Upload
lamkien
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
EFEK FARMAKOLOGI EKSTRAK ETANOL DAUN SINGAWALANG
(Petiveria alliaceae) PADA MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
STRAIN H37RV
Nurmawati Fatimah
(Departemen Farmakologi FK Unair)
ABSTRACT
Tuberculosis was known bacterial diseases caused infection acute and or
chronic perform on adult human lung. Singawalang leaves were predicted can be
using as an antibacterial like effect. The research aim was to explored
pharmacologic effect of extract singkawang leaves after extracted by ethanol.
Result research appeared that crude ethanol extract of singkawang leaves was
significantly can be used against to bacterial caused Tuberculosis diseases
(Mycobacterium tuberculosis).
Keywords: Herbal medicine, in vitro test, Mycobacterium tuberculosis, Lung
diseases
PENDAHULUAN
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan menjadi salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Angka
prevalensi tuberkulosis pada tahun 2008 di negara-negara ASEAN berkisar antara
27 sampai 680 kasus per 100.000 penduduk.
Indonesia saat ini berada pada ranking kelima dengan beban TB tertinggi
didunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 (WHO,
2010b) dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah
kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).Tingginya angka kasus baru dan kematian yang terjadi,
menjadikan tuberkulosis sebagai masalah kesehatan yang segera harus diatasi
(WHO,2010a).
Resistensi antibiotik merupakan masalah mendasar yang harus di tangani,
Agen antimikroba dengan mekanisme baru yang berasal dari bahan sintetis atau
alami akan menjadi alternatif lain. Bahan alami memberikan target dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan penyebaran resistensi antibiotik (Rieder et
al., 2010). Salah satu kebijakan WHO adalah mendukung pengembangan tanaman
obat dan jika memungkinkan sampai dapat ditemukan obat baru untuk mengatasi
masalah infeksi tersebut (Gitawati R dkk.,2005).
Berbagai percobaan juga telah dilakukan terhadap Mycobacterium
tuberculosis misalnya daun waru dan pegagan memiliki daya hambat terhadap
bakteri tersebut meskipun belum diketahui pasti mekanismenya (Gitawati R
dkk.,2005;Zulhipri,2005). Singawalang (Petiveria alliaceae) merupakan salah
satu tumbuhan yang telah diteliti memiliki aktivitas sebagai anti fungi dan anti
2
bakteri Staphylococcus aureus sehingga menumbuhkan harapan bahwa tanaman
tersebut juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri spesifik seperti
Mycobacterium tuberculosis (Kim et al.,2006).
Ekstrak daun singawalang mengandung senyawa organik benzyl-thiosulfinate
yang mempunyai fungsi menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium
smegmatis dengan jalan mengganggu pembentukan dinding sel sehingga terjadi
lisis dinding sel (Ayodele et al.,2000). Ekstrak daun singawalang telah dilaporkan
dapat menghambat pertumbuhan kuman Mycobacterium tuberculosis pada media
LJ (Arifa dkk.,2008).
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Rancangan
penelitian adalah post test only control group design. Jumlah perlakuan yang di
gunakan dalam penelitian ini 5 buah termasuk kontrol, yaitu kontrol, perlakuan
dengan DMSO dan perlakuan dengan ekstrak etanol daun singawalang dalam
berbagai dosis (0,25mg/ml; 0,5mg/ml; 1mg/ml; ), pengulangan setiap kelompok
adalah 6 kali. Daun singawalang diperoleh dari Balai Materia Medika Batu,
determinasi bahan dilakukan di Balai Materia Medika. Ekstraksi daun
singawalang dilakukan di laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga. DMSO di dapatkan dari Lembaga Penyakit Tropik
(LPT) Universitas Airlangga. Bakteri uji yang merupakan sampel pada penelitian
ini adalah Mycobacterium tuberculosis strain H37RV yang di peroleh dari
Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Universitas Airlangga di ambil dari koloni pada
media perbenihan secara acak. Kepekaan Mycobacterium tuberculosis strain
H37RV pada setiap level konsentrasi yang di indikasikan dengan jumlah koloni
bakteri uji yang tumbuh pada media middlebrook 7H10. Ekstrak etanol daun
singawalang adalah penyarian daun singawalang dengan menggunakan etanol.
