28
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria Pada tahun 2005 data luas areal perkebunan kelapa sawit di Propinsi Bengkulu mencapai 90.898 hektar dengan produksi 878.912 ton (Syahfitri, 2007). Usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah dimulai sebelum perang dunia ke-II (kedua), dalam bentuk usaha perkebunan besar, dengan cara penerapan paket teknologi baku dari hasil penelitian sesuai perkembangan yang ada. Kemudian pada era pembangunan nasional dengan kebijakan Trilogi Pembangunan, yang langkah implementasinya dalam pembangunan perkebunan ditempuh melalui kebijaksanaan pokok pembangunan

Penda Hulu An

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cc

Citation preview

17

PENDAHULUANLatar BelakangKelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Sampai saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit dunia selain Malaysia dan Nigeria Pada tahun 2005 data luas areal perkebunan kelapa sawit di Propinsi Bengkulu mencapai 90.898 hektar dengan produksi 878.912 ton (Syahfitri, 2007).Usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah dimulai sebelum perang dunia ke-II (kedua), dalam bentuk usaha perkebunan besar, dengan cara penerapan paket teknologi baku dari hasil penelitian sesuai perkembangan yang ada. Kemudian pada era pembangunan nasional dengan kebijakan Trilogi Pembangunan, yang langkah implementasinya dalam pembangunan perkebunan ditempuh melalui kebijaksanaan pokok pembangunan perkebunan rakyat sebagai tulang punggung perkebunan, maka mulai akhir tahun 70 an, disamping pengembangan perkebunan besar tetap dilanjutkan, mulai dikembangkan usaha perkebunan rakyat (Direktorat Tanaman Tahunan, 2010).Permintaan kelapa sawit yang meningkat menyebabkan produksi dan perluasan areal pertanaman kelapa sawit semakin meningkat. Dengan bertambahnya luas areal pertanaman kelapa sawit tersebut maka diperlukan pengadaan bibit dalam jumlah besar dan berkualitas. Dalam usaha membudidayakan kelapa sawit, masalah pertama yang dihadapi oleh pengusaha atau petani yang bersangkutan adalah pengadaan bibit. Kualitas bibit sangat menentukan produksi jenis komoditas ini tanaman pada masa pembibitan akan mempengaruhi pertumbuhan dan tingginya produksi selanjutnya setelah di lapangan (Syahfitri, 2007).Dengan maksud agar mampu mencapai produktivitas sesuai potensi normalnya dan menjadi sumber pendapatan yang optimal, sekaligus memberikan berbagai peran ekonomi terkait sesuai potensinya, sejak awal disadari perlu ditempuh paket upaya agar penyelenggaraannya mampu menerapkan paket teknologi anjuran terkini dan agro-input sesuai rekomendasi, serta untuk jaminan pemasarannya sekaligus terkait dengan unit pengolahan (Direktorat Tanaman Tahunan, 2010).Pembibitan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya kelapa sawit. Dalam pembibitan kelapa sawit dikenal dengan adanya pembibitan double stage. Pembibitan awal dilakukan selama 3 bulan dan membutuhkan naungan. Pembibitan awal bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang pertumbuhannya seragam saat dipindahkan ke pembibitan utama. Pembibitan utama dilakukan untuk menyiapkan tanaman agar cukup kuat sebelum dipindahkan kelapangan (Syahfitri, 2007). Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap pemberian pupuk majemuk melalui tanah dan daun di main nursery.Hipotesis PercobaanHipotesis umum pada perccobaan ini adalah adanya respon pertumbuhan bibit kelapa sawit terhadap pemberian pupuk majemuk yang diberikan melaui tanah, daun dan kontrol di main nursery. Hipotesis khusus pada percobaan ini yaitu adanya perbedaan dosis pemupukan NPK melalui tanah. Ada perbedaan dosis pemupukan NPK melalui daun. Ada perbedaan frekuensi pemupukan NPK melalui tanah. Ada perbedaan frekuensi pemupukan NPK melalui daun. Ada perbedaan frekuensi pemupukan NPK melalui tanah 1 gr. Ada perbedaan frekuensi pemupukan NPK melalui tanah 2 gr. Ada perbedaan frekuensi pemupukan NPK melalui tanah 3 gr. Ada perbedaan frekuensi pemupukan NPK melalui daun 1 cc. Ada perbedaan frekuensi pemupukan NPK melalui daun 2 cc. Ada perbedaan frekuensi pemupukan NPK melalui daun 3 cc. Kegunaan PenulisanAdapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian dan mengikuti praktikal test di Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara; serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKABotani TanamanMenurut Putri (2008) taksonomi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut, Kingdom : Plantae; Divisio: Tracheophyta; Sub Divisio : Pteropsida; Kelas: Angiospermae; Sub Kelas : Monocotyledonae; Ordo: Cocoideae; Family : Palmae; Genus : Elaeis; Spesies : Elaeis guneensis Jacq.Akar kelapa sawit berasal dari pangkal batang dan terdiri dari 4 jenis akar. Akar primermemiliki diameter 8-10 mm panjangnya dapat mencapai 18 meter. Akar sekunder memiliki diameter 2-4 mm.Akar tersier nerdiameter 0,7-1,5 mm memiliki panjang sekitar 15 cm. Akar primer dan sekunder pada kelapa sawit secara umum berfungsi untuk menyerap air (Lumbangaol, 2009).Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke taas.Umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk silinder, titik tumbuhnya terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk. Batang kelapasawit untuk beberapa tahun pada umumnya masih terbungkus pelepah daun sehingga lingkar batang menjadi lebih besar. Tinggi tanaman dialam dapat mencapai 30 meter,tetapi yang ditanam di perkebunan jarang sekali yang melebihi ketinggian 15-18 m (Tim PanEco, 2009).Daun terdiri dari tangkai daun (Petiole) yang kedua sisinya terdapat dua baris duri. Tangkai daun berhubugan langsung dengan tulang daun utama (rachis) yang lebih panjang dari tangkai daun. Pada tanaman kelapa sawit pembentukan daun membutuhkan waktu 4 tahun dari awal pertumbuhan daun hingga daun menjadi layu secara alami (Lumbangaol, 2009).Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu. Umumnya bunga jantan dan betina terdapat pada dua tandan yang sama. Bunga jantan berbentuk lonjong memenajang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit biasa menyerbuk secara silang. Penyerbukan dilakukan dengan angin atau serangga (Tim PanEco, 2009).Buah kelapa sawit berasal dari bunga betina yang sedang anteis yang telah mengalami penyerbukan dari bunga jantan yang sedang anteis. Jika dihitung mudur maka dari awalpembentukan bunga hingga menghasilkan buah membutuhkan waktu kurang lebih dari 44 bulan (Lumbangaol, 2009).Syarat TumbuhIklimFaktor luar seperti iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 70-500 m di atas permukaan laut. Curah hujan yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 1.500-4.000 mm/tahun. Curah hujan optimum 2.000-3.000 mm/tahun. Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah (Syahfitri, 2007).Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (Kiswanto, et al., 2008).TanahKelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas (Kiswanto, et al., 2008).Sifat fisik tanah yangdikehendaki tanaman kelapa sawit adalah solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solumyang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40 % lempung dan 20-50 % liat. Struktur perkembangannya kuat, konsistensinya gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang (Tambunan, 2014).Pupuk NPK TanahPemberian Pupuk majemuk sering memberikan reaksi masam kepada tanah. Hal ini terutama disebabkan sifat nitrogen (pembawa nitrogen), terutama bentuk amoniak dalam pupuk tersebut. Bila senyawa tersebut dioksidasikan bertendensi menambah kemasaman tanah (Rahmat, 2003).Dosis pupuk yang terbaik adalah diberikan sesuai kebutuhan. Harus diingat bahwa 17 nutrisi esensial itu sama pentingnya. Kesalahan yang sering dilakukan oleh petani sering menganggap bahwa pada buah puncak unsur hara yang paling penting adalah kalium sehingga unsur kalium sering diberikan secara berlebihan sementara unsur nitrogennya kekurangan sehingga terjadi hukum minimum seperti yang sudah kita bahas ditopik sebelumnya. Stateginya adalah lihat kondisi tanaman secara mata telanjang, gejala defisiensi unsur hara apa saja yang kekurangan. Jika terdapat gejala defisiensi borat maka unsur hara borat harus diberikan, selain unsur N, P, K, Mg yang diberikan rutin setiap tahunnya. Harus dibiasakan bahwa rekomendasi pemupukan kelapa sawit diberikan untuk periode satu tahun, dimulai dari awal januari hingga desember pada tahun yang sama. Pada tahun berikutnya dosis rekomendasinya biasanya sudah berubah tergantung target produksi yang akan dicapai (Lumbangaol, 2009).Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang umumnya mengandung lebih dari satu macam unsur hara tanaman (makro maupun mikro) terutama N, P,dan K. Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal. Pupuk majemuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai yang memiliki kandungan N, P2O5, dan K2O masing-masing 18%, 12% dan 8%. (Saribun, 2008).Pupuk NPK adalah termasuk jenis pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur hara yaitu N P dan K. NPK adalah kepanjangan dari N untuk Nitrogen, P untuk Phosfat dan K untuk Kalium. Banyak produsen pupuk yang memproduksi pupuk NPK dengan berbagai komposisi seperti Pupuk NPK Kujang dengan Komposisi 30:6:8 yang artinya di dalam kemasan pupuk NPK kujang mengandung 30% N, 6% P dan 8% K dan jika kita konversikan ke dalam kilogram, maka di dalam 100 Kg pupuk NPK Kujang terdapat 30 Kg "N", 6 Kg "P", dan 8 Kg "K" (Lumbangaol, 2009).Pupuk NPK yang diberikan merupakan gabungan dari pupuk Urea (sebagai sumber pupuk N), pupuk SP36 (sebagai sumber pupuk P) dan pupuk KCl (sebagai sumber pupuk K). Unsur-unsur tersebut merupakan unsur hara makro yang mutlak diperlukan tanaman selama proses pertumbuhannya. Nitrogen untuk pertumbuhan vegetatif, posfat sebagai sumber energi dan merupakan bagian dari sel, sedangkan kalium berfungsi sebagai katalisator dalam tanaman dan juga berperan dalam translokasi karbohidrat dari daun menuju organ vegetatif dan generatif lain (Ridwan, 2010).Berdasarkan hasil; penelitian yang dilakukan Jannah et.al., (2012) menunjukkan bahwa semakin besar dosis pupuk majemuk yang diberikan, semakin baik pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan diameter batang bibit tanaman kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat dosis pupuk yang diberikan, maka semakin banyak unsut hara yang tersedia dan diserap oleh bibit tanaman kelapa sawit, dan selanjutnya dapat memacu pertumbuhan vegetatif bibit.Nitrogen (N) diserap oleh akar dalam bentuk ion nitrat NO3- atau ion ammonium NH4+ yang berasal dari penguraian sisa-sisa organisme serta senyawa nitrogen hasil fiksasi nitrogen oleh bakteri dan petir. Nitrogen berfungsi untuk bahan sntesis asam amino, protein, asam nukleat, klorofil, merangsang pertumbuhan vegatatif, membuat bagian tanaman menjadi lebih hijau karena mengandung butir hijau yang penting dalam proses fotosntesis dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Kekurangan unsur Nitrogen menyebabkan warna daun menjadi hijau muda dan akhirnya kuning (menyebabkan klorosis), pertumbuhan lambat dan tanaman menjadi kerdil dan buah masak sebelum waktunya. Sebaliknya, kelebihan Nitrogen dapat menghambat pembungaan dan pembuahan (Ridwan, 2010).Pupuk majemuk memiliki bentuk yang berbeda-beda, dapat berbentuk bubuk, butiran (granul) maupun tablet. Bentuk dari pupuk majemuk ini biasanya dibuat sesuai dengan kebutuhan tanaman; misalnya pupuk dengan bentuk bubuk cepat larut dalam air, pupuk ini sesuai untuk tanaman yang berumur pendek. Pupuk dengan bentuk tablet pada umumnya mempunyai daya larut unsur hara dalam air yang lambat, pupuk tablet biasanya digunakan untuk pemupukan tanaman keras (tanaman tahunan). Pupuk majemuk lengkap mengandung semua unsur hara makro esensial bagi tanaman yang telah digabung menjadi satu kesatuan. Pupuk majemuk umumnya dibuat dalam bentuk butiran dengan ukuran yang seragam sehingga memudahkan penaburan yang merata. Pupuk tersebut dibuat dengan berbagai komposisi hara dengan harapan dapat digunakan sesuai kebutuhan kondisi peratanaman. Keuntungan dari pemakaian pupuk majemuk yaitu dengan satu kali pemberiaan pupuk telah mencakup beberapa unsur sehingga tidak ada persoalan pencampuran pupuk (Saribun, 2008).Pupuk DaunPemupukan lewat daun dilakukan untuk memberikan unsur-unsur hara yang keperluannya dalam jumlah sedikit dan harus diberikan tidak dalam konsentrasi rendah. Pemupukan melalui daun hanyalah sebagai pelengkap dari pemupukan biasa. Meskipun pemupukan lewat daun dilakukan dengan menyemprotkan larutan hara tertentu lewat daun, namun cara ini dapat menggantikan fungsi akar yang biasanya menyerap unsur dari tanah. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pemakaian pupuk daun antara lain: unsur hara lebih cepat terserap, sehingga tidak mengalami fiksasi, hasilnya lebih cepat terlihat dengan munculnya tunas baru atau kuncup bunga, dan tanah tidak cepat rusak (Lutfi, 2007).Mekanisme pengambilan unsur hara dengan pemupukan melalui akar kurang efektif terutama untuk pupuk nitrogen, sedangkan pemupukan yang dipandang efektif dan efisien adalah dengan menyemprotkan melalui daun. Larutan hara tanaman langsung dapat segera diserap oleh tanaman dengan sempurna apabila disemprotkan pada daun. Beberapa zat hara yang telah efektif disemprotkan melalui daun adalah N, P, K, S, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro (Lutfi, 2007).Pemupukan lewat daun dilakukan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air dengan konsentrasi tertentu. Setelah itu, larutan pupuk disemprotkan ke pemukaan daun dengan mengikuti dosis sesuai anjuran di label kemasan. Pasalnya, tanaman hias mati keracunan atau terbakar jika dosis pemupukannya berlebihan. Sebaliknya, jika konsentrasinya kurang, pemupukan menjadi tidak efektif lantaran pengaruhnya tidak tampak pada tanaman (Dianastya, 2012).Pemupukan tanaman melalui daun atau yang lebih dikenal dengan istilah Foliar Feeding ditunjukkan agar pupuk dapat tersebar secara merata dan masuk ke dalam daun melalui stomata (mulut daun) dan celah-celah kutikula. Tjionger (2005) menjelaskan, beberapa keuntungan pemupukan lewat daun dibandingkan pemupukan lewat tanah diantaranya adalah: 1. Dapat menghindari kemungkinan adanya fiksasi unsur dalam tanah. Misalnya unsur Phosfat (P) pada tanah asam yang mengandung Fe dan Al akan membentuk senyawa kompleks FeAl Phosfat yang mengendap sehingga P tidak dapat diserap oleh akar tanaman. 2. Dapat menghindari adanya interlasi unsur terutama unsur yang bersifat antagonis. Misalnya antagonisme unsur Mg menyebabkan unsur K menjadi tertekan. Antagonisme unsur K yang menyebabkan unsur Ca tertekan dan Antagonisme unsur Ca yang menyebabkan unsur Mg tertekan ; 3. Memberikan respon yang lebih cepat (waktu) bila dibandingkan dengan pemupukan lewat tanah. Hal ini disebabkan karena unsur hara yang masuk lewat daun akan segera diproses pada proses fotosintesis yang memang terjadi di daun; 4. Lebih ekonomis baik dari segi jumlah pupuk mapun cara pemberiannya. Disamping itu dapat dicampurkan dengan pestisida saat aplikasi (Lutfi, 2007).Sampai sekarang, pemupukan yang banyak dilakukan petani biasanya melalui tanah, sehingga unsur hara tersebut diserap oleh akar tanaman dan ditransformasi menjadi bahan-bahan yang berguna bagi petumbuhannya. Pemupukan melalui tanah kadang-kadang kurang efisien, karena beberapa unsur hara bagi tanaman telah larut terlebih dahulu atau mengalami fiksasi sehingga tidak dapat diserap tanaman. Tidak hanya akar, tetapi bagian-bagian tanaman lain pun, seperti daun dan batang, dapat menyerap unsur-unsur disemprotkan. Jadi, pemupukan dapat pula dilakukan melalui daun dengan cara menyemprotkan larutan pupuk buatan.Pada daerah-daerah datar dengan lahan dan jumlah tanaman yang luas dan banyak, pelaksanaannya dapat dilakukan dengan penyemprotan biasa. penyemprotan dapat pula digunakan menggunakan pesawat terbang (Lutfi, 2007).Media TanamMedia tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya (Direktorat Tanaman Tahunan, 2010).Media tanam adalah topsoil gembur, tanah yang kurang gembur dapat dicampur dengan pasir (3:1), dan terbebas dari OPT, tanah diayak dengan ayakan 2cm dan campurkan P (500g SP36/10 liter air) pada setiap 1 m3 tanah isian sebelum diisi kedalam polibag kemudian didiamkan selama 1 bulan sebelum ditanami oleh benih atau bibit (PPKS, 2010)Penanaman kelapa sawit di lahan gambut adalah salah satu pengembangan perkebunankelapa sawit yang perlu dihindari dan yang tidak direkomendasikan kepada para petani kecil, karena selain hal tersebut bertentangan dengan konsep ramah lingkungan, terutama dengankonsep pertanian organik, pengembangan kebun sawit di lahan gambut membutuhkan investasi yang jauh lebih tinggi disbanding dengan kebun kelapa sawit di lahan mineral (World Agroforestry Center, 2009).Pembibitan di Main NurserySistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua tahap terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utama (main-nursery). Pembibitan awal (pre-nursery) pada tahap ini bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang merata sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Media persemaian biasanya dipilih pasir atau tanah berpasir. Pembibitan awal dapat dilakukan dengan menggunakan polibag kecil atau bedengan yang telah diberi naungan (Syahfitri, 2007).Pembibitan utama (Main Nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan double stage yang berlangsung 6 - 9 bulan. Keberhasilan rencana penanaman dan produksi ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit yang dihasilkan. Persyaratan lokasi pembibitan utama antara lain : Dekat dengan sumber air, mudah diawasi, bebas dari gangguan hewan ternak atau liar, dekat dengan lokasi yang akan ditanami, dekat dengan lokasi pengambilan tanah top soil, tersedianya tenaga kerja (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).Pembibitan utama ini perlu menyediakan tempat tanamnya berupa polybag, yakni kantong plastik berwarna hitam dengan ukuran lebar 37 - 40 cm, panjang 50 cm, dan tebal 0,02 cm. Penanaman dilakukan dengan mengelompokkan sesuai jenis atau varietas bibit. Tanda khusus berupa plakat diberikan untuk memudahkan pengenalan jenis tanaman di setiap cluster. Jarak tanam berukuran 90 x 90 x 90 cm dengan estimasi satu hektar ditempatkan 10.000 - 12.000 bibit (Hadi, 2004).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu PercobaanPercobaan ini dilaksanakan di Lahan Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada ketinggian 25 m di atas permukaan laut. Percobaan dilaksanakan pada bulanSeptember sampai Desember 2014.Bahan dan AlatAdapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 3 bulan sebagai objek percobaan, soil dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 sebagai media tanam, label untuk menandai perlakuan di polybag, plastik untuk membungkus label, pupuk NPK (15:15:15)sebagai pupuk yang diaplikasikan pada tanaman melalui tanah, pupuk bayfolan sebagai pupuk cair yang diaplikasikan melalui daun, polybag sebagai wadah tanam, air untuk menyiram tanaman insektisida sebagai bahan untuk mengendalikan hama, dan fungisida sebagai bahan untuk mengendalikan penyakit.Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk mencampur / mengaduk media tanam, gembor untuk menyiram tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, penggaris untuk mengukur tinggi tanaman, ayakan untuk mengayak pasir dan top soil, timbangan untuk menimbang media tanam yang digunakan, spanduk sebagai alas pencampuran media tanam, kamera untuk mengambil foto hasil percobaan, buku data dan alat tulis untuk mencatat data, kamera untuk dokumentasi pertumbuhan tanaman dan sprayer untuk menyemprotkan pupuk cair, sprayer untuk penyemprot dalam aplikasi fungisida, insektisida, dll., Jarum suntik sebagai alat untuk mengambil pupuk cair(bayfolan), timbangan analitik sebagai alat untuk menimbang pupuk.Metode PercobaanPercobaan ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial.PerlakuanP0: Tanpa pemupukanP1: 1 gr NPK 1x PemberianP2: 1 gr NPK 2x PemberianP3: 1 gr NPK 3x PemberianP4: 2 gr NPK 1x PemberianP5: 2 gr NPK 2x PemberianP6: 2 gr NPK 3x PemberianP7: 3 gr NPK 1x PemberianP8: 3 gr NPK 2x PemberianP9: 3 gr NPK 3x PemberianP10: 1 cc pupuk cair 1x Seminggu PenyemprotanP11: 1 cc pupuk cair 2x Seminggu PenyemprotanP12: 1 cc pupuk cair 3x Seminggu PenyemprotanP13: 2 cc pupuk cair 1x Seminggu PenyemprotanP14: 2 cc pupuk cair 2x Seminggu PenyemprotanP15: 2 cc pupuk cair 3x Seminggu PenyemprotanP16: 3 cc pupuk cair 1x Seminggu PenyemprotanP17: 3 cc pupuk cair 2xSeminggu PenyemprotanP18: 3 cc pupuk cair 3x Seminggu PenyemprotanJumlah perlakuan: 19 taraf perlakuanJumlah ulangan: 2Jumlah tanaman setiap perlakuan: 2Jumlah total tanaman/ afdeling: 76Data hasil praktikum dianalisi sidik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut : +i + Dimana :: Hasil pengamatan yang disebabkan pengaruh perlakuan pada taraf ke-i ulangan ke- j: Nilai tengah dari keseluruhan: Pengaruh sebenarnya pada taraf level ke-i: Pengaruh galat percobaan dari taraf ke-i ulangan ke-j Selanjutnya data analisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji kontras orthogonal.

