (4) pneumosefal, (5) fraktur
tulang wajah, (6) bends acing. Harus diingat, pemeriksaan foto -polos -tidak - boleh sampai
menunda transfer penderita.
Bila terdapat abnormalitas pada gambaran CT scan, atau terdapat gejala neurologis yang abnormal,
penderita harus dibawa ke rumah sakit dan dikonsulkan ke ahli Bedah Saraf. Bila penderitanya
asimtomatis, sadar, neurologic normal, observasi diteruskan selama beberapa jam dan diperiksa ulang.
Bila kondisi tetap normal, dikatakan penderita aman- IdeaInya, keluarga diberi lembar observasi
penderita didampingi dan diobservasi selama 24 jam berikutnya. Bila dalam perjalanannya dijumpai
nyeri kepala, penurunan kesadaran, atau terdapat defisit neurologis fokal, makes penderita
dikembalikan ke unit gawat darurat Pada semua kasus yang dirawat di luar rumah sakit, instruksi
harus jelas dan dilakukan berulang oleh pendamping penderita. Bila penderita tidak sadar penuh
atau berorientasi kurang terhadap rangsang verbal maupun t u l i s an , kepu tusan un tuk
memulangkan penderita harus ditinjau ulang.
Algoritma Penatalaksanaan Cedera Kepala Ringan
Definisi : Penderita sadar dan berorientasi (GCS 14-15)
· Riwayat :
· Nama, umur, jenis kelamin, ras, peker aan •Tingkat kewaspadaan
· Mekanisme cedera •Amnesia: Retrograde, Antegrade
· Waktu cedera •Sakit kepala: ringan, sedang, berat
· Tidak sadar segera setelah cedera
Pemeriksaan umum untuk menyingkirkan cedera sistemik.
Pemeriksaan neurologic terbatas.
Pemeriksaan rontgen vertebra servikal dan lainnya sesuai indikasi.
Pemeriksaan kadar alkohol darah dan zat toksik dalam urine
Pemeriksaan CT scan kepala sangat ideal pads setiap penderita,
Kecuali bila memang sama sekali asimtomatik dan pemeriksaan neurologis normal
Observasi atau dirawat di RS
· CT scan tidak ada
· CT scan abnormal
· Semua. cedera tembus
· Riwayat hilang kesadaran
· Kesadaran menurun.
· Sakit kepala sedang-berat
· Intoksikasi alkohol/obat-obatan
· Kebocoran likuor = Rhinorea-otorea
· Ceders penyerta yang bermakna
· Tak ada keluarga di rumah
· GCS < 15
· Defisit neurologis fokal
Dipulangkan dari RS
· Tidak memenuhi kriteria rawat.
· Diskusikan kemungkinan kembali Ke rumah sakit bila memburuk dan
berikan lembar observasi
· Jadwalkan untuk kontrol ulang
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA SEDANG (GCS 9.13)
Sepuluh persen dari penderita cedera kepala di UGD menderita cedera otak sedang. Mereka
umumnya masih mampu menuruti perintah sederhana, namun biasanya tampak bingung atau
mengantuk dan dapat disertai defisit neurologis fokal seperti hemiparesis. Sebanyak 10-20% dari
penderita cedera otak sedang mengalami perburukan dan jatuh dalam koma.
Saat diberima di UGD, dilakukan anamnesis singkat dan segera dilakukan stabilisasi
kardiopulmoner sebelum pemeriksaan neurologis dilaksanakan. CT scan kepala harus selalu
dilakukan dan segera menghubungai ahli Bedah Saraf. Penderita harus dirawat di ruang ,perawatan
intensif atau yang setara, dimana observasi ketatdan pemeriksaan neurologis serial dilakukan selama
12 - 24 jam pertama. Pemeriksaan CT scan lanjutan dalam 12-24 jam direkomendasikan bila
hasilnya abnormal atau terdapat penurunan status neurologis penderita.
