Upload
danghuong
View
224
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1BEDAHSARAFSOLO
Penatalaksanaan Endoscopic Third Ventriculostomy pada Pasien dengan Hidrosefalus Non-Komunikan etcausa Tumor di Cerebellopontine Angle
suspect Vestibular Schwannoma ( Laporan Kasus )
Muhammad Eko Andaru, dr * Ferry Wijanarko, dr, SpBS **
*ResidenBedahFKUNS/RSUDDrMoewardiSurakarta**StafBedahSarafRSUDDrMoewardiSurakarta
PENDAHULUAN Hidrosefalus non-komunikan adalah terjadinya sumbatan aliran liquor
cerebrospinalis (LCS) pada sistem ventrikel ataupun jalan keluar ke dalam ruang
arachnoid, yang menyebabkan gangguan aliran LCS dari ventrikel ke ruang
subarachnoid. Hidrosefalus non-komunikan antara lain disebabkan oleh perdarahan
intraventrikel, tumor, dan stenosis dari aquaductus sylvii. (1)
Tumor otak yang terjadi di dalam atau di dekat ventrikel dapat memblokir aliran
normal LCS. Tempat yang paling sering terjadi sumbatan adalah pada aquaductus
sylvii. Salah satu tumor yang terjadi di dekat daerah ini adalah tumor pada
cerebellopontine angle (CPA). Sekitar 6-10% dari semua tumor intracranial
melibatkan CPA. Sebagian besar (80%) adalah dari jenis tumor vestibular
schwannoma, meningioma (10%), dan tumor epidermoid (6%). (2,4)
Penatalaksanaan terdahulu untuk segala bentuk hidrosefalus adalah dengan
cara memasang atau mengimplan sistem vetriculo peritoneal shunt (VP-shunt).
Namun, cara ini memiliki kecenderungan untuk terjadi komplikasi seperti kegagalan
fungsi dan infeksi. Sebuah kemajuan yang dihasilkan mengenai penatalaksanaan
hidrosefalus adalah semakin berkembangnya endoskopi. Kemajuan teknologi di
bidang ini menyulut minat baru mengenai endoscopic third ventriculostomy (ETV)
sebagai pilihan dalam penatalaksanaan hidrosefalus non-komunikan.(3)
2BEDAHSARAFSOLO
Studi ini menyajikan kasus dari pasien dengan hidrosefalus non-komunikan
yang disebabkan oleh tumor CPA yang ditatalaksana dengan Endoscopic Third
Ventriculostomy (ETV).
LAPORAN KASUS Melaporkan kasus pasien wanita 61 tahun, merupakan konsulan dari bagian
neurologi dengan diagnosa tumor cerebri dengan hidrocefalus non-komunikan.
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala berputar sejak satu tahun yang lalu.
Keluhan dirasakan makin lama makin memberat dalam 4 bulan terakhir, dan tiga hari
sebelum masuk rumah sakit nyeri kepala dirasakan makin hebat disertai dengan
keluhan mual dan muntah.
Penurunan pendengaran telinga kiri, dan telinga berdengung (tinnitus) sejak 4
bulan sebelum masuk rumah sakit. Didapatkan perasaan tebal pada wajah bagian kiri
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Didapatkan gangguan penglihatan berupa
pandangan ganda saat pasien melihat ke kiri. Senyum terlihat tidak simetris.
Tidak didapatkan trauma kepala, demam, sakit gigi, dan infeksi telinga.
Riwayat sakit tumor payudara kiri yang dicurigai ganas dan sudah melalui radioterapi
sebanyak 33 kali dan dikatakan sembuh tahun 1995. Riwayat batu kandung empedu
dan sudah dilakukan operasi 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Riwayat
pemakaian KB oral sejak tahun 1988-1993.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, vital sign dalam batas normal, nilai visual
analog scale (VAS) adalah 3, kesadaran GCS E4 V5 M6. Fungsi sensoris didapatkan
hemihipoestesi fasial sinistra. Pemeriksaan nervus kranialis : parese nervus V
sinistra, parese nervus VI sinsitra, parese nervus VII sinistra LMN, dan parese nervus
VIII sinistra.
