4
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia dan ketersediaan lahan pertanian yang semakin sempit yang digunakan untuk sektor non pertanian mendorong manusia untuk membuat teknik budidaya yang dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan. Salah satu cara untuk mengefisiensikan lahan yang sempit untuk menjadi suatu lahan yang produktif dapat dilakukan dengan sistem pertanian modern yaitu dengan cara vertikultur. Teknik vertikultur ini merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusum secara vertikal, atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang kearah vertikal. Penanaman dengan sistem vertikultur dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat yang tinggal di kota, yang memiliki lahan sempit atau bahkan tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman. Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran seperti selada, dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas. Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara vertikultur adalah jenis tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak akan terlalu membebani media tanam vertikultur pada pertumbuhan tanaman

PENDAHULUAN Meningkatnya pertumbuhan penduduk di …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82022/potongan/S1-2015... · mendorong manusia untuk membuat teknik budidaya yang dapat memudahkan

  • Upload
    buinhi

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia dan ketersediaan

lahan pertanian yang semakin sempit yang digunakan untuk sektor non pertanian

mendorong manusia untuk membuat teknik budidaya yang dapat memudahkan

manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan. Salah satu cara untuk

mengefisiensikan lahan yang sempit untuk menjadi suatu lahan yang produktif

dapat dilakukan dengan sistem pertanian modern yaitu dengan cara vertikultur.

Teknik vertikultur ini merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan

menempatkan media tanam dalam wadah-wadah yang disusum secara vertikal,

atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang

kearah vertikal. Penanaman dengan sistem vertikultur dapat dijadikan alternatif

bagi masyarakat yang tinggal di kota, yang memiliki lahan sempit atau bahkan

tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman. Jenis-jenis tanaman yang

dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi,

berumur pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran seperti selada, dan

memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas.

Tanaman yang sesuai dibudidayakan dengan cara vertikultur adalah jenis

tanaman sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan yang memiliki

perakaran yang dangkal dan memiliki berat yang relatif ringan sehingga tidak

akan terlalu membebani media tanam vertikultur pada pertumbuhan tanaman

2

tersebut. Sebagai salah satu contoh tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan

secara vertikultur adalah tanaman selada (Lactuca sativa L.) yang merupakan

jenis sayuran daun. Tanaman selada memiliki karakteristik yang menunjang

penanamannya dalam teknik vertikultur. Tanaman selada memiliki sistem

perakaran akar tunggang dan cabang-cabang akar yang menyebar ke semua arah

tanaman pada kedalaman yang dangkal. Batang tanaman selada berukuran

pendek berbuku-buku tempat kedudukan daun sehingga beratnya juga tidak akan

terlalu membebani media tanam (Rukmana, 2007).

Tanaman selada merupakan salah satu tanaman yang mempunyai arti

penting dalam perekonomian masyarakat. Hal ini dikarenakan nilai jual sayuran

selada cukup menjanjikan. Sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya nilai gizi yang terkandung dalam tanaman selada.

Tanaman selada memiliki fungsi sebagai zat pembangun tubuh, dengan

kandungan zat gizi dan vitamin yang cukup banyak dan baik bagi kesehatan

masyarakat (Imam, 2001).

Permintaan komoditas selada terus meningkat, diantaranya dari pasar

swalayan, restauran-restauran besar, ataupun hotel-hotel berbintang lima. Selada

berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena disamping kondisi

iklimnya cocok untuk tanaman selada, juga memberikan keuntungan yang

memadai bagi pembudidayanya. Seperti halnya sayuran daun lainnya selada

umum dimakan mentah sebagai lalapan dan dibuat salad atau disajikan dalam

berbagai masakan Eropa maupun Cina. Selain sebagai bahan sayuran yang cita

3

rasanya khas, selada mengandung gizi cukup tinggi, terutama sumber mineral

(Nazaruddin, 1999).

Air mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk pertumbuhan.

Demikian pula tanaman, air sangat dibutuhkan untuk penguapan (evaporasi),

transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Tanaman hanya dapat tumbuh

optimal dan memberikan hasil yang tinggi bila kebutuhan airnya dapat dipenuhi

dalam jumlah dan waktu yang tepat (Safei, dkk. 2008). Tanaman memerlukan air

dalam jumlah yang berbeda-beda menurut macam tanaman dan usia tanaman.

Kebutuhan air pada tanaman agak kurang pada permulaan tumbuh dan kebutuhan

itu besar pada saat berbunga dan berbuah dan menjadi kurang lagi pada saat buah

masak. Pemberian air perlu disesuaikan dengan usia tanaman, dengan perhatian

khusus pada masa-masa kritis. Pada berbagai jenis tanaman, kebutuhan air

tanaman berbeda-beda (Wright, 1981).

Dalam penentuan besarnya nilai kebutuhan air tanaman bisa dihitung

berdasarkan ansir cuaca maupun pengukuran langsung dilapangan. Modifikasi

formula empiris mempertimbangakan ketersediaan data klimatologi, ketelitian

hasil perhitungan, tujuan pemanfaatan nilai kebutuhan tanaman. Beberapa

formulasi yang dikenal yaitu metode Blaney-Criddle, Penman-Monteith, Radiasi,

Panic Evaporasi, dan Program Cropwat. Dalam penelitian ini kebutuhan air

tanaman dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Cropwat8 dimana

perhitungan nilai Eto pada program cropwat ini didasarkan pada metode Penman-

Monteith.

4

Anggraeni (2012) menjelaskan bahwa Sofware Cropwat8 adalah program

komputer untuk perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan irigasi

berdasarkan data iklim dan tanaman. Selain itu, program ini memungkinkan

pengembangan jadwal irigasi untuk kondisi manajemen yang berbeda dan

perhitungan pasokan skema air untuk berbagai pola tanaman. Sofware Cropwat8

juga dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek-praktek irigasi petani dan

untuk menilai kinerja tanaman yang berhubungan dengan kebutuhan air, dengan

praktis nya penggunaan perangkat lunak Cropwat8 ini, dan dengan keunggulan-

keunggulan yang dimiliki perangkat lunak Cropwat8 maka program inilah yang

digunakan dalam skripsi ini.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman

selada secara vertikultur.

2. Mengetahui besarnya kebutuhan air konsumtif tanaman selada apabila

ditanam secara vertikultur dengan perlakuan di naungan dan di tanpa

naungan.

1.3. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui perbandingan besar kebutuhan air tanaman selada apabila

ditanam secara vertikultur baik dengan naungan dan tanpa naungan.

2. Sebagai pengembangan metode pertanian secara modern untuk

penanaman tanaman selada secara vertikultur.