Instruksi Bagi Penderita Cedera Kepala Di Luar RS
Kami telah memeriksa dan temyata tidak ditemukan indikasi bahwa cedera kepala anda serius.
Namun gejala-gejala baru dan komplikasi yang tidak berduga dapat muncul dalam beberapa jam
atau beberapa hari setelah cedera. 24 jam pertama adalah waktu yang kritis dan anda harus
tinggal bersama keluarga atau kerabat dekat anda sedikitnya dalam waktu itu. Bila kelak
timbul gejala-gejala berikut lseperti tertera di bawah Ini maka anda harus segera
menghubungi dokter anda atau kembali ke RS.
1. Mengantuk berat atau sulit dibangunkan (penderita harus dibangunkan setup 2 jam selama
periode tidur).
2. Mual dan muntah.
1. Kejang.
2. Perdarahan atau keluar cairan dari hidung atau telinga.
3. Sakit kepala hebat
4. Kelemahan atau rasa baal pada lengan atau tungkai.
5. Bingung atau perubahan tingkah laku.
6. Salah satu pupil mata (bagian mata yang gelap) Iebih besar dari yang lain, gerakangerakan
aneh bola mata, melihat dobel atau gangguan penglihatan lain
7. Denyut nadi yang sangat lambat atau sangat cepat, atau pola nafas yang tidak teratur.
Bila timbul pembengkakan pada tempat cedera, letakkan kantung es di atas selembar
kain/handuk pada kulit tempat cedera. Bila pembengkakan semakin hebat walau telah dibantu
dengan kantong es, segera hubungi RS.
Anda boleh makan dan minum seperti biasa namun tidak diperbolehkan minum
minuman yang mengandung alkohol sedikitnya 3 han setelah cedera.
Jangan minum obat tidur atau obat penghilang nyeri yang lebih kuat dari Acetaminophen
sedikitnya 24jam setelah cedera. Jangan minum obat mengandung aspirin
Bila ada hal yang ingin anda tanyakan, atau dalam keadaan gawat darurat, kami
dapat dihubungi di nomor telepon:…………..
Algoritma Penatalaksanaan Cedera Kepala Sedang
Definisi : Pendenta biasanya tampak kebingungan atau mengantuk namun masih mampu menuruti
perintah
> (GCS : 9-13).
Pemeriksaan awal :
· Sama dengan untuk cedera kepala ringan ditambah pemeriksaan darah sederhana
· Pemeriksaan CT scan kepala pada semua kasus
· Dirawat untuk observasi
> Setelah dirawat :
· Pemeriksaan neurologic periodik
· Pemeriksaan CT scan ulang bila kondisi penderita memburuk atau bila penderita akan
dipulangkan.
Bila kondisi membaik (90%) = Pulang bila memungkinkan dan kontrol di poliklinik
Bila kondisi memburuk (10%) = Bila penderita tidak mampu melakukan penntah lagi, segera lakukan
pemenksaan CT scan ulang dan penatalaksanaan sesuai protokol cedera kepala berat.
T E R A P I M E D I K A M E N T O S A UNTUK CEDERA OTAK
Tujuan utama protokol perawatan intensif ini adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan sekunder
terhadap otak yang telah mengalami cedera. Prinsip dasarnya adalah bila sel saraf dibenkan suasana
yang optimal untuk pemulihan, maka diharapkan dapat berfungsi normal kembali. Namun bila sel saraf
dibiarkan dalam keadaan tidak optimal maka sel dapat mengalami kematian.
A. Cairan intravena
Cairan intravena diberikan secukupnya untuk resusitasi agar penderita tetap dalam keadaan
normovolemia. Keadaan hipovolemia pada pasien sangatlah berbahaya. Namun, perlu
diperhatikan untuk tidak memberikan cairan berlebih. Jangan berikan cairan hipotonik. Penggunaan
cairan yang mengandung glukosadapat menyebabkan hiperglikemia yang berakibat buruk pada otak
yang cedera karena itu cairan yang dianjurkan untuk resusitasi adalah larutan garam fisiologis atau
Ringer Lactate. Kadar natrium serum perlu diperhatikan pada pasien dengan cedera kepala. Keadaan
hiponatremia sangat berkaitan dengan timbulnya edema otak yang harus dicegah.
