16
Tujuan 1.Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015 Indikator Acuan Dasar (Nasiona l) Kondis i Saat ini Target MDGs 2015(Nasiona l) Statu s Sumber 1.1 a Persentase penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan 15,10% (1990) 6,69% (2013) 7,55 BPS, Susena s 1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan 2,70 (1990) 0,82 (2013) Berkurang BPS, Susena s Status : Sudah TercapaiAkan TercapaiPerlu Perhatian Khusus Perkembangan angka kemiskinan di Kabupaten Karimun memperlihatkan adanya perubahan yang cukup signifikan seiring dengan berjalannya pembangunan. Data menunjukkan bahwa selama sembilan tahun terakhir, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Karimun telah mengalami penurunan dari 19.000 jiwa pada tahun 2005 menjadi 14.800 jiwa pada tahun 2013. Dengan demikian selama hampir satu dasawarsa terakhir telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 4.200 jiwa. Hal ini cukup menggembirakan, mengingat dalam periode yang sama, jumlah penduduk Kabupaten Karimun mengalami peningkatan mencapai lebih 21 ribu jiwa atau sebesar 10 persen. Gambar 2.1 Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Di Kabupaten Karimun Tahun 2005-2013

Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tujuan 1

Citation preview

Page 1: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

Tujuan 1.Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015

IndikatorAcuan Dasar

(Nasional)

Kondisi Saat ini

Target MDGs 2015(Nasional) Status Sumber

1.1aPersentase penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan

15,10%(1990)

6,69%(2013) 7,55

BPS, Susenas

1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan

2,70(1990)

0,82(2013)

Berkurang BPS, Susenas

Status : ● Sudah Tercapai►Akan Tercapai▼Perlu Perhatian Khusus

Perkembangan angka kemiskinan di Kabupaten Karimun memperlihatkan adanya

perubahan yang cukup signifikan seiring dengan berjalannya pembangunan. Data

menunjukkan bahwa selama sembilan tahun terakhir, jumlah penduduk miskin di Kabupaten

Karimun telah mengalami penurunan dari 19.000 jiwa pada tahun 2005 menjadi 14.800 jiwa

pada tahun 2013. Dengan demikian selama hampir satu dasawarsa terakhir telah terjadi

penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 4.200 jiwa. Hal ini cukup menggembirakan,

mengingat dalam periode yang sama, jumlah penduduk Kabupaten Karimun mengalami

peningkatan mencapai lebih 21 ribu jiwa atau sebesar 10 persen.

Gambar 2.1Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Di Kabupaten Karimun Tahun 2005-2013

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20130

2

4

6

8

10

0

5

10

15

20

25

19.0 17.5

18.8 20.9 20.5

15.4 13.2 13.9 14.8

% miskin pddk miskin (000)Berdasarkan gambar 2.1 terlihat bahwa perkembangan angka kemiskinan Kabupaten

Karimun mengalami fluktuasi seiring dengan gejolak perekonomian yang terjadi. Pada tahun

2005, angka kemiskinan Kabupaten Karimun sebesar 9,49 persen, sementara pada tahun

2013 nilainya turun menjadi 6,69 persen. Artinya selama Sembilan tahun, telah terjadi

Page 2: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

penurunan sebesar 2,8 persen atau rata-rata sebesar 0,31 persen per tahun. Selama

periode tersebut angka kemiskinan terrendah dicapai pada tahun 2011 sebesar 5,93 persen.

Meskipun nilainya menunjukkan penurunan, namun terlihat bahwa pada periode

2005-2013, angka kemiskinan Kabupaten Karimun sempat beberapa kali mengalami

peningkatan. Misalnya pada tahun 2007-2008 serta 2012-2013, kenaikan angka kemiskinan

terjadi seiring dengan melemahnya perekonomian secara global. Selain itu, salah satu faktor

utama yang menyebabkan terjadinya peningkatan angka kemiskinan adalah kenaikan harga

BBM yang terjadi pada 2008 dan 2013. Hal ini dapat dipahami mengingat kenaikan harga

BBM tersebut berimbas pada peningkatan inflasi.

Tingkat inflasi yang cukup tinggi menurunkan daya beli masyarakat. Ketika harga-

harga meningkat, masyarakat akan memberikan respon dengan mengurangi jumlah

pengeluaran untuk konsumsi berbagai kebutuhan pokok. Hal inilah yang kemudian akan

ditangkap sebagai meningkatnya jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.