Proses penyarian dilakukan sesuai dengan prosedur pada Laboratorium
Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Unair. Daya hambat terhadap
Mycobacterium tuberculosis merupakan kepekaan Mycobacterium tuberculosis
strain H37RV yang berasal dari LPT (Lembaga Penyakit Tropis) Universitas
Airlangga. Jumlah koloni bakteri yang ditanam adalah 105. Penilaian daya hambat
ditentukan dengan ada atau tidak adanya pertumbuhan bakteri, di lanjutkan
dengan menghitung jumlah koloni Mycobacterium tuberculosis pada media
middlebrook 7H10 pada setiap dosis ekstrak etanol daun singawalang setelah
inkubasi selama 8 minggu pada suhu 370C di dalam inkubator CO2. Data yang di
perlukan dalam penelitian ini adalah jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada
media 7H10 pada berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun singawalang. Prosedur
pengumpulan data untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan koloni bakteri
pada media di lakukan dengan mengacu pada metode dilusi ( Baron et al.,1994).
DISKUSI DAN KESIMPULAN
Data hasil penelitian eksperimental tentang efek bakterisid ekstrak etanol daun
singawalang (Petiveria alliaceae) pada mycobacterium tuberculosis strain H37RV
3
yang di amati selama 8 minggu, kemudian dikumpulkan dan diolah sesuai dengan
tujuan dan hipotesis penelitian yang telah dibuat. Data ini merupakan jumlah
Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV yang tumbuh dalam media
middlebrook 7H10 dengan berbagai dosis ekstrak etanol daun singawalang
(Petiveria alliaceae). Penelitian yang dilakukan diawali dengan penanaman
Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV dan berbagai dosis ekstrak etanol daun
singawalang pada media cair middlebrook 7H9, selanjutnya diinkubasi dalam
inkubator CO2 selama 3 hari. Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV dan
berbagai dosis ekstrak etanol daun singawalang pada media cair 7H9 yang telah di
inkubasi selama 3 hari dalam inkubator CO2, di ambil 10µl, diinokulasikan pada
media padat 7H10 lalu di ratakan dengan ose.
Uji aktivitas ekstrak etanol daun singawalang dilakukan pada media padat
7H10 dengan bakteri uji Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV. Hasil uji
kuantitatif di nyatakan dengan jumlah koloni yang dihitung pada minggu ke 8.
Jumlah Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV yang tumbuh pada media padat
7H10 ditunjukkan pada Tabel 3.1, gambar pertumbuhan Mycobacterium
tuberculosis strain H37 RV kontrol positif dapat dilihat pada gambar 3.2.
Tabel 3.1 Jumlah pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV.
Jumlah koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37RV
Plate ke- I II III IV V VI
Kontrol
positif
6 4 4 4 6 4
Pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada kontrol
positif dinyatakan dengan jumlah bakteri yang tumbuh pada media middlebrook
7H10. Pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada
perlakuan kontrol negatif dengan DMSO yang juga dinyatakan dengan jumlah
bakteri yang tumbuh pada media middlebrook 7H10 ditunjukkan pada Tabel 3.2,
gambar pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV perlakuan
dengan DMSO dapat dilihat pada gambar 3.2
Tabel 3.2 Jumlah pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37
RV terhadap perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif perlakuan dengan
DMSO
Jumlah koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37RV
Plate ke- I II III IV V VI
Kontrol
positif
6 4 4 4 6 4
DMSO 4 1 4 4 4 4
4
Gambar 3.1 Pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV
kontrol positif.
Pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada
kontrol positif dinyatakan dengan jumlah bakteri yang tumbuh pada media
middlebrook 7H10 dan pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain
H37 RV pada perlakuan dengan ekstrak etanol daun singawalang dalam berbagai
dosis (0,25 mg/ml; 0,5 mg/ml; 1 mg/ml) yang dinyatakan dalam jumlah bakteri
5
yang tumbuh pada media middlebrook 7H10 ditunjukkan pada Tabel 3.3, dan
gambar pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV perlakuan
dengan ekstrak etanol daun singawalang dalam berbagai dosis (0,25 mg/ml; 0,5
mg/ml; 1 mg/ml) dapa dilihat pada gambar 3.3 sampai gambar 3.5, pertumbuhan
koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV didapatkan pada minggu ke-8
masa inkubasi dalam inkubator CO2.
Gambar 3.2 Pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada
perlakuan kontrol negatif dengan DMSO.
6
Tabel 3.3 Jumlah koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV terhadap
perlakuan kontrol positif, kontrol negatif dan perlakuan dengan
ekstrak etanol daun singawalang dalam berbagai dosis.