B. Hiperventilasi
Pada kebanyakan pasien, keadaan normokarbia lebih disukai. Hiperventilasi dilakukan dengan
menurunkan PCO2 dan akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak. Hiperventilasi
yang berlangsung terlalu lama dan agresif dapat menyebabkan iskemia otak akibat terjadinya
vasokonstriksi serebri berat sehingga menimbulkan gangguan perfusi otak. Hal ini terjadi
terutama bila PCO2 dibiarkan turun sampai di bawah 30 mm Hg (4,0 kPa).
Hiperventilasi sebaiknya dilakukan secara seleksif dan hanya dalam waktu tertentu.
Umumnya, PCO2 dipertahankan pada 35 mmHg atau lebih. Hiperventilasi dalam waktu singkat
(PCO2 antara 25-30 mm Hg) dapat diterima jika diperlukan pada keadaan deteriorasi neurologic
akut
C Manitol
Manitol digunakan untuk menurunkan yang meningkat. Sediaan yang tersedia. biasanya cairan
dengan konsentrasi 20%. Dosis yang biasa dipakai adalah 1g/kgBB diberikan secara bolus
intravena. Dosis tinggi manitol jangan diberikan pada pasien yang hipotensi karena manitol adalah
diuretik osmotik yang poten. Indikasi penggunaan manitol adalah deteriorasi neurologis yang
akut seperti terjadinya dilatasi pupil hemiparesis atau kehilangan kesadaran saat pasien dalam
observasi. Pada keadaan ini pemberian bolus manitol (1 g/kg) harus diberikan secara cepat
(dalam. waktu. 5 menit) dan penderita segera dibawa ke CT scan atau l a n g s u n g k e k a m a r
o p e r a s i b i l a l e s i penyebabnya sudah diketahui dengan CT scan.
D. Furosemid (Lasix)
Obat ini diberikan bersama manitol untuk menurunkan TIK Dosis yang biasa diberikan adalah
secara intravena. Seperti pada penggunaan manitol, furosemid sebaiknya jangan diberikan
kepada pasien hipovolemik.
E Steroid
Berbagai penelitian tidak menunjukkan manfaat steroid untuk mengendalikan kenaikan TIK
maupun memperbaiki hasil berapi penderita dengan cedera otak bera t Karenanya
penggunaan steroid pada penderita cedera otak tidak dianjurkan.
F.Barbiturat
Barbiturat bermanfaat untuk menurunkan TIK yang refrakter terhadap obat-obatan lain. Namun
obat ini jangan diberikan dalam keadaan hipotensi atau hipovolemi. Nantinya hipotensi sering
terjadi pada penggunaan barbiturat Karena itu barbiturat tidak diindikasikan pada fase akut
resusitasi.
G.Antikonvulsan
Epilepsi pascatrauma terjadi pada 5% penderita yang dirawat di RS dengan cedera kepala tertutup
dan 15% pada cedera kepala berat Terdapat 3 faktor yang berkaitan dengan insidensi epilepsi (1)
kejang awal yang terjadi dalam minggu pertama, (2) pendarahan intrakranial atau (3) fraktur depresi.
Penelitian tersamar ganda menunjukkan bahwa fenitoin bermanfaat dalam mengurarangi terjadinya
kejang dalam minggu pertama cedera namun tidak setelah itu fenitoin atau fosfenitoin adalah obat
yang biasa diberikan dalam fase akut. Untuk dewasa dosis awalnya adalah 1g yang diberikan secara
intravena dengan kecepatan pemberian tidak lebih cepat dari 50 mg/menit Dosis pemeliharaan
biasanya 100 mg/8 jam, dengan titrasi untuk mencapai kadar terapetik serum. Pada pasien dengan
kejang lama diazepam atau lorazepam digunakan sebagai tambahan fenitoin sampai kejang berhenti.
Untuk mengatasi kejang yang terus menerus mungkin memerlukan anestesi umum. Sangat jelas
bahwa kejang harus dihentikan dengan segera karena kejang yang berlangsung lama (30 sampai 60
menit) dapat meyebabkan cedera otak sekunder.
TATALAKSANA PEMBEDAHAN
A. Luka Kulit Kepala
Hal yang penting adalah membersihkan luka sebelum melakukan penjahitan. Penyebab
t e r s e r i n g i n f e k s i l u k a k e p a l a a d a l a h pembersihan dan debridement yang tidak
adekuat. Kehilangan darah dari luka kulit kepala cukup ekstensif terutama pada
anak-anak. Pads pasien dewasar perdarahan akibat luka di kulit kepala bukan penyebab syok
hemoragik. Perdarahan dari luka kulit kepala dapat diatasi dengan penekanan, kauterisasi,
atau ligasi pembuluh besar. Penjahitan, pemasangan klips atau staples kemudian dapat
dilakukan. inspeksi secara cermat dilakukan untuk menemukan adanya fraktur tengkorak
atau bends asing. Adanya LCS pada luka menunjukkan adanya robekan dura. Ahli bedah saraf
harus dikonsulkan pada semua kasus dengan fraktur tengkorak terbuka atau depresi. Tidak
jarang, perdarahan subgaleal teraba seperti fraktur depresi. Dalam keadaan ini diperlukan
pemeriksaan foto polos tengkorak atau CT scam
A. Fraktur Depresi Tengkorak
Umumnya fraktur depresi yang memerlukan koreksi secara operatif adalah bila tebal depresi lebih
dari ketebalan tulang didekataya. Fraktur depresi yang tidak signifikan dapat ditolong dengan
menutup kulit kepala yang laserasi. CT scan berguna untuk menentukan dalamnya depresi tulang,
tetapi yang lebih penting adalah untuk menentukan ada tidaknya perdarahan intrakranial atau
kontusio.
C Lesi Masa Intrakranial
Lesi ini harus dikeluarkan atau dirawat oleh seorang ahli bedah saraf. Bila tidak terdapat ahli bedah
saraf di fasilitas yang menerima pasien dengan lesi massa intrakranial, maka penderita harus segera
dirujuk ke RS yang mempunyai ahli bedah saraf. Terdapat perkecualian pads keadaan di mana
perdarahan intrakranial membesar dengan cepat sehingga mengancam jiwa dan tidak cukup
waktu untuk merujuk penderita. Walaupun keadaan ini umumnya jarang terjadi di kota, hal seperti
ini dapat saja terjadi di daerah perifer. Dalam keadaan itu tindakan kraniotomi darurat dapat
dilakukan oleh seorang ahli bedah terlatih untuk melakukan prosedur tersebut. Prosedur ini
penting pada pasien dengan status neurologic yang memburuk dengan cepat dan tidak membaik
dengan terapi nonbedah yang diberikan. Kraniotomi darurat yang dilakukan oleh bukan ahli bedah
saraf hanya dibenarkan pada keadaan yang benar-benar ekstrim, dan prosedurnya sebaiknya atas
saran ahli bedah saraf.
Indikasi untuk melakukan kraniotomi oleh bukan ahli bedah saraf hanya sedikit, dan penggunaan
tindakan ini secara luas sebagai upaya terakhir tidak direkomendasi oleh Komisi Trauma.
Tindakan ini dibenarkan hanya bila tindakan bedah saraf definitif sama sekali tidak memungkinkan.
Komisi Trauma sangat menganjurkan bahwa barang siapa yang mungkin akan melakukan tindakan
ini harus menerima pelatihan dari seorang ahli bedah saraf.