Jenis kemiskinan seperti ini digolongkan sebagai kemiskinan sementara, yaitu kemiskinan

yang terjadi karena gejolak dalam perekonomian.

Kenaikan maupun penurunan jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis

kemiskinan. Sesuai konsep yang digunakan, penduduk miskin merupakan penduduk yang

memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Selama

periode 2005-2013, tingkat inflasi rata-rata sebesar 5,30 persen, sementara perubahan rata-

rata garis kemiskinan di Kabupaten karimun sebesar 7,42 persen setiap tahun.

Gambar 2.2Perkembangan Inflasi, Perubahan Garis Kemiskinan, dan Perubahan Angka Kemiskinan

Kabupaten Karimun 2006-2013

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20130

5

10

15

20

25

30

35

40

-1.5

-1

-0.5

0

0.5

-1.14

0.340.650000000000

001

-0.5 -1.63 -1.28

0.44 0.32

% perub miskin % perub GK inflasi

Diperlukan adanya suatu kehati-hatian dalam mendefinisikan garis kemiskinan.

Karena tidak jarang nilai garis kemiskinan yang telah ditetapkan menjadi suatu kontroversi.

Page 3: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

Kita mungkin ragu-ragu jika dikatakan bahwa seseorang dapat hidup layak dengan

pengeluaran sebesar Rp. 288.856,- per bulan, atau Rp. 9.628,- per hari. Namun jika suatu

rumah tangga yang terdiri empat orang; ayah, ibu, dan dua orang anak, maka total

pengeluaran rumah tangga tersebut menjadi Rp. 1.155.424,-. Dan dengan nilai pengeluaran

tersebut per bulan, tentu kita akan setuju bahwa mereka bisa hidup dengan layak karena

nilainya sudah berada diatas UMR Kabupaten Karimun.

Selain garis kemiskinan, dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat

kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri. Selain harus mampu memperkecil

jumlah penduduk miskin, keberhasilan kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus diukur

dari seberapa besar perubahan yang terjadi pada tingkat kedalaman dan keparahan dari

kemiskinan.

Gambar 2.3.Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Di Kabupaten Karimun Tahun 2005-2013

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20130

0.5

1

1.5

2

2.5

3

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

109.498.350000000000

018.69

9.348.84

7.21

5.936.37

6.68803085448301

% miskinP1P2

Tingkat kedalam kemiskinan yang digambarkan oleh angka Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing

penduduk miskin terhadap batas kemiskinan, di mana semakin tinggi nilai indeks ini maka

semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis

kemiskinan, atau dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan

menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan angka

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran

pengeluaran diantara penduduk miskin itu sendiri, dan dapat juga digunakan untuk

mengetahui intensitas kemiskinan. Semakin tinggi angka indeks ini maka sebaran

pengeluaran diantara penduduk miskin itu semakin timpang dan sebaliknya.

Page 4: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

Pada periode 2005-2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan

kecenderungan semakin membaik. Hal ini terlihat dari nilai indeks pada periode 2005-2013

yang mengalami penurunan sebesar 0,20 poin per tahun. Pada tahun 2005 nilai indeks P1

mencapai 2,62, sementara pada tahun 2013 nilainya mengalami penurunan hampir 75

persen menjadi 0,83. Walaupun sempat mengalami kenaikan pada tahun 2008 dan 2010-

2011 dan 2013, namun secara umum nilai indeks menunjukkan tren yang menurun setiap

tahunnya. Ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung

mendekati garis kemiskinan. Atau dengan kata lain, tingkat kemiskinan masyarakat

Kabupaten Karimun tidak cukup dalam.

Sementara itu perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada periode

tersebut juga menunjukkan kecenderungan yang serupa dengan P1. Hal ini terlihat dari nilai

indeks P2 pada periode 2005-2013 yang mengalami penurunan sebesar 0,09 poin per tahun.

Pada tahun 2005 nilai indeks P1 mencapai 1,01, sementara pada tahun 2013 nilainya

mengalami penurunan hampir 84 persen menjadi 0,16. Walaupun sempat mengalami

kenaikan pada tahun 2008, namun secara umum nilai indeks menunjukkan tren yang

menurun setiap tahunnya. Ini menunjukkan bahwa disparitas pengeluaran antar penduduk

miskin tidak terlalu besar sehingga memiliki peluang yang baik untuk melewati garis

kemiskinan. Atau dengan kata lain, tingkat kemiskinan masyarakat Kabupaten Karimun

tidak cukup parah.

