5
Penatalaksanaan preeklmpsia Untuk mendeteksi manifestasi dini preeklmpsia, perlu dilakukan kunjungan prenatal yang teratur terutama pada trimester ketiga kehamilan Pada setiap kubnjungan prenatal, tekanan darah wanitatersebut harus terukur, urin harus diperiksa untuk menemukan adanya protein, ia juga harus diperiksa untuk menemukan adanya edema, dan beratbadannya ditimbang. Wanita hamil harus didorong untuk dating ke perawatan prenatal sedini mungkin dimasa kehamilannya sehingga nilai dasar tekanan darah, wanita itu harus diperiksa setiap minggu sehingga tekanan darahnya dapat dipantau. 1. jika tekanan darah diastole vekisar 80-90 mmHg atau naik kurang dari 15 mmHg dan tidak ditemukan proteinuria, wanita itu diijinkan untuk tinggal di rumah dan dianjurkan untuk beristirahat sebanyak mungkin. Ia harus kembali ke klinik setiap minggu. Pada setiap kunjungan: - periksa tekanan darah - periksa urin untuk menemukan adanya protein - timbang berat badan pasien - periksa untuk menemukan edema - singkirkan gejala-gejala preeklmpsia berat - pantau pertumbuhan janin, Tanya pada ibu tentang gerakan janin - periksa denyut jantung janin pesan di rumah sakit untuk wanita tersebut 2. jika tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau meningkat lebih dari 15 mmHg, jika ada gejala preeclampsia berat, atau jika ditemukan pertumbuhan buruk pada janin, wanita itu harus masuk ke rumah sakit untuk diobservasi dan diberi pnatalaksanaan. Di rumah sakit: - biarkan wanita tersebut beristirahat di ruang yang tenang - periksa tekanan darah setiap 4 jam ( setiap 2 jam bila keadaannya parah) - lalukan pemeriksaan protein urine dua kali sehari’pantau frekuensi jantung janin dua kali sehari - timbang berat badan wanita tersebut dua kali seminggu jika mungkin - berikan sedasi (misalnya: diazepam) - berikan obat antihipertensi hanya jika tekanan diastoliknya 110 mmHg atau lebih dan harus sesuai dengan perintah dokter 1. Penatalaksanaan eklampsia (Preeklampsia Berat) Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan

Penatalaksanaan preeklmpsia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Health

Citation preview

Page 1: Penatalaksanaan preeklmpsia

Penatalaksanaan preeklmpsiaUntuk mendeteksi manifestasi dini preeklmpsia, perlu dilakukan kunjungan prenatal yang teratur terutama pada trimester ketiga kehamilan

Pada setiap kubnjungan prenatal, tekanan darah wanitatersebut harus terukur, urin harus diperiksa untuk menemukan adanya protein, ia juga harus diperiksa untuk menemukan adanya edema, dan beratbadannya ditimbang. Wanita hamil harus didorong untuk dating ke perawatan prenatal sedini mungkin dimasa kehamilannya sehingga nilai dasar tekanan darah, wanita itu harus diperiksa setiap minggu sehingga tekanan darahnya dapat dipantau.

1. jika tekanan darah diastole vekisar 80-90 mmHg atau naik kurang dari 15 mmHg dan tidak ditemukan proteinuria, wanita itu diijinkan untuk tinggal di rumah dan dianjurkan untuk beristirahat sebanyak mungkin. Ia harus kembali ke klinik setiap minggu. Pada setiap kunjungan:- periksa tekanan darah- periksa urin untuk menemukan adanya protein- timbang berat badan pasien- periksa untuk menemukan edema- singkirkan gejala-gejala preeklmpsia berat- pantau pertumbuhan janin, Tanya pada ibu tentang gerakan janin- periksa denyut jantung janinpesan di rumah sakit untuk wanita tersebut

