Upload
buinhi
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia dan ketersediaan
lahan pertanian yang semakin sempit yang digunakan untuk sektor non pertanian
mendorong manusia untuk membuat teknik budidaya yang dapat memudahkan
manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan. Salah satu cara untuk
mengefisiensikan lahan yang sempit untuk menjadi suatu lahan yang produktif
dapat dilakukan dengan sistem pertanian modern yaitu dengan cara vertikultur.
Teknik vertikultur ini merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan
menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusum secara vertikal,
atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang
kearah vertikal. Penanaman dengan sistem vertikultur dapat dijadikan alternatif
bagi masyarakat yang tinggal di kota, yang memiliki lahan sempit atau bahkan
tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman. Jenis-jenis tanaman yang
dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi,
berumur pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran seperti selada, dan
memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas.
Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara vertikultur adalah jenis
tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki
perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak
akan terlalu membebani media tanam vertikultur pada pertumbuhan tanaman
2
tersebut. Sebagai salah satu contoh tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan
secara vertikultur adalah tanaman selada (Lactuca sativa L.) yang merupakan
jenis sayuran daun. Tanaman selada memiliki karakteristik yang menunjang
penanamannya dalam teknik vertikultur. Tanaman selada memiliki sistem
perakaran akar tunggang dan cabang-cabang akar yang menyebar ke semua arah
tanaman pada kedalaman yang dangkal. Batang tanaman selada berukuran
pendek berbuku-buku tempat kedudukan daun sehingga beratnya juga tidak akan
terlalu membebani media tanam (Rukmana, 2007).
Tanaman selada merupakan salah satu tanaman yang mempunyai arti
penting dalam perekonomian masyarakat. Hal ini dikarenakan nilai jual sayuran
selada cukup menjanjikan. Sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya nilai gizi yang terkandung dalam tanaman selada.
Tanaman selada memiliki fungsi sebagai zat pembangun tubuh, dengan
kandungan zat gizi dan vitamin yang cukup banyak dan baik bagi kesehatan
masyarakat (Imam, 2001).
Permintaan komoditas selada terus meningkat, diantaranya dari pasar
swalayan, restauran-restauran besar, ataupun hotel-hotel berbintang lima. Selada
berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena disamping kondisi
iklimnya cocok untuk tanaman selada, juga memberikan keuntungan yang
memadai bagi pembudidayanya. Seperti halnya sayuran daun lainnya selada
umum dimakan mentah sebagai lalapan dan dibuat salad atau disajikan dalam
berbagai masakan Eropa maupun Cina. Selain sebagai bahan sayuran yang cita
3
rasanya khas, selada mengandung gizi cukup tinggi, terutama sumber mineral
(Nazaruddin, 1999).
Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan.
Demikian pula tanaman, air sangat dibutuhkan untuk penguapan (evaporasi),
transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Tanaman hanya dapat tumbuh
optimal dan memberikan hasil yang tinggi bila kebutuhan airnya dapat dipenuhi
dalam jumlah dan waktu yang tepat (Safei, dkk. 2008). Tanaman memerlukan air
dalam jumlah yang berbeda-beda menurut macam tanaman dan usia tanaman.
Kebutuhan air pada tanaman agak kurang pada permulaan tumbuh dan kebutuhan
itu besar pada saat berbunga dan berbuah dan menjadi kurang lagi pada saat buah
masak. Pemberian air perlu disesuaikan dengan usia tanaman, dengan perhatian
khusus pada masa-masa kritis. Pada berbagai jenis tanaman, kebutuhan air
tanaman berbeda-beda (Wright, 1981).
Dalam penentuan besarnya nilai kebutuhan air tanaman bisa dihitung
berdasarkan ansir cuaca maupun pengukuran langsung dilapangan. Modifikasi
formula empiris mempertimbangakan ketersediaan data klimatologi, ketelitian
hasil perhitungan, tujuan pemanfaatan nilai kebutuhan tanaman. Beberapa
formulasi yang dikenal yaitu metode Blaney-Criddle, Penman-Monteith, Radiasi,
Panic Evaporasi, dan Program Cropwat. Dalam penelitian ini kebutuhan air
tanaman dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Cropwat8 dimana
perhitungan nilai Eto pada program cropwat ini didasarkan pada metode Penman-
Monteith.
4
Anggraeni (2012) menjelaskan bahwa Sofware Cropwat8 adalah program
komputer untuk perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi
berdasarkan data iklim dan tanaman. Selain itu, program ini memungkinkan
pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda dan
perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanaman. Sofware Cropwat8
juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan
untuk menilai kinerja tanaman yang berhubungan dengan kebutuhan air, dengan
praktis nya penggunaan perangkat lunak Cropwat8 ini, dan dengan keunggulan-
keunggulan yang dimiliki perangkat lunak Cropwat8 maka program inilah yang
digunakan dalam skripsi ini.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
selada secara vertikultur.
2. Mengetahui besarnya kebutuhan air konsumtif tanaman selada apabila
ditanam secara vertikultur dengan perlakuan di naungan dan di tanpa
naungan.
1.3. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui perbandingan besar kebutuhan air tanaman selada apabila
ditanam secara vertikultur baik dengan naungan dan tanpa naungan.
2. Sebagai pengembangan metode pertanian secara modern untuk
penanaman tanaman selada secara vertikultur.