Perkembangan indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan di

Kabupaten karimun tersebut di dukung oleh pencapaian gini rasio tahun 2013 yang

mencapai 0,27 poin. Walaupun sempat mengalami kenaikan menjadi 0,32 poin pada tahun

2011, namun pada tahun 2013 nilainya kembali mengalami penurunan menjadi 0,27 poin.

Hal ini cukup menarik mengingat bahwa pada tahun 2011 Kabupaten Karimun mengalami

pencapaian angka kemiskinan paling rendah sepanjang sejarah.Artinya, penurunan angka

kemiskinan justru diikuti dengan meningkatnya kesenjangan antar penduduk.Sementara itu

ketika angka kemiskinan meningkat pada tahun 2012 dan 2013 tingkat kesenjangan justru

lebih rendah. Kurva lorenz yang menggambarkan tingkat ketimpangan pedapatan antar

penduduk Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4.Perbandingan Kurva Lorenz Kabupaten Karimun Tahun 2011 dan 2013

Page 5: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1002011

Kumulatif Penduduk (%)

Kum

ulati

f Pen

dapa

tan

(%)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1000

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1002013

Kumulatif Penduduk (%)

Kum

ulati

f Pen

dapa

tan

(%)

Secara umum nilai gini rasio Kabupaten Karimun mengalami gejala yang semakin

meningkat.Hal ini terkonfirmasi oleh penurunan indikator ketimpangan pendapatan versi

Bank Dunia (WB). Indikator tersebut menunjukkan bahwa setelah sempat meningkat pada

tahun 2008 dan 2009, nilai pendapatan yang diterima oleh kelompok 40 persen penduduk

dengan penghasilan terrendah justru menunjukkan tren yang semakin menurun. Pada tahun

2007 nilai pendapatan yang diterima oleh kelompok tersebut mencapai 23,57, sementara

pada tahun 2013 nilainya justru menurun menjadi 22,13 persen (Gambar 2.5).

Gambar 2.5.Perkembangan Indikator Ketimpangan Bank Dunia (WB) dan Rasio Gini Kabupaten Karimun

Tahun 2007-2013

2007 2008 2009 2010 2011 2012 201321.00

21.50

22.00

22.50

23.00

23.50

24.00

24.50

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.26

0.21

0.25 0.26

0.32

0.28 0.27

ketimpangan WB (%) gini rasio

Page 6: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

Secara relatif, pada tingkat regional terlihat bahwa jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Karimun cukup tinggi. Pada periode 2011-2013, besaran angka kemiskinan

Kabupaten Karimun merupakan nomor tiga tertinggi setelah Kabupaten Lingga dan Kota

Tanjungpinang. Padahal jika ditinjau berdasarkan nilai garis kemiskinan, posisi Kabupaten

Karimun berada pada nomer tiga terbawah setelah Kabupaten Natuna dan Anambas.Pada

tahun 2012 angka kemiskinan Kabupaten Karimun berada dibawah Provinsi Kepri, namun

pada tahun berikutnya, nilainya justru berada diatas Provinsi Kepri. Hal ini disebabkan

karena pada saat wilayah lainnya mengalami penurunan angka kemiskinan, Kabupaten

Karimun bersama-sama dengan Kabupaten Anambas justru mengalami hal yang sebaliknya.

Tabel 2.1Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Karimun

dengan Kabupaten/Kota lain Tahun 2011-2013 (%)

Kabupaten/ Kota

2011 (Sept) 2012 (Sept) 2013 (Sept)

Jml Pddk Miskin (000)

% PddkMiskin

GK(Rp/Kap/

Bulan)

Jml Pddk Miskin (000)

% Pddk

Miskin

GK (Rp/Kap/bulan)

Jml Pddk Miskin (000)

% PddkMiskin

GK (Rp/Kap/bulan)

Karimun 13,7 5,93 269.423 13,9 6,37 274.080 14,8 6,69 288.856

Bintan 9,3 6,04 286.007 9,3 6,29 290.994 9,3 6,23 298.916

Natuna 3,0 4,06 253.491 3,1 4,25 258.596 2,7 3,78 264.855

Lingga 12,1 12,98 326.239 12,4 14,15 331.881 12,3 14,03 338.049

Anambas 1,6 3,95 255.867 1,6 4,17 260.523 1,8 4,47 268.570

Batam 61,8 6,11 443.164 62,4 5,89 461.850 57,5 5,20 482.567

Tanjungpinang 21,1 10,52 487.633 21,5 11,03 496.184 20,6 10,40 506.647

Kep. Riau 122,5 6,79 353.379 124,2 6,83 363.450 119,1 6,35 398.903

Sumber: BPS Kab. Karimun

Berbagai indikator tersebut menunjukkan bahwa pencapaian kebijakan pengentasan

kemiskinan di Kabupaten Karimun telah mampu melewati target MDGs sebesar 7,5 persen.

