Upload
geralders
View
27
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fsdfdsg
Citation preview
Pencegahan Kehilangan Panas
Segera setelah bayi lahir, mulut sebaiknya dengan segera diusap untuk membersihkan
lendir, dan apabila dalam jumlah banyak, sebaiknya dibersihkan dengan penghisap lendir. Dan
beberapa saat setelah ini, maka bayi akan menangis dan menyebabkan inflasi pada paru-parunya.
Bahaya yang ada saat ini adalah hipotermi. Hal ini terjadi ketika suhu tubuh bayi turun dibawah
36.50 C (normal: 36.50 C-37.50 C). Ketika lahir, sangat penting untuk menjaga bayi dalam kondisi
hangat dan kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh berlebihan. Badan bayi yang basah,
sebaiknya dikeringkan untuk mencegah terjadinya evaporasi. Setelah dikeringkan, bayi perlu
segera diberikan kepada ibunya agar terjadi kontak kulit dengan ibunya.
Rantai Pencegahan Kehilangan Panas
Saat Kelahiran
Memastikan ruangan bersalin tetap hangat (250 C to 280 C)
Melahirkan bayi pada permukaan yang bersih
Keringkan bayi segera setelah lahir
Bungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering
Biarkan bayi melakukan kontak kulit dengan ibunya untuk merangsang menyusu
Tunda memandikan bayi selama 6 jam setelah lahir, kecuali pada daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi
Setelah Kelahiran
Menjaga agar bayi tetap berpakaian dan dibungkus sampai kepala
Kurangi memandikan bayi, khususnya pada bayi kecil
Menjaga agar bayi tetap dekat dengan ibunya
Gunakan metode kanguru untuk bayi kecil
Beritahu keluarga bagaimana mengindari hipotermi dan metode kanguru
Tabel 1. Rantai Pencegahan Kehilangan Panas (Simkiss,K Edmond,AJR Waterston. Journal of Tropical Pediatrics. www.oxfordjournals.org/our_journals/tropej/online/chapter 5. Oxford University Press. 2013
Tindakan untuk mencegah kehilangan panas atau masuknya bayi dalam kondisi hipotermi
perlu segera dimulai segera setelah kelahiran, sebagai contoh, mengeringkan dan membungkus bayi
dengan handuk kering. Ruangan bersalin seharusnya dalam kondisi hangat. Setelah persalinan, bayi
segera diserahkan ke ibu dan dibaringkan ke badan ibu agar terjadi kontak kulit dengan ibu, yang
mana tindakan ini akan menjaga bayi dalam kondisi hangat.
Permukaan tubuh bayi tiga kali lebih besar daripada dewasa. Sementara itu, lapisan lemak
subkutan pada bayi lebih tipis dibandingkan dengan dewasa, sehingga bayi baru lahir kehilangan
panas empat kali lebih cepat daripada dewasa. Ketika lahir, suhu tubuh bayi sama dengan suhu
intrauterine. Akan tetapi karena bayi basah setelah lahir dan terpapar,maka suhu tubuhnya dapat
hilang dengan segera.
Pada bayi lahir yang normal, penurunan suhu tubuh diikuti dengan peningkatan aktifitas
metabolik dan konsumsi oksigen dengan tujuan untuk menghasilkan panas lebih.
Dengan membungkus bayi akan meningkatkan resistensi akan kehilangan panas. Penutup kain dan
handuk kering akan mengurangi kehilangan panas. Kehilangan panas berkaitan dengan gambar 1,
seperti yang terlihat dalam kurva di bawah. Dimana pada kondisi bayi tidak terbungkus dengan
baik,maka pada suhu ruangan biasa saja (25-30 derajat Celcius), bayi akan dengan mudah kehilangan
kalori, demikian juga sebaliknya.
Gambar . Kehilangan panas berkaitan dengan suhu ruangan
Pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (<1500 gr) atau bayi premature, akan lebih mudah
untuk jatuh dalam kondisi hipotermia, apabila menggunakan teknik yang masih konvensional. Karena
itulah telah berkembang teknik pencegahan kehilangan panas (menyesuaikan suhu ruangan menjadi 26
derajat Celcius, membungkus bayi dalam plastik yang terbungkus, dan meletakkan bayi dibawah alat
pemanas). (Kent AL,Williams J. Increasing ambient operating theatre temperature and wrapping in
polyethylene improves admission temperature in premature infants. J Paediatr Child
Health. 2008;44:325–331) (Singh A,Duckett J, Newton T, Watkinson M. Improving neonatal unit
admission temperatures in preterm babies: exothermic mattresses, polythene bags or a traditional
approach?J Perinatol.2010;30:45–49)
Bayi yang lahir dari ibu dalam kondisi febris, dilaporkan mempunyai insiden lebih tinggi untuk terjadinya
depresi napas selama masa perinatal, kejang neonates, dan cerebral palsy dan peningkatan resiko
mortalitas. (Petrova A,Demissie K,Rhoads GG, Smulian JC, Marcella S, Ananth CV . Association of
maternal fever during labor with neonatal and infant morbidity and mortality. Obstet
Gynecol. 2001;98:20–27)
Pada penelitian dengan menggunakan hewan coba mengindikasikan bahwa dalam kondisi hipertermia
sangat berkaitan dengan cedera serebral. Oleh karena itu, kondisi hipertermia sebaiknya dihindari, dan
asuhan bayi baru lahir bertujuan untuk menjaga bayi dalam kondisi normotermia dan menghindari
hipertermia iatrogenik. (Coimbra C,Boris-Moller F,Drake M,Wieloch T. Diminished neuronal damage in
the rat brain by late treatment with the antipyretic drug dipyrone or cooling following cerebral
ischemia. Acta Neuropathol. 1996;92:447–453)