UBagan PercobaanP8 (II)P8 (II)P13 (II)P13 (II)

P15 (II)P15 (II)P1 (II)P1 (II)

P6 (I)P6 (I)P17 (I)P17 (I)

P16 (II)P16 (II)P0 (II)P0 (II)

P14 (I)P14 (I)P0 (I)P0 (I)

P3 (II)P3 (II)P2 (I)P2 (I)

P7 (II)P7 (II)P10 (I)P10 (I)

P14 (II)P14 (II)P18 (II)P18 (II)

P6 (II)P6 (II)P15 (I)P15 (I)

P3 (I)P3 (I)P11 (II)P11 (II)

P7 (I)P7 (I)P4 (II)P4 (II)

P2 (II)P2 (II)P5 (I)P5 (I)

P11 (I)P11 (I)P16 (I)P16 (I)

P8 (I)P8 (I)P17 (II)P17 (II)

P9 (I)P9 (I)P12 (II)P12 (II)

P4 (I)P4 (I)P12 (I)P12 (I)

P10 (II)P10 (II)P13 (I)P13 (I)

P9 (II)P9 (II)P5 (II)P5 (II)

P18 (I)P18 (I)P1 (I)P1 (I)

DAFTAR PUSTAKADianastya, A.N., 2012. Respon Tanaman Terhadap Pemberian Nutrisi Tanaman Melalui Daun Menggunakan Pupuk Daun. Universitas Jember. Jember

Direktorat Tanaman Tahunan, 2010. Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Departemen Pertanian. Jakarta.

Erwiyono, R, Achmad A.S, Suyono dan Sugeng Winarso. 2006. Keefektifan Pemupukan Kalium Lewat Daun Terhadap Pembungaan dan Pembuahan Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember

Hadi, M. M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa, Yogyakarta

Jannah, N., Abdul F., dan Marhannudin. 2012. Pengaruh Macam dan Dosis Pupuk NPK Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack) . J. Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012

Kiswanto, Jamhari H.P., dan Bambang W. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Badan Penilitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor

Kiswati, E.D. 2012. Pengaruh Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sayuran.Politeknik Negeri Lampung. Bandara Lampung

Lumbangaol P.2009. Kunci Sukses Pemupukan Kelapa Sawit. www.mestindo.com/pdf. Diakses pada tanggal 14 November 2014

Lutfi, M.A. 2007. Pengaruh Pemberian Beberapa jenis Pupuk Daun Terhadap Kadar N dan K Total Daun Serta Produksi Tanaman Cabai Besar (Capsicum annum L) Pada Inceptisol Karang Ploso Malang.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. UGM Press, Yogyakarta

PPKS, 2008. Teknologi Kultur teknis dan Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan

PPKS, 2010. Petunjuk Teknis Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Rahmat, S. 2003. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kopi Arabika. www.repository.usu.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014Ridwan, M. 2010. Evaluasi Pupuk NPK dan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kacang. UISU. Medan

Saribun, D.S. 2008. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK Pada Berbagai Dosis Terhadap pH, P Potensial dan P Tersedia serta Hasil Caysin (Brassica juncea) Pada Fluventic Eutrudepts Jatinangor.. www.pustaka.unpad.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014

Syahfitri, E.D. 2007. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pembibitan Utama Akibat Perbedaan Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk Pelengkap Cair. www.staff.unib.ac.id/pdf. Diakses pada tanggal 11 November 2014

Tim PanEco.2009. Petunjuk Praktis Budidaya Kelapa Sawit Ramah Lingkungan untuk Petani Kecil. www.stcresources.com/pdf. Diakses pada tanggal 15 November 2014

World Agroforestry Center, 2009. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Ramah Lingkungan Untuk Petani Kecil. Universitas Syah Kuala. Banda Aceh.