Target tersebut bahkan telah dapat dicapai pada tahun 2010.Namun demikian kebijakan

dan program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan selama ini dapat

dikatakan masih belum cukup efektif. Hal itu dapat ditinjau dari dua sebab. Pertama,

konsumsi golongan pengeluaran rendah kurang mampu mengikuti perubahan harga,

sehingga angka kemiskinan mengalami fluktuasi. Kedua, ketimpangan pendapatan antar

penduduk dibawah garis kemiskinan relatif stagnan selama beberapa tahun terakhir,

menunjukkan bahwa angka kemiskinan Kabupaten Karimun saat ini telah termasuk kedalam

kategori hardcore atau sangat sulit untuk diturunkan. Dengan demikian kedepannya laju

penurunan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Karimun akan semakin melambat, dan

bukan tidak mungkin kembali meningkat.

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

Page 7: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

IndikatorAcuan Dasar

(Nasional)

Kondisi Saat ini

Target MDGs 2015

(Nasional)

Status Sumber

1.4 Laju Pertumbuhan PDRB per Tenaga Kerja

3,52%(1990)

1,72%(2013)

-

BPS, Sakernas

1.5Rasio Kesempatan Kerja terhadap Penduduk Usia 15 Tahun Keatas

65,00%(1990)

59,18%(2013) -

1.7

Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas & keluarga terhadap total kesempatan kerja

71,00%(1990)

34,30%(2013)

Menurun

Status : ● Sudah Tercapai►Akan Tercapai▼Perlu Perhatian Khusus

Salah satu strategi dalam mengentaskan kemiskinan adalah melalui penyediaan

kesempatan kerja yang layak bagi masyarakat.Pernyataan tersebut berangkat dari asumsi

bahwa melaluikegiatan bekerja, penduduk miskin dapat memperoleh penghasilan yang

layak untuk dapat keluar dari jerat kemiskinan. Oleh karena itulah situasi kekurangan

kesempatan kerja produktif biasanya akan dibarengi dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.

Namun hal yang berkebalikan justru terjadi di Kabupaten Karimun.Beberapa kali kenaikan

angka kemiskinan yang terjadi tahun 2008, 2012, dan 2013 justru terjadi ketika angka

pengangguran mengalami penurunan (Gambar 2.6).Artinya tingkat kemiskinan di

Kabupaten Karimun lebih didominasi oleh kenaikan harga.

Gambar 2.6.Perkembangan Tingkat Inflasi, Pengangguran, Laju Pertumbuhan Ekonomi, dan Angka

Kemiskinan Kabupaten Karimun Tahun 2005-2013

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20130

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

inflasiTPT% miskinLPE

Jika ditinjau menurut kegiatan seminggu yang lalu, maka jumlah penduduk laki-laki

berusia 15 tahun keatas yang bekerja mencapai 79,14 persen dari total. Sementara pada

penduduk perempuan, jumlahnya hanya sebesar 38,27 persen dari total. Dengan demikian,

Page 8: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

secara keseluruhan rasio kesempatan kerja pada penduduk Kabupaten Karimun berumur 15

tahun keatas adalah sebesar 59,18 persen. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan

kondisi awal secara nasional tahun 1990 yang mencapai 65 persen. Dengan demikian akan

diperlukan kerja keras dan kebijakan yang lebih baik lagi untuk dapat mencapai target

peningkatan rasio kesempatan kerja pada MDGs. Apalagi jika mempertimbangkan disparitas

rasio kesempatan kerja antara penduduk laki-laki dan perempuan yang dirasakan masih

timpang.