Jumlah koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37RV
plate ke- I II III IV V VI
Kontrol positif 6 4 4 4 6 4
DMSO 4 1 4 4 4 4
ekstrak etanol daun
singawalang
0,25mg/ml
2 3 1 3 3 3
ekstrak etanol daun
singawalang
0,5mg/ml
3 1 1 1 1 1
ekstrak etanol daun
singawalang 1mg/ml
1 1 1 1 1 1
ditunjukkan dengan pertumbuhan jumlah pertumbuhan koloni bakteri uji. Pada
kelompok kontrol positif jumlah pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis
strain H37 RV lebih banyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan dengan
pemberian ekstrak etanol daun singawalang dalam berbagai dosis (0,25 mg/ml;
0,5 mg/ml; 1 mg/ml). Kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol daun
singawalang dalam dosis 0,25 mg/ml jumlah pertumbuhan koloni Mycobacterium
tuberculosis strain H37 RV pada keenam plate media middlebrook 7H10
menunjukkan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol daun singawalang
dalam dosis 0,5 mg/ml jumlah pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis
strain H37 RV pada keenam plate media middlebrook 7H10 menunjukkan jumlah
yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan
dengan pemberian ekstrak etanol daun singawalang dalam dosis 1 mg/ml jumlah
pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada keenam
plate media middlebrook 7H10 menunjukkan jumlah yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jumlah pertumbuhan koloni
Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada kelompok dengan pemberian
DMSO lebih banyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan dengan
pemberian ekstrak etanol daun singawalang dalam berbagai dosis (0,25 mg/ml;
0,5 mg/ml; 1 mg/ml
7
Gambar
3.3 Pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada
perlakuan dengan ekstrak etanol daun singawalang dalam dosis 0,25 mg/ml.
8
Gambar 3.4 Pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada
perlakuan dengan ekstrak etanol daun singawalang dalam dosis 0,5 mg/ml.
9
Gambar 3.5 Pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada
perlakuan dengan ekstrak etanol daun singawalang dalam dosis 1 mg/ml.
Hasil uji daya hambat ekstrak etanol daun singawalang terhadap bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tumbuhan
tersebut mempunyai khasiat menghambat pertumbuhan Mycobacterium
tuberculosis. Hal ini dapat diketahui dari berkurangnya jumlah koloni bakteri
yang tumbuh dari dosis terendah 0,25mg/ml sampai 1mg/ml media. Pada dosis
ekstrak etanol daun singawalang 0,25 mg/ml media; 0,5 mg/ml media dan dosis 1
mg/ml media didapatkan pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis masing
masing plate 1 koloni adaya hambatan pertumbuhan bakteri Mycobacterium
10
tuberculosis juga tampak pada kontrol dan perlakuan dengan pemberian DMSO,
pertumbuhan bakteri Mycobacterium tuberculosis di mulai pada minggu ke-4 dan
bertambah banyak pada minggu ke-8. Hal ini menunjukkan bahwa hambatan
pertumbuhan kuman pada media oleh ekstrak etanol daun singawalang merupakan
efek dari bahan aktif yang terkandung didalamnya bukan karena kesalahan
prosedur atau kuman yang tidak virulent. Senyawa benzil thiosulfinates relatif
paling kuat aktivitas antibakterinya, senyawa ini di laporkan memiliki aktivitas
mengurangi fluiditas dari membran, juga dilaporkan memiliki aktivitas inhibisi
terhadap sintesis makromolekul antara lain DNA, RNA, dinding sel dan protein
(Kim et al,2006;Benevides et al.,2001; Musser,1995). Petiveria alliaceae
mengandung senyawa benzyl-thiosulfinate yang mempunyai fungsi menghambat
pertumbuhan bakteri Mycobacterium smegmatis dengan jalan mengganggu
pembentukan dinding sel sehingga terjadi lisis dinding sel (Ayodele et al,2000).