2. jika tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau meningkat lebih dari 15 mmHg, jika ada gejala preeclampsia berat, atau jika ditemukan pertumbuhan buruk pada janin, wanita itu harus masuk ke rumah sakit untuk diobservasi dan diberi pnatalaksanaan. Di rumah sakit:- biarkan wanita tersebut beristirahat di ruang yang tenang- periksa tekanan darah setiap 4 jam ( setiap 2 jam bila keadaannya parah)- lalukan pemeriksaan protein urine dua kali sehari’pantau frekuensi

jantung janin dua kali sehari- timbang berat badan wanita tersebut dua kali seminggu jika mungkin- berikan sedasi (misalnya: diazepam)- berikan obat antihipertensi hanya jika tekanan diastoliknya 110 mmHg

atau lebih dan harus sesuai dengan perintah dokter

1. Penatalaksanaan eklampsia (Preeklampsia Berat)Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-

eklampsia berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi : Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri dan ditambah pemberian obat-obatan, atau perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pemberian obat-obatan (Wiknjosastro, 2007).a. Penanganan umum.

1) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg,

2) Pasang infus RL,3) Pantau keseimbangan cairan, 4) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria, 5) Jika jumlah urin < 30 ml perjam, maka Infus cairan dipertahankan 1

1/8 jam dan pantau kemungkinan edema paru,6) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat

mengakibatkan kematian ibu dan janin,7) Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam, 8) Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi

merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg

Page 2: Penatalaksanaan preeklmpsia

intravena. Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37 minggu atau

lebih, adanya ancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan terapi dengan obat-obatan, adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di dalam rahim, atau adanya "HELLP syndrome" (Haemolysis, Ellevated Liver enzymes, and Low Platelet). Perawatan konservatif dilakukan apabila kehamilan kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia serta keadaan janin baik.

b. pastiakn bahwa wanita tersebut dapat bernafas- hadapkan tubuh wanita tersebut ke salah satu sisi ( posisi semi-prone)

sehingga lender tau saliva dapat keluar, karena denga napas yang dalam ada kemungkiann terjadi hanya inhalasi lender atau saliva.

- Bersihkan mulut dan lubnag hidung secara perlahan dan keluar secret. Gunakan perangkat pengisap (suction) secara perlahan

- Berikan oksigen (jika tersedia) dan lanjutkan selama 5 menit setelah setiap kejang, tau lebih lama lagi jika terjadi sianosis.

- Damping pasien untuk memastikan bahwa: Jalan nafas tetap bersih Cedera telah dicegah selama tahap klonik

c. mengendalikan kejang- MgSO4

Magnesium sulfat adalah terapi pilihan untuk mencegah kejang. Pada kasus preeklampsia yang berat dan eklampsia, magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang yang efektif tanpa menimbulkan depresi susunan syaraf pusat baik bagi ibu maupun janinnya. Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus kontinu atau intramuskular dengan injeksi intermiten. Magnesium sulfat tidak boleh digunakan tanpa pandang bulu (Redman, 2010).

Dosis awal MgSO4 40% 4 gr (10cc) harus diberikan menggunakan infus (Drip) selama 10-15 menit, diikuti dengan infus lanjut 1 gr / jam dipertahankan selama 24 jam setelah kejang terakhir. Kejang berulang harus ditangani dengan lebih lanjut yaitu 2 gr magnesium sulfat atau peningkatan laju infus sampai 1,5 gr atau 2 gr / jam. Magnesium sulfat Intramuskular lebih mudah untuk dikelola tetapi mencapai dosis rejimen kurang tepat. Berikan 8 gr MgSO4 40%, disuntikan dalam di kuadran lateral atas bokong. Setiap 6 jam sesudahnya, berikan 4 gram larutan MgSO4 40% yang disuntikan dalam ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri atau kanan, tetapi setelah dipastikan bahwa : 1) Refleks patela (+),2) Tidak terdapat depresi pernapasan minmal 16x / menit,3) Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml, 4) MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir, 5) Siapkan antidotum.