Tabel 2.2Distribusi Kegiatan Utama Penduduk Kabupaten Karimun Usia 15 Tahun Keatas Selama

Seminggu Yang Lalu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013

Kegiatan Utama Laki-LakiPerempua

n

Laki-laki+Perempua

nBekerja 79,14 38,27 59,18Mencari Pekerjaan/Mempersiapkan usaha

2,81 3,72 3,25

Sekolah 11,75 9,28 10,55Mengurus RT 0,63 46,52 23,04Lainnya 5,67 2,21 3,98Jumlah 100 100 100

Sumber: BPS Kab. Karimun

Jika ditinjau menurut aktivitas perekonomian, hampir 80 persen tenaga kerja di

Kabupaten Karimun terserap hanya pada empat jenis lapangan usaha. Selama tiga tahun

terakhir, terlihat bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan dalam hal distribusi

kecuali pada sektor pertanian. Penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi pada sektor

pertanian, dimana 24,47 persen penduduk bekerja pada sektor ini. Tiga sektor lain yang

juga menyerap tenaga kerja paling besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran,

jasa-jasa, serta konstruksi. Namun demikian, ternyata laju pertumbuhan PDRB per tenaga

kerja yang terbentuk pada keempat sektor tersebut masih belum memuaskan.

Sektor konstruksi menghasilkan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang tertinggi,

namun demikian, laju pertumbuhan PDRB per tenaga kerja (LPPTK) yang terbentuk paling

rendah diantara seluruh sektor. Situasi yang berkebalikan, justru terjadi pada sektor

pertanian. Meskipun memiliki LPE paling rendah, namun sektor ini menghasilkan LPPTK

tertinggi kedua, dibawah sektor jasa perusahaan. Sementara itu sektor jasa menghasilkan

LPE dan LPPTK paling rendah diantara seluruh sektor ekonomi.Pada tahun 2013 Kabupaten

Karimun mencatatkan LPE sebesar 7,14 persen, sedangkan yang LPPTK terbentuk hanya

sebesar 1,70 persen. Pencapaian ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi nasional

pada tahun 1990 sebesar 3,52 persen. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus pada

indikator ini agar tujuan MDGs dapat tercapai.

Page 9: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

Tabel 2.3Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2011-2013

Lapangan Usaha 2011 2012 2013

Pertanian 29.31 30.12 24.47 Pertambangan & Penggalian 3.47 3.35 4.05 Industri Pengolahan 4.87 7.78 8.39 Listrik, Gas, dan Air 1.25 1.19 1.35Konstruksi 10.27 10.40 14.06 Perdagangan, Hotel &Restoran 23.51 20.89 22.10 Pengangkutan & Komunikasi 5.43 5.70 5.27 Keuangan dan Persewaan 1.77 2.52 1.36 Jasa-jasa 20.13 18.05 18.95Jumlah 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS Kab. Karimun

Gambar 2.7.Sebaran Laju Pertumbuhan PDB Per Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten

Karimun Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 (%)

Pertanian

Pertambangan

IndustriLGA

Konstruksi

PHR

Transkom

Jasa Perush

Jasa

LPE Karimun

Pert PDRB per TK Karimun

Selain dapat dilihat melalui lapangan usaha yang digeluti, kualitas pekerjaan

masyarakat dapat juga ditinjau melalui status dalam kegiatan usahanya. Status usaha

secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu penduduk yang bekerja pada

sector formal dan sector informal. Pekerja sector informal adalah meraka yang memiliki

status usaha berusaha sendiri, pekerja bebas, dan pekerja keluarga. Sementara pekerja

sector formal adalah mereka yang berstatus usaha berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak

dibayar, berusaha dibantu buruh tetap, dan sebagai buruh atau pegawai.

Page 10: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

Penduduk yang bekerja pada sector formal, dianggap lebih memiliki jaminan

kepastian dalam bekerja dibandingkan dengan penduduk yang bekerja pada sector informal.

Data tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlahpenduduk yang bekerja pada sector informal,

yaitu mereka yang berusaha sendiri, mencapai 34,30 persen. Jika dipisahkan menurut jenis

kelamin, diketahui bahwa kesempatan kerja penduduk laki-laki pada sector informal

mencapai 30,33 persen. Sementara kesmepatan kerja penduduk perempuan pada sector

informal perempuan mencapai 42,98 persen. Hal ini ditengarai merupakan dampak dari

pengaruh budaya patrineal dimana laki-laki sebagai penanggungjawab kebutuhan rumah

tangga.