Berbagai macam zat tersebut yang diduga kuat mempunyai khasiat sebagai
antibakteri adalah senyawa yang mengandung gugus sulfur seperti: benzyl
thiosulfinat, benzyl trislfid dan benzyl sulfinic acid (Kim S et al,2005). Secara
umum didalam tumbuhan singawalang juga mengandung berbagai senyawa
organik yang mengandung belerang. Banyak diantaranya berupa senyawa atsiri
berasa tajam atau berbau tidak enak sehingga adanya senyawa tersebut mudah
diketahui ketika ekstraksi dan isolasi. Golongan dari senyawa tersebut yang
penting adalah pertama golongan glukosinolat dari Cruciferae, kedua disulfida
organik dari allium dan golongan ketiga adalah tiofen asetilenik. Senyawa
golongan glukosinolat pada berberapa tumbuhan diketahui berfungsi sebagai
antibakteri (Yan ping et al,2002). Senyawa lain yang diduga berkhasiat sebagai
antibakteri adalah senyawa golongan fenol. Pada beberapa tumbuhan senyawa
fenol dan derivatnya berfungsi sebagai antibakteri dengan cara menurunkan
tegangan permukaan sel dan denaturasi protein walaupun demikian khasiat
senyawa fenol pada tumbuhan lain bisa berbagai macam, misalnya sebagai
antioksidan (Manna C,1997). Daun singawalang mengandung berbagai senyawa
dari golongan polifenol yang juga ternasuk dalam golongan senyawa fenol. Jenis
dan jumlah senyawa tersebut di dalam ekstrak etanol daun singawalang belum
diketahui dengan pasti demikian juga dengan fungsi dan khasiatnya. Daun
singawalang juga mengandung senyawa golongan triterpenoid. Pada beberapa
tumbuhan senyawa golongan ini berfungsi sebagai antibakteri dengan
melunakkan sel membran bakteri yang mengakibatkan hancurnya dinding sel
seperti pada triterpene asiaticoside ( Gitawati,2005). Tetapi perlu diingat juga
bahwa senyawa golongan triterpenoid juga bisa memiliki berbagai khasiat
seperti Phylanthus niruri merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung
senyawa golongan terpenoid dan berkhasiat sebagai antibakteri (Manna et
al,1997). Senyawa golongan ini juga ditemukan pada tumbuhan Eunicea
pinta yang berkhasiat sebagai antikanker dan antimikroba (Yan ping et
al,2002). Khasiat antikanker senyawa golongan terpenoid juga berhasil
diidentifikasi pada tumbuhan Emilia Soncheifolia (Shylish,2005). Khusus
senyawa triterpenoid baik jenis, jumlah maupun kahsiatnya masih perlu penelitian
lebih lanjut.
11
Melihat banyaknya kandungan senyawa kimia tumbuhan singawalang, maka
daya hambat ekstrak etanol daun singawalang terhadap bakteri Mycobacterium
tuberculosis pada penelitian ini diduga merupakan hasil kerja kombinasi dari
berbagai macam senyawa yang terkandung didalam daun tersebut, seperti yang
terjadi pada terapi tuberkulosis saat ini. Manajemen terapi tuberkulosis yang
digunakan saat ini tidak menggunakan monoterapi tetapi merupakan kombinasi
dari berbagai macam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Tujuan dari
kombinasi ini adalah untuk memperpendek lama terapi, meningkatkan potensi,
menurunkan efek samping dan mencegah terjadinya resistensi. Antituberkulosis
yang digunakan antara lain isoniazid mempunyai cara kerja dengan menghambat
sintesa asam mikolat sehingga pembentukan dinding sel bakteri terganggu,
rifampisin dengan menghambat transkripsi gen , pirazinamid menyebabkan
rusaknya membran plasma dan etambutol menghambat pembentukan dinding sel,
kemungkinan ekstrak etanol daun singawalang mengandung lebih dari satu
macam antibakteri dengan mekanisme kerja yang berbeda. Tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa senyawa antibakteri hanya tunggal sedangkan senyawa
lainnya merupakan bahan untuk meningkatkan aktifitas senyawa antibakteri. Pada
penelitian ini belum dapat diidentifikasi senyawa yang mempunyai khasiat
sebagai anti bakteri. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk identifikasi
senyawa dan isolasi. Dari berbagai isolat tersebut dilakukan uji aktivitas terhadap
bakteri tuberkulosis. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
menemukan antibiotika baru terutama antibiotika terhadap M. Tuberculosis yang
sudah resisten terhadap antibiotika yang sudah ada. Hasil penelitian yang didapat
menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah pertumbuhan koloni
Mycobacterium tuberculosis strain H37RV pada perlakuan dengan ekstrak etanol
daun singawalang berbagai dosis dibandingkan dengan perlakuan dengan DMSO.
Pada penelitian analisis kimia yang telah dilakukan dalam proyek penelitian yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu di Haiti, Republik Dominika diketahui bahwa
tanaman singawalang mengandung senyawa triterpenes jenis isoarbinol, asetat,
cinnamate isoarbinol, dan coumarin. Akar dan daunnya mengandung bahan jadian
sulfur, benzthydroxyethyltrisulfide, tritiolaniacine, benzenic, bensaldehide, dan
benzoid acid, yang mempunyai khasiat anti bakteri (Benevides et al,2001).