Jika terjadi henti napas, berikan bantuan dengan ventilator atau berikan kalsium glukonat 2 g (20 ml dalam larutan 10%) secara intravena perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi. Terapi magnesium dapat mengganggu transmisi pra dan postsynaptic neuromuscular, sehingga mengakibatkan depolarisasi relaksan otot yang dapat meningkatkan risiko atonia uteri dan biasanya memerlukan infus oksitosin (drips) (Redman, 2010).Kelebihan: MgSO4 terbukti lebih efektif daripada diazepam atau phenytoin dalam mencegah berulangnya kejangKekurangan : MgSO4 dapat menyebabkan depresi pernafasan pada ibu dan janina

Page 3: Penatalaksanaan preeklmpsia

- DiazepamBerikan dosis intravena 10 mg diazepam. Kemudian berikan dosis intravena ulangan 10 mg, setiap 4-6 jam (maksimum 100 mg/24 jam)Kelebihan : diazepam mungkin lebih banyak tersedia daripada magnesium sulfatKekurangan : diazepam dapat menembus tali plasenta dan menyebabkan janin mengalami maslah pernafasan, kesulitan makan, dan masalah dapat mempertahankan suhu tubuh.

d. Antihipertensi Selama manajemen preeklampsia, pengobatan antihipertensi

diberikan ketika tekanan darah sistolik di atas 150-160 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas 100 hingga 110 mmHg, karena terdapat risiko tinggi komplikasi maternal seperti pendarahan otak (Somkuti, 2008). Pilihan obat antihipertensi tersebut antara lain :1) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-

pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun. 2) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5

intramuskular setiap 2 jam. 3) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan: Nifedipine dosis oral 10

mg yang diulang tiap 30 menit, atau Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah tidak membaik dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg intravena.

e. mengendalikan keseimbangan cairapasng kateter urin indwelling dengan system drainase terbuka, untuk mengukur haluan urin. Catatan haluan urin setiap 4 jam.Catat asupan cairan. Berikan seluruh cairan yang diperlukan secara intravena. Pasien harus mendapat natrium laktat atau 5% dekstrosa dalam air (DW)dengan kecepatan 60 ml sampai tidak lebih dari 125 ml/ jam kecuali jika terjadi kehilangan cairan yang tidak biasa akibat muntah, diare, atau perdarahn hebat pada saat melahirkan. Curigai gagal ginjal jika haluaran urin kurang dari 80 ml/4jam. Dalam kasus ini, total asupan cairan tidak bolehmelebihi 500 ml/24jam ditambah jumlah yang sama dengan urin yang kelur.

Empertahankan keseimbngan cairan penting dilakukan untuk mencegah intoksikasi air, dehifrasi, hiponatremia, tau edema paru. f. Persalinan.

Pada preeklampsia berat, persalinan sebaiknya terjadi dalam 24 jam. Jika persalinan awal diperlukan, induksi dapat dilakukan, dengan Bishop skor > 6-7. Jika induksi bukan pilihan yang baik dan terjadi fetal compromise, operasi sesarea mungkin menjadi pilihan yang lebih baik. Apabila seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa tidak terdapat koagulopati. Anestesi yang aman/terpilih adalah anastesi regional dimana berhubungan dengan hipotensi sehingga dapat mencegah terjadinya lonjakan tekanan darah lebih lanjut. Anestesi epidural dengan dosis tambahan kecil dianggap dapat memberikan kontrol lebih besar terhadap tekanan darah ibu serta mempertahankan aliran darah plasenta ke janin (Redman, 2010).

Sedangkan seksio sesarea dengan anestesi umum pada pre-eklampsia berat merupakan prosedur berisiko tinggi, karena sangat berbahaya, antara lain meningkatkan risiko kesulitan jalan nafas sulit dan intubasi serta terdapat risiko yang signifikan terjadi perdarahan intrakranial sekunder untuk hipertensi berat yang tidak terkontrol di induksi anestesi umum. Oleh karena itu pada pasien yang membutuhkan

Page 4: Penatalaksanaan preeklmpsia

anestesi umum, tekanan darah dan kejang-kejang harus dikontrol secara maksimal dan idealnya, pemantauan invasif dimasukkan sebelum induksi anestesi umum (ATOTW, 2009).

Jika persalinan dengan seksio sesarea tidak memungkinkan, dapat dilakukan induksi serta bantuan dengan forceps atau vakum ekatraksi untuk mempercepat proses kelahiran bayi. Induksi menggunakan balon kateter dengan kombinasi oksitosin drips diperbolehkan selama tidak ada kontraindikasi, dan harus dilakukan monitoring yang ketat baik tekanan darah ibu maupun denyut jantung janin.