Tabel 2.4Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Karimun Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut

Status Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Status UsahaJenis Kelamin Laki-laki+

Perempuan

Laki-laki PerempuanBerusaha sendiri 16.24 15.45 15.99

Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar

7.64 1.02 5.56

Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar 4.11 3.07 3.78Buruh/karyawan/pegawai 57.92 52.92 56.35Pekerja bebas di pertanian 4.62 3.65 4.32Pekerja bebas di non pertanian 6.19 4.38 5.62Pekerja keluarga/tak dibayar 3.28 19.50 8.37

Jumlah 100.00 100.00 100.00Sumber: BPS Kab. Karimun

Jika dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Kepulauan Riau, jumlah pekerja

sektor informal di Kabupaten Karimun terakhir terus menunjukkan penurunan. Pada tahun

2013 jumlah pekerja sektor informal di Kabupaten Karimun mengalami penurunan sebesar

5,30 persen dibandingkan dengan tahun 2011. Kondisi ini berbanding terbalik dengan

Kabupaten Bintan atau natuna, yang selama tiga tahun terakhir selalu mengalami

peningkatan jumlah pekerja sektor informal. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya

penciptaan lapangan kerja yang dilakukan pemerintah telah menunjukkan hasil yang cukup

baik untuk mencapai sasaran MDGs.

Tabel 2.5Perkembangan Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja dan Status Usaha Pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011-2013

Kabupaten/Kota 2011 2012 2013

Page 11: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

Bekerja Sektor Informal

Bekerja Sektor Informal

Bekerja Sektor Informal

Karimun 61.54 39.60 55.62 34.89 59.18 34,30Bintan 62.08 22.87 57.02 29.02 57.26 35.41Natuna 62.29 47.73 62.08 37.05 61.86 49.87Lingga 61.73 53.16 59.83 55.07 56.17 51.68Kep. Anambas 61.91 42.50 55.50 38.02 53.22 41.18Batam 63.04 15.84 66.24 20.25 na naTanjung Pinang 59.29 21.74 60.06 20.57 58.29 20.52Sumber: BPS Kab. Karimun

Target 1c. Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

IndikatorAcuan Dasar

(Nasional

Kondisi Saat ini

Target MDGs 2015

(Nasional)

Status Sumber

1.8 Prevalensi Balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi

31,00%(1989)

4,78%(2013)

15,50%Dinas

Kesehatan

1.8a Prevalensi Balita gizi buruk 7,20%(1989)

0,09%(2013)

3,60%

1.8b Prevalensi Balita kurang gizi 23,80%(1989)

4,69%(2013)

11,90%

1.9

Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum

BPS, Susenas- 1.400 Kkal/kapita/hari 17,00%

(1990)24,58%(2013)

8,50%

- 2.000 Kkal/kapita/hari 64,21%(1990)

76,77%(2013)

35,32%

Status : ● Sudah Tercapai►Akan Tercapai▼Perlu Perhatian Khusus

Gambaran nyata dari tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diketahui melalui nilai

konsumsi makanan penduduk.Berdasarkan tabel 2.6.diketahui bahwa pada tahun 2013,

jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang mengkonsumsi makanan senilai kurang dari

1400 kalori mencapai 24,58 persen. Sementara jumlah penduduk dengan konsumsi

makanan senilai kurang dari 2000 kalori mencapai 76,77 persen.Padahal jumlah kalori yang

dibutuhkan oleh manusia untuk dapat beraktivitas secara normal setiap harinya mencapai

2100 kalori. Adanya kekurangan kalori dalam jangka pendek akan menyebabkan kegiatan

sehari-hari menjadi kurang optimal. Sementara dalam jangka panjang, hal ini akan

menyebabkan gangguan pada kesehatan.

Tabel 2.6Perbandingan Rata-Rata Konsumsi Makanan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Kep. Riau

Tahun 2011-2013 (%)

Kabupaten/ 2011 (Sept) 2012 (Sept) 2013 (Sept)