Telah dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala polos dengan hasil, lesi
hipodens multiple dengan gambaran pendarahan didalamnya yang membentuk
gambaran step ladder di cerebellopontine angle (CPA) kiri sampai ke sebagian
midbrain dan cerebellum kiri mengesankan suatu tumor cerebri di CPA, serta
didapatnya dilatasi ventrikel lateralis bilateral mengesankan hidrosefalus non-
komunikan (gambar 1). Pemeriksaan audiometri juga dilakukan oleh bagian THT
3BEDAHSARAFSOLO
dengan hasil, conductive hearing loss (CHL) ringan auricula dextra (AD) dan neural
hearing loss (NHL) berat auricula sinistra (AS) (gambar 2). Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan hipokalsemi, HbsAg reaktif, peningkatan enzim
transaminase, dan dislipidemi.
Gambar 1. CT-Scan kepala polos : Hidrosefalus non-komunikan denga tumor cerebri
di CPA Kiri
Gambar 2. Audiometri : CHL ringan AD, NHL berat AS
4BEDAHSARAFSOLO
Dari bagian bedah saraf pasien didiagnosa dengan hidrosefalus non-
komunikan etcausa tumor cerebri regio CPA. Pasien akan dilakukan tindakan
endoscopic third ventriculostomy (ETV) sebagai tatalaksana awal untuk mengatasi
kondisi hidrosefalus (gambar 3).
Telah dilakukan tindakan ETV pada pasien, dengan general anesthesia, posisi
supine, terlentang, kepala dalam posisi netral, di atas bantal donat. Kepala kemudian
dielevasi kira - kira 30o. Desain insisi dibuat di atas titik pregma. Medan operasi
didisinfeksi kemudian ditutup dengan duk steril berlubang. Dilakukan anestesi
infiltrasi pada desain insisi sampai tandas tulang, insisi sampai tandas tulang.
Dilakukan coronal burr hole satu titik di 3cm lateral dari garis tengah dan tepat di
anterior sutura coronaria (A). Dilakukan trochar sampai ventrikel lateral, kemudian
dimasukkan kamera endoskopi yang rigid, melalui foramen Monroe sampai dasar
ventrikel ketiga. (B). Endoskop sebagai blunt trochar dan menggunakan alat laser,
bipolar dan monopolar digunakan untuk melubangi bagian tengah lantai ventrikel
ketiga antara mammillary bodies dan reses infundibular (C). Balon kateter Fogarty
No.3 French masuk melaui lantai yang terbuka dan cairan sebanyak 0.2 ml
dimasukkan ke dalam balon, dikembangkan untuk memperlebar bukaan yang baru
terbentuk (D). Scope kemudian diarahkan secara hati-hati ke dalam prepontine
cistern. Setiap band arachnoid atau membran imperforata dari Liliequist disingkirkan
dengan menggunakan kateter Fogarty. Evaluasi aliran LCS dari ventrikel ke
prepontine cisterna à adekuat (F). Evaluasi pendarahan, trochar, kamera
dikeluarkan. Pada tepi burrhole pendarahan dikontrol dengan surgicell (G). Gelfoam
diletakkan di dalam burr hole dan kulit kepala dijahit.(H).
5BEDAHSARAFSOLO
Gambar 3. Tindakan ETV yang dilakukan pada pasien dengan hidrosefalus non-
komunikan etcausa tumor cerebri regio CPA.