Diketahui bahwa senyawa benzil thiosulfinates relatif paling kuat aktivitas
antibakterinya, senyawa ini di laporkan memiliki aktivitas mengurangi fluiditas
dari membran, juga dilaporkan memiliki aktivitas inhibisi terhadap sintesis
makromolekul antara lain DNA, RNA, dinding sel dan protein (Kim et
al,2006;Benevides et al.,2001; Musser,1995).
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
Profil pertumbuhan koloni Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV pada
perlakuan kontrol , perlakuan dengan DMSO dan perlakuan dengan ekstrak
etanol daun singawalang dalam berbagai dosis (0,25 mg/ml; 0,5 mg/ml; 1 mg/ml)
berbeda dalam jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Jumlah pertumbuhan koloni
Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV terbanyak terdapat pada perlakuan
kontrol dan berkurang jumlah koloni kuman pada perlakuan dengan ekstrak etanol
daun singawalang dalam dosis 0,25 mg/ml keatas. Tidak terdapat pengaruh antara
dosis ekstrak etanol daun singawalang dengan pertumbuhan koloni
12
Mycobacterium tuberculosis strain H37 RV, Masih belum di peroleh dosis yang
bersifat bakterisid. Saran dari hasil penelitian adalah perlu dilakukan penelitian
lanjutan tentang kandungan bahan aktif serta kadar selanjutnya dapat dilakukan
isolasi. Dari hasil isolasi perlu dilakukan uji ulang daya hambat terhadap berbagai
bakteri
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY, 2006. XDR-TB. Jurnal Tuberkulosis Indonesia Vol. 3 (2). 20-23.
Anekaplantasia, 2008. Singawalang. Si tangguh melawan TBC. http:// aneka
planta. Wordpress.com, dilihat 15 Januari 2012.
Arifa,M.,Roostantia,I.,Nurmawati,F.,2008.Laporan Penelitian Unit Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat (UPPM),FK Unair. Daya hambat Ekstrak
singawalang terhadap Mycobacterium tuberculosis.Surabaya.hal.33.
Ayodele, E.T., Hudson, H.R., Ojo, I.A.O., Pianka, M., 2000. Organosulfur
compounds as potential fungicides: the preparation and properties of some
substituted benzyl 2-hydroxyethyl oligosulfides. Phosphorus Sulfur Silicon
and Related Elements 159, 123–142.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007a. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Diakses dari:
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf.Tanggal 22 Januari 2012.
Gitawati R, Astuti Y, Winarno W, 2005. Herba pegagan (Centella asiatica L.):
Studi pendahuluan efek anti mikobakterium secara invitro. Jurnal bahan
Alam Indonesia vol.4 (2). 286-91.
Katzung BG, 2009. Basic and Clinical Pharmacology, 11th
Ed. The McGraw-Hill
companies, Inc. The United States of America.
Kementerian Kesehatan, 2011.Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia:
2011- 2014. , Kementerian Kesehatan: Jakarta, Indonesia.
Kim S, Kubec R, Musah RA, 2006.Antibacterial and anti fungal activity of sulfur
containing compound from petiveria alliaceae.J. Ethnopharmacology 104 (1-
2): 188-92.
Kritszki A, 2007.Tuberkulosis in Adult in Tuberculosis 2007, 1st Ed. Editor
Palomino JI,Leaeo SC, Ritacco V. 487-500.
Kubec, R., Kim, S., Musah, R.A., 2003. The lachrymatory principle of Petiveria
alliaceae. Phytochemistry 63, 37–40.
13
Macek K, 2005. Pharmaceutical application of thin layer and paper
chromatograph.3rd ed. New York: Elsivier Publishing Co.p.505-7.
Pramono E,2002. The commercial use of traditional knowledge and medicinal
plants Indonesia. Submitted for multi-stakeholder dialogue on trade,
intellectual property and biological resources in Asia.
Salman MT, Khan RA, Sukha, I, 2008. Invitro anti microbial sensitivity of
Nigella sativa oil against multi drug resistant bactery. http:// openmed.
Nic.in/2916/01/unimed_oil.pdf ( 5 Juli 2011).
Setiawati, W.Murtiningsih,R. Gunaeni,N. dan Rubiati, T.2008.Tumbuhan Bahan
Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT), Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
WHO,2010b. The global plan to stop TB 2011-2015: transforming the fight
towards elimination of tuberculosis.Geneva,Switzerland.
WHO, 2009. Global Tuberculosis Control. Geneva, Switzerland.