Page 12: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

Kota

Konsumsi Penduduk Dibawah 1400 kkal

Konsumsi Penduduk Dibawah 2000 kkal

Konsumsi Penduduk Dibawah 1400 kkal

Konsumsi Penduduk Dibawah 2000 kkal

Konsumsi Penduduk Dibawah 1400 kkal

Konsumsi Penduduk Dibawah 2000 kkal

Karimun 27.19 76.80 27.03 78.81 24.58 76.77

Bintan 10.29 41.70 14.44 57.13 19.60 67.24

Natuna 14.19 57.12 13.54 54.10 11.97 52.92

Lingga 8.77 42.59 13.53 55.02 14.83 53.22

Anambas 10.79 52.03 18.84 60.32 17.71 59.88

Batam 23.30 68.86 23.16 67.51 18.77 64.62

Tanjungpinang 25.89 69.81 33.27 70.83 27.89 74.06

Rata-rata 17.20 58.41 20.54 63.39 19.33 64.10

Meskipun mengalami kecenderungan untuk semakin menurun dibandingkan tahun

2011 dan 2012, namun angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Provinsi

Kepulauan Riau sebesar 19,33 dan 64,10 persen. Bahkan pencapaian ini merupakan yang

tertinggi kedua di seluruh Provinsi Kepulauan Riau, dibawah Kota Tanjungpinang. Selain

cukup mengkhawatirkan, pencapaian tersebut juga masih sangat jauh dari target MDGs

tahun 2015 sebesar 8,5 persen untuk penduduk dengan konsumsi kurang dari 1400 kalori,

dan 35,32 persen untuk penduduk dengan konsumsi kurang dari 2000 kalori.

Jika kalori diperlukan untuk menunjang aktivitas sehari-hari, maka gizi dibutuhkan

untuk dapat memastikan tubuh dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Oleh karena

itulah pemenuhan kecukupan gizi sangat penting, terutama bagi balita dan anak-

anak.Kondisi status gizi balita di Kabupaten Karimun pada tahun 2013 menunjukkan adanya

penurunan kualitas gizi. Dari 16.852 balita yang ditimbang, diketemukan Kasus gizi buruk

sebanyak 20 kasus. Angka ini mengalami peningkatan sebanyak empat kasus dibandingkan

tahun 2012. Akibatnya, prevalensi jumlah balita yang mengalami gizi buruk pada tahun

2013 mengalami peningkatan dari 0,07 persen menjadi 0,09 persen. Meskipun meningkat

namun pencapaian indikator prevalensi gizi buruk di Kabupaten Karimun telah jauh

melampaui target MDGs sebesar 3,6 persen.

Jika pada indikator prevalensi gizi buruk terjadi peningkatan jumlah kasus, maka

pada indikator prevalensi gizi kurang justru terjadi hal yang sebaliknya. Jumlah kasus balita

dengan gizi kurang di Kabupaten Karimun tahun 2013 mencapai 999, atau mengalami

penurunan sebanyak 75 kasus dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Tabel 2.7).

Akibatnya, nilai indikator prevalensi gizi kurang pada periode tersebut juga mengalami

penurunan dari 5,08 persen menjadi 4,69 persen. Pencapaian ini telah melampaui target

MDGs sebesar 11,90 persen.

Tabel 2.7Data Tentang Status Gizi Balita Per Puskesmas Kecamatan

Di Kabupaten Karimun Tahun 2012-2013

No Puskesmas Jumlah Balita Ditimbang

Status Gizi

Kurang Buruk

Page 13: Pencapaian MDGs Kab. Karimun 2013

2012 2013 2012 2013 2012 2013

1 Tanjung Balai 2,169 3,636 195 223 1 6

2 Meral 3,674 4,267 228 221 0 1

3 Tebing 1,849 1,779 139 74 1 1

4 Buru 652 712 44 32 0 4

5 Tanjung Batu 1,720 2,095 170 112 8 4

6 Tanjung Berlian 867 1,460 66 70 1 2

7 Kundur Barat 1,078 1,602 88 30 3 0

8 Moro 1,038 970 22 129 0 1

9 Durai 361 331 122 108 2 1

Jumlah 13.408 16.852 1.074 999 16 20Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun

Jumlah kasus gizi buruk dan gizi kurang yang terbanyak di Kabupaten Karimun pada

tahun 2013 tercatat berada di Puskesmas Tanjungbalai. Hal ini dapat dipahami mengingat

Kedua Kecamatan yang menaungi puskesmas tersebut memiliki jumlah penduduk yang

terbanyak dan merupakan salah satu tempat rujukan. Namun jika memperhatikan

Kecamatan durai yang penduduknya paling sedikit ternyata juga memiliki kasus balita gizi

buruk sebesar 10,81 persen dari total. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian bagi pemerintah

mengingat kecamatan tersebut merupakan salah satu wilayah terjauh dari ibukota

kabupaten.