Dari follow up pasien pascaoperasi, hari kedua setelah operasi didapatkan
keadaan umum pasien membaik, gejala nyeri kepala berkurang, mual dan muntah
tidak dirasakan kembali. Pasien juga merasakan pendengaran mulai membaik,
penglihatan ganda juga sudah tidak lagi dirasakan, dan perasaan tebal pada wajah
sebelah kiri dirasakan berkurang. Kemudian pascaoperasi pasien dilakukan
pemeriksaan MRI kepala oleh bagian neurologi dengan hasil, tidak tampak lagi
6BEDAHSARAFSOLO
gambaran hidrosefalus dan tampak gambaran multiple lesi kistik berseptasi dengan
gambaran air fluid level di dalamnya dengan peripheral septal enhancement di CPA
kiri dengan bagian membentuk cone masuk ke dalam canalis acusticus internus kiri,
diagnosis banding : 1. Vestibular Schwannoma, 2. Meningioma (Gambar 4).
Tatalaksana selanjutnya dari pasien ini adalah tindakan kraniotomi eksisi tumor
elektif.
Gambar 4. MRI Kepala dengan kontras
DISKUSI
LCS ( liquor cerebrospinalis ) mempunyai fungsi sebagai dukungan mekanik
pada otak dan bekerja seperti jaket pelindung dari air. LCS mengontrol eksitabilitas
otak dengan mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (otak
7BEDAHSARAFSOLO
tidak mempunyai pembuluh limfe), dan memberikan beberapa perlindungan terhadap
perubahan-perubahan tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal).(4)
LCS dihasilkan oleh pleksus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateralis
kedalam ventrikel tertius ( ketiga ) melalui foramen monroe dan dari sini melalui
aquaductus sylvii masuk ke ventrikel quartus ( keempat ). Disana cairan ini memasuki
subarachnoid space di lumbar dan intracranial melalui foramen magendie pada
midline dan foramen luschka di lateral. Dari sini LCS direabsorpsi (melalui difusi) ke
dalam pembuluh-pembuluh kecil di piamater atau dinding ventricular, dan sisanya
berjalan melalui jonjot arachnoid kedalam vena (dari sinus atau vena-vena).(4)
Hambatan saluran sirkulasi LCS mengakibatkan dilatasi ventrikel (
hidrosefalus ), karena produksi cairan biasanya berlanjut terus walaupun terjadi
obstruksi. Ada 2 jenis hidrosefalus, yaitu hidrosefalus tidak berhubungan ( non-
komunikan ) dan berhubungan ( komunikan ). Hidrosefalus non-komunikan adalah
terjadinya sumbatan aliran LCS pada sistem ventrikel ataupun jalan keluar ke dalam
ruang subarachnoid, yang menyebabkan gangguan aliran LCS dari ventrikel ke ruang
subarachnoid. Hidrosefalus non-komunikan antara lain disebabkan oleh perdarahan
intraventrikel, infeksi, tumor, dan stenosis dari aquaductus sylvii. (4,5)
Pada hidrosefalus non-komunikan, CT Scan kepala sering menunjukkan
adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel ketiga. Dapat terjadi di atas
ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel keempat
sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi
reabsorpsi transependimal dari liquor cerebrospinalis.(6)
Tumor otak di dekat aquaductus sylvii dapat memblokir aliran normal LCS.
Salah satu tumor yang terjadi di dekat daerah ini adalah tumor pada cerebellopontine
angle (CPA). CPA merupakan sudut yang terbentuk di pertigaan antara cerebelum,
pons, dan medulla (gambar 5). Pada CPA terdapat; nervus facialis (CN VII), nervus
vestibulocochlearis (CN VIII), flocculus dari cerebellum, recessus lateralis dari
ventrikel keempat.(8)
8BEDAHSARAFSOLO
Gambar 5. Anatomi dari Cerebellopontine Angle (axial view dan sagittal view dari
MRI(7)
Sekitar 6-10% dari semua tumor intracranial melibatkan CPA. Sebagian besar
(80%) adalah vestibular schwannoma, meningioma (10%), dan tumor epidermoid
(6%). Vestibular schwannoma (neuroma acoustic) adalah tumor jinak intrakranial
yang tumbuh lambat dan berkembang dari nervus vestibular (keseimbangan) atau
nervus cochlearis yang mempersarafi telinga bagian dalam. Tumor berasal dari
kelebihan produksi sel schwann, yang membungkus serat saraf untuk mendukung
dan melindungi saraf.(8,11)
Vestibular schwannoma menyebabkan gangguan pendengaran unilateral,
tinnitus (telinga berdengung) dan gangguan ketidakseimbangan atau pusing. Secara
keseluruhan, sekitar 40-50% pasien dengan vestibular schwannoma didapatkan
gangguan keseimbangan dan vertigo. Pertumbuhan tumor lebih lanjut dapat
mengganggu nervus trigeminus (CN V) sehingga menyebabkan hipoestesi wajah
yang terjadi pada 25% pasien, gejala ini lebih umum ditemukan daripada kelemahan
dari otot-otot wajah (sekitar 10% dari pasien).(10,11)
Tumor akan bertambah besar sehingga akhirnya menempati sebagian besar
CPA. Jika tumor terus tumbuh, akhirnya akan menekan batang otak dan cerebellum,
sehingga mengancam kehidupan atau menyebabkan penyumbatan aliran LCS
sehingga menyebabkan hidrosefalus non-komunikan.(10)
9BEDAHSARAFSOLO
Hidrosefalus ini menghasilkan gejala dan tanda-tanda penigkatan tekanan
intrakranial, seperti sakit kepala, mual dan muntah, penurunan tingkat kesadaran dan
edema papil. Insiden hidrosefalus yang pernah dilaporkan terkait dengan vestibular
schwannoma adalah sekitar 3,7-23,5%.(8,10)
Ukuran tumor memainkan peran penting dalam terjadinya hidrosefalus pada
pasien dengan vestibular schwannoma, tumor dengan ukuran yang lebih besar dari 3
cm berhubungan dengan terjadinya hidrosefalus non-komunikan. (8,11)
Gold standard untuk mendiagnosis vestibular schwannoma adalah dengan
karakteristik yang ditemukan pada MRI. Konfirmasi dengan hasil biopsi umumnya
tidak diperlukan. Biasanya, massa terletak di CPA dan berpusat di porus, dengan
ekstensi ke internal auditory canal ( IAC ). Tampilan digambarkan ekor komet atau ice
cream cone dengan bagian yang kerucut sebagai perpanjangan intracanalicular dan
es krim sebagai komponen dari cisterna.(12)
Studi ini melaporkan satu kasus pasien wanita umur 61 tahun berdasarkan
gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan,
didiagnosis sebagai hidrosefalus non-komunikan etcausa tumor di regio
cerebellopontine angle suspect vestibular schwannoma.
Kemajuan teknologi di bidang neuroendoskopi menyulut minat baru mengenai
Endoscopic Third Ventriculostomy (ETV). Prinsip penatalaksanaan ETV adalah
memperbaiki aliran efektif cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel dengan cara
membuat shunting dari dasar ventrikel ketiga menembus ke cisterna prepontine
dalam ruang subarachnoid (gambar 6). Cisterna prepontine merupakan salah satu
ruang tempat aliran LCS diantara piamater dan arakhnoid, yang mengandung
pembuluh darah dan beberapa struktur saraf. Cisterna prepontine terletak diantara
bagian ventral pons dan clivus. Cisterna prepontine mengandung arteri basilaris dan
bagian dari saraf kranialis V dan VI.(3)
10BEDAHSARAFSOLO
Gambar 6. Gambaran prosedur endoscopic third ventriculostomy (ETV)
ETV paling sering dipertimbangkan untuk pengobatan hidrosefalus non-
komunikan. Karena ETV hanya mengalihkan aliran LCS dari dalam ventrikel ke
subarachnoid space disekitar otak, jadi kondisi ini mengharuskan aliran dan
penyerapan dalam ruang subarachnoid yang normal untuk menyerap LCS yang telah
dialihkan ini. Dalam kebanyakan kasus hidrosefalus komunikan, terjadi gangguan
fungsi penyerapan LCS dan karena itu penatalaksanaan ETV pada hidrosefalus
komunikan tidak akan efektif.(3,9)
Indikasi penatalaksanaan ETV merupakan hal yang kompleks dan sangat
spesifik sehingga tidak dapat dibuat generalisasi. Setiap pasien harus mendiskusikan
pilihan pengobatan untuk hidrosefalus dengan dokter yang merawat.(3,9)
Pada prakteknya, kontraindikasi relatif untuk dilakukannya ETV adalah bayi
berusia kurang dari 6 bulan, Slit Like ventricle, lapisan kortikal yang sangat tipis, dan
hidrosefalus komunikan. Namun demikian, setiap pasien dengan hidrosefalus
dipertimbangkan untuk prosedur ini, terurama apabila mereka telah mendapatkan
penatalaksanaan dengan shunt sebelumnya.(3,9)
11BEDAHSARAFSOLO
Keuntungan dari penggunaan ETV adalah tidak ada benda asing (shunt
tabung dan katup) yang ditanamkan dalam tubuh,sehingga dapat menurunkan risiko
infeksi, sayatan lebih sedikit , sehingga secara komestik lebih baik, tingkat komplikasi
yang lebih rendah untuk jangka panjang dibandingkan dengan VP-shunt. Kekurangan
penggunaan ETV adalah kemungkinan untuk membaik lebih rendah dibandingkan
dengan shunt. Meskipun sangat jarang,akan tetapi resiko komplikasi lebih serius
dengan ETV bila dibandingkan dengan shunt.(9)
Pada studi ini pasien memenuhi syarat untuk dilakukan tindakan ETV berupa
hidrosefalus non-komunikan. Dengan beberapa pertimbangan keuntungan dan
kerugian, tatalaksana ETV dipilih sebagai tatalaksana hidrosefalus pada pasien ini.
ETV dianggap sebagai prosedur teknis yang tidak sulit. Neuroendoskopi yang
rigid menjamin akses ke dasar ventrikel ketiga. Meskipun sebagian besar ETV
dilakukan menggunakan neuroendoskopi yang rigid, ada juga beberapa yang
menggunakan neuroendoskopi yang fleksibel. Penglihatan langsung memberikan
anatomi yang tepat dan orientasi ruang di bidang operasi, sehingga bisa
meminimalkan risiko cedera pada pembuluh darah dan struktur saraf.(9)
Langkah penting dalam prosedur ETV adalah membuat perforasi pada lantai
ventrikel ketiga mengarah ke cisterna interpenducular. Pada keadaan dinding dasar
ventrikel ketiga yang tipis, kebiruan, dan tembus pandang, memungkinkan identifikasi
posisi arteri basilar, sehingga tidak menimbulkan masalah besar. Kesulitan dapat
terjadi jika lantai ventrikel ketiga tebal, tidak transparan, kaku, dengan struktur
anatomi tidak terlihat jelas. Kadang-kadang, dalam kasus tersebut, penghentian
prosedur ETV dan konversi tindakan menjadi VP-shunt sangat disarankan. (3,9) Dalam
kasus yang kami sajikan ini tidak terdapat situasi seperti yang dijelaskan diatas.
Sebuah cara yang memungkinkan untuk mendeteksi dini arteri basilaris dan
pilihan tempat perforasi yang aman adalah dengan menggunakan microprobe
Doppler. Cara terbaik untuk melakukan ventriculostomy adalah dengan
menggunakan kateter Fogarty. Alat yang tajam dan alat koagulasi harus digunakan
dengan sangat hati-hati. Perforasi yang diperbesar dengan menggunakan balon
kateter harus dilakukan pada lantai ventrikel ketiga. Perforasi yang efektif harus
mencakup semua lapisan lantai ventrikel ketiga yaitu lapisan ependimal ventrikel, pia
12BEDAHSARAFSOLO
mater dan arachnoid mater dari cisterna interpeduncular. Hal ini diasumsikan bahwa
lebar perforasi tidak boleh kurang dari 3-5 mm.(9)
Pasien pasca tindakan ETV diobservasi di unit perawatan intensif selama 1
hari; total tinggal di RS adalah 2 hari, bagi sebagian besar pasien. CT-scan
pascaoperasi dilakukan sebelum pasien dipulangkan. Pemeriksaan ini biasanya
menunjukkan hasil yang kurang mengesankan dalam berkurangnya ventrikulomegali
dibandingkan pasien yang menggunakan shunt. Pasien harus bebas dari nyeri kepala
dan dapat berjalan saat dipulangkan. Pada bayi, bagian fontanella harus lebih lembut
dan cekung pada saat posisi tegak. (3) Pada studi ini, gejala klinis pasien membaik
setelah satu hari pascaoperasi di ruang ICU, empat hari pascaoperasi di ruang rawat
inap pasien dibolehkan rawat jalan.
Pada penelitian yang dilakukan Borus, dkk, tingkat komplikasi secara
keseluruhan adalah 8,5%. Tingkat morbiditas permanen sebesar 2,38%. Komplikasi –
komplikasi yang bisa terjadi antara lain; perdarahan intraoperatif, cedera saraf
intraoperatif, infeksi sistem saraf pusat, kebocoran LCS dan hematom post operatif.(9)
Pada studi kasus pasien ini tidak ditemukan komplikasi tentang penatalaksanaan
ETV. Ini mendukung bahwa ETV sebagai prosedur yang aman.
Simpulan Telah dilakukan tatalaksana ETV pada pasien dengan hidrosefalus non-
komunikan etcausa tumor di regio cerebellopontine angle suspect vestibular
schwannoma. Dari follow up yang dilakukan pasca operasi, didapatkan gejala klinis
dari hidrosefalus yang membaik. Tindakan selanjutnya akan dilakukan kraniotomi
eksisi tumor elektif, sebagai tatalaksana definitif pada pasien ini.
13BEDAHSARAFSOLO
Daftar Pustaka
1. Nelson SL. Hydrocephalus. Medscape. Apr 2014; Vol:22; P:1-1
2. Springborg JB, Poulsgaard L, Thomsen J. Nonvestibular Schwannoma Tumors in the
Cerebellopontine Angle : A Structured Approach and Management Guidelines. Skull
Base : 2008;18:217–228.
3. Jallo GI, Kothbauer KF, Abbott R. Endoscopic Third Ventriculostomy. Johns Hopkins
Hosp. Neursurg Focus : 19 (6), 2005.
4. Stephen G. Waxman, MD,PhD, A Lange Medical Book, Clinical Neuroanatomy, 25th
edition, International Edition. Singapore, 2003 : 298-300
5. Knott L. Hydrocephalus. EMIS. Des 2011; Vol:14; P;1-6
6. Brant WE, Helms CA. Fundamentals of Diagnostic Radiology. Lippincott Williams &
Wilkins. (2007) ISBN:0781761352.
7. Hain TC. Cerebellopontine Angle. Oct 2013. dizziness-and-balance.com
8. Al Hinai Q, Zeitouni A, Sirhan D, Sinclair D, Melancon D, Richardson J, Leblanc R.
Communicating Hydrocephalus and Vestibular Schwannomas : Etiology, Treatment,
and Long-Term Follow-Up. J Neurol Surg B 2013;74:68–74
9. Stachura K, Grzywna E, Kwinta BM, Moskata MM. Endoscopic Third Ventriculostomy
– Effectiveness of the Procedure for Obstructive Hydrocephalus with different Etiology
in Adults. Videosurgery Miniinv 2014. Vol: 9 (4) P: 586–595.
10. Lunsford LD, et al. Stereoratic Radiosurgery for Patiens with Vestibular
Schwannomas. IRSA. May 2006
11. Cruickshank G, et al. Clinical Effectiveness Guidelines Vestibular Schwannoma.
BAO-HNS Document. Spring 2002. Vol :5
12. Jayaraman M. Imaging in Cranial Nerve Schwannoma. Medscape